2. Akar dari pemberontakan dan penentangan manusia terhadap Tuhan
Firman Tuhan yang Relevan:
Sumber penentangan dan pemberontakan manusia terhadap Tuhan adalah perusakan dirinya oleh Iblis. Karena kerusakan yang Iblis lakukan, hati nurani manusia telah menjadi mati rasa; dia tidak bermoral, pikirannya bobrok, dan dia memiliki pandangan mental terbelakang. Sebelum dirinya dirusak oleh Iblis, manusia tentu saja mengikuti Tuhan dan menaati firman-Nya setelah mendengarkannya. Dia tentu saja memiliki akal dan hati nurani yang sehat, dan kemanusiaan yang normal. Setelah dirusak Iblis, akal, hati nurani, dan kemanusiaan manusia yang semula menjadi tumpul dan dilemahkan oleh Iblis. Dengan demikian, manusia telah kehilangan ketaatan dan kasihnya kepada Tuhan. Akal manusia telah menyimpang, wataknya telah menjadi sama seperti watak binatang, dan pemberontakannya terhadap Tuhan menjadi jauh lebih sering dan memilukan. Namun, manusia tetap saja tidak tahu, juga tidak mengakui hal ini, dan hanya menentang dan memberontak secara membabi buta. Watak manusia tersingkap melalui diungkapkannya akal, wawasan, dan hati nuraninya; dan karena akal dan wawasannya tidak sehat, dan hati nuraninya telah menjadi sangat tumpul, maka wataknya pun menjadi suka memberontak terhadap Tuhan. Jika akal dan wawasan manusia tidak dapat berubah, maka perubahan dalam wataknya tidak mungkin terjadi, juga tidak mungkin bagi dirinya untuk menjadi selaras dengan kehendak Tuhan. Jika akal manusia tidak sehat, dia tidak dapat melayani Tuhan dan tidak layak untuk dipakai oleh Tuhan. "Akal yang normal" mengacu pada taat dan setia kepada Tuhan, merindukan Tuhan, memberi diri secara mutlak kepada Tuhan, dan memiliki hati nurani terhadap Tuhan. Itu mengacu pada satu hati dan pikiran terhadap Tuhan, dan tidak dengan sengaja menentang Tuhan. Mereka yang memiliki akal menyimpang tidak seperti ini. Karena manusia telah dirusak oleh Iblis, mereka telah menciptakan gagasan tertentu tentang Tuhan, tidak memiliki kesetiaan kepada Tuhan ataupun kerinduan akan Dia, dan terlebih dari itu, mereka tidak memiliki hati nurani terhadap Tuhan. Manusia dengan sengaja menentang Tuhan dan menghakimi-Nya, dan lebih dari itu, mereka melontarkan makian terhadap-Nya di belakang-Nya. Manusia menghakimi Tuhan di belakang-Nya padahal mengetahui dengan jelas bahwa Dia adalah Tuhan; manusia tidak berniat menaati Tuhan, dan hanya mengajukan tuntutan dan permintaan yang membabi buta kepada-Nya. Orang-orang seperti itu—orang-orang yang memiliki akal menyimpang—tidak mampu mengetahui perilaku tercela mereka sendiri ataupun menyesali pemberontakan mereka. Jika orang mampu mengenal diri mereka sendiri, mereka telah mendapatkan kembali sedikit akal mereka; semakin orang yang tidak mengenal diri sendiri memberontak terhadap Tuhan, semakin mereka tidak memiliki akal sehat.
Dikutip dari "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Setelah kerusakan selama beberapa ribu tahun, manusia menjadi mati rasa dan dungu; manusia telah menjadi setan yang menentang Tuhan, sampai ke taraf pemberontakan manusia terhadap Tuhan telah didokumentasikan dalam buku-buku sejarah, dan bahkan manusia itu sendiri tidak mampu menceritakan dengan lengkap tentang perilakunya yang suka memberontak—karena manusia telah begitu dalam dirusak oleh Iblis, dan telah disesatkan oleh Iblis sampai sedemikian rupa hingga dia tidak tahu ke mana harus berpaling. Bahkan sekarang pun, manusia masih mengkhianati Tuhan: ketika manusia melihat Tuhan, dia mengkhianati-Nya, dan ketika dia tidak dapat melihat Tuhan, dia juga mengkhianati-Nya. Bahkan ada orang-orang yang, setelah menyaksikan kutukan Tuhan dan murka Tuhan, tetap saja mengkhianati-Nya. Jadi, Aku katakan bahwa akal manusia telah kehilangan fungsi aslinya, dan hati nurani manusia juga telah kehilangan fungsi aslinya. Manusia yang kulihat adalah binatang liar dalam wujud manusia, dia adalah ular berbisa, dan tidak peduli seberapa menyedihkan dia berusaha menampilkan dirinya di depan-Ku, Aku tidak akan pernah berbelas kasihan terhadapnya, karena manusia tidak memahami perbedaan antara hitam dan putih, perbedaan antara kebenaran dan yang bukan kebenaran. Akal manusia begitu kebas, tetapi dia masih ingin mendapatkan berkat; kemanusiaannya begitu rendah, tetapi dia masih ingin memiliki kedaulatan seorang raja. Dia akan menjadi raja untuk siapa, dengan akal seperti itu? Bagaimana mungkin manusia dengan kemanusiaan seperti itu duduk di atas takhta? Manusia benar-benar tidak punya rasa malu! Dia adalah makhluk celaka yang sombong! Bagi engkau semua yang ingin mendapatkan berkat, Kusarankan agar engkau semua mencari cermin terlebih dahulu dan memandang cerminan buruk dirimu sendiri—apakah engkau memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang raja? Apakah engkau memiliki wajah seorang yang bisa memperoleh berkat? Belum ada sedikit pun perubahan dalam watakmu dan engkau belum menerapkan kebenaran apa pun, tetapi engkau masih mengharapkan hari esok yang luar biasa. Engkau menipu dirimu sendiri! Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah dirusak teramat parah oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di "institusi pendidikan tinggi." Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang jahat, falsafah hidup yang menjijikkan, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak seorang pun yang akan rela taat kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah wilayah kekuasaan Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur. Bahkan ketika mereka mendengar kebenaran, mereka yang hidup dalam kegelapan tidak berpikir untuk menerapkan kebenaran tersebut, mereka juga tidak ingin mencari Tuhan bahkan sekalipun mereka telah melihat penampakan-Nya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu bejat memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu merosot martabatnya hidup dalam terang?
Dikutip dari "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Tersingkapnya watak rusak manusia bersumber tidak lain dari hati nuraninya yang tumpul, naturnya yang jahat, dan akalnya yang tidak sehat; jika hati nurani dan akal manusia dapat kembali normal, dia akan menjadi seseorang yang layak dipakai di hadapan Tuhan. Hanya karena hati nurani manusia selalu mati rasa, dan karena akal manusia tidak pernah sehat, dan semakin tumpul sehingga manusia semakin suka memberontak terhadap Tuhan, sampai sedemikian rupa hingga manusia bahkan menyalibkan Yesus dan menolak inkarnasi Tuhan pada akhir zaman untuk masuk ke dalam rumahnya, dan mengutuk daging inkarnasi Tuhan, dan memandang daging inkarnasi Tuhan sebagai sesuatu yang hina. Jika manusia memiliki sedikit saja kemanusiaan, dia tidak akan sedemikian kejamnya dalam memperlakukan daging inkarnasi Tuhan; jika dia memiliki sedikit saja akal, dia tidak akan sedemikian jahatnya dalam memperlakukan daging dari Tuhan yang berinkarnasi; jika dia memiliki sedikit saja hati nurani, dia tidak akan "berterima kasih" kepada Tuhan yang berinkarnasi dengan cara ini. Manusia hidup di zaman saat Tuhan menjadi manusia, tetapi manusia tidak mampu berterima kasih kepada Tuhan karena memberinya kesempatan yang begitu baik, malah mengutuk kedatangan Tuhan, atau sepenuhnya mengabaikan fakta tentang inkarnasi Tuhan, dan tampaknya menentang fakta tersebut dan jemu akan fakta tersebut. Terlepas dari bagaimana manusia menyikapi kedatangan Tuhan, singkatnya, Tuhan selalu melanjutkan pekerjaan-Nya dengan sabar—bahkan meskipun manusia belum sedikit pun bersikap ramah saat menyambut-Nya, dan secara membabi buta mengajukan permintaan kepada-Nya. Watak manusia telah menjadi sangat jahat, akalnya telah menjadi sangat tumpul, dan hati nuraninya telah sepenuhnya diinjak-injak oleh si jahat dan sudah sejak lama bukan lagi merupakan hati nurani manusia yang asli. Manusia bukan saja tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan yang berinkarnasi karena melimpahkan begitu banyak kasih karunia dan hidup kepada umat manusia, tetapi mereka bahkan merasa benci kepada Tuhan karena memberi kepada mereka kebenaran; itu karena manusia tidak memiliki sedikit pun ketertarikan pada kebenaran sehingga dia menjadi semakin membenci Tuhan. Manusia bukan saja tak mampu menyerahkan hidupnya bagi Tuhan yang berinkarnasi, tetapi mereka juga berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari-Nya, dan menuntut keuntungan yang puluhan kali lebih besar dari apa yang telah manusia berikan kepada Tuhan. Orang yang memiliki hati nurani dan akal seperti itu mengira bahwa ini bukan masalah besar, dan tetap saja percaya bahwa mereka telah berkorban begitu banyak untuk Tuhan, dan bahwa Tuhan telah memberi kepada mereka terlalu sedikit. Ada orang-orang yang setelah memberi-Ku semangkuk air, mengulurkan tangan mereka dan meminta-Ku membayar mereka seharga dua mangkuk susu, atau memberi-Ku sebuah kamar untuk satu malam, tetapi menuntut-Ku membayar sewa untuk beberapa malam. Dengan kemanusiaan seperti itu, dan hati nurani seperti itu, bagaimana mungkin engkau semua masih ingin mendapatkan kehidupan? Engkau sungguh makhluk celaka yang hina!
Dikutip dari "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Penentangan terhadap Tuhan yang Kubicarakan mengacu pada mereka yang tidak mengenal Tuhan, mereka yang mengakui Tuhan dengan bibir mereka padahal sebenarnya tidak mengenal-Nya, mereka yang mengikuti Tuhan tetapi tidak menaati-Nya, dan mereka yang bersenang-senang dalam kasih karunia Tuhan tetapi tidak mampu menjadi kesaksian bagi-Nya. Tanpa pemahaman akan tujuan pekerjaan Tuhan atau pemahaman akan pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam diri manusia, dia tidak bisa selaras dengan kehendak Tuhan, juga tidak bisa menjadi kesaksian bagi Tuhan. Alasan mengapa manusia menentang Tuhan, di satu sisi, dari wataknya yang rusak, dan di sisi lain, dari ketidaktahuan akan Tuhan dan kurangnya pemahaman akan prinsip-prinsip yang Tuhan pakai dalam pekerjaan-Nya dan kehendak-Nya bagi manusia. Kedua aspek ini, jika digabungkan, membentuk sejarah penentangan manusia terhadap Tuhan. Para petobat baru menentang Tuhan karena penentangan seperti itu ada di dalam natur mereka, sedangkan penentangan terhadap Tuhan dari mereka yang sudah bertahun-tahun dalam iman adalah akibat dari ketidaktahuan mereka akan Tuhan, selain karena watak mereka yang rusak. Pada masa sebelum Tuhan menjadi manusia, ukuran apakah manusia menentang Tuhan didasarkan pada apakah dia menaati ketetapan-ketetapan yang ditetapkan Tuhan di surga. Misalnya, pada Zaman Hukum Taurat, siapa pun yang tidak mematuhi hukum Yahweh dianggap sebagai orang-orang yang menentang Tuhan; siapa pun yang mencuri persembahan kepada Yahweh, atau siapa pun yang menentang orang-orang yang diperkenan Yahweh, dianggap sebagai orang yang menentang Tuhan dan akan dirajam sampai mati; siapa pun yang tidak menghormati ayah dan ibunya, dan siapa pun yang memukul atau mengutuk orang lain, dianggap sebagai orang yang tidak mematuhi hukum Taurat. Dan semua orang yang tidak mematuhi hukum Yahweh dianggap sebagai orang yang menentang-Nya. Hal ini tidak berlaku lagi pada Zaman Kasih Karunia, di mana siapa pun yang menentang Yesus dianggap sebagai orang yang menentang Tuhan, dan siapa pun yang tidak menaati perkataan Yesus dianggap sebagai orang yang menentang Tuhan. Pada zaman ini, cara mendefinisikan penentangan terhadap Tuhan menjadi lebih akurat dan lebih nyata. Pada masa ketika Tuhan belum menjadi manusia, ukuran apakah manusia menentang Tuhan atau tidak didasarkan pada apakah manusia menyembah dan memandang kepada Tuhan yang tidak kelihatan di surga. Cara di mana penentangan terhadap Tuhan didefinisikan pada waktu itu tidak terlalu nyata, karena manusia tidak bisa melihat Tuhan, juga tidak tahu seperti apa rupa Tuhan, atau bagaimana Dia bekerja dan berbicara. Manusia sama sekali tidak memiliki gagasan tentang Tuhan, dan dia percaya kepada Tuhan secara samar, karena Tuhan belum menampakkan diri kepada manusia. Oleh karena itu, bagaimanapun manusia memercayai Tuhan dalam imajinasinya, Tuhan tidak menghukum manusia atau banyak menuntut dari manusia, karena manusia sama sekali tidak dapat melihat Tuhan. Ketika Tuhan menjadi manusia dan datang untuk bekerja di antara manusia, semua orang melihat Dia dan mendengar firman-Nya, dan semua orang melihat perbuatan-perbuatan yang Tuhan lakukan dalam tubuh dagingnya. Pada saat itu, semua gagasan manusia menjadi buih. Adapun mereka yang telah melihat Tuhan menampakkan diri dalam rupa manusia, mereka tidak akan dihukum jika mereka mau menaati-Nya, sedangkan orang-orang yang dengan sengaja menentang-Nya akan dianggap sebagai penentang Tuhan. Orang-orang seperti itu adalah antikristus, musuh-musuh yang dengan sengaja menentang Tuhan. Orang-orang yang menyimpan gagasan tentang Tuhan tetapi tetap siap dan mau menaatinya tidak akan dihukum. Tuhan menghukum manusia berdasarkan niat dan perbuatannya, tidak pernah berdasarkan pemikiran dan gagasannya. Jika manusia dihukum atas dasar pemikiran dan gagasannya, tak seorang pun akan dapat luput dari tangan Tuhan yang penuh murka. Mereka yang dengan sengaja menentang Tuhan yang berinkarnasi akan dihukum karena ketidaktaatan mereka. Berkenaan dengan orang-orang yang dengan sengaja menentang Tuhan ini, penentangan mereka berasal dari fakta bahwa mereka menyimpan gagasan tentang Tuhan, yang akhirnya membawa mereka melakukan tindakan yang mengganggu pekerjaan Tuhan. Orang-orang ini secara sadar menentang dan menghancurkan pekerjaan Tuhan. Mereka tidak hanya memiliki gagasan tentang Tuhan, tetapi mereka juga terlibat dalam aktivitas yang mengganggu pekerjaan-Nya, dan karena alasan inilah orang-orang semacam ini akan dihukum. Mereka yang tidak dengan sengaja mengganggu pekerjaan Tuhan tidak akan dihukum sebagai orang berdosa, karena mereka mampu dengan rela taat dan tidak tidak terlibat dalam aktivitas yang menyebabkan kekacauan dan gangguan. Orang-orang semacam ini tidak akan dihukum. Namun, jika manusia telah mengalami pekerjaan Tuhan selama bertahun-tahun, jika mereka terus menyimpan gagasan tentang Tuhan dan tetap tak mampu memahami pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, dan jika, berapa tahun pun mereka telah mengalami pekerjaan-Nya, mereka terus dipenuhi dengan gagasan tentang Tuhan dan tetap tidak mampu mengenal Tuhan, maka sekalipun mereka tidak terlibat dalam aktivitas yang menganggu, hati mereka tetap dipenuhi dengan banyaknya gagasan tentang Tuhan, dan sekalipun gagasan-gagasan ini tidak menjadi nyata, orang-orang semacam ini sama sekali tidak berguna bagi pekerjaan Tuhan. Mereka tidak dapat memberitakan Injil atau memberi kesaksian tentang Tuhan. Orang-orang semacam ini adalah orang yang tidak berguna dan sangat dungu. Karena mereka tidak mengenal Tuhan dan juga tidak mampu membuang gagasan mereka tentang Tuhan, akibatnya mereka dihukum. Dapat dikatakan begini: adalah normal bagi para petobat baru untuk memiliki gagasan tertentu tentang Tuhan atau tidak mengetahui apa pun tentang Dia, tetapi bagi orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan mengalami banyak pekerjaan-Nya, adalah tidak normal bagi orang semacam itu untuk terus memiliki gagasan tentang Tuhan, dan akan lebih tidak normal lagi bagi orang semacam ini untuk tidak memiliki pengenalan akan Tuhan. Karena ini bukan keadaan yang normal, maka mereka dihukum. Orang-orang abnormal ini semuanya adalah sampah; merekalah orang-orang yang paling menentang Tuhan dan yang menikmati kasih karunia Tuhan dengan sia-sia. Semua orang semacam ini pada akhirnya akan disingkirkan!
Dikutip dari "Semua Orang yang Tidak Mengenal Tuhan adalah Orang-Orang yang Menentang Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Ketahuilah bahwa engkau semua menentang pekerjaan Tuhan, atau menggunakan gagasanmu sendiri untuk mengukur pekerjaan zaman sekarang, karena engkau semua tidak mengetahui prinsip pekerjaan Tuhan, dan karena perlakuanmu yang gegabah terhadap pekerjaan Roh Kudus. Penentanganmu terhadap Tuhan dan sikapmu yang merintangi pekerjaan Roh Kudus disebabkan oleh gagasanmu dan kecongkakan yang sudah melekat pada dirimu. Bukan karena pekerjaan Tuhan ini salah, tetapi karena pada dasarnya engkau semua terlalu tidak patuh. Setelah percaya kepada Tuhan, beberapa orang bahkan tidak bisa mengatakan dengan pasti dari mana manusia berasal, tetapi berani bicara di depan umum, menilai benar-salahnya pekerjaan Roh Kudus. Mereka bahkan menguliahi para rasulyang memiliki pekerjaan baru Roh Kudus, berkomentar dan bicara sembarangan; kemanusiaan mereka terlalu hina, dan tidak ada sedikit pun akal sehat dalam diri mereka. Tidakkah akan tiba hari ketika orang-orang semacam ini ditolak oleh pekerjaan Roh Kudus, dan dibakar oleh api neraka? Mereka tidak mengenal pekerjaan Tuhan, tetapi malah mengkritik pekerjaan-Nya, dan juga mencoba memberitahu Tuhan tentang bagaimana Dia seharusnya bekerja. Bagaimana orang-orang yang tak masuk akal itu bisa mengenal Tuhan? Manusia mengenal Tuhan selama proses mencari dan mengalami; bukan dengan mengkritik secara spontan manusia bisa mengenal Tuhan melalui pencerahan Roh Kudus. Semakin akurat pengetahuan orang tentang Tuhan, semakin sedikit mereka menentang-Nya. Sebaliknya, semakin sedikit orang mengenal Tuhan, semakin mereka cenderung untuk menentang Dia. Gagasanmu, natur lamamu, serta kemanusiaanmu, karakter dan pandangan moralmu adalah modal yang kaugunakan untuk menentang Tuhan, dan semakin rusak moralmu, menjijikkan kualitasmu, dan rendah kemanusiaanmu, semakin engkau menjadi musuh Tuhan. Orang yang memiliki gagasan kuat dan yang memiliki watak merasa diri paling benar, bahkan lebih lagi merupakan musuh Tuhan yang berinkarnasi; orang-orang semacam ini adalah antikristus. Jika gagasan-gagasanmu tidak diperbaiki, semua itu akan selalu bertentangan dengan Tuhan; engkau tidak akan pernah sesuai dengan Tuhan, dan akan selalu terpisah dari-Nya.
Dikutip dari "Mengenal Tiga Tahap Pekerjaan Tuhan adalah Jalan untuk Mengenal Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika engkau tidak dapat menerima terang baru dari Tuhan, dan tidak dapat memahami semua yang Tuhan lakukan saat ini, dan engkau tidak mencarinya, atau engkau justru meragukannya, memberikan penghakiman atasnya, atau meneliti dan menganalisisnya, maka engkau tidak berpikiran untuk menaati Tuhan. Jika, ketika terang saat ini muncul, engkau masih menjunjung tinggi terang kemarin dan menentang pekerjaan baru Tuhan, maka engkau tidak lebih dari seorang yang tak masuk akal—engkau adalah salah satu dari mereka yang dengan sengaja menentang Tuhan. Kunci untuk menaati Tuhan adalah menghargai terang baru, dan mampu menerimanya dan melakukannya. Inilah satu-satunya ketaatan sejati. Mereka yang tidak memiliki keinginan untuk merindukan Tuhan tidak mampu untuk secara sadar tunduk kepada-Nya, dan hanya dapat menentang Tuhan sebagai akibat dari kepuasan mereka terhadap status quo. Alasan orang tidak dapat menaati Tuhan adalah karena dia dirasuki oleh apa yang datang sebelumnya. Hal-hal yang datang sebelumnya telah memberikan kepada orang segala macam konsepsi dan gambaran tentang Tuhan, dan ini telah menjadi gambar Tuhan dalam pikiran mereka. Jadi, yang mereka percayai adalah konsepsi mereka sendiri, dan standar dari imajinasi mereka sendiri. Jika engkau mengukur Tuhan yang melakukan pekerjaan aktual saat ini dengan Tuhan dari imajinasimu sendiri, maka imanmu berasal dari Iblis, dan cemar oleh preferensimu sendiri—Tuhan tidak menghendaki iman seperti ini. Terlepas dari betapa tinggi kredensial mereka, dan terlepas dari dedikasi mereka—sekalipun mereka telah mengabdikan upaya seumur hidup untuk pekerjaan-Nya, dan telah menjadikan diri mereka martir—Tuhan tidak berkenan kepada seorang pun dengan iman seperti ini. Dia hanya menganugerahi mereka sedikit kasih karunia dan membiarkan mereka menikmatinya untuk sementara waktu. Orang-orang seperti ini tidak mampu melakukan kebenaran, Roh Kudus tidak bekerja di dalam mereka, dan pada gilirannya Tuhan akan menyingkirkan masing-masing mereka. Terlepas dari apakah mereka tua atau muda, mereka yang tidak menaati Tuhan dalam iman mereka dan memiliki niat-niat yang salah adalah orang-orang yang menentang dan mengganggu, dan orang-orang seperti itu tidak diragukan lagi akan disingkirkan oleh Tuhan.
Dikutip dari "Dalam Imanmu kepada Tuhan, Engkau Harus Menaati Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Meskipun Ayub tidak mengenal Tuhan pada saat itu, dia tetap memperlakukan-Nya sebagai Tuhan, dan menganggap-Nya sebagai Tuan atas surga dan bumi dan segala sesuatu. Ayub tidak menganggap Tuhan sebagai musuh; sebaliknya, dia menyembah-Nya sebagai Pencipta segala sesuatu. Mengapa orang zaman sekarang sangat menentang Tuhan? Mengapa mereka tidak mampu menghormati Dia? Salah satu alasannya adalah mereka telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis, dan dengan natur iblis mereka yang tertanam begitu dalam, mereka telah menjadi musuh Tuhan. Jadi, meskipun mereka percaya kepada Tuhan dan mengakui Tuhan, mereka masih mampu menentang Dia dan menempatkan diri mereka sebagai penentang-Nya. Ini ditentukan oleh natur manusia. Alasan lainnya adalah, terlepas dari kepercayaan mereka kepada Tuhan, orang sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka malah menganggap Dia sebagai lawan umat manusia, menganggap-Nya sebagai musuh mereka, dan merasa bahwa mereka tidak dapat didamaikan dengan Tuhan. Sesederhana itu saja. ... Engkau mungkin memiliki sedikit pengetahuan tentang Tuhan, tetapi apa yang terkandung dalam pengetahuan ini? Bukankah ini yang dibicarakan oleh setiap orang? Bukankah itulah yang Tuhan katakan kepadamu? Engkau hanya mengenal aspek teoretis dan doktrin darinya—tetapi pernahkah engkau menghargai wajah sejati Tuhan? Apakah engkau memiliki pengetahuan yang subjektif? Apakah engkau memiliki pengetahuan dan pengalaman praktis? Seandainya Tuhan tidak memberitahumu, bisakah engkau tahu? Pengetahuan teoretismu tidak merepresentasikan pengetahuan yang nyata. Singkatnya, seberapa banyak pun yang engkau ketahui atau bagaimana engkau dapat mengetahuinya, sebelum engkau memperoleh pemahaman yang nyata tentang Tuhan, Dia akan menjadi musuhmu, dan sebelum engkau benar-benar mulai memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan, Dia akan melawanmu, karena engkau merupakan perwujudan Iblis.
Jika engkau bersama dengan Kristus, mungkin engkau bisa menyajikan bagi-Nya makanan tiga kali sehari, atau mungkin menyajikan teh bagi-Nya dan memperhatikan kebutuhan hidup-Nya; engkau akan tampaknya telah memperlakukan Kristus sebagai Tuhan. Kapan pun sesuatu terjadi, sudut pandang orang selalu bertentangan dengan sudut pandang Tuhan; orang selalu gagal memahami dan menerima sudut pandang Tuhan. Meskipun orang mungkin bersahabat dengan Tuhan secara lahiriah, bukan berarti bahwa mereka sesuai dengan Tuhan. Segera setelah sesuatu terjadi, kebenaran tentang ketidaktaatan umat manusia pun muncul, sehingga menegaskan permusuhan yang ada di antara manusia dan Tuhan. Permusuhan ini bukan dikarenakan Tuhan menentang manusia atau karena Tuhan ingin bermusuhan dengan mereka, dan bukan karena Dia menempatkan manusia berseberangan dengan-Nya dan selanjutnya memperlakukan mereka sedemikian rupa. Sebaliknya, ini adalah masalah esensi yang bertentangan terhadap Tuhan, yang tersembunyi dalam kehendak subjektif manusia dan dalam pikiran bawah sadar mereka. Karena orang beranggapan bahwa semua yang berasal dari Tuhan sebagai objek penelitian mereka, tanggapan mereka terhadap hal yang berasal dari Tuhan dan terhadap segala sesuatu yang melibatkan Tuhan, di atas segalanya, adalah menebak, meragukan, dan kemudian dengan cepat mengambil suatu sikap yang berkonflik dan menentang Tuhan. Segera setelah itu, membawa suasana hati yang negatif ke dalam perselisihan atau persaingan dengan Tuhan, bahkan sampai pada titik meragukan apakah Tuhan semacam ini layak untuk diikuti. Terlepas dari kenyataan bahwa rasionalitas mereka mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak boleh terus bertindak dengan cara seperti ini, mereka akan tetap memilih untuk melakukannya sekalipun tidak berniat begitu, sedemikian rupa, sehingga mereka akan tetap melanjutkan tanpa ragu sampai akhir. Sebagai contoh, seperti apakah reaksi pertama dari beberapa orang ketika mereka mendengar desas-desus atau percakapan fitnah tentang Tuhan? Reaksi pertama mereka adalah bertanya-tanya apakah desas-desus ini benar atau tidak dan apakah desas-desus ini ada atau tidak, dan kemudian mengambil sikap tunggu dahulu. Mereka pun mulai berpikir, "Tidak ada cara lain untuk memastikan hal ini. Benarkah itu terjadi? Apakah desas-desus ini benar atau tidak?" Meskipun orang-orang seperti ini tidak menunjukkannya secara lahiriah, di dalam hati, mereka sudah mulai ragu, dan sudah mulai menyangkal Tuhan. Apa esensi dari sikap semacam ini dan sudut pandang sedemikian? Bukankah ini pengkhianatan? Sebelum mereka diperhadapkan dengan perkara ini, engkau tidak bisa melihat seperti apa sudut pandang orang-orang ini; tampaknya mereka tidak berkonflik dengan Tuhan, dan seolah-olah mereka tidak menganggap-Nya sebagai musuh. Akan tetapi, segera setelah mereka diperhadapkan dengan masalah, mereka segera memihak Iblis dan menentang Tuhan. Apakah artinya ini? Ini berarti bahwa manusia dan Tuhan bertentangan! Itu bukan berarti Tuhan menganggap umat manusia sebagai musuh, tetapi menandakan bahwa esensi utama umat manusia itu sendiri bermusuhan terhadap Tuhan. Seberapa lama pun seseorang telah mengikuti Dia atau seberapa besar harga yang telah mereka bayar, dan bagaimanapun mereka memuji Tuhan, bagaimana mereka mungkin menahan diri untuk tidak menentang Dia, dan bahkan sekuat apa pun mereka mendesak diri mereka untuk mengasihi Tuhan, mereka tidak pernah bisa berhasil memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan. Bukankah ini ditentukan oleh esensi orang?
Dikutip dari "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Engkau semua selalu ingin melihat Kristus, tetapi Aku mendesakmu untuk tidak menganggap dirimu setinggi itu; siapa pun boleh melihat Kristus, tetapi tidak ada yang benar-benar layak untuk melihat Kristus. Karena natur manusia sarat dengan kejahatan, kecongkakan dan pemberontakan, pada saat engkau melihat Kristus, naturmu akan menghancurkan dan membinasakanmu. Hubunganmu dengan seorang saudara (atau saudari) mungkin tidak memperlihatkan banyak tentang dirimu, tetapi tidak sesederhana itu ketika engkau berhubungan dengan Kristus. Kapan pun, gagasanmu bisa berakar, kecongkakanmu mulai bertunas, dan pemberontakanmu menghasilkan buah ara. Bagaimana mungkin engkau dengan kemanusiaan yang seperti itu layak untuk bersekutu dengan Kristus? Apakah engkau sungguh-sungguh mampu memperlakukan Dia sebagai Tuhan di setiap saat setiap harinya? Akankah engkau sungguh-sungguh memiliki kenyataan tunduk kepada Tuhan? Di dalam hatimu, engkau semua menyembah Tuhan yang tinggi luhur itu sebagai Yahweh, tetapi menganggap Kristus yang kelihatan itu sebagai manusia. Akalmu terlalu rendah dan kemanusiaanmu terlalu hina! Engkau semua tidak mampu untuk selalu memandang Kristus sebagai Tuhan; hanya kadang-kadang saja, saat engkau ingin melakukannya, barulah engkau semua berpegang kepada-Nya dan menyembah-Nya sebagai Tuhan. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa engkau semua bukan orang yang percaya kepada Tuhan, melainkan komplotan orang-orang yang menentang Kristus. Bahkan manusia yang menunjukkan kebaikan kepada sesamanya menerima balasan, tetapi Kristus, yang telah melakukan pekerjaan seperti itu di tengah-tengahmu, tidak menerima baik kasih, maupun balasan ataupun ketundukan manusia. Bukankah ini hal yang sangat memilukan?
Dikutip dari "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Sekelompok orang yang ingin didapatkan oleh Tuhan yang berinkarnasi sekarang ini adalah mereka yang sesuai dengan kehendak-Nya. Mereka hanya perlu tunduk pada pekerjaan-Nya, dan berhenti selalu menyibukkan pikiran mereka dengan gagasan tentang Tuhan yang di surga, hidup dalam ketidakjelasan, dan mempersulit keadaan bagi Tuhan dalam rupa manusia. Mereka yang mampu menaati-Nya adalah mereka yang benar-benar mendengarkan firman-Nya dan tunduk pada rancangan-Nya. Orang-orang seperti ini tidak peduli sama sekali tentang seperti apakah Tuhan yang di surga itu sebenarnya, atau pekerjaan seperti apa yang mungkin sedang dilakukan Tuhan yang di surga di antara manusia; mereka sepenuhnya mempersembahkan hati mereka kepada Tuhan yang di bumi dan menempatkan seluruh keberadaannya di hadapan-Nya. Mereka tidak pernah mempertimbangkan keselamatan mereka sendiri, mereka juga tidak pernah mempersoalkan kenormalan dan kenyataan diri Tuhan dalam rupa manusia. Mereka yang tunduk kepada Tuhan dalam rupa manusia dapat disempurnakan oleh-Nya. Mereka yang percaya kepada Tuhan yang di surga tidak akan memperoleh apa-apa. Ini karena bukan Tuhan yang di surga, melainkan Tuhan yang di bumi, yang mengaruniakan janji dan berkat kepada manusia. Manusia tidak seharusnya selalu mengagungkan Tuhan yang di surga sembari memandang Tuhan yang di bumi sekadar orang biasa; ini tidak adil. Tuhan yang di surga agung dan luar biasa dengan hikmat yang luar biasa, tetapi hal ini tidak ada sama sekali; Tuhan yang di bumi sangat rata-rata dan tidak signifikan, dan juga sangat normal. Dia tidak memiliki pikiran yang luar biasa atau melakukan tindakan yang meluluhlantakkan bumi; Dia hanya bekerja dan berfirman dengan cara yang sangat normal dan nyata. Kendati Dia tidak berbicara lewat guntur atau mendatangkan angin dan hujan, Dia sungguh merupakan inkarnasi Tuhan yang di surga, dan Dia sungguh merupakan Tuhan yang hidup di antara manusia. Orang tidak boleh mengagung-agungkan pribadi yang mampu mereka pahami dan yang sesuai dengan imajinasinya sendiri sebagai Tuhan, sementara memandang pribadi yang tidak bisa mereka terima dan yang sama sekali tidak terbayangkan oleh mereka sebagai pribadi yang hina. Semua ini berasal dari pemberontakan manusia; semua ini adalah sumber penentangan manusia terhadap Tuhan.
Dikutip dari "Orang yang Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan adalah Mereka yang Mampu Sepenuhnya Tunduk pada Kenyataan Diri-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"