Menembus Kabut

13 September 2019

Zhenxi Kota Zhengzhou, Provinsi Henan

Sepuluh tahun yang lalu, didorong oleh sifat saya yang angkuh, saya tidak pernah bisa sepenuhnya mematuhi pengaturan gereja. Saya akan patuh jika sesuai dengan keinginan saya, tetapi jika tidak, saya akan memilih untuk patuh atau tidak. Hal ini berujung kepada pelanggaran serius terhadap pengaturan kerja saat melaksanakan tugas saya. Saya bertindak semau saya dan menyinggung watak Tuhan, dan selanjutnya dipulangkan. Setelah bertahun-tahun merenungkan diri, saya mendapat sedikit pengetahuan mengenai sifat saya sendiri, tetapi mengenai aspek kebenaran yang merupakan esensi Tuhan saya tidak banyak mengetahuinya. Kemudian, gereja mengaturkan tanggung jawab pekerjaan penginjilan untuk saya, , tetapi saya mulai memiliki keraguan akan Tuhan: saya begitu rusak dan telah menyinggung watak Tuhan. Mengapa Tuhan mau menggunakan saya? Apakah Ia memanfaatkan saya? Apakah saya akan dibuang setelah dimanfaatkan? Ah! Karena gereja telah memberi saya kesempatan, saya akan menjaganya dengan baik, meskipun saya harus menjadi pelayan. Sejak saat itu, saya melakukan tugas saya dengan membawa-bawa mentalitas seperti itu, tetapi tanpa mencari tujuan yang lebih mulia – yaitu dijadikan sempurna oleh Tuhan.

Suatu hari, saat saya sedang melakukan kebaktian rohani, saya melihat Firman Tuhan sebagai berikut: "Sekarang ini, janganlah engkau merasa puas hanya dengan mengetahui bagaimana engkau ditaklukkan, tetapi juga harus mempertimbangkan jalan yang akan engkau tempuh di masa depan. Engkau harus memiliki keinginan dan keberanian untuk disempurnakan, dan jangan selalu berpikir dirimu tidak mampu. Apakah kebenaran itu pilih kasih? Bisakah kebenaran sengaja menentang orang? Jika engkau mengejar kebenaran, bisakah itu memberatkanmu? Jika engkau berdiri teguh demi keadilan, apakah itu akan menjatuhkanmu? Jika benar cita-citamu adalah mengejar kehidupan, dapatkah kehidupan menghindarimu? Jika engkau tidak memiliki kebenaran, itu bukan karena kebenaran tidak mengakuimu, tetapi karena engkau menjauhi kebenaran; jika engkau tidak dapat berdiri teguh demi keadilan, itu bukan karena ada sesuatu yang tidak beres dengan keadilan, tetapi karena engkau yakin itu tidak sesuai dengan fakta; jika engkau belum memperoleh kehidupan setelah mengejarnya selama bertahun-tahun, itu bukan karena hidup tidak memiliki hati nurani terhadap engkau, tetapi karena engkau tidak memiliki hati nurani terhadap kehidupan dan justru telah menghalaunya. ... Jika engkau tidak sungguh-sungguh mengejar, bisa diartikan bahwa engkau hanyalah sampah yang tidak berguna, dan tidak memiliki keberanian dalam hidupmu dan tidak memiliki semangat untuk melawan kekuatan kegelapan. Engkau terlampau lemah! Engkau tidak mampu melepaskan diri dari kekuatan Iblis yang mengepungmu dan hanya bersedia menjalani kehidupan yang aman dan terjamin semacem ini dan mati dalam kebodohan. Hal yang harus engkau capai adalah pengejaranmu supaya ditaklukkan; inilah tugas yang wajib kaulakukan. Jika engkau puas hanya dengan ditaklukkan, engkau menghalau kehadiran terang itu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Setelah makan dan minum ayat dari Firman Tuhan ini, hati saya menjadi sangat tergerak. Saya melihat bahwa kehendak Tuhan adalah mengizinkan semua orang berusaha untuk disempurnakan dan layak untuk digunakan oleh Tuhan. Saya lalu membuat keputusan: saya akan membuang jauh-jauh ketakutan saya dan berhenti menjadi orang yang negatif dan pasif. Saya akan memercayai Firman Tuhan dan berusaha untuk disempurnakan oleh Tuhan. Tetapi secara bertahap, karena saya masih belum tahu esensi kesetiaan Tuhan, saya mulai tidak memercayai Firman Tuhan lagi, dan selalu berpikir bahwa firman tersebut ditujukan kepada orang lain, dan hanya dapat memberikan sedikit penghiburan dan dorongan bagi orang seperti saya. Saya terus mengingat bahwa saya telah menyinggung watak Tuhan, bahwa sifat asli saya begitu rusak, bahwa terkadang saya bahkan menunjukkan watak saya yang rusak saat sedang bertugas, bahwa saya tidak akan pernah bisa disempurnakan terlepas dari kerasnya upaya saya, dan berpikir bahwa saya harus senang hanya menjadi seorang pelayan. Seperti itulah, saya tanpa sadar mulai hidup dalam kepasifan lagi. Sampai suatu hari, saat sedang makan dan minum Firman Tuhan, saya melihat firman Tuhan sebagai berikut: "Esensi Tuhan adalah setia; Dia melakukan apa yang Dia katakan, dan apa pun yang Dia lakukan tergenapi" ("Aspek Kedua dari Makna Penting Inkarnasi" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Saat itu, sepertinya saya tiba-tiba menyadari suatu hal, seakan-akan kabut yang telah menyelimuti hati saya langsung lenyap. Kesalahpahaman dan ketakutan selama bertahun-tahun tiba-tiba menghilang. Saya lalu kembali teringat akan ayat Firman Tuhan yang biasanya menjadi santapan rohani saya: "Jika benar cita-citamu adalah mengejar kehidupan, dapatkah kehidupan menghindarimu? Jika engkau tidak memiliki kebenaran, itu bukan karena kebenaran tidak mengakuimu, tetapi karena engkau menjauhi kebenaran; jika engkau tidak dapat berdiri teguh demi keadilan, itu bukan karena ada sesuatu yang tidak beres dengan keadilan, tetapi karena engkau yakin itu tidak sesuai dengan fakta; jika engkau belum memperoleh kehidupan setelah mengejarnya selama bertahun-tahun, itu bukan karena hidup tidak memiliki hati nurani terhadap engkau, tetapi karena engkau tidak memiliki hati nurani terhadap kehidupan dan justru telah menghalaunya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Saat itu, saya merasakan pancaran kebajikan yang menakjubkan dan kasih yang tak berujung dari antara baris-baris Firman Tuhan, saya melihat bahwa Tuhan begitu mulia dan agung, dan di saat yang sama saya melihat kehinaan, kepicikan, dan kemerosotan saya sendiri. Tidak diragukan dan dipertanyakan lagi bahwa Tuhan itu setia. Tuhan memiliki esensi yang setia, Ia dapat dipercaya, dan Ia berusaha menyelamatkan manusia sebisa mungkin. Selama manusia mencari kebenaran dan perubahan watak sesuai dengan tuntutan Tuhan, Tuhan akan membuat manusia menjadi lengkap, karena apa yang Tuhan katakan akan Ia lakukan, dan apa yang Ia lakukan akan terlaksana! Meski demikian, saya justru curiga bahwa Tuhan, layaknya manusia, akan membuang saya jika saya sudah tidak berguna. Saya sama sekali tidak memperlakukan Firman Tuhan sebagai kebenaran, dan terlebih lagi tidak mempercayai Tuhan dengan tulus dan positif. Malahan, saya hidup dalam imajinasi dan kecurigaan di benak saya, tidak memiliki keberanian di hadapan kebenaran dan seperti seorang pengecut saya menyerah kepada pengaruh gelap, tidak dapat berjuang demi kebenaran. Saat itulah saya benar-benar menyadari bahwa pencarian akan pengetahuan mengenai esensi Tuhan itu teramat penting. Jika saya dulu fokus mencari pengetahuan akan watak Tuhan dan esensi-Nya, saya tidak akan menghabiskan waktu bertahun-tahun hidup dalam ketakutan, menunda kelanjutan hidup saya sendiri.

Terima Kasih, ya Tuhan Yang Mahakuasa! Engkaulah yang merawat saya dan menerangi serta menuntun saya untuk terlepas dari belenggu yang telah mengendalikan saya selama bertahun-tahun, sehingga saya bisa berjalan keluar dari ketidakpastian. Di masa lalu, saya tidak mengenal Engkau dan seringkali hidup dalam kesalahpahaman, tidak mampu mempercayai Firman-Mu dan memperlakukannya hanya sebagai sumber penghiburan dan dorongan bagi orang lain. Saya tidak memperlakukan Firman-Mu sebagai kebenaran dan hidup, dan terlebih lagi tidak memperlakukan Engkau sebagai Tuhan. Namun, Engkau mentolerir saya, dan bersabar terhadap saya. Engkau menerangi dan memancarkan cahaya-Mu kepada saya, sehingga saya bisa memiliki sedikit pengetahuan tentang esensi-Mu yang setia dan benar. Ini sesungguhnya adalah contoh kasih-Mu bagi manusia. Ya, Tuhan! Mulai sekarang saya akan mengerahkan segala upaya untuk mencari kebenaran terkait pengenalan akan Tuhan, hidup sesuai dengan harapan-Mu, mempelajari esensi-Mu, dan berusaha mengubah watak saya sesegera mungkin agar saya bisa disempurnakan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait