Cara mengetahui watak Tuhan dari pekerjaan-Nya

10 Februari 2019

Firman Tuhan yang Relevan:

Sejak keberadaan pengelolaan Tuhan, Ia selalu sepenuhnya berdedikasi untuk melakukan pekerjaan-Nya. Sekalipun menyelubungi pribadi-Nya dari manusia, Ia selalu berada di sisi manusia, melakukan pekerjaan dalam diri manusia, mengungkapkan watak-Nya, membimbing semua manusia dengan esensi-Nya, dan melakukan pekerjaan-Nya dalam diri setiap orang melalui kekuatan-Nya, hikmat-Nya, dan otoritas-Nya, sehingga membuat Zaman Hukum Taurat, Zaman Kasih Karunia, dan sekarang Zaman Kerajaan terwujud. Meskipun Tuhan menyembunyikan pribadi-Nya dari manusia, watak-Nya, wujud-Nya, milik-Nya, dan kehendak-Nya terhadap umat manusia secara terang-terangan diungkapkan kepada manusia agar dilihat dan dialami manusia. Dengan kata lain, meskipun manusia tidak dapat melihat atau menyentuh Tuhan, watak dan esensi Tuhan yang telah dijumpai manusia adalah mutlak pengungkapan Tuhan itu sendiri. Bukankah ini adalah faktanya? Terlepas dari metode atau sudut pendekatan yang Tuhan pilih untuk pekerjaan-Nya, Ia selalu memperlakukan orang melalui identitas-Nya yang sebenarnya, melakukan pekerjaan yang menjadi kewajiban-Nya, dan mengatakan apa yang harus Ia katakan. Tidak peduli dari posisi apa Tuhan berbicara—Ia bisa saja berdiri di surga tingkat ketiga, atau berdiri dalam daging, atau bahkan sebagai manusia biasa—Ia selalu berbicara kepada manusia dengan segenap hati-Nya dan dengan segenap pikiran-Nya, tanpa ada tipu daya ataupun sesuatu yang disembunyikan. Ketika Ia melakukan pekerjaan-Nya, Tuhan mengungkapkan firman-Nya dan watak-Nya, dan mengungkapkan apa yang Ia miliki dan siapa diri-Nya, tanpa menahan apa pun. Ia membimbing umat manusia dengan hidup-Nya, wujud-Nya, dan milik-Nya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Watak Tuhan terbuka bagi semua orang dan tidak tersembunyi, karena Tuhan tidak pernah secara sadar menghindari siapa pun dan tidak pernah secara sadar berusaha menyembunyikan diri-Nya untuk mencegah orang-orang dari mengenal-Nya atau memahami-Nya. Watak Tuhan selalu terbuka dan menghadapi setiap orang dengan terus terang. Dalam pengelolaan-Nya, Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, menghadapi semua orang, dan pekerjaan-Nya dilakukan dalam diri setiap orang. Saat Ia melakukan pekerjaan ini, Ia terus-menerus mengungkapkan watak-Nya dan terus-menerus menggunakan esensi-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, untuk membimbing dan menyediakan bagi setiap orang. Di setiap zaman dan setiap tahap, terlepas dari apakah keadaannya baik atau buruk, watak Tuhan selalu terbuka bagi setiap individu, dan milik serta wujud-Nya selalu terbuka bagi setiap individu, sama seperti kehidupan-Nya secara terus-menerus dan tanpa henti menyediakan kebutuhan umat manusia dan mendukung umat manusia.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Ketiga tahap pekerjaan adalah inti keseluruhan pengelolaan Tuhan, dan di dalam ketiganya terungkap watak Tuhan dan siapa diri-Nya. Orang yang tidak mengetahui ketiga tahap pekerjaan Tuhan ini, tidaklah mampu untuk menyadari bagaimana Tuhan mengungkapkan watak-Nya, mereka juga tidak mengetahui hikmat dari pekerjaan Tuhan. Mereka juga tetap tidak tahu tentang berbagai cara Tuhan menyelamatkan manusia, dan tentang kehendak-Nya bagi seluruh umat manusia. Ketiga tahap pekerjaan adalah pengungkapan penuh dari pekerjaan menyelamatkan manusia. Orang yang tidak mengetahui ketiga tahap pekerjaan ini tidak akan mengetahui berbagai metode dan prinsip dari pekerjaan Roh Kudus, dan mereka yang hanya secara kaku mematuhi doktrin yang tersisa dari satu tahap pekerjaan tertentu adalah orang-orang yang membatasi Tuhan dengan doktrin, dan yang kepercayaannya kepada Tuhan sangatlah samar dan tidak pasti. Orang-orang seperti itu tidak akan pernah menerima penyelamatan Tuhan. Hanya ketiga tahap pekerjaan Tuhan-lah yang dapat sepenuhnya mengungkapkan seluruh watak Tuhan dan sepenuhnya mengungkapkan maksud Tuhan dalam menyelamatkan seluruh umat manusia, dan seluruh proses penyelamatan manusia. Ini adalah bukti bahwa Dia telah mengalahkan Iblis dan mendapatkan manusia; ini adalah bukti kemenangan Tuhan, dan merupakan pengungkapan seluruh watak Tuhan. Orang yang hanya memahami salah satu dari ketiga tahap pekerjaan Tuhan hanya mengetahui sebagian dari watak Tuhan. Dalam gagasan manusia, akan mudah bagi satu tahap pekerjaan ini untuk menjadi doktrin, dan menjadi besar kemungkinannya bagi manusia untuk menetapkan aturan baku tentang Tuhan, dan menggunakan satu bagian dari watak Tuhan ini sebagai representasi dari keseluruhan watak Tuhan. Lebih jauh lagi, banyak dari imajinasi manusia yang tercampur di dalamnya, sampai sedemikian rupa hingga manusia dengan kaku membatasi watak, keberadaan, dan hikmat Tuhan, juga prinsip-prinsip pekerjaan Tuhan, di dalam tolok ukur yang terbatas, meyakini bahwa jika Tuhan pernah seperti ini, berarti Dia akan tetap sama sepanjang waktu dan tidak akan pernah berubah. Hanya orang yang mengetahui dan menghargai ketiga tahap pekerjaan Tuhan yang bisa mengenal Tuhan dengan lengkap dan akurat. Setidaknya mereka tidak akan mendefinisikan Tuhan sebagai Tuhan atas orang Israel, atau orang Yahudi, dan tidak akan memandang-Nya sebagai Tuhan yang akan selamanya terpaku di kayu salib demi manusia. Jika orang hanya mengenal Tuhan dari satu tahap pekerjaan-Nya, pengetahuan mereka itu terlalu kecil, dan jumlahnya tidak lebih dari setetes air di tengah samudra. Jika tidak demikian, mengapa banyak pengawal tua yang agamawi memakukan Tuhan hidup-hidup di kayu salib? Bukankah itu karena manusia membatasi Tuhan dalam tolok ukur tertentu?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengenal Tiga Tahap Pekerjaan Tuhan adalah Jalan untuk Mengenal Tuhan"

Ketiga tahap pekerjaan adalah catatan keseluruhan pekerjaan Tuhan; semua itu adalah catatan penyelamatan manusia oleh Tuhan, dan semua itu bukan khayalan. Jika engkau semua benar-benar ingin mencari pengetahuan tentang seluruh watak Tuhan, engkau harus mengetahui ketiga tahap pekerjaan yang dilaksanakan oleh Tuhan, dan, lebih dari itu, engkau tidak boleh mengabaikan satu tahap pun. Ini adalah syarat minimal yang harus dicapai oleh orang yang berusaha mengenal Tuhan. Manusia sendiri tidak bisa menciptakan pengetahuan yang benar tentang Tuhan. Ini bukan sesuatu yang manusia sendiri bisa bayangkan, juga bukan akibat dari perkenanan khusus Roh Kudus yang dikaruniakan kepada seseorang. Sebaliknya, ini adalah pengetahuan yang datang setelah manusia mengalami pekerjaan Tuhan, dan merupakan pengetahuan tentang Tuhan yang hanya datang setelah mengalami fakta-fakta pekerjaan Tuhan. Pengetahuan semacam ini tidak bisa diperoleh dengan mudah, juga bukan sesuatu yang bisa diajarkan. Pengetahuan ini sepenuhnya berkaitan dengan pengalaman pribadi. Penyelamatan manusia oleh Tuhan merupakan inti dari ketiga tahap pekerjaan ini, tetapi di dalam pekerjaan penyelamatan terdapat beberapa metode kerja dan beberapa cara, yang melaluinya watak Tuhan diungkapkan. Inilah yang paling sulit dikenali oleh manusia, dan inilah yang sulit dipahami oleh manusia. Pemisahan zaman, perubahan dalam pekerjaan Tuhan, perubahan lokasi pekerjaan, perubahan dalam hal penerima pekerjaan ini, dan seterusnya—semua ini termasuk di dalam ketiga tahap pekerjaan ini. Khususnya, perbedaan dalam cara Roh Kudus bekerja, juga perubahan dalam watak, gambar, nama, identitas Tuhan, atau perubahan lainnya, semuanya adalah bagian dari ketiga tahap pekerjaan ini. Satu tahap pekerjaan hanya bisa merepresentasikan satu bagian, dan terbatas dalam lingkup tertentu. Satu tahap pekerjaan tidak melibatkan pemisahan zaman, atau perubahan dalam pekerjaan Tuhan, apalagi aspek-aspek lainnya. Ini adalah fakta yang sangat jelas. Ketiga tahap pekerjaan adalah keseluruhan pekerjaan Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Manusia harus mengetahui pekerjaan dan watak Tuhan dalam pekerjaan penyelamatan; tanpa fakta ini, pengetahuanmu tentang Tuhan hanya terdiri dari kata-kata kosong, tidak lebih dari teori muluk-muluk yang engkau sendiri tidak dapat melakukannya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengenal Tiga Tahap Pekerjaan Tuhan adalah Jalan untuk Mengenal Tuhan"

Dalam catatan tentang kisah Nuh ini, apakah engkau semua melihat sebagian dari watak Tuhan? Ada batas untuk kesabaran Tuhan terhadap kerusakan, kenajisan, dan kekerasan manusia. Ketika Ia mencapai batas tersebut, Ia tidak akan lagi bersabar, dan sebaliknya Ia akan memulai pengelolaan baru dan rencana baru-Nya, mulai melakukan apa yang harus Ia lakukan, menyingkapkan perbuatan-Nya dan sisi lain dari watak-Nya. Tindakan-Nya ini bukan untuk menunjukkan bahwa Ia tidak pernah boleh disinggung oleh manusia atau bahwa Ia penuh dengan otoritas dan murka, dan bukan untuk menunjukkan bahwa Ia dapat menghancurkan umat manusia. Hanya saja watak-Nya dan esensi-Nya yang kudus tidak dapat lagi membiarkan atau tidak lagi memiliki kesabaran terhadap umat manusia yang semacam ini untuk hidup di hadapan-Nya, untuk hidup di bawah kekuasaan-Nya. Artinya, ketika seluruh umat manusia menentang Dia, ketika tidak ada seorang pun yang dapat Ia selamatkan di seluruh bumi, Ia tidak akan lagi bersabar terhadap umat manusia semacam itu, dan tanpa ragu, akan melaksanakan rencana-Nya—untuk menghancurkan umat manusia yang semacam ini. Tindakan Tuhan yang seperti ini ditentukan oleh watak-Nya. Ini adalah konsekuensi yang perlu, dan konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua makhluk ciptaan di bawah kekuasaan Tuhan. Bukankah ini menunjukkan bahwa di zaman sekarang ini, Tuhan tidak sabar untuk menyelesaikan rencana-Nya dan menyelamatkan orang-orang yang ingin Ia selamatkan? Dalam keadaan seperti ini, apa yang paling Tuhan pedulikan? Bukan bagaimana mereka yang tidak mengikuti Dia sama sekali atau mereka yang melawan Dia memperlakukan-Nya atau menentang-Nya, atau bagaimana umat manusia memfitnah-Nya. Ia hanya peduli tentang apakah mereka yang mengikuti-Nya, objek penyelamatan-Nya dalam rencana pengelolaan-Nya, telah disempurnakan oleh-Nya, apakah mereka telah layak akan kepuasan hati-Nya. Sedangkan mengenai orang-orang selain mereka yang mengikuti Dia, Ia hanya sesekali saja memberi mereka sedikit hukuman untuk mengungkapkan murka-Nya. Misalnya: tsunami, gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Pada saat yang sama, Ia juga sangat melindungi dan menjaga mereka yang mengikuti Dia dan yang akan diselamatkan oleh-Nya. Watak Tuhan adalah ini: di satu sisi, Ia dapat memiliki kesabaran dan toleransi yang luar biasa terhadap orang-orang yang ingin Ia sempurnakan, dan Ia dapat menunggu mereka selama mungkin; di sisi lain, Tuhan teramat sangat benci dan muak terhadap orang-orang tipe Iblis yang tidak mengikuti Dia dan yang melawan Dia. Meskipun Dia tidak peduli apakah orang-orang tipe Iblis ini mengikuti-Nya dan menyembah-Nya atau tidak, Ia tetap membenci mereka sementara bersabar terhadap mereka di dalam hati-Nya, dan ketika Ia menentukan kesudahan dari orang-orang tipe Iblis ini, Ia juga menantikan tibanya langkah-langkah rencana pengelolaan-Nya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Pada mulanya, Tuhan menciptakan umat manusia yang di mata-Nya sangat baik dan dekat dengan-Nya, tetapi mereka dihancurkan oleh air bah setelah memberontak terhadap-Nya. Apakah hati Tuhan sakit karena umat manusia langsung lenyap begitu saja? Tentu saja sakit! Jadi, apa ungkapan-Nya akan rasa sakit ini? Bagaimana hal ini dicatat dalam Alkitab? Hal ini dicatat dalam Alkitab sebagai berikut: "Aku akan menetapkan perjanjian-Ku dengan engkau, tidak akan ada makhluk hidup yang dimusnahkan karena air bah lagi; dan tidak akan ada air bah lagi yang akan menghancurkan bumi." Kalimat sederhana ini menyingkapkan pikiran Tuhan. Penghancuran dunia ini sangat menyakitkan hati-Nya. Dalam kata-kata manusia, Ia sangat sedih. Kita bisa membayangkan: bagaimana rupa bumi yang tadinya penuh daya hidup setelah dihancurkan oleh air bah? Bagaimana rupa bumi yang tadinya penuh manusia pada saat itu? Tidak ada tempat tinggal manusia, tidak ada makhluk hidup, air di mana-mana, dan kerusakan parah di permukaan air. Apakah pemandangan seperti itu merupakan maksud Tuhan yang semula ketika Ia menciptakan dunia? Tentu saja tidak! Maksud Tuhan yang semula adalah untuk menyaksikan daya hidup di seluruh negeri, untuk menyaksikan manusia yang diciptakan-Nya menyembah Dia, bukan hanya agar Nuh menjadi satu-satunya manusia yang menyembah-Nya atau satu-satunya manusia yang bisa menjawab panggilan-Nya untuk menyelesaikan apa yang Ia percayakan kepadanya. Ketika umat manusia lenyap, Tuhan tidak melihat apa yang semula Ia inginkan, tetapi justru kebalikannya. Bagaimana mungkin hati-Nya tidak sakit? Jadi, ketika Ia menyingkapkan watak-Nya dan mengungkapkan emosi-Nya, Tuhan mengambil sebuah keputusan. Keputusan apa yang Ia ambil? Membuat busur di awan (yaitu pelangi yang kita lihat) sebagai perjanjian dengan manusia, sebuah janji bahwa Tuhan tidak akan lagi menghancurkan umat manusia dengan air bah. Pada saat yang sama, pelangi juga memberitahukan kepada manusia bahwa Tuhan pernah menghancurkan dunia dengan air bah, agar umat manusia akan selamanya ingat mengapa Tuhan melakukan hal semacam itu.

............

Bagian watak Tuhan mana yang harus kita pelajari dari sini? Tuhan memandang hina manusia karena manusia memusuhi-Nya, tetapi di dalam hati-Nya, kepedulian, perhatian dan belas kasih-Nya bagi umat manusia tetap tidak berubah. Bahkan ketika Ia menghancurkan umat manusia, hati-Nya tetap tidak berubah. Ketika umat manusia penuh dengan kerusakan dan ketidaktaatan terhadap Tuhan hingga tingkat yang sangat parah, Tuhan harus menghancurkan umat manusia ini, oleh karena watak dan esensi-Nya, dan sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya. Namun, karena esensi Tuhan, Ia tetap mengasihani umat manusia, dan bahkan mau menggunakan berbagai cara untuk menebus umat manusia sehingga mereka bisa terus hidup. Sebaliknya, manusia melawan Tuhan, terus tidak menaati Tuhan, dan menolak untuk menerima keselamatan dari Tuhan; artinya, menolak untuk menerima niat baik-Nya. Tidak peduli bagaimana Tuhan memanggil mereka, mengingatkan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, menolong mereka, atau menoleransi mereka, manusia tidak memahami atau menghargainya, mereka juga tidak memperhatikannya. Dalam kepedihan hati-Nya, Tuhan tetap tidak lupa memberikan toleransi-Nya yang maksimalkepada manusia, menunggu manusia untuk berbalik. Setelah Ia mencapai batas-Nya, Ia melakukan apa yang harus dilakukan-Nya tanpa ragu-ragu. Dengan kata lain, ada jangka waktu dan proses tertentu dari saat Tuhan berencana menghancurkan umat manusia sampai dimulainya pekerjaan-Nya untuk menghancurkan umat manusia. Proses ini ada dengan tujuan untuk memungkinkan manusia untuk berbalik, dan ini merupakan kesempatan terakhir yang Tuhan berikan kepada manusia. Jadi, apa yang Tuhan lakukan selama jangka waktu ini sebelum menghancurkan umat manusia? Tuhan melakukan banyak sekali pekerjaan mengingatkan dan menasihati. Betapa pun sakitnya dan berdukanya hati Tuhan, Ia terus memberikan pemeliharaan, perhatian, dan belas kasih-Nya yang melimpah kepada umat manusia. Apa yang kita lihat dari semua ini? Tidak diragukan lagi, kita melihat bahwa kasih Tuhan bagi umat manusia itu nyata dan bukan sekadar ucapan di bibir. Kasih Tuhan itu aktual, nyata, dan bisa dirasakan, tidak palsu, murni, tidak curang atau memegahkan diri. Tuhan tidak pernah menggunakan tipuan atau menciptakan gambaran yang palsu untuk membuat orang melihat bahwa Ia layak dikasihi. Ia tidak pernah menggunakan kesaksian palsu agar orang melihat keindahan-Nya, atau memamerkan keindahan dan kekudusan-Nya. Bukankah aspek-aspek dari watak Tuhan ini layak mendapatkan kasih manusia? Bukankah semua itu layak mendapatkan penyembahan manusia? Bukankah semua itu layak dihargai? Pada titik ini, Aku ingin bertanya kepada engkau semua: setelah mendengar perkataan-perkataan ini, apakah menurutmu kebesaran Tuhan hanya kata-kata kosong di atas selembar kertas? Apakah keindahan Tuhan hanya kata-kata yang kosong? Tidak! Tentu saja tidak! Supremasi, kebesaran, kekudusan, toleransi, kasih Tuhan, dan lain sebagainya—setiap detail dari masing-masing aspek watak dan esensi Tuhan diungkapkan secara nyata setiap kali Ia melakukan pekerjaan-Nya, diwujudkan dalam kehendak-Nya bagi manusia, dan juga digenapi serta tecermin pada diri setiap orang. Terlepas dari apakah engkau pernah merasakannya sebelumnya, Tuhan memelihara setiap orang dengan segala cara yang memungkinkan, menggunakan hati-Nya yang tulus, hikmat-Nya, dan berbagai metode untuk menghangatkan hati setiap orang dan membangunkan roh setiap orang. Ini fakta yang tidak terbantahkan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

Tuhan menggunakan api untuk menghancurkan kota Sodom adalah metode-Nya yang paling cepat untuk sepenuhnya menghancurkan umat manusia atau benda lainnya. Membakar orang-orang Sodom menghancurkan lebih dari sekadar tubuh fisik mereka; api itu menghancurkan seluruh roh mereka, jiwa mereka, dan tubuh mereka, memastikan semua orang dalam kota itu tidak akan ada lagi di dunia materi dan dunia yang tidak terlihat bagi manusia. Inilah salah satu cara Tuhan menyatakan dan mengungkapkan murka-Nya. Cara mengungkapkan dan menyatakan ini adalah salah satu aspek dari esensi murka Tuhan, ini juga secara alami merupakan pernyataan esensi watak benar Tuhan. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, Dia berhenti menyatakan belas kasih atau kasih setia, Dia juga tidak menunjukkan lagi toleransi atau kesabaran-Nya; tidak ada manusia, benda, atau alasan yang bisa membujuk-Nya untuk terus bersabar, untuk memberikan belas kasih-Nya lagi, untuk menganugerahkan toleransi-Nya sekali lagi. Sebagai ganti semua ini, Tuhan tanpa ragu mengirimkan murka dan kemegahan-Nya, melakukan apa yang Dia kehendaki. Dia akan melakukannya dengan cara yang cepat dan bersih sesuai dengan keinginan-Nya sendiri. Inilah cara Tuhan mengirim murka dan kemegahan-Nya, yang tidak boleh disinggung manusia, dan ini juga adalah ungkapan dari salah satu aspek watak benar-Nya. Ketika manusia menyaksikan Tuhan menunjukkan perhatian dan kasih terhadap manusia, mereka tidak mampu mendeteksi murka-Nya, melihat kemegahan-Nya, atau merasakan intoleransi-Nya terhadap pelanggaran. Hal-hal ini selalu membuat manusia percaya bahwa watak benar Tuhan hanyalah belas kasih, toleransi, dan kasih. Namun, ketika manusia melihat Tuhan menghancurkan sebuah kota atau membenci suatu umat manusia, murka-Nya dalam penghancuran manusia dan kemegahan-Nya memungkinkan manusia untuk melihat sekilas sisi lain dari watak benar-Nya. Ini adalah intoleransi Tuhan terhadap pelanggaran. Watak Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran melampaui imajinasi makhluk ciptaan mana pun, dan di antara makhluk bukan ciptaan, tidak ada yang mampu ikut campur atau mempengaruhinya, apalagi bisa ditiru atau dijiplak. Jadi, aspek watak Tuhan ini adalah aspek yang paling harus diketahui umat manusia. Hanya Tuhan sendiri yang memiliki watak seperti ini, dan hanya Tuhan sendiri yang berwatak seperti ini. Tuhan berwatak benar seperti ini karena Dia membenci kejahatan, kegelapan, pemberontakan, dan tindakan jahat Iblis—yakni merusak dan memangsa manusia—karena Dia membenci semua tindakan dosa yang menentang-Nya dan karena esensi-Nya yang kudus dan tidak bercela. Karena inilah Dia tidak akan membiarkan makhluk ciptaan atau bukan ciptaan mana pun menentang atau melawan-Nya secara terbuka. Bahkan seorang individu yang kepadanya Dia pernah menunjukkan belas kasih atau yang Dia pernah pilih, hanya perlu memprovokasi watak-Nya dan melanggar prinsip kesabaran dan toleransi-Nya, dan Dia akan melepaskan dan menyatakan watak benar-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran tanpa sedikit pun belas kasih atau keraguan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

Ada prinsip di balik tindakan-tindakan Tuhan, dan sebelum mengambil keputusan Dia akan menghabiskan waktu yang lama untuk mengamati dan mempertimbangkan; Dia pasti tidak akan mengambil keputusan atau menarik kesimpulan apa pun sebelum saat yang tepat tiba. Dialog antara Abraham dan Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa keputusan Tuhan untuk memusnahkan Sodom sama sekali tidak salah, karena Tuhan sudah tahu bahwa di kota tersebut tidak terdapat empat puluh orang benar, juga tidak terdapat tiga puluh orang benar, atau dua puluh. Bahkan sepuluh pun tidak ada. Satu-satunya orang benar di kota itu adalah Lot. Semua yang terjadi di Sodom dan bagaimana keadaannya diamati oleh Tuhan, dan diketahui oleh Tuhan sejelas punggung tangan-Nya sendiri. Jadi, keputusan-Nya tidak mungkin salah. Sebaliknya, dibandingkan dengan kemahakuasaan Tuhan, manusia sangat mati rasa, sangat bodoh dan bebal, sangat picik. Inilah yang kita lihat dalam dialog antara Abraham dan Tuhan. Tuhan telah menyatakan watak-Nya dari sejak semula hingga sekarang. Demikian pula di sini, ada watak Tuhan yang seharusnya bisa kita lihat. Jumlah-jumlah tersebut adalah hal yang sederhana—semua itu tidak menunjukkan apa pun—tetapi ada pengungkapan watak Tuhan yang sangat penting di sini. Tuhan tidak akan memusnahkan kota itu karena lima puluh orang benar. Apakah ini karena belas kasihan Tuhan? Apakah ini karena kasih dan toleransi-Nya? Pernahkah engkau semua melihat sisi dari watak Tuhan ini? Bahkan seandainya hanya ada sepuluh orang benar, Tuhan tidak akan memusnahkan kota itu oleh karena kesepuluh orang benar ini. Bukankah ini adalah toleransi dan kasih Tuhan? Karena belas kasihan, toleransi dan kepedulian Tuhan terhadap orang-orang benar itu, Dia tidak akan memusnahkan kota itu. Inilah toleransi Tuhan. Dan pada akhirnya, hasil apa yang kita lihat? Ketika Abraham berkata: "Misalkan ada sepuluh orang benar didapati di sana." Tuhan berkata: "Aku tidak akan memusnahkannya." Setelah itu, Abraham tidak berkata apa-apa lagi—karena di dalam kota Sodom tidak terdapat sepuluh orang benar yang dia sebutkan, dan tidak ada lagi yang perlu dikatakannya, dan pada saat itulah dia memahami kenapa Tuhan berketetapan untuk memusnahkan Sodom. Dalam hal ini, watak Tuhan apa yang kaulihat? Ketetapan macam apakah yang Tuhan buat? Tuhan berketetapan bahwa, jika di kota ini tidak terdapat sepuluh orang benar, Dia tidak akan mengizinkan keberadaannya, dan mau tidak mau harus memusnahkannya. Bukankah inilah murka Tuhan? Apakah murka ini merepresentasikan watak Tuhan? Apakah watak ini merupakan penyingkapan hakikat kekudusan Tuhan? Apakah ini merupakan penyingkapan hakikat kebenaran Tuhan, yang tidak boleh disinggung manusia? Setelah memastikan bahwa tidak ada sepuluh orang benar di Sodom, Tuhan pun berkeyakinan untuk memusnahkan kota itu, dan menghukum berat orang-orang di dalam kota tersebut, karena mereka menentang Tuhan, dan karena mereka begitu kotor dan rusak.

... Belas kasihan dan toleransi Tuhan memang ada, tetapi kekudusan dan keadilan Tuhan ketika Dia melepaskan murka-Nya juga memperlihatkan kepada manusia sisi dari Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran. Ketika manusia sepenuhnya mampu menaati perintah Tuhan dan bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan, Tuhan pun berlimpah dalam belas kasihan-Nya terhadap manusia; ketika manusia telah dipenuhi kerusakan, kebencian dan permusuhan terhadap-Nya, Tuhan sangat marah. Sampai sejauh manakah kemarahan-Nya yang sedemikian mendalam itu? Murka-Nya akan terus berlanjut sampai Tuhan tidak lagi melihat penentangan dan perbuatan jahat manusia, sampai semua itu tidak lagi ada di depan mata-Nya. Baru setelah itulah kemarahan Tuhan akan lenyap. Dengan kata lain, siapa pun orangnya, jika hatinya telah menjauh dari Tuhan dan berpaling dari Tuhan, tidak pernah kembali lagi, maka, terlepas dari bagaimana, semua penampilan luar, atau dalam hal keinginan subjektifnya, mereka ingin menyembah, mengikuti, dan menaati Tuhan dalam tubuh atau pemikiran mereka, begitu hati mereka berpaling dari Tuhan, murka Tuhan pun akan dilepaskan tanpa henti. Ini akan menjadi sedemikian rupa sehingga ketika Tuhan melepaskan amarah-Nya secara mendalam, setelah memberi begitu banyak kesempatan kepada manusia, begitu kemarahan itu dilepaskan, tidak mungkin bisa ditarik kembali, dan Dia tidak akan pernah lagi berbelas kasihan dan bersikap toleran terhadap umat manusia semacam itu. Inilah satu sisi dari watak Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran. Di sini, tampaknya normal bagi manusia bahwa Tuhan akan memusnahkan sebuah kota, karena di mata Tuhan, kota yang penuh dosa tidak bisa tetap ada dan terus ada, dan masuk akal bahwa kota itu harus dimusnahkan oleh Tuhan. Namun, di dalam apa yang terjadi sebelum dan sesudah pemusnahan Sodom oleh-Nya, kita melihat keseluruhan watak Tuhan. Dia toleran dan penuh belas kasihan terhadap hal-hal yang baik, indah dan bagus; terhadap hal-hal yang buruk, berdosa dan jahat, Dia sangat murka, sedemikian murkanya sampai Dia tidak berhenti dalam kemurkaan-Nya. Inilah dua aspek utama dan yang paling menonjol dari watak Tuhan, dan terlebih dari itu, keduanya telah diungkapkan oleh Tuhan dari awal hingga akhir yaitu: belas kasihan yang berkelimpahan dan murka yang mendalam.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"

Yahweh, setelah menciptakan umat manusia, tidak memerintahkan atau menuntun mereka dari zaman Adam hingga Nuh. Sebaliknya, barulah setelah air bah menghancurkan dunia, Dia secara resmi mulai menuntun bangsa Israel, yang merupakan keturunan Nuh dan juga keturunan Adam. Pekerjaan dan perkataan-Nya di Israel memberi tuntunan kepada semua orang Israel saat mereka menjalani kehidupan mereka di seluruh negeri Israel, dan dengan cara demikian, menunjukkan kepada manusia bahwa Yahweh tidak hanya mampu meniupkan napas ke dalam manusia, sehingga manusia dapat memiliki hidup dari-Nya dan bangkit dari debu tanah menjadi manusia ciptaan, tetapi bahwa Dia juga bisa membakar manusia, dan mengutuk manusia, dan menggunakan tongkat-Nya untuk memerintah umat manusia. Jadi, mereka juga melihat bahwa Yahweh dapat menuntun kehidupan manusia di bumi, dan berfirman serta bekerja di antara manusia sesuai dengan waktu siang dan malam. Pekerjaan yang Dia lakukan hanyalah agar makhluk ciptaan-Nya bisa mengetahui bahwa manusia yang berasal dari debu tanah telah diangkat oleh-Nya, dan terlebih lagi bahwa manusia itu telah diciptakan oleh-Nya. Bukan hanya ini, tetapi Dia pertama-tama melakukan pekerjaan-Nya di Israel agar bangsa-bangsa dan suku bangsa lainnya (yang sebenarnya tidak terpisah dari Israel, tetapi telah bercabang dari Israel, namun masih keturunan dari Adam dan Hawa) dapat menerima Injil Yahweh dari Israel, sehingga seluruh makhluk ciptaan di alam semesta mampu untuk menghormati Yahweh dan menganggap-Nya agung.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan pada Zaman Hukum Taurat"

Selama Zaman Hukum Taurat, Yahweh menetapkan banyak perintah untuk Musa sampaikan kepada bangsa Israel yang mengikutinya keluar dari Mesir. Perintah-perintah ini diberikan oleh Yahweh kepada bangsa Israel dan tidak ada hubungannya dengan orang Mesir; perintah ini dimaksudkan untuk mengekang orang Israel, dan Dia menggunakan perintah itu untuk menuntut mereka. Apakah mereka mematuhi hari Sabat, apakah mereka menghormati orang tua mereka, apakah mereka menyembah berhala, dan sebagainya—inilah prinsip-prinsip, yang menilai apakah mereka berdosa atau benar. Di antara mereka, ada beberapa orang yang dilanda api Yahweh, ada yang dirajam sampai mati, dan ada juga yang menerima berkat Yahweh, dan ini ditentukan menurut apakah mereka mematuhi perintah-perintah ini atau tidak. Mereka yang tidak mematuhi hari Sabat akan dirajam sampai mati. Para imam yang tidak merayakan hari Sabat akan dilanda api Yahweh. Mereka yang tidak menghormati orang tua juga akan dirajam sampai mati. Semua ini diperintahkan oleh Yahweh. Yahweh menegakkan perintah dan hukum-hukum-Nya sehingga, ketika Dia memimpin mereka dalam kehidupan mereka, bangsa ini akan mendengarkan dan menaati firman-Nya dan tidak memberontak terhadap-Nya. Dia menggunakan hukum-hukum ini untuk mengendalikan ras manusia yang baru lahir, meletakkan dasar yang lebih baik bagi pekerjaan-Nya di masa mendatang. Jadi, berdasarkan pekerjaan yang Yahweh lakukan, zaman pertama disebut Zaman Hukum Taurat. Meskipun Yahweh menyampaikan banyak perkataan dan melakukan banyak pekerjaan, Dia hanya menuntun manusia secara positif, mengajar orang-orang bebal ini bagaimana menjadi manusia, bagaimana hidup dan memahami jalan Yahweh. Sebagian besar dari pekerjaan yang Dia lakukan adalah untuk membuat orang-orang menaati jalan-Nya dan mematuhi hukum-hukum-Nya. Pekerjaan itu dilakukan dalam diri orang-orang yang dangkal kerusakannya; pekerjaan itu tidak meluas sampai sejauh mengubahkan watak atau kemajuan mereka dalam kehidupan. Dia sekadar menggunakan hukum untuk membatasi dan mengendalikan orang. Bagi orang Israel pada waktu itu, Yahweh hanyalah sosok Tuhan di dalam bait suci, sosok Tuhan yang di surga. Dia adalah tiang awan, tiang api. Satu-satunya yang Yahweh tuntut untuk mereka lalukan adalah mematuhi apa yang mereka ketahui saat itu sebagai hukum dan perintah-Nya—yang bahkan bisa dikatakan sebagai peraturan—karena apa yang Yahweh lakukan tidak dimaksudkan untuk mengubahkan mereka, tetapi untuk memberi kepada mereka lebih banyak hal yang harus dimiliki manusia dan untuk mengajar mereka dari mulut-Nya sendiri, karena setelah diciptakan, manusia tidak memiliki apa pun yang seharusnya ia miliki. Maka, Yahweh memberikan kepada manusia hal-hal yang harus mereka miliki untuk kehidupan mereka di bumi, menjadikan orang-orang yang telah dipimpin-Nya melampaui leluhur mereka, Adam dan Hawa, karena apa yang Yahweh berikan kepada mereka melampaui apa yang telah Dia berikan kepada Adam dan Hawa pada mulanya. Bagaimanapun, pekerjaan yang Yahweh lakukan di Israel hanyalah untuk menuntun manusia dan membuat manusia mengenal Pencipta mereka. Dia tidak menaklukkan ataupun mengubahkan mereka, tetapi hanya menuntun mereka. Inilah keseluruhan pekerjaan Yahweh pada Zaman Hukum Taurat. Inilah latar belakang, kisah sesungguhnya, esensi dari pekerjaan-Nya di seluruh negeri Israel, dan permulaan dari pekerjaan-Nya selama enam ribu tahun—untuk mengendalikan umat manusia dalam tangan Yahweh. Dari inilah lahir lebih banyak pekerjaan dalam rencana pengelolaan-Nya selama enam ribu tahun.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan pada Zaman Hukum Taurat"

Pekerjaan yang Yesus lakukan sesuai dengan kebutuhan manusia pada zaman itu. Tugas-Nya adalah menebus manusia, mengampuni dosa-dosa mereka, dan karena itu, watak-Nya secara keseluruhan adalah kerendahhatian, kesabaran, kasih, ketaatan, kelapangan hati, belas kasihan, dan kasih setia. Dia memberi kepada manusia kasih karunia dan berkat yang melimpah, dan segala sesuatu yang dapat manusia nikmati, Dia memberi hal berikut untuk mereka nikmati: kedamaian dan kebahagiaan, kesabaran dan kasih-Nya, belas kasihan dan kasih setia-Nya. Pada masa itu, kelimpahan segala sesuatu yang dapat manusia nikmati—perasaan damai dan aman di dalam hati mereka, perasaan jaminan kepastian dalam roh mereka, ketergantungan mereka kepada Yesus Sang Juruselamat—semua itu mereka dapatkan karena mereka hidup pada zaman itu. Pada Zaman Kasih Karunia, manusia telah dirusak oleh Iblis, jadi untuk mencapai pekerjaan penebusan seluruh umat manusia, diperlukan kasih karunia yang berlimpah, kelapangan hati dan kesabaran yang tak terbatas, dan terlebih lagi, sebuah persembahan yang cukup untuk menebus dosa manusia, supaya pekerjaan tersebut berdampak. Apa yang dilihat manusia pada Zaman Kasih Karunia hanyalah korban persembahan-Ku untuk menebus dosa-dosa umat manusia, yaitu Yesus. Satu-satunya yang mereka ketahui adalah bahwa Tuhan sangat berbelas kasihan dan panjang sabar, dan satu-satunya yang mereka lihat adalah belas kasihan dan kasih setia Yesus. Ini sepenuhnya karena mereka lahir pada Zaman Kasih Karunia. Jadi, sebelum mereka dapat ditebus, mereka harus menikmati berbagai jenis kasih karunia yang Yesus anugerahkan kepada mereka sehingga mereka dapat menarik manfaat dari semua itu. Dengan cara ini, dosa-dosa mereka dapat diampuni melalui kasih karunia yang mereka nikmati, dan mereka juga bisa memiliki kesempatan untuk ditebus melalui kelapangan hati dan kesabaran Yesus. Hanya melalui kelapangan hati dan kesabaran Yesuslah mereka mendapatkan hak untuk menerima pengampunan dan menikmati kelimpahan kasih karunia yang dianugerahkan oleh Yesus. Seperti yang Yesus katakan: Aku datang bukan untuk menebus orang benar, melainkan orang berdosa, sehingga orang berdosa diampuni dari dosa-dosa mereka. Jika pada saat Yesus menjadi manusia, Dia membawa watak menghakimi, mengutuk, dan tidak bersabar terhadap pelanggaran manusia, maka manusia tidak akan pernah punya kesempatan untuk ditebus, dan akan tetap berdosa untuk selamanya. Jika demikian, rencana pengelolaan enam ribu tahun tentu akan berhenti pada Zaman Hukum Taurat, dan Zaman Hukum Taurat akan diperpanjang selama enam ribu tahun. Dosa manusia hanya akan semakin bertambah dan semakin menyedihkan, dan penciptaan manusia akan menjadi sia-sia. Manusia hanya dapat melayani Yahweh di bawah hukum Taurat, tetapi dosa-dosa mereka akan melampaui dosa-dosa manusia yang pertama kali diciptakan. Semakin Yesus mengasihi umat manusia, mengampuni dosa-dosa mereka, dan menganugerahkan belas kasihan serta kasih setia yang cukup kepada mereka, semakin manusia dapat diselamatkan oleh Yesus, untuk disebut sebagai domba-domba terhilang yang telah dibeli kembali oleh Yesus dengan harga mahal. Iblis tidak dapat ikut campur dalam pekerjaan ini, karena Yesus memperlakukan para pengikut-Nya seperti seorang ibu yang penuh kasih memperlakukan bayinya dalam dekapannya. Dia tidak menjadi marah ataupun memandang hina mereka, melainkan penuh penghiburan; Dia tidak pernah murka terhadap mereka, melainkan menahan diri terhadap dosa-dosa mereka dan menutup mata terhadap kebodohan dan kebebalan mereka, sampai-sampai Dia berkata, "Ampunilah sesamamu sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Dengan demikian, hati orang-orang diubahkan oleh hati-Nya, dan hanya dengan cara demikianlah manusia menerima pengampunan dosa melalui kelapangan hati-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Fakta Sebenarnya di Balik Pekerjaan pada Zaman Penebusan"

Tujuan Yesus adalah supaya manusia dapat terus bertahan hidup, terus hidup, dan manusia boleh hidup dengan cara yang lebih baik. Dia menyelamatkan manusia dari dosa sehingga manusia dapat menghentikan kebobrokannya dan tidak lagi hidup dalam alam maut dan neraka, dan dengan menyelamatkan manusia dari alam maut dan neraka, Yesus mengizinkan manusia untuk terus hidup. Sekarang ini, akhir zaman telah tiba. Tuhan akan menghancurkan manusia dan memusnahkan umat manusia seluruhnya, artinya, Dia akan mengubah pemberontakan umat manusia. Karena alasan ini, mustahil bagi Tuhan dengan watak belas kasihan dan kasih masa lalu untuk mengakhiri zaman, atau membuat rencana pengelolaan enam ribu tahun-Nya berhasil. Setiap zaman ditandai dengan representasi khusus watak Tuhan dan di setiap zaman terdapat pekerjaan yang harus dilakukan Tuhan. Jadi, pekerjaan yang dilakukan Tuhan sendiri di setiap zaman mengandung pengungkapan watak sejati-Nya, dan baik nama-Nya maupun pekerjaan yang dilakukan-Nya berubah seiring zaman; semuanya baru. Selama Zaman Hukum Taurat, pekerjaan membimbing umat manusia dilakukan atas nama Yahweh dan tahap pertama pekerjaan dimulai di bumi. Pada tahap ini, pekerjaan itu terdiri dari membangun Bait Suci dan mezbah, menggunakan hukum Taurat untuk membimbing orang Israel, dan bekerja di tengah-tengah mereka. Dengan membimbing orang Israel, Dia membangun suatu pangkalan untuk pekerjaan-Nya di bumi. Dari pangkalan ini, Dia memperluas pekerjaan-Nya melampaui Israel, yang berarti bahwa dari Israel, Dia memperluas pekerjaan-Nya ke luar, sehingga generasi selanjutnya secara bertahap mengetahui bahwa Yahweh adalah Tuhan, dan bahwa adalah Yahweh yang menciptakan langit bumi dan segala sesuatunya, dan adalah Yahweh yang menjadikan segala makhluk. Dia menyebarluaskan pekerjaan-Nya melalui orang Israel kepada suku bangsa lain. Tanah Israel adalah tempat suci pertama pekerjaan Yahweh di bumi, dan di tanah Israel pula Tuhan pertama kali bekerja di bumi. Inilah pekerjaan Zaman Hukum Taurat. Selama Zaman Kasih Karunia, Yesus-lah Tuhan yang menyelamatkan manusia. Apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia adalah karunia, kasih, belas kasihan, kesabaran, ketabahan, kerendahan hati, perhatian, toleransi, dan karena itu, sangat banyak pekerjaan yang telah dilakukan-Nya adalah demi penebusan manusia. Watak-Nya penuh belas kasihan dan cinta kasih, dan karena berbelas kasih dan mengasihi, Dia harus dipaku pada kayu salib demi manusia, untuk menunjukkan bahwa Tuhan mengasihi manusia seperti diri-Nya sendiri, bahkan sedemikian besar kasih-Nya sampai-sampai Dia rela mengorbankan diri-Nya seutuhnya. Selama Zaman Kasih Karunia, nama Tuhan adalah Yesus, yang artinya, Tuhan adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia, pengasih dan penyayang, Tuhan yang menyertai manusia. Cinta, belas kasihan, dan keselamatan-Nya menyertai setiap orang. Hanya dengan menerima nama Yesus dan kehadiran-Nya, orang bisa memperoleh damai dan sukacita untuk menerima berkat dan rahmat-Nya yang besar dan berlimpah, serta keselamatan-Nya. Melalui penyaliban Yesus, semua orang yang mengikuti-Nya memperoleh keselamatan dan diampuni dosa-dosanya. Selama Zaman Kasih Karunia, Yesus merupakan nama Tuhan. Dengan kata lain, pekerjaan Zaman Kasih Karunia dilakukan, terutama dalam nama Yesus. Selama Zaman Kasih Karunia, Tuhan disebut Yesus. Dia melakukan suatu tahap pekerjaan baru di luar Perjanjian Lama, dan pekerjaan-Nya berakhir dengan penyaliban. Inilah keseluruhan pekerjaan-Nya. Sebab itu, selama Zaman Hukum Taurat, Yahweh merupakan nama Tuhan, dan pada zaman Kasih Karunia nama Yesus merepresentasikan Tuhan. Selama akhir zaman, nama-Nya adalah Tuhan Yang Mahakuasa—Yang Mahakuasa, yang menggunakan kuasa-Nya untuk membimbing, menaklukkan, dan memperoleh manusia, dan pada akhirnya mengakhiri zaman. Di setiap zaman, di setiap tahap pekerjaan-Nya, watak Tuhan tampak nyata.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Visi Pekerjaan Tuhan (3)"

Dalam pekerjaan terakhir-Nya untuk mengakhiri zaman, salah satu watak Tuhan ialah menghajar dan menghakimi. Dengan watak ini Dia menyingkapkan segala sesuatu yang tidak benar untuk menghakimi semua orang secara terbuka dan menyempurnakan mereka yang mengasihi-Nya dengan hati yang tulus. Watak seperti inilah yang dapat mengakhiri zaman. Akhir zaman telah tiba. Semua makhluk ciptaan akan dipisahkan menurut jenis mereka, dan dibagi ke dalam kategori berbeda berdasarkan sifat mereka. Ini saat ketika Tuhan mengungkap kesudahan manusia dan tempat tujuan mereka. Jika manusia tidak mengalami hajaran dan penghakiman, tidak akan ada jalan untuk mengungkap ketidakpatuhan serta ketidakbenaran mereka. Hanya melalui hajaran dan penghakimanlah kesudahan semua makhluk ciptaan bisa diungkapkan. Manusia hanya menunjukkan watak aslinya ketika dia dihajar dan dihakimi. Yang jahat akan dikumpulkan bersama yang jahat, yang baik dengan yang baik, dan semua manusia akan dipisahkan berdasarkan jenis mereka. Melalui hajaran dan penghakiman, kesudahan semua ciptaan akan diungkap, sehingga yang jahat bisa dihukum dan yang baik diberikan upah, dan semua orang menjadi tunduk di bawah kekuasaan Tuhan. Semua pekerjaan ini harus dicapai melalui hajaran dan penghakiman yang benar. Karena kerusakan manusia telah mencapai puncaknya dan ketidakpatuhan mereka semakin parah, hanya watak Tuhan yang benar, yang pada prinsipnya adalah termasuk hajaran dan penghakiman serta diungkapkan di akhir zaman—yang bisa benar-benar mengubahkan dan menyempurnakan manusia. Hanya watak ini yang bisa menyingkap kejahatan dan menghukum semua yang tidak benar dengan keras. Oleh karena itu, watak seperti ini dijiwai dengan makna penting zaman, dan pengungkapan serta pergelaran watak-Nya dinyatakan demi kepentingan pekerjaan setiap zaman yang baru. Namun, tidak berarti bahwa Tuhan menyatakan watak-Nya secara sewenang-wenang dan tanpa makna. Andaikan dalam menyingkapkan kesudahan manusia selama akhir zaman, Tuhan masih menganugerahi manusia dengan belas kasihan dan kasih yang tak terhingga dan terus mengasihinya; tidak memperhadapkan manusia dengan penghakiman yang benar, melainkan menunjukkan toleransi, kesabaran, dan pengampunan kepadanya dan mengampuni manusia tanpa peduli betapa beratnya dosa mereka dan tanpa penghakiman yang benar sedikit pun: lalu kapankah semua pengelolaan Tuhan akan diakhiri? Kapankah watak seperti itu dapat menuntun orang ke tempat tujuan yang pantas bagi umat manusia? Misalkan saja, ada seorang hakim, yang selalu mengasihi, seorang hakim yang berwajah ramah dan berhati lembut. Dia panjang sabar dan selalu mengasihi orang tanpa memandang bulu dan tanpa memandang kejahatan yang mungkin dilakukannya. Dapatkah dia memberi putusan yang benar dalam penghakiman? Selama akhir zaman, hanya penghakiman yang benar yang dapat memisahkan manusia menurut jenisnya dan membawa manusia ke dalam dunia baru. Dengan kata lain, seluruh zaman diakhiri melalui watak Tuhan yang benar, yakni menghakimi penghakiman dan hajaran.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Visi Pekerjaan Tuhan (3)"

Hari ini Tuhan menghakimi, menghajar dan menghukum engkau, tetapi ketahuilah bahwa penghukuman atasmu bertujuan supaya engkau dapat mengenal dirimu sendiri. Penghukuman, kutukan, penghakiman, hajaran—semua ini bertujuan agar engkau dapat mengenal dirimu sendiri, sehingga watakmu bisa berubah, dan terlebih lagi, supaya engkau dapat mengetahui nilaimu, dan melihat bahwa semua tindakan Tuhan adalah benar, dan sesuai dengan watak-Nya dan kebutuhan pekerjaan-Nya, bahwa Dia bekerja sesuai dengan rencana-Nya untuk keselamatan manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar yang mengasihi dan menyelamatkan manusia, yang menghakimi dan menghajar manusia. Jika engkau hanya tahu bahwa engkau memiliki status yang rendah, sudah rusak, dan tidak taat, tetapi tidak tahu bahwa Tuhan ingin menyatakan keselamatan-Nya dengan jelas melalui penghakiman dan hajaran yang dilakukan-Nya di dalam dirimu hari ini, berarti engkau tidak tahu cara mengalaminya, apalagi mampu terus maju. Tuhan tidak datang untuk membunuh, atau membinasakan, tetapi menghakimi, mengutuk, menghajar, dan menyelamatkan. Sebelum kesudahan dari rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun—sebelum Dia menyatakan akhir dari setiap kategori manusia—pekerjaan Tuhan di bumi adalah demi keselamatan, semua itu bertujuan agar orang-orang yang mengasihi Dia sempurna sepenuhnya, dan menuntun mereka supaya tunduk pada kekuasaan-Nya. Tidak peduli bagaimana cara Tuhan menyelamatkan manusia, itu semua dilakukan dengan membuat mereka melepaskan diri dari sifat lama mereka yang sudah rusak; yaitu, Dia menyelamatkan mereka supaya mereka mencari kehidupan. Jika mereka tidak mencari kehidupan, mereka tidak akan tahu cara menerima keselamatan Tuhan. Keselamatan adalah pekerjaan Tuhan Sendiri dan mencari kehidupan adalah sesuatu yang harus dimiliki manusia untuk menerima keselamatan. Di mata manusia, keselamatan adalah kasih Tuhan, dan kasih Tuhan tidak mungkin berupa hajaran, penghakiman, dan kutukan; keselamatan harus mengandung kasih, belas kasihan, dan terlebih lagi, kata-kata penghiburan, dan harus mengandung berkat tak terbatas yang dianugerahkan oleh Tuhan. Manusia percaya bahwa ketika Tuhan menyelamatkan manusia, Dia melakukannya dengan menjamah mereka dan supaya mereka memberikan hati mereka kepada-Nya melalui berkat dan anugerah-Nya. Artinya, Tuhan menyelamatkan manusia dengan menjamah mereka. Keselamatan seperti ini diperoleh lewat kesepakatan. Hanya ketika Tuhan menganugerahkan seratus kali lipat kepada mereka, barulah manusia mau tunduk di hadapan nama Tuhan, dan berusaha melakukan yang terbaik bagi Dia dan memberi-Nya kemuliaan. Ini bukan kehendak Tuhan bagi umat manusia. Tuhan telah datang untuk bekerja di bumi demi menyelamatkan umat manusia yang sudah rusak—tidak ada kepalsuan dalam hal ini; jika tidak, Dia pasti tidak akan datang untuk melakukan pekerjaan-Nya secara pribadi. Di masa lalu, cara keselamatan-Nya adalah menunjukkan kasih dan belas kasihan yang sangat besar, sehingga Dia menyerahkan segala milik-Nya kepada Iblis untuk ditukar dengan seluruh umat manusia. Hari ini tidak seperti masa lalu: hari ini, keselamatanmu terjadi di akhir zaman, di saat masing-masing manusia dikelompokkan menurut jenisnya; cara keselamatanmu bukanlah kasih atau belas kasihan, tetapi hajaran dan penghakiman agar manusia dapat diselamatkan secara menyeluruh. Dengan demikian, yang engkau terima seluruhnya adalah hajaran, penghakiman, dan pukulan tanpa ampun. Namun, ketahuilah bahwa dalam pukulan yang tak kenal ampun ini tidak ada hukuman sedikit pun. Ketahuilah bahwa terlepas dari betapa kerasnya firman-Ku, yang engkau terima hanyalah beberapa kata yang tampaknya sangat kejam bagimu, dan ketahuilah bahwa, terlepas dari betapa hebatnya amarah-Ku, apa yang terjadi padamu tetaplah perkataan pengajaran, dan Aku tidak bermaksud menyakiti engkau, atau menyebabkan engkau mati. Bukankah ini semua faktanya? Ketahuilah bahwa hari ini, entah itu penghakiman yang benar atau pemurnian dan hajaran tanpa ampun, semuanya adalah demi keselamatan. Terlepas dari apakah hari ini ada pengelompokan masing-masing manusia menurut jenisnya, atau penyingkapan berbagai jenis manusia, seluruh ucapan dan pekerjaan Tuhan adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Penghakiman yang benar adalah untuk memurnikan manusia, pemurnian yang tanpa ampun adalah untuk menyucikan manusia, perkataan keras atau hajaran semuanya adalah untuk memurnikan dan untuk keselamatan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Mengesampingkan Berkat Status dan Memahami Kehendak Tuhan untuk Memberikan Keselamatan kepada Manusia"

Sekarang adalah waktunya Aku menentukan akhir setiap orang, bukan tahap di mana Aku mulai membentuk manusia. Aku menulis dalam buku catatan-Ku, satu per satu, perkataan dan tindakan setiap orang, jalan yang telah mereka tempuh dalam mengikuti Aku, karakteristik dasar mereka, dan bagaimana mereka telah bersikap pada akhirnya. Dengan cara ini, tak peduli jenis orang macam apa mereka, tidak seorang pun akan lolos dari tangan-Ku, dan semua orang akan bersama jenis mereka sendiri sebagaimana yang Aku tetapkan. Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah. Jadi, semua orang yang dihukum pasti akan dihukum oleh karena keadilan Tuhan dan sebagai ganjaran atas banyaknya tindakan jahat mereka. ...

Belas kasihan-Ku Kuungkapkan kepada orang-orang yang mengasihi Aku dan menyangkal dirinya sendiri. Sementara itu, hukuman menimpa orang-orang jahat, yang justru merupakan bukti dari watak-Ku yang benar dan bahkan lebih dari itu, merupakan kesaksian akan murka-Ku. Ketika bencana datang, semua orang yang menentang Aku akan menangis saat mereka menjadi korban kelaparan dan wabah. Mereka yang telah melakukan segala macam kejahatan, tetapi telah mengikuti Aku selama bertahun-tahun, tidak akan luput membayar dosa-dosa mereka; mereka juga akan dilemparkan ke dalam bencana, seperti yang jarang terlihat selama jutaan tahun, dan mereka akan hidup dalam keadaan panik dan ketakutan terus-menerus. Dan, para pengikut-Ku, yang telah menunjukkan kesetiaan kepada-Ku, akan bersukacita dan mengelu-elukan keperkasaan-Ku. Mereka akan mengalami kepuasan yang tak terlukiskan dan hidup di tengah sukacita seperti yang belum pernah Kuanugerahkan sebelumnya kepada umat manusia. Karena Aku menghargai perbuatan baik manusia dan membenci perbuatan jahat mereka. Sejak pertama kali Aku mulai memimpin umat manusia, Aku telah sangat berharap untuk mendapatkan sekelompok orang yang sepikiran dengan-Ku. Sementara itu, mereka yang tidak sepikiran dengan-Ku, tidak akan pernah Kulupakan; Aku selalu membenci mereka dalam hati-Ku, menunggu kesempatan untuk memberi pembalasan kepada mereka, yang akan membuat-Ku senang melihatnya. Sekarang, hari-Ku akhirnya tiba, dan Aku tidak perlu lagi menunggu.

Pekerjaan terakhir-Ku bukan hanya demi menghukum manusia, tetapi juga demi mengatur tempat tujuan manusia. Selain itu, pekerjaan ini bertujuan agar semua orang dapat mengakui perbuatan dan tindakan-Ku. Aku ingin setiap orang melihat bahwa semua yang telah Kulakukan adalah benar, dan bahwa semua yang telah Kulakukan adalah pengungkapan dari watak-Ku. Bukan perbuatan manusia, apalagi naturnya, yang telah melahirkan umat manusia, tetapi Akulah yang memelihara setiap makhluk hidup dalam penciptaan. Tanpa keberadaan-Ku, umat manusia hanya akan binasa dan menderita kengerian bencana. Tidak seorang manusia pun akan pernah dapat melihat kembali matahari dan bulan yang indah, ataupun alam yang hijau; umat manusia hanya akan menghadapi malam yang dingin dan lembah bayang-bayang maut yang tak terhindarkan. Akulah satu-satunya keselamatan umat manusia. Akulah satu-satunya harapan umat manusia dan terlebih dari itu, Akulah Dia yang menjadi sandaran keberadaan seluruh umat manusia. Tanpa Aku, umat manusia akan segera terhenti. Tanpa Aku, umat manusia akan menderita malapetaka dan diinjak-injak oleh segala macam roh, meski tidak seorang pun memperhatikan diri-Ku. Aku telah melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh siapa pun, dan hanya berharap orang dapat membalas-Ku dengan beberapa perbuatan baik. Walaupun hanya sedikit orang yang telah mampu membalas-Ku, Aku tetap akan mengakhiri perjalanan-Ku di dunia manusia, dan memulai langkah berikutnya dari pekerjaan-Ku yang sedang berlangsung, karena semua kesibukan-Ku kian kemari di tengah manusia selama bertahun-tahun ini telah membuahkan hasil, dan Aku sangat senang. Yang Kupedulikan bukanlah jumlah orang, melainkan lebih pada perbuatan baik mereka. Dalam hal apa pun, Aku berharap engkau semua mempersiapkan perbuatan baik yang cukup demi tempat tujuanmu sendiri. Maka, Aku akan merasa puas; kalau tidak, tak seorang pun di antaramu dapat lolos dari bencana yang akan menimpamu. Bencana berasal dari-Ku dan tentu saja Akulah yang mengaturnya. Jika engkau semua tidak dapat terlihat sebaik itu di mata-Ku, engkau semua tidak akan luput dari tertimpa bencana.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan