2. Arti dari kenyataan kebenaran, dan arti dari huruf-huruf yang tertulis dan doktrin
Firman Tuhan yang Relevan:
Tuhan adalah Tuhan yang nyata: semua pekerjaan-Nya nyata, semua perkataan yang diucapkan-Nya nyata, dan semua kebenaran yang diungkapkan-Nya nyata. Segala hal yang bukan merupakan perkataan-Nya adalah kosong, tidak ada, dan tidak benar. Pada zaman sekarang, Roh Kudus hendak menuntun manusia masuk ke dalam firman Tuhan. Jika orang ingin mengejar jalan masuk ke dalam kenyataan, mereka harus mencari kenyataan dan mengenal kenyataan, setelah itu mereka harus mengalami kenyataan dan hidup dalam kenyataan. Semakin orang mengenal kenyataan, mereka akan semakin mampu membedakan apakah perkataan-perkataan orang lain itu nyata atau tidak; semakin orang mengenal kenyataan, semakin sedikit gagasan yang mereka miliki; semakin orang mengalami kenyataan, semakin mereka akan mengetahui perbuatan Tuhan atas kenyataan, dan semakin mudah bagi mereka untuk melepaskan diri dari watak jahat mereka yang rusak; semakin banyak kenyataan yang orang miliki, semakin mereka mengenal Tuhan, dan semakin mereka membenci daging serta mencintai kebenaran; dan semakin banyak kenyataan yang orang miliki, semakin dekat mereka dengan standar tuntutan Tuhan. Orang-orang yang didapatkan oleh Tuhan adalah mereka yang memiliki kenyataan, yang mengenal kenyataan, dan yang mengetahui perbuatan nyata Tuhan melalui kenyataan yang mereka alami. Semakin engkau bekerja sama dengan Tuhan dalam cara yang nyata dan mendisiplin tubuhmu, semakin engkau akan memperoleh pekerjaan Roh Kudus, semakin engkau akan mendapatkan kenyataan, dan semakin engkau akan dicerahkan oleh Tuhan, dan dengan demikian, semakin besar pengetahuanmu mengenai perbuatan Tuhan yang nyata. Jika engkau dapat hidup di dalam terang Roh Kudus saat ini, jalan penerapan akan menjadi semakin jelas bagimu, dan engkau akan semakin mampu memisahkan dirimu dari pemahaman agamawi serta tradisi lama di masa lalu. Kenyataan zaman sekarang adalah fokusnya: semakin banyak kenyataan yang dimiliki orang, semakin jelas pengetahuan mereka tentang kebenaran, dan semakin besar pemahaman mereka akan kehendak Tuhan. Kenyataan mampu mengalahkan huruf-huruf yang tertulis dan doktrin, mampu mengalahkan semua teori dan keahlian, dan semakin banyak kenyataan yang orang fokuskan padanya, semakin mereka akan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, dan merasa lapar serta haus akan firman-Nya. Jika engkau selalu memusatkan perhatian pada kenyataan, maka falsafah hidup, gagasan agamawi, dan karakter alamiahmu akan terhapus secara alami seturut dengan pekerjaan Tuhan. Mereka yang tidak mengejar kenyataan, dan tidak memiliki pengetahuan mengenai kenyataan, cenderung akan mengejar hal-hal supernatural, dan mereka dapat dengan mudah dikelabui. Roh Kudus tidak memiliki sarana untuk bekerja di dalam diri orang-orang semacam itu, sehingga mereka akan merasa hampa, dan kehidupan mereka tidak bermakna.
Dikutip dari "Cara Mengenal Kenyataan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Menjunjung tinggi firman Tuhan dan mampu menjelaskannya secara gamblang bukan berarti engkau memiliki realitas; segala sesuatu tidak sesederhana yang engkau bayangkan. Entah engkau memiliki realitas atau tidak bukan didasarkan pada apa yang engkau ucapkan, melainkan pada apa yang engkau hidupi. Hanya ketika firman Tuhan menjadi hidupmu dan ungkapan alamimu, barulah engkau disebut memiliki realitas, dan hanya dengan demikianlah engkau dianggap memiliki pemahaman sejati dan tingkat pertumbuhan yang nyata. Engkau harus mampu menanggung pemeriksaan untuk jangka waktu panjang, dan engkau harus dapat hidup dalam keserupaan yang Tuhan kehendaki. Itu bukan semata-mata tentang bersikap, melainkan harus mengalir secara alami dari dalam dirimu. Hanya dengan demikian, engkau akan benar-benar memiliki realitas, dan baru kemudian engkau akan memperoleh kehidupan. Izinkan Aku menggunakan contoh ujian bagi para pelaku pelayanan yang diketahui semua orang: siapa pun dapat menyajikan berbagai teori paling muluk-muluk tentang pelaku pelayanan, dan semua orang memiliki pemahaman yang memadai tentang pokok bahasan ini; mereka membicarakannya dan setiap penyampaian terbaru lebih hebat daripada penyampaian yang terakhir, seolah-olah suatu kompetisi. Namun, jika manusia belum mengalami ujian yang besar, sulit untuk mengatakan apakah dia memiliki kesaksian yang baik. Singkatnya, cara hidup manusia masih sangat kurang, dan ini sepenuhnya bertentangan dengan pemahamannya. Jadi, pengalaman itu belum menjadi tingkat pertumbuhan manusia yang sebenarnya, dan itu belum menjadi kehidupan manusia. Karena pemahaman manusia belum terwujud dalam realitas, tingkat pertumbuhannya masih seperti istana yang dibangun di atas pasir, goyah dan berada di ambang ambruk. Manusia memiliki terlalu sedikit realitas; hampir tidak mungkin menemukan realitas dalam diri manusia. Terlalu sedikit realitas yang secara alami mengalir dari diri manusia dan semua realitas yang mereka hidupi telah dipaksakan. Itulah sebabnya, Aku mengatakan bahwa manusia tidak memiliki realitas. Sekalipun manusia mengatakan bahwa kasih mereka kepada Tuhan tidak pernah berubah, ini hanyalah kata-kata yang biasa mereka ucapkan sebelum menghadapi ujian. Begitu mereka nanti tiba-tiba dihadapkan pada ujian, hal-hal yang mereka ucapkan sekali lagi menyimpang dari realitas, dan hal ini akan kembali membuktikan bahwa manusia tidak memiliki realitas. Bisa dikatakan bahwa setiap kali engkau menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikiranmu dan mengharuskanmu untuk mengesampingkan dirimu sendiri, itulah ujianmu. Sebelum kehendak Tuhan dinyatakan, semua orang menjalani ujian berat dan cobaan luar biasa. Dapatkah engkau menyelami hal ini? Ketika Tuhan ingin menguji manusia, Dia selalu membiarkan mereka menentukan pilihan sendiri sebelum kebenaran aktual terungkap. Artinya, ketika Tuhan sedang menguji orang, Dia tidak akan pernah memberitahukan kebenaran kepadamu; dengan cara inilah manusia disingkapkan. Inilah salah satu cara Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, untuk melihat apakah engkau memahami Tuhan zaman sekarang, dan apakah engkau memiliki realitas. Apakah engkau benar-benar bebas dari keraguan mengenai pekerjaan Tuhan? Akankah engkau dapat berdiri teguh ketika ujian besar menimpamu? Siapa yang berani mengatakan, "Kujamin tidak akan ada masalah"? Siapa yang berani mengatakan, "Orang lain mungkin ragu, tetapi aku tidak akan pernah ragu"? Sama seperti ketika Petrus dihadapkan pada ujian: ia selalu membual sebelum kebenaran diungkapkan. Ini bukan kelemahan pribadi yang hanya dimiliki Petrus; ini merupakan kesulitan terbesar yang dihadapi setiap orang saat ini. Jika Aku mengunjungi berbagai tempat, atau beberapa saudara dan saudari, untuk mengetahui pemahaman engkau sekalian tentang pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang, engkau sekalian pasti akan mampu banyak berbicara tentang pemahamanmu, dan tampaknya tidak ada keraguan dalam dirimu. Jika Aku bertanya: "Dapatkah engkau benar-benar memastikan bahwa pekerjaan dewasa ini dilakukan oleh Tuhan sendiri? Tanpa keraguan?" Engkau pasti akan menjawab: "Tidak diragukan lagi, pekerjaan itu dikerjakan oleh Roh Tuhan." Begitu engkau menjawab sedemikian rupa, engkau pasti tidak akan memiliki sedikit pun keraguan dan bahkan mungkin merasa sangat senang, mengira bahwa engkau telah memperoleh sedikit realitas. Mereka yang cenderung memahami segala sesuatu dengan cara demikian adalah mereka yang kurang memiliki realitas; semakin orang berpikir bahwa dia telah memperolehnya, semakin ia tidak mampu berdiri teguh dalam ujian. Celakalah mereka yang sombong dan congkak, dan celakalah mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang diri mereka sendiri; orang-orang seperti itu paling pintar berbicara tetapi paling buruk dalam mewujudkan kata-kata mereka dalam tindakan. Begitu ada sedikit saja tanda kesukaran, orang-orang ini mulai ragu dan pikiran untuk menyerah memasuki pikiran mereka. Mereka tidak memiliki realitas apa pun; yang mereka miliki hanyalah teori yang lebih muluk daripada agama, tanpa satu pun realitas yang Tuhan kehendaki saat ini. Aku paling muak terhadap orang-orang yang hanya berbicara tentang teori dan tidak memiliki realitas. Mereka berteriak paling nyaring ketika melakukan pekerjaan mereka, tetapi begitu dihadapkan pada realitas, mereka hancur berantakan. Bukankah itu menunjukkan bahwa orang-orang ini tidak memiliki realitas? Seberapa pun ganasnya angin dan ombak, jika engkau dapat tetap bertahan tanpa mengizinkan sedikit pun keraguan memasuki pikiranmu, serta dapat berdiri teguh dan tetap tidak menyangkal bahkan ketika tidak ada orang lain yang tersisa, maka engkau bisa dianggap memiliki pemahaman yang benar dan benar-benar memiliki realitas.
Dikutip dari "Hanya Melakukan Kebenaranlah yang Berarti Memiliki Realitas" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Tuhan tidak menuntut manusia untuk mampu berbicara tentang realitas; itu terlalu mudah, bukan begitu? Mengapa kemudian Tuhan berbicara tentang jalan masuk ke dalam kehidupan? Mengapa Dia berbicara tentang perubahan? Jika orang hanya mampu mengatakan omong kosong tentang realitas, dapatkah mereka mencapai perubahan watak? Laskar kerajaan yang baik bukan dilatih untuk menjadi sekelompok orang yang hanya mampu berbicara tentang realitas atau membual; sebaliknya, mereka dilatih untuk hidup dalam firman Tuhan setiap saat, pantang menyerah apa pun kemunduran yang mereka hadapi, dan selalu hidup sesuai dengan firman Tuhan serta tidak kembali kepada dunia. Inilah realitas yang Tuhan maksudkan; inilah tuntutan Tuhan terhadap manusia. Oleh karena itu, jangan memandang realitas yang diucapkan oleh Tuhan itu terlalu sederhana. Sekadar mengalami pencerahan Roh Kudus tidak sama artinya dengan memiliki realitas. Ini bukanlah tingkat pertumbuhan manusia—ini adalah anugerah Tuhan, dan manusia tidak memiliki sumbangsih di dalamnya. Setiap orang harus menanggung penderitaan Petrus, dan bahkan lebih lagi, memiliki kemuliaan Petrus, yang harus mereka hidupi setelah mereka memperoleh pekerjaan Tuhan. Hanya ini yang bisa disebut realitas. Jangan berpikir bahwa engkau memiliki realitas hanya karena engkau mampu membicarakannya; ini merupakan kekeliruan. Pemikiran semacam itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dan tidak memiliki makna penting yang nyata. Jangan mengatakan hal-hal seperti itu di masa mendatang—hentikan perkataan seperti itu! Semua orang yang memiliki pemahaman yang salah akan firman Tuhan adalah orang yang tidak percaya. Mereka tidak memiliki pengetahuan nyata, apalagi tingkat pertumbuhan yang nyata; mereka hanyalah orang-orang bodoh tanpa realitas. Dengan kata lain, semua orang yang hidup di luar esensi firman Tuhan adalah orang-orang yang tidak percaya. Mereka yang dianggap orang tidak percaya oleh manusia adalah binatang buas di mata Tuhan, dan mereka yang dianggap orang tidak percaya oleh Tuhan adalah mereka yang tidak memiliki firman Tuhan sebagai hidup mereka. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mereka yang tidak memiliki realitas firman Tuhan dan yang gagal untuk hidup dalam firman Tuhan adalah orang yang tidak percaya. Maksud Tuhan adalah untuk menjadikan setiap orang hidup dalam realitas firman Tuhan—bukan sekadar membuat setiap orang membicarakan realitas, tetapi lebih dari itu, untuk memungkinkan setiap orang untuk hidup dalam realitas firman-Nya. Yang manusia anggap sebagai realitas terlalu dangkal, tidak memiliki nilai dan tidak dapat memenuhi kehendak Tuhan. Realitas seperti itu terlalu rendah dan bahkan tidak layak disebutkan. Realitas seperti itu memiliki terlalu banyak kekurangan dan terlampau jauh dari standar tuntutan Tuhan.
Dikutip dari "Hanya Melakukan Kebenaranlah yang Berarti Memiliki Realitas" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Bagaimana kenyataan terjadi? Kenyataan terjadi selama proses menerapkan kebenaran, ketika orang memiliki segala macam pengalaman, dan memunculkan segala macam keadaan. Ada suatu proses perubahan dalam cara orang menghadapi berbagai keadaan mereka, pemikiran dan pandangan apa yang mereka miliki, dan bagaimana mereka mencari kebenaran untuk menyelesaikan keadaan tersebut. Proses inilah yang merupakan kenyataan. Jika engkau tidak melewati proses menerapkan dan mengalami firman Tuhan, tetapi sekadar tahu dan memahaminya pada tingkatan harafiah dan doktrinal, maka satu-satunya yang engkau miliki hanyalah doktrin, karena ada perbedaan antara pemahaman harafiahmu dan pengalamanmu secara langsung. Bagaimana doktrin timbul? Ketika orang tidak menerapkan, tetapi hanya memahami, menganalisis, dan menjelaskan makna harafiah dari firman Tuhan, dan bahkan mengkhotbahkannya, maka doktrin pun timbul. Dapatkah doktrin menjadi kenyataan? Jika engkau tidak menerapkan kebenaran, engkau tidak akan pernah memahami kebenaran. Penjelasan harafiah belaka akan selamanya menjadi doktrin. Namun, jika engkau menerapkan, mengalami, merasakan, dan mempelajari, maka pengetahuan, pemikiran, gagasan, dan pengalaman yang dihasilkan dengan cara seperti itu akan menjadi nyata. Kenyataan diperoleh melalui penerapan; tanpa penerapan, kenyataan selamanya tidak ada. Pernahkah orang mengatakan, "Aku tidak menerapkan kebenaran, tetapi aku tetap mampu mengkhotbahkan khotbah-khotbah yang nyata"? Apa yang kaukhotbahkan mungkin sesaat saja terdengar benar dan cukup nyata bagi orang lain, tetapi setelah itu, mereka tetap tidak akan memiliki jalan untuk menerapkannya. Dengan demikian, segala sesuatu yang engkau pahami itu tetaplah doktrin. Jika engkau tidak menerapkan firman Tuhan dan tidak memiliki pengalaman atau pemahaman nyata tentang kebenaran, ketika suatu keadaan yang tidak pernah kaupikirkan sebelumnya muncul dalam kehidupan orang lain, engkau tidak akan tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Jika orang jarang menerapkan kebenaran, mereka tidak akan pernah sungguh-sungguh memahami kebenaran. Hanya dengan menambah penerapan mereka akan kebenaranlah, mereka dapat benar-benar memahami kebenaran tersebut, dan hanya setelah itulah mereka dapat memahami prinsip-prinsip untuk menerapkan kebenaran. Jika engkau tidak memiliki pengalaman tentang kebenaran, tentu saja engkau hanya akan mampu mengkhotbahkan doktrin. Engkau akan memberi tahu orang lain untuk mematuhi aturan sama seperti yang engkau lakukan. Tanpa kenyataan penerapan dan pengalaman, engkau tidak akan pernah mampu mengkhotbahkan kenyataan.
Dikutip dari "Jalan untuk Mengatasi Watak yang Rusak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Jika engkau semua telah banyak membaca firman Tuhan tetapi hanya memahami makna teks dan tidak memiliki pengetahuan langsung tentang firman Tuhan melalui pengalaman praktismu, engkau sekalian tidak akan mengenal firman Tuhan. Menurutmu, firman Tuhan bukanlah kehidupan, melainkan hanya huruf-huruf tertulis yang mati. Dan jika hanya menaati huruf-huruf tertulis yang mati, engkau tidak dapat meresapi esensi dari firman Tuhan, dan juga tidak akan mengetahui kehendak-Nya. Hanya jika engkau mengalami firman-Nya dalam pengalaman nyatamu maka makna rohani dari firman Tuhan itu akan tersingkap dengan sendirinya bagimu, dan hanya melalui pengalamanlah engkau dapat memahami makna rohani dari berbagai kebenaran, dan membuka misteri firman Tuhan. Jika engkau tidak menerapkannya, maka tidak peduli segamblang apa pun firman-Nya, satu-satunya hal yang engkau resapi hanyalah huruf-huruf tertulis dan doktrin kosong, yang telah menjadi aturan agamawi bagimu. Bukankah ini yang dilakukan orang-orang Farisi? Jika engkau sekalian melakukan dan mengalami firman Tuhan, maka firman-Nya itu menjadi nyata bagimu; jika engkau tidak berusaha melakukannya, maka firman Tuhan tidak lebih dari sekadar legenda surga tingkat ketiga bagimu. Kenyataannya, proses memercayai Tuhan adalah proses mengalami firman-Nya dan juga didapatkan oleh-Nya, atau lebih jelas lagi, percaya kepada Tuhan berarti memiliki pengetahuan dan pemahaman akan firman-Nya dan mengalami dan hidup dalam firman-Nya; itulah realitas di balik keyakinanmu kepada Tuhan. Jika engkau sekalian percaya kepada Tuhan dan mengharapkan hidup yang kekal tanpa berusaha menerapkan firman Tuhan sebagai sesuatu yang mengakar dalam dirimu, maka betapa bebalnya engkau sekalian. Ini tak ubahnya seperti pergi ke sebuah pesta perjamuan dan hanya menatap hidangan dan mengingat makanan lezat itu baik-baik tanpa sungguh-sungguh mencicipinya. Bukankah orang seperti itu sungguh bodoh?
Dikutip dari "Setelah Engkau Memahami Kebenaran, Engkau Harus Mengamalkannya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Engkau dapat berbicara tentang pengetahuan sebanyak pasir di pantai, tetapi tidak ada yang memuat suatu jalan nyata. Dengan begini, bukankah engkau berusaha membodohi orang? Bukankah engkau sekadar pamer, tanpa memiliki hakikat untuk mendukungnya? Perilaku seperti ini berbahaya bagi orang lain! Semakin tinggi teorinya dan semakin hampa teori tersebut dalam hal kenyataan, semakin teori itu tidak mampu membawa orang ke dalam kenyataan; semakin tinggi teorinya, semakin teori itu membuatmu melawan dan menentang Tuhan. Jangan memperlakukan teori yang paling muluk bak harta karun; teori itu bersifat merusak dan tidak berguna! Mungkin ada orang yang dapat berbicara tentang teori-teori yang muluk—tetapi teori-teori semacam itu tidak mengandung kenyataan, karena orang-orang ini belum secara pribadi mengalaminya, dan dengan demikian mereka tidak memiliki jalan pengamalan. Orang-orang seperti itu tidak mampu membawa orang lain ke jalan yang benar dan hanya akan menyesatkan mereka. Bukankah ini berbahaya bagi orang? Paling tidak, engkau harus mampu memecahkan kesukaran saat ini dan memungkinkan orang untuk mencapai jalan masuk; hanya ini yang dianggap sebagai pengabdian, dan baru setelah itu engkau akan memenuhi syarat untuk bekerja bagi Tuhan. Jangan selalu berbicara muluk-muluk, berkata-kata fantastis, dan jangan menggunakan serangkaian penerapan yang tidak sesuai untuk mengikat orang agar menaatimu. Tidak ada gunanya melakukan ini, dan hanya dapat memperbesar kebingungan orang. Terus bersikap seperti ini akan menghasilkan banyak doktrin, yang akan membuat orang muak terhadapmu. Inilah kelemahan manusia, dan itu benar-benar memalukan.
Dikutip dari "Lebih Fokus pada Kenyataan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika seseorang tidak mengejar kebenaran, dia tidak akan pernah memahaminya. Engkau dapat mengucapkan huruf-huruf yang tertulis dan doktrin sepuluh ribu kali, tetapi semua itu tetap hanya merupakan huruf-huruf tertulis dan doktrin. Beberapa orang hanya berkata, "Kristus adalah jalan, kebenaran, dan hidup." Bahkan jika engkau mengulangi kata-kata ini sepuluh ribu kali, itu tetap tidak berguna; engkau tidak memahami artinya. Mengapa dikatakan bahwa Kristus adalah jalan, kebenaran, dan hidup? Dapatkah engkau menjelaskan pengetahuan yang telah kauperoleh tentang hal ini dari pengalaman? Sudahkah engkau masuk ke dalam realitas jalan, kebenaran, dan hidup? Tuhan telah mengucapkan firman-Nya sehingga engkau semua dapat mengalaminya dan memperoleh pengetahuan; hanya mengucapkan huruf-huruf tertulis dan doktrin tidaklah berguna. Engkau hanya bisa mengenal dirimu sendiri setelah engkau memahami dan memasuki firman Tuhan. Jika engkau tidak memahami firman Tuhan, engkau tidak dapat mengenal dirimu sendiri. Engkau hanya bisa memiliki kemampuan membedakan dan memahami berbagai hal jika engkau memiliki kebenaran; tanpa kebenaran, engkau tidak bisa melakukannya. Engkau hanya dapat benar-benar memahami suatu masalah jika engkau memiliki kebenaran; tanpa kebenaran, engkau tidak dapat memahami suatu masalah. Engkau hanya bisa mengenal dirimu sendiri jika engkau memiliki kebenaran; tanpa kebenaran, engkau tidak bisa mengenal dirimu sendiri. Watakmu hanya bisa berubah jika engkau memiliki kebenaran; tanpa kebenaran, watakmu tidak bisa berubah. Setelah engkau memiliki kebenaran barulah engkau dapat melayani sesuai dengan kehendak Tuhan; tanpa kebenaran, engkau tidak bisa melayani sesuai dengan kehendak Tuhan. Setelah engkau memiliki kebenaran barulah engkau dapat menyembah Tuhan; tanpa kebenaran, penyembahanmu tidak lebih daripada sebuah pertunjukan ritual keagamaan. Semua hal ini bergantung pada mendapatkan kebenaran dari firman Tuhan.
Dikutip dari "Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Beberapa orang bekerja dan berkhotbah dan, meskipun di permukaan tampaknya mereka mempersekutukan tentang perkataan Tuhan, mereka hanyalah membahas makna harfiah dari firman-Nya, dan tidak ada hal-hal substantif yang disebutkan. Khotbah-khotbah mereka itu seperti pengajaran dari buku teks bahasa—disusun pokok demi pokok, dan aspek demi aspek, dan ketika mereka telah selesai, semua orang menyanyikan puji-pujian, dengan berkata: "Orang ini memiliki realitas. Dia berkhotbah dengan sangat baik dan begitu terperinci." Setelah orang-orang seperti ini selesai berkhotbah, mereka memberi tahu orang lain untuk menyusun khotbah mereka dan mengirimkannya kepada setiap orang. Dengan melakukan ini, mereka telah sampai ke taraf di mana mereka menipu orang lain dan semua yang mereka khotbahkan adalah kekeliruan. Di permukaan, kelihatannya seolah-olah mereka hanya memberitakan firman Tuhan dan khotbah mereka sesuai dengan kebenaran. Namun, apabila diamati secara lebih arif, engkau akan mengetahui bahwa semua itu tidak lain hanyalah huruf-huruf tertulis, doktrin dan penalaran yang salah serta beberapa imajinasi dan gagasan manusia, juga beberapa hal yang membatasi Tuhan. Bukankah khotbah semacam ini sama saja dengan gangguan terhadap pekerjaan Tuhan? Ini adalah pelayanan yang menentang Tuhan.
Dikutip dari "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Engkau semua telah menyimpang dalam usahamu menyimpulkan kebenaran; sesudah engkau membuat kesimpulan, hasilnya hanyalah peraturan. Engkau semua tidak "menyimpulkan kebenaran" agar manusia memperoleh kehidupan atau mencapai perubahan dalam watak mereka oleh karena kebenaran. Sebaliknya, itu menyebabkan orang menguasai beberapa pengetahuan dan doktrin dari dalam kebenaran itu. Mereka tampaknya telah memahami tujuan di balik pekerjaan Tuhan, karena sebenarnya mereka hanya menguasai beberapa kata dan doktrin. Mereka tidak memahami makna yang tersirat dalam kebenaran itu; hal itu tidak ada bedanya dengan belajar teologi atau membaca Alkitab. Engkau mengumpulkan buku-buku ini atau materi-materi itu, dan kemudian memperoleh aspek doktrin yang ini atau aspek pengetahuan yang itu. Engkau adalah para pembicara yang ulung dari doktrin-doktrin itu—tetapi apa yang terjadi ketika engkau telah selesai berbicara? Pada waktu itu orang tidak bisa mengalami dan tidak memiliki pemahaman tentang pekerjaan Tuhan, demikian pula mereka tidak memiliki pemahaman tentang diri mereka sendiri. Pada akhirnya, yang akan mereka dapatkan hanyalah rumus-rumus dan aturan-aturan, dan mereka bisa berbicara tentang beberapa hal itu, tetapi tidak satu pun hal lainnya. Jika Tuhan melakukan sesuatu yang baru, apakah engkau akan dapat menyelaraskan semua doktrin yang kau ketahui dengan hal itu? Hal-hal yang kau miliki itu hanyalah aturan-aturan dan engkau hanya meminta orang untuk mempelajari teologi, dan tidak memberi mereka kesempatan untuk mengalami firman Tuhan atau kebenaran. Karena itu, buku-buku yang engkau susun hanya bisa membawa orang lain kepada teologi dan pengetahuan, pada rumus-rumus baru, dan kepada aturan dan kaidah. Buku-buku itu tidak bisa membawa manusia ke hadapan Tuhan atau memungkinkan mereka untuk memahami kebenaran atau kehendak Tuhan. Sangkamu, dengan mengajukan pertanyaan demi pertanyaan, yang selanjutnya kau jawab, dan dengan menuliskan garis besar serta ikhtisar untuk itu, perilaku semacam ini dapat membuat saudara-saudarimu paham. Engkau berpikir bahwa selain mudah untuk diingat, masalah-masalah ini sepintas tampak jelas, dan bahwa ini adalah cara yang hebat untuk melakukannya. Namun yang mereka pahami bukanlah makna sesungguhnya dari kebenaran yang tersirat dan tidak sesuai dengan kenyataan—itu hanyalah kata-kata dan doktrin. Jadi, akan lebih baik jika engkau tidak melakukan hal-hal ini sama sekali. Melakukan hal ini berarti mengarahkan orang untuk memahami dan menguasai pengetahuan. Engkau membawa orang lain ke dalam doktrin, ke dalam agama, dan membuat mereka mengikuti dan memercayai Tuhan yang terdapat dalam doktrin-doktrin agama. Bukankah itu sama saja seperti Paulus? Engkau semua berpikir bahwa menguasai pengetahuan tentang kebenaran itu sangat penting, dan demikian juga menghafalkan banyak firman Tuhan, tetapi bagaimana orang memahami firman Tuhan sama sekali tidak penting. Engkau semua mengira bahwa sangatlah penting bagi orang untuk mampu menghafalkan banyak firman Tuhan, bisa membicarakan banyak doktrin, dan menemukan banyak rumusan dalam firman-Nya. Karena itu, engkau semua selalu ingin menyusun hal-hal ini secara sistematis sehingga semua orang bernyanyi dari lembaran nyanyian pujian yang sama, mengatakan hal yang sama, dan berbicara tentang doktrin yang sama, sehingga mereka memiliki pengetahuan yang sama dan mempertahankan aturan yang sama—inilah tujuanmu. Apa yang engkau semua lakukan ini tampaknya adalah agar manusia mendapatkan pemahaman, padahal sebaliknya engkau tidak tahu bahwa hal ini justru membawa manusia ke dalam aturan-aturan yang berada di luar kebenaran firman Tuhan. Untuk memungkinkan manusia memiliki pemahaman yang nyata tentang kebenaran, engkau harus mengaitkannya dengan kenyataan dan dengan pekerjaan, dan menyelesaikan masalah-masalah praktis sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Hanya dengan cara ini manusia dapat memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan, dan hanya pencapaian hasil semacam itu yang benar-benar membawa manusia ke hadapan Tuhan. Jika yang kau bicarakan hanyalah teori-teori rohani, doktrin-doktrin, dan aturan-aturan, jika upaya yang kau lakukan hanyalah kata-kata yang harfiah, maka yang dapat kau capai hanyalah membuat manusia mengatakan hal yang sama dan mengikuti aturan, tetapi engkau tidak akan dapat membimbingnya untuk memahami kebenaran. Secara khusus engkau tidak akan bisa membuat manusia lebih memahami diri mereka sendiri, dan mencapai pertobatan serta perubahan. Jika mampu untuk berbicara tentang teori-teori rohani dapat menggantikan masuknya orang ke dalam kebenaran kenyataan, engkau semua tidak akan diperlukan untuk memimpin gereja.
Dikutip dari "Tanpa Kebenaran Sangatlah Mudah untuk Menyinggung Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Pengetahuanmu hanya dapat membantu orang untuk sementara waktu. Seiring berjalannya waktu, jika engkau terus mengatakan hal yang sama, sebagian orang akan mengetahui hal itu; mereka akan mengatakan bahwa engkau terlalu dangkal, terlalu kurang mendalam. Engkau tidak akan punya pilihan selain mencoba dan menipu orang dengan mengkhotbahkan doktrin. Jika engkau selalu melanjutkan seperti ini, orang-orang di bawahmu akan mengikuti cara, langkah, dan contohmu tentang iman kepada Tuhan dan tentang mengalami dan melakukan perkataan dan doktrin-doktrin tersebut. Pada akhirnya, ketika engkau terus berkhotbah dengan cara ini, mereka semua akan menjadikanmu sebagai teladan. Engkau mengkhotbahkan doktrin ketika engkau memimpin orang, dan mereka yang di bawahmu akan belajar doktrin darimu. Seiring berjalannya waktu, engkau akan menempuh jalan yang salah. Orang-orang di bawahmu mengikuti jalanmu, dan mereka semua belajar darimu dan mengikutimu, sehingga engkau merasa: "Aku berkuasa sekarang; begitu banyak orang mendengarkanku, dan dunia selalu siap mendukungku." Natur pengkhianatan dalam diri manusia ini secara tidak sadar membuatmu mengubah Tuhan menjadi boneka belaka, dan engkau sendiri kemudian membentuk denominasi, faksi tertentu. Bagaimana cara berbagai denominasi muncul? Mereka muncul dengan cara seperti ini. Lihatlah para pemimpin setiap denominasi. Mereka semua congkak dan merasa benar sendiri, dan mereka menafsirkan Alkitab di luar konteks dan sesuai dengan imajinasi mereka sendiri. Mereka semua bergantung pada karunia dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan mereka. Jika mereka tidak mampu berkhotbah, akankah orang-orang itu mengikuti mereka? Bagaimanapun, mereka memang memiliki suatu pengetahuan dan dapat berbicara sedikit tentang doktrin, atau tahu bagaimana merebut hati orang lain dan bagaimana menggunakan beberapa kelicikan, yang melaluinya mereka telah membawa orang ke hadapan mereka sendiri dan menipu mereka. Secara teori, orang-orang itu percaya kepada Tuhan—tetapi pada kenyataannya mereka mengikuti para pemimpin mereka. Jika mereka bertemu dengan seseorang yang mengkhotbahkan jalan yang benar, sebagian dari mereka akan berkata: "Kita harus berkonsultasi dengan pemimpin kita tentang iman kita." Iman mereka membutuhkan persetujuan manusia; bukankah itu masalah? Kalau begitu, menjadi apakah para pemimpin itu? Tidakkah mereka menjadi orang Farisi, gembala palsu, antikristus, dan batu sandungan bagi penerimaan orang akan jalan yang benar?
Dikutip dari "Hanya Pengejaran Kebenaran merupakan Kepercayaan yang Sejati kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"