Cara Tuhan mengelola dan memerintah seluruh alam semesta

10 Februari 2019

Firman Tuhan yang Relevan:

Dalam luasnya alam semesta dan cakrawala, makhluk ciptaan, yang tak terhitung jumlahnya, hidup dan berkembang biak, mengikuti hukum siklus kehidupan, dan mengikuti satu aturan yang konstan. Orang-orang yang meninggal membawa bersama mereka kisah-kisah orang yang masih hidup, dan orang-orang yang masih hidup mengulangi riwayat yang sama menyedihkannya dengan mereka yang telah binasa. Demikianlah, umat manusia mau tak mau bertanya kepada dirinya sendiri: Untuk apa kita hidup? Dan mengapa kita harus mati? Siapa yang memerintah dunia ini? Siapa yang menciptakan umat manusia? Apakah umat manusia benar-benar diciptakan oleh alam? Apakah umat manusia benar-benar mengendalikan nasibnya sendiri? ... Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan umat manusia tanpa henti selama ribuan tahun. Sayangnya, semakin manusia telah menjadi terobsesi dengan pertanyaan-pertanyaan ini, semakin bertambah kehausan yang dimilikinya akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menawarkan kepuasan sekejap dan kenikmatan daging yang bersifat sementara, tetapi jauh dari cukup untuk membebaskan manusia dari kesendirian, kesepian, serta kengerian dan ketidakberdayaan yang nyaris tersembunyi jauh di dalam jiwanya. Manusia hanya menggunakan pengetahuan ilmiah yang dapat dilihatnya dengan mata telanjang dan dipahami dengan otaknya untuk membius hatinya. Namun, pengetahuan ilmiah semacam itu tidak cukup untuk menghentikan manusia dari menyelidiki misteri. Manusia sama sekali tidak tahu siapa Yang Berdaulat atas alam semesta dan atas segala sesuatu, apalagi asal mula dan masa depan umat manusia. Umat manusia sekadar hidup, mau tak mau, di tengah hukum ini. Tak seorang pun yang dapat melepaskan diri dan tak seorang pun yang dapat mengubahnya, karena di antara segala sesuatu dan di langit hanya ada satu Pribadi dari selama-lamanya sampai selama-lamanya yang memegang kedaulatan atas segalanya. Dialah Pribadi yang tidak pernah dilihat manusia, Pribadi yang tidak pernah dikenal umat manusia, yang keberadaan-Nya tidak pernah dipercayai umat manusia—tetapi Dialah yang mengembuskan napas ke dalam nenek moyang manusia dan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Dialah yang menyediakan dan memelihara umat manusia, membiarkan mereka ada; dan Dialah yang telah membimbing umat manusia sampai pada saat ini. Selain itu, Dia dan Dia sajalah Pribadi tempat umat manusia bergantung demi kelangsungan hidupnya. Dia memegang kedaulatan atas segala sesuatu dan mengatur semua makhluk hidup dalam alam semesta. Dia mengendalikan keempat musim, dan Dialah yang mendatangkan angin, embun beku, salju, dan hujan. Dia memberikan sinar matahari kepada umat manusia dan mendatangkan malam. Dialah yang membentangkan langit dan bumi, menyediakan gunung-gunung, danau, dan sungai serta semua makhluk hidup di dalamnya bagi manusia. Perbuatan-Nya ada di mana-mana, kuasa-Nya ada di mana-mana, hikmat-Nya ada di mana-mana, dan otoritas-Nya ada di mana-mana. Setiap hukum dan peraturan ini merupakan wujud perbuatan-Nya, dan masing-masing menyatakan hikmat dan otoritas-Nya. Siapakah yang dapat meloloskan dirinya sendiri dari kedaulatan-Nya? Siapakah yang dapat melepaskan dirinya sendiri dari rancangan-Nya? Segala sesuatu ada di bawah pandangan-Nya, dan terlebih lagi, segala sesuatu hidup di bawah kedaulatan-Nya. Perbuatan-Nya dan kuasa-Nya tidak memberikan pilihan bagi umat manusia selain mengakui bahwa Dia memang ada dan memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Tidak ada yang lain selain Dia yang dapat memerintah alam semesta, apalagi membekali umat manusia tanpa henti. Terlepas dari apakah engkau dapat mengenali perbuatan Tuhan, dan terlepas dari apakah engkau percaya pada keberadaan Tuhan, tidak ada keraguan bahwa nasibmu terletak ditentukan oleh Tuhan, dan tidak ada keraguan bahwa Tuhan akan selalu memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Keberadaan dan otoritas-Nya tidak didasarkan pada apakah kedua hal tersebut diakui dan dipahami oleh manusia atau tidak. Hanya Dialah yang mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan manusia, dan hanya Dialah yang dapat menentukan nasib umat manusia. Terlepas dari apakah engkau dapat menerima fakta ini, tidak lama lagi, manusia akan menyaksikan semua ini dengan matanya sendiri, dan inilah fakta yang akan segera dinyatakan oleh Tuhan. Umat manusia hidup dan mati di bawah pengawasan Tuhan. Manusia hidup untuk pengelolaan Tuhan, dan saat matanya tertutup untuk terakhir kalinya, itu pun untuk pengelolaan ini. Manusia datang dan pergi, dan itu terus berulang. Tanpa terkecuali, semua itu adalah bagian dari kedaulatan Tuhan dan rancangan-Nya. Pengelolaan Tuhan selalu tidak pernah berhenti; itu terus-menerus maju. Dia akan membuat umat manusia menyadari keberadaan-Nya, memercayai kedaulatan-Nya, melihat perbuatan-perbuatan-Nya, dan kembali ke kerajaan-Nya. Inilah rencana-Nya, dan pekerjaan yang telah dilakukan-Nya selama ribuan tahun.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"

Sebelum umat manusia ini terwujud, jagat raya—semua planet, dan semua bintang di langit—telah terlebih dahulu ada. Pada tingkatan makro, benda-benda langit ini telah mengorbit secara teratur, di bawah kendali Tuhan, sepanjang keberadaan mereka, berapa tahun pun itu telah berlangsung. Planet mana yang bergerak ke titik mana pada waktu tertentu; planet mana yang mengerjakan tugas apa, dan kapan tugas tersebut dikerjakan; planet mana yang berputar di orbit yang mana, dan kapan planet tersebut menghilang atau digantikan—semua ini berjalan tanpa kesalahan sedikit pun. Posisi planet dan jarak di antara planet-planet tersebut semuanya mengikuti suatu pola yang tetap, semuanya dapat dijelaskan dengan data yang tepat; jalur pergerakan mereka, kecepatan dan pola pengorbitan mereka, saat ketika mereka berada dalam beragam posisi—semuanya ini dapat diukur dengan tepat dan diatur oleh hukum-hukum khusus. Selama ribuan tahun, planet-planet tersebut telah mengikuti hukum-hukum ini, tanpa sedikit pun penyimpangan. Tidak ada kuasa yang dapat mengubah atau mengganggu pergerakan orbit ataupun pola yang planet-planet tersebut ikuti. Karena hukum-hukum khusus yang mengatur pergerakan planet serta data akurat yang menggambarkan pergerakan tersebut telah ditentukan sejak semula oleh otoritas Sang Pencipta, planet-planet tersebut menaati hukum-hukum ini dengan sendirinya, di bawah kedaulatan dan kendali Sang Pencipta. Pada tingkatan makro, tidaklah sulit bagi manusia untuk menemukan beberapa pola, sejumlah data, dan sekumpulan hukum atau fenomena yang aneh dan tak dapat dijelaskan. Walaupun manusia tidak mengakui bahwa Tuhan itu ada, juga tidak menerima fakta bahwa Sang Penciptalah yang menciptakan dan yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, dan bahkan tidak mengakui keberadaan otoritas Sang Pencipta, para ilmuwan, ahli astronomi, dan ahli fisika justru semakin mendapati bahwa keberadaan segala sesuatu di alam semesta, serta prinsip dan pola yang mengatur pergerakan segala sesuatu, semuanya itu dikendalikan dan diatur oleh energi tak dikenal yang besar dan tak terlihat. Fakta ini memaksa manusia untuk menghadapi dan mengakui bahwa ada Pribadi yang Perkasa di tengah pola-pola pergerakan ini, yang mengatur segala sesuatu. Kuasa-Nya luar biasa, dan walaupun tidak ada yang dapat melihat wajah-Nya yang sesungguhnya, Dia mengatur dan mengendalikan segalanya setiap saat. Tidak ada manusia atau kekuatan yang dapat melampaui kedaulatan-Nya. Dihadapkan pada fakta ini, manusia harus mengakui bahwa hukum yang mengatur keberadaan segala sesuatu tidak dapat dikendalikan oleh manusia, tidak dapat diubah oleh siapa pun; manusia juga harus mengakui bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya memahami hukum-hukum ini dan hal-hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ditentukan oleh Sang Penguasa. Semua ini adalah pengungkapan dari otoritas Tuhan yang bisa dipahami oleh manusia pada tingkatan makro.

Pada tingkatan mikro, semua pegunungan, sungai, danau, laut dan daratan yang dapat dilihat manusia di bumi, semua musim yang mereka alami, segala sesuatu yang mendiami bumi, termasuk tanaman, hewan, mikroorganisme, dan manusia, tunduk pada kedaulatan dan pengendalian Tuhan. Di bawah kedaulatan dan pengendalian Tuhan, segala sesuatu menjadi ada atau menghilang sesuai dengan pikiran-Nya; hukum-hukum yang mengatur keberadaan semua itu, muncul, dan segala sesuatu bertumbuh dan berkembang biak sesuai hukum-hukum tersebut. Tidak ada manusia atau sesuatu yang berada di atas hukum-hukum ini. Mengapa demikian? Jawaban satu-satunya adalah ini: ini adalah karena otoritas Tuhan. Atau, dengan kata lain, ini adalah karena pikiran dan firman Tuhan; karena tindakan pribadi Tuhan itu sendiri. Ini berarti otoritas Tuhan dan pikiran Tuhanlah yang memunculkan hukum-hukum ini, yang akan bergeser dan berubah sesuai dengan pikiran-Nya, dan pergeseran serta perubahan ini semuanya terjadi atau menghilang demi rencana-Nya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"

Saat Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia membuat batas untuk pegunungan, dataran, gurun, perbukitan, sungai, dan danau. Di bumi, ada pegunungan, dataran, gurun, perbukitan, juga berbagai perairan. Bukankah semua itu tipe medan berbeda? Tuhan membuat batas antara seluruh jenis medan berbeda ini. Ketika kita membahas tentang menarik batas, itu berarti pegunungan memiliki garis batasnya, dataran memiliki garis batasnya sendiri, gurun memiliki batas tertentu, dan perbukitan memiliki area tetap. Juga ada perairan dengan kuantitas yang tetap seperti sungai dan danau. Itu berarti, saat Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia membagi segala sesuatu dengan sangat jelas. Tuhan telah menetapkan berapa kilometer seharusnya radius gunung tertentu, mana saja ruang lingkupnya. Dia juga telah menetapkan berapa kilometer seharusnya radius dataran tertentu dan mana saja ruang lingkupnya. Saat menciptakan segala sesuatu, Dia juga menetapkan batas-batas gurun, juga jangkauan bukit-bukit serta proporsinya, dan berbatasan dengan apa saja semua itu—semua ini ditetapkan oleh Dia. Dia menetapkan ruang lingkup sungai dan danau saat Dia menciptakannya—semua itu memiliki batas-batasnya sendiri. Jadi, apakah maksudnya saat kita membicarakan tentang "batas"? Kita baru saja membahas tentang bagaimana Tuhan berkuasa atas segala sesuatu dengan menetapkan hukum bagi segala sesuatu. Itu berarti, ruang lingkup dan batas pegunungan tidak akan bertambah atau berkurang karena rotasi bumi atau pergantian waktu. Semuanya tetap, tidak dapat berubah, dan Tuhanlah yang menetapkan 'ketidakberubahan' segala sesuatu. Mengenai area dataran, apa saja ruang lingkupnya, apa saja batasnya—ini telah ditetapkan oleh Tuhan. Semua memiliki batas-batasnya sendiri, dan karenanya tidaklah mungkin gundukan tanah akan muncul ke permukaan di tengah-tengah dataran sesukanya. Dataran tidak bisa tiba-tiba berubah menjadi sebuah gunung—ini tidak mungkin terjadi. Inilah yang dimaksud dengan hukum dan batas yang baru saja kita bahas. Mengenai gurun, kita tidak akan menyinggung fungsi spesifik dari gurun atau tipe medan atau lokasi geografis lain di sini, hanya batasnya. Di bawah kekuasaan Tuhan, ruang lingkup gurun juga tidak akan meluas. Ini karena Tuhan telah memberinya hukumnya, ruang lingkupnya. Seberapa luas areanya dan apa fungsinya, apa saja pembatasnya, dan di mana lokasinya—ini telah ditetapkan oleh Tuhan. Itu tidak akan melampaui ruang lingkupnya, menggeser posisinya, dan wilayahnya tidak akan meluas sesukanya. Meski aliran air seperti sungai dan danau semuanya tertata dan tak berkesudahan, semua itu tidak akan pernah bergerak di luar ruang lingkupnya atau melampaui batasnya. Semuanya mengalir dalam satu arah, mengalir ke arah yang semestinya, secara teratur. Jadi, di bawah hukum kekuasaan Tuhan, tidak satu pun sungai atau danau yang akan mengering sesukanya, atau mengubah arah atau kuantitas alirannya sesukanya karena rotasi bumi atau berlalunya waktu. Semua ini berada dalam pengendalian Tuhan. Yang berarti, segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan di tengah-tengah umat manusia ini memiliki tempat, area, dan batas-batasnya yang tetap. Yang berarti, ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, batasnya ditetapkan, dan batas-batas ini tidak bisa diganti, diperbarui, atau diubah sesukanya. Apakah maksud "sesukanya"? Maksudnya adalah semuanya itu tidak akan bergeser, meluas, atau mengubah bentuk aslinya secara acak karena cuaca, suhu, atau kecepatan rotasi bumi. Sebagai contoh, sebuah gunung memiliki ketinggian tertentu, dasarnya berada di area tertentu, memiliki ketinggian tertentu dari permukaan laut, dan memiliki jumlah tumbuhan tertentu. Semua ini direncanakan dan dihitung oleh Tuhan, dan itu tidak akan berubah begitu saja sesukanya. Mengenai dataran, sebagian besar manusia berdiam di dataran, dan pergeseran iklim tidak akan berdampak pada areanya atau nilai keberadaannya. Bahkan hal-hal yang terkandung dalam berbagai medan dan lingkungan geografis ini yang diciptakan oleh Tuhan tidak akan berubah sesukanya. Sebagai contoh, komposisi gurun, tipe endapan mineral di bawah tanah, jumlah pasir di gurun dan warna pasir tersebut, ketebalan gurun—semua ini tidak akan berubah sesukanya. Mengapa semuanya tidak akan berubah sesukanya? Ini karena kekuasaan Tuhan dan pengelolaan-Nya. Dalam semua medan dan lingkungan geografis berbeda yang diciptakan oleh Tuhan ini, Dia mengelola segalanya secara terencana dan tertata. Jadi, semua lingkungan geografis ini tetap ada dan masih menjalankan fungsinya beberapa ribu tahun dan bahkan puluhan ribu tahun setelah semuanya diciptakan oleh Tuhan. Meski ada periode tertentu di mana gunung berapi meletus, ada periode di mana gempa bumi terjadi, dan ada pergeseran besar pada tanah, Tuhan sama sekali tidak akan membiarkan tipe medan apa pun kehilangan fungsi hakikinya. Hanya karena pengelolaan Tuhan inilah, karena kekuasaan dan pengendalian-Nya atas hukum inilah, maka semua hal ini—semua hal yang terlihat dan dinikmati umat manusia—bisa bertahan hidup di bumi secara teratur. Jadi, mengapa Tuhan mengelola segala macam medan yang ada di bumi dengan cara seperti ini? Tujuan-Nya adalah agar semua makhluk hidup yang bertahan hidup dalam berbagai lingkungan geografis akan memiliki lingkungan yang stabil, dan agar mereka mampu melanjutkan hidup dan berkembang biak di dalam lingkungan yang stabil tersebut. Semua hal ini—hal-hal yang bergerak dan tidak bergerak, yang bernapas melalui lubang hidung dan yang tidak—membentuk lingkungan unik bagi kelangsungan hidup umat manusia. Hanya lingkungan semacam inilah yang mampu memelihara manusia dari generasi demi generasi, dan hanya lingkungan semacam inilah yang bisa memungkinkan manusia untuk terus bertahan hidup secara tenteram, generasi demi generasi.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX"

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan—tidak peduli apakah ia menetap di satu tempat atau apakah mereka bisa bernapas melalui lubang hidung—semuanya memiliki hukumnya sendiri untuk kelangsungan hidup. Jauh sebelum Tuhan menciptakan semua makhluk hidup ini, Dia telah menyiapkan bagi semuanya tempat tinggalnya, dan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Semua makhluk hidup ini memiliki lingkungan yang tetap untuk kelangsungan hidupnya sendiri, makanannya sendiri, tempat tinggal tetapnya sendiri, dan ia memiliki tempat tetap sendiri yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya, tempat dengan suhu yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya. Dengan cara itu, segala sesuatu tidak akan berkeliaran bagaimanapun caranya atau merongrong kelangsungan hidup umat manusia atau memengaruhi kehidupan mereka. Ini adalah cara Tuhan mengelola segala sesuatu, menyediakan bagi umat manusia lingkungan terbaik untuk kelangsungan hidup. Masing-masing makhluk hidup dalam segala sesuatu memiliki makanan penopang hidup dalam lingkungan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Dengan makanan tersebut, ia terikat dalam lingkungan asalnya untuk kelangsungan hidup. Dalam lingkungan semacam itu, ia terus bertahan hidup, bertambah banyak, dan melanjutkan hidup seturut hukum yang telah Tuhan tetapkan untuknya. Oleh karena berbagai macam hukum ini, berkat penentuan Tuhan sejak semula, segala sesuatu hidup dalam keharmonisan dengan umat manusia, dan umat manusia hidup berdampingan bersama dalam saling ketergantungan dengan segala sesuatu.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX"

Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia menggunakan segala macam metode dan cara untuk menyeimbangkannya, menyeimbangkan kondisi kehidupan pegunungan dan danau, menyeimbangkan kondisi kehidupan tumbuhan dan semua jenis hewan, burung, dan serangga. Tujuan-Nya adalah agar semua jenis makhluk hidup dapat hidup dan berkembang biak di bawah hukum yang telah Dia tetapkan. Tidak ada satu pun dari antara ciptaan yang dapat keluar dari hukum-hukum ini, dan hukum-hukum ini tidak dapat dilanggar. Hanya dalam jenis lingkungan dasar seperti ini, manusia bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan aman, generasi demi generasi. Jika ada makhluk hidup yang melampaui kuantitas atau ruang lingkup yang ditetapkan oleh Tuhan, atau jika makhluk hidup tersebut melebihi laju pertumbuhan, frekuensi reproduksi, atau jumlah yang ditentukan oleh-Nya, lingkungan untuk kelangsungan hidup umat manusia akan mengalami berbagai tingkat kehancuran. Dan pada saat bersamaan, kelangsungan hidup umat manusia akan terancam. Jika jumlah satu jenis makhluk hidup terlalu besar, ia akan merampok makanan manusia, menghancurkan sumber air manusia, dan merusak tanah air mereka. Dengan cara itu, reproduksi atau keadaan bertahan hidup umat manusia akan segera terkena dampak. Misalnya, air sangat penting bagi segala sesuatu. Jika ada terlalu banyak tikus, semut, belalang, katak, atau segala jenis hewan lain, semua hewan itu akan minum lebih banyak air. Karena jumlah air yang mereka minum meningkat, dalam ruang lingkup sumber air minum dan area berair yang tetap ini, sumber air minum dan sumber air manusia akan berkurang, dan mereka akan mengalami kekurangan air. Jika air minum manusia dihancurkan, tercemar, atau terhenti karena meningkatnya jumlah semua jenis hewan, dalam lingkungan untuk kelangsungan hidup yang keras semacam itu, kelangsungan hidup umat manusia akan serius terancam. Jika ada satu jenis saja atau beberapa jenis makhluk hidup yang melebihi jumlah yang pantas, udara, suhu, kelembapan, dan bahkan komposisi udara dalam ruang untuk kelangsungan hidup umat manusia akan teracuni dan dihancurkan hingga tingkatan yang berbeda-beda. Dalam keadaan ini, kelangsungan hidup dan nasib manusia juga akan menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh faktor-faktor ekologi tersebut. Jadi, jika keseimbangan-keseimbangan ini hilang, udara yang manusia hirup akan rusak, air yang mereka minum akan tercemar, dan suhu yang mereka butuhkan juga akan berubah dan terkena dampaknya hingga tingkatan yang berbeda-beda. Jika itu terjadi, lingkungan untuk kelangsungan hidup yang secara inheren merupakan milik umat manusia akan terkena dampak dan tantangan yang sangat besar. Dalam skenario semacam ini, di mana lingkungan dasar manusia untuk kelangsungan hidup telah dihancurkan, akan seperti apakah nasib dan masa depan umat manusia? Ini adalah masalah yang sangat serius! Karena Tuhan tahu untuk alasan apa masing-masing ciptaan ada untuk kepentingan umat manusia, apa peran setiap jenis hal yang Dia ciptakan, apa dampak setiap hal tersebut terhadap manusia, dan seberapa besar manfaat yang didatangkannya bagi umat manusia, karena di dalam hati Tuhan ada rencana untuk semua ini dan Dia mengelola setiap aspek dari semua hal yang Dia ciptakan, itulah mengapa setiap hal yang Dia lakukan sangat penting dan perlu bagi umat manusia. Jadi, mulai dari sekarang, kapan pun engkau mengamati beberapa fenomena ekologi di antara segala sesuatu yang Tuhan ciptakan, atau beberapa hukum alam yang sedang terjadi di antara segala sesuatu yang Tuhan ciptakan, engkau tidak akan lagi ragu akan perlunya setiap hal yang diciptakan oleh Tuhan. Engkau tidak akan lagi menggunakan perkataan yang bodoh untuk membuat penilaian sesukanya terhadap pengaturan Tuhan atas segala sesuatu dan berbagai cara Dia membekali umat manusia. Engkau juga tidak akan membuat kesimpulan sesukanya tentang hukum Tuhan untuk semua hal yang Dia ciptakan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX"

Keberadaan dunia roh terkait erat dengan dunia materi umat manusia. Dalam kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu, dunia roh memainkan peran penting dalam siklus kehidupan dan kematian manusia; inilah perannya, dan salah satu alasan mengapa keberadaannya penting. Karena dunia roh adalah tempat yang tidak dapat dikenali oleh kelima indra, tidak seorang pun dapat secara akurat menilai apakah dunia roh itu ada atau tidak. Berbagai dinamika di dunia roh terkait erat dengan keberadaan umat manusia, sebagai akibatnya tatanan kehidupan umat manusia juga sangat dipengaruhi oleh dunia roh. Apakah hal ini berkaitan dengan kedaulatan Tuhan atau tidak? Ya, ini berkaitan. Ketika Aku mengatakan ini, engkau semua mengerti mengapa Aku membahas topik ini: Karena hal ini menyangkut kedaulatan Tuhan, dan pemerintahan-Nya. Di dunia yang seperti ini—dunia yang tidak terlihat oleh manusia—setiap maklumat, ketetapan dan sistem pemerintahan surgawinya jauh di atas hukum dan sistem di negara mana pun di dunia materi, dan tidak ada makhluk hidup di dunia ini yang berani melanggar ataupun merebutnya. Apakah ini berkaitan dengan kedaulatan dan pemerintahan Tuhan? Di dunia roh, ada ketetapan administratif, maklumat surgawi, dan undang-undang yang jelas. Pada tingkatan yang berbeda-beda dan di berbagai bidang, para petugas secara ketat menjalankan tugas mereka dan mengawasi hukum dan peraturan, karena mereka mengetahui apa konsekuensi dari melanggar maklumat surgawi; mereka dengan jelas menyadari bagaimana Tuhan menghukum yang jahat dan mengganjar yang baik, dan bagaimana Dia memerintah dan menguasai segala sesuatu. Terlebih lagi, mereka dengan jelas melihat bagaimana Tuhan melaksanakan maklumat dan undang-undang surgawi-Nya. Apakah ini berbeda dari dunia materi yang dihuni oleh umat manusia? Tentu sangat berbeda. Dunia roh adalah sebuah dunia yang benar-benar berbeda dari dunia materi. Karena ada maklumat dan undang-undang surgawi, hal ini menyangkut kedaulatan Tuhan, pemerintahan Tuhan, dan terlebih lagi, watak Tuhan dan apa yang dimiliki-Nya serta siapa Tuhan itu.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X"

Tuhan telah menetapkan berbagai maklumat, ketetapan, dan sistem di alam roh, dan setelah ketiganya dinyatakan, semua hal itu dilaksanakan dengan sangat ketat, sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan, oleh makhluk-makhluk dengan berbagai jabatan resmi di dunia roh, dan tidak seorang pun berani melanggarnya. Karena itu, dalam siklus kehidupan dan kematian umat manusia di dunia manusia, apakah seseorang bereinkarnasi sebagai binatang atau manusia, ada hukum untuk keduanya. Karena hukum-hukum ini berasal dari Tuhan, tidak seorang pun berani melanggarnya, demikian pula tidak seorang pun bisa melanggarnya. Hanya karena kedaulatan Tuhan, dan karena ada hukum-hukum semacam itulah, dunia materi yang dilihat orang teratur dan tertib; hanya karena kedaulatan Tuhan inilah umat manusia dapat hidup berdampingan secara damai dengan dunia lain yang sama sekali tidak terlihat oleh mereka, dan mampu hidup secara harmonis dengannya—semua itu tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan Tuhan. Setelah kehidupan jasmani seseorang berakhir, rohnya masih memiliki kehidupan, lalu apa yang akan terjadi jika roh itu tidak berada di bawah pemerintahan Tuhan? Roh itu akan berkeliaran ke mana-mana, menimbulkan gangguan di mana-mana, bahkan akan membahayakan makhluk hidup di dunia manusia. Bahaya tersebut tidak hanya terhadap umat manusia, melainkan juga bisa terhadap tumbuhan dan binatang—namun, yang pertama terancam bahaya adalah manusia. Seandainya hal ini terjadi—jika roh semacam itu tidak ada yang memerintah, betul-betul membahayakan manusia, dan benar-benar melakukan hal-hal yang jahat—maka roh ini akan ditangani dengan benar di dunia roh: Jika masalahnya serius, roh tersebut akan lenyap, dan akan dihancurkan; jika memungkinkan, roh itu akan ditampung di suatu tempat dan kemudian bereinkarnasi. Artinya, pemerintahan di dunia roh atas berbagai roh diatur, dan dilaksanakan menurut langkah-langkah dan aturan-aturan. Hanya karena pemerintahan seperti itulah dunia materi manusia tidak jatuh ke dalam kekacauan, umat manusia di dunia materi memiliki mentalitas yang normal, rasionalitas yang normal, dan kehidupan jasmani yang teratur. Hanya setelah manusia memiliki kehidupan yang normal semacam itulah mereka yang hidup secara jasmani dapat terus berkembang dan bereproduksi dari generasi ke generasi.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X"

Kematian makhluk hidup—berakhirnya kehidupan jasmani—menandakan bahwa makhluk hidup telah berlalu dari dunia materi ke dunia roh, sementara lahirnya kehidupan jasmani yang baru menandakan bahwa makhluk hidup telah datang dari dunia roh ke dunia materi dan mulai menjalankan dan memainkan perannya. Entah itu keberangkatan atau kedatangan suatu makhluk, keduanya tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan dunia roh. Ketika seseorang datang ke dunia materi, pengaturan dan batasan yang sesuai telah dibuat oleh Tuhan di dunia roh mengenai keluarga yang akan mereka tuju, zaman yang akan mereka datangi, jam kedatangan mereka, dan peran yang akan mereka mainkan. Jadi, seluruh kehidupan orang ini—hal-hal yang mereka lakukan, dan jalan yang mereka tempuh—berjalan sesuai dengan pengaturan dunia roh, tanpa penyimpangan sekecil apa pun. Lebih jauh lagi, waktu kehidupan jasmani berakhir dan cara dan tempat berakhirnya jelas dan dapat dipahami oleh dunia roh. Tuhan menguasai dunia materi, dan Dia juga menguasai dunia roh, dan Dia tidak akan menunda siklus kehidupan dan kematian yang normal dari suatu jiwa, demikian pula Dia tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengatur siklus itu. Setiap petugas yang memegang jabatan resmi di dunia roh melaksanakan tugas-tugas mereka masing-masing, dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, sesuai dengan instruksi-instruksi dan aturan-aturan Tuhan. Karena itu, di dunia umat manusia, setiap fenomena materi yang dilihat oleh manusia itu teratur, dan tidak mengandung kekacauan. Semua ini karena aturan Tuhan yang tertib atas segala sesuatu, dan juga fakta bahwa otoritas-Nya berkuasa atas segalanya. Kekuasaan-Nya mencakup dunia materi tempat manusia tinggal dan, terlebih lagi, dunia roh yang tak terlihat di belakang umat manusia. Oleh sebab itu, jika manusia ingin memiliki kehidupan yang baik, dan berharap bisa hidup di lingkungan yang baik, selain diperlengkapi dengan seluruh dunia materi yang terlihat, manusia juga harus diperlengkapi dengan dunia roh, yang tidak dapat dilihat siapa pun, yang mengatur setiap makhluk hidup atas nama umat manusia, serta memiliki keteraturan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X"

Nasib manusia dan nasib alam semesta sangatlah erat terkait dengan kedaulatan Sang Pencipta, dan terikat tanpa dapat dipisahkan dari pengaturan Sang Pencipta; pada akhirnya, nasib keduanya tak dapat dipisahkan dari otoritas Sang Pencipta. Dalam hukum yang mengatur segala sesuatu, manusia mulai memahami pengaturan Sang Pencipta dan kedaulatan-Nya; dalam aturan kelangsungan hidup segala sesuatu, manusia mulai memahami pemerintahan Sang Pencipta; dalam nasib segala sesuatu, manusia mulai menyimpulkan cara Sang Pencipta menjalankan kedaulatan dan pengendalian-Nya atas segala sesuatu; dan dalam siklus kehidupan manusia dan segala sesuatu, manusia benar-benar mengalami penataan dan pengaturan Sang Pencipta atas segala sesuatu dan semua makhluk hidup, dan menyaksikan bagaimana penataan dan pengaturan tersebut melampaui segala hukum, aturan, dan institusi duniawi, segala kekuatan dan kekuasaan lain. Dengan demikian, manusia didorong untuk mengakui bahwa kedaulatan Sang Pencipta tak dapat dilanggar oleh makhluk ciptaan mana pun, bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang dapat merebut atau mengubah peristiwa dan hal-hal yang telah ditetapkan sejak semula oleh Sang Pencipta. Di bawah hukum dan aturan ilahi ini, manusia dan segala sesuatu hidup dan berkembang biak, generasi demi generasi. Bukankah ini perwujudan sesungguhnya dari otoritas Sang Pencipta?

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"

Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Oleh karena rencana Tuhan dan oleh karena penentuan-Nya dari semula, engkau melakukan peranmu dan memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan rencana Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut. Sejak hari manusia diciptakan, Tuhan telah bekerja sedemikian rupa, mengelola alam semesta, mengarahkan irama perubahan untuk segala sesuatu dan jalur pergerakannya. Sebagaimana halnya segala sesuatu, manusia secara diam-diam dan tanpa sadar dipelihara oleh kemanisan dan hujan serta embun dari Tuhan; seperti segala sesuatu, manusia tanpa sadar hidup di bawah pengaturan tangan Tuhan. Hati dan roh manusia berada di tangan Tuhan, segala sesuatu dalam kehidupannya berada dalam pengamatan mata Tuhan. Entah engkau memercayainya atau tidak, setiap dan segala hal, apakah hidup atau mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Begitulah cara Tuhan memimpin segala sesuatu.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"

Tuhan menciptakan dunia ini. Dialah yang menciptakan umat manusia, dan bahkan Dialah perancang kebudayaan Yunani kuno dan peradaban manusia. Hanya Tuhan yang menghibur umat manusia, dan hanya Tuhan yang peduli pada umat manusia ini siang dan malam. Perkembangan dan kemajuan manusia tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan Tuhan, dan sejarah serta masa depan umat manusia berkaitan erat dengan rancangan-rancangan Tuhan. Apabila engkau adalah seorang Kristen sejati, engkau tentu akan percaya bahwa kebangkitan dan kejatuhan suatu negara atau bangsa terjadi sesuai dengan rancangan Tuhan. Hanya Tuhan sendiri yang mengetahui nasib suatu negara atau bangsa, dan hanya Tuhan sendiri yang mengendalikan perjalanan umat manusia ini. Jika umat manusia ingin mendapatkan nasib yang baik, jika suatu negara ingin mendapatkan nasib yang baik, manusia harus sujud menyembah kepada Tuhan, bertobat dan mengaku di hadapan Tuhan. Jika tidak, nasib dan tempat tujuan manusia akan menjadi malapetaka yang tidak terhindarkan.

............

Mungkin negaramu saat ini makmur, tetapi bila engkau biarkan rakyatmu menyimpang dari Tuhan, negaramu dengan sendirinya akan semakin kehilangan berkat-berkat Tuhan. Peradaban negaramu akan semakin terinjak-injak, dan tak lama kemudian, rakyat akan bangkit melawan Tuhan dan mengutuk Surga. Demikianlah, tanpa sepengetahuan manusia, nasib suatu negara akan dibawa pada kehancuran. Tuhan akan membangkitkan negara-negara yang kuat untuk menangani negara-negara yang telah dikutuk Tuhan, dan bahkan mungkin melenyapkan mereka dari muka bumi. Kebangkitan dan kejatuhan suatu negara atau bangsa didasarkan pada apakah para penguasanya menyembah Tuhan atau tidak, dan apakah mereka memimpin rakyatnya untuk mendekat kepada Tuhan dan menyembah-Nya atau tidak. Namun, di zaman terakhir ini, karena orang yang sungguh-sungguh mencari dan menyembah Tuhan semakin jarang, Tuhan melimpahkan perkenanan khusus pada negara-negara yang menjadikan Kristen sebagai agama negara. Dia mengumpulkan negara-negara itu bersama-sama untuk membentuk kumpulan yang relatif benar di dunia, sementara negara-negara ateis atau negara-negara yang tidak menyembah Tuhan yang benar menjadi lawan terhadap kumpulan yang benar ini. Dengan demikian, Tuhan bukan hanya mendapat tempat di tengah-tengah umat manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya, tetapi juga mendapatkan negara-negara yang dapat menjalankan otoritas yang benar, menjatuhkan sanksi dan pembatasan untuk diberlakukan pada negara-negara yang menentang Dia. Namun meskipun demikian, tetap tidak ada lagi orang-orang yang maju untuk menyembah Tuhan, karena manusia sudah menyimpang terlalu jauh dari-Nya, dan manusia telah terlalu lama melupakan Tuhan. Yang tersisa di bumi hanyalah negara-negara yang menjalankan kebenaran dan menentang kefasikan. Namun, hal ini jauh dari keinginan Tuhan, karena tidak ada penguasa negara yang akan mengizinkan Tuhan untuk memimpin rakyatnya, dan tidak ada partai politik yang akan mengumpulkan rakyatnya untuk menyembah Tuhan; Tuhan telah kehilangan tempatnya yang sah di hati setiap negara, bangsa, golongan penguasa, dan bahkan di hati setiap orang. Meskipun kekuatan orang benar memang ada di dunia ini, pemerintahan yang tidak memberi tempat bagi Tuhan di hati manusia sifatnya rapuh. Tanpa berkat Tuhan, arena politik akan menjadi kacau dan akhirnya tidak mampu menahan satu serangan pun. Bagi umat manusia, berada dalam keadaan tanpa berkat Tuhan adalah seperti tanpa matahari. Betapapun tekunnya para penguasa berusaha memberikan kontribusi kepada rakyatnya, sebanyak apa pun konferensi keadilan yang diadakan oleh umat manusia, tak satu pun dari upaya ini yang akan membalikkan arus atau mengubah nasib umat manusia. Manusia beranggapan bahwa suatu negara yang rakyatnya mendapat cukup makanan dan pakaian, yang hidup bersama dengan damai, adalah negara yang baik dan memiliki kepemimpinan yang baik. Namun, Tuhan tidak berpikir demikian. Dia beranggapan bahwa suatu negara yang di dalamnya tak seorang pun yang menyembah Dia adalah negara yang akan dimusnahkan-Nya. Cara berpikir manusia sangat bertentangan dengan cara berpikir Tuhan. Bila seorang kepala negara tidak menyembah Tuhan, nasib negaranya akan tragis, dan negara itu tidak akan memiliki tempat tujuan.

Tuhan tidak ikut campur dalam politik manusia, tetapi nasib suatu negara atau bangsa dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan mengendalikan dunia ini dan seluruh alam semesta. Nasib manusia dan rencana Tuhan sangat erat berkaitan, dan tidak ada manusia, negara, atau bangsa yang terbebas dari kedaulatan Tuhan. Jika manusia ingin mengetahui nasibnya, dia harus datang ke hadapan Tuhan. Tuhan akan membuat orang-orang yang mengikuti dan menyembah-Nya menjadi berhasil dan akan membuat orang-orang yang menentang dan menolak-Nya menjadi merosot dan punah.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait