Apa yang Ada di Balik Kenegatifan dan Kemalasan dalam Tugas

30 Agustus 2023

Oleh Saudari Dong Xun, Tiongkok

Pemimpin memintaku mengurus beberapa pertemuan kelompok. Setelah menjalani latihan, aku memahami beberapa prinsip dan belajar membedakan keadaan yang dialami orang. Aku merasa tugas ini membantuku belajar banyak kebenaran dan berkembang lebih cepat. Tapi polisi mulai membuntuti diaken urusan umum dan dia tak bisa lagi berhubungan dengan anggota lain, jadi pemimpin mengatur agar aku menangani urusan umum. Selama waktu itu, satu per satu, saudara-saudari ditangkap. Ada banyak hal yang harus diurus, seperti memindahkan buku, mencari rumah singgah baru untuk menampung saudara-saudari, dan sebagainya. Aku harus pergi ke berbagai tempat setiap hari, mengatur semua hal ini. Setelah beberapa saat, aku mulai tidak bersemangat dan tidak puas. Menurutku, itu cuma menguras tenaga, dan karena waktuku habis untuk ke sana kemari, aku tak bisa memperoleh kebenaran. Akankah aku diselamatkan jika itu terus berlanjut? Aku merasa keberatan menangani urusan umum dan tak mau melakukannya lagi.

Beberapa kali aku melihat saudara-saudari bersekutu di pertemuan saat aku mengantarkan barang ke rumah singgah. Aku merasa sangat dirugikan, bahkan membenci pemimpin. Kenapa aku diminta menangani urusan umum? Mereka bersama-sama mempersekutukan kebenaran, belajar banyak hal dan bertumbuh dengan cepat, tapi aku hanya mengerjakan tugas kecil—bagaimana aku bisa memperoleh kebenaran? Tanpa kebenaran, aku tak akan punya kehidupan, dan tak bisa diselamatkan. Bukankah aku yang rugi? Makin memikirkannya, aku makin kesal, dan sudah tak ada semangat untuk bertugas. Suatu kali, aku mendapat kabar rumah seorang saudari sudah tak aman, dan buku-buku di sana harus segera dipindahkan ke lokasi yang aman. Aku bertanya-tanya, "Kenapa ada begitu banyak tugas umum? Ini menghabiskan waktu dan tenaga, tapi aku tak memperoleh kebenaran. Bukankah sia-sia saja melakukan semua ini?" Saat berpikir seperti itu, aku tak mau melakukannya. Tapi situasinya mendesak, jadi aku harus bantu memindahkan buku-buku itu. Tanpa diduga, begitu kami selesai di sana, terjadi sesuatu di rumah lain tempat buku disimpan. Saat memindahkan buku-buku itu, aku melakukan proses pengaturan dan pengepakan yang sama, dan setelah seharian bekerja, banyak hal yang kukeluhkan. Saat aku jalan pulang dengan rasa lelah, pemimpin dan diaken penyiraman sedang membahas pekerjaan. Pemimpin menanyaiku, "Bukankah kau yang mengantar seorang saudari ke rumah singgah baru? Kenapa butuh waktu seharian?" Mendengar ucapannya, aku merasa sangat tak dihargai. Mereka semua mempersekutukan kebenaran dan prinsip saat aku pergi ke sana kemari. Apa yang bisa kuperoleh jika hanya menangani urusan umum? Tak peduli seberapa keras kerjaku, paling-paling aku cuma jadi pelaku pelayanan. Seandainya tak perlu bertugas keluar, aku membaca firman Tuhan, berkumpul dan bersekutu dengan semua orang, membahas pekerjaan, bukankah itu bagus? Itu akan lebih mudah dan aku bisa memperoleh kebenaran agar nanti diselamatkan. Aku makin kesal saat memikirkannya. Aku merasa tertekan dan sangat lelah. Aku tak berhenti mengeluh: Kenapa aku harus menangani urusan umum? Apakah Tuhan ingin aku menjadi pelaku pelayanan? Jika ini terus berlanjut, apakah aku hanya akan melakukan tugas kecil? Apa yang bisa kuperoleh?

Besoknya, ada banyak tugas umum yang perlu ditangani, dan aku kembali mengeluh. Melihat kondisiku yang sangat buruk, pemimpin mengingatkan agar aku merenung dan memetik pelajaran. Aku menganggap ini peringatan kecil. Saat menangani urusan umum, aku melakukan pekerjaanku, tapi timbul pertentangan dalam hati. Aku tidak puas, ingin memilih-milih tugas. Aku bahkan berpikir Tuhan tak adil kepadaku. Aku sadar keadaanku dalam bahaya. Aku tak bisa terus menentang. Aku harus mencari kebenaran dan bertobat kepada Tuhan.

Aku membaca kutipan firman Tuhan. "Prinsip yang harus kaupahami dan kebenaran yang harus kauterapkan adalah sama, apa pun tugas yang kaulaksanakan. Apakah engkau diminta untuk menjadi pemimpin atau pekerja, atau apakah engkau memasak hidangan sebagai tuan rumah, atau apakah engkau diminta untuk mengurus beberapa urusan eksternal atau melakukan pekerjaan fisik, prinsip kebenaran yang harus kaupatuhi dalam melaksanakan beragam tugas ini adalah sama, yaitu harus didasarkan pada kebenaran dan firman Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). "Banyak orang yang tidak tahu dengan jelas apa artinya diselamatkan. Ada orang yang yakin bahwa semakin lama mereka percaya kepada Tuhan, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan. Ada orang yang berpikir bahwa semakin banyak doktrin rohani yang mereka pahami, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan, atau ada yang berpikir bahwa pemimpin dan pekerja pasti akan diselamatkan. Semua ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Hal yang sangat penting adalah orang harus mengerti apa arti keselamatan. Diselamatkan terutama berarti dibebaskan dari dosa, dibebaskan dari pengaruh Iblis, dan dengan sungguh-sungguh berbalik kepada Tuhan dan menaati-Nya. Apa yang harus kaumiliki untuk bebas dari dosa dan pengaruh Iblis? Kebenaran. Jika orang berharap untuk memperoleh kebenaran, mereka harus diperlengkapi dengan banyak firman Tuhan, mereka harus dapat mengalami dan menerapkannya, sehingga mereka dapat memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Hanya dengan demikianlah, mereka dapat diselamatkan. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan berapa lama orang telah percaya kepada Tuhan, berapa banyak pengetahuan yang mereka miliki, apakah mereka memiliki karunia atau kelebihan tertentu, atau seberapa banyak mereka telah menderita. Satu-satunya hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan adalah apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran atau tidak. Jadi sekarang ini, berapa banyak kebenaran yang telah benar-benar kaupahami? Dan berapa banyak firman Tuhan yang telah menjadi hidupmu? Dari semua tuntutan Tuhan, ke manakah engkau telah berhasil masuk? Selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan, berapa banyak jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan yang telah kaucapai? Jika engkau tidak tahu, atau jika engkau belum mencapai jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, maka sesungguhnya, engkau tidak ada harapan untuk diselamatkan. Engkau tidak mungkin bisa diselamatkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). Firman Tuhan menyadarkanku baik penyiraman maupun urusan umum di gereja, itu adalah tugas yang harus dilakukan. Tuhan berharap kita mengejar kebenaran dan punya jalan masuk kehidupan saat bertugas. Meski tugas kita mungkin berbeda, prinsip kebenaran yang diterapkan dalam tugas tetap sama. Kita semua menunjukkan kerusakan, apa pun tugasnya. Selama kita mencari kebenaran saat kerusakan itu muncul, lalu bertobat dan berubah, akan ada kemajuan dalam hidup. Lalu kita bisa memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Tapi jika kita tak memetik pelajaran saat ada masalah, atau yang kita lakukan tak ada kaitannya dengan menerapkan kebenaran atau mengubah watak, maka cuma dilihat Tuhan sebagai bekerja, dan kita tak akan memperoleh kebenaran, apalagi keselamatan-Nya. Tapi aku salah mengira bahwa aku tak bisa memperoleh kebenaran jika menangani urusan umum, dan aku cuma bisa jadi pelaku pelayanan, tak peduli seberapa keras kerjaku. Kukira dengan jadi pemimpin atau pemimpin kelompok, mempersekutukan kebenaran dan menyokong anggota lain, membaca dan mempersekutukan firman Tuhan setiap hari, hidupmu akan lebih cepat maju, bisa memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Bukankah aku konyol? Bahkan, orang yang benar-benar mengejar kebenaran bisa belajar dari masalah yang dihadapi, apa pun tugas yang dilakukan, dan memperoleh keuntungan nyata setelahnya. Ini seperti di video kesaksian yang pernah kulihat. Ada beberapa saudara-saudari yang menangani urusan umum, tapi mereka benar-benar mampu menerapkan firman Tuhan, mencari kebenaran dan mengatasi kerusakan setelah disingkap. Mereka bisa berubah karena suatu pengalaman, dan membagikannya sebagai kesaksian pribadi. Ada pula beberapa pemimpin yang sering membacakan firman Tuhan untuk orang lain dan bantu mengatasi masalah mereka, tapi tak benar-benar menerapkan khotbahnya, hanya bicara soal doktrin, dan akhirnya disingkap dan diusir. Hal-hal ini sungguh terjadi, bukan? Tuhan tidak memihak karena orang melakukan tugas yang berbeda. Mereka tidak mengejar kebenaran, hanya memberikan pelayanan. Orang yang mengejar kebenaran akan menuai upah dari tugas apa pun. Tuhan itu adil dan tidak memihak siapa pun. Tapi aku terjebak dalam ide yang salah, dan ingin memilih-milih tugas. Aku keberatan menangani urusan umum—tak mau melakukannya. Aku bahkan mulai membenci pemimpin, kesal karena dia memberiku pekerjaan seperti itu. Aku tak mengejar kebenaran. Aku menunjukkan kerusakan tapi tak merenung atau mengatasinya. Aku justru negatif, mengeluh, dan menyalahkan semuanya ke orang lain. Kupikir Tuhan hanya menyuruhku melakukan pelayanan. Aku salah memahami-Nya. Aku ada di lingkungan yang sangat nyata, tapi aku tak belajar, hanya mengeluh. Sungguh tak masuk akal. Jika terus seperti itu, tak memperoleh kebenaran sama sekali, aku benar-benar akan jadi pelaku pelayanan. Aku diminta menangani urusan umum, tapi tak bisa menerimanya dan tunduk kepada Tuhan. Masalahku sendiri tak bisa kuatasi, apalagi masalah saudara-saudari lain. Dan aku ingin menyirami dengan kondisi ini! Bukankah itu tak masuk akal? Aku teringat firman Tuhan: "Pada akhirnya, apakah orang dapat memperoleh keselamatan atau tidak, itu bukan tergantung pada tugas apa yang mereka laksanakan, tetapi tergantung pada apakah mereka dapat memahami dan memperoleh kebenaran, dan tergantung pada apakah mereka pada akhirnya dapat sepenuhnya tunduk kepada Tuhan, menempatkan diri mereka pada belas kasihan pengaturan-Nya, tidak memikirkan masa depan dan nasib mereka, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat. Tuhan itu benar dan kudus, dan inilah standar yang Dia gunakan untuk menilai seluruh umat manusia. Standar ini tidak dapat diubah dan engkau harus mengingat standar ini. Tuliskanlah standar ini dalam pikiranmu, dan jangan berpikir untuk mencari jalan lain untuk mengejar sesuatu yang tidak nyata. Tuntutan dan standar yang Tuhan miliki bagi semua orang yang ingin memperoleh keselamatan tidak berubah untuk selamanya. Tuntutan dan standar itu tetap sama siapa pun dirimu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dengan membaca firman Tuhan aku sadar baik menangani urusan umum atau melayani sebagai pemimpin, kuncinya adalah mengejar kebenaran saat bertugas. Orang akan diselamatkan jika bisa mencari kebenaran di lingkungan yang diatur Tuhan, dan bisa memahami diri sendiri, bertobat dan berubah. Memahami hal ini mencerahkan hatiku.

Lalu, aku mulai merenungi diriku. Kenapa aku begitu kesal dan tak mau bekerja saat diminta menangani urusan umum? Aku membaca firman Tuhan ini: "Hal yang paling menyedihkan mengenai kepercayaan umat manusia kepada Tuhan adalah bahwa manusia melakukan pengelolaannya sendiri di tengah-tengah pekerjaan Tuhan dan tidak mengindahkan pengelolaan Tuhan. Kegagalan manusia yang terbesar terletak pada fakta bahwa, sementara mereka berusaha untuk tunduk kepada Tuhan dan menyembah Dia, manusia membangun tempat tujuannya sendiri dan merencanakan bagaimana menerima berkat terbesar dan tempat tujuan yang terbaik. Bahkan jika orang memahami betapa malang, menjijikkan, dan menyedihkannya keadaan mereka, berapa banyakkah yang rela meninggalkan cita-cita dan harapan mereka? Dan siapakah yang dapat menghentikan langkah mereka sendiri dan berhenti dari hanya memikirkan diri mereka sendiri? Tuhan membutuhkan orang-orang yang mau bekerja sama secara dekat dengan-Nya untuk menyelesaikan pengelolaan-Nya. Dia membutuhkan orang-orang yang mau tunduk kepada-Nya dengan mengabdikan seluruh pikiran dan tubuh mereka untuk pekerjaan pengelolaan-Nya. Dia tidak membutuhkan orang-orang yang mengulurkan tangan mereka untuk memohon kepada-Nya setiap hari, apalagi orang-orang yang hanya memberi sedikit dan kemudian menunggu untuk diberi upah. Tuhan memandang rendah orang-orang yang hanya memberikan kontribusi kecil dan kemudian berpuas diri dengan pencapaian mereka. Dia membenci orang-orang berdarah dingin yang tidak membenci pengelolaan-Nya dan hanya ingin berbicara tentang pergi ke surga dan mendapatkan berkat. Dia bahkan memiliki kebencian yang lebih besar terhadap mereka yang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh pekerjaan yang dilakukan-Nya dalam menyelamatkan umat manusia. Itu karena orang-orang ini tidak pernah peduli tentang apa yang Tuhan ingin capai dan dapatkan melalui pekerjaan pengelolaan-Nya. Mereka hanya peduli dengan bagaimana mereka dapat memanfaatkan kesempatan yang disediakan oleh pekerjaan Tuhan untuk mendapatkan berkat. Mereka tidak memedulikan hati Tuhan, dan sepenuhnya disibukkan dengan prospek dan nasib mereka sendiri. Orang-orang yang membenci pekerjaan pengelolaan Tuhan dan sama sekali tidak memiliki minat pada bagaimana Tuhan menyelamatkan umat manusia serta kehendak-Nya, hanya melakukan apa yang menyenangkan mereka dengan cara yang terlepas dari pekerjaan pengelolaan Tuhan. Perilaku mereka tidak diingat atau diperkenan Tuhan, apalagi dipandang baik oleh Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). Firman Tuhan mengungkap keadaanku. Aku enggan menangani urusan umum karena tak punya motivasi yang benar dalam tugasku. Aku melakukannya agar bisa diberkati, selalu menghitung untung dan rugi dalam hati. Aku rela membayar harga jika itu menguntungkanku, tapi begitu aku ditugaskan menangani urusan umum dan mungkin hanya jadi pelaku pelayanan, aku merasa akan sangat dirugikan. Aku tidak bahagia dan menggerutu, meski kulakukan pekerjaanku, aku tidak puas. Aku hidup dengan falsafah Iblis, seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Hanya memikirkan keuntungan pribadi" dan "Jangan pernah bekerja tanpa upah." "Upah" selalu didahulukan, bahkan mengorbankan diri bagi Tuhan kuanggap seperti bertransaksi dengan-Nya. Dari awal hingga akhir, aku tidak memikirkan cara bertugas dengan baik. Bahkan di lingkungan yang keras itu, pertimbangan pertamaku bukan melindungi saudara-saudari dan properti gereja, memindahkannya ke tempat aman secepat mungkin, tapi menimbang keuntungan yang kuperoleh, dan manfaatnya demi tempat tujuanku. Aku melihat bagaimana Iblis merusakku sehingga aku egois, keji, tanpa hati nurani atau nalar. Aku sangat berhati dingin, hanya mementingkan diriku. Aku adalah anggota gereja, jadi apa pun pekerjaan yang harus dilakukan, aku harus mau bekerja sama melindungi kepentingan gereja. Tapi aku hanya mementingkan tujuan di semua tindakanku. Aku merasa benar-benar dirugikan jika tak diberkati setelah bekerja begitu keras. Aku hanya memikirkan cara agar bisa memperoleh berkat dan keuntungan pribadi. Hal ini menunjukkan motivasi usahaku dalam iman selama ini hanya demi memperoleh berkat. Itu mengingatkanku pada firman Tuhan: "Bahkan manusia yang menunjukkan kebaikan kepada sesamanya menerima balasan, tetapi Kristus, yang telah melakukan pekerjaan seperti itu di tengah-tengahmu, tidak menerima baik kasih, maupun balasan ataupun ketundukan manusia. Bukankah ini hal yang sangat memilukan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). Aku merasa lebih menyesal dan buruk di hadapan firman Tuhan. Aku telah makan dan minum firman Tuhan, menikmati rahmat dan berkat-Nya, tapi tak pernah berpikir untuk membalas kasih-Nya dengan bertugas secara baik. Aku hanya fokus meminta. Dengan perasaan tidak puas, aku memohon berkat Tuhan agar diberi tempat tujuan yang baik. Aku marah saat tidak mendapatkannya, dan mengeluh saat melakukan tugas kecil. Hati nurani dan nalarku telah mati, dan itu sangat menyakitkan bagi Tuhan. Saat memikirkannya, aku makin merasa berutang dan bersalah. Aku membenci diriku karena tak punya hati nurani dan kemanusiaan.

Lalu, aku membaca kutipan lain dalam firman Tuhan. "Di rumah Tuhan, setiap kali sesuatu diatur untuk kaulakukan, baik itu pekerjaan yang sulit atau melelahkan, entah engkau menyukainya atau tidak, tidak, itu adalah tugasmu. Jika engkau dapat menganggapnya sebagai amanat dan tanggung jawab yang telah Tuhan berikan kepadamu, artinya engkau berkaitan dengan pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Dan jika apa yang kaulakukan dan tugas yang kaulaksanakan berkaitan dengan pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia, dan engkau dapat dengan sungguh-sungguh dan tulus menerima amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu, bagaimana Dia akan menganggapmu? Dia akan menganggapmu anggota keluarga-Nya. Apakah itu berkat atau kutuk? (Berkat.) Itu adalah berkat yang luar biasa" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Kutipan ini sungguh menyentuh hatiku. Selama mau melakukan tugas, Tuhan akan memberi kesempatan. Semua pekerjaan di gereja bermakna, termasuk yang terlihat tidak mengesankan. Semuanya harus diterima dan dianggap sebagai tugas dan tanggung jawabmu sendiri. Jika mengejar kebenaran dalam tugas, dan melakukannya sesuai tuntutan Tuhan, kau akan berpeluang diselamatkan. Jika memperlakukan tugas seperti transaksi atau modal yang ditukar dengan berkat atau tiket masuk ke kerajaan Tuhan, sekeras apa pun bekerja, kau tak akan memasuki kebenaran, karena pandanganmu terhadap pengejaran dan jalan yang kau tempuh salah. Berkesempatan melakukan tugas, dan memberi pelayanan terhadap pekerjaan Tuhan, adalah peninggian Tuhan dan berkat yang sangat besar. Kenapa aku begitu memilih-milih dalam tugasku? Seharusnya aku menerima dan tunduk. Sebagai makhluk ciptaan, itu yang seharusnya kulakukan. Tapi aku buta akan berkat di sekelilingku, dan tak menghargai kesempatan mengejar kebenaran melalui tugas ini. Aku menganggap tugas seperti kerja keras, alat tawar-menawar dalam transaksi dengan Tuhan. Aku juga salah memahami dan menyalahkan Tuhan. Aku sangat buta. Menyadari hal ini, aku tak lagi merasa keberatan menangani urusan umum. Aku bersedia menerimanya dan menjalankan tugas dengan baik.

Ada kutipan lain yang kubaca. "Dalam melakukan tugasnya, orang menggunakan pengejaran kebenaran untuk mengalami pekerjaan Tuhan, secara bertahap memahami dan menerima kebenaran, dan kemudian menerapkan kebenaran. Mereka kemudian mencapai keadaan di mana mereka membuang watak rusak mereka, melepaskan ikatan dan kendali watak rusak Iblis, dan dengan demikian mereka menjadi orang yang memiliki kenyataan kebenaran dan orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Hanya jika engkau memiliki kemanusiaan yang normal, barulah pelaksanaan tugasmu dan tindakanmu akan membangun orang dan memuaskan Tuhan. Dan hanya jika orang dipuji Tuhan oleh karena pelaksanaan tugas mereka, barulah mereka dapat menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang dapat diterima. Jadi, mengenai pelaksanaan tugasmu, meskipun yang sekarang kaudedikasikan dan berikan dalam pengabdianmu adalah berbagai keterampilan dan pembelajaran serta pengetahuan yang telah kauperoleh, justru inilah yang menyediakan saluran yang melaluinya engkau dapat memahami kebenaran saat melaksanakan tugasmu, dan mengetahui apa artinya melaksanakan tugas, apa artinya datang ke hadapan Tuhan, apa artinya sepenuh hati mengorbankan dirimu bagi Tuhan. Melalui saluran ini, engkau akan tahu bagaimana engkau dapat menyingkirkan watak rusakmu, dan bagaimana engkau dapat menyangkal diri, tidak congkak dan merasa diri benar, menaati kebenaran dan menaati Tuhan. Dengan cara demikian, barulah engkau dapat diselamatkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Dari firman Tuhan, aku belajar menjalankan tugas adalah jalan mengubah watak seseorang dan memperoleh kebenaran. Tak ada kaitannya dengan diberkati atau memperoleh manfaat. Apa pun tugasmu, mengejar kebenaran dan mengubah watak adalah satu-satunya jalan yang benar. Alasanku tidak memetik pelajaran dari menangani urusan umum karena aku tak mengejar kebenaran atau mengupayakan jalan masuk kehidupan. Tak ada kaitannya dengan tugas kulakukan. Kukira menangani urusan umum hanya menguras tenaga. Saat kerusakanku muncul, aku tak fokus mencari kebenaran dan mengatasinya. Aku tak peduli dan malas-malasan dalam tugasku, meski kulakukan pekerjaanku, aku tak memperoleh apa-apa, dan watakku benar-benar tak pernah berubah. Mustahil aku akan diselamatkan jika terus berlanjut. Menyadari hal itu memberiku jalan nyata. Baik menangani urusan umum maupun menyirami dan menyokong saudara-saudari, aku tak bisa terus menganggapnya seperti tugas. Aku harus fokus berdoa dan mencari prinsip kebenaran. Saat kerusakanku muncul, aku harus merenung dan mencari kebenaran untuk mengatasinya. Setelah melakukan ini beberapa saat, ternyata aku lebih memahami diriku dan memperoleh pemahaman yang lebih nyata akan kebenaran.

Aku ingat ada seorang saudari yang selalu memintaku ikut di setiap rencananya. Dia bahkan memintaku membantu hal-hal sederhana yang bisa dia lakukan sendiri. Saat dia kembali memintaku, aku mengubah pola pikirku, dan tak menolak meski banyak yang harus kukerjakan. Saat kami bekerja sama, kuperhatikan dia tak memikul beban nyata dalam tugasnya, dan haus akan kenyamanan. Aku ingin menunjukkan itu kepadanya, tapi takut jika dia merasa aku sulit diajak kerja sama, jadi aku memikirkan dirinya. Kupikir biar aku yang kerja keras—aku tak mengungkit atau bersekutu dengannya. Lalu, setelah membaca firman Tuhan dan merenung, aku sadar aku hanya jadi penyenang orang. Aku terlihat seolah perhatian dan pengertian, tapi nyatanya, aku punya motif pribadi, yaitu agar kesan dia terhadapku baik. Itu tak akan menguntungkan hidupnya dan dia akan selalu bergantung kepadaku. Saat itu, aku terbuka kepadanya dan bercerita tentang kerusakanku, dan juga mengungkit masalah dia. Dia sedikit mengubah diri setelah itu, lebih aktif dalam bertugas dan tak terlalu bergantung kepadaku. Pengalaman ini mengajariku kau bisa mempelajari dan memasuki kebenaran terlepas dari tugas yang kaulakukan. Tuhan sungguh tidak memihak siapa pun. Aku juga sadar, apa pun pekerjaan yang kulakukan atau situasi yang kuhadapi, yang terpenting adalah mampu mencari kebenaran dan menerapkannya.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait