Konsekuensi dari Melindungi Diri

24 November 2022

Oleh Saudari Xiao Wei, Tiongkok

Saudari Guan dipindahkan untuk mengawasi pekerjaan gereja kami pada 2019. Aku bertemu dengannya dua tahun sebelumnya, dan berinteraksi dengannya kali ini, kulihat dia sama persis. Dalam pertemuan dia selalu bicara doktrin, bukan pengalaman atau pemahaman tentang firman Tuhan. Saat melihat orang lain kesulitan dalam pekerjaan, dia tak bersekutu tentang kebenaran untuk menyelesaikan masalah, hanya menegur dan memarahi mereka. Itu bukan hanya tak memberikan jalan penerapan kepada saudara-saudari, tapi juga melumpuhkan mereka. Saat beberapa orang tak bisa cepat mengubah keadaan negatif mereka, Saudari Guan membatasi dan memarahi mereka, membuat saudara-saudari terkekang, dan beberapa kehilangan kepercayaan diri untuk melakukan tugas. Dia sering memamerkan bagaimana dia melepaskan pekerjaan dan keluarganya, menderita dan membayar mahal, ada banyak anggota gereja baru yang tak punya ketajaman sangat mengaguminya. Selama masa itu, pekerjaan gereja tak berjalan baik dan keadaan saudara-saudari pun tak baik. Kemudian aku mendapati Saudari Li, diaken Injil, tak memikul beban dalam tugasnya, sama sekali tak melakukan kerja nyata. Dia tak berubah setelah banyak persekutuan dan kritik, bahkan menjadi negatif dan menentang. Itu menghambat pekerjaan Injil kami dan dia harus diganti. Aku bicara dengan Saudari Guan tentang masalah ini. Namun, dia merasa sulit menemukan kandidat yang baik untuk posisi itu dan bersikeras tak menggantikannya. Dia bahkan bertanya kepadaku dengan lantang, "Sejak mengetahui masalah Saudari Li, berapa kali kau coba membantu dia dengan kasih? Sudahkah kau penuhi tanggung jawabmu? Jangan terlalu congkak, lihatlah potensi orang-orang!" Membantu dengan kasih adalah untuk orang yang bisa menerima kebenaran. Orang yang tak mau menerima persekutuan dan perubahan harus segera diganti. Awalnya aku mempertahankan sudut pandangku, tapi Saudari Guan menolak setuju, yang membuatku cemas dan kami berdua mulai berdebat. Beberapa saudara-saudari lain di sana menasihatiku agar tak mencoba menang, dan aku merasa dikekang oleh itu. Tak ada yang punya ketajaman atas hal yang dia katakan, jadi jika terus bersikeras memecat Saudari Li, mereka mungkin menyebutku congkak dan keras kepala, bahwa aku mengganggu pekerjaan gereja. Memikirkan ini, aku hanya diam.

Kami harus memilih pemimpin tingkat atas setelah itu dan diminta menyarankan kandidat yang cocok. Beberapa saudara-saudari ingin merekomendasikan Saudari Guan. Kupikir dia cenderung bekerja dengan cara sendiri tanpa mencari prinsip, hanya membicarakan doktrin, dan tak bisa menyelesaikan masalah nyata orang lain. Dia bukan kandidat yang baik. Aku harus berbagi persekutuan agar yang lain menyadari itu. Namun, aku dan Saudari Guan punya konflik tentang mengganti diaken Injil, dan yang lain berpikir aku ingin menang. Jika aku bilang Saudari Guan bukan kandidat yang baik sekarang, apa mereka akan bilang aku menggunakan kesempatan ini untuk membalas dan menghambat dia? Kupikir, "Baik, makin sedikit masalah, makin baik. Mereka bisa memilih Saudari Guan jika mau—sudah cukup aku tak memilih dia." Namun, saat harus menulis penilaian, aku merasa khawatir. Penilaian semua orang cukup bagus tentang Saudari Guan, jadi jika kutulis pendapat jujur, pemimpin akan tahu aku sadar dia bukan kandidat yang baik, tapi tak bersekutu tentang kebenaran dengan yang lain, menyarankan kandidat yang sejalan dengan prinsip. Apa pemimpin akan bilang aku tak mendukung pekerjaan gereja? Apa dia akan berhenti melatihku? Aku merasa bimbang. Kuputuskan untuk mengikuti arus. Jadi, dalam penilaianku, aku hanya menuliskan aspek positif Saudari Guan, dan tak jujur dengan mengatakan dia mengejar kebenaran, punya kemanusiaan baik, mencintai sesama, juga saat dia melihat kerusakan kami, dia mencari firman Tuhan yang relevan untuk membantu kami. Setelah menulis penilaian itu, jiwaku serasa tenggelam dan nuraniku dituding. Saat membaca firman Tuhan setelah itu, aku tak mendapatkan pencerahan apa pun, dan tugasku terasa melelahkan, tapi aku tak merenungkan diri. Aku juga sangat mengandalkan keberuntungan. Dengan begitu banyak kandidat, dia mungkin tak akan terpilih. Jika tak terpilih, penilaian keliruku seharusnya tak terungkap. Belakangan aku mengetahui Saudari Guan benar-benar terpilih sebagai pemimpin tingkat atas. Aku terkejut dan merasa sangat tak nyaman. Apa orang-orang disesatkan oleh semua ulasan positif tentangnya? Namun, aku masih tak berani bicara jujur kepada pemimpin, jadi aku hanya menghibur diri bahwa jika Saudari Guan tak cocok menjadi pemimpin, Tuhan akan menyingkap dia. Itulah yang kupikirkan, tapi aku terus merasa tak nyaman.

Sekitar sebulan kemudian, seorang pemimpin menulis surat, meminta kami menulis penilaian tentang Saudari Guan lagi. Aku sadar kemungkinan besar masalah telah muncul dalam tugasnya sebagai pemimpin tingkat atas. Aku takut, aku juga melihat pemimpin itu mengutip firman Tuhan dalam suratnya. Tuhan berfirman: "Ikutilah jalan Tuhan: apa yang dimaksud dengan 'jalan Tuhan'? Jalan Tuhan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dan apa arti takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Sebagai contoh, ketika engkau memberikan penilaianmu tentang seseorang—ini berkaitan dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Bagaimana caramu menilai mereka? (Kami harus jujur dan adil, dan perkataan kami tidak boleh didasarkan pada emosi.) Ketika engkau mengatakan apa yang sebenarnya kaupikirkan dan apa yang sebenarnya telah kaulihat, itu artinya engkau sedang bersikap jujur. Dan pertama-tama, berlatih bersikap jujur berarti mengikuti jalan Tuhan. Inilah yang Tuhan ajarkan kepada orang-orang; inilah jalan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Apakah bersikap jujur adalah bagian dari takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Dan apakah itu berarti mengikuti jalan Tuhan? (Ya.) Jika engkau tidak jujur, maka apa yang kaulihat dan apa yang kaupikirkan tidak sama dengan perkataanmu. Seseorang bertanya kepadamu, 'Apa pendapatmu tentang orang itu? Apakah mereka bertanggung jawab atas pekerjaan gereja?' dan engkau menjawab, 'Mereka cukup bagus, mereka mengambil tanggung jawab lebih banyak daripada yang kulakukan, kualitas mereka lebih baik daripada kualitasku, dan kemanusiaan mereka juga baik, mereka dewasa dan stabil.' Namun, inikah yang kaupikirkan di dalam hatimu? Yang sebenarnya kaupikirkan adalah walaupun orang ini memang memiliki kualitas, mereka tidak dapat diandalkan dan agak licik, serta sangat penuh tipu daya. Inilah yang sebenarnya sedang kaupikirkan dalam benakmu, tetapi ketika tiba saatnya untuk berbicara, engkau berpikir bahwa, 'Aku tidak boleh mengatakan yang sebenarnya, aku tidak boleh menyinggung siapa pun,' jadi engkau dengan segera mengatakan sesuatu yang lain, engkau memilih untuk mengatakan hal-hal yang baik tentang diri mereka, dan tak satu pun dari apa yang kaukatakan adalah yang sebenarnya kaupikirkan, semua yang kaukatakan adalah kebohongan dan kemunafikan. Apakah ini menunjukkan bahwa engkau mengikuti jalan Tuhan? Tidak. Engkau telah menempuh jalan Iblis, jalan setan. Apa yang dimaksud dengan jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah mengatakan yang sebenarnya, berdasarkan perilaku orang itu, itulah jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Meskipun engkau berbicara kepada manusia, Tuhan juga sedang mendengarkan dan mengawasi hatimu, Dia memeriksa hatimu. Orang mendengar apa yang kaukatakan, tetapi Tuhan memeriksa hatimu. Apakah orang mampu memeriksa hati manusia? Paling banter, orang dapat melihat bahwa engkau tidak sedang mengatakan yang sebenarnya. Mereka bisa melihat apa yang ada di luarnya. Hanya Tuhan yang mampu melihat ke dalam lubuk hatimu, hanya Tuhan yang mampu melihat apa yang sedang kaupikirkan, apa yang sedang kaurencanakan, rencana picik apa yang kaumiliki di dalam hatimu, cara berbahaya atau pemikiran licik apa yang kaumiliki. Dan melihat bahwa engkau tidak sedang mengatakan yang sebenarnya, apa pendapat Tuhan tentang dirimu, apa penilaian-Nya terhadap dirimu? Bahwa dalam hal ini, engkau belum mengikuti jalan Tuhan karena engkau tidak mengatakan yang sebenarnya. Jika engkau berlatih sesuai dengan tuntutan Tuhan, engkau harus mengatakan yang sebenarnya: 'Mereka adalah orang yang berkualitas, tetapi mereka tidak dapat diandalkan.' Entah evaluasimu ini objektif atau akurat, itu akan berasal dari hatimu dan itulah yang sebenarnya; itu adalah sudut pandang dan posisi yang seharusnya kauungkapkan. Namun, engkau tidak berlatih sesuai dengan tuntutan Tuhan—jadi apakah engkau sedang mengikuti jalan Tuhan? (Tidak.) Jika engkau tidak mengatakan yang sebenarnya, apa gunanya engkau menekankan bahwa engkau sedang mengikuti jalan Tuhan dan memuaskan Tuhan? Akankah Tuhan memperhatikan teriakanmu? Akankah Tuhan memperhatikan caramu berteriak, seberapa keras engkau berteriak, atau seberapa besar kehendakmu? Akankah Dia memperhatikan berapa kali engkau berteriak? Tidak akan. Tuhan melihat apakah engkau menerapkan kebenaran, melihat apa yang kaupilih dan bagaimana engkau menerapkan kebenaran ketika berbagai macam peristiwa menimpamu. Jika pilihanmu adalah menjaga hubungan, mempertahankan minat dan citra dirimu sendiri, dan sepenuhnya melindungi reputasimu sendiri, Tuhan akan melihat bahwa inilah sudut pandang dan sikapmu ketika suatu peristiwa menimpamu, dan Dia akan membuat penilaian ini terhadapmu: Dia akan menganggapku bukan orang yang mengikuti jalan-Nya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Terpenting dari Percaya kepada Tuhan adalah Menerapkan Kebenaran"). Membaca firman Tuhan menggerakkanku. Aku tak pernah berpikir menulis penilaian itu hal yang sangat penting atau mencari tahu kebenaran apa yang harus kuterapkan dalam hal ini. Aku benar-benar tak merenungkan apa aku punya motivasi keliru atau menunjukkan kerusakan saat menulis penilaian itu, apa aku menaruh hormat kepada Tuhan, mengevaluasi Saudari Guang secara objektif. Saat itu aku sadar menulis penilaian mencerminkan apakah seseorang takut akan Tuhan, apa mereka menjunjung pekerjaan gereja. Kita memilih pemimpin tingkat atas, yang melibatkan pekerjaan beberapa gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Menulis penilaian keliru dengan kata-kata tak benar bisa menyesatkan orang, dan memilih orang yang tak cocok bisa mengganggu pekerjaan gereja, merugikan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Aku tahu Saudari Guan bukan kandidat yang baik untuk kepemimpinan tingkat atas, tapi untuk melindungi wajah dan status, takut disebut membalas dendam kepadanya, menindasnya, aku tak mengatakan apa-apa. Aku bisa saja menulis penilaian jujur dan melaporkan keadaan sebenarnya Saudari Guan, tapi takut pemimpin akan bilang aku punya ketajaman, tapi tak memberi tahu yang lain, aku tak menjunjung pekerjaan gereja, dan itu akan memengaruhi citranya tentangku. Jadi, kugunakan cara licik, menulis hal-hal yang bertentangan dengan fakta dalam penilaianku. Aku menggambarkan Saudari Guan sebagai pengejar kebenaran dan melakukan kerja nyata. Yang kutulis sama sekali tak benar. Aku sangat licin dan licik. Tuhan menuntut kita untuk jujur, bicara sesuai fakta dan benar. Namun, aku berbohong dalam hal sepenting memilih pemimpin. Aku tak punya rasa hormat kepada Tuhan. Aku hidup dalam natur iblis yang jahat. Iblis memulai dengan cara itu, berbohong. Aku melawan fakta, berbohong, dan itu adalah natur iblis! Aku tak memikirkan pekerjaan gereja, justru menulis penilaian yang melawan fakta, menyesatkan saudara-saudari, sehingga memilih orang yang salah. Itu menipu Tuhan dan menyinggung watak-Nya. Menyadari ini membuatku sangat takut.

Kemudian aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Begitu kebenaran telah menjadi kehidupan di dalam dirimu, saat engkau mengamati ada orang yang menghujat Tuhan, yang tidak takut akan Tuhan, yang ceroboh, dan asal-asalan saat melakukan tugas mereka, atau yang menyela dan mengganggu pekerjaan gereja, engkau akan menanggapinya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan akan mampu mengidentifikasi serta mengungkapkannya bila perlu. Jika kebenaran belum menjadi hidupmu, dan engkau masih hidup dalam watak jahatmu, maka ketika engkau menemukan orang-orang jahat dan setan-setan yang menyebabkan gangguan dan kekacauan pada pekerjaan gereja, engkau akan berpura-pura tidak melihatnya dan menolak untuk mendengarnya; engkau akan mengabaikan mereka, tanpa teguran dari hati nuranimu. Engkau bahkan akan menganggap siapa pun yang menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan gereja tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Sebanyak apa pun pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan dirugikan, engkau tidak peduli, tidak menengahi, ataupun merasa bersalah—hal mana membuatmu menjadi seseorang yang tidak berhati nurani atau tidak berakal, orang tidak percaya, pelaku pelayanan. Engkau makan apa yang adalah milik Tuhan, minum apa yang adalah milik Tuhan, dan menikmati semua yang berasal dari Tuhan, tetapi merasa bahwa kerugian apa pun terhadap kepentingan rumah Tuhan tidak ada kaitannya denganmu—hal mana membuatmu menjadi pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih. Jika engkau tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, apakah engkau masih bisa disebut manusia? Ini adalah setan yang telah menyusup ke dalam gereja. Engkau berpura-pura percaya kepada Tuhan, berpura-pura menjadi umat pilihan, dan engkau mau mendompleng di rumah Tuhan. Engkau tidak menjalani kehidupan manusia, dan jelas adalah salah satu dari orang tidak percaya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Mereka yang Benar-Benar Tunduk kepada Tuhan Memiliki Hati yang Takut akan Dia"). Penyingkapan firman Tuhan benar-benar memedihkan. Akulah pengkhianat yang menggigit tangan majikan yang Tuhan bicarakan. Aku makan dan minum firman Tuhan, menikmati semua makanan-Nya, tapi tak menjunjung pekerjaan gereja. Aku justru bertindak demi kepentingan sendiri, tak menerapkan kebenaran yang kuketahui dengan baik, yang akhirnya menyesatkan orang memilih pemimpin palsu. Bukankah itu merugikan pekerjaan gereja dan saudara-saudari lain? Makin dipikir, makin aku membenci diriku karena licik dan keji. Aku hanya ingin melindungi diriku, bukan pekerjaan gereja. Aku bukan orang percaya sejati. Jiwaku terasa gelap dan muram. Aku tak tercerahkan oleh firman Tuhan dan tak mencapai apa pun dalam tugasku. Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dariku. Jika terus menjadi pengkhianat yang tak bertobat, aku pasti akan disingkirkan oleh Tuhan. Aku benar-benar merasakan watak benar Tuhan yang tak menoleransi pelanggaran manusia, dan membenci diriku karena tak menerapkan kebenaran. Aku berdoa kepada Tuhan, siap bertobat dan menerapkan kebenaran untuk menebus pelanggaranku!

Aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egoistis, niat, motif, kesombongan, dan status pribadi. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin mereka bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egoistis, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus engkau lakukan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik untuk menjalani hidupmu. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan menjadi tercela atau jahat. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Aku menemukan jalan penerapan dari firman Tuhan. Kita harus selalu mengutamakan pekerjaan gereja, saat kepentingan pribadi kita bertentangan dengan pekerjaan gereja, kita harus meninggalkan diri, melepaskan kepentingan sendiri, serta memprioritaskan tugas dan tanggung jawab kita. Kali ini aku diminta menulis ulang penilaian itu, dan aku akan bertobat kepada Tuhan. Aku tak bisa terus memikirkan pendapat orang lain tentangku, atau terus melindungi diri sendiri. Aku harus menulis yang sebenarnya dan jujur.

Aku membuka diri kepada saudara-saudari setelah itu. Kuberi tahu mereka tentang kerusakan yang kutunjukkan, renunganku, dan apa yang kupetik. Aku juga bersekutu tentang prinsip memilih pemimpin, bahwa kita harus memilih orang yang mengejar kebenaran, punya kemanusiaan baik, dan bisa melakukan kerja nyata. Membandingkan itu dengan Saudari Guan, semua orang telah paham dan merasa siap menulis penilaian baru. Aku juga menulis penilaian yang akurat berdasarkan perilaku konsisten Saudari Guan. Melakukan itu memberiku rasa damai.

Aku mendapat surat dari pemimpin hari itu, yang berisi Saudari Guan telah diberhentikan. Dia juga bilang saat Saudari Guan menduduki posisi itu, dia congkak, bertangan besi, dan tak kooperatif, yang menghambat banyak proyek gereja. Dia juga menggunakan jabatannya untuk menindas orang lain, akibatnya mereka menjadi negatif. Isi surat itu seperti tamparan bagiku. Wajahku terbakar dan pikiranku benar-benar kosong. Aku tahu bahwa aku benar-benar telah menyinggung Tuhan dan berperan dalam kejahatan pemimpin palsu. Dia sudah berperilaku seperti itu, dan aku tahu tentang hal itu, tapi bukan saja tak melaporkan dia, aku membiarkan saudara-saudari lain merekomendasikan dia sebagai pemimpin tingkat atas. Aku sadar tak merasa bertanggung jawab atas pekerjaan gereja. Aku diam-diam membantu pemimpin palsu melakukan kejahatan dan memperburuk keadaan. Bahkan mencari pembelaan diri, karena tak menerapkan kebenaran. Aku merasa bahkan jika tak melaporkan yang kuketahui, Tuhan akan menyingkapkannya. Tuhan memang membuka semuanya, tapi kita harus memenuhi tugas kita, menyingkap pemimpin palsu dan menjunjung pekerjaan gereja. Namun, aku hanya diam menunggu, ingin Tuhan bertindak, agar Dia menyingkap Saudari Guan. Aku tak memenuhi tugas dan tanggung jawabku. Itu sangat merugikan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Makin dipikir, makin aku merasa bersalah. Aku tahu pelanggaranku tak bisa diperbaiki. Dalam kepedihan, aku datang lagi ke hadapan Tuhan dalam doa dan pertobatan. Aku juga ingin tahu kenapa aku melindungi kepentingan sendiri begitu mengalami masalah. Apa akar masalahnya?

Aku membaca kutipan ini dalam masa teduhku: "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur itu? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa memiliki emosi yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah falsafah hidup manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan ini telah menjadi natur manusia yang rusak, potret sebenarnya dari natur jahat manusia yang rusak, dan natur jahat ini telah menjadi dasar bagi keberadaan manusia yang rusak; selama ribuan tahun, manusia yang rusak telah hidup berdasarkan racun Iblis ini, hingga hari ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku meskipun aku orang percaya, aku tak memperlakukan kebenaran firman Tuhan sebagai pedoman hidupku. Aku masih berpedoman konsep-konsep Iblis, seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Dahulukan keuntungan," dan "Lindungi dirimu, jangan sampai disalahkan." Aku berpedoman racun iblis seperti ini. Aku merasa orang harus memikirkan diri sendiri dalam hidup dan belajar melindungi kepentingan mereka agar tak dirugikan. Itulah satu-satunya cara bersikap pintar, tak merugi. Namun, melalui pelajaran ini kulihat hidup berpedoman racun iblis ini mungkin melindungi kepentinganku untuk sementara, tapi itu membuatku melepaskan esensiku sebagai manusia. Aku menjadi egois, licik, dan keji, bahkan menentang hati nuraniku, karena tak jujur. Aku menjadi orang tanpa karakter atau martabat, yang tak layak dipercaya, juga pada akhirnya merugikan kehidupan saudara-saudari dan sangat mengganggu pekerjaan gereja, melakukan pelanggaran yang tak akan bisa kutebus. Aku benci betapa dalam Iblis telah merusakku, bahwa aku tak punya hati nurani, dan tak layak hidup di hadapan Tuhan. Pengalaman ini juga menunjukkan kepadaku bahwa aku tak memahami Tuhan, tak percaya bahwa Dia mengawasi segala sesuatu. Aku khawatir jika mempersekutukan pemahamanku tentang Saudari Guan dengan yang lain, mereka akan mengira aku mencoba membalas dendam dengan sengaja menekan dia. Namun, di rumah Tuhan, kebenaran berkuasa dan Tuhan melihat semuanya. Selama hatiku di tempat yang tepat dan aku bertindak sesuai prinsip, orang lain akan mendukungku saat mereka memahami kebenarannya. Meski beberapa dari mereka salah paham pada awalnya, aku akan melakukan tugasku di hadapan Tuhan dan hati nuraniku akan jernih. Memahami ini membuatku jauh lebih damai, dan kuputuskan di masa depan, aku akan menjunjung prinsip.

Setelahnya, aku teringat Saudari Li, diaken Injil yang tak pernah menerima kebenaran dan tak pemikul beban dalam tugasnya. Menurut prinsip dia seharusnya diberhentikan. Aku menjelaskan pemikiranku dengan beberapa diaken lain. Mereka berkata, "Jika kita memecatnya sekarang, tak akan ada pengganti yang cocok di gereja. Mari bantu dan dukung dia untuk saat ini." Kupikir aku telah membantu dan mendukungnya beberapa kali, tapi dia tak menerima. Jika dia terus menjadi diaken Injil, dia hanya akan makin menghambat pekerjaan. Namun, memang benar tak ada calon lain yang baik di gereja untuk diaken Injil. Lalu, jika semua orang tak setuju, tapi aku bersikeras, bukankah mereka akan bilang aku terlalu congkak dan keras kepala? Untuk sesaat, aku tak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa dan mencari. Setelah berdoa, aku sadar bahwa aku mulai melindungi kepentinganku lagi. Aku harus menjunjung prinsip kebenaran dalam tugasku—tak boleh mengaburkan benar dan salah. Mempertimbangkan itu berdasarkan prinsip, Saudari Li adalah pekerja palsu. Jika kita pertahankan dia di posisi itu, pekerjaan Injil akan terpengaruh. Aku tak bisa menolak menangani itu karena takut orang lain akan menyebutku congkak—aku harus menjunjung prinsip. Jadi, aku bersekutu tentang kebenaran yang relevan dengan rekan sekerjaku, dan mereka setuju untuk memberhentikan diaken Injil itu. Setelah itu, pemimpin tingkat atas mengatur agar seorang saudari dari gereja lain mengambil alih pekerjaan Injil kami. Dia memikul beban dalam tugas dan memahami prinsip. Pekerjaan Injil kami secara bertahap meningkat. Aku juga merasa sangat tenang dan damai, ini cara hidup yang luar biasa, dan akhirnya aku bisa menerapkan kebenaran.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan