1. Arti dari ketaatan kepada Tuhan dan perwujudan spesifik dari ketaatan kepada Tuhan
Firman Tuhan yang Relevan:
Tuhan menciptakan manusia dan menempatkan mereka di bumi, dan Dia telah membimbing mereka sejak saat itu. Lalu Dia menyelamatkan manusia dan menjadi korban penghapus dosa bagi manusia. Pada akhirnya, Dia masih harus menaklukkan manusia, menyelamatkan mereka sepenuhnya, dan memulihkan gambar asli mereka. Inilah pekerjaan yang telah dilakukan-Nya sejak awal—memulihkan manusia kepada rupa dan gambar aslinya. Tuhan akan membangun kerajaan-Nya dan memulihkan gambar asli manusia, yang artinya Dia akan memulihkan otoritas-Nya di bumi dan di antara segala ciptaan. Manusia kehilangan hati mereka yang takut akan Tuhan serta fungsi yang ada pada makhluk ciptaan Tuhan setelah dirusak oleh Iblis, dengan demikian menjadi musuh yang tidak taat kepada-Nya. Manusia telah hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis dan mengikuti perintahnya; karenanya, Tuhan tidak mungkin bekerja di antara ciptaan-Nya, dan menjadi semakin tidak dapat memperoleh rasa hormat yang takut akan Dia dari ciptaan-Nya. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan harus menyembah-Nya, tetapi mereka sebenarnya berpaling dari-Nya dan malah menyembah Iblis. Iblis menjadi berhala di hati manusia. Dengan demikian, Tuhan kehilangan kedudukan-Nya di hati manusia, yang berarti Dia kehilangan makna di balik penciptaan-Nya atas manusia. Oleh karena itu, untuk memulihkan makna di balik penciptaan-Nya atas umat manusia, Dia harus memulihkan gambar asli manusia dan membebaskan mereka dari watak rusaknya. Untuk merebut kembali manusia dari Iblis, Dia harus menyelamatkan manusia dari dosa. Hanya dengan cara inilah Tuhan secara berangsur-angsur dapat memulihkan gambar dan fungsi asli manusia, dan akhirnya memulihkan kerajaan-Nya. Pemusnahan terakhir atas anak-anak durhaka itu juga akan dilakukan untuk memungkinkan manusia menyembah Tuhan dan hidup di bumi dengan lebih baik. Karena Tuhan menciptakan manusia, Dia akan membuat mereka menyembah-Nya; karena Dia ingin memulihkan fungsi asli manusia, Dia akan memulihkannya sepenuhnya, tanpa percampuran apa pun. Memulihkan otoritas-Nya berarti membuat manusia menyembah-Nya dan tunduk kepada-Nya; ini berarti Dia akan membuat manusia hidup karena Dia dan membuat musuh-musuh-Nya binasa karena otoritas-Nya. Ini berarti Tuhan akan membuat segala sesuatu tentang diri-Nya terus ada di antara manusia tanpa penentangan dari siapa pun. Kerajaan yang ingin dibangun-Nya adalah kerajaan-Nya sendiri. Manusia yang diinginkan-Nya adalah yang menyembah-Nya, yang sepenuhnya tunduk kepada-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya. Jika Tuhan tidak menyelamatkan manusia yang rusak, maka makna di balik penciptaan-Nya atas manusia akan hilang; Dia tidak akan memiliki otoritas lagi di antara manusia, dan kerajaan-Nya tidak akan ada lagi di bumi. Jika Tuhan tidak memusnahkan musuh-musuh yang tidak taat kepada-Nya itu, Dia tidak akan dapat memperoleh kemuliaan-Nya yang sempurna, ataupun membangun kerajaan-Nya di muka bumi. Semua ini akan menjadi tanda penyelesaian pekerjaan-Nya dan pencapaian besar-Nya: untuk benar-benar memusnahkan orang-orang di antara manusia yang tidak taat kepada-Nya, dan membawa mereka yang telah disempurnakan ke tempat perhentian. Saat manusia telah dipulihkan kepada gambar aslinya, dan saat mereka dapat memenuhi tugasnya masing-masing, menjaga posisinya yang semestinya dan tunduk pada semua pengaturan Tuhan, Dia akan mendapatkan sekelompok orang di bumi yang menyembah-Nya, dan Dia juga akan membangun kerajaan di muka bumi yang menyembah-Nya.
Dikutip dari "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Pekerjaan yang dilakukan Tuhan berbeda-beda dari masa ke masa. Jika engkau sangat taat pada pekerjaan Tuhan di satu tahap, tetapi di tahap berikutnya ketaatanmu terhadap pekerjaan-Nya buruk, Tuhan akan meninggalkanmu. Jika engkau mengikuti langkah Tuhan ketika Dia mengambil langkah ini, engkau harus terus melangkah saat Tuhan menapaki tahap berikutnya; baru setelah itulah engkau akan menjadi orang yang taat kepada Roh Kudus. Karena engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus terus berada dalam ketaatanmu. Janganlah engkau hanya taat bila engkau suka dan tidak taat bila engkau tidak suka. Ketaatan semacam ini tidak bisa mendapat perkenanan Tuhan. Jika engkau tidak dapat mengikuti pekerjaan baru yang Kupersekutukan, dan terus berpegang pada perkataaan-perkataan sebelumnya, lalu bagaimana bisa ada kemajuan dalam hidupmu? Pekerjaan Tuhan bertujuan untuk membekalimu melalui firman-Nya. Jika engkau taat dan menerima perkataan-Nya, Roh Kudus pasti akan bekerja di dalam dirimu. Roh Kudus bekerja tepat setelah Aku berbicara; lakukanlah seperti yang telah Kukatakan, dan Roh Kudus akan segera bekerja di dalam dirimu. Aku melepaskan terang yang baru untuk kaulihat, dan membawamu ke dalam terang yang sekarang ini, dan jika engkau berjalan ke dalam terang ini, Roh Kudus akan segera bekerja di dalam dirimu. Ada beberapa orang mungkin keras kepala dan berkata: "Pokoknya aku tidak mau melakukan yang Engkau katakan." Kalau begitu, Kuberitahukan kepadamu bahwa engkau sekarang sudah buntu; engkau kering, dan tidak memiliki kehidupan lagi. Jadi, dalam mengalami perubahan pada watakmu, tidak ada yang lebih penting daripada mengikuti terang yang sekarang. Roh Kudus tidak hanya bekerja dalam diri orang-orang tertentu yang dipakai Tuhan, tetapi terlebih lagi, Dia bekerja di dalam gereja. Dia dapat bekerja dalam diri siapa saja. Dia mungkin bekerja di dalam dirimu sekarang, dan engkau akan mengalami pekerjaan ini. Selama periode berikutnya, Dia mungkin bekerja dalam diri orang lain, dalam hal ini engkau harus segera mengikuti; semakin dekat engkau mengikuti terang yang sekarang, semakin hidupmu dapat bertumbuh. Seperti apa pun sikap seseorang, apabila Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, engkau harus mengikuti. Ambil pengalaman mereka menjadi pengalamanmu sendiri, dan engkau akan menerima perkara-perkara yang jauh lebih tinggi. Dengan melakukan itu, engkau akan maju lebih cepat. Inilah jalan penyempurnaan bagi manusia dan sarana pertumbuhan kehidupan.
Dikutip dari "Orang-Orang yang Menaati Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika manusia dapat melepaskan gagasan agamawinya, mreka tidak akan menggunakan pikiran mereka untuk mengukur firman dan pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang, dan sebaliknya mereka akan langsung taat. Walaupun pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang secara nyata tidak sama dengan pekerjaan pada masa lampau, engkau belum bisa melepaskan pandangan masa lampau dan langsung menaati pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang. Jika engkau mampu memahami bahwa engkau harus memperlakukan pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang sebagai yang terpenting, terlepas dari bagaimanapun Tuhan bekerja pada masa lampau, berarti engkau adalah orang yang telah melepaskan gagasanmu, yang menaati Tuhan, dan yang mampu menaati pekerjaan dan firman Tuhan, serta mengikuti jejak langkah-Nya. Dalam hal ini, engkau akan menjadi orang yang sungguh-sungguh menaati Tuhan. Engkau tidak menganalisis atau mencermati secara picikpekerjaan Tuhan; itu adalah seakan-akan Tuhan telah melupakan pekerjaan-Nya yang sebelumnya, dan engkau juga telah melupakannya. Masa kini adalah masa kini, dan masa lampau adalah masa lampau, dan karena sekarang ini Tuhan telah mengesampingkan apa yang Dia lakukan pada masa lampau, engkau tidak boleh terus-menerus merenungkan hal itu. Hanya orang seperti itulah yang sepenuhnya menaati Tuhan dan telah sepenuhnya melepaskan gagasan agamawi mereka.
Dikutip dari "Hanya Mereka yang Mengenal Pekerjaan Tuhan Zaman Sekarang yang Boleh Melayani Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Ketundukan pada pekerjaan Tuhan harus nyata dan aktual, dan itu harus dihidupi. Ketundukan yang dangkal tidak akan mendapat perkenanan Tuhan, dan menaati firman Tuhan hanya pada aspek-aspek yang dangkal, tanpa mengupayakan perubahan dalam watak seseorang, adalah tidak berkenan kepada Tuhan. Ketaatan kepada Tuhan dan ketundukan pada pekerjaan Tuhan adalah hal yang sama. Orang yang hanya tunduk kepada Tuhan, tetapi tidak tunduk pada pekerjaan-Nya tidak bisa dianggap taat, apalagi mereka yang tidak benar-benar tunduk, tetapi secara lahiriah suka menyanjung. Semua orang yang benar-benar tunduk kepada Tuhan dapat mengambil manfaat dari pekerjaan-Nya dan memperoleh pemahaman akan watak dan pekerjaan Tuhan. Hanya orang-orang semacam inilah yang benar-benar tunduk kepada Tuhan. Orang-orang semacam ini dapat memperoleh pengetahuan baru, dan mengalami perubahan baru dari pekerjaan yang baru. Hanya orang-orang inilah yang dipuji oleh Tuhan, dan hanya orang-orang inilah yang disempurnakan, dan hanya orang-orang inilah yang wataknya telah berubah. Orang-orang yang dipuji oleh Tuhan adalah mereka yang dengan senang hati tunduk kepada Tuhan serta pada firman dan pekerjaan-Nya. Hanya orang-orang semacam inilah yang benar, hanya orang-orang semacam inilah yang sungguh-sungguh menginginkan Tuhan dan mencari Tuhan.
Dikutip dari "Orang-Orang yang Menaati Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Selama waktu Tuhan dalam rupa manusia, ketundukan yang Dia tuntut dari manusia bukanlah seperti apa yang manusia bayangkan yaitu dengan tidak menghakimi atau menentang; sebaliknya, Dia menuntut orang untuk menggunakan firman-Nya sebagai prinsip untuk kehidupan dan fondasi untuk kelangsungan hidup mereka, untuk mereka sepenuhnya menerapkan esensi dari firman-Nya, dan sepenuhnya memuaskan kehendak-Nya. Satu aspek diharuskannya orang tunduk kepada Tuhan yang berinkarnasi mengacu pada diterapkannya firman-Nya, dan aspek lainnya mengacu pada kemampuan mereka untuk tunduk pada kenormalan dan kenyataan diri-Nya. Keduanya merupakan keharusan yang mutlak. Orang-orang yang dapat mencapai kedua aspek ini adalah semua orang yang memiliki hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Mereka semua adalah orang yang telah Tuhan dapatkan, dan mereka semua mengasihi Tuhan seperti mereka mencintai hidupnya sendiri.
Dikutip dari "Orang yang Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan adalah Mereka yang Mampu Sepenuhnya Tunduk pada Kenyataan Diri-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jadi, bagaimana seharusnya sikap orang terhadap ketiga hal ini: Tuhan, daging inkarnasi-Nya, dan kebenaran? (Mendengarkan dan menaati.) Itu benar. Tidak ada yang lebih sederhana dari itu—mampu untuk mendengarkan dan menaati. Setelah mendengarkan, engkau harus menerima di dalam hatimu. Jika engkau tidak dapat menerima sesuatu, engkau harus terus mencari sampai engkau dapat menerimanya, kemudian begitu menerimanya, engkau harus menaati. Apa artinya menaati? Menaati berarti melaksanakan. Jangan mengabaikan segala sesuatu setelah mendengarnya; di permukaan, engkau berjanji untuk melakukannya dan engkau mencatatnya, engkau berkomitmen untuk menulisnya, engkau mendengarkannya dengan telingamu—tetapi semua itu tidak ada dalam hatimu, dan ketika tiba waktunya untuk bertindak, engkau melakukan apa pun yang engkau inginkan, mengabaikan apa yang engkau tulis dan memperlakukannya sebagai sesuatu yang tidak penting. Ini bukanlah menaati. Ketaatan sejati berarti mendengarkan dan memahami dengan hatimu, itu berarti penerimaan sejati, menerimanya sebagai suatu tugas, sebagai suatu perintah, suatu perintah dan tanggung jawab yang wajib. Itu bukan hanya masalah menerima sesuatu di dalam hatimu; engkau harus mengubahnya menjadi tindakan nyata. Jalan yang engkau tempuh, dan tujuan serta arah yang engkau tuju, semuanya adalah tuntutan yang telah engkau dengar dari Tuhan; dan apa yang telah dilakukan tanganmu, diinginkan hatimu, dan dipikirkan pikiranmu, dan harga yang engkau bayar, semuanya adalah demi apa yang Tuhan minta darimu. Inilah arti "melaksanakan". Apakah arti tersirat dari ketaatan? Mengeksekusi, melaksanakan, membuat sesuatu menjadi kenyataan. Engkau mencatat di kertas apa yang Tuhan katakan dan minta, mencatatnya dalam tulisan, tetapi itu tidak ada dalam hatimu, dan ketika tiba waktunya untuk bertindak, engkau melakukan apa pun yang engkau inginkan. Di permukaan, engkau tampak telah melakukannya, tetapi engkau melakukannya sesuai dengan prinsip-prinsipmu sendiri. Apakah ini ketaatan? Apakah ini mendengarkan? (Tidak.) Apakah ini? Ini disebut menganggap rendah kebenaran, ini adalah pelanggaran prinsip secara terang-terangan, ini mengabaikan pengaturan rumah Tuhan; ini bukanlah ketaatan, ini pemberontakan.
Dikutip dari "Lampiran Tiga: Bagaimana Nuh dan Abraham Mendengarkan Firman Tuhan dan Menaati Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"
Ketika Nuh melakukan seperti yang Tuhan perintahkan, ia tidak tahu apa maksud Tuhan. Ia tidak tahu apa yang ingin Tuhan capai. Tuhan hanya memberinya perintah dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu, dan tanpa banyak penjelasan, Nuh langsung melakukannya. Ia tidak mencoba untuk diam-diam mencari tahu maksud Tuhan, ia juga tidak menentang Tuhan ataupun menunjukkan ketidaktulusan. Ia hanya pergi dan melakukannya sesuai perintah dengan hati yang murni dan sederhana. Apa pun yang Tuhan suruh ia lakukan, ia melakukannya, dan menaati serta mendengarkan firman Tuhan mendukung kepercayaannya dalam apa yang ia lakukan. Tanpa banyak berpikir dan sesederhana itulah ia menangani apa yang Tuhan percayakan. Esensinya—esensi tindakannya adalah ketaatan, tidak menebak-nebak, tidak menentang, dan terlebih lagi tidak memikirkan kepentingan pribadinya sendiri dan untung ruginya. Lebih jauh lagi, ketika Tuhan berkata Ia akan menghancurkan dunia dengan air bah, Nuh tidak bertanya kapan atau bertanya apa yang akan terjadi dengan segalanya, dan yang pasti ia tidak menanyakan kepada Tuhan bagaimana Ia akan menghancurkan dunia. Ia hanya melakukan seperti yang Tuhan perintahkan. Bagaimanapun Tuhan ingin itu dibuat dan dibuat dengan apa, ia melakukan persis seperti yang Tuhan minta dan juga mulai bertindak segera setelah diperintahkan. Ia bertindak sesuai dengan intruksi Tuhan dengan sikap yang ingin memuaskan hati Tuhan. Apakah ia melakukannya untuk membantunya menghindarkan diri dari bencana? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan berapa lama lagi dunia akan dihancurkan? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan atau apakah ia tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun bahtera? Ia juga tidak mengetahuinya. Ia hanya taat, mendengarkan, dan melakukan sesuai perintah.
Dikutip dari "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Pada Zaman Hukum Taurat, Tuhan berfirman Dia akan memberi Abraham seorang anak laki-laki. Apa yang Abraham katakan tentang hal itu? Dia tidak mengatakan apa pun—dia percaya bahwa apa yang Tuhan firmankan akan terjadi. Inilah sikap Abraham. Apakah dia mengkritik sedikit pun? Apakah dia mencemooh? Apakah dia melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi? (Tidak.) Inilah yang disebut ketaatan; itulah yang disebut berpegang teguh pada posisinya, berpegang teguh pada tugasnya. Adapun istrinya, Sara—bukankah sikapnya berbeda dengan sikap Abraham? Apa sikapnya terhadap Tuhan? Dia mempertanyakan, mencemooh, tidak percaya—dan dia mengkritik serta melakukan manuver kecil, memberi Abraham hamba perempuannya sebagai gundik, yang pada akhirnya, menimbulkan begitu banyak absurditas. Ini berasal dari keinginan manusia. Sara tidak berpegang teguh pada posisinya sendiri, dan muncullah di dalam dirinya pertanyaan-pertanyaan akan Tuhan dan ketidakpercayaan kepada-Nya. Apa penyebab ketidakpercayaan Sara? Ketidakpercayaannya memiliki beberapa alasan dan latar belakang, salah satu alasannya adalah bahwa Abraham pada waktu itu sudah sangat tua, alasan lainnya adalah bahwa Sara sendiri juga sudah sangat tua dan mandul. Semua ini membuat Sara yakin bahwa apa yang Tuhan katakan adalah hal yang mustahil—menganggapnya sebagai suatu tipuan yang dimainkan pada anak-anak. Dia tidak menerima dan memercayai apa yang Tuhan katakan sebagai kebenaran, tetapi menganggapnya sebagai kebohongan atau lelucon. Apakah ini sikap yang benar? Menganggap firman Tuhan sebagai kebohongan dari seorang penipu—apakah ini adalah sikap yang seharusnya digunakan orang untuk memperlakukan Tuhan atas ciptaan? (Tidak.) Jadi, karena dia memperlakukan firman Tuhan sebagai lelucon, sebagai kebohongan dari seorang penipu dan bukan sebagai kebenaran, dan karena dia tidak memercayai apa yang Tuhan katakan atau apa yang akan Dia lakukan, maka terjadilah serangkaian konsekuensi, yang semuanya berasal dari keinginan manusia dan ketidakpercayaan Sara. Intinya, dia berkata, "Bisakah Tuhan melakukan hal ini? Jika Dia tidak bisa, aku harus mengambil tindakan untuk membantu menggenapi firman Tuhan ini." Di dalam dirinya, ada kesalahpahaman, kritik, spekulasi, dan pertanyaan, yang semuanya bergabung untuk memengaruhi suatu tindakan pemberontakan terhadap Tuhan oleh seseorang yang memiliki watak yang rusak. Abraham tidak melakukan hal-hal ini, jadi berkat ini dianugerahkan kepadanya. Tuhan melihat hati Abraham yang menghormati-Nya, kesetiaannya, dan sikapnya, dan Tuhan akan memberikan seorang anak laki-laki kepadanya sehingga dia akan menjadi bapa banyak bangsa. Inilah yang dijanjikan kepada Abraham dan perlakuan khusus-Nya untuk Sara. Karena itu, ketaatan sangatlah penting. Apakah ada keraguan dalam ketaatan? Jika ada, apakah itu dianggap sebagai ketaatan sejati? Jika ada analisis dan kritik di dalamnya, apakah itu dianggap sebagai ketaatan sejati? (Tidak.) Terlebih lagi, bukanlah dianggap ketaatan sejati jika orang berusaha mencari-cari kesalahan. Lalu, apa yang diwujudkan dan disingkapkan—dan apa perilaku—di dalam ketaatan yang sepenuhnya membuktikan bahwa itu adalah ketaatan sejati? (Kepercayaan.) Kepercayaan sejati adalah satu hal. Orang harus memahami dengan benar apa yang Tuhan katakan dan lakukan, dan menegaskan bahwa semua yang Tuhan lakukan adalah benar dan kebenaran; tidak perlu mempertanyakannya atau bertanya kepada orang lain tentangnya, dan tidak perlu menimbang dan mempertimbangkannya atau menganalisisnya di dalam hatinya. Inilah satu aspek dari ketaatan. Percaya bahwa semua yang Tuhan lakukan itu benar. Ketika seseorang melakukan sesuatu, kita dapat melihat siapa orang yang melakukannya, melihat pada latar belakang dan karakternya. Hal-hal ini membutuhkan analisis. Sebaliknya, jika sesuatu berasal dari Tuhan dan dilakukan oleh-Nya, kita harus segera menutup mulut kita—jangan mempertanyakannya dan jangan mengajukan pertanyaan, tetapi menerimanya secara keseluruhan. Dan apa yang harus dilakukan selanjutnya? Ada beberapa kebenaran di sini yang orang-orang tidak begitu pahami, dan mereka berada jauh dari Tuhan. Meskipun mereka percaya dan mampu untuk tunduk dan mengakui bahwa hal ini dilakukan oleh Tuhan, pengakuan mereka terhadap fakta ini masih agak bersifat doktrin, dan mereka masih ragu di hati. Pada saat seperti itu, orang harus mencari, bertanya, "Kebenaran apa yang ada di dalam hal ini? Di mana kekeliruan dalam pemikiranku? Bagaimana aku menjadi jauh dari Tuhan? Yang mana dari pandanganku yang bertentangan dengan apa yang Tuhan firmankan?" Mampu mencari jawaban seperti itu adalah sikap dan penerapan ketaatan. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka taat, dan kemudian, ketika nanti sesuatu menimpa mereka, berkata, "Siapa yang tahu apa yang Tuhan lakukan? Kami makhluk ciptaan tidak bisa ikut campur. Biarkan Tuhan melakukan apa pun yang Dia inginkan!" Apakah ini disebut ketaatan? Sikap macam apa ini? Ini adalah keengganan untuk mengambil tanggung jawab; sikap tidak memiliki kepedulian terhadap apa yang Tuhan lakukan; itu adalah sikap masa bodoh yang acuh tak acuh. Abraham mampu taat karena dia menaati beberapa prinsip, dan dia bertekad dalam kepercayaannya bahwa apa yang Tuhan firmankan akan dilakukan dan akan digenapi, tanpa keraguan. Karena itu, dia tidak mempertanyakan, dia tidak membuat penilaian apa pun, juga tidak terlibat dalam manuver kecil apa pun. Begitulah cara dia berperilaku.
Dikutip dari "Sikap yang Seharusnya Dimiliki Manusia terhadap Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Bagi manusia, Tuhan melakukan banyak hal yang tidak dapat dipahami dan bahkan tidak masuk akal. Ketika Tuhan ingin mengatur seseorang, pengaturan ini sering bertentangan dengan gagasan manusia dan sukar dipahami olehnya, tetapi justru pertentangan dan kesulitan untuk dipahami inilah yang merupakan ujian dan tes Tuhan bagi manusia. Sementara itu, Abraham mampu menunjukkan ketaatan dalam dirinya kepada Tuhan, yang merupakan keadaan paling mendasar agar dirinya mampu memuaskan tuntutan Tuhan. Baru pada saat itulah, ketika Abraham mampu menaati tuntutan Tuhan, ketika dia mempersembahkan Ishak, Tuhan sungguh-sungguh merasakan kepastian serta perkenanan-Nya terhadap umat manusia—terhadap Abraham, yang telah Dia pilih. Baru pada saat itulah Tuhan yakin bahwa orang yang telah dipilih-Nya ini adalah seorang pemimpin yang sangat diperlukan yang dapat melaksanakan janji dan rencana pengelolaan-Nya selanjutnya. Meskipun hanya sebuah ujian dan tes, Tuhan merasa dipuaskan, Dia merasakan kasih manusia kepada-Nya, dan Dia merasa dihiburkan oleh manusia seperti yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pada saat Abraham mengangkat pisaunya untuk menyembelih Ishak, apakah Tuhan menghentikannya? Tuhan tidak membiarkan Abraham mengorbankan Ishak, karena Tuhan sama sekali tidak berniat mengambil hidup Ishak. Jadi, Tuhan menghentikan Abraham tepat pada waktunya. Bagi Tuhan, ketaatan Abraham telah lulus ujian, apa yang dilakukannya sudah cukup, dan Tuhan sudah melihat hasil dari apa yang ingin Dia lakukan. Apakah hasil ini memuaskan bagi Tuhan? Dapat dikatakan bahwa hasil ini memuaskan bagi Tuhan, bahwa itulah yang Tuhan inginkan, dan yang Tuhan rindukan. Apakah ini benar? Meskipun, dalam konteks yang berbeda, Tuhan menggunakan cara-cara yang berbeda untuk menguji setiap orang, dalam diri Abraham Tuhan melihat apa yang Dia inginkan, Dia melihat bahwa hati Abraham benar, dan bahwa ketaatannya tanpa syarat. Justru "tanpa syarat" inilah yang Tuhan inginkan.
Dikutip dari "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Dalam kepercayaannya kepada Tuhan, Petrus berusaha memuaskan Tuhan dalam segala hal, dan berusaha menaati segala sesuatu yang berasal dari Tuhan. Tanpa keluhan sedikit pun, ia sanggup menerima hajaran dan penghakiman, juga pemurnian, kesengsaraan, dan kekurangan dalam hidupnya, tak satu pun dari hal-hal itu yang dapat mengubah kasihnya kepada Tuhan. Bukankah inilah kasih kepada Tuhan yang sesungguhnya? Bukankah inilah pemenuhan tugas makhluk ciptaan Tuhan? Baik dalam hajaran, penghakiman, ataupun kesengsaraan—engkau selalu mampu mencapai ketaatan sampai mati, dan inilah yang harus dicapai oleh makhluk ciptaan Tuhan, inilah kemurnian kasih kepada Tuhan. Jika manusia dapat mencapai sejauh ini, dialah makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat, dan tak ada yang lebih memuaskan keinginan Sang Pencipta. Bayangkan engkau dapat bekerja bagi Tuhan, tetapi engkau tidak menaati Tuhan, dan tak mampu sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Dengan demikian, engkau bukan saja tidak memenuhi tugasmu sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tetapi engkau juga akan dikutuk oleh Tuhan, karena engkau seorang yang tidak memiliki kebenaran, yang tidak mampu menaati Tuhan, dan yang tidak taat kepada Tuhan. Engkau hanya menghiraukan soal bekerja bagi Tuhan, dan tidak menghiraukan tentang menerapkan kebenaran, atau mengenal dirimu sendiri. Engkau tidak memahami ataupun mengenal Sang Pencipta, dan tidak menaati ataupun mengasihi Sang Pencipta. Engkau adalah seorang yang pada dasarnya tidak taat kepada Tuhan, dan orang seperti itu bukanlah orang yang dikasihi Sang Pencipta.
Dikutip dari "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Menjadi kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan terutama berkaitan dengan apakah engkau memiliki pemahaman tentang Tuhan yang nyata atau tidak, dan apakah engkau mampu taat atau tidak di hadapan Pribadi ini yang bukan hanya biasa, tetapi juga normal ini, dan bahkan tunduk sampai mati. Jika melalui ketundukan ini, engkau sungguh-sungguh menjadi kesaksian bagi Tuhan, itu berarti engkau telah didapatkan oleh Tuhan. Jika engkau mampu tunduk sampai mati, dan di hadapan-Nya, engkau tidak mengeluh, tidak memfitnah, tidak memiliki gagasan sendiri, dan tidak memiliki motif lain, maka dalam hal inilah Tuhan akan memperoleh kemuliaan. Ketundukan di hadapan seseorang yang biasa, yang dipandang rendah oleh manusia, dan mampu tunduk sampai mati tanpa gagasan apa pun—inilah kesaksian yang sejati. Kenyataan yang Tuhan tuntut untuk orang masuki adalah bahwa engkau mampu menaati firman-Nya, mampu melakukan firman-Nya, mampu tunduk di hadapan Tuhan yang nyata dan mengenali kerusakanmu sendiri, mampu membuka hatimu di hadapan-Nya, dan pada akhirnya didapatkan oleh-Nya melalui semua firman-Nya ini. Tuhan memperoleh kemuliaan ketika semua perkataan ini menaklukkan dirimu dan membuatmu sepenuhnya taat kepada-Nya; melalui ini, Dia mempermalukan Iblis dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Ketika engkau tidak memiliki gagasan apa pun tentang nyatanya diri Tuhan yang berinkarnasi—artinya, ketika engkau tetap teguh dalam ujian ini—engkau telah memberikan kesaksian yang baik. Jika suatu hari nanti saat engkau telah paham sepenuhnya tentang Tuhan yang nyata dan engkau mampu taat sampai mati seperti Petrus, engkau akan didapatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Apa pun yang Tuhan lakukan yang tidak sejalan dengan gagasanmu merupakan ujian bagimu. Seandainya pekerjaan Tuhan sejalan dengan gagasanmu, engkau tidak perlu menderita atau dimurnikan. Oleh karena pekerjaan-Nya sedemikian nyata dan juga tidak sejalan dengan gagasanmu, maka engkau dituntut untuk melepaskan gagasanmu. Ini sebabnya hal itu menjadi sebuah ujian bagimu. Oleh karena nyatanya diri Tuhan, semua orang berada di tengah ujian; pekerjaan-Nya nyata, bukan supernatural. Dengan sepenuhnya memahami firman-Nya yang nyata, perkataan-Nya yang nyata tanpa gagasan apa pun, dan dengan mampu sungguh-sungguh mengasihi-Nya saat pekerjaan-Nya menjadi semakin nyata, engkau akan didapatkan oleh-Nya. Sekelompok orang yang akan Tuhan dapatkan adalah mereka yang mengenal Tuhan; yaitu, mereka yang mengenal kenyataan diri-Nya. Lebih jauh lagi, mereka adalah orang-orang yang mampu tunduk pada pekerjaan Tuhan yang nyata.
Dikutip dari "Orang yang Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan adalah Mereka yang Mampu Sepenuhnya Tunduk pada Kenyataan Diri-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"