Bisakah Pastor dan Uskup Mengampuni Dosa-Dosa Orang Atas Nama Tuhan?

29 September 2021

Oleh Qianbei, China

Sejak menjadi seorang Katolik aku sering melihat para pastor dan uskup berjubah putih mengadakan Misa untuk umat paroki. Setelah melakukan dosa, umat paroki akan berlutut di hadapan para pastor dan mengucapkan pengakuan dosa dan kemudian para pastor akan mengucapkan rumusan absolusi dan pengampunan dosa atas nama Tuhan. Mau tak mau aku menjunjung tinggi para uskup dan pastor. Setiap kali aku melakukan dosa, aku akan bergegas untuk membuat pengakuan dosa kepada pastor; aku meletakkan semua harapanku untuk masuk ke kerajaan surga kepada para pastor. Suatu ketika, ketika sebuah gereja besar merayakan Paskah, 6.000 umat paroki semua berlutut di depan pastor bersama-sama untuk memohon berkat. Melihat pemandangan yang begitu megah, aku semakin menghormati para pastor dan berpikir, "Untuk memasuki kerajaan surga, aku harus bergantung pada uskup dan pastor—mereka adalah pemanduku."

Suatu hari, aku bertemu dengan Saudara Cheng, yang telah melakukan pekerjaan di luar kota selama bertahun-tahun, dan dia mengatakan kepada aku bahwa para pastor dan uskup tidak dapat mengampuni dosa-dosa kita atas nama Tuhan. Setelah mendengar ini, aku berdiri dan berkata dengan marah, "Apa? Para pastor dan uskup tidak dapat mengampuni dosa-dosa kita atas nama Tuhan? Bagaimana itu mungkin? Selama ribuan tahun, kami umat Katolik selalu berpikir seperti ini."

Saudara Cheng tidak marah karena kurangnya alasan aku, tetapi malah tersenyum dan berkata, "Saudaraku, tolong tenang. Kita harus percaya kepada Tuhan sesuai dengan firman Tuhan. Mari kita pertimbangkan dengan cermat apakah ada bukti dalam Alkitab untuk klaim ini bahwa para pastor dan uskup dapat mengampuni orang dari dosa-dosa atas nama Tuhan. Apakah Tuhan Yesus pernah mengucapkan kata-kata seperti itu? Apakah Roh Kudus pernah mengatakan hal seperti itu? Dosa apa yang dapat diampuni oleh seorang nabi, pastor, atau uskup atas nama Tuhan?"

Aku menjawab, "Bagaimana mungkin tidak ada dasar alkitabiah?" Kemudian aku mengeluarkan Alkitab dan berkata dengan yakin, "Dalam Matius 16:15–19, dikatakan, "Yesus bertanya kepada mereka: 'Tetapi menurut engkau, siapakah Aku ini?' Dan Simon Petrus menjawab, 'Engkau adalah Kristus, Anak Tuhan yang hidup.' Dan Yesus menjawab dan berkata kepadanya: 'Berbahagialah engkau, Simon Bin Yunus: karena ucapanmu itu bukan dinyatakan oleh manusia, melainkan oleh Bapa-Ku yang di surga.Tuhan Yesus berkata: 'Dan Aku juga berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan membangun gereja-Ku; dan gerbang neraka tidak akan bisa menguasainya.' Aku akan memberikan kepada-Mu kunci-kunci Kerajaan Surga: apa pun yang engkau ikat di bumi akan terikat di surga: dan apa pun yang engkau lepaskan di bumi akan terlepas di sorga" (Matius 16:15-19). Dari ayat-ayat ini, kita dapat melihat bahwa Petrus dipilih dan ditunjuk oleh Tuhan, dan bahwa Tuhan memberinya kunci kerajaan surga dan otoritas untuk mengampuni dosa. Gereja Katolik memiliki hierarki, dan Paus adalah penerus Santo Petrus. Jumlah Paus sejauh ini lebih dari 260. Paus, uskup agung, uskup, dan pastor semuanya dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. Pastor dan uskup memiliki wewenang untuk mengampuni dosa, jadi selama aku berlutut di hadapan mereka dan membuat pengakuan setelah melakukan dosa, mereka akan menghapuskan dosaku atas nama Tuhan. Umat Katolik telah berpegang pada pandangan ini selama hampir dua ribu tahun—mungkinkah itu salah?"

Mendengar aku mengatakan ini, Saudara Cheng bersekutu, "Firman Tuhan yang Anda sebutkan diucapkan ketika Tuhan memilih dan mengangkat Petrus. Tuhan memang meminta Petrus untuk menggembalakan gereja-gereja, tetapi Tuhan tidak mengatakan bahwa otoritas yang diberikan kepada Petrus dapat diserahkan kepada Paus. Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata ini, Paus, kardinal, uskup agung, uskup, dan pastor belum ditetapkan. Doktrin-doktrin itu disusun oleh generasi-generasi berikutnya, bukan oleh Tuhan. Tuhan Yesus tidak pernah mengatakan hal seperti itu, begitu pula Roh Kudus, dan para nabi juga tidak pernah membuat pernyataan itu. Kita menerapkan kata-kata yang diucapkan oleh Tuhan ketika Dia memilih dan mengangkat Petrus kepada pastor dan uskup. Apakah ini bisa dipertahankan? Apakah sesuai dengan kehendak Tuhan? Jika itu bukan kehendak Tuhan yang sebenarnya, bukankah ini menyinggung watak Tuhan?"

Mendengar persekutuan Saudara Cheng dengan cara ini, hatiku mulai berdebar, dan aku berpikir, "Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata ini, hanya ada dua belas murid yang mengikuti-Nya, dan tidak ada uskup atau pastor sama sekali. Tuhan Yesus memberi Petrus kunci kerajaan surga, mungkinkah itu tidak berarti kunci kerajaan surga juga diberikan kepada uskup dan pastor? Tetapi pepatah seperti ini telah ada dalam agama Katolik selama dua ribu tahun. Bagaimana itu bisa salah?"

Melihat bahwa aku tetap diam, Saudara Cheng melanjutkan, "Sebenarnya, di setiap zaman pekerjaan Tuhan, Dia secara pribadi memberikan kesaksian dan menetapkan orang yang dipakai Roh Kudus. Selain Petrus yang baru saja kita sebutkan, ada juga Musa di zaman Perjanjian Lama yang diangkat oleh Tuhan. Dalam Keluaran 3:7-10, Tuhan secara pribadi berkata kepada Musa bahwa Tuhan akan mengutus dia untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Petrus dan Musa ditetapkan oleh Tuhan karena mereka diteguhkan oleh firman Tuhan. Namun, uskup dan pastor tidak memiliki firman Tuhan sebagai bukti dan juga tidak memiliki kesaksian Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak secara pribadi menetapkannya, jadi kita tidak bisa mengandalkan perkataan itu."

Setelah mendengar persekutuannya, aku kehilangan kata-kata dan berpikir dalam hati: "Dapat dilihat dari kitab suci bahwa Petrus dan Musa yang ditunjuk dan dipakai Tuhan memang memiliki firman Tuhan sebagai bukti. Mungkinkah pandangan yang aku pegang itu salah?"

Saudara Cheng melanjutkan, "Saudaraku, sehubungan dengan masalah ini, mari kita membaca satu paragraf firman Tuhan dan kemudian kita akan memahaminya dengan lebih baik." Kata-katanya membuyarkan lamunanku. Aku melihat bahwa dia mengeluarkan tablet dari tasnya dan membaca dengan sungguh-sungguh, "Pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang dipakai oleh Tuhan dilakukan dengan tujuan untuk bekerja sama dengan pekerjaan Kristus atau Roh Kudus. Orang ini dibangkitkan oleh Tuhan dari antara manusia lainnya, dan dia ada untuk memimpin semua orang pilihan Tuhan, dan dia juga dibangkitkan oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan kerja sama manusia. Dengan orang seperti ini, yang mampu melakukan pekerjaan kerja sama manusia, semakin banyak tuntutan Tuhan terhadap manusia dan pekerjaan yang harus dilakukan Roh Kudus di antara manusia dapat tercapai melalui dia. Atau, dapat dikatakan seperti ini: tujuan Tuhan dalam memakai orang ini adalah agar semua orang yang mengikut Tuhan dapat memahami kehendak Tuhan dengan lebih baik, dan dapat memenuhi lebih banyak tuntutan Tuhan. Karena manusia tidak mampu memahami firman Tuhan ataupun kehendak-Nya secara langsung, Tuhan telah mengangkat seseorang yang sudah terbiasa melakukannya. Orang yang dipakai oleh Tuhan juga dapat disebut sebagai seorang perantara yang melaluinya Tuhan membimbing manusia, sebagai seorang 'penerjemah' yang menyampaikan pesan antara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu, orang seperti ini tidak sama dengan mereka yang bekerja di rumah Tuhan, ataupun para rasul-Nya. Sama seperti mereka, dia dapat dikatakan sebagai seseorang yang melayani Tuhan, tetapi hakikat pekerjaannya dan latar belakang mengapa dia dipakai Tuhan berbeda jauh dari para pekerja dan rasul Tuhan lainnya. Dalam hal hakikat pekerjaan dan juga latar belakang dia dipakai Tuhan, orang yang dipakai Tuhan itu dibangkitkan oleh-Nya, dia dipersiapkan oleh Tuhan untuk pekerjaan Tuhan, dan dia bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan itu sendiri. Tidak ada orang yang dapat menggantikan orang ini dalam pekerjaannya—ini merupakan kerja sama manusia yang sangat diperlukan bersama pekerjaan ilahi. Sementara pekerjaan yang dilaksanakan oleh para pekerja atau rasul lain hanyalah merupakan penyampaian dan implementasi dari berbagai aspek pengaturan gereja pada setiap periode, atau pekerjaan pembekalan hidup sederhana untuk memelihara kehidupan gereja. Para pekerja dan rasul ini tidak ditunjuk oleh Tuhan, apalagi disebut sebagai orang-orang yang dipakai oleh Roh Kudus. Mereka dipilih dari antara gereja-gereja dan setelah mereka dilatih dan dipersiapkan selama beberapa waktu, mereka yang layak akan dipertahankan, sementara mereka yang tidak layak akan dikirim kembali ke tempat mereka berasal" (Perihal Pemakaian Tuhan Atas Manusia).

Saudara Cheng melanjutkan, "Dari kata-kata ini kita dapat melihat bahwa banyak orang bangkit dalam koordinasi dengan Tuhan selama pekerjaan-Nya, dan bahwa mereka secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: Satu jenis adalah mereka yang dipakai oleh Roh Kudus, yaitu, mereka secara pribadi dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. Tidak ada yang dapat menggantikan orang yang dipakai oleh Roh Kudus dalam melakukan pekerjaan. Karena Roh Kudus memelihara dan membimbing pekerjaan mereka, mereka dapat menuntun kita untuk memahami kehendak dan melakukan penerapan serta masuk ke dalam firman Tuhan. Dengan menerima bimbingan dan penyiraman mereka, kita akan dipuaskan dalam roh, bertumbuh dalam kehidupan secara terus-menerus, lebih memahami kebenaran, memperoleh hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan, dan memperoleh lebih banyak lagi pengenalan tentang Tuhan. Jenis lainnya adalah pekerja dan rasul. Uskup dan pastor juga termasuk dalam kategori ini, tetapi mereka tidak dapat dikatakan sebagai orang yang dipakai oleh Roh Kudus, karena kebanyakan dari mereka telah dilatih di seminari selama beberapa tahun atau dipromosikan dan ditahbiskan oleh atasan mereka. Mereka kebanyakan berkhotbah tentang pengetahuan kitab suci dan teori-teori teologi, dan tidak banyak menerima pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Mereka hanya dapat melakukan beberapa pekerjaan sederhana untuk mempertahankan kehidupan gereja, yang sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan efek dan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh Musa atau Petrus. Jadi mereka tidak secara pribadi didirikan oleh Tuhan."

Saat itu, hatiku tiba-tiba merasa tercerahkan. Itu benar, uskup dan pastor tidak memiliki firman Tuhan sebagai bukti, tetapi mereka dipilih dari gereja atau lulus dari seminari, jadi bagaimana mungkin mereka ditetapkan oleh Tuhan? Dengan mengingat hal ini, aku berkata kepada Saudara Cheng, "Maksud Anda, meskipun uskup dan pastor dapat memimpin umat untuk mengikuti Tuhan, mereka tidak ditetapkan oleh Tuhan, juga tidak dapat mengampuni dosa-dosa orang atas nama Tuhan. Apakah itu benar?"

Setelah mendengar apa yang aku katakan, Saudara Cheng mengangguk dan berkata dengan gembira, "Ya! Hanya Tuhan yang kudus dan dapat mengampuni dosa manusia. Namun, setiap dari kita telah dirusak oleh Iblis dan penuh dengan watak Iblis yang rusak. Kita penuh dengan pembenaran diri dan kesombongan, tidak tunduk pada siapa pun, dan selalu ingin memiliki keputusan akhir. Semua yang kita jalani adalah watak Iblis yang rusak dan mewakili Iblis. Jadi bagaimana seseorang, baik itu uskup atau pastor, dapat mewakili Tuhan? Mari kita membaca beberapa bagian firman Tuhan dan itu akan lebih jelas." Aku mengambil tablet dan membaca kata-kata ini, "Seorang pemimpin agama hanyalah sekadar seorang pemimpin dan tidak dapat disetarakan dengan Tuhan (Sang Pencipta). Segala sesuatu berada di tangan Sang Pencipta, dan pada akhirnya segalanya akan kembali ke tangan Sang Pencipta. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan apa pun agamanya, semua orang akan kembali di bawah kekuasaan Tuhan—ini tak terelakkan. Hanya Tuhan-lah yang Mahatinggi di antara segala sesuatu, dan para penguasa tertinggi di antara semua ciptaan pun harus kembali di bawah kekuasaan-Nya. Setinggi apa pun status seorang manusia, manusia tersebut tidak dapat membawa umat manusia ke tempat tujuan yang sesuai, dan tak seorang pun mampu mengelompokkan segala sesuatu menurut jenisnya. Yahweh itu sendiri yang menciptakan umat manusia dan mengelompokkan masing-masing menurut jenisnya, dan ketika akhir zaman tiba, Dia tetap akan melakukan pekerjaan-Nya sendiri, mengelompokkan segala sesuatu menurut jenisnya—pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh siapa pun selain Tuhan" (Mengenal Tiga Tahap Pekerjaan Tuhan adalah Jalan untuk Mengenal Tuhan). "Semua tindakan dan perbuatan Iblis terwujud dalam diri manusia. Sekarang, semua tindakan dan perbuatan manusia merupakan ungkapan Iblis dan karena itu tidak dapat merepresentasikan Tuhan. Manusia adalah perwujudan Iblis dan watak manusia tidak dapat merepresentasikan watak Tuhan. Sebagian orang memang memiliki karakter yang baik; Tuhan dapat mengerjakan sesuatu melalui karakter manusia semacam itu, dan pekerjaan yang mereka lakukan dituntun oleh Roh Kudus. Namun, watak mereka tidak dapat merepresentasikan Tuhan. Pekerjaan yang Tuhan lakukan atas mereka hanyalah mengerjakan dan mengembangkan apa yang sudah ada dalam diri mereka. Baik nabi-nabi maupun manusia yang pernah dipakai Tuhan pada zaman dahulu, tak seorang pun yang dapat secara langsung merepresentasikan Dia... Hanya kasih, kerelaan untuk menderita, kebenaran, ketundukan, dan kerendahan hati serta ketersembunyian Tuhan yang berinkarnasi yang langsung merepresentasikan Tuhan. Ini karena ketika Dia datang, Dia tidak memiliki natur dosa dan berasal langsung dari Tuhan, tanpa mengalami pengaruh Iblis. Yesus hanya menyerupai daging yang berdosa dan tidak merepresentasikan dosa; karena itu, tindakan, perbuatan, dan perkataan-Nya, hingga saat sebelum penyelesaian pekerjaan-Nya lewat penyaliban (termasuk saat penyaliban-Nya), semuanya merepresentasikan Tuhan secara langsung. Contoh Yesus ini cukup untuk membuktikan bahwa setiap manusia yang memiliki natur dosa tidak dapat merepresentasikan Tuhan, dan bahwa dosa manusia merepresentasikan Iblis. Dengan kata lain, dosa tidak merepresentasikan Tuhan, dan Tuhan itu tanpa dosa" (Manusia yang Rusak Tidak Dapat Merepresentasikan Tuhan).

Saudara Cheng bersekutu dengan ini, "Kita dapat melihat dari kata-kata ini bahwa para pemimpin agama adalah orang-orang yang rusak dan tidak dapat mewakili Tuhan sama sekali; mereka hanya melayani sebagai pemimpin kita selama periode tertentu tetapi tidak dapat mengampuni dosa-dosa kita atas nama Tuhan. Hanya Tuhan—Sang Pencipta—yang dapat menghapus dosa manusia. Di zaman Perjanjian Baru, misalnya, Tuhan Yesus Kristus tidak mengalami kerusakan oleh Iblis dan memiliki esensi kekudusan, sehingga Dia dapat melakukan pekerjaan penebusan atas nama Tuhan. Sebaliknya, kita manusia telah mengalami kerusakan oleh Iblis, dan hidup dalam watak kedagingan yang rusak. Kita semua hidup dalam dosa, penuh dengan kesombongan, pembenaran diri, mementingkan diri sendiri, dan kesombongan, dan apa yang kita hidupi mewakili Iblis. Jika seseorang mengatakan bahwa wataknya mewakili Tuhan, dia mengatakan hal-hal yang sombong dan itu merupakan penghinaan dan penghujatan terhadap Tuhan. Jadi, hanya Kristus yang berinkarnasi yang dapat mewakili Tuhan dan mengampuni dosa manusia, karena Kristus tidak berdosa. Semua yang memiliki natur berdosa tidak dapat mewakili Tuhan, dan itulah sebabnya uskup dan pastor tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia atas nama Tuhan."

Setelah mendengar persekutuan Saudara Cheng, secara tidak sadar aku ingat bahwa, beberapa waktu lalu kami mengundang seorang pastor dari gereja terdekat untuk mendukung gereja kami karena kami sangat sibuk dengan pekerjaan gereja. Tetapi setelah pastor gereja kami mengetahui hal itu, bukan saja dia tidak berterima kasih kepada pastor yang kami undang, tetapi dia malah ingin menolaknya, mengatakan bahwa pastor dari gereja lain itu secara paksa menduduki gerejanya. Pastor itu tidak ingin kalah dan ingin mengambil uang yang diberikan oleh umat paroki selama misa itu. Karena itu, kedua pastor itu saling berdebat sengit. Aku menyadari, "Bukankah apa yang mereka berdua lakukan adalah untuk memperebutkan posisi? Bukankah mereka ingin mengambil alih kekuasaan dan memiliki keputusan akhir? Tampaknya para pastor belum meyingkirkan dosa dan masih memiliki watak jahat Iblis. Jadi bagaimana mereka bisa mewakili Tuhan? Ini benar-benar menghujat Tuhan. Tampaknya pandangan yang aku pegang memang tidak dapat dipertahankan."

Kemudian aku berkata dengan malu, "Saudara Cheng, melalui persekutuan hari ini aku telah belajar bahwa, uskup dan pastor tidak dipilih atau ditetapkan oleh Tuhan, mereka juga orang yang dirusak oleh Iblis, dan mereka sendiri berdosa. Mereka berdebat satu sama lain atas beberapa hal kecil dan bahkan bersaing untuk mendapatkan posisi, dan mereka juga perlu membuat pengakuan kepada pastor lain setelah melakukan dosa. Jadi bagaimana mereka bisa mengampuni dosa kita atas nama Tuhan? Hanya Kristus yang dapat mengampuni dosa manusia atas nama Tuhan."

Saudara Cheng berkata, "Terima kasih Tuhan. Sungguh luar biasa bahwa Anda dapat memahami ini."

Aku berkata dengan gembira, "Terima kasih Tuhan!"

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait