Firman tentang mengetahui watak dan esensi Tuhan

10 Februari 2019

Firman Tuhan yang Relevan:

Tuhan adalah siapa Dia dan Dia memiliki apa yang dimiliki-Nya. Semua yang diungkapkan dan dinyatakan-Nya merupakan representasi dari hakikat-Nya dan identitas-Nya. Siapa Dia dan apa yang dimiliki-Nya, serta hakikat-Nya dan identitas-Nya, adalah hal-hal yang tak dapat digantikan oleh manusia mana pun. Watak-Nya meliputi kasih-Nya kepada manusia, penghiburan bagi manusia, kebencian terhadap manusia, dan terlebih lagi, pemahaman yang menyeluruh mengenai umat manusia. Namun, kepribadian manusia bisa saja optimis, riang, atau tanpa perasaan. Watak Tuhan adalah watak yang dimiliki oleh Sang Penguasa segala sesuatu dan seluruh makhluk hidup, watak yang dimiliki oleh Tuhan atas segala ciptaan. Watak-Nya merepresentasikan kehormatan, kuasa, kemuliaan, kebesaran, dan yang terutama, keagungan. Watak-Nya adalah lambang otoritas, lambang segala sesuatu yang benar, lambang segala sesuatu yang indah dan baik. Bahkan, ini adalah lambang Dia yang tidak bisa[a] dikalahkan atau diserang oleh kegelapan dan kekuatan musuh mana pun, dan juga lambang diri-Nya yang tidak bisa disinggung (serta tidak membiarkan diri-Nya disinggung)[b] oleh makhluk ciptaan mana pun. Watak-Nya adalah lambang kekuasaan yang tertinggi. Tak ada orang atau orang-orang yang bisa atau boleh mengganggu pekerjaan Tuhan atau watak-Nya. Namun, kepribadian manusia tidaklah lebih daripada sekadar simbol superioritas manusia yang sedikit melebihi binatang. Manusia di dalam dan dari dirinya sendiri tidak memiliki otoritas, otonomi, atau kemampuan untuk melampaui dirinya sendiri, tetapi dalam hakikatnya adalah makhluk yang gemetar ketakutan di bawah kendali segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal lainnya. Sukacita Tuhan ada karena keberadaan dan munculnya kebenaran dan terang, karena kehancuran kegelapan dan kejahatan. Dia senang membawa terang dan kehidupan yang baik bagi umat manusia; sukacita-Nya adalah sukacita yang benar, lambang dari keberadaan segala sesuatu yang positif, dan terlebih lagi, lambang keberuntungan. Murka Tuhan bangkit karena bahaya yang ditimbulkan oleh keberadaan dan campur tangan ketidakadilan atas umat-Nya, karena keberadaan kejahatan dan kegelapan, karena keberadaan hal-hal yang menyingkirkan kebenaran, dan terlebih lagi, karena keberadaan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang baik dan indah. Murka-Nya adalah lambang bahwa segala sesuatu yang negatif tidak ada lagi dan bahkan terlebih lagi, itu adalah lambang kekudusan-Nya. Kesedihan Tuhan disebabkan oleh umat manusia, yang kepadanya Dia telah memiliki pengharapan, tetapi yang telah jatuh ke dalam kegelapan, karena pekerjaan yang dilakukan-Nya bagi manusia tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan-Nya, dan karena umat manusia yang dikasihi-Nya itu tidak semuanya bisa hidup dalam terang. Tuhan merasa sedih kepada umat manusia yang tak berdosa, kepada orang yang jujur tetapi bebal, dan kepada orang yang baik tetapi tidak memiliki pandangannya sendiri. Kesedihan-Nya adalah lambang kebaikan-Nya dan belas kasihan-Nya, lambang keindahan dan kebaikan. Kebahagiaan-Nya, tentu saja, berasal dari mengalahkan musuh-musuh-Nya dan mendapatkan ketulusan dari manusia. Selain itu, kebahagiaan Tuhan berasal dari pengusiran dan penhancuran seluruh kekuatan musuh, dan karena umat manusia menerima kehidupan yang baik dan damai. Kebahagiaan Tuhan tidak sama dengan sukacita manusia; sebaliknya, ini adalah perasaan mengumpulkan buah-buah yang baik, perasaan yang bahkan lebih besar daripada sukacita. Kebahagiaan-Nya adalah lambang terbebasnya umat manusia dari penderitaan mulai saat ini dan seterusnya, dan lambang manusia memasuki dunia terang. Di sisi lain, emosi manusia semuanya bangkit demi kepentingan diri mereka sendiri, bukan demi kebenaran, terang, atau apa yang indah, apalagi demi kasih karunia yang dianugerahkan oleh surga. Emosi manusia itu egois dan merupakan milik dunia kegelapan. Emosi manusia tidak muncul demi kehendak Tuhan, apalagi demi rencana-Nya, dan karena itulah manusia dan Tuhan tidak bisa dibicarakan secara bersamaan. Tuhan selamanya tertinggi dan selamanya mulia, sedangkan manusia selamanya rendah dan tidak berharga. Ini karena Tuhan selamanya berkorban dan menyerahkan diri-Nya sendiri bagi umat manusia; sedangkan manusia selamanya hanya mengambil dan berjuang demi dirinya sendiri. Tuhan selamanya bersusah payah demi kelangsungan hidup umat manusia, tetapi manusia tidak pernah bersumbangsih apa pun demi terang atau untuk kebenaran. Sekalipun manusia berupaya selama beberapa waktu, upaya itu tidak sanggup menahan satu hantaman pun, karena upaya manusia selalu demi dirinya sendiri dan bukan untuk orang lain. Manusia selalu egois, sedangkan Tuhan selamanya tidak pernah mementingkan diri sendiri. Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang adil, baik, dan indah, sedangkan manusia adalah pihak yang berhasil melakukan dan mewujudkan segala keburukan dan kejahatan. Tuhan tidak akan pernah mengubah hakikat-Nya yang adalah kebenaran dan keindahan, tetapi manusia sangat mampu, kapan pun dan dalam situasi apa pun, mengkhianati kebenaran dan menyimpang jauh dari Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sangatlah Penting untuk Memahami Watak Tuhan"

Aku benar, Aku setia, dan Aku adalah Tuhan yang menyelidiki lubuk hati manusia! Aku akan segera menyingkapkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Jangan khawatir; segala sesuatu bekerja menurut waktu-Ku. Siapa yang menginginkan-Ku dengan tulus, dan siapa yang tidak—Aku akan memberitahumu satu per satu. Makan, minum, dan, mendekat sajalah kepada-Ku ketika engkau masuk ke dalam hadirat-Ku, dan Aku akan secara pribadi melakukan pekerjaan-Ku. Jangan terlalu berhasrat untuk mendapatkan hasil yang cepat; pekerjaan-Ku bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan semua di waktu yang sama. Di dalamnya ada langkah-langkah-Ku dan hikmat-Ku, dan itulah sebabnya hikmat-Ku dapat dinyatakan. Aku akan membiarkan engkau semua melihat apa yang dilakukan oleh tangan-Ku—menghukum orang yang jahat dan memberi upah kepada orang yang baik. Aku pasti tidak memihak siapa pun. Engkau yang mengasihi-Ku dengan tulus, Aku akan mengasihimu dengan tulus, dan adapun mereka yang tidak mengasihi-Ku dengan tulus, murka-Ku akan selamanya menyertai mereka sehingga mereka dapat selalu ingat bahwa Akulah Tuhan yang benar, Tuhan yang menyelidiki lubuk hati manusia. Jangan bertindak dengan satu cara di depan orang lain tetapi bertindak dengan cara lain tanpa sepengetahuan mereka; Aku melihat dengan jelas semua yang engkau lakukan dan meskipun engkau dapat mengelabui orang lain, engkau tidak dapat mengelabui-Ku. Aku melihat semuanya dengan jelas. Engkau tidak mungkin dapat menyembunyikan apa pun; semua berada di dalam tangan-Ku. Jangan menganggap dirimu sangat cerdas karena membuat perhitungan kecilmu demi keuntunganmu. Kukatakan kepadamu: sebanyak apa pun rencana yang dapat dihasilkan manusia, mungkin seribu atau sepuluh ribu rencana, pada akhirnya mereka tidak dapat melarikan diri dari telapak tangan-Ku. Segala sesuatu dan benda-benda dikendalikan oleh tangan-Ku, apalagi satu orang! Jangan mencoba menghindari-Ku atau bersembunyi, jangan berusaha menipu atau merahasiakan. Mungkinkah engkau tetap tidak melihat bahwa wajah-Ku yang mulia, murka-Ku dan penghakiman-Ku telah dinyatakan secara terbuka? Siapa pun yang tidak menginginkan-Ku dengan tulus, Aku akan segera menghakimi mereka dan tanpa belas kasihan. Belas kasihan-Ku telah berakhir dan tidak ada lagi yang tersisa. Jangan menjadi munafik lagi dan hentikan cara-caramu yang liar dan sembrono.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 44"

Aku melaksanakan apa yang Kufirmankan, dan apa yang Kulaksanakan selalu Kuselesaikan, dan tidak seorang pun dapat mengubah hal ini—ini mutlak. Baik itu firman yang telah Kukatakan di masa lalu maupun firman yang Kukatakan di masa depan, Aku akan membuat semua itu terlaksana, satu demi satu, dan memungkinkan semua manusia melihat semuanya itu terlaksana. Inilah prinsip di balik firman dan pekerjaan-Ku. ... Dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, tidak ada satu pun yang mengenainya Aku tidak mengambil keputusan yang terakhir. Apakah ada sesuatu, yang tidak berada di tangan-Ku? Apa pun yang Kufirmankan terjadi, dan siapakah di antara manusia yang dapat mengubah pikiran-Ku? Mungkinkah perjanjian yang Kubuat di bumi? Tidak ada yang dapat menghalangi rencana-Ku untuk maju; Aku selamanya hadir dalam pekerjaan-Ku juga dalam rencana pengelolaan-Ku. Siapakah di antara manusia yang bisa turut campur? Bukankah Aku yang telah secara pribadi membuat pengaturan ini? Masuk ke dalam situasi ini pada hari ini tidaklah menyimpang dari rencana-Ku atau apa yang telah Kunubuatkan; semua ini sudah ditentukan oleh-Ku sejak dahulu. Siapakah di antaramu yang dapat memahami langkah rencana-Ku ini? Umat-Ku pasti akan mendengarkan suara-Ku dan setiap orang dari antara mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Aku pasti akan kembali ke hadapan takhta-Ku.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 1"

Aku adalah api yang menghanguskan dan Aku tidak menoleransi pelanggaran. Karena manusia semuanya diciptakan oleh-Ku, apa pun yang Kukatakan dan Kulakukan, manusia harus menaatinya, dan mereka tidak boleh memberontak. Manusia tidak punya hak untuk ikut campur dalam pekerjaan-Ku, dan terlebih lagi, mereka tidak memenuhi syarat untuk menganalisis apa yang benar dan salah dalam pekerjaan dan firman-Ku. Aku adalah Tuhan atas ciptaan, dan makhluk ciptaan harus mencapai semua yang Aku inginkan dengan hati yang penuh penghormatan terhadap-Ku; mereka tidak seharusnya mencoba untuk berargumen dengan-Ku, dan mereka, terutama, tidak boleh menentang. Dengan otoritas-Ku Aku memerintah umat-Ku, dan semua orang yang adalah bagian dari ciptaan-Ku harus tunduk pada otoritas-Ku. Walaupun saat ini engkau semua berani dan lancang di hadapan-Ku, walaupun engkau tidak menaati firman yang Kugunakan untuk mengajarmu, dan engkau tidak kenal takut, Aku menghadapi pemberontakanmu dengan penuh toleransi; Aku tidak akan kehilangan kesabaran-Ku dan merusak pekerjaan-Ku karena belatung-belatung kecil tidak penting yang mengaduk-aduk kotoran di tumpukan sampah. Aku menoleransi keberadaan semua yang Kubenci dan semua hal yang menjijikkan bagi-Ku demi kehendak Bapa-Ku, dan Aku akan terus melakukannya sampai seluruh perkataan-Ku selesai disampaikan, sampai saat terakhir-Ku.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Ketika Daun-daun yang Berguguran Kembali ke Akarnya, Engkau Akan Menyesali Semua Kejahatan yang Telah Engkau Perbuat"

Karena engkau telah membulatkan tekad untuk melayani-Ku, Aku tidak akan melepaskanmu. Aku adalah Tuhan yang cemburu, dan Akulah Tuhan yang cemburu pada manusia. Karena engkau telah mengutarakan janjimu di atas mezbah, Aku tidak akan membiarkan engkau melarikan diri di depan mata-Ku sendiri, dan Aku tidak akan membiarkan engkau melayani dua tuan. Apakah pikirmu engkau dapat memiliki cinta lain setelah engkau menyatakan janjimu di atas mezbah-Ku dan di depan mata-Ku? Bagaimana Aku bisa membiarkan manusia membodohi Aku seperti itu? Sangkamu engkau bisa seenaknya bersumpah dan berikrar kepada-Ku dengan lidahmu? Bagaimana engkau bisa bersumpah demi takhta-Ku, takhta Yang Mahatinggi? Apakah engkau berpikir bahwa sumpahmu sudah berlalu? Aku berkata kepadamu: andaipun dagingmu berlalu, sumpahmu tidak bisa berlalu. Pada akhirnya, Aku akan menghukum engkau sekalian berdasarkan sumpahmu. Namun, pikirmu engkau dapat mengatasi-Ku dengan mengungkapkan kata-katamu di hadapan-Ku, dan bahwa hatimu dapat melayani roh-roh najis dan roh-roh jahat. Bagaimana mungkin murka-Ku menoleransi orang-orang seperti anjing, seperti babi, yang menipu Aku? Aku harus melaksanakan ketetapan administratif-Ku, dan merebut kembali dari tangan roh-roh najis semua orang "saleh" dan munafik yang beriman kepada-Ku agar mereka dapat "melayani" Aku secara disiplin, menjadi lembu-Ku, menjadi kuda-Ku, dan mengikuti pengaturan-Ku. Aku akan menyuruhmu membulatkan tekadmu sebelumnya dan melayani-Ku sekali lagi. Aku tidak akan membiarkan ciptaan mana pun menipu Aku. Apakah pikirmu engkau bisa saja sembarangan mengajukan permintaan dan seenaknya berbohong di hadapan-Ku? Apakah pikirmu Aku belum mendengar atau melihat kata-kata dan perbuatanmu? Bagaimana mungkin kata-kata dan perbuatanmu tidak terlihat dalam pandangan-Ku? Bagaimana mungkin Aku membiarkan manusia menipu-Ku seperti itu?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Sekalian Begitu Rendah dalam Akhlakmu!"

Akulah Tuhan yang unik itu sendiri, dan selain itu, Akulah satu-satunya pribadi Tuhan. Bahkan terlebih lagi, Akulah, seluruh daging, perwujudan sempurna dari Tuhan. Siapa pun yang berani tidak menghormati-Ku, siapa pun yang berani menunjukkan sikap yang menentang di mata mereka, dan siapa pun yang berani mengucapkan kata-kata pembangkangan terhadap-Ku pasti akan mati karena kutukan dan murka-Ku (akan ada kutuk karena murka-Ku). Selain itu, siapa pun yang berani tidak setia atau tidak berbakti kepada-Ku, siapa pun yang berani mencoba menipu-Ku pasti akan mati dalam kebencian-Ku. Keadilan, kemegahan, dan penghakiman-Ku akan kekal selama-lamanya. Pada mulanya, Aku penuh kasih dan penyayang, tetapi ini bukanlah watak keilahian-Ku yang sempurna; keadilan, kemegahan dan penghakiman hanyalah bagian dari watak-Ku—Tuhan itu sendiri yang sempurna. Selama Zaman Kasih Karunia, Aku penuh kasih dan belas kasihan. Karena pekerjaan yang harus Kuselesaikan, Aku memiliki kasih sayang dan belas kasihan, tetapi setelah itu, tidak lagi diperlukan kasih sayang dan belas kasihan (dan sejak saat itu tidak ada lagi). Semua itu adalah keadilan, kemegahan, dan penghakiman, dan inilah watak sempurna dari kemanusiaan-Ku yang normal bersama dengan keilahian-Ku yang sempurna.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 79"

Aku akan menghukum yang jahat dan memberi upah kepada yang baik, dan Aku akan memberlakukan kebenaran-Ku dan melaksanakan penghakiman-Ku. Aku akan menggunakan firman-Ku untuk menyelesaikan segala sesuatu, membuat semua orang dan segala sesuatu mengalami tangan hajaran-Ku, dan Aku akan membuat semua orang menyaksikan segenap kemuliaan-Ku, segenap hikmat-Ku, dan segenap karunia-Ku. Tak seorang pun akan berani bangkit untuk menghakimi, karena di dalam Aku, segala sesuatu terlaksana; dan di sini, biarlah setiap orang melihat segenap kehormatan-Ku, dan merasakan kemenangan penuh-Ku, karena di dalam Aku segala sesuatu terwujud. Dari ini, adalah hal yang mungkin untuk melihat kuasa-Ku yang besar dan otoritas-Ku. Tak seorang pun berani menyinggung Aku, dan tak seorang pun berani menghalangi Aku. Di dalam Aku, segalanya dibuat terbuka. Siapa yang berani menyembunyikan apa pun? Aku pasti tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada orang itu! Orang-orang celaka semacam itu harus menerima hukuman berat-Ku, dan sampah seperti itu harus disingkirkan dari pandangan-Ku. Aku akan memerintah mereka dengan tongkat besi dan Aku akan menggunakan otoritas-Ku untuk menghakimi mereka, tanpa belas kasihan sedikit pun dan tanpa menghiraukan perasaan mereka sama sekali, karena Aku adalah Tuhan itu sendiri, yang tanpa emosi dan megah, dan tidak dapat disinggung. Semua orang harus memahami dan mengerti hal ini, agar mereka tidak Kupukul dan Kumusnahkan "tanpa sebab atau alasan," karena tongkat-Ku akan memukul semua yang menyinggung Aku. Aku tidak peduli apakah mereka tahu ketetapan administratif-Ku; itu tidak akan menjadi konsekuensi bagi-Ku, karena pribadi-Ku tidak menoleransi disinggung oleh siapa pun. Inilah alasan mengapa dikatakan bahwa Aku adalah singa; siapa pun yang Kujamah, Aku pukul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa sekarang adalah penghujatan bila mengatakan bahwa Aku adalah Tuhan yang penuh belas kasihan dan kemurahan. Intinya, Aku bukanlah domba, tetapi singa. Tidak ada yang berani menyinggung Aku; barangsiapa menyinggung Aku, akan Kuhukum mati, dengan segera dan tanpa belas kasih.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 120"

Suara-Ku adalah penghakiman dan murka, dan Aku tidak berlaku lunak terhadap siapa pun dan tidak mengasihani siapa pun, sebab Akulah Tuhan yang benar itu sendiri, dan Aku memiliki kemurkaan; Aku memiliki pembakaran, penahiran, dan penghancuran. Di dalam-Ku tidak ada hal yang tersembunyi atau emosional, sebaliknya segala sesuatu terbuka, adil, dan tidak berpihak. Karena anak-anak sulung-Ku telah berada bersama-Ku di takhta, memerintah segala bangsa dan seluruh umat manusia, segala perkara dan manusia yang tidak adil dan tidak benar sekarang mulai dihakimi. Aku akan menilik mereka satu per satu, tanpa melewatkan satu pun dan menyingkapkan mereka sepenuhnya. Sebab penghakiman-Ku telah dinyatakan seluruhnya dan telah dibuka sepenuhnya, dan Aku sama sekali tidak menahan apa pun; Aku akan memuntahkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak-Ku dan membiarkannya binasa sepanjang keabadian dalam jurang maut. Di sana, Aku akan membiarkannya terbakar selamanya. Inilah kebenaran-Ku, dan inilah kejujuran-Ku. Tidak seorang pun dapat mengubahnya, dan segalanya harus berada di bawah perintah-Ku.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 103"

Aku sudah lama melihat dengan jelas berbagai perbuatan roh-roh jahat. Dan orang-orang yang dipakai oleh roh-roh jahat (mereka yang memiliki niat yang salah, mereka yang bernafsu mengejar kenikmatan daging atau kekayaan, mereka yang meninggikan diri sendiri, mereka yang mengganggu gereja, dll.) juga telah Kulihat dengan jelas satu per satu. Jangan berasumsi bahwa semuanya sudah selesai segera setelah roh-roh jahat itu diusir. Mari Kuberitahukan kepadamu! Mulai sekarang, Aku akan membuang orang-orang ini satu per satu, tidak pernah memakai mereka! Artinya, setiap orang yang dirusak oleh roh jahat tidak akan dipakai oleh-Ku, dan akan diusir! Jangan anggap Aku tidak punya perasaan! Ketahuilah hal ini! Akulah Tuhan yang kudus, dan Aku tidak akan tinggal di bait yang kotor! Aku hanya memakai orang-orang jujur dan bijaksana yang sepenuhnya setia kepada-Ku dan dapat memperhatikan beban-Ku. Ini karena orang-orang semacam itu telah ditentukan dari semula oleh-Ku, dan sama sekali tidak ada roh jahat yang sedang bekerja dalam diri mereka. Biar Kujelaskan satu hal: mulai sekarang, semua orang yang tidak mengalami pekerjaan Roh Kudus mengalami pekerjaan roh jahat. Biar Kuulangi: Aku tidak menginginkan seorang pun yang di dalam dirinya roh jahat bekerja. Mereka semua akan dibuang ke dunia orang mati bersama dengan tubuh jasmani mereka!

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 76"

Intoleransi Tuhan terhadap pelanggaran adalah esensi unik-Nya; murka Tuhan adalah watak unik-Nya; kemegahan Tuhan adalah esensi unik-Nya. Prinsip di balik amarah Tuhan adalah demonstrasi dari identitas dan status-Nya, yang hanya dimiliki oleh-Nya. Jelas bahwa prinsip ini juga adalah simbol esensi Tuhan yang unik itu sendiri. Watak Tuhan adalah esensi dasar-Nya sendiri, yang tidak berubah sama sekali seiring berjalannya waktu, dan juga tidak diubah oleh perubahan lokasi geografis. Watak dasar-Nya adalah esensi intrinsik-Nya. Terlepas dari ke atas siapa Dia sedang melakukan pekerjaan-Nya, esensi-Nya tidak berubah, dan begitu juga dengan watak benar-Nya. Ketika seseorang membuat marah Tuhan, yang akan Dia kirim adalah watak dasar-Nya; pada saat itu, prinsip di balik amarah-Nya tidak berubah, begitu juga dengan identitas dan status unik-Nya. Dia tidak bertambah marah karena perubahan dalam esensi-Nya atau karenaelemen-elemen yang berbeda muncul dari watak-Nya, tetapi karena perlawanan manusia terhadap Dia menyinggung watak-Nya. Provokasi manusia yang terang-terangan terhadap Tuhan adalah tantangan berat bagi identitas dan status Tuhan sendiri. Dalam pandangan Tuhan, ketika manusia menantang-Nya, manusia sedang melawan Dia dan menguji amarah-Nya. Ketika manusia menentang Tuhan, ketika manusia melawan Tuhan, ketika manusia terus menerus menguji kemarahan Tuhan—dan pada saat seperti itulah dosa merajalela—murka Tuhan akan secara alami dinyatakan dan muncul dengan sendirinya. Karena itulah, ungkapan murka Tuhan adalah lambang bahwa semua kekuatan jahat tidak akan ada lagi, dan ini adalah lambang bahwa semua kekuatan yang memusuhi akan dihancurkan. Inilah keunikan dari watak benar Tuhan, dan keunikan dari murka Tuhan. Ketika martabat dan kekudusan Tuhan ditantang, ketika kekuatan keadilan dihambat dan tidak terlihat oleh manusia, maka Tuhan akan mengirim murka-Nya. Karena esensi Tuhan, semua kekuatan di bumi yang melawan Tuhan, menentang, dan bersaing dengan-Nya adalah jahat, rusak, dan tidak adil; semua itu datang dari Iblis dan milik Iblis. Karena Tuhan itu adil dan berasal dari terang dan kudus tanpa cela, maka semua yang jahat, rusak, dan milik Iblis akan lenyap ketika murka Tuhan dilepaskan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

Perubahan maksud Tuhan terhadap penduduk Niniwe tidak mengandung keraguan atau apa pun yang ambigu atau samar. Sebaliknya, itu merupakan perubahan dari kemarahan belaka menjadi toleransi belaka. Ini adalah pengungkapan sejati dari esensi Tuhan. Tuhan tidak pernah bimbang atau ragu-ragu dalam tindakan-Nya; prinsip dan tujuan di balik tindakan-tindakan-Nya semuanya jelas dan transparan, murni, dan tidak bercela, sama sekali tidak ada tipu muslihat atau rencana jahat yang tercampur di dalamnya. Dengan kata lain, esensi Tuhan tidak mengandung kegelapan atau kejahatan. Tuhan menjadi marah kepada penduduk Niniwe karena tindakan mereka yang jahat telah terlihat oleh-Nya; pada saat itu, amarah-Nya berasal dari esensi-Nya. Namun, ketika amarah Tuhan mereda dan Dia menganugerahkan toleransi-Nya kepada penduduk Niniwe sekali lagi, segala yang Dia singkapkan tetaplah esensi-Nya sendiri. Keseluruhan perubahan ini disebabkan oleh perubahan dalam sikap manusia terhadap Tuhan. Selama seluruh periode ini, watak Tuhan yang tidak dapat disinggung tidak berubah, esensi toleran Tuhan tidak berubah, dan esensi penuh kasih dan penuh belas kasih Tuhan tidak berubah. Ketika manusia melakukan tindakan jahat dan menyinggung Tuhan, Dia akan menimpakan amarah-Nya kepada mereka. Ketika manusia benar-benar bertobat, hati Tuhan akan berubah, dan amarah-Nya akan reda. Ketika manusia terus dengan keras kepala menentang Tuhan, amarah-Nya tidak akan reda, dan murka-Nya akan terus menekan mereka sedikit demi sedikit sampai mereka hancur. Inilah esensi dari watak Tuhan. Terlepas dari apakah Tuhan mengungkapkan murka atau belas kasih dan kasih setia, tingkah laku, perilaku, dan sikap manusia terhadap Tuhan di lubuk hatinya yang menentukan apa yang diungkapkan lewat pengungkapan watak Tuhan. Jika Tuhan terus-menerus membuat seseorang mengalami murka-Nya, hati orang ini sudah pasti menentang Tuhan. Karena orang ini tidak pernah benar-benar bertobat, menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan, atau memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan, mereka tidak pernah mendapatkan belas kasih dan toleransi Tuhan. Jika seseorang sering menerima pemeliharaan Tuhan, belas kasih, dan toleransi-Nya, pastilah orang ini memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan dalam hatinya, dan hatinya tidak menentang Tuhan. Orang ini sering bertobat dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan; oleh karena itu, walaupun disiplin Tuhan sering kali datang ke atas orang ini, murka-Nya tidak akan menimpa orang tersebut.

Uraian singkat ini memungkinkan manusia melihat hati Tuhan, melihat kenyataan esensi-Nya, melihat bahwa amarah Tuhan dan perubahan dalam hati-Nya bukan tanpa sebab. Meskipun ada perbedaan besar yang Tuhan tunjukkan ketika Dia murka dan ketika Dia mengubah hati-Nya, yang membuat manusia percaya ada jurang pemisah atau perbedaan yang sangat besar antara dua aspek esensi Tuhan ini—kemarahan-Nya dan toleransi-Nya—sikap Tuhan terhadap pertobatan penduduk Niniwe sekali lagi memungkinkan manusia melihat sisi lain dari watak benar Tuhan. Perubahan hati Tuhan benar-benar memungkinkan umat manusia untuk sekali lagi melihat kenyataan belas kasih dan kasih setia Tuhan, dan melihat pengungkapan sejati dari esensi Tuhan. Umat manusia tidak bisa tidak harus mengakui bahwa belas kasih dan kasih setia Tuhan bukanlah mitos atau karangan. Ini karena perasaan Tuhan pada saat itu benar, dan perubahan hati Tuhan juga benar—Tuhan memang menganugerahkan belas kasih dan toleransi-Nya kepada umat manusia sekali lagi.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

Perikop berikut ini tercatat di Kitab Yunus 4:10-11: "Lalu Yahweh berfirman, 'Engkau menyayangi pohon jarak itu, padahal engkau tidak perlu berjerih lelah menanam atau membuatnya tumbuh, yang tumbuh dalam semalam dan mati dalam semalam: dan apakah Aku tidak boleh menyayangi Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang, yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri; dan juga banyak sekali ternaknya?'" Ini adalah kata-kata yang sebenarnya dari Tuhan Yahweh, yang dicatat dari sebuah percakapan antara Tuhan dan Yunus. Walau percakapan ini singkat, percakapan ini penuh dengan kepedulian Sang Pencipta bagi umat manusia dan keengganan-Nya untuk melepaskan umat manusia. Kata-kata ini mengungkapkan sikap dan perasaan sebenarnya yang Tuhan simpan dalam hati-Nya bagi ciptaan-Nya. Lewat kata-kata ini, yang jelas dan tepat yang jarang didengar oleh manusia, Tuhan menyatakan maksud-Nya yang sebenarnya bagi umat manusia. Percakapan ini merepresentasikan sikap Tuhan terhadap penduduk Niniwe—tetapi sikap semacam apakah ini? Ini adalah sikap yang Dia tunjukkan kepada penduduk Niniwe sebelum dan sesudah pertobatan mereka, sikap yang Dia gunakan dalam memperlakukan umat manusia. Dalam kata-kata ini terdapat pikiran-Nya dan watak-Nya.

............

Walau kota Niniwe dipenuhi dengan orang-orang yang rusak, jahat, dan kejam sama seperti orang-orang Sodom, pertobatan mereka menyebabkan Tuhan mengubah hati-Nya dan memutuskan untuk tidak menghancurkan mereka. Karena cara mereka memperlakukan firman dan instruksi Tuhan menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan sikap penduduk Sodom, dan karena ketundukan yang jujur mereka kepada Tuhan dan pertobatan yang jujur mereka dari dosa-dosa mereka, serta perilaku mereka yang benar dan sepenuh hati dalam segala hal, Tuhan sekali lagi mengungkapkan rasa iba-Nya yang sepenuh hati dan menganugerahkannya kepada mereka. Apa yang Tuhan anugerahkan kepada umat manusia dan rasa iba-Nya kepada umat manusia tidak mungkin ditiru oleh siapa pun, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk memiliki belas kasih Tuhan, toleransi-Nya, atau perasaan-Nya yang tulus terhadap umat manusia. Apakah ada orang yang engkau anggap sebagai pria atau wanita hebat, atau bahkan manusia super, yang dari posisi yang tinggi akan berbicara sebagai seorang pria atau wanita hebat, atau di atas posisi tertinggi membuat pernyataan semacam ini kepada umat manusia atau ciptaan? Siapakah di antara umat manusia yang bisa mengetahui keadaan keberadaan umat manusia seperti telapak tangannya sendiri? Siapakah yang bisa menanggung beban dan tanggung jawab bagi keberadaan umat manusia? Siapakah yang memenuhi syarat untuk menyatakan kehancuran sebuah kota? Dan siapakah yang memenuhi syarat untuk mengampuni sebuah kota? Siapakah yang bisa mengatakan mereka menyayangi ciptaannya sendiri? Hanya Sang Pencipta! Hanya Sang Pencipta yang memiliki kelembutan terhadap umat manusia ini. Hanya Sang Pencipta yang menunjukkan belas kasih dan kasih sayang kepada umat manusia ini. Hanya Sang Pencipta yang memiliki kasih sayang yang benar, tidak terpatahkan bagi umat manusia. Demikian pula, hanya Sang Pencipta yang bisa menganugerahkan belas kasih pada umat manusia ini dan menyayangi semua ciptaan-Nya. Hati-Nya melompat dan sakit karena setiap perbuatan manusia: Dia marah, tertekan, dan berduka karena kejahatan dan kerusakan manusia; Dia senang, bersukacita, mengampuni, dan bergirang karena pertobatan dan kepercayaan manusia; setiap pikiran dan gagasan-Nya ada untuk umat manusia dan berpusat pada umat manusia; Siapa Dia dan apa yang dimiliki-Nya diungkapkan sepenuhnya demi umat manusia; seluruh emosi-Nya terkait dengan keberadaan umat manusia. Demi umat manusia, Dia bepergian dan sibuk kesana kemari; Dia diam-diam memberikan seluruh hidup-Nya; Dia mendedikasikan setiap menit dan detik dari hidup-Nya .... Dia tidak pernah tahu cara mengasihani hidup-Nya sendiri, tetapi Dia selalu menyayangi umat manusia yang Dia sendiri ciptakan .... Dia memberikan semua yang Dia miliki kepada umat manusia .... Dia memberikan belas kasih dan toleransi-Nya tanpa syarat dan tanpa mengharapkan balasan. Dia melakukan ini hanya agar umat manusia bisa terus bertahan hidup di hadapan mata-Nya, menerima perbekalan hidup dari-Nya. Dia melakukan ini hanya agar umat manusia suatu hari tunduk di hadapan-Nya dan mengenali bahwa Dialah yang memelihara keberadaan manusia dan membekali kehidupan semua ciptaan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

"Kekudusan Tuhan" berarti bahwa esensi Tuhan itu tak bercacat, bahwa kasih Tuhan itu tanpa pamrih, bahwa semua yang Tuhan sediakan bagi manusia adalah tanpa pamrih, dan engkau akan mulai mengetahui bahwa kekudusan Tuhan itu tak bercela dan tanpa kesalahan. Aspek-aspek dari esensi Tuhan ini bukan sekadar kata-kata yang Dia gunakan untuk memamerkan status-Nya, tetapi sebaliknya, Tuhan menggunakan esensi-Nya untuk memperlakukan setiap individu dengan ketulusan hati. Dengan kata lain, esensi Tuhan tidak kosong, juga tidak teoretis atau doktrinal, dan tentu saja bukan semacam pengetahuan. Esensi Tuhan bukan semacam pendidikan bagi manusia; melainkan merupakan pernyataan sejati tindakan-tindakan Tuhan sendiri dan esensi yang dinyatakan mengenai apa yang Tuhan miliki dan siapa diri-Nya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Daging yang dikenakan Roh Tuhan adalah daging Tuhan sendiri. Roh Tuhan adalah yang tertinggi; Dia mahakuasa, kudus, dan benar. Dengan demikian, daging-Nya pun adalah yang tertinggi, mahakuasa, kudus, dan benar. Daging seperti itu hanya dapat melakukan hal yang benar dan bermanfaat bagi umat manusia, hal yang kudus, mulia, dan besar; Dia tidak mampu melakukan apa pun yang melanggar kebenaran, hal apa pun yang melanggar moralitas dan keadilan, dan terlebih lagi Dia tidak mampu melakukan apa pun yang mengkhianati Roh Tuhan. Roh Tuhan itu kudus, dan dengan demikian daging-Nya tidak dapat dirusak oleh Iblis; daging-Nya memiliki esensi yang berbeda dari daging manusia. Karena manusialah, bukan Tuhan, yang dirusak oleh Iblis; Iblis tidak mungkin bisa merusak daging Tuhan. Jadi, terlepas dari kenyataan bahwa manusia dan Kristus hidup di ruang yang sama, hanya manusialah yang dikuasai, diperalat, dan dijebak oleh Iblis. Sebaliknya, Kristus selama-lamanya kebal dari perusakan Iblis, karena Iblis tidak akan pernah bisa naik ke tempat yang tertinggi, dan tidak akan pernah bisa mendekat kepada Tuhan. Sekarang, engkau semua harus mengerti bahwa hanya umat manusia, yang telah dirusak Iblis, yang mengkhianati Aku. Pengkhianatan tidak akan pernah menjadi masalah yang melibatkan Kristus sama sekali.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Masalah yang Sangat Serius: Pengkhianatan (2)"

Tuhan itu sendiri tidak memiliki unsur ketidaktaatan; hakikat-Nya baik. Dia merupakan pengungkapan segala keindahan dan kebaikan, juga segenap kasih. Bahkan dalam daging, Tuhan tidak melakukan apa pun yang tidak menaati Bapa. Bahkan ketika harus mengorbankan nyawa-Nya, Dia bersedia melakukannya dengan sepenuh hati dan tidak mengambil pilihan lain. Tuhan tidak memiliki unsur pembenaran diri atau mementingkan diri sendiri, atau unsur kesombongan dan keangkuhan; Dia tidak memiliki unsur kecurangan. Segala sesuatu yang tidak menaati Tuhan berasal dari Iblis; Iblis adalah sumber segala keburukan dan kejahatan. Alasan mengapa manusia memiliki kualitas yang serupa dengan kualitas Iblis adalah karena manusia telah dirusak dan dikuasai oleh Iblis. Kristus tidak pernah dirusak oleh Iblis, sehingga Dia hanya memiliki karakter Tuhan dan tidak satu pun karakter Iblis.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

Engkau tidak akan melihat Tuhan menganut pandangan yang sama dengan manusia tentang berbagai hal, dan selain itu engkau tidak akan melihat Dia menggunakan sudut pandang, pengetahuan, ilmu pengetahuan, falsafah, ataupun imajinasi manusia untuk menangani berbagai perkara. Sebaliknya, segala sesuatu yang Tuhan lakukan dan semua yang Dia ungkapkan berkaitan dengan kebenaran. Artinya, setiap kata yang Dia ucapkan dan setiap tindakan Dia lakukan terikat oleh kebenaran. Kebenaran ini bukan merupakan produk dari khayalan yang tak berdasar; kebenaran dan perkataan ini diungkapkan oleh Tuhan berdasarkan prinsip esensi-Nya dan hidup-Nya. Karena perkataan ini dan esensi semua yang telah Tuhan lakukan adalah kebenaran, kita bisa katakan bahwa esensi Tuhan itu kudus. Dengan kata lain, segala sesuatu yang Tuhan katakan dan lakukan membawa semangat hidup dan cahaya bagi manusia, memampukan manusia untuk melihat hal-hal positif dan realitas dari hal-hal positif tersebut, serta menunjukkan jalan bagi manusia, sehingga mereka dapat berjalan di jalan yang benar. Semua hal ini ditentukan oleh esensi Tuhan dan oleh esensi kekudusan-Nya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"

Tuhan menciptakan umat manusia; terlepas dari apakah mereka telah rusak atau apakah mereka mengikuti-Nya, Tuhan memperlakukan manusia sebagai orang-orang terkasih yang paling disayangi-Nya—atau sebagaimana manusia katakan, sebagai orang-orang kesayangan-Nya—dan bukan sebagai mainan-Nya. Meskipun Tuhan berkata bahwa Ia adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan-Nya, yang mungkin terdengar seperti ada sedikit perbedaan dalam peringkat, kenyataannya adalah segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan bagi umat manusia jauh melebihi hubungan semacam ini. Tuhan mengasihi umat manusia, memedulikan umat manusia, dan menunjukkan perhatian kepada umat manusia, dan secara terus menerus serta tanpa berhenti menyediakan bagi umat manusia. Di dalam hati-Nya, Ia tidak pernah merasa bahwa ini adalah pekerjaan tambahan atau sesuatu yang layak mendapatkan banyak pujian. Dia juga tidak merasa bahwa menyelamatkan manusia, menyediakan bagi mereka, dan menganugerahkan segala sesuatu kepada mereka adalah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk umat manusia. Ia hanya menyediakan bagi umat manusia secara diam-diam, dengan cara-Nya sendiri dan melalui esensi-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Tidak peduli seberapa banyak penyediaan dan seberapa banyak pertolongan yang umat manusia terima dari-Nya, Tuhan tidak pernah berpikir atau berusaha untuk memperoleh pujian. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan, dan juga merupakan ungkapan yang sebenarnya dari watak Tuhan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

"Bagi Adam dan juga istrinya, Tuhan Yahweh membuatkan pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada mereka." Dalam adegan ini, kita melihat peran apakah yang Tuhan mainkan ketika Ia bersama dengan Adam dan Hawa? ... Tuhan menciptakan kedua orang ini dan memperlakukan mereka sebagai rekan-rekan-Nya. Sebagai satu-satunya keluarga mereka, Tuhan memelihara hidup mereka dan juga mengurus kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal mereka. Di sini, Tuhan menampakkan diri sebagai orang tua Adam dan Hawa. Sementara Tuhan melakukan hal ini, manusia tidak melihat betapa agungnya Tuhan itu; manusia tidak melihat supremasi Tuhan, misteri-Nya, dan terutama kemurkaan ataupun kemegahan-Nya. Yang manusia lihat hanyalah kerendahan hati Tuhan, kasih sayang-Nya, kepedulian-Nya terhadap manusia, tanggung jawab dan perhatian-Nya terhadap manusia. Sikap dan cara Tuhan memperlakukan Adam dan Hawa sama seperti bagaimana orang tua menunjukkan kepeduliannya kepada anak-anak mereka. Juga seperti cara orang tua mengasihi, menjaga, dan memelihara putra putri mereka—begitu riil, terlihat, dan nyata. Alih-alih meninggikan diri-Nya sendiri ke posisi yang tinggi dan berkuasa, Tuhan secara pribadi menggunakan kulit binatang untuk membuat pakaian bagi manusia. Tidak masalah apakah mantel bulu ini digunakan untuk menutupi rasa malu mereka atau untuk melindungi mereka dari udara dingin. Yang penting adalah pakaian yang digunakan untuk menutupi tubuh manusia ini dibuat secara pribadi oleh Tuhan dengan tangan-Nya sendiri. Daripada menciptakannya dengan menggunakan pikiran atau metode ajaib lainnya seperti yang mungkin orang-orang bayangkan akan Tuhan lakukan, Tuhan secara sah melakukan sesuatu yang manusia pikir tidak akan dan tidak seharusnya dilakukan oleh Tuhan. Ini mungkin terlihat seperti hal sepele—beberapa orang mungkin bahkan menganggap hal ini tidak layak untuk disebut-sebut—tetapi hal ini memungkinkan semua orang yang mengikuti Tuhan yang sebelumnya dipenuhi dengan gagasan yang samar tentang Dia untuk memperoleh wawasan tentang keaslian dan keindahan-Nya, dan melihat kesetiaan dan kerendahan hati-Nya. Hal ini membuat orang-orang yang sangat congkak, yang berpikir mereka tinggi dan perkasa menundukkan kepala mereka yang sombong karena malu di hadapan keaslian dan kerendahan hati Tuhan. Di sini, keaslian dan kerendahan hati Tuhan lebih jauh lagi memungkinkan orang untuk melihat betapa Dia patut dikasihi. Sebaliknya, Tuhan yang "begitu besar", Tuhan yang "begitu patut dikasihi", dan Tuhan yang "mahakuasa" di dalam hati manusia telah menjadi tidak penting dan jelek, dan menjadi sangat rentan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Ada sesuatu dalam esensi dan watak Tuhan yang paling mudah untuk diabaikan, sesuatu yang hanya dimiliki oleh Tuhan dan tidak oleh siapa pun, termasuk oleh mereka yang dianggap orang lain sebagai orang yang hebat, orang yang baik, atau Tuhan menurut imajinasi mereka. Apakah sesuatu ini? Itu adalah ketidakegoisan Tuhan. Ketika berbicara tentang ketidakegoisan, engkau mungkin menganggap engkau juga sangat tidak egois, karena jika berkenaan dengan anak-anakmu, engkau tidak pernah tawar-menawar atau bernegosiasi dengan mereka, atau engkau mengganggap dirimu juga sangat tidak egois jika berkenaan dengan orang tuamu. Apa pun yang engkau pikirkan, setidaknya engkau memiliki sebuah konsep tentang kata "ketidakegoisan" dan menganggapnya sebagai sebuah kata yang positif, dan bahwa menjadi orang yang tidak egois itu sangat mulia. Ketika engkau tidak egois, engkau menganggap dirimu hebat. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat melihat ketidakegoisan Tuhan di dalam segala sesuatu, di antara manusia, peristiwa, dan objek, dan dalam pekerjaan-Nya. Mengapa demikian? Karena manusia terlalu egois! Mengapa Aku berkata demikian? Manusia hidup dalam dunia materi. Engkau mungkin mengikuti Tuhan, tetapi engkau tidak pernah melihat atau menghargai bagaimana Tuhan menyediakan bagimu, mengasihimu, dan memperhatikanmu. Jadi, apa yang engkau lihat? Engkau melihat saudara sedarahmu yang mengasihi atau menyayangimu. Engkau melihat hal-hal yang bermanfaat bagi dagingmu, engkau memedulikan orang-orang dan hal-hal yang engkau kasihi. Inilah yang disebut "ketidakegoisan" manusia. Namun, orang-orang yang "tidak egois" semacam itu, tidak pernah peduli tentang Tuhan yang memberi kehidupan kepada mereka. Berbeda dengan Tuhan, ketidakegoisan manusia menjadi egois dan tercela. Ketidakegoisan yang manusia percayai adalah kosong dan tidak realistis, tercemar, tidak sesuai dengan Tuhan, dan tidak berhubungan dengan Tuhan. Ketidakegoisan manusia adalah untuk dirinya sendiri, sementara ketidakegoisan Tuhan adalah penyingkapan sejati dari esensi-Nya. Justru karena ketidakegoisan Tuhan-lah manusia terus menerima penyediaan tetap dari-Nya. Engkau semua mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh topik yang Aku bahas pada hari ini dan sekadar mengangguk setuju, tetapi ketika engkau mencoba untuk menghargai hati Tuhan dalam hatimu, tanpa disadari engkau akan menemukan bahwa di antara semua orang, semua masalah, dan semua hal yang dapat engkau rasakan di dunia ini, hanya ketidakegoisan Tuhan-lah yang nyata dan konkret, karena hanya kasih Tuhan kepadamu yang tidak bersyarat dan tidak bercacat cela. Selain Tuhan, ketidakegoisan orang lain, semuanya palsu, dangkal, dan tidak asli, memiliki tujuan, niat tertentu, mengandung kompromi, dan tidak dapat bertahan dalam ujian. Engkau bahkan bisa mengatakan bahwa keditakegoisan itu kotor dan hina.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Banyak sudah malam-malam tanpa tidur yang telah diderita Tuhan demi pekerjaan umat manusia. Dari tempat yang tinggi sampai ke kedalaman yang paling rendah, Dia telah turun ke neraka hidup tempat manusia tinggal untuk melewati hari-hari-Nya bersama manusia, Dia tidak pernah mengeluh tentang kejorokan di antara manusia, dan Dia tidak pernah mencela manusia karena ketidaktaatannya, tetapi menanggung penghinaan terbesar sementara Dia melakukan pekerjaan-Nya sendiri. Bagaimana mungkin Tuhan menjadi milik neraka? Bagaimana mungkin Dia menghabiskan hidup-Nya di neraka? Tetapi demi semua umat manusia, agar seluruh umat manusia dapat menemukan istirahat lebih cepat, Dia telah menanggung penghinaan dan menderita ketidakadilan untuk datang ke bumi, dan secara pribadi masuk ke dalam "neraka" dan "dunia orang mati," ke dalam sarang harimau, untuk menyelamatkan manusia. Bagaimana mungkin manusia berhak untuk menentang Tuhan? Alasan apa yang dimilikinya untuk mengeluh tentang Tuhan? Bagaimana ia masih memiliki nyali untuk memandang Tuhan? Tuhan dari surga telah datang ke negeri yang paling kotor dan jahat ini, tanpa pernah melampiaskan keluhan-Nya, atau berkeluh-kesah tentang manusia, tetapi sebaliknya dengan tenang menerima kerusakan[1] dan penindasan yang disebabkan manusia. Tidak pernah Dia membalas tuntutan-tuntutan manusia yang keterlaluan, tidak pernah Dia menuntut manusia secara berlebihan, dan tidak pernah Dia membuat tuntutan yang tidak masuk akal terhadap manusia. Dia hanya melakukan semua pekerjaan yang dikehendaki oleh manusia tanpa mengeluh: mengajar, mencerahkan, menegur, memurnikan lewat firman, mengingatkan, menasihati, menghibur, menghakimi, dan mengungkapkan. Manakah dari langkah-langkah-Nya yang bukan demi kehidupan manusia? Meskipun Dia telah menghapus harapan dan nasib manusia, langkah-langkah manakah yang dilakukan Tuhan yang bukan demi nasib manusia? Yang manakah dari langkah-langkah itu bukan demi kelangsungan hidup manusia? Yang manakah dari langkah-langkah itu bukan untuk membebaskan manusia dari penderitaan ini dan dari penindasan kekuatan kegelapan yang sekelam malam? Yang manakah dari langkah-langkah itu bukan demi manusia? Siapakah bisa memahami hati Tuhan, yang seperti hati seorang ibu yang penyayang? Siapakah bisa memahami hati Tuhan yang penuh semangat?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (9)"

Tuhan telah merendahkan diri-Nya sedemikian rendahnya sampai-sampai Dia melakukan pekerjaan-Nya dalam diri orang-orang yang kotor dan rusak ini, dan menyempurnakan sekelompok orang ini. Tuhan tidak hanya menjadi manusia untuk hidup dan makan di tengah-tengah manusia, untuk menggembalakan manusia, dan untuk menyediakan kebutuhan manusia. Yang lebih penting adalah Dia melakukan pekerjaan besar-Nya untuk menyelamatkan dan menaklukkan orang-orang yang rusaknya tak tertahankan ini. Dia datang ke jantung si naga merah yang sangat besar untuk menyelamatkan orang-orang yang paling rusak ini, sehingga semua orang dapat diubahkan dan dijadikan baru. Penderitaan dahsyat yang Tuhan tanggung bukan hanya penderitaan yang ditanggung oleh Tuhan yang berinkarnasi, tetapi yang terberat dari semua itu adalah karena Roh Tuhan menderita penghinaan yang ekstrem—Dia merendahkan diri-Nya dan menyembunyikan diri-Nya sampai sedemikian rupa hingga Dia menjadi seorang manusia biasa. Tuhan berinkarnasi dan mengambil rupa daging, sehingga orang-orang melihat bahwa Dia memiliki kehidupan manusia biasa dan kebutuhan manusia biasa. Ini cukup untuk membuktikan bahwa Tuhan telah merendahkan diri-Nya sampai sedemikian rendahnya. Roh Tuhan mewujudkan diri-Nya dalam rupa daging. Roh-Nya sangat agung dan besar, tetapi Dia mengambil rupa seorang manusia pada umumnya, manusia yang kecil, untuk melakukan pekerjaan Roh-Nya. Kualitas, wawasan, akal sehat, kemanusiaan, dan kehidupanmu masing-masing menunjukkan bahwa engkau semua benar-benar tidak layak untuk menerima pekerjaan Tuhan yang semacam ini. Engkau semua benar-benar tidak layak membuat Tuhan menanggung penderitaan seperti itu demi dirimu. Tuhan begitu agung, dan manusia begitu hina, tetapi Dia tetap bekerja dalam diri mereka. Dia bukan hanya berinkarnasi untuk menyediakan kebutuhan manusia, berbicara kepada manusia, tetapi Dia bahkan hidup bersama manusia. Tuhan begitu rendah hati, begitu penuh kasih.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mereka yang Berfokus pada Penerapan yang Dapat Disempurnakan"

Segala sesuatu yang Tuhan lakukan itu nyata, tak satu pun yang dilakukan-Nya hampa, dan Dia sendiri mengalami semuanya. Tuhan membayar harga pengalaman penderitaan-Nya sendiri sebagai ganti tempat tujuan bagi manusia. Bukankah ini pekerjaan yang nyata? Orang tua dapat membayar harga yang mahal demi anak-anak mereka, dan ini merepresentasikan ketulusan mereka. Dalam melakukan ini, Tuhan yang berinkarnasi, tentu saja, adalah yang paling tulus dan setia kepada umat manusia. Esensi Tuhan adalah setia; Dia melakukan apa yang Dia katakan, dan apa pun yang Dia lakukan tergenapi. Segala sesuatu yang Dia lakukan untuk manusia adalah tulus. Dia tidak sekadar bicara; ketika Dia berkata Dia akan membayar harga, Dia benar-benar membayar harganya. Ketika Dia berkata bahwa Dia akan menjalani penderitaan manusia dan menderita menggantikan mereka, Dia benar-benar datang untuk hidup di antara mereka, merasakan dan mengalami penderitaan ini secara pribadi. Setelah itu, segala sesuatu di alam semesta akan mengakui bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan itu benar dan adil, bahwa semua yang Tuhan lakukan nyata: ini adalah sebuah bukti yang kuat. Selain itu, manusia akan memiliki tempat tujuan yang indah di masa depan, dan semua manusia yang tersisa akan memuji Tuhan; mereka akan memuji bahwa perbuatan Tuhan memang dilakukan karena kasih-Nya kepada manusia. Tuhan datang di antara manusia dengan merendahkan diri-Nya, sebagai manusia biasa. Dia tidak hanya melakukan beberapa pekerjaan, mengucapkan sedikit firman, lalu pergi; melainkan, Dia sesungguhnya datang di antara manusia untuk mengalami penderitaan dunia. Setelah Dia selesai mengalami penderitaan ini barulah Dia akan pergi. Beginilah nyata dan praktisnya pekerjaan Tuhan; semua manusia yang tersisa akan memuji Dia karenanya, dan mereka akan melihat kesetiaan Tuhan kepada manusia dan kebaikan hati-Nya. Esensi keindahan dan kebaikan Tuhan dapat dilihat dari makna penting inkarnasi-Nya dalam daging. Apa pun yang Dia lakukan tulus; apa pun yang Dia katakan sungguh-sungguh dan setia. Dengan segala sesuatu yang ingin Dia lakukan, Dia benar-benar melakukannya, dan ketika membayar harga, Dia benar-benar membayarnya; Dia tidak hanya sekadar bicara. Tuhan adalah Tuhan yang benar; Tuhan adalah Tuhan yang setia.

Dikutip dari "Aspek Kedua dari Makna Penting Inkarnasi" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Ketika Tuhan datang ke bumi, Dia bukan berasal dari dunia, dan Dia tidak menjadi manusia untuk menikmati dunia. Tempat di mana bekerja akan paling jelas mengungkapkan watak-Nya dan menjadi yang paling berarti adalah tempat Dia dilahirkan. Entah itu negeri yang kudus ataukah negeri yang najis, dan di mana pun Dia bekerja, Dia adalah kudus. Segala sesuatu di dunia diciptakan oleh-Nya, walaupun segala sesuatu telah dirusak oleh Iblis. Namun, segala sesuatu masih milik-Nya; semuanya ada di tangan-Nya. Dia datang ke negeri yang najis dan bekerja di sana untuk mengungkapkan kekudusan-Nya; Dia hanya melakukan ini demi pekerjaan-Nya, yang berarti, Dia menanggung penghinaan besar untuk melakukan pekerjaan semacam ini demi menyelamatkan manusia dari negeri yang najis ini. Ini adalah demi memberikan kesaksian, demi semua umat manusia. Hal yang dapat dilihat manusia dari pekerjaan seperti ini adalah kebenaran Tuhan, dan pekerjaan ini lebih mampu menampilkan kekuasaan Tuhan yang tertinggi. Kebesaran dan kebenaran-Nya diwujudkan melalui penyelamatan sekelompok manusia hina yang dicela orang. Terlahir di negeri yang najis sama sekali tidak membuktikan bahwa Dia rendah; itu hanya memungkinkan semua ciptaan melihat kebesaran-Nya dan kasih-Nya yang sejati bagi umat manusia. Semakin Dia melakukannya, semakin terungkap kasih-Nya yang murni, kasih-Nya yang tanpa cela bagi manusia. Tuhan itu kudus dan benar. Meskipun Dia lahir di negeri yang najis, dan meskipun Dia hidup dengan orang-orang yang penuh dengan kenajisan, sebagaimana Yesus hidup dengan orang-orang berdosa di Zaman Kasih Karunia, bukankah setiap rincian pekerjaan-Nya dilakukan demi kelangsungan hidup semua umat manusia? Bukankah itu semua agar manusia dapat memperoleh keselamatan yang luar biasa? Dua ribu tahun yang lalu Dia hidup bersama para pendosa selama beberapa tahun. Itu adalah demi penebusan. Hari ini, Dia hidup bersama sekelompok orang yang najis dan rendah. Ini adalah demi keselamatan. Bukankah semua pekerjaan-Nya adalah demi engkau, manusia? Jika bukan demi menyelamatkan manusia, untuk apa Dia harus hidup dan menderita dengan kaum pendosa selama bertahun-tahun setelah lahir di palungan? Dan jika bukan demi menyelamatkan manusia, mengapa Dia datang kembali menjadi manusia untuk kedua kalinya, lahir di negeri tempat setan-setan berkumpul, dan hidup dengan orang-orang ini yang telah sangat dalam dirusak oleh Iblis? Bukankah Tuhan itu setia? Bagian pekerjaan-Nya yang mana yang tidak ditujukan bagi umat manusia? Bagian mana yang bukan demi takdirmu? Tuhan itu kudus—ini tidak bisa berubah. Dia tidak tercemar oleh kenajisan meskipun Dia datang ke negeri yang najis; semua ini hanya berarti bahwa kasih Tuhan bagi umat manusia sangat tanpa pamrih, penderitaan dan penghinaan yang ditanggung-Nya begitu besar! Tidak tahukah engkau betapa besarnya penghinaan yang ditanggung-Nya bagi engkau semua dan bagi takdirmu? Alih-alih menyelamatkan orang-orang hebat atau anak-anak dari keluarga kaya dan berkuasa, Dia secara khusus menyelamatkan mereka yang rendah dan diremehkan orang lain. Bukankah semua ini adalah kekudusan-Nya? Bukankah semua ini adalah kebenaran-Nya?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Makna Penting Menyelamatkan Keturunan Moab"

Setelah engkau memahami kekudusan Tuhan, engkau kemudian dapat benar-benar percaya kepada Tuhan; setelah engkau memahami kekudusan Tuhan, engkau kemudian dapat benar-benar menyadari arti sebenarnya dari perkataan "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik." Engkau tidak akan lagi berfantasi, berpikir bahwa ada jalan lain selain jalan ini yang bisa engkau pilih untuk kau jalani, dan engkau tidak akan lagi mau mengkhianati segala sesuatu yang telah Tuhan aturkan bagimu. Karena esensi Tuhan itu kudus, itu berarti hanya melalui Tuhan, engkau dapat menjalani kehidupan di jalan terang yang benar; hanya melalui Tuhan, engkau dapat mengetahui makna hidup ini; hanya melalui Tuhan, engkau dapat hidup dalam kemanusiaanmu yang nyata dan memiliki serta mengenal kebenaran. Hanya melalui Tuhan, engkau dapat memperoleh kehidupan dari kebenaran. Hanya Tuhan itu sendiri yang dapat menolongmu untuk menjauhi kejahatan dan menyelamatkanmu dari bahaya dan kendali Iblis. Selain Tuhan, tidak ada seorang pun atau apa pun yang dapat menyelamatkanmu dari lautan penderitaan sehingga engkau tidak lagi menderita. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan. Hanya Tuhan itu sendiri yang menyelamatkanmu dengan tanpa pamrih; hanya Tuhan yang pada akhirnya bertanggung jawab atas masa depanmu, nasibmu, dan hidupmu, dan Dia mengatur segala sesuatu bagimu. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh makhluk yang diciptakan maupun yang tidak diciptakan. Karena tidak ada makhluk baik yang diciptakan maupun yang tidak diciptakan yang memiliki esensi seperti esensi Tuhan, tidak ada orang atau sesuatu yang memiliki kemampuan untuk menyelamatkanmu atau menuntunmu. Inilah makna penting esensi Tuhan bagi manusia.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Catatan kaki:

1. "Kerusakan" digunakan untuk menyingkapkan ketidaktaatan umat manusia.

a. Dalam naskah aslinya tertulis "ini adalah simbol ketidakmampuan untuk ..."

b. Dalam naskah aslinya tertulis "juga merupakan simbol ketidakmampuan untuk disinggung (dan tidak membiarkan diri disinggung)."

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait