Aku Merasa Jauh Lebih Ringan Setelah Membuang Belenggu Status

21 September 2019

Oleh Saudara Liang Zhi, Provinsi Anhui

Namaku Liang Zhi dan aku menerima keselamatan Tuhan pada akhir zaman enam tahun yang lalu. Suatu hari, dalam sebuah pemilihan yang demokratis di gereja kami, aku terpilih menjadi pemimpin gereja, dan aku mendapati berita ini tidak terduga sekaligus menarik. Aku berpikir dalam hati: "Terpilih sebagai pemimpin gereja di antara semua saudara-saudari dan bertanggung jawab atas semua pekerjaan gereja menunjukkan bahwa aku lebih baik daripada semua orang lain!" Saat memikirkan hal ini, perasaan superioritas mulai berakar di lubuk hatiku, aku mulai berjalan dengan kepala tegak dan penuh energi dalam kebaktian bersama saudara-saudariku. Namun, setelah beberapa saat, aku memperhatikan bahwa saudari yang bertugas bersamaku memiliki kualitas yang bagus dan dia bersekutu tentang kebenaran secara gamblang. Dia mampu memahami akar masalah apa pun yang diajukan oleh saudara-saudari dan dapat bersekutu dengan mereka tentang cara menyelesaikannya dan menunjukkan kepada mereka jalan pengamalannya. Semua saudara-saudari ingin mendengarnya menyampaikan persekutuannya dan, melihat perkembangan situasi ini, aku mulai merasa cemburu dan iri terhadapnya. Aku tidak mau mengakui diriku dikalahkan dan maka dari itu, sebelum setiap kebaktian, aku akan membuat persiapan yang cermat sehubungan dengan keadaan dan masalah saudara-saudari, dan akan memeras otakku tentang bagaimana bersekutu dengan cara yang lebih komprehensif, lebih mencerahkan daripada saudariku tersebut. Setelah memberikan persekutuan dan melihat semua saudara-saudari mengangguk setuju, aku akan merasa sangat senang dengan diriku sendiri dan sangat puas. Jika aku melihat saudara-saudariku bereaksi secara tidak bersemangat, aku akan merasa tertekan dan frustrasi. Belakangan, aku mendapati bahwa seorang saudara yang bertugas bersamaku mengetahui cukup banyak hal tentang pembuatan film dan bahwa dia ahli di bidang komputer. Ketika aku melihat bahwa saudara-saudari mencarinya untuk membahas masalah profesional yang mereka hadapi saat membuat film, meskipun menjadi penanggung jawab gereja kami, aku merasa sepertinya tidak bisa ikut campur—aku merasa seperti roda kelima yang ditinggalkan. Aku merasa sangat tidak nyaman dan tidak senang, dan aku bertanya-tanya, "Saudara-saudari selalu mencarinya ketika mereka punya masalah, jadi apakah mereka pikir dia lebih baik daripada aku? Akan sangat bagus jika aku juga bisa memahami keterampilan pembuatan film, karena dengan begitu saudara-saudari akan mencariku sebagai gantinya setiap kali mereka punya masalah." Maka, setiap hari dari fajar hingga petang aku mencari informasi terkait dan mempelajari semua tentang cara membuat film. Tepat saat aku membanting tulang demi status, masalah muncul satu demi satu dalam pekerjaan setiap kelompok di gereja, dan sebanyak apa pun aku mengadakan kebaktian atau persekutuan, semuanya sia-sia. Aku merasakan tekanan yang begitu besar sampai-sampai sulit bernapas, dan hatiku tersiksa. Aku berpikir dalam hati, "Apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku? Akankah mereka berpikir bahwa, meskipun menjadi seorang pemimpin, aku tidak punya bakat untuk bekerja dan bahwa aku tidak memenuhi syarat untuk melakukan tugas ini? Sepertinya aku tidak akan mampu mempertahankan posisi pemimpin lebih lama lagi." Semakin aku memikirkannya, semakin aku menjadi negatif dan seluruh keberadaanku terasa seperti bola kempes; energi yang aku rasakan sebelumnya benar-benar hilang. Pada akhirnya, karena aku terus-menerus hidup dalam kenegatifan dan menjadi malas bekerja, aku telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan tidak mencapai apa pun yang nyata dalam kinerja tugasku, maka dari itu aku pun digantikan. Pada saat itu, aku merasa seolah-olah telah kehilangan semua kredibilitasku dan ingin lenyap saja ditelan bumi. Pada saat yang sama, aku bertanya-tanya: "Akankah saudara-saudariku membicarakan tentangku di belakang dan mengatakan bahwa aku seorang pemimpin palsu, bahwa aku hanya berjuang demi popularitas dan keuntungan dan tidak melakukan pekerjaan nyata?" Semakin aku memikirkan hal ini, semakin banyak kepedihan yang menyelimuti hatiku, seolah-olah banyak suara celaan terngiang-ngiang di telingaku ...

Malam itu, aku berbaring di tempat tidur, berguling-guling dan tidak bisa tidur sekejap pun. Yang bisa kulakukan hanyalah berdoa terus-menerus, berseru kepada Tuhan agar membimbing dan menuntunku ... Setelah itu, aku melihat firman Tuhan ini yang menyatakan: "Dalam upaya yang engkau semua lakukan, ada terlalu banyak gagasan, harapan dan cita-cita yang bersifat individual. Pekerjaan saat ini adalah untuk menangani keinginanmu memiliki status serta hasratmu yang muluk-muluk. Harapan, status, dan gagasan, semuanya itu merupakan representasi klasik dari watak Iblis. Alasan mengapa hal-hal semacam ini ada dalam hati manusia adalah sepenuhnya karena racun yang ditebarkan Iblis selalu merusak pikiran manusia, dan manusia selalu tidak mampu menepis godaan Iblis tersebut. Mereka hidup dalam dosa tetapi tidak menganggap hal itu sebagai dosa, bahkan mereka beranggapan: 'Karena kami percaya kepada Tuhan, Dia harus mencurahkan berkat kepada kami dan mengatur segalanya bagi kami dengan sepantasnya. Karena kami percaya kepada Tuhan, maka kami harus lebih unggul daripada orang lain, dan kami harus memiliki status yang lebih tinggi serta masa depan yang lebih baik dari orang lain. Karena kami percaya kepada Tuhan, maka Dia harus memberi berkat yang tak terbatas kepada kami. Jika tidak, itu namanya bukan percaya kepada Tuhan.' ... Sekarang, engkau semua adalah para pengikut dan telah memperoleh sedikit pemahaman tentang tahap pekerjaan ini. Namun, engkau semua belum mengesampingkan hasratmu akan status. Ketika statusmu tinggi, engkau semua mencari dengan baik, tapi ketika statusmu rendah, engkau semua tidak mau lagi mencari. Berkat-berkat yang berkaitan dengan status selalu ada dalam pikiranmu. ... Semakin engkau mencari dengan cara seperti ini, semakin sedikit yang akan engkau tuai. Semakin kuat keinginan seseorang untuk meraih status, semakin serius dirinya harus ditangani dan semakin berat pemurnian yang harus mereka alami. Orang-orang semacam itu tidak layak! Mereka harus ditangani dan dihakimi sepantasnya supaya mereka mau melepaskan hasratnya akan hal-hal tersebut. Jika engkau semua mengejar dengan cara seperti ini sampai pada akhirnya, engkau tidak akan menuai apa pun. Mereka yang tidak mengejar kehidupan tidak dapat diubah, dan mereka yang tidak haus akan kebenaran tidak akan memperoleh kebenaran. Engkau tidak berfokus mengejar perubahan pribadi dan pada jalan masukmu, sebaliknya engkau selalu berfokus pada keinginan-keinginan yang berlebihan dan hal-hal yang menghalangi dirimu untuk mengasihi Tuhan serta menghalangimu untuk semakin dekat dengan Dia. Dapatkah semua hal itu mengubah dirimu? Dapatkah semua itu membawamu masuk ke dalam Kerajaan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). "Beberapa orang selalu takut bahwa orang lain akan membuat mereka tidak lagi menjadi pusat perhatian dan mengungguli mereka, mendapatkan pengakuan sementara mereka sendiri diabaikan. Ini mengakibatkan mereka menyerang dan mengecualikan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang lebih mampu daripada diri mereka sendiri? Bukankah perilaku semacam itu egois dan hina? Watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang jahat! Hanya memikirkan diri sendiri, hanya memuaskan keinginan sendiri, tidak menunjukkan perhatian terhadap tugas orang lain, dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan bukan kepentingan rumah Tuhan—orang-orang seperti ini memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka. Jika engkau benar-benar mampu memikirkan kehendak Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan seseorang, dan orang itu dibina menjadi orang yang berbakat, dan sebagai akibatnya engkau membawa satu orang lagi yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, tidakkah engkau dengan demikian telah melakukan pekerjaanmu dengan baik? Tidakkah engkau dengan demikian telah setia dalam menjalankan tugasmu? Ini adalah perbuatan yang baik di hadapan Tuhan, dan merupakan tipe hati nurani dan akal budi yang harus dimiliki manusia" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman Tuhan ini mengungkapkan esensi batinku yang mengejar status, popularitas, dan keuntungan, dan aku merasa sangat terganggu. Sejak mulai bertugas sebagai pemimpin gereja, aku selalu mengorbankan diri dengan antusias dan karenanya menganggap bahwa diriku adalah seseorang yang mengejar kebenaran. Tetapi sekarang, setelah fakta-fakta itu diungkapkan kepadaku, dihadapkan pada penghakiman dan hajaran firman Tuhan, akhirnya aku melihat kekotoran dalam kepercayaanku kepada Tuhan. Aku merenungkan bagaimana, setiap kali berkumpul dengan saudara-saudariku untuk bersekutu tentang firman Tuhan, aku tidak melakukannya untuk meninggikan Tuhan atau memberikan kesaksian tentang Tuhan agar semua orang dapat memahami kebenaran dalam firman Tuhan, memahami kehendak Tuhan, dan mengetahui bagaimana bertindak agar masuk ke dalam realitas firman Tuhan. Alih-alih, aku mengerahkan seluruh energiku untuk berpikir bagaimana menjadi lebih baik daripada saudariku dan bagaimana membuat saudara-saudari sependapat denganku dan mengagumiku, dalam upaya untuk membangun citraku sendiri di dalam hati mereka dan untuk lebih mempertahankan kedudukanku sendiri. Saat aku melihat bahwa saudaraku lebih cakap secara profesional daripada diriku sendiri dan bahwa semua saudara-saudari mencarinya untuk bersekutu dengan dirinya saat mereka punya masalah, dan aku tidak punya kesempatan untuk melakukan sesuatu, aku kemudian akan merasa cemburu kepadanya dan akan mengecualikannya. Aku takut dia akan mengambil wewenangku dan membuatku tidak berdaya, jadi aku berusaha mempersenjatai diri dengan pengetahuan profesional untuk mengukuhkan kedudukanku. Ketika gereja menghadapi masalah yang tidak mampu kuselesaikan, aku tidak datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, tidak mengandalkan Tuhan atau berharap dari Tuhan, dan tidak mencari kebenaran bersama saudara-saudariku untuk menyelesaikan masalah tersebut, sebaliknya aku menghabiskan setiap hari terombang-ambing oleh pemikiran untung dan rugi terhadap statusku, takut jika aku tidak bekerja dengan baik, aku tidak akan dapat mempertahankan posisiku sebagai pemimpin. Aku melihat bahwa aku tidak melakukan tugasku untuk mengejar kebenaran dan memuaskan kehendak Tuhan dan tidak berusaha mengalami perubahan dalam watakku saat melakukan tugasku. Sebaliknya, aku memperlakukan tugasku seolah-olah itu adalah karier dan menganggapnya sebagai alat yang dapat aku gunakan untuk menonjol dari orang-orang lain dan terkenal. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana memamerkan dan membuktikan diri, untuk memenangkan penghargaan dan apresiasi dari semua orang dan untuk memuaskan ambisi dan keinginanku untuk naik tinggi di atas orang lain. Aku sama sekali tidak melakukan perbuatan baik dalam pelaksanaan tugasku, tetapi sebaliknya aku benar-benar hidup demi popularitas, keuntungan, dan status!

Aku kemudian membaca firman Tuhan yang menyatakan: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami kehendak-Nya. Ketika Tuhan menentukan kesudahan seseorang, Dia tidak melakukannya berdasarkan seberapa tinggi atau rendah status mereka, seberapa hebat senioritas mereka, seberapa banyak mereka telah bekerja untuk Tuhan, atau seberapa besar mereka telah menderita. Sebaliknya, Tuhan menentukan kesudahan seseorang berdasarkan pada apakah mereka mengejar kebenaran dan memperoleh kebenaran, dan pada apakah watak hidup mereka telah berubah atau tidak. Aku telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, tetapi tidak pernah benar-benar berupaya mengejar kebenaran atau melakukan firman Tuhan. Sebaliknya, aku terus-menerus mengejar popularitas, keuntungan, dan status; dan pandangan yang aku pegang tentang apa yang harus dikejar sepenuhnya bertentangan dengan apa yang diminta Tuhan. Hasil dari semua ini adalah, meskipun telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, aku belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran apa pun dan watak hidupku tidak berubah sama sekali. Dalam kebaktian-kebaktian, aku tidak dapat membicarakan tentang pengalaman atau pengetahuan apa pun tentang firman Tuhan, tetapi sering kali hanya mengkhotbahkan beberapa huruf-huruf tertulis dan doktrin untuk menipu orang. Oleh karena itu, aku kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan tidak mencapai apa pun dalam melaksanakan tugasku. Jika aku terus mengikuti jalan yang salah, aku pada akhirnya akan terungkap dan disingkirkan oleh Tuhan, dan aku akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan Tuhan. Saat memikirkannya sekarang, aku menyadari bahwa diriku digantikan adalah penghakiman dan hajaran yang adil dari Tuhan. Tuhan telah melakukannya untuk menangani diriku dan menyucikan ambisi dan hasrat dalam diriku yang berjuang demi popularitas dan keuntungan, dan Dia menuntunku ke jalan yang benar dalam mengejar kebenaran—Tuhan sedang menyelamatkan aku! Pada saat itu, aku dipenuhi dengan rasa syukur kepada Tuhan dan tak dapat menahan diriku untuk langsung datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Ya Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu atas penghakiman dan hajaran-Mu, karena telah mengizinkanku untuk menyadari bahwa aku mengikuti jalan yang salah dan untuk melihat konsekuensi berbahaya dari mengejar popularitas, keuntungan, dan status. Ya Tuhan, aku ingin kembali kepada-Mu, untuk melepaskan popularitas, keuntungan, dan status, dan aku memilih untuk mengikuti jalan pengejaran kebenaran sehingga dengan melakukannya aku dapat menghibur hati-Mu."

Selama periode devosi rohani dan perenungan pribadiku, kondisiku berangsur-angsur membaik dan pemimpin gereja mengatur agar aku menyirami orang-orang percaya baru. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena memberiku kesempatan untuk melakukan tugasku, dan aku diam-diam bertekad: "Aku harus menghargai kesempatan ini untuk melakukan tugasku. Aku tidak boleh melakukan kesalahan yang sama lagi dan mengikuti jalan dalam mengejar popularitas, keuntungan, dan status!" Dalam tugasku setelah itu, setiap kali aku menghadapi masalah, aku akan membahasnya dengan saudara-saudariku dan akan mendengarkan dan mengadopsi saran mereka. Setiap kali aku mulai mengungkapkan watak rusakku dalam berjuang demi popularitas dan keuntungan, aku akan berdoa kepada Tuhan, dan dengan sengaja membaca lebih banyak firman Tuhan yang berhubungan dengan penghakiman-Nya terhadap esensi manusia yang rusak, dan kemudian aku akan menerapkan sesuai dengan firman-Nya. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, kemudian aku bisa sedikit melepaskan popularitas, keuntungan, dan status. Namun, natur Iblis dalam diriku yang ingin mencari popularitas dan keuntungan dan yang berupaya naik di atas orang lain tidak dapat diubah sekali untuk selamanya hanya dengan memiliki sedikit pemahaman. Aku masih perlu menjalani lebih banyak penghakiman dan hajaran sebelum akhirnya bisa disucikan dan diubah.

Beberapa bulan kemudian, sekali lagi Tuhan mengaturkan sebuah lingkungan untuk mengungkap dan menyelamatkan aku. Oleh karena semakin banyak orang yang melihat dan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dan pekerjaan untuk menyirami serta mendukung orang-orang percaya baru semakin sibuk, pemimpin gereja kami mengatakan bahwa kami harus memilih seorang pemimpin kelompok untuk bertanggung jawab mengatur pekerjaan tersebut. Saat mendengar hal ini, aku mulai mempertimbangkan kemungkinan tersebut dalam pikiranku: "Dari tujuh orang di antara kami di kelompok ini, Saudara Zhang mungkin yang paling cakap dalam pekerjaan. Dia juga memiliki perasaan kebenaran, dia bersekutu tentang kebenaran dengan cara yang cukup praktis dan mampu secara aktif melindungi pekerjaan gereja. Kemungkinan besar dia akan terpilih menjadi pemimpin kelompok." Namun kemudian aku memikirkan bagaimana sebelumnya aku pernah menjadi pemimpin gereja dan bagaimana aku selalu menjadi orang yang mengatur segala sesuatu yang harus dilakukan oleh Saudara Zhang. Jika dia terpilih kali ini untuk menjadi pemimpin kelompok, maka aku harus selalu melakukan apa yang dia perintahkan, dan itu akan menunjukkan bahwa statusku lebih rendah daripada dia. Lalu bagaimana aku bisa menghadapi orang lain lagi? Saat memikirkan hal ini, aku merasa sangat kesal. Saat tiba harinya bagi kami untuk memilih pemimpin kelompok, aku tidak bisa menahan perasaan gugup dan pikiranku terus-menerus berperang melawan diriku sendiri. Siapa yang harus aku pilih? Saudara Zhang? Tetapi ketika aku memikirkan bagaimana saudara-saudari selalu mencarinya untuk membahas kesulitan mereka, aku mulai merasa sedikit cemburu dan tidak lagi ingin memilihnya. Mungkinkah aku harus memilih diriku sendiri? Tetapi aku tahu bahwa aku tidak secakap Saudara Zhang, dan jika saudara-saudari lainnya tidak memilihku, maka aku tidak akan bisa menjadi pemimpin kelompok. Aku merasa sangat tertekan saat itu, begitu rupa sampai-sampai pikiran jahat muncul di benakku: "Jika aku tidak bisa menjadi pemimpin kelompok, maka engkau juga tidak." Dan akhirnya aku memilih Saudara Wu, yang dengannya aku biasanya dapat bergaul dengan baik tetapi kurang cakap. Namun, pada akhirnya, Saudara Zhang tetap terpilih menjadi pemimpin kelompok. Aku tidak senang melihat hasil ini, tetapi perasaan gelisah kemudian muncul, dan aku merasa seolah-olah telah melakukan sesuatu yang tidak sepenuhnya jujur. Dalam perjalananku pulang ke rumah hari itu, aku merenungkan pikiran dan gagasan yang telah aku ungkap selama pemungutan suara. Mengapa aku tidak bersedia memilih Saudara Zhang? Aku takut bahwa Saudara Zhang akan naik lebih tinggi daripada diriku. Bukankah aku sekali lagi telah tenggelam ke dalam kondisi di mana aku berusaha mencari popularitas dan keuntungan? Aku merasa sangat tertekan. Aku tidak ingin mencari popularitas dan keuntungan, jadi mengapa aku selalu terperosok kembali ke dalam cara-cara lamaku setiap kali situasi seperti ini muncul? Aku berdoa kepada Tuhan dalam hati dan meminta-Nya untuk mencerahkan dan membimbingku agar aku dapat menemukan akar masalah ini. Saat tiba di rumah, aku melihat firman Tuhan ini yang menyatakan: "Apa yang Iblis gunakan untuk membuat manusia tetap berada dalam kendalinya? (Ketenaran dan keuntungan.) Jadi, Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI").

"Perilaku seperti apakah yang akan diperlihatkan orang dengan hati yang takut akan Tuhan? (Mereka tidak akan begitu saja melakukan apa saja yang mereka inginkan atau bertindak ceroboh). Jadi apa yang harus dilakukan orang agar tidak bertindak sesuka hatinya? (Memiliki hati yang mencari.) Beberapa orang mungkin merasa bahwa pemikiran mereka salah, tetapi mereka juga merasa tidak bersedia mendengar saran yang benar dari orang lain, dan berpikir: 'Biasanya aku lebih baik daripada dia. Jika aku mendengarkan sarannya sekarang, dia akan tampak lebih unggul daripadaku! Tidak, aku tidak bisa mendengarkan dia dalam persoalan ini. Aku akan melakukannya dengan caraku saja.' Kemudian mereka mencari alasan dan dalih untuk mengucilkan orang lain itu. Jika mereka melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka menekannya, mulai membuat desas-desus tentang dirinya, atau menggunakan beberapa cara yang jahat sehingga orang lain tidak memandang tinggi dirinya, dan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada orang lain. Maka, inilah watak rusak berupa kecongkakan dan sikap merasa diri benar, serta kebengkokan, kelicikan dan hati yang busuk, dan tidak sesuatu pun dapat menghentikan orang-orang ini untuk mencapai tujuan mereka. Mereka hidup seperti ini tetapi tetap berpikir bahwa mereka hebat dan bahwa mereka adalah orang baik. Namun, apakah mereka memiliki hati yang takut akanTuhan? Pertama-tama, berbicara dari sudut pandang natur dari persoalan ini, bukankah orang-orang yang bertindak dengan cara seperti ini hanya berbuat sesuka hati mereka? Apakah mereka mempertimbangkan kepentingan keluarga Tuhan? Mereka hanya memikirkan perasaan mereka sendiri dan mereka hanya ingin mencapai tujuan mereka sendiri, terlepas dari kerugian yang ditanggung oleh pekerjaan keluarga Tuhan. Orang-orang semacam ini bukan saja congkak dan merasa diri benar, mereka juga egois dan hina; mereka sama sekali tidak mempertimbangkan maksud Tuhan, dan orang-orang seperti ini, tanpa diragukan lagi, tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah sebabnya mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan dan bertindak ceroboh, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran atau kecemasan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Mereka tidak takut akan Tuhan, mereka percaya diri merekalah yang terpenting, dan mereka menganggap setiap aspek dari diri mereka lebih tinggi daripada Tuhan dan lebih tinggi daripada kebenaran. Dalam hati mereka, Tuhan adalah yang paling tidak layak disebutkan dan paling tidak penting, dan Tuhan tidak memiliki kedudukan dalam hati mereka sama sekali" ("Lima Keadaan Manusia Sebelum Mereka Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan Mereka kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus").

Saat merenungkan firman Tuhan tersebut, aku mengingat kembali semua yang telah aku pikirkan dan lakukan dalam pemungutan suara, dan aku merasa malu sekali. Aku memahami bahwa popularitas, keuntungan, dan status yang selalu aku kejar sebenarnya adalah belenggu tak terlihat yang digunakan Iblis untuk mengikat kita, dan bahwa itu adalah cara Iblis untuk menipu dan merusak kita! Aku mengingat kembali sebelum aku percaya kepada Tuhan, ketika aku menganggap gagasan dan pandangan Iblis seperti "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang," "Manusia harus selalu berusaha menjadi lebih baik daripada sesamanya yang hidup saat ini," "Semakin engkau menderita, semakin engkau akan berhasil," dan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah" sebagai semboyan hidupku dan sebagai ungkapan yang benar. Aku menerima gagasan-gagasan Iblis ini dan terpikat dengan kekuasaan dan status, aku mengejar popularitas, keuntungan, dan status dan ingin naik di atas orang lain sebagai tujuan hidupku, serta berjuang dan berupaya keras demi semua itu. Asalkan aku bisa memperoleh popularitas, keuntungan, dan status untuk diriku sendiri, maka aku akan menanggung penderitaan atau kelelahan sebesar apa pun. Setelah mulai percaya kepada Tuhan, aku terus hidup dengan racun Iblis ini dalam mengejar popularitas, keuntungan, dan status dan berusaha untuk naik di atas orang lain. Hal-hal ini sudah lama menjadi kehidupanku, dan semua itu membuatku tidak dapat menghentikan diri dari pemberontakan melawan Tuhan dan menentang-Nya. Aku tahu betul bahwa Saudara Zhang akan menguntungkan pekerjaan gereja sebagai pemimpin kelompok, tetapi aku iri dengannya karena dia begitu cakap dan aku takut dikalahkan. Oleh karena itu, demi mempertahankan posisi dan gengsiku sendiri, aku memutuskan bahwa aku lebih suka seseorang yang tidak cakap untuk mendapat posisi pemimpin kelompok dan pekerjaan gereja menjadi menderita daripada memilih Saudara Zhang. Aku melihat bahwa aku menolak menerima pengawasan Tuhan yang cermat dalam perbuatanku, aku tidak memiliki sedikit pun perasaan takut akan Tuhan, hanya mempertimbangkan gengsi dan posisiku sendiri setiap kali menghadapi masalah dan justru tidak menjunjung tinggi pekerjaan gereja—lalu bagaimana mungkin perilaku egois dan hina seperti itu tidak membuat jijik Tuhan dan membuat Dia membenciku? Aku memikirkan firman Tuhan yang menyatakan, "Pelanggaran akan Menuntun Manusia ke Neraka," dan merasa bahwa aku berada dalam keadaan yang sangat berbahaya. Jika terus seperti itu, aku akan menjadi seseorang yang dibenci, ditolak, dan disingkirkan oleh Tuhan. Saat itulah, aku teringat orang-orang Farisi yang telah menentang Tuhan Yesus. Demi melindungi kedudukan dan kekuasaan mereka dalam rumah ibadat, mereka sama sekali tidak mencari penampakan Tuhan Yesus ataupun kebenaran yang Dia ungkapkan, tetapi sebaliknya mereka justru bersikukuh dalam menentang dan mengutuk Tuhan Yesus, begitu rupa sehingga mereka bahkan menyalib-Nya pada kayu salib, dan dengan demikian mereka menderita hukuman dan kutukan Tuhan. Sekarang aku melihat dengan jelas bahwa, dalam kepercayaan seseorang kepada Tuhan, jika kita tidak peduli untuk mencari kebenaran dan memasuki kebenaran, tetapi sebaliknya hanya terus mengejar popularitas, keuntungan, dan status, kita sedang mengikuti jalan orang-orang Farisi dalam menentang Tuhan! Memikirkan hal-hal ini, aku takut sekali mengikuti jalan yang salah dan memutuskan saat itu juga untuk membebaskan diri dari belenggu dan bahaya popularitas, keuntungan, dan status, mengikuti jalan mengejar kebenaran dan melakukan tugasku dengan setia, dan mendapatkan pujian dari Tuhan.

Setelah itu, aku kembali membaca firman Tuhan: "Mereka yang mampu menerapkan kebenaran dapat menerima pemeriksaan Tuhan ketika melakukan segala sesuatu. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu menjadi lurus. Jika engkau hanya melakukan hal-hal agar dilihat orang lain, dan tidak menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam ini tidak menghormati Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, gengsi, atau reputasimu sendiri. Juga jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah berusaha sekuatmu untuk setia, melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. ... Selain itu, jika engkau dapat memenuhi tanggung jawabmu, melakukan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egois, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memiliki pertimbangan terhadap kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah-Nya, maka setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik untuk hidup. Ini adalah menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang tercela atau tak berguna, dan hidup secara adil dan terhormat, bukan berpikiran sempit atau jahat; engkau akan merasa bahwa inilah cara seseorang harus hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman ini menunjukkan kepadaku tujuan yang harus aku miliki dan arah yang harus aku tempuh untuk menjadi manusia. Hatiku dipenuhi dengan pemahaman, dan kemudian aku tahu bagaimana melakukan dengan cara yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Belakangan, aku berinisiatif untuk membuka diri kepada Saudara Zhang tentang bagaimana aku terus-menerus hidup dalam keadaan berjuang demi popularitas dan keuntungan, dan tentang bagaimana aku pernah iri kepadanya. Aku juga mengungkapkan kepadanya niat tercelaku selama pemungutan suara. Setelah mendengarkanku, dia tidak merendahkanku, tetapi justru memberiku persekutuan tentang kebenaran terkait keadaanku, dan dia juga membuka diri dan berbicara kepadaku tentang pengalaman dan pemahamannya. Setelah persekutuan ini, semua kerenggangan di antara kami pun hilang, dan aku merasakan kebebasan dan kenyamanan yang luar biasa. Setelah itu, setiap kali mengalami kesulitan dalam tugasku atau aku menemukan masalah yang tidak kupahami, aku akan selalu aktif mencari bersama Saudara Zhang, dan dia akan selalu bersekutu bersamaku dengan sabar sampai mendapatkan jawaban. Semakin aku berlatih menerapkan firman Tuhan dengan cara ini, semakin aku merasakan hubunganku dengan Tuhan, dan hubunganku dengan saudara-saudari lainnya semakin dekat, dan hasil yang aku capai dalam tugasku juga menjadi semakin baik. Aku benar-benar menghargai bahwa dengan melepaskan popularitas, keuntungan, dan status, dan hidup dengan firman Tuhan, berpaling kepada Tuhan, dan memenuhi tugas, orang kemudian akan diberkati oleh Tuhan, dan kemudian dapat menjalani kehidupan yang adil dan terhormat dengan perasaan damai dan ketenangan dalam hati, dan hubungannya dengan Tuhan pun akan semakin dekat.

Pada Oktober 2017, pemilihan umum gereja tahunan dimulai lagi, dan aku diajukan sebagai kandidat untuk menjadi pemimpin gereja. Saat mendengar kabar ini, aku tidak merasa bersemangat seperti dulu, tetapi sebaliknya aku memperbaiki kondisi pikiranku untuk mengalami pekerjaan Tuhan. Berpartisipasi dalam pemilihan bukanlah agar aku dapat berjuang untuk menjadi pemimpin gereja, tetapi untuk memenuhi kewajibanku sebagai bagian dari proses ini, untuk belajar mencari kebenaran, dan memilih orang yang tepat untuk menjadi pemimpin sesuai dengan prinsip-prinsip gereja dalam memilih pemimpin. Jika terpilih menjadi pemimpin, aku hanya ingin melakukan tugasku sebagai makhluk ciptaan dengan cara yang tulus dan tertib untuk memuaskan Tuhan; aku tidak ingin menjadi seperti diriku yang dulu, yang berjuang demi popularitas dan keuntungan dan menyebabkan Tuhan berduka. Jika tidak terpilih, aku tidak akan menyalahkan Tuhan, tetapi akan terus bekerja sama dengan Tuhan, melakukan tugas dengan kemampuan terbaikku dan tunduk pada pengaturan dan pengelolaan-Nya, karena aku adalah salah satu ciptaan-Nya. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk melakukan tugas apa pun yang diberikan kepadaku, dan aku harus selalu melakukannya dengan segenap hati dan dengan segenap kekuatanku. Ketika suara dihitung dan hasilnya diumumkan, aku mendapati bahwa aku telah terpilih menjadi pemimpin gereja. Namun, aku tidak merasa senang dengan diriku sendiri dan tidak lagi merasa diriku luar biasa atau lebih baik daripada saudara-saudari lainnya. Sebaliknya, aku merasa seolah-olah ini adalah amanat dan kewajiban dan Tuhan sedang meletakkan harapan-Nya di pundakku. Aku tahu bahwa aku harus giat mengejar kebenaran, bekerja sama dengan Tuhan, dan memenuhi tugasku untuk memuaskan-Nya, dan memastikan aku hidup sesuai dengan kasih dan keselamatan yang Dia berikan kepadaku.

Firman Tuhan menyatakan: "Dalam hidupnya, jika manusia ingin ditahirkan dan mencapai perubahan dalam wataknya, jika ia ingin hidup dalam kehidupan yang bermakna dan memenuhi tugasnya sebagai makhluk ciptaan, ia harus menerima hajaran dan penghakiman Tuhan dan tidak membiarkan disiplin Tuhan dan pukulan-Nya menjauh darinya, agar ia dapat membebaskan diri dari manipulasi dan pengaruh Iblis, dan hidup di dalam terang Tuhan. Ketahuilah bahwa hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman").

Melalui pengalaman nyataku, aku benar-benar menghargai bahwa penghakiman dan hajaran Tuhan adalah cahaya yang menyelamatkan kita, dan itu semua adalah kasih paling sejati dari Tuhan. Penghakiman dan hajaran, hajaran dan pendisiplinan oleh firman Tuhan itulah yang memungkinkan aku untuk melihat dengan jelas kerugian yang ditimbulkan oleh popularitas, keuntungan, dan status terhadap diriku, dan yang membangkitkan keberanian dan tekadku untuk mengejar kebenaran. Saat melepaskan popularitas, keuntungan, dan status, aku merasa seolah-olah bukan hanya status yang telah aku lepaskan, tetapi juga belenggu yang digunakan Iblis untuk merantaiku, dan di relung terdalam rohku, aku merasakan suatu perasaan kedamaian dan sukacita yang belum pernah terjadi sebelumnya dan perasaan ringan dan bebas. Meskipun aku masih dapat, bahkan sampai sekarang, mengungkapkan watak rusakku dalam memperjuangkan popularitas dan keuntungan, aku tidak lagi dikendalikan dan diikat olehnya. Melalui pengalamanku, aku telah belajar bahwa, dengan melakukan kebenaran, seseorang dapat membuang watak rusak Iblis dalam dirinya, dan semakin banyak seseorang melakukan kebenaran, semakin banyak dia bisa menghidupi keserupaan dengan manusia dan diberkati oleh Tuhan. Aku benar-benar merasa bahwa setiap hal kecil yang Tuhan lakukan kepadaku adalah harga yang dibayar Tuhan sedang sungguh-sungguh. Penyelamatan Tuhan terhadap diriku sangatlah nyata, dan kasih-Nya begitu besar dan sejati! Mulai hari ini, aku ingin mengalami penghakiman dan hajaran Tuhan lebih banyak lagi, untuk mengejar kebenaran agar aku dapat membuang watak rusak Iblis dalam diriku sesegera mungkin, dan untuk menghidupi keserupaan dengan manusia yang sejati sehingga memberikan penghiburan pada hati Tuhan. Puji syukur pada Tuhan karena telah menyelamatkanku!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait