Iblis adalah malaikat jatuh yang tidak pernah bisa menciptakan surga, bumi, dan segala sesuatu, serta tidak pernah mampu melampaui otoritas Tuhan

02 Juli 2019

Firman Tuhan yang Relevan:

Sebelum bumi ada, penghulu malaikat adalah yang terbesar dari para malaikat surga. Dia memegang yurisdiksi atas segenap malaikat di surga; inilah otoritas yang Tuhan berikan kepadanya. Kecuali Tuhan, penghulu malaikat adalah yang terbesar dari segenap malaikat surga. Kemudian, setelah Tuhan menciptakan umat manusia, di atas bumi, penghulu malaikat melakukan pengkhianatan yang lebih besar lagi terhadap Tuhan. Aku mengatakan dia mengkhianati Tuhan karena dia ingin mengelola umat manusia dan melampaui otoritas Tuhan. Penghulu malaikatlah yang mencobai Hawa hingga jatuh ke dalam dosa, dan dia melakukannya karena dia ingin mendirikan kerajaannya di atas bumi dan membuat umat manusia meninggalkan Tuhan dan menaati penghulu malaikat. Penghulu malaikat melihat bahwa ada banyak hal yang dapat menaatinya—para malaikat dapat menaatinya, demikian juga manusia di atas bumi. Burung dan binatang, pohon, hutan, gunung, sungai, dan segala sesuatu di atas muka bumi berada di bawah pemeliharaan manusia—yaitu, Adam dan Hawa—sementara Adam dan Hawa menaati penghulu malaikat. Oleh karenanya, penghulu malaikat ingin melampaui otoritas Tuhan dan mengkhianati Tuhan. Setelah itu, dia memimpin banyak malaikat dalam pemberontakan melawan Tuhan, yang kemudian menjadi berbagai macam roh najis. Bukankah perkembangan manusia sampai hari ini disebabkan oleh perusakan dari sang penghulu malaikat? Umat manusia menjadi seperti sekarang ini hanya karena penghulu malaikat mengkhianati Tuhan dan merusak manusia. Pekerjaan langkah demi langkah ini sama sekali tidak seabstrak dan sesederhana yang mungkin dibayangkan orang. Iblis melakukan pengkhianatannya karena suatu alasan, tetapi orang tidak dapat memahami fakta sesederhana itu. Mengapa Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu, juga menciptakan Iblis? Karena Tuhan sangat membenci Iblis, dan Iblis adalah musuh-Nya, mengapa Dia menciptakan Iblis? Dengan menciptakan Iblis, bukankah Dia menciptakan musuh? Tuhan sebenarnya tidak menciptakan musuh; sebaliknya, Dia menciptakan malaikat, dan kemudian malaikat itu mengkhianati-Nya. Status malaikat itu telah menjadi begitu tinggi, sehingga dia ingin mengkhianati-Nya. Orang bisa mengatakan bahwa ini suatu kebetulan, tetapi ini juga tak terelakkan. Ini sama dengan bagaimana orang pasti akan mati setelah mencapai usia tertentu; segala hal telah berkembang hingga mencapai tahap tersebut.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Seharusnya Tahu Bagaimana Seluruh Umat Manusia Telah Berkembang Hingga Hari Ini"

Karena para malaikat itu terutama rapuh dan tidak memiliki kemampuan yang layak dibicarakan, mereka menjadi congkak begitu mereka diberi otoritas. Ini benar adanya, terutama tentang si penghulu malaikat, yang statusnya lebih tinggi dari malaikat lainnya. Dialah raja dari semua malaikat, yang memimpin jutaan dari mereka, dan di bawah Yahweh, otoritasnya melampaui otoritas para malaikat lainnya. Dia ingin melakukan ini dan itu, dan memimpin para malaikat turun ke tengah-tengah manusia untuk mengendalikan dunia. Tuhan berkata bahwa Dialah yang bertanggung jawab atas alam semesta; tetapi, penghulu malaikat mengklaim bahwa dialah yang bertanggung jawab atas alam semesta—sejak saat itulah, penghulu malaikat mengkhianati Tuhan. Tuhan telah menciptakan dunia lain di surga, dan penghulu malaikat ingin mengatur dunia ini dan juga turun ke dunia fana. Mungkinkah Tuhan mengizinkannya berbuat demikian? Dengan demikian, Dia memukul penghulu malaikat dan mencampakkannya ke udara. Sejak dia merusak manusia, Tuhan telah mengobarkan perang melawan penghulu malaikat itu demi menyelamatkan mereka; Dia telah menggunakan enam milenium ini untuk mengalahkannya. Pemahamanmu tentang Tuhan yang mahakuasa tidak sesuai dengan pekerjaan yang Tuhan sedang kerjakan sekarang; pemahamanmu itu benar-benar tidak praktis dan sangat keliru! Sebenarnya, hanya setelah pengkhianatan penghulu malaikat itulah Tuhan menyatakannya sebagai musuh-Nya. Hanya karena pengkhianatannyalah, si penghulu malaikat menginjak-injak manusia setelah tiba di dunia fana, dan karena alasan inilah manusia telah berkembang hingga titik ini. Setelah itu terjadi, Tuhan bersumpah kepada Iblis, "Aku akan mengalahkanmu dan mendatangkan keselamatan bagi semua manusia yang telah Kuciptakan." Iblis pada mulanya tidak yakin, dan menjawab, "Memangnya apa yang dapat Engkau perbuat terhadapku? Apakah Engkau benar-benar bisa melemparku ke udara? Apakah Engkau benar-benar bisa mengalahkan aku?" Setelah Tuhan mencampakkannya ke udara, Dia tidak lagi mengindahkan si penghulu malaikat, dan kemudian mulai menyelamatkan umat manusia dan melakukan pekerjaan-Nya sendiri, meskipun mengalami gangguan terus-menerus dari Iblis. Iblis mampu melakukan ini dan itu, tetapi itu semua berkat kuasa yang Tuhan telah berikan kepadanya sebelumnya; dia membawa serta hal-hal ini bersamanya ke udara dan telah mempertahankannya sampai hari ini. Ketika mencampakkan penghulu malaikat ke udara, Tuhan tidak mengambil kembali otoritasnya, sehingga Iblis terus merusak umat manusia. Tuhan, di pihak lain, mulai menyelamatkan manusia, yang telah dirusak Iblis tak lama setelah penciptaan mereka. Tuhan tidak mengungkapkan perbuatan-Nya selagi di surga; meskipun demikian, sebelum menciptakan bumi, Dia mengizinkan orang-orang di dunia yang Dia ciptakan di surga untuk menyaksikan perbuatan-Nya, dan dengan demikian, memimpin orang-orang ini di atas surga. Dia memberi mereka hikmat dan kecerdasan, dan memimpin orang-orang itu untuk hidup di dunia tersebut. Tentu saja, tidak seorang pun dari antaramu yang pernah mendengar hal ini sebelumnya. Kemudian, setelah Tuhan menciptakan umat manusia, penghulu malaikat mulai merusak mereka; di bumi, seluruh umat manusia terjerumus dalam kekacauan. Baru pada saat itulah, Tuhan memulai perang-Nya melawan Iblis, dan baru pada saat inilah, manusia mulai menyaksikan perbuatan-Nya. Pada mulanya, perbuatan tersebut dirahasiakan dari manusia. Setelah Iblis dicampakkan ke udara, dia melakukan urusannya sendiri, dan Tuhan terus melakukan pekerjaan-Nya sendiri, terus-menerus berperang melawan Iblis sampai akhir zaman. Sekaranglah waktunya Iblis harus dihancurkan. Pada mulanya, Tuhan memberikan kepadanya otoritas, dan Dia kemudian melemparkannya ke udara, tetapi dia tetap saja menentang. Setelah itu, dia merusak umat manusia di bumi, tetapi Tuhan ada di sana untuk mengelola umat manusia. Tuhan menggunakan pengelolaan-Nya atas manusia untuk mengalahkan Iblis. Dengan merusak manusia, Iblis mengakhiri nasib orang dan mengganggu pekerjaan Tuhan. Di sisi lain, pekerjaan Tuhan adalah keselamatan umat manusia. Langkah manakah dari pekerjaan Tuhan yang tidak dimaksudkan untuk menyelamatkan manusia? Langkah manakah yang tidak dimaksudkan untuk menahirkan manusia, dan untuk membuat mereka bersikap benar dan hidup dalam citra orang yang dapat dikasihi? Namun, Iblis tidak melakukan ini. Dia merusak umat manusia; dia terus-menerus melakukan pekerjaannya merusak umat manusia di seluruh alam semesta. Tentu saja, Tuhan juga melakukan pekerjaan-Nya sendiri, tanpa mengindahkan Iblis. Sebesar apa pun otoritas yang Iblis miliki, otoritasnya tetap diberikan oleh Tuhan; hanya saja, Tuhan sebenarnya tidak memberikan seluruh otoritas-Nya, sehingga apa pun yang Iblis lakukan, dia tidak pernah dapat melampaui Tuhan dan akan selalu berada di dalam genggaman Tuhan. Tuhan tidak mengungkapkan satu pun perbuatan-Nya selagi di surga. Dia hanya memberi Iblis sedikit otoritas dan mengizinkannya mengendalikan para malaikat lainnya. Oleh karena itu, apa pun yang Iblis lakukan, dia tidak dapat melampaui otoritas Tuhan, karena otoritas yang pada awalnya dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya terbatas. Saat Tuhan bekerja, Iblis mengganggu. Pada akhir zaman, gangguannya akan berakhir; demikian juga, pekerjaan Tuhan akan selesai, dan jenis orang yang hendak Tuhan lengkapi akan dilengkapi. Tuhan mengarahkan manusia secara positif; hidup-Nya adalah air hidup, tak terukur dan tanpa batas. Iblis telah merusak manusia sampai taraf tertentu; pada akhirnya, air hidup dari kehidupan itu akan melengkapi manusia, dan tidak akan mungkin bagi Iblis untuk ikut campur dan melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, Tuhan akan mampu mendapatkan orang-orang ini sepenuhnya. Bahkan saat ini, Iblis tetap menolak untuk menerima hal ini; dia terus-menerus mempersulit dirinya sendiri melawan Tuhan, tetapi Dia tidak mengindahkannya. Tuhan telah berfirman, "Aku akan menang atas semua kekuatan gelap Iblis dan atas semua pengaruh gelap." Inilah pekerjaan yang sekarang harus dilakukan dalam daging dan inilah juga yang menjadikan inkarnasi dalam daging itu penting: yaitu, untuk menyelesaikan tahap pekerjaan mengalahkan Iblis di akhir zaman, dan untuk memusnahkan segala sesuatu yang menjadi milik Iblis. Kemenangan Tuhan atas Iblis tak terelakkan! Sebenarnya, Iblis sudah gagal sejak lama. Ketika Injil mulai tersebar ke seluruh negeri si naga merah yang sangat besar—yaitu, ketika Tuhan yang berinkarnasi memulai pekerjaan-Nya dan pekerjaan ini mulai dijalankan—Iblis sudah dikalahkan sepenuhnya, karena tujuan inkarnasi yang sebenarnya adalah untuk menghancurkan Iblis. Begitu Iblis melihat bahwa Tuhan telah sekali lagi menjadi daging dan mulai melaksanakan pekerjaan-Nya, yang tidak dapat dihentikan oleh kekuatan apa pun, dia menjadi tercengang ketika melihat pekerjaan ini dan tidak berani melakukan kejahatan lebih jauh lagi. Awalnya Iblis berpikir bahwa dia juga memiliki banyak hikmat, dan dia pun menyela dan mengganggu pekerjaan Tuhan; akan tetapi, dia tidak menduga bahwa Tuhan akan sekali lagi menjadi daging, atau bahwa dalam pekerjaan-Nya, Tuhan akan menggunakan pemberontakan Iblis sebagai wahyu dan penghakiman bagi umat manusia, dan dengan demikian menaklukkan umat manusia dan mengalahkan Iblis. Tuhan lebih bijaksana daripada Iblis, dan pekerjaan-Nya jauh melebihi dia. Oleh karena itu, sebagaimana telah Kunyatakan sebelumnya, "Pekerjaan yang Kukerjakan dilaksanakan sebagai tanggapan terhadap tipu daya Iblis; pada akhirnya, Aku akan menyatakan kemahakuasaan-Ku dan ketidakberdayaan Iblis." Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya di lini depan, sementara Iblis akan mengekor dari belakang, sampai pada akhirnya, dia dihancurkan—dia bahkan tidak akan tahu apa yang menimpanya! Dia hanya akan menyadari kebenaran itu setelah dia sudah diremukkan dan dihancurkan, dan pada waktu itu, dia sudah akan terbakar di lautan api. Tidakkah dia akan sepenuhnya yakin saat itu? Karena Iblis tidak akan memiliki rencana jahat lagi untuk digunakan!

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Seharusnya Tahu Bagaimana Seluruh Umat Manusia Telah Berkembang Hingga Hari Ini"

Identitas khusus Iblis telah menyebabkan banyak orang menaruh minat yang besar terhadap perwujudan Iblis dalam berbagai aspeknya. Bahkan ada banyak orang bodoh yang percaya bahwa, seperti halnya Tuhan, Iblis juga memiliki otoritas, karena Iblis mampu mempertunjukkan mukjizat, dan mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin bagi umat manusia. Jadi, selain menyembah Tuhan, umat manusia juga menyediakan tempat bagi Iblis dalam hatinya, dan bahkan menyembah Iblis sebagai Tuhan. Orang-orang ini menyedihkan dan juga menjijikkan. Mereka menyedihkan karena ketidaktahuan mereka, dan menjijikkan karena kesesatan dan esensi jahat yang melekat pada diri mereka. Pada titik ini, Aku merasa bahwa perlu untuk memberitahukan kepadamu tentang apa artinya otoritas, apa yang dilambangkannya, dan apa yang direpresentasikannya. Secara garis besar, Tuhan itu sendiri adalah otoritas, otoritas-Nya melambangkan supremasi dan hakikat Tuhan, dan otoritas Tuhan itu sendiri merepresentasikan status dan identitas Tuhan. Karena inilah kenyataannya, beranikah Iblis mengatakan bahwa ia sendiri adalah Tuhan? Beranikah Iblis mengatakan bahwa ia menciptakan segala sesuatu, dan berdaulat atas segala sesuatu? Tentu saja tidak! Karena ia tidak mampu menciptakan segala sesuatu; sampai saat ini, ia tidak pernah bisa membuat sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, dan tidak pernah menciptakan apa pun yang bernyawa. Karena ia tidak memiliki otoritas Tuhan, ia tidak pernah mungkin memiliki status dan identitas Tuhan, dan ini ditentukan oleh hakikat dirinya. Apakah ia memiliki kuasa yang sama seperti Tuhan? Tentu saja tidak! Kita sebut apa tindakan Iblis, dan mukjizat yang dipertunjukkan oleh Iblis? Apakah disebut kuasa? Bisakah itu disebut otoritas? Tentu saja tidak! Iblis mengarahkan gelombang kejahatan, dan mengganggu, merusak, dan menyela setiap aspek pekerjaan Tuhan. Selama beberapa ribu tahun terakhir, selain merusak dan menyiksa umat manusia, dan memikat serta menipu manusia ke dalam kebejatan moral, dan menolak Tuhan sehingga manusia berjalan menuju lembah kekelaman, pernahkah Iblis melakukan apa pun yang pantas untuk sedikit saja dikenang, dipuji, atau dihargai oleh manusia? Jika Iblis memiliki otoritas dan kuasa, akankah umat manusia dirusak olehnya? Jika Iblis memiliki otoritas dan kuasa, akankah umat manusia disakiti olehnya? Jika Iblis memiliki kuasa dan otoritas, akankah umat manusia meninggalkan Tuhan dan berbalik menuju kematian? Karena Iblis tidak memiliki otoritas ataupun kuasa, apa yang seharusnya kita simpulkan tentang hakikat dari semua yang ia lakukan? Ada orang-orang yang mendefinisikan semua yang Iblis lakukan sebagai tipuan belaka, tetapi Kurasa definisi seperti itu tidak begitu tepat. Apakah perbuatan jahatnya merusak umat manusia hanya tipuan belaka? Kekuatan jahat yang digunakan Iblis untuk menyiksa Ayub, dan keinginannya yang ganas untuk menyiksa dan menelannya, tidak mungkin bisa dicapai dengan tipuan belaka. Pikirkan kembali, dalam sekejap, kawanan domba dan ternak Ayub yang tersebar jauh dan luas melintasi bukit dan gunung, hilang; dalam sekejap, keberuntungan besar Ayub lenyap. Mungkinkah hal itu dicapai dengan tipuan belaka? Natur semua hal yang Iblis lakukan sesuai dan cocok dengan istilah-istilah negatif seperti merusak, mengganggu, menghancurkan, mencelakakan, kejahatan, kebencian, dan kegelapan, sehingga terjadinya semua yang tidak benar dan jahat berkaitan erat dengan tindakan Iblis, dan tak terpisahkan dari hakikat jahat Iblis. "Sekuat" apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memikat manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya merubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan bekerja untuk umat manusia, serta melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Selicik apa pun naturnya, dan sejahat apa pun hakikat dirinya, satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah dengan patuh menaati fungsinya, yaitu: melayani Tuhan, dan menyediakan sebuah kontras bagi Tuhan. Seperti itulah esensi dan posisi Iblis. Hakikat dirinya tidak ada hubungannya dengan hidup, tidak ada hubungannya dengan kuasa, tidak ada hubungannya dengan otoritas; ia hanyalah mainan di tangan Tuhan, hanya mesin yang melayani Tuhan!

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"

Iblis tidak pernah berani melanggar otoritas Tuhan, dan, terlebih dari itu, selalu dengan hati-hati mendengarkan dan menaati perintah dan titah khusus Tuhan, tidak pernah berani menentangnya, dan, tentu saja, tidak berani dengan bebas mengubah perintah Tuhan yang mana pun. Seperti itulah batasan yang Tuhan telah tetapkan untuk Iblis, dan karena itu Iblis tidak pernah berani melewati batas ini. Bukankah inilah kekuatan dari otoritas Tuhan? Bukankah inilah kesaksian tentang otoritas Tuhan? Iblis memiliki pemahaman yang jauh lebih jelas daripada manusia tentang bagaimana berperilaku terhadap Tuhan, dan bagaimana memandang Tuhan, jadi, di dunia roh, Iblis memahami status dan otoritas Tuhan dengan sangat jelas, dan memiliki penghargaan terhadap kekuatan otoritas Tuhan dan prinsip di balik pengerahan otoritas-Nya. Iblis sama sekali tidak berani mengabaikan hal-hal itu, juga tidak berani melanggarnya dengan cara apa pun, atau melakukan apa pun yang melanggar otoritas Tuhan, dan ia tidak berani menantang murka Tuhan dengan cara apa pun. Meski memiliki natur yang jahat dan congkak, Iblis tidak pernah berani melewati batasan dan batas-batas yang ditetapkan oleh Tuhan. Selama jutaan tahun, ia telah dengan ketat mematuhi batasan ini, telah mematuhi setiap titah dan perintah yang diberikan kepadanya oleh Tuhan, dan tidak pernah berani melampaui batas yang ditetapkan. Meski jahat, Iblis jauh lebih bijaksana daripada umat manusia yang rusak; ia tahu identitas Sang Pencipta, dan mengetahui batasannya sendiri. Dari tindakan Iblis yang "bersikap tunduk" tersebut, dapat dilihat bahwa otoritas dan kuasa Tuhan adalah aturan surgawi yang tidak dapat dilanggar oleh Iblis, dan bahwa sesungguhnya oleh karena keunikan dan otoritas Tuhanlah segala sesuatu berubah dan berkembang biak dengan cara yang teratur, bahwa umat manusia dapat hidup dan berkembang biak dalam jalur yang ditetapkan oleh Tuhan, tanpa ada orang atau objek apa pun yang mampu mengacaukan tatanan ini, dan tidak ada orang atau objek apa pun yang mampu mengubah hukum ini—karena semuanya berasal dari tangan Sang Pencipta, dan dari tatanan dan otoritas Sang Pencipta.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"

Meski Iblis memandang Ayub dengan penuh ketamakan, tanpa seizin Tuhan, ia tidak berani menyentuh sehelai rambut pun di tubuh Ayub. Meskipun Iblis pada dasarnya jahat dan kejam, setelah Tuhan mengeluarkan perintah-Nya kepadanya, ia tidak punya pilihan selain mematuhi perintah Tuhan. Jadi, meskipun Iblis sama buasnya seperti serigala di antara kawanan domba ketika menyerang Ayub, ia tidak berani melupakan batas yang ditetapkan untuknya oleh Tuhan, tidak berani melanggar perintah Tuhan, dan dalam semua yang ia lakukan, Iblis tidak berani menyimpang dari prinsip dan batasan firman Tuhan—bukankah ini fakta? Dari sini, dapat dilihat bahwa Iblis tidak berani menentang satu pun firman Tuhan Yahweh. Bagi Iblis, setiap firman dari mulut Tuhan adalah sebuah perintah, dan hukum surgawi, sebuah pengungkapan otoritas Tuhan—karena di balik setiap firman Tuhan tersirat hukuman Tuhan bagi mereka yang melanggar perintah Tuhan, dan bagi mereka yang tidak taat serta menentang hukum surgawi. Iblis mengetahui dengan jelas bahwa jika ia melanggar perintah Tuhan, ia harus menerima konsekuensi dari pelanggaran terhadap otoritas Tuhan, dan menentang hukum surgawi. Lalu, apa konsekuensinya? Tentu saja, konsekuensinya adalah hukuman terhadap dirinya oleh Tuhan. Tindakan Iblis terhadap Ayub hanyalah mikrokosmos dari perusakannya terhadap manusia, dan ketika Iblis melakukan semua tindakan ini, batas-batas yang Tuhan tetapkan dan perintah yang Dia berikan kepada Iblis hanyalah mikrokosmos dari prinsip di balik segala sesuatu yang ia lakukan. Selain itu, peran dan posisi Iblis dalam hal ini hanyalah mikrokosmos dari peran dan posisinya dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan, dan ketaatan penuh Iblis kepada Tuhan selama mencobai Ayub hanyalah sebuah mikrokosmos dari bagaimana Iblis tidak berani mengajukan sedikit pun penentangan terhadap Tuhan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan. Peringatan apa yang semua mikrokosmos ini berikan kepada engkau semua? Di antara segala sesuatu, termasuk Iblis, tidak ada orang atau hal apa pun yang dapat melanggar hukum dan aturan surgawi yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan tidak ada orang atau hal apa pun yang berani menentang hukum dan aturan surgawi ini, karena tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat mengubah atau lolos dari hukuman yang Sang Pencipta berikan kepada mereka yang tidak taat terhadap-Nya. Hanya Sang Pencipta yang dapat menetapkan hukum dan aturan surgawi, hanya Sang Pencipta yang memiliki kuasa untuk mengerahkannya, dan hanya kuasa Sang Pencipta yang tidak dapat dilanggar oleh orang atau hal apa pun. Inilah otoritas unik Sang Pencipta, dan otoritas ini adalah yang tertinggi di antara segala sesuatu, sehingga tidak mungkin dikatakan bahwa "Tuhan adalah yang terbesar dan Iblis adalah nomor dua." Kecuali Sang Pencipta yang memiliki otoritas unik, tidak ada Tuhan yang lain!

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"

Meski keterampilan dan kemampuan Iblis lebih besar daripada keterampilan dan kemampuan manusia, meski ia dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh manusia, entah engkau iri atau menginginkan apa yang Iblis lakukan, entah engkau membenci atau jijik akan hal-hal ini, entah engkau mampu melihatnya atau tidak, dan sebanyak apa pun yang dapat Iblis capai, atau sebanyak apa pun orang yang dapat Iblis tipu agar menyembah dan memujanya, dan bagaimanapun caramu mendefinisikannya, engkau tidak mungkin mengatakan bahwa ia memiliki otoritas dan kuasa Tuhan. Engkau seharusnya tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan, hanya ada satu Tuhan, dan lebih dari itu, engkau seharusnya tahu bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas, bahwa hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengendalikan serta memerintah segala sesuatu. Hanya karena Iblis memiliki kemampuan untuk menipu orang, dan dapat berpura-pura menjadi Tuhan, dapat meniru tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan, dan telah melakukan hal-hal yang serupa dengan Tuhan, engkau secara keliru percaya bahwa Tuhan itu tidak unik, bahwa ada banyak Tuhan, bahwa Tuhan yang berbeda-beda ini hanya berbeda dalam keterampilan mereka, yang lebih banyak atau lebih sedikit, dan bahwa ada perbedaan dalam hal luasnya kuasa yang mereka gunakan. Engkau memeringkat kehebatan mereka berdasarkan urutan kedatangan mereka, dan menurut usia mereka, dan engkau secara salah percaya bahwa ada dewa-dewi lain selain Tuhan, dan berpikir bahwa kuasa serta otoritas Tuhan tidak bersifat unik. Jika engkau memiliki gagasan seperti itu, jika engkau tidak mengenali keunikan Tuhan, tidak percaya bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas, dan jika engkau hanya menerima konsep politeisme, maka sesungguhnya engkau adalah sampah dari antara makhluk ciptaan, engkau adalah perwujudan Iblis yang sebenarnya, dan engkau benar-benar adalah orang yang jahat! Apakah engkau semua memahami apa yang berusaha Kuajarkan kepadamu dengan mengucapkan perkataan ini? Kapan pun waktunya, di mana pun tempatnya, atau apa pun latar belakangmu, engkau tidak boleh mencampuradukkan Tuhan dengan orang, hal, atau objek apa pun. Bagaimanapun engkau merasa betapa otoritas Tuhan dan hakikat Tuhan itu sendiri begitu tak mampu untuk kauketahui dan kaupahami, sebanyak apa pun perbuatan dan perkataan Iblis yang selaras dengan gagasan dan imajinasimu, betapapun semua itu memuaskan bagimu, jangan bodoh, jangan mencampuradukkan konsep-konsep ini, jangan mengingkari keberadaan Tuhan, jangan menyangkal identitas dan status Tuhan, jangan mendorong Tuhan ke pintu keluar dan membawa masuk Iblis untuk menggantikan Tuhan dalam hatimu dan menjadikannya Tuhanmu. Aku yakin bahwa engkau semua mampu membayangkan konsekuensinya jika engkau berbuat seperti itu!

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait