54. Peperangan Rohani

Oleh Saudara Yang Zhi, Amerika

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak manusia percaya kepada Tuhan, mereka telah menyimpan banyak niat yang tidak benar. Ketika engkau tidak melakukan kebenaran, engkau merasa semua niatmu benar, tetapi ketika sesuatu terjadi kepadamu, engkau akan melihat bahwa ada banyak niat yang tidak benar dalam dirimu. Oleh karena itu, ketika Tuhan menyempurnakan manusia, Dia membuat mereka menyadari bahwa ada banyak pemahaman dalam diri mereka yang menghalangi pengenalan mereka akan Tuhan. Ketika engkau menyadari bahwa niatmu salah, ketika engkau berhenti bertindak menuruti pemahaman dan niatmu, dan ketika engkau dapat menjadi kesaksian bagi Tuhan serta berdiri teguh di posisimu dalam segala hal yang terjadi kepadamu, ini membuktikan bahwa engkau telah memberontak terhadap kedaginganmu. Ketika engkau memberontak terhadap daging, akan ada peperangan dalam dirimu yang tidak terelakkan. Iblis akan berusaha untuk membuat orang-orang mengikutinya, akan berusaha untuk membuat mereka mengikuti pemahaman daging dan menjunjung tinggi kepentingan daging—tetapi firman Tuhan akan mencerahkan dan menerangi orang-orang di dalam batin mereka, dan pada saat ini, tergantung pada dirimu apakah engkau mengikuti Tuhan atau mengikuti Iblis. Tuhan meminta orang untuk melakukan kebenaran terutama untuk menangani hal-hal dalam diri mereka, untuk menangani pemikiran dan pemahaman yang tidak berkenan di hati Tuhan. Roh Kudus menjamah hati manusia dan mencerahkan serta menerangi mereka. Jadi ada peperangan di balik semua hal yang terjadi: setiap kali orang melakukan kebenaran, atau menerapkan kasih mereka kepada Tuhan, ada peperangan besar, dan walaupun daging mereka tampak baik-baik saja, sebenarnya di lubuk hati mereka, peperangan antara hidup dan mati akan terus terjadi—dan setelah peperangan yang sengit ini, setelah banyak perenungan, barulah kemenangan atau kekalahan dapat diputuskan. Orang tidak tahu entah harus tertawa atau menangis. Karena banyak niat yang salah dalam diri manusia, atau karena banyak pekerjaan Tuhan yang berseberangan dengan pemahaman mereka, tatkala orang melakukan kebenaran, peperangan yang dahsyat pun terjadi di balik layar. Setelah melakukan kebenaran ini, di balik layar, orang akan meneteskan begitu banyak air mata kesedihan sebelum pada akhirnya memutuskan untuk memuaskan Tuhan. Karena peperangan inilah manusia menanggung penderitaan dan pemurnian; inilah penderitaan yang sejati. Ketika peperangan menghampirimu, jika engkau dapat sungguh-sungguh berdiri di pihak Tuhan, engkau akan dapat memuaskan Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sungguh merasa bahwa menerapkan kebenaran sama sekali bukan masalah sederhana, dan peperangan rohani benar-benar diperlukan. Beberapa tahun yang lalu, adik ipar perempuanku tersingkap sebagai seorang pelaku kejahatan. Gereja bermaksud untuk mengeluarkannya, tetapi aku dibatasi oleh perasaanku dan tidak dapat menerapkan kebenaran. Di hatiku, aku bergumul keras, dan cukup sedih. Akhirnya, melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, aku dengan jelas melihat bahaya dan konsekuensi dari bertindak berdasarkan emosiku. Baru pada saat itulah aku mampu meninggalkan dagingku, melepaskan perasaanku, menyingkapkan dan menolak pelaku kejahatan itu, dan akhirnya menikmati kedamaian dan keamanan yang dihasilkan dengan menerapkan kebenaran.

Pada tahun 2017 aku kembali pulang untuk mengambil tugas kepemimpinan di gereja lokalku. Di sebuah pertemuan, saudara-saudariku memberitahuku bahwa dalam perjalanan tugasnya sebagai pemimpin gereja, Han Bing, adik iparku, sementara bersekutu di pertemuan, telah berusaha untuk pamer dengan mengucapkan kata-kata dan doktrin yang dangkal. Ke mana pun dia pergi, dia berbicara tentang tugas apa yang telah dia laksanakan dan bagaimana dia telah menderita untuk membuat orang lain memuja dan mendengarkannya. Setelah saudara-saudari berbicara dengannya tentang beberapa masalah yang ada dalam tugas mereka, dia telah menolak mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, dan telah menguliahi orang lain dengan nada yang merendahkan. Ceramah-ceramahnya telah menyebabkan beberapa saudara-saudari hidup dalam keadaan negatif dan kehilangan minat dalam tugas-tugas mereka. Kemudian, Han Bing telah diganti. Setelah itu, dia menolak untuk merenung dan memahami dirinya sendiri, dan dia masih menimbulkan provokasi dan perselisihan di antara saudara-saudari, mengganggu kehidupan bergereja. Para pemimpin gereja telah bersekutu dengannya beberapa kali, serta menangani dan mengkritiknya, tetapi dia menolak untuk menerima semuanya. Dia tetap tidak taat dan tidak puas, dan terus menyebarkan kenegatifan, menyebabkan gangguan yang parah pada kehidupan bergereja ... Ketika aku mendengar Han Bing telah berperilaku seperti ini, aku sangat marah. Aku teringat firman Tuhan: "Mereka yang menyebarkan omongan beracun dan jahat di dalam gereja, mereka yang menyebarkan rumor, menimbulkan ketidakharmonisan, dan membentuk kelompok-kelompok ekslusif di antara saudara-saudari—mereka haruslah diusir dari gereja. Namun, karena saat ini adalah masa pekerjaan Tuhan yang berbeda, orang-orang ini dibatasi, sebab mereka pasti menghadapi penyisihan. Semua orang yang telah dirusak oleh Iblis memiliki watak yang rusak. Beberapa orang semata-mata memiliki watak yang rusak, sementara beberapa orang lainnya berbeda: mereka bukan saja memiliki watak Iblis yang rusak, tetapi natur mereka juga luar biasa jahat. Bukan saja perkataan dan perbuatan mereka menyingkapkan watak Iblis dan rusak mereka; lebih dari itu, orang-orang ini adalah Iblis si setan yang asli. Perilaku mereka mengganggu dan mengacaukan pekerjaan Tuhan, menghalangi jalan masuk saudara-saudari ke dalam kehidupan, dan menghancurkan kehidupan bergereja yang normal. Cepat atau lambat, serigala-serigala berbulu domba ini harus disingkirkan; sikap yang tak kenal ampun, sikap penolakan, harus diterapkan atas para kaki tangan Iblis ini. Hanya inilah artinya berdiri di pihak Tuhan, dan mereka yang gagal melakukannya sedang berkubang dalam lumpur bersama Iblis" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Ketika aku teringat bagian firman Tuhan ini, aku mengerti dengan jelas bahwa ketika diukur dengan firman Tuhan, natur dan esensi Han Bing adalah benar-benar seorang pelaku kejahatan. Para pemimpin gereja dan rekan sekerja menganalisis perilakunya terhadap firman Tuhan, dan mengatakan bahwa meskipun dia mampu meninggalkan dan mengorbankan diri, dan sanggup menderita dan membayar harga sementara memenuhi tugasnya, dia congkak dan merasa diri penting, sama sekali tidak menerima kebenaran, sewenang-wenang dan gegabah, mengganggu kehidupan bergereja, dan menolak untuk memperbaiki kesalahannya bahkan setelah diberi tahu. Ini membuatnya menjadi pelaku kejahatan. Menurut peraturan dari pengaturan kerja rumah Tuhan, orang-orang seperti itu harus dikeluarkan. Setelah mendengar begitu banyak saudara-saudari mengatakan bahwa dia harus dikeluarkan dari gereja, aku merasa seperti makan buah simalakama: dari melihat perilakunya, aku bisa melihat bahwa dia benar-benar pelaku kejahatan, dan harus dikeluarkan, tetapi dia adalah adik perempuan istriku, dan mertuaku memperlakukanku dengan baik dan sangat memperhatikan keluargaku. Jika mereka tahu aku telah memutuskan untuk mengeluarkan Han Bing, lalu bukankah mereka akan menganggapku tidak berperasaaan, tidak tahu berterima kasih, dan tidak menghargai keluarga? Bagaimana aku bisa menghadapi mertuaku setelah melakukan hal seperti itu? Namun sebagai pemimpin gereja, jika aku tidak bertindak sesuai prinsip, mengetahui sepenuhnya bahwa ada pelaku kejahatan di gereja tetapi tidak mengeluarkannya, dan jika aku terus membiarkan pelaku kejahatan ini mengganggu kehidupan bergereja dan membahayakan umat pilihan Tuhan, bukankah itu membuatku menjadi kaki tangan pelaku kejahatan dan musuh Tuhan? Esensi masalahnya cukup serius. Aku takut memikirkannya lebih lanjut. Pada saat itu, aku seperti makan buah simalakama. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Saudari Zhou melihat bahwa aku tampak sedih, dan berkata kepadaku, "Saudara Yang, Han Bing telah mengganggu kehidupan bergereja berulang kali, dan dia tidak menunjukkan tanda pertobatan sedikit pun. Berdasarkan prinsip, dia harus dikeluarkan dari gereja. Ini adalah masalah melindungi pekerjaan gereja. Itulah hal yang terpenting! Kita perlu mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan tidak bertindak berdasarkan emosi dan perasaan pribadi kita sendiri." Setelah mendengarkannya, aku merasa semakin bingung.

Saat itu, beberapa saudara-saudari menasihati, "Han Bing telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dia telah meninggalkan keluarga dan kariernya untuk memenuhi tugasnya, dan dia telah banyak menderita. Menurut kami, dia harus diberi kesempatan lagi untuk bertobat." Ketika aku mendengar kata-kata itu, aku tahu dengan jelas bahwa saudara-saudari ini hanya mengatakan itu karena mereka telah ditipu oleh penampilan lahiriah Han Bing yang melakukan perbuatan baik, dan bahwa aku harus mempersekutukan kebenaran dengan mereka untuk menganalisis perilaku Han Bing sehingga mereka bisa mengetahui natur dan esensinya. Namun kemudian aku berpikir, Han Bing adalah putri kesayangan mertuaku, ibu mertuaku masih bingung dalam kepercayaannya kepada Tuhan, dan tidak memiliki kepekaan, dan istriku terlalu emosional. Jika aku memutuskan untuk mengeluarkan Han Bing dan menyingkapkan dan menganalisis perilaku jahatnya kepada saudara-saudariku, bukankah itu berarti aku akan secara terang-terangan menyinggung seluruh keluarga istriku? Jika aku mengatakan hal-hal yang baik tentang Han Bing di depan saudara-saudari, dan kemudian bersekutu dengannya untuk memintanya bertobat dan tidak menyebabkan gangguan lebih lanjut, lalu ada kemungkinan dia mungkin tidak perlu dikeluarkan dari gereja, dan dengan demikian, aku tidak perlu menyinggung keluarga istriku. Gagasan ini mengurangi beberapa kegelisahan yang kurasakan, jadi aku berkata kepada saudara-saudariku, "Han Bing memang telah melakukan perbuatan jahat dan melakukan pelanggaran, tetapi adalah kehendak Tuhan untuk menyelamatkan orang sebisa mungkin, jadi kita harus memberinya kesempatan lagi untuk bertobat. Jika dia melakukan kejahatan lagi, belum terlambat untuk mengeluarkannya, dan kita bisa membuat dia menerima keputusan itu dengan sepenuh hati." Ketika Saudari Zhou mendengarku mengucapkan kata-kata munafik ini, dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya dia tetap diam. Tak seorang pun yang mengatakan apa pun lagi, dan aku merasakan beberapa ketegangan di hatiku mereda. Aku berpikir bahwa akhirnya, aku tidak perlu khawatir lagi tentang menyinggung mertuaku. Namun dua hari kemudian, aku tiba-tiba menderita sariawan—ada tiga. Mulutku terasa seperti terbakar; panas dan sangat sakit. Terkadang itu sangat menyakitkan sehingga aku tidak bisa berbicara atau makan, dan rasa sakitnya menjadi sangat buruk bahkan membangunkanku di malam hari. Di tengah penderitaanku, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku tahu bahwa sariawan yang menyiksa di mulut dan lidahku ini tidak muncul begitu saja secara kebetulan; Ini adalah didikan dan pendisiplinan-Mu terhadapku. Ya Tuhan! Aku ingin bertobat kepada-Mu."

Kemudian, selama saat teduhku, aku melihat bagian firman Tuhan ini: "Orang-orang yang dengan tulus percaya kepada Tuhan selalu memiliki Dia di dalam hati mereka, dan mereka selalu memelihara hati yang menghormati Tuhan, hati yang mengasihi Tuhan. Mereka yang percaya kepada Tuhan harus melakukan segala sesuatu dengan hati-hati dan bijaksana, dan semua yang mereka lakukan haruslah sesuai dengan tuntutan Tuhan dan mampu memuaskan hati-Nya. Mereka tidak boleh keras kepala, melakukan apa pun yang mereka sukai; itu tidak sesuai dengan tata tertib orang kudus. Orang tidak boleh mengamuk, mengibarkan panji Tuhan sembari menyombongkan diri dan menipu di mana-mana; ini adalah jenis perilaku yang paling memberontak. Keluarga mempunyai aturan mereka sendiri dan negara memiliki hukum mereka sendiri—bukankah terlebih lagi di rumah Tuhan? Bukankah standarnya bahkan lebih ketat? Bukankah bahkan ada lebih banyak ketetapan administratif? Orang bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi ketetapan administratif Tuhan tidak dapat diubah seenaknya. Tuhan adalah Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran manusia; Dia adalah Tuhan yang menghukum mati manusia. Sungguhkah manusia belum mengetahui hal ini?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Firman Tuhan membuatku gemetar ketakutan. Aku melihat bahwa watak-Nya adalah kudus, benar, dan tidak menoleransi pelanggaran. Di rumah Tuhan, Kristus dan kebenaran memegang kuasa. Sikap Tuhan terhadap pelaku kejahatan yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja adalah benci dan jijik. Dan bagi mereka yang memiliki kepekaan tetapi terus berdiri di pihak para pelaku kejahatan dan membela mereka, sikap Tuhan adalah sangat jijik dan marah. Han Bing, sebagai orang yang menolak untuk mengamalkan kebenaran, yang menimbulkan provokasi dan perselisihan, serta yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, adalah justru jenis pelaku kejahatan yang disingkapkan oleh pekerjaan Tuhan, dan yang harus dikeluarkan. Namun untuk melindungi hubunganku dengan keluarga istriku, aku dengan terang-terangan menentang hati nuraniku dengan mengkhianati prinsip kebenaran. Aku melindungi dan membuat alasan bagi pelaku kejahatan. Aku berdiri di pihak seorang pelaku kejahatan, dan bertindak untuk melindunginya. Bukankah ini membuatku menjadi penolong dan kaki tangan seorang pelaku kejahatan? Tuhan menghormatiku dengan memberiku tugas kepemimpinan, tetapi aku tidak memiliki rasa hormat sama sekali terhadap-Nya. Aku jelas sekali memahami kebenaran, tetapi tidak menerapkannya, sebaliknya melakukan penipuan yang disengaja demi mempertahankan pelaku kejahatan di gereja, di mana dia telah mengganggu kehidupan bergereja dan membahayakan saudara-saudariku. Aku secara sadar dan dengan sengaja menyinggung watak Tuhan! Tindakanku mungkin dapat menipu orang lain, tetapi tidak dapat menipu Tuhan. Tuhan melihat apa yang ada di hati kita. Bagaimana Dia bisa menoleransi orang seperti diriku, yang telah bertindak dengan gegabah tanpa akal sehat seperti itu? Aku telah melakukan pelanggaran, dan aku tahu bahwa jika aku tidak bertobat, Tuhan akan menyingkirkanku. Jadi aku segera berdoa kepada Tuhan untuk bertobat. Setelah mendiskusikannya dengan beberapa rekan sekerjaku, kami membuat daftar perbuatan jahat Han Bing dan mengajukan agar dia dikeluarkan dari gereja. Setelah aku mendapatkan tekad untuk berbalik kepada Tuhan, sariawan di mulutku secara misterius sembuh.

Dua hari kemudian, aku pergi ke rumah ibu mertuaku untuk melakukan sesuatu, dan Han Bing ada di sana. Ketika Han Bing melihatku, dia menatapku dengan tajam lalu berbalik dan pergi. Ibu mertuaku berkata kepadaku dengan marah, "Adik iparmu telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan telah sangat menderita untuk menyebarkan Injil. Siapa orang yang tidak memiliki watak yang rusak? Jika gereja mengeluarkannya, bukankah dia akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keselamatan Tuhan? Kau tidak boleh begitu kejam terhadapnya!" Istriku juga ikut berbicara untuk membela Han Bing. Melihat betapa emosionalnya mereka, dan bahwa mereka tidak begitu mengenal Han Bing, aku bersekutu dengan mereka tentang perilakunya yang jahat. Namun ibu mertuaku tidak mendengarkan sama sekali. Sebaliknya, dia berteriak dengan marah kepadaku sementara air mata mengalir dari matanya. Melihat amarahnya, istriku juga berdiri di sana menegurku. Melihat semua ini, aku merasa sangat lemah dan sedih sehingga aku bahkan tidak bisa makan. Malam itu, saat aku berbaring di tempat tidur, aku gelisah, tidak bisa tidur betapa pun kerasnya aku berusaha. Di satu pihak, aku harus mengusir pelaku kejahatan untuk melindungi pekerjaan gereja, tetapi di lain pihak, ada tuduhan dari istri dan ibu mertuaku. Apa yang harus kulakukan? Jika aku mengeluarkan adik iparku, aku akan menyinggung seluruh keluarga ibu mertuaku, yang dapat memengaruhi hubunganku dengan istriku dan mungkin menyebabkan kehancuran keluargaku sendiri. Namun membiarkan pelaku kejahatan ini tetap berada di gereja dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan bergereja dan membahayakan kehidupan saudara-saudariku. Memikirkan semua ini membuatku merasa sangat sedih dan bingung. Yang bisa kulakukan adalah berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh: "Ya Tuhan, aku merasa sangat lemah. Dalam hal mengusir Han Bing, aku tidak ingin menyinggung-Mu, tetapi aku dibatasi oleh emosi dan mengalami kesulitan melakukan kebenaran. Kumohon Engkau memberiku kekuatan dan membimbingku untuk mengalahkan kuasa kegelapan agar aku dapat berdiri teguh dan menjadi saksi bagi-Mu."

Setelah berdoa, aku membaca beberapa firman Tuhan lagi: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan emosimu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Setiap pertanyaan firman Tuhan yang menegur menusuk hatiku dengan rasa sakit dan penderitaan. Aku merasakan di dalamnya ada ketulusan yang mendesak akan kehendak dan tuntutan-Nya. Tuhan berharap aku dapat menangani masalah mengeluarkan pelaku kejahatan tanpa mengandalkan emosi atau perasaan pribadiku, dan agar aku dapat berdiri teguh di pihak Tuhan dan menerapkan kebenaran untuk memuaskan kehendak-Nya. Aku teringat kepada Ayub selama ujiannya, dan bagaimana, sementara secara lahiriah kekayaannya dilucuti, anak-anaknya mati, para hambanya terbunuh, dan istri serta tiga temannya menyerang dia, di balik semua peristiwa ini adalah taruhan Iblis dengan Tuhan. Itu adalah pencobaan Iblis yang menimpa Ayub. Akhirnya, Ayub dapat berdiri di pihak Tuhan karena iman dan rasa hormatnya kepada Tuhan. Dia membuat Iblis menderita penghinaan dan kegagalan mutlak, dan dia memberikan kesaksian yang kuat dan meyakinkan bagi Tuhan. Yang tampaknya merupakan tekanan tambahan yang diberikan kepadaku oleh ibu mertuaku sebenarnya adalah peperangan di dunia roh. Itu adalah tipu muslihat Iblis. Itu adalah upaya untuk menghentikanku dari menerapkan kebenaran dengan mengambil keuntungan dari keterikatan emosionalku, sehingga pelaku kejahatan bisa tinggal dan terus mengganggu dan menghancurkan pekerjaan gereja. Namun Tuhan juga memakai masalah ini untuk mengujiku, untuk melihat apakah aku akan tunduk kepada Iblis karena kekangan istri dan ibu mertuaku, atau apakah aku justru akan menegakkan keadilan, menerapkan kebenaran, dan bertindak sesuai prinsip. Jika aku memilih untuk memuaskan dagingku dan berdiri di pihak Iblis, bukankah itu berarti aku telah jatuh ke dalam tipu muslihat Iblis? Jika aku melakukan itu, aku akan kehilangan kesaksian di hadirat Tuhan.

Ketika aku memikirkan semua itu, aku mulai merenung: selama ini, saat diperhadapkan dengan pilihan ini, mengapa aku merasa seperti makan buah simalakama dan merasa sangat sedih? Aku jelas sekali mengerti perlunya melindungi pekerjaan gereja, tetapi mengapa aku terus bertindak berdasarkan perasaanku, dan merasa sulit untuk menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai dengan prinsip? Setelah itu, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah dirusak teramat parah oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi.' Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang jahat, falsafah hidup yang menjijikkan, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak seorang pun yang akan rela taat kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah wilayah kekuasaan Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Dari firman Tuhan, aku jadi mengerti bahwa aku sedang hidup di dalam emosiku, tidak mampu menerapkan kebenaran dan dalam keadaan pemberontakan dan penentangan terhadap Tuhan, semua karena aku telah dirusak oleh Iblis. Iblis, raja setan, menggunakan indoktrinasi sosial dan pendidikan yang kuterima di sekolah untuk menanamkan falsafah iblis seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Darah lebih kental daripada air," dan "Manusia bukan benda mati; bagaimana bisa ia bebas dari emosi?" ke dalam diriku untuk membuatku memandang perasaanku terhadap orang lain sebagai hal terpenting dalam hidup, untuk membuatku berpikir bahwa menjaga hubungan dan peka terhadap perasaan orang lain adalah normal sebagai manusia, dan untuk membuatku percaya bahwa tidak melakukan itu artinya tidak berperasaan dan tidak beriman, dan bahwa aku akan disalahkan oleh orang lain karena itu. Aku memperlakukan falsafah iblis ini sebagai hal-hal positif, dan menganggapnya sebagai prinsip untuk dijalani, dan dalam menjalani kehidupanku sesuai dengan falsafah dan hukum iblis ini, aku menjadi tidak berprinsip dan bingung tentang yang benar dan yang salah, sangat egois, tercela, licik, dan curang. Dalam hal mengusir Han Bing, aku khawatir kerabatku akan mengatakan aku tidak tahu berterima kasih dan tidak berperasaan, dan itu akan menghancurkan keluargaku; ini membuatku mengabaikan pekerjaan gereja dan kehidupan saudara-saudariku. Aku benar-benar egois dan tercela. Berperilaku seperti ini, aku sungguh tak tahu berterima kasih dan tidak berperasaan. Jika kita berpikir tentang mengapa masyarakat kita begitu gelap dan jahat, dan mengapa tidak ada keadilan, itu karena semua orang menjalani kehidupan mereka sesuai dengan falsafah dan hukum iblis ini. Dalam kelompok orang mana pun, orang hanya peduli dengan hubungan emosional secara fisik. Orang hanya membela orang-orang yang terdekat dengan mereka. Bahkan ketika mereka melakukan sesuatu yang ilegal atau melakukan kejahatan, orang memikirkan cara untuk melindungi dan menolong mereka, dan mencampuradukkan antara yang benar dan salah dalam upaya membela mereka. Baru pada saat itulah aku melihat dengan jelas bahwa falsafah dan hukum iblis ini tampaknya masuk akal dan bermoral dan sesuai dengan gagasan manusia, tetapi itu sebenarnya adalah kekeliruan yang tidak masuk akal yang Iblis pakai untuk menipu dan merusak manusia. Itu berseteru dengan kebenaran dan dengan Tuhan. Ketika kita hidup menurut hal-hal ini, kita hanya bisa memberontak dan menentang Tuhan, menyakiti orang lain, dan hidup dalam natur setan. Dahulu, aku telah hidup sesuai dengan falsafah dan hukum iblis seperti itu, melindungi pelaku kejahatan, dan ikut andil dalam perbuatan salahnya. Namun Tuhan tidak menuntut pelanggaran masa laluku terhadapku, dan masih memberiku kesempatan untuk bertobat, di mana aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Jadi, aku berdoa dalam hati kepada Tuhan dan bersumpah: Ya Tuhan, aku tidak mau lagi bertindak berdasarkan emosiku sendiri. Aku hanya ingin mengasihi apa yang Engkau kasihi dan membenci apa yang Engkau benci seturut firman-Mu, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran, dan dengan segera mengeluarkan pelaku kejahatan dari gereja.

Keesokan harinya, pada pertemuan rekan sekerja, aku mendengar dari para rekan sekerja bahwa Han Bing masih belum memahami dirinya sendiri atau menunjukkan pertobatan sedikit pun, dan bahwa dia masih menimbulkan provokasi, menimbulkan perbedaan pendapat, dan berusaha membuat kelompok-kelompok tertutup. Ketika aku mendengar ini, aku semakin menyalahkan diriku sendiri. Aku membenci diriku sendiri karena telah bertindak berdasarkan emosiku dan tidak mengeluarkan dia pada waktu itu, membiarkannya mengganggu kehidupan bergereja. Kemudian, selama pertemuan berikutnya, aku mulai menggunakan firman Tuhan dengan hati-hati untuk menganalisis dan mengenali setiap perilaku jahat Han Bing, dan melalui persekutuan, saudara-saudari yang telah ditipu olehnya juga terbangun kepekaannya dan mulai menolaknya. Istriku, setelah mendapatkan pemahaman tentang kebenaran, juga mulai terbangun kepekaannya terhadap natur dan esensi Han Bing, dan tidak lagi berdebat bahwa dia telah diperlakukan tidak adil. Setelah Han Bing dikeluarkan dari gereja, gereja tidak lagi diganggu oleh pelaku kejahatan, sehingga saudara-saudari dapat menghadiri pertemuan dan kembali melaksanakan tugas mereka secara normal. Kami semua memuji Tuhan karena kebenaran-Nya! Kejadian ini membuatku melihat bahwa di rumah Tuhan, firman-Nya dan kebenaran memegang kuasa, bahwa segala sesuatu ditangani sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan bahwa orang-orang yang tidak percaya, pelaku kejahatan, dan antikristus tidak dapat mempertahankan diri mereka di rumah Tuhan. Aku juga secara pribadi mengalami bahwa hidup menurut falsafah dan hukum iblis hanya akan membawa penderitaan kepada kita. Itu tidak bermanfaat bagi kita, atau orang lain. Hanya melalui hidup menurut firman Tuhan kita dapat benar-benar merasa aman dan damai. Bahwa hari ini aku tidak lagi hidup menurut falsafah dan hukum iblis, dan bahwa aku telah menerobos batasan-batasan emosiku, aku dapat menerapkan beberapa kebenaran, dan dapat hidup dengan sedikit kebenaran—semua ini adalah berkat penyelamatan Tuhan, dan sepenuhnya merupakan efek yang dicapai oleh penghakiman dan hajaran dalam firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Sebelumnya: 53. Melepaskan Ikatan yang Membelenggu

Selanjutnya: 55. Membebaskan Diri dari Belenggu Perbudakan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

49. Cara Hidup yang Luar Biasa

Oleh Saudari Xun Qiu, JepangSaat kecil, aku diajari untuk tidak berterus terang kepada orang lain, dan jangan pernah "membuat masalah"....

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini