Kasih yang Buta adalah Hal yang Buruk

28 Januari 2025

Oleh Saudari Xiao Li, Tiongkok

Pada tahun 1998, aku dan ketiga saudariku semuanya menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kami sering mempersekutukan firman Tuhan, menyanyikan lagu pujian dan memuji Tuhan bersama-sama, juga selalu saling mendorong untuk mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh dan mencari keselamatan. Kemudian, kami semua mulai melaksanakan tugas di gereja, dan setiap kali bertemu satu sama lain, kami selalu mengobrol tentang situasi kami saat ini dan apa yang telah kami pelajari dalam tugas kami. Namun, adik bungsuku, Xiao Zhi, selain mengeluh tentang kesulitan dalam tugasnya, hampir selalu membicarakan masalah orang lain. Suatu kali, Xiao Zhi berkata bahwa dia menghadapi banyak masalah sejak dia mulai menjadi pemimpin tim penyiraman, tetapi pemimpin gereja tidak memberinya bantuan apa pun. Dia juga mengeluh bahwa saudara-saudari tidak memahami prinsip-prinsip dalam tugas mereka, pemimpin gagal mempersekutukan dan menyelesaikan masalah ini, dan pemimpin tidak mampu melakukan pekerjaan nyata. Namun, aku mengenal pemimpin gerejanya dan dia benar-benar mampu melakukan pekerjaan nyata. Melihat bagaimana adikku tidak berusaha belajar dari pengalamannya dan malah mencari-cari kesalahan pemimpinnya, kupikir dia hanya kurang berpengalaman dan belum mengenal dirinya sendiri, jadi aku sering membantunya dan mempersekutukan firman Tuhan kepadanya. Kukatakan kepadanya bahwa dia harus berhenti berfokus pada orang lain, mulai berfokus pada jalan masuk kehidupannya sendiri, dan berusaha belajar dari setiap kesulitan yang dia temui. Seiring berjalannya waktu, kami tidak bisa sering bertemu, karena kami berdua cukup sibuk.

Suatu hari pada Agustus 2018, aku membaca surat yang ditulis seorang pemimpin kepada Saudari Xiang Yuxun, yang memintanya untuk memberikan rincian lebih lanjut untuk sebuah berkas tentang ornag jahat yang akan dikeluarkan. Di luar dugaanku, orang jahat itu adalah adik bungsuku, Xiao Zhi. Pada saat itu, aku tak bisa memercayai mataku. Aku tak pernah membayangkan adikku akan dikeluarkan. Aku membaca apa yang Yuxun tulis dengan lebih saksama dan membaca bahwa selama masa Xiao Zhi menjadi pengawas pekerjaan penyiraman, dia sering memanfaatkan kedudukannya untuk menegur dan meremehkan orang lain. Ketika seorang saudari mengungkit kekurangannya, Xiao Zhi tak mau menerima kritik dan bahkan mencemooh dan menyerang saudari itu. Akhirnya, saudari itu merasa sangat terkekang dan tidak bahagia sampai dia tak mau lagi melakukan tugasnya. Saudara-saudari lainnya juga merasa terkekang oleh Xiao Zhi, dalam berbagai tingkatan, dan mereka sendiri putus asa. Saat membaca informasi ini, aku tidak percaya Xiao Zhi telah melakukan kejahatan seperti itu dan aku bahkan mengembangkan gagasan tertentu tentang Yuxun, kupikir: "Apakah kau memiliki semacam prasangka terhadap adikku? Dia mungkin tidak memiliki jalan masuk kehidupan yang hebat, tetapi dia bukan orang jahat. Mungkinkah kau melebih-lebihkan kasus ini?" Makin kupikirkan, makin aku menjadi kesal. Malam itu aku tak bisa tidur. Aku teringat bagaimana adikku telah meninggalkan keluarga dan pekerjaannya, dan betapa sulitnya dia bepergian selama bertahun-tahun untuk mengabarkan Injil dan melaksanakan tugasnya. Aku ingat bagaimana suatu kali orang jahat melaporkan dia ketika dia sedang mengabarkan Injil, dan dia terpaksa harus bersembunyi selama satu malam di sebuah rumah yang rusak untuk menghindari penangkapan. Selama bertahun-tahun memberitakan Injil, dia telah dipukul dan dicaci-maki oleh orang-orang beragama, tidur di tumpukan jerami dan kandang babi, dan sering pergi tanpa makan. Dia mungkin tidak punya banyak hal untuk ditunjukkannya selama bertahun-tahun menjadi orang percaya, tetapi dia telah banyak bekerja keras. Bagaimana mungkin dia sekarang dikeluarkan sebagai orang jahat? Namun, aku kemudian merenungkan bahwa gereja bertindak sesuai dengan prinsip, dan bahwa pengusiran selalu didasarkan pada pola perilaku seseorang dan esensi natur mereka. Gereja tidak pernah salah menuduh orang. Apakah Xiao Zhi sebenarnya orang jahat? Memikirkan hal itu membuatku sedih. Jika dia benar-benar dikeluarkan, dia tidak akan diselamatkan dan semua kesukaran yang telah dialaminya akan sia-sia. Aku merasa tidak enak setiap kali memikirkan hal ini pada hari-hari berikutnya, seolah-olah ada batu yang membebani dadaku.

Beberapa hari kemudian, aku menerima surat dari saudariku yang lain, Xiao Yue, yang mengatakan bahwa adik bungsu kami sangat tidak sehat dan perlu dioperasi. Saat membaca surat itu, aku berpikir: "Jika Xiao Zhi dapat menggunakan waktu selama sakit ini untuk merenungkan dirinya dan bertobat kepada Tuhan, mungkinkah dia dapat menghindari pengusiran?" Aku segera menyurati Xiao Zhi, menggunakan firman Tuhan untuk memberitahunya tentang watak Tuhan yang benar. Kukatakan kepadanya dia perlu menggunakan penyakitnya sebagai kesempatan untuk merenungkan diri dan bertobat, daripada mencari penyebab eksternal. Namun, masalah dengan Xiao Zhi tidak sesederhana yang kukira. Ketika aku mengunjungi rumah dua bulan kemudian, Xiao Yue memberitahuku tentang perilaku adik kami. Watak Xiao Zhi sangat congkak; setelah mengambil alih pekerjaan penyiraman, dia bersikeras agar semuanya dilakukan sesuai keinginannya. Ketika seorang saudari yang berpasangan dengannya tidak setuju tentang pekerjaan dan tidak setuju dengan pandangannya, dia menjadi kesal dan berbalik menyerang dan mengucilkan saudari itu. Dia bahkan mencoba membuat orang lain menentang saudari itu, menyebarkan prasangka terhadapnya di antara yang lain sehingga mereka disesatkan dan menghakimi saudari itu bersama-sama dengannya. Kemudian, ketika saudari itu tidak berada dalam keadaan yang baik, Xiao Zhi bukan saja tidak membantunya, tetapi juga menjauhkan saudari itu dari yang lainnya, mengatakan bahwa saudari itu tidak dapat melaksanakan tugasnya karena berada dalam keadaan yang buruk dan menghalangi orang lain membantunya. Hal ini membuat saudari itu makin negatif, sampai dia tak mampu lagi melakukan tugasnya dan diberhentikan. Ketika saudari lain berkata dia merasa terkekang oleh Xiao Zhi, Xiao Zhi sangat kesal dan mengambil setiap kesempatan untuk membalas saudari itu dan menyerangnya. Dia juga selalu menghakimi dan meremehkan saudari itu di depan saudara-saudari lainnya. Ketika saudari itu menjadi tertekan dan negatif sebagai akibatnya, Xiao Zhi mengambil kesempatan untuk memberi tahu pemimpin dan yang lainnya bahwa saudari itu telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan tidak cocok untuk tugasnya, dan mengatakan bahwa dia ingin saudari itu diberhentikan. Saudara-saudari terpengaruh secara negatif oleh serangan dan hukuman terus-menerus yang Xiao Zhi lakukan, dan oleh caranya mengucilkan dan meremehkan mereka, dan akibatnya mereka gagal membuat kemajuan dalam pekerjaan mereka. Pekerjaan penyiraman gereja menjadi sangat terganggu. Pemimpinnya menunjukkan masalah dirinya dan mencoba membantunya beberapa kali, tetapi dia tak mau menerima kritikan pemimpin dan juga terus membantahnya. Sampai dia diberhentikan, dia tidak menunjukkan pengenalan akan dirinya sendiri dan tetap bersikap menentang. Dia bahkan mencari-cari kelemahan pemimpin dan mengkritiknya di belakangnya. Ketika Xiao Yue mencoba menunjukkan masalah dirinya, dia mengeluh bahwa Xiao Yue tidak memahaminya dan tidak membelanya. Dia bahkan mengeklaim: "Orang tidak boleh berbicara jujur di gereja. Aku diberhentikan hanya karena berbicara secara terbuka tentang apa yang kupikirkan." Aku terkejut ketika mendengar hal ini. Aku tidak menyadari bahwa adik bungsuku begitu tersita oleh status, memiliki natur sekejam itu, dan mampu menyerang dan menghukum mereka yang tidak setuju dengannya. Ini bukan kerusakan biasa, ini adalah masalah dalam natur dirinya! Kemudian, ketika bertemu dengannya, aku segera bersekutu dengannya dan menasihatinya untuk merenungkan perbuatan jahatnya. Kukatakan jika dia tidak bertobat, dia akan dikeluarkan dan kesempatannya untuk diselamatkan akan hilang. Yang mengejutkanku, bukannya menerima saranku, dia menjawab dengan marah: "Kau tidak tahu apa yang terjadi dan aku tidak ingin mengatakan apa pun lagi tentang itu. Jika aku mengatakan hal lain, kalian semua hanya akan mengatakan aku berusaha menyelamatkan diri." Aku kaget melihatnya begitu tersinggung. Aku tidak menyangka dia begitu keras kepala dan sama sekali tak mau menerima kebenaran. Apakah dia tidak bisa ditebus? Saat ini, semangatku tenggelam. Aku ingat bagaimana, ketika kami bersama, dia selalu mengkritik orang lain, menghakimi dan tak pernah merenungkan dirinya sendiri. Dia juga selalu mencari-cari kesalahan pemimpin. Aku teringat firman Tuhan yang berbunyi: "Mereka yang menyebarkan omongan beracun dan jahat di dalam gereja, mereka yang menyebarkan rumor, menimbulkan ketidakharmonisan, dan membentuk kelompok-kelompok eksklusif di antara saudara-saudari—mereka haruslah diusir dari gereja. Namun, karena saat ini adalah masa pekerjaan Tuhan yang berbeda, orang-orang ini dibatasi, karena mereka sudah pasti akan disingkirkan. Semua orang yang telah dirusak oleh Iblis memiliki watak yang rusak. Beberapa orang semata-mata memiliki watak yang rusak, sementara beberapa orang lainnya berbeda: mereka tidak saja memiliki watak Iblis yang rusak, tetapi natur mereka juga luar biasa kejam. Bukan saja perkataan dan perbuatan mereka menyingkapkan watak rusak Iblis dalam diri mereka; lebih dari itu, orang-orang ini adalah Iblis-Iblis dan setan-setan yang asli. Perilaku mereka mengacaukan dan mengganggu pekerjaan Tuhan, mengganggu jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan menghancurkan kehidupan bergereja yang normal. Cepat atau lambat, serigala-serigala berbulu domba ini harus dibersihkan; sikap yang tak kenal ampun, sikap penolakan, harus diterapkan atas para kaki tangan Iblis ini. Hanya inilah artinya berdiri di pihak Tuhan, dan mereka yang gagal melakukannya sedang berkubang dalam lumpur bersama Iblis" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Melalui firman Tuhan, aku mengerti bahwa perilaku adik bungsuku bukan sekadar mengungkapkan watak rusaknya secara sepintas, melainkan cerminan dari natur kejam yang berakar dalam dirinya. Dia menghukum, melecehkan, dan membalas dendam terhadap orang lain dan selalu mengucilkan dan menyerang siapa saja yang tidak setuju dengannya atau melanggar kepentingannya. Dia memutarbalikkan fakta untuk menghakimi dan mengutuk orang lain sampai mereka berada dalam keadaan yang negatif. Pemimpin dan orang lain memangkas dan membantunya mengenai perilakunya pada beberapa kesempatan, tetapi dia tak pernah mengaku bersalah, selalu menentang, dan membantah. Tidak ada penyesalan atau perenungan diri, dan dia bahkan membenci dan menyerang pemimpin. Aku dan Xiao Yue bersekutu dengannya dan membantunya beberapa kali, tetapi dia tidak menerima apa yang kami katakan dan menjadi benci dan bersikap menentang terhadap kami, mengira kami mempersulit dirinya. Setelah diberhentikan, dia tidak merenungkan dirinya dan memutarbalikkan fakta, mengatakan bahwa orang tidak boleh berbicara dengan jujur di gereja dan bahwa dia justru diberhentikan karena dia mengungkapkan pikirannya. Bukankah itu berarti memutarbalikkan kebenaran dan menyesatkan orang lain? Bukankah dia menyangkal kebenaran Tuhan, dan menyangkal bahwa kebenaranlah yang berkuasa di rumah Tuhan? Dahulu, aku selalu mengira bahwa dia kurang memiliki jalan masuk kehidupan, dan bahwa perilaku jahatnya hanyalah pengungkapan kerusakan yang hanya sepintas, jadi aku terus membantu dan mendukungnya. Namun sekarang aku sadar bahwa ini bukan masalah jalan masuk kehidupan yang kurang memadai atau pengungkapan kerusakan yang hanya sepintas. Dia muak dan membenci kebenaran, dan esensi dirinya adalah orang jahat.

Dahulu, aku mengira, karena adik bungsuku telah berkorban, mengorbankan dirinya, banyak menderita dalam tugasnya dan bekerja keras, meskipun tanpa mencapai sesuatu yang berarti, Tuhan akan memperhatikan hal-hal itu meskipun dia tidak mengejar kebenaran. Namun, kemudian, lewat membaca firman Tuhan, aku sadar bahwa pemahamanku ini menyimpang. Firman Tuhan katakan: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Jadi, semua orang yang dihukum pasti akan dihukum oleh karena keadilan Tuhan dan sebagai ganjaran atas banyaknya tindakan jahat mereka" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Firman Tuhan mengajariku bahwa Tuhan tidak memutuskan tempat tujuan setiap orang berdasarkan senioritas, atau seberapa banyak mereka telah menderita, atau berkorban dan mengorbankan dirinya, tetapi berdasarkan pada apakah mereka telah mencapai perubahan watak dan memperoleh kebenaran. Semua orang yang menerima kebenaran, menerapkan kebenaran, dan pada akhirnya mencapai perubahan watak dapat memperoleh keselamatan. Sedangkan orang-orang jahat, pengikut yang bukan orang percaya, dan antikristus yang muak serta membenci kebenaran, sebanyak apa pun mereka menderita, mereka pada akhirnya akan disingkirkan dan gagal memperoleh keselamatan karena mereka melakukan segala macam kejahatan dan tidak mencapai perubahan sedikit pun. Aku teringat bagaimana adik bungsuku telah menjadi orang percaya selama beberapa tahun, tetapi, meskipun secara lahiriah berkorban, mengorbankan dirinya dan menderita untuk tugasnya, dia tidak mencari kebenaran dengan cara apa pun, tidak mengenal dirinya sendiri dan sama sekali tidak menyesal ataupun bertobat setelah begitu banyak merugikan pekerjaan gereja. Bahwa ini membuat dirinya sampai harus dikeluarkan, hanya dirinya sendirilah yang harus disalahkan. Itulah kebenaran Tuhan. Aku selalu menganggap kemampuannya untuk berkorban, mengorbankan diri, dan menderita dalam tugasnya berarti bahwa dia adalah orang percaya sejati, tetapi baru sekarang kusadari bahwa dia melakukan itu semua untuk mendapatkan reputasi dan status, bukannya untuk mengejar kebenaran dan mencapai perubahan watak. Seberapa pun lamanya dia telah beriman iman atau menderita, dia sama sekali tidak menerima kebenaran, tidak benar-benar bertobat dan berubah, dan pada akhirnya pasti akan disingkirkan. Aku memikirkan bagaimana Paulus, setelah secara lahiriah berkorban, mengorbankan dirinya dan bekerja keras dalam tugasnya, melakukan perjalanan melintasi separuh Eropa mengabarkan Injil, dan bagaimana karena dia tidak berusaha untuk mengubah wataknya dan tidak berusaha melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan—mengerahkan dirinya untuk mengejar mahkota dan berkat kerajaan surga—dia tetap mampu mengatakan hal berikut: "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Paulus tanpa malu-malu menuntut mahkota dari Tuhan dan tidak ada ketulusan atau ketundukan kepada Tuhan yang dapat ditemukan dalam pengorbanan yang dilakukannya—semua itu bersifat transaksional, didorong oleh ambisi dan keinginan. Dia menempuh jalan penentangan terhadap Tuhan, akhirnya menyinggung watak Tuhan dan jatuh ke dalam hukuman kekal. Aku sadar bahwa orang sebenarnya tidak percaya kepada Tuhan jika dia tidak mencari dan menerima kebenaran dan sebaliknya berfokus pada pengorbanan dan penderitaan lahiriah. Bahkan pada akhirnya dia mungkin akan dihukum, karena dengan cara demikian, dia akan cenderung melakukan segala macam kejahatan.

Belakangan, aku menemukan satu bagian firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapakah musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang memberontak terhadap Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman, tetapi tidak memiliki kebenaran? Bukankah mereka adalah orang-orang yang hanya berupaya untuk memperoleh berkat tetapi tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan? Engkau masih bergaul dengan setan-setan itu sekarang dan memperlakukan mereka dengan hati nurani dan kasih, tetapi dalam hal ini, bukankah engkau sedang menawarkan niat baikmu kepada Iblis? Bukankah engkau sedang bersekutu dengan setan-setan? Jika orang telah berhasil mencapai titik ini dan masih tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, dan terus secara membabi buta menjadi penuh kasih dan belas kasihan tanpa hasrat untuk mencari maksud Tuhan atau mampu dengan cara apa pun menganggap maksud-maksud Tuhan sebagai milik mereka, maka akhir hidup mereka akan menjadi lebih buruk. Siapa pun yang tidak percaya kepada Tuhan dalam daging adalah musuh Tuhan. Jika engkau sampai bisa memiliki hati nurani dan kasih terhadap musuh, bukankah itu berarti engkau tidak memiliki rasa keadilan? Jika engkau sesuai dengan mereka yang Kubenci dan yang dengannya Aku tidak sependapat, dan tetap memiliki kasih dan perasaan pribadi terhadap mereka, bukankah itu berarti engkau memberontak? Bukankah engkau sedang dengan sengaja menentang Tuhan? Apakah orang semacam itu memiliki kebenaran? Jika orang memiliki hati nurani terhadap musuh, kasih kepada setan-setan, dan belas kasihan kepada Iblis, bukankah itu berarti mereka dengan sengaja mengganggu pekerjaan Tuhan?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Aku merasa sangat bersalah setelah membaca firman Tuhan. Tuhan meminta kita untuk mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Dia benci. Mereka yang tidak menerima dan bahkan membenci kebenaran adalah orang-orang jahat; mereka sejenis Iblis si setan dan harus menjadi subjek kebencian kita. Adik bungsuku melakukan segala macam kejahatan, tidak mau bertobat dan telah tersingkap sebagai orang jahat, tetapi aku tidak berusaha mengenali hakikat adikku yang sebenarnya menurut firman Tuhan dan terus-menerus menyatakan bahwa dia diperlakukan tidak adil padahal telah sangat menderita dalam tugasnya, melakukan banyak pengorbanan dan telah bekerja keras meskipun hanya sedikit yang bisa ditunjukkan. Bukankah aku sebenarnya sedang bersikap baik kepada Iblis dan memihaknya untuk melawan Tuhan? Aku telah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun, makan dan minum banyak firman Tuhan, tetapi aku tak mampu mempertimbangkan orang dan situasi berdasarkan firman-Nya. Sebaliknya, aku membiarkan kasih sayangku mendikte perkataanku, tak mampu memisahkan yang baik dari yang jahat dan aku tidak sedikit pun memahami prinsip. Aku kacau dan bingung, dan Tuhan muak dan membenciku. Setelah menyadari hal itu, aku mampu melepaskan beberapa kasih sayangku kepada adik bungsuku dan memandang pengusirannya dengan sikap yang tepat.

Suatu hari, tiga bulan kemudian, ketika aku kebetulan mendengar saudari yang menjadi rekan sekerjaku mengatakan bahwa semua informasi yang diperlukan untuk pengusiran adik perempuan bungsuku telah diatur, aku merasakan sedikit kesedihan. "Sekarang harapan keselamatan untuknya sirna," pikirku. Makin aku memikirkannya, makin aku mengasihani adik bungsuku. Aku bahkan terus berharap bahwa mungkin informasi yang dikumpulkan untuk pengusirannya tidak cukup dan dia dapat terus memberikan jerih payah di gereja. Namun, kemudian aku sadar bahwa sikapku salah. Aku tahu dengan jelas bahwa adik bungsuku pada dasarnya adalah orang jahat dan tidak akan menjadi penerima keselamatan Tuhan, tetapi aku masih berempati dan mengasihani dia, berharap untuk mempertahankannya di gereja. Bukankah aku sedang bersimpati kepada setan dan menentang Tuhan? Jadi, aku buru-buru berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk membimbingku dalam mengatasi kendala kasih sayangku. Setelah berdoa, aku memikirkan bagian firman Tuhan berikut ini: "Semua umat manusia hidup dalam keadaan perasaan—sehingga Tuhan tidak menghindarkan seorang pun dari antara mereka, dan menyingkapkan rahasia yang tersembunyi dalam hati seluruh umat manusia. Mengapa sulit sekali bagi manusia memisahkan diri dari perasaan mereka? Apakah melakukan hal ini melampaui standar hati nurani? Bisakah hati nurani menyelesaikan kehendak Tuhan? Bisakah perasaan membantu manusia mengatasi kesulitan? Di mata Tuhan, perasaan adalah musuh-Nya—bukankah ini sudah dinyatakan dengan jelas dalam firman Tuhan?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 28"). "Aku tidak akan memberi kesempatan kepada manusia untuk mengungkapkan perasaan mereka, karena Aku tidak memiliki perasaan daging, dan Aku telah semakin membenci perasaan manusia sampai tingkat yang ekstrem. Karena perasaan di antara manusia, Aku telah disingkirkan dan karena itulah Aku menjadi 'orang lain' di mata mereka; karena perasaan di antara manusia, Aku telah dilupakan; karena perasaan manusia, ia menangkap peluang untuk memakai 'hati nuraninya'; karena perasaan manusia, ia selalu muak akan hajaran-Ku; karena perasaan manusia, ia menyebut-Ku tidak adil dan tidak benar, dan mengatakan bahwa Aku tidak menghiraukan perasaan manusia dalam menangani segala sesuatu. Bukankah Aku juga punya kerabat di bumi?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 28"). Melalui penjelasan firman Tuhan, aku mengerti bahwa kasih sayang kita adalah penghalang terbesar untuk menerapkan kebenaran. Kita tak akan mampu mempertimbangkan orang dan situasi berdasarkan kebenaran dan prinsip jika kita hidup berdasarkan kasih sayang kita. Ketika aku tahu adik bungsuku akan dikeluarkan dari gereja, aku bersimpati dan mengasihani dia, bahkan berharap kasusnya tidak memenuhi kriteria untuk mengeluarkannya dan dia dapat tetap di gereja. Itu semua karena kasih sayangku yang berlebihan terhadapnya. Karena aku hidup berdasarkan racun iblis seperti "Manusia bukan benda mati; bagaimana bisa dia bebas dari emosi?" dan "Darah lebih kental daripada air", aku menjadi tak mampu membedakan yang baik dari yang jahat dan mengetahui apa yang seharusnya kukasihi dan apa yang seharusnya kubenci. Ketika Yuxun menyampaikan informasi tentang adik bungsuku, aku membela adikku melawan apa yang kuanggap sebagai ketidakadilan tanpa terlebih dahulu memahami fakta dari situasi tersebut. Kupikir Yuxun telah melebih-lebihkan kasus ini dalam laporannya, dan aku mengeluh tentang dia yang tidak membantu adikku. Sebenarnya, saudara-saudari telah bersekutu dengannya dan membantunya beberapa kali, tetapi dia tidak menerima bantuan mereka dan terus mengkritik mereka di belakang mereka. Aku benar-benar memutarbalikkan situasi dan berbicara atas nama Iblis. Meskipun adikku telah melakukan begitu banyak kejahatan, aku tidak membencinya dan bahkan berharap dia tetap tinggal di gereja; aku telah membiarkan kasih sayangku menguasai diriku. Setiap hari orang jahat seperti dia diizinkan untuk tetap tinggal di gereja akan menjadi hari di mana kejahatan dilakukan, membawa lebih banyak kerugian bagi saudara-saudari dan pekerjaan gereja. Bukankah aku turut serta dalam kejahatan Xiao Zhi dengan menginginkannya tetap di gereja dan membiarkannya terus mengganggu pekerjaan gereja? Aku telah ambil bagian dalam perbuatan orang jahat! Saat itulah aku akhirnya memahami apa yang dimaksud, dalam firman Tuhan, dengan pernyataan: "Perasaan adalah musuh-Nya." Aku sadar jika aku tidak mencari kebenaran dan membiarkan kasih sayangku mendikte bagaimana aku bertindak ketika menghadapi masalah, aku akan cenderung melakukan kejahatan dan menentang Tuhan kapan saja.

Belakangan, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang berbunyi: "Kasihilah apa yang Tuhan kasihi, bencilah apa yang Tuhan benci: inilah prinsip yang harus dipatuhi. Tuhan mengasihi orang yang mengejar kebenaran dan mampu mengikuti kehendak-Nya; orang-orang ini jugalah yang harus kita kasihi. Orang yang tidak mampu mengikuti kehendak Tuhan, yang membenci dan memberontak terhadap Tuhan—orang-orang ini dibenci oleh Tuhan, dan kita juga harus membenci mereka. Inilah yang Tuhan tuntut untuk manusia lakukan. Jika orang tuamu tidak percaya kepada Tuhan, jika mereka tahu betul bahwa percaya kepada Tuhan adalah jalan yang benar, dan itu dapat menuntun menuju keselamatan, tetapi tetap tidak mau menerima, maka tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah orang-orang yang membenci dan muak akan kebenaran, dan mereka adalah orang yang menentang dan membenci Tuhan—dan Tuhan tentu saja merasa jijik dan membenci mereka. Mampukah engkau merasa jijik terhadap orang tua semacam itu? Mereka menentang dan mengutuk Tuhan—dalam hal ini, dapat dipastikan bahwa mereka adalah setan dan Iblis. Mampukah engkau membenci dan mengutuk mereka? Semua ini adalah pertanyaan nyata. Jika orang tuamu menghalangimu agar engkau tidak percaya kepada Tuhan, bagaimana engkau harus memperlakukan mereka? Sebagaimana yang dituntut oleh Tuhan, engkau harus mengasihi apa yang Tuhan kasihi, dan membenci apa yang Tuhan benci. Selama Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus berkata, 'Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara laki-laki-Ku?' 'Karena siapa saja yang mengikuti kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dan saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.' Perkataan ini sudah ada sejak Zaman Kasih Karunia dan sekarang firman Tuhan bahkan lebih jelas: 'Kasihilah apa yang Tuhan kasihi, bencilah apa yang Tuhan benci.' Firman ini sangat jelas maknanya, tetapi orang sering kali tidak mampu memahami makna yang sesungguhnya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengenali Pandangannya yang Keliru Barulah Orang Dapat Benar-Benar Berubah"). Melalui firman Tuhan, aku merasakan kebenaran-Nya. Tuhan memperlakukan orang sesuai dengan prinsip dan meminta agar kita melakukan hal yang sama. Mereka yang mencari kebenaran, dengan tulus percaya kepada Tuhan dan dengan setia melaksanakan tugasnya, harus dikasihi oleh kita, sedangkan mereka yang terus-menerus mengganggu gereja, menghukum dan menyerang saudara-saudari sambil membenci kebenaran dan membenci Tuhan, semuanya adalah orang jahat yang harus ditolak dan dibenci oleh kita. Meskipun mereka adalah kerabat kita sendiri, kita harus memandang mereka berdasarkan firman Tuhan, mencintai apa yang Tuhan cintai dan membenci apa yang Tuhan benci. Namun, aku tidak memiliki kebenaran. Aku melihat segala sesuatu dari sudut pandang kasih sayangku. Aku tidak memiliki prinsip dan kearifan, menunjukkan kasih dan simpati terhadap orang jahat, setan yang telah disingkapkan dengan jelas. Ini adalah kasih yang buta! Ketika menyadari hal ini, aku memuji kebenaran Tuhan dan melihat sendiri bahwa kebenaran dan keadilanlah yang berkuasa di rumah Tuhan, sehingga tidak ada orang jahat yang dapat bertahan di dalamnya. Sekarang, dengan bantuan firman Tuhan, aku dapat membebaskan diriku dari belenggu kasih sayang dan memperoleh pemahaman tentang diriku sendiri. Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Menghadapi Laporan Palsu

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Memberikan Hatiku Kepada Tuhan

Oleh Saudari Xin Che, KoreaBulan Juni 2018, aku ikut dalam latihan untuk pertunjukan paduan suara Kidung Kerajaan. Berpikir aku akan naik...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh