Cara mengetahui esensi ilahi Kristus

10 September 2019

Firman Tuhan yang Relevan:

Tuhan yang berinkarnasi disebut Kristus, dan Kristus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan. Daging ini tidak seperti manusia mana pun yang terbuat dari daging. Perbedaan ini dikarenakan Kristus bukanlah berasal dari daging dan darah; Dia adalah inkarnasi Roh. Dia memiliki kemanusiaan yang normal sekaligus keilahian yang lengkap. Keilahian-Nya tidak dimiliki oleh manusia mana pun. Kemanusiaan-Nya yang normal menunjang semua kegiatan normal-Nya dalam daging, sementara keilahian-Nya melaksanakan pekerjaan Tuhan sendiri. Baik kemanusiaan-Nya maupun keilahian-Nya, keduanya tunduk pada kehendak Bapa surgawi. Hakikat Kristus adalah Roh, yaitu keilahian. Oleh karena itu, hakikat-Nya adalah hakikat Tuhan sendiri; hakikat ini tidak akan menyela pekerjaan-Nya sendiri, dan Dia tidak mungkin melakukan apa pun yang menghancurkan pekerjaan-Nya sendiri, ataupun mengucapkan perkataan yang bertentangan dengan kehendak-Nya sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki esensi Tuhan, dan Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki pengungkapan Tuhan. Karena Tuhan menjadi daging, Dia akan melaksanakan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan karena Tuhan menjadi daging, Dia akan mengungkapkan siapa Dia, dan akan dapat membawa kebenaran kepada manusia, menganugerahkan hidup kepadanya, dan menunjukkan jalan kepadanya. Daging yang tidak memiliki esensi Tuhan pasti bukan Tuhan yang berinkarnasi; ini tidak diragukan lagi. Jika manusia berniat untuk menyelidiki apakah daging itu adalah daging inkarnasi Tuhan, manusia harus menegaskannya dari watak yang Dia ungkapkan dan perkataan yang Dia ucapkan. Dengan kata lain, untuk menegaskan apakah itu adalah daging inkarnasi Tuhan atau bukan, dan apakah itu jalan yang benar atau bukan, orang harus membedakan berdasarkan esensi-Nya. Jadi, untuk menentukan apakah itu daging Tuhan yang berinkarnasi atau bukan, kuncinya terletak pada esensi-Nya (pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, watak-Nya, dan banyak aspek lainnya), bukan pada penampilan lahiriahnya. Jika manusia hanya mengamati penampilan lahiriah-Nya, dan sebagai akibatnya mengabaikan esensi-Nya, ini menunjukkan bahwa manusia itu bodoh dan tidak tahu apa-apa.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Penutup"

Mengenal Tuhan harus dicapai melalui membaca dan memahami firman Tuhan. Sebagian orang mengatakan: "Aku belum pernah melihat Tuhan yang berinkarnasi, jadi bagaimana seharusnya aku mengenal Tuhan?" Kenyataannya, firman Tuhan adalah pengungkapan dari watak-Nya. Dari firman Tuhan, engkau dapat melihat kasih dan keselamatan-Nya bagi manusia, juga cara-Nya menyelamatkan mereka ... Ini karena firman-Nya diungkapkan oleh Tuhan itu sendiri, bukan ditulis oleh manusia. Firman-Nya telah diungkapkan secara pribadi oleh Tuhan; Tuhan itu sendiri sedang mengungkapkan perkataan-Nya sendiri dan suara hati-Nya. Mengapa firman-Nya disebut perkataan dari hati-Nya? Karena perkataan itu dikeluarkan dari lubuk hati, dan mengungkapkan watak-Nya, kehendak-Nya, pikiran-Nya, kasih-Nya bagi umat manusia, penyelamatan-Nya atas umat manusia, dan apa yang diharapkan-Nya dari umat manusia ... Perkataan Tuhan terdiri dari perkataan yang keras, dan perkataan yang lembut dan penuh pengertian, juga beberapa firman pewahyuan yang tidak selaras dengan keinginan manusia. Jika engkau hanya melihat pada firman pewahyuan, engkau mungkin merasa bahwa Tuhan cukup keras. Jika engkau hanya melihat pada perkataan yang lembut, engkau mungkin merasa bahwa Tuhan tidak terlalu berotoritas. Karena itu, engkau tidak boleh memaknai firman Tuhan di luar konteksnya; melainkan harus melihatnya dari setiap sudut. Terkadang Tuhan berbicara dari sudut pandang yang lembut dan penuh belas kasihan, maka orang melihat kasih-Nya kepada umat manusia; terkadang Dia berbicara dari sudut pandang yang sangat tegas, maka orang melihat watak-Nya yang tidak akan menoleransi pelanggaran. Manusia begitu menjijikkan, dan tidak layak memandang wajah Tuhan atau datang ke hadapan-Nya. Bahwa manusia pada saat ini diizinkan untuk datang ke hadapan-Nya adalah murni karena kasih karunia-Nya. Hikmat Tuhan dapat terlihat dari cara-Nya bekerja dan dalam makna penting pekerjaan-Nya. Manusia tetap dapat melihat hal-hal ini di dalam firman Tuhan, bahkan tanpa bersentuhan secara langsung dengan diri-Nya. Ketika seseorang yang sungguh-sungguh mengenal Tuhan bersentuhan dengan Kristus, perjumpaannya dengan Kristus itu dapat sesuai dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya tentang Tuhan, tetapi ketika seseorang yang hanya memiliki pemahaman teoretis berjumpa dengan Tuhan, dia tidak bisa melihat korelasinya. Aspek kebenaran ini merupakan misteri yang paling mendalam, yang sulit untuk dipahami. Ikhtisarkan firman Tuhan tentang misteri inkarnasi, lihatlah firman Tuhan dari semua sudut, lalu berdoalah bersama-sama, renungkan, dan bersekutulah lebih jauh tentang aspek kebenaran ini. Dengan melakukannya, engkau akan memperoleh pencerahan dari Roh Kudus dan akan mulai memahami. Karena manusia tidak punya kesempatan untuk bersentuhan secara langsung dengan Tuhan, mereka harus mengandalkan pengalaman semacam ini untuk merasakan jalan masuk mereka dan masuklah sedikit demi sedikit untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Tuhan.

Dikutip dari "Cara Mengenal Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Walaupun penampilan lahiriah Tuhan yang berinkarnasi benar-benar serupa dengan manusia, dan walaupun Dia belajar pengetahuan manusia dan berbicara bahasa manusia, dan terkadang Dia bahkan mengungkapkan gagasan-Nya melalui metode dan cara bicara manusia, tetapi cara Dia memandang manusia, dan memandang esensi segala sesuatu sama sekali berbeda dengan cara manusia yang rusak memandang manusia dan esensi segala sesuatu. Sudut pandang dan ketinggian tempat-Nya berdiri adalah sesuatu yang tak tergapai bagi seseorang yang rusak. Ini karena Tuhan adalah kebenaran, karena daging yang Dia kenakan juga memiliki esensi Tuhan, dan pemikiran-Nya serta apa yang diungkapkan oleh kemanusiaan-Nya adalah juga kebenaran. Bagi manusia yang rusak, apa yang Dia ungkapkan dalam daging adalah perbekalan kebenaran dan hidup. Perbekalan ini bukan hanya untuk satu orang, melainkan untuk semua manusia. Di dalam hati manusia yang rusak, hanya terdapat beberapa orang saja yang berkaitan dengan dirinya. Mereka hanya memedulikan dan mengkhawatirkan segelintir orang ini saja. Ketika bencana datang, pertama-tama mereka memikirkan anak, pasangan, atau orang tua mereka sendiri. Paling banter, seseorang yang lebih berbelas kasihan mungkin akan sedikit memikirkan beberapa kerabat atau teman baik, tetapi apakah pemikiran seseorang yang bahkan berbelas kasihan seperti itu pun akan melebihi dari itu? Tidak, tidak akan pernah! Itu karena bagaimanapun juga, manusia adalah manusia, dan mereka hanya dapat melihat segala sesuatu dari sudut pandang dan ketinggian seorang manusia. Akan tetapi, Tuhan yang berinkarnasi sama sekali berbeda dari manusia yang rusak. Sebiasa apa pun, senormal apa pun, dan sehina apa pun daging dari Tuhan yang berinkarnasi, atau bahkan serendah apa pun orang memandang-Nya, pemikiran dan sikap-Nya terhadap umat manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dimiliki seorang manusia pun, sesuatu yang tidak mungkin ditiru seorang manusia pun. Dia akan selalu mengamati manusia dari sudut pandang keilahian, dari ketinggian kedudukan-Nya sebagai Sang Pencipta. Dia akan selalu memandang manusia melalui esensi dan pola pikir Tuhan. Dia sama sekali tidak bisa memandang umat manusia dari ketinggian yang hina seorang manusia kebanyakan, dan dari sudut pandang seorang yang rusak. Ketika orang memandang manusia, mereka memandangnya dengan menggunakan penglihatan manusia, dan mereka menggunakan hal-hal seperti pengetahuan, peraturan dan teori manusia sebagai tolak ukur. Ini berada dalam lingkup hal-hal yang bisa dilihat manusia dengan mata mereka dan lingkup yang bisa dicapai oleh manusia yang rusak. Ketika Tuhan memandang manusia, Dia memandangnya dengan menggunakan penglihatan ilahi, dan Dia menggunakan esensi-Nya dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya sebagai tolak ukur. Lingkup ini meliputi hal-hal yang tidak bisa dilihat manusia, dan di sinilah terletak perbedaan sepenuhnya antara Tuhan yang berinkarnasi dan manusia yang rusak. Perbedaan ini ditentukan oleh esensi yang berbeda antara manusia dan Tuhan—perbedaan esensi inilah yang menentukan identitas dan kedudukan mereka, sekaligus juga sudut pandang dan ketinggian tempat mereka memandang berbagai hal.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III"

Engkau tidak akan melihat Tuhan menganut pandangan yang sama dengan manusia tentang berbagai hal, dan selain itu engkau tidak akan melihat Dia menggunakan sudut pandang, pengetahuan, ilmu pengetahuan, falsafah, ataupun imajinasi manusia untuk menangani berbagai perkara. Sebaliknya, segala sesuatu yang Tuhan lakukan dan semua yang Dia ungkapkan berkaitan dengan kebenaran. Artinya, setiap kata yang Dia ucapkan dan setiap tindakan Dia lakukan terikat oleh kebenaran. Kebenaran ini bukan merupakan produk dari khayalan yang tak berdasar; kebenaran dan perkataan ini diungkapkan oleh Tuhan berdasarkan prinsip esensi-Nya dan hidup-Nya. Karena perkataan ini dan esensi semua yang telah Tuhan lakukan adalah kebenaran, kita bisa katakan bahwa esensi Tuhan itu kudus. Dengan kata lain, segala sesuatu yang Tuhan katakan dan lakukan membawa semangat hidup dan cahaya bagi manusia, memampukan manusia untuk melihat hal-hal positif dan realitas dari hal-hal positif tersebut, serta menunjukkan jalan bagi manusia, sehingga mereka dapat berjalan di jalan yang benar. Semua hal ini ditentukan oleh esensi Tuhan dan oleh esensi kekudusan-Nya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"

Baik engkau memiliki pengalaman sosial atau tidak dan bagaimana engkau benar-benar hidup dan menimba pengalaman dalam keluargamu dapat dilihat dari hal-hal yang engkau ungkapkan, sedangkan engkau tidak dapat melihat dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi apakah Dia memiliki pengalaman sosial atau tidak. Dia sangat menyadari esensi manusia dan dapat mengungkapkan semua jenis penerapan yang berkaitan dengan semua jenis orang. Dia bahkan lebih jitu dalam mengungkapkan watak rusak dan perilaku suka memberontak manusia. Dia tidak hidup di antara manusia duniawi, tetapi Dia menyadari natur manusia fana dan semua kerusakan manusia duniawi. Inilah keberadaan-Nya. Meskipun Dia tidak berurusan dengan dunia, Dia tahu aturan berurusan dengan dunia karena Dia sepenuhnya memahami natur manusia. Dia tahu tentang pekerjaan Roh yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia dan tidak dapat didengar telinga manusia, baik di zaman sekarang maupun di masa lalu. Ini mencakup hikmat yang bukan merupakan falsafah kehidupan dan keajaiban yang sulit untuk dipahami manusia. Inilah keberadaan-Nya, yang terbuka bagi manusia dan juga tersembunyi dari manusia. Hal yang diungkapkan-Nya bukanlah keberadaan orang yang luar biasa, melainkan sifat bawaan dan keberadaan Roh. Dia tidak melakukan perjalanan keliling dunia tetapi mengetahui segalanya tentang dunia. Dia menghubungi "antropoid" yang tidak memiliki pengetahuan atau wawasan, tetapi Dia mengungkapkan firman yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan melampaui tokoh-tokoh hebat. Dia hidup di antara sekelompok orang bodoh dan mati rasa yang tidak memiliki kemanusiaan dan yang tidak memahami kebiasaan dan kehidupan manusia, tetapi Dia dapat meminta umat manusia untuk hidup dalam kemanusiaan yang normal, sekaligus mengungkapkan kemanusiaan manusia yang dangkal dan rendah. Semua ini adalah keberadaan-Nya, yang lebih tinggi daripada manusia mana pun yang terdiri atas daging-dan-darah. Bagi-Nya, tidak perlu mengalami kehidupan sosial yang rumit, merepotkan, dan kotor untuk melakukan pekerjaan yang perlu Dia lakukan dan mengungkapkan hakikat manusia yang rusak secara menyeluruh. Kehidupan sosial yang kotor tidak membangun daging-Nya. Pekerjaan dan firman-Nya hanya mengungkapkan ketidaktaatan manusia dan tidak membekali manusia dengan pengalaman dan pelajaran untuk menangani dunia. Dia tidak perlu menyelidiki masyarakat atau keluarga manusia ketika Dia membekali manusia dengan kehidupan. Mengungkap dan menghakimi manusia bukanlah ungkapan pengalaman daging-Nya; itu adalah pengungkapan-Nya atas ketidakbenaran manusia setelah lama mengetahui ketidaktaatan manusia dan membenci kerusakan manusia. Semua pekerjaan yang Dia lakukan adalah untuk mengungkapkan watak-Nya kepada manusia dan mengungkapkan keberadaan-Nya. Hanya Dia yang dapat melakukan pekerjaan ini; ini bukanlah sesuatu yang dapat dicapai oleh manusia yang terdiri atas daging-dan-darah. Dari pekerjaan-Nya, manusia tidak dapat mengatakan pribadi seperti apa Dia. Manusia juga tidak dapat mengklasifikasikan-Nya sebagai manusia ciptaan berdasarkan pekerjaan-Nya. Keberadaan-Nya juga membuat-Nya tidak dapat diklasifikasikan sebagai manusia ciptaan. Manusia hanya dapat menganggap-Nya sebagai bukan-manusia, tetapi tidak tahu ke dalam kategori mana Dia harus dimasukkan, sehingga manusia terpaksa memasukkan-Nya dalam kategori Tuhan. Bukan tidak masuk akal bagi manusia untuk melakukan ini, karena Tuhan telah melakukan banyak pekerjaan di antara manusia yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan Tuhan dan Pekerjaan Manusia"

Karena Tuhan bekerja dalam daging, Dia tidak pernah melupakan tugas yang harus digenapi oleh manusia di dalam daging; Dia dapat menyembah Tuhan yang di surga dengan hati yang tulus. Dia memiliki hakikat Tuhan, dan identitas-Nya adalah identitas Tuhan itu sendiri. Hanya saja Dia telah datang ke bumi dan menjadi makhluk ciptaan, dengan wujud luar serupa makhluk ciptaan, dan kini memiliki kemanusiaan yang tidak Dia miliki sebelumnya. Dia mampu menyembah Tuhan yang di surga; inilah wujud Tuhan sendiri dan tidak dapat ditiru manusia. Identitas-Nya adalah Tuhan itu sendiri. Dari sudut pandang daginglah Dia menyembah Tuhan; oleh karena itu, perkataan "Kristus menyembah Tuhan di surga" tidaklah keliru. Hal yang diminta-Nya dari manusia adalah hakikat-Nya sendiri; Dia telah mencapai semua yang diminta-Nya dari manusia sebelum meminta hal itu dari mereka. Dia tidak akan menuntut apa pun dari orang lain sementara Dia sendiri terbebas dari hal itu, sebab semua ini membentuk hakikat-Nya. Dengan cara apa pun Dia melaksanakan pekerjaan-Nya, Dia tidak akan bertindak dengan cara yang tidak taat pada Tuhan. Apa pun yang diminta-Nya dari manusia, tuntutan-Nya tidak ada yang melebihi apa yang sanggup dicapai oleh manusia. Semua yang dilakukan-Nya adalah perihal melakukan kehendak Tuhan dan demi pengelolaan-Nya. Keilahian Kristus melampaui seluruh manusia; oleh karena itu, Dia memiliki otoritas tertinggi atas seluruh makhluk ciptaan. Otoritas ini adalah keilahian-Nya, yaitu watak dan hakikat Tuhan sendiri, yang menentukan identitas-Nya. Oleh karena itu, betapapun normalnya kemanusiaan-Nya, tidak dapat disangkal bahwa Dia memiliki identitas Tuhan itu sendiri; dari posisi mana pun Dia berbicara dan bagaimanapun Dia menaati kehendak Tuhan, tidak dapat dikatakan bahwa Dia bukanlah Tuhan itu sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

Tuhan menjadi daging hanya untuk menyempurnakan pekerjaan daging, bukan untuk sekadar mengizinkan manusia melihat-Nya. Sebaliknya, Dia membiarkan pekerjaan-Nya menegaskan identitas-Nya, dan memungkinkan apa yang diungkapkan-Nya membuktikan hakikat-Nya. Hakikat-Nya tidaklah tanpa dasar; identitas-Nya tidak diraih tangan-Nya, melainkan ditentukan oleh pekerjaan-Nya dan hakikat-Nya. Meskipun Dia memiliki hakikat Tuhan itu sendiri dan mampu melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, bagaimanapun juga Dia tetaplah daging, berbeda dari Roh. Dia bukanlah Tuhan dengan kualitas-kualitas Roh, melainkan Tuhan dengan wujud luar berupa daging. Oleh karena itu, betapapun normal dan lemahnya Dia, dan bagaimanapun Dia mencari kehendak Bapa, keilahian-Nya tidak dapat disangkal. Dalam diri Tuhan yang berinkarnasi tidak hanya terdapat kemanusiaan yang normal beserta kelemahan-kelemahannya, tetapi juga terdapat keilahian-Nya yang ajaib dan tak terselami, juga seluruh perbuatan-Nya dalam daging. Oleh karena itu, baik kemanusiaan maupun keilahian sungguh-sungguh dan secara nyata ada dalam diri Kristus. Hal ini sama sekali bukan sesuatu yang hampa atau gaib. Dia datang ke bumi dengan tujuan utama untuk melaksanakan pekerjaan. Memiliki kemanusiaan yang normal merupakan keharusan untuk dapat melakukan pekerjaan di bumi; jika tidak, betapapun hebatnya kuasa keilahian-Nya, fungsi aslinya tidak dapat dimanfaatkan. Meskipun kemanusiaan-Nya amat penting, itu bukanlah hakikat-Nya. Hakikat-Nya adalah keilahian; oleh karena itu, saat Dia mulai melaksanakan pelayanan-Nya di bumi adalah saat Dia memulai mengungkapkan hakikat keilahian-Nya. Kemanusiaan-Nya hanya ada untuk menunjang kehidupan normal daging-Nya sehingga keilahian-Nya dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang biasa dilakukan dalam daging; keilahianlah yang mengarahkan seluruh pekerjaan-Nya. Saat Dia menuntaskan pekerjaan-Nya, itu berarti Dia telah menggenapi pelayanan-Nya. Hal yang harus diketahui manusia adalah keseluruhan pekerjaan-Nya, dan melalui pekerjaan-Nya, Dia memampukan manusia untuk mengenal-Nya. Selama pelaksanaan pekerjaan-Nya, Dia sepenuhnya mengungkapkan wujud keilahian-Nya, yaitu watak yang tidak dinodai oleh kemanusiaan, atau dinodai oleh pikiran dan perilaku manusia. Saat tiba waktunya ketika semua pelayanan-Nya berakhir, saat itu Dia telah mengungkapkan watak yang harus diungkapkan-Nya dengan sempurna dan sepenuhnya. Pekerjaan-Nya tidak dibimbing oleh petunjuk manusia mana pun; pengungkapan watak-Nya juga bebas, tidak dikendalikan oleh pikiran atau dipengaruhi penalaran, melainkan diungkapkan secara alami. Hal ini tidak dapat dicapai oleh manusia mana pun. Bahkan jika lingkungan sekitar menyulitkan dan keadaan tidak memungkinkan, Dia mampu mengungkapkan watak-Nya di saat yang tepat. Dia, yang adalah Kristus, mengungkapkan hakikat Kristus, sementara mereka yang bukan Kristus tidak memiliki watak Kristus. Oleh karena itu, bahkan jika semua orang melawan-Nya atau memiliki gagasan manusia tentang diri-Nya, tak seorang pun dapat menyangkal berdasarkan gagasan manusia bahwa watak yang diungkapkan oleh Kristus adalah watak Tuhan. Semua orang yang mencari Kristus dengan segenap hati atau mencari Tuhan dengan bersungguh-sungguh akan mengakui bahwa Dia adalah Kristus berdasarkan pengungkapan keilahian-Nya. Mereka tidak akan pernah menyangkal Kristus berdasarkan aspek apa pun dalam diri-Nya yang tidak sesuai dengan gagasan manusia. Meskipun manusia itu teramat bebal, semua mengetahui dengan tepat apa kehendak manusia dan apa yang berasal dari Tuhan. Hanya saja, banyak orang sengaja melawan Kristus karena maksud mereka sendiri. Jika bukan karena hal tersebut, tak seorang pun memiliki alasan untuk menyangkal keberadaan Kristus, sebab keilahian yang diungkapkan Kristus memang ada, dan pekerjaan-Nya dapat disaksikan oleh mata kepala semua orang.

Pekerjaan dan pengungkapan Kristus menentukan hakikat-Nya. Dia sanggup menunaikan apa yang telah dipercayakan kepada-Nya dengan segenap hati. Dia sanggup menyembah Tuhan yang di surga dengan hati tulus, dan dengan hati tulus mencari kehendak Bapa. Semua ini ditentukan oleh hakikat-Nya. Demikian pula pewahyuan alami-Nya ditentukan oleh hakikat-Nya; alasan Aku menyebutnya sebagai "pewahyuan alami" adalah karena pengungkapan-Nya bukanlah tiruan, ataupun didikan manusia, atau hasil pengembangan bertahun-tahun oleh manusia. Dia tidak mempelajarinya ataupun memperelok diri-Nya dengan hal itu; sebaliknya, semua itu memang sudah melekat di dalam diri-Nya. Manusia bisa saja menyangkal pekerjaan-Nya, pengungkapan-Nya, kemanusiaan-Nya, dan seluruh kehidupan kemanusiaan-Nya yang normal, tetapi tak seorang pun dapat menyangkal bahwa Dia menyembah Tuhan yang di surga dengan hati tulus; tak seorang pun dapat menyangkal bahwa Dia telah datang untuk menggenapi kehendak Bapa surgawi, dan tak seorang pun dapat menyangkal ketulusan-Nya dalam mencari Bapa. Meskipun citra-Nya tidak tampak menarik, khotbah-Nya tidak terasa luar biasa, dan pekerjaan-Nya tidak menggemparkan dunia atau mengguncang surga seperti yang dibayangkan manusia, Dia benar-benar adalah Kristus, yang menggenapi kehendak Bapa surgawi dengan hati tulus, sepenuhnya berserah kepada Bapa surgawi, dan taat sampai mati. Ini karena hakikat-Nya adalah hakikat Kristus. Kebenaran ini sulit dipercaya manusia tetapi ini fakta. Saat pelayanan Kristus telah sepenuhnya tergenapi, manusia akan dapat melihat dari pekerjaan-Nya bahwa watak dan hakikat-Nya mewakili watak dan hakikat Tuhan yang di surga. Pada saat itu, keseluruhan pekerjaan-Nya dapat meneguhkan bahwa Dia memang Firman yang menjadi manusia, dan tidak sama dengan daging dan darah manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

Roh Tuhan merupakan otoritas atas seluruh ciptaan. Daging dengan hakikat Tuhan juga memiliki otoritas, tetapi Tuhan dalam daging dapat melakukan semua pekerjaan yang taat pada kehendak Bapa surgawi. Hal ini tidak dapat dicapai atau dipahami oleh manusia mana pun. Tuhan sendiri adalah otoritas, tetapi daging-Nya dapat tunduk pada otoritas-Nya itu. Inilah makna yang terkandung dalam perkataan: "Kristus taat pada kehendak Bapa." Tuhan adalah Roh dan dapat melakukan pekerjaan penyelamatan, sebagaimana Tuhan dapat menjadi manusia. Bagaimanapun juga, Tuhan sendiri melakukan pekerjaan-Nya sendiri; Dia tidak menyela atau mencampuri, apalagi melakukan pekerjaan yang saling bertentangan, sebab hakikat pekerjaan yang dilakukan Roh dan daging itu serupa. Baik Roh maupun daging, keduanya bekerja untuk menggenapi satu kehendak dan mengelola pekerjaan yang sama. Meskipun Roh dan daging memiliki dua kualitas yang berbeda, hakikat keduanya sama; keduanya memiliki hakikat Tuhan itu sendiri, dan identitas Tuhan itu sendiri. Tuhan itu sendiri tidak memiliki unsur ketidaktaatan; hakikat-Nya baik. Dia merupakan pengungkapan segala keindahan dan kebaikan, juga segenap kasih. Bahkan dalam daging, Tuhan tidak melakukan apa pun yang tidak menaati Bapa. Bahkan ketika harus mengorbankan nyawa-Nya, Dia bersedia melakukannya dengan sepenuh hati dan tidak mengambil pilihan lain. Tuhan tidak memiliki unsur pembenaran diri atau mementingkan diri sendiri, atau unsur kesombongan dan keangkuhan; Dia tidak memiliki unsur kecurangan. Segala sesuatu yang tidak menaati Tuhan berasal dari Iblis; Iblis adalah sumber segala keburukan dan kejahatan. Alasan mengapa manusia memiliki kualitas yang serupa dengan kualitas Iblis adalah karena manusia telah dirusak dan dikuasai oleh Iblis. Kristus tidak pernah dirusak oleh Iblis, sehingga Dia hanya memiliki karakter Tuhan dan tidak satu pun karakter Iblis. Betapapun sukarnya pekerjaan atau lemahnya daging, saat hidup dalam daging, Tuhan tidak akan pernah melakukan apa pun yang menyela pekerjaan Tuhan sendiri, apalagi meninggalkan kehendak Bapa dalam ketidaktaatan. Dia lebih memilih menanggung penderitaan daging daripada mengkhianati kehendak Bapa; sebagaimana yang telah dikatakan Yesus dalam doa-Nya: "Bapa-Ku, jikalau mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku: tetapi bukan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu." Manusia membuat pilihannya sendiri, tetapi Kristus tidak. Meskipun Dia memiliki identitas Tuhan sendiri, Dia tetap mencari kehendak Bapa dan menggenapi apa yang dipercayakan kepada-Nya oleh Bapa, dari sudut pandang daging. Ini adalah hal yang tidak dapat dicapai manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

Daging yang dikenakan Roh Tuhan adalah daging Tuhan sendiri. Roh Tuhan adalah yang tertinggi; Dia mahakuasa, kudus, dan benar. Dengan demikian, daging-Nya pun adalah yang tertinggi, mahakuasa, kudus, dan benar. Daging seperti itu hanya dapat melakukan hal yang benar dan bermanfaat bagi umat manusia, hal yang kudus, mulia, dan besar; Dia tidak mampu melakukan apa pun yang melanggar kebenaran, hal apa pun yang melanggar moralitas dan keadilan, dan terlebih lagi Dia tidak mampu melakukan apa pun yang mengkhianati Roh Tuhan. Roh Tuhan itu kudus, dan dengan demikian daging-Nya tidak dapat dirusak oleh Iblis; daging-Nya memiliki esensi yang berbeda dari daging manusia. Karena manusialah, bukan Tuhan, yang dirusak oleh Iblis; Iblis tidak mungkin bisa merusak daging Tuhan. Jadi, terlepas dari kenyataan bahwa manusia dan Kristus hidup di ruang yang sama, hanya manusialah yang dikuasai, diperalat, dan dijebak oleh Iblis. Sebaliknya, Kristus selama-lamanya kebal dari perusakan Iblis, karena Iblis tidak akan pernah bisa naik ke tempat yang tertinggi, dan tidak akan pernah bisa mendekat kepada Tuhan. Sekarang, engkau semua harus mengerti bahwa hanya umat manusia, yang telah dirusak Iblis, yang mengkhianati Aku. Pengkhianatan tidak akan pernah menjadi masalah yang melibatkan Kristus sama sekali.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Masalah yang Sangat Serius: Pengkhianatan (2)"

Tanpa kita sadari, manusia yang tidak berarti ini telah memimpin kita selangkah demi selangkah dalam pekerjaan Tuhan. Kita menjalani banyak ujian, menanggung hajaran yang tak terhitung banyaknya, dan diuji oleh kematian. Kita belajar tentang watak Tuhan yang benar dan megah, juga menikmati kasih dan belas kasihan-Nya, jadi menghargai kuasa Tuhan yang besar dan hikmat-Nya, menyaksikan keindahan Tuhan, dan melihat kerinduan Tuhan yang menggebu-gebu untuk menyelamatkan manusia. Dalam perkataan-perkataan orang biasa ini, kita jadi mengenal watak dan esensi Tuhan, memahami kehendak Tuhan, mengenal natur esensi manusia, dan melihat jalan menuju penyelamatan dan penyempurnaan. Firman-Nya membuat kita "mati", dan membuat kita "dilahirkan kembali"; firman-Nya membawa penghiburan bagi kita, tetapi juga membuat kita merasa bersalah dan merasa berutang; firman-Nya membawa sukacita dan damai sejahtera bagi kita, tetapi juga membawa rasa sakit tak terhingga. Terkadang kita seperti domba menuju pembantaian di tangan-Nya; terkadang, kita seperti biji mata-Nya, dan menikmati kasih-Nya yang lembut; terkadang, kita seperti musuh-Nya, dan di bawah tatapan mata-Nya diubah menjadi abu oleh murka-Nya. Kita adalah umat manusia yang diselamatkan oleh-Nya, kita adalah belatung di mata-Nya dan kita adalah domba terhilang yang siang dan malam ingin Dia temukan. Dia berbelas kasihan kepada kita, Dia membenci kita, Dia membangkitkan kita, Dia menghibur dan menasihati kita, Dia membimbing dan menerangi kita, Dia menghajar dan mendisiplinkan kita, dan Dia bahkan mengutuk kita. Siang dan malam, Dia tak pernah berhenti mengkhawatirkan kita, melindungi dan memelihara kita, siang dan malam, tidak pernah meninggalkan kita, melainkan mencurahkan segenap upaya-Nya demi kita, dan rela membayar harga apa pun untuk kita. Dalam perkataan tubuh daging yang kecil dan biasa ini, kita telah menikmati keseluruhan Tuhan dan melihat tempat tujuan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Meskipun demikian, kesombongan masih menimbulkan masalah di dalam hati kita, dan kita tetap tidak mau secara aktif menerima orang seperti ini sebagai Tuhan kita. Walaupun Dia sudah memberi kita begitu banyak manna, begitu banyak hal untuk dinikmati, tak satu pun dari hal ini yang bisa mengambil kedudukan Tuhan di hati kita. Kita menghargai identitas dan status istimewa orang ini hanya dengan sangat enggan. Asalkan Dia tidak membuka mulut-Nya untuk menyuruh kita mengakui-Nya sebagai Tuhan, kita tidak akan pernah mau mengambil inisiatif untuk mengakui-Nya sebagai Tuhan yang segera akan datang tetapi yang sudah lama bekerja di tengah-tengah kita.

Tuhan melanjutkan perkataan-Nya, menggunakan berbagai metode dan sudut pandang untuk memperingatkan kita tentang apa yang harus kita lakukan dan sekaligus menyuarakan isi hati-Nya. Firman-Nya mengandung kekuatan hidup, menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh, dan memungkinkan kita memahami arti kebenaran. Kita mulai ditarik oleh firman-Nya, kita mulai berfokus pada nada dan cara bicara-Nya, dan tanpa sadar kita mulai tertarik dengan perasaan terdalam dari orang yang biasa-biasa saja ini. Dia mencurahkan segenap upaya-Nya untuk bekerja demi kita, kurang tidur dan kehilangan nafsu makan demi kita, menangis untuk kita, mendesah untuk kita, merintih karena penyakit kita, menderita penghinaan demi tempat tujuan dan keselamatan kita, dan keadaan kita yang mati rasa serta pemberontakan kita memeras air mata dan darah dari hati-Nya. Kondisi keberadaan hidup dan rasa memiliki semacam ini tidak dimiliki oleh manusia biasa, ataupun dimiliki atau diperoleh oleh manusia rusak mana pun. Dia menunjukkan toleransi dan kesabaran yang tidak dimiliki orang biasa, dan kasih-Nya bukanlah sesuatu yang telah dianugerahkan kepada makhluk ciptaan mana pun. Tak seorang pun selain Dia yang bisa mengetahui seluruh pikiran kita, atau memiliki pemahaman yang jelas dan lengkap tentang natur dan esensi kita, atau menghakimi pemberontakan dan kerusakan umat manusia, atau berbicara kepada kita dan bekerja dalam diri kita seperti ini atas nama Tuhan di surga. Tak seorang pun selain Dia yang dikaruniai dengan otoritas, hikmat, dan kewibawaan Tuhan; watak Tuhan serta apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia dinyatakan dalam seluruh keberadaannya, di dalam diri-Nya. Tak seorang pun selain Dia yang bisa menunjukkan jalan dan membawa terang kepada kita. Tak seorang pun selain Dia yang mampu mengungkapkan misteri yang belum Tuhan bukakan sejak penciptaan sampai sekarang. Tak seorang pun selain Dia yang mampu menyelamatkan kita dari perbudakan Iblis dan watak kita sendiri yang rusak. Dia mewakili Tuhan. Dia mengungkapkan isi hati Tuhan yang terdalam, nasihat Tuhan, dan firman penghakiman Tuhan terhadap seluruh umat manusia. Dia telah memulai zaman yang baru, era baru, dan mengantarkan datangnya langit yang baru dan bumi yang baru, serta pekerjaan yang baru, dan Dia telah memberi kita harapan, mengakhiri kehidupan yang kita jalani dalam ketidakjelasan dan memungkinkan seluruh keberadaan kita untuk melihat jalan menuju penyelamatan dengan kejelasan penuh. Dia telah menaklukkan seluruh keberadaan kita dan mendapatkan hati kita. Sejak saat itu dan seterusnya, pikiran kita telah menjadi sadar, dan roh kita tampak dihidupkan kembali: orang biasa yang tidak berarti ini, yang hidup di antara kita dan sudah lama ditolak oleh kita—bukankah ini adalah Tuhan Yesus, yang selalu ada dalam pikiran kita, dalam keadaan terjaga atau dalam keadaan bermimpi, dan yang selalu kita rindukan siang dan malam? Itulah Dia! Itu benar-benar Dia! Dialah Tuhan kita! Dialah jalan, kebenaran, dan hidup! Dia telah memungkinkan kita hidup kembali dan melihat terang dan menghentikan hati kita dari pengembaraan. Kita telah kembali ke rumah Tuhan, kita telah kembali ke hadapan takhta-Nya, kita berhadapan muka dengan-Nya, kita telah melihat wajah-Nya, dan kita telah melihat jalan yang terbentang di depan. Saat ini, hati kita sepenuhnya ditaklukkan oleh-Nya; kita tidak lagi meragukan siapa Dia, tidak lagi menentang pekerjaan dan firman-Nya, dan kita jatuh tersungkur di hadapan-Nya. Kita hanya berharap untuk mengikuti jejak langkah Tuhan sepanjang sisa hidup kita, dan disempurnakan oleh-Nya, dan membalas kasih karunia-Nya, dan membalas kasih-Nya bagi kita, dan menaati pengaturan dan rencana-Nya dan bekerja sama dengan pekerjaan-Nya, serta melakukan semua yang kita bisa untuk menyelesaikan apa yang dipercayakan-Nya kepada kita.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 4: Memandang Penampakan Tuhan dalam Penghakiman dan Hajaran-Nya"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait