55. Membebaskan Diri dari Belenggu Perbudakan
Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sekarang adalah waktunya Aku menentukan akhir setiap orang, bukan tahap di mana Aku mulai membentuk manusia. Aku menulis dalam buku catatan-Ku, satu per satu, perkataan dan tindakan setiap orang, jalan yang telah mereka tempuh dalam mengikuti Aku, karakteristik dasar mereka, dan bagaimana mereka telah bersikap pada akhirnya. Dengan cara ini, tak peduli jenis orang macam apa mereka, tidak seorang pun akan lolos dari tangan-Ku, dan semua orang akan bersama jenis mereka sendiri sebagaimana yang Aku tetapkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). "Kesudahan setiap orang ditentukan berdasarkan esensi yang berasal dari perilaku mereka, dan hal itu selalu ditentukan dengan tepat. Tak seorang pun dapat menanggung dosa orang lain; terlebih lagi, tak seorang pun dapat menerima hukuman menggantikan orang lain. Hal ini mutlak. Kepedulian orang tua kepada anak-anaknya tidak menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan perbuatan benar menggantikan anak-anak mereka, begitu pula kasih sayang anak kepada orang tuanya bukan berarti mereka dapat melakukan perbuatan benar menggantikan orang tua mereka. Inilah makna sebenarnya di balik firman, 'Kalau ada dua orang di ladang, yang satu akan diambil, dan yang satu ditinggalkan. Dua wanita yang sedang menggiling di pengirikan; yang satu akan diambil, dan yang lain ditinggalkan.' Tak seorang pun dapat membawa anak-anak mereka yang melakukan kejahatan ke tempat perhentian berdasarkan kasih mereka yang dalam terhadap anak-anak mereka, dan tak seorang pun dapat membawa istri (atau suami) mereka ke tempat perhentian berdasarkan perilaku mereka yang benar. Ini adalah ketetapan administratif; tidak ada pengecualian bagi siapa pun. Pada akhirnya, para pelaku kebenaran adalah para pelaku kebenaran, dan para pelaku kejahatan adalah para pelaku kejahatan. Orang benar pada akhirnya akan dibiarkan hidup, sementara para pelaku kejahatan akan dimusnahkan. Orang yang kudus adalah kudus; mereka tidak najis. Orang yang najis adalah najis, dan tidak ada sedikit pun di dalam diri mereka yang kudus. Orang-orang yang akan dimusnahkan adalah semua orang fasik, dan yang akan selamat adalah semua orang benar—bahkan jika anak-anak orang jahat melakukan perbuatan yang benar, dan bahkan jika orang tua dari orang yang benar melakukan perbuatan yang jahat. Tidak ada hubungan antara suami yang percaya dan istri yang tidak percaya, dan tidak ada hubungan antara anak yang percaya dan orang tua yang tidak percaya; mereka adalah dua jenis orang yang sama sekali bertentangan. Sebelum masuk ke tempat perhentian, orang memiliki kerabat jasmaniah, tetapi begitu masuk ke tempat perhentian, orang tidak lagi memiliki kerabat jasmaniah untuk dibicarakan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Firman Tuhan memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan-Nya pada akhir zaman adalah memilah manusia menurut jenisnya. Dia menentukan kesudahan dan tempat tujuan setiap orang berdasarkan perilaku, natur, dan esensi mereka. Itu adalah sesuatu yang tak seorang pun dapat mengubahnya, dan itu ditentukan oleh watak benar Tuhan. Tuhan menuntut kita untuk memperlakukan orang lain sesuai dengan firman-Nya dan prinsip-prinsip kebenaran. Kita tidak boleh melindungi atau mendukung siapa pun berdasarkan emosi, bahkan orang yang kita kasihi sekalipun. Itu akan bertentangan dengan kebenaran dan merupakan pelanggaran terhadap watak Tuhan.
Suatu hari, sekitar tiga tahun yang lalu, saat sebuah pertemuan akan diakhiri, seorang pemimpin mengatakan kepadaku: "Ayahmu selalu menciptakan konflik di antara saudara-saudari, mengganggu kehidupan bergereja. Kami telah bersekutu dengan dia, membedah hal tersebut, dan memperingatkannya, tetapi dia tidak mau bertobat. Saudara-saudari telah melaporkan bahwa sebelumnya di tempat-tempat lain, dia juga telah melakukan hal yang sama dalam tugasnya. Kami akan mengumpulkan fakta-fakta tentang perbuatan jahatnya." Jantungku berdetak kencang saat aku mendengar hal ini dan aku bertanya-tanya, "Apakah benar-benar seburuk itu?" Namun kemudian aku teringat tentang bagaimana, dalam pertemuan-pertemuan bersama ayahku, dia benar-benar mengganggu kehidupan bergereja dan tidak mau menerima kebenaran. Dalam pertemuan-pertemuan dia tidak mau mempersekutukan firman Tuhan, tetapi selalu berbicara tentang hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran, menganggu orang-orang sehingga mereka tidak bisa dengan tenang merenungkan firman Tuhan. Aku menyinggung tentang hal ini kepadanya tetapi dia sama sekali tidak mau mendengarkan. Dia selalu punya banyak alasan untuk menjawab semua tuduhanku. Aku memberi tahu pemimpin gereja tentang keadaan tersebut. Pemimpin kemudian bersekutu dengan ayahku, membantunya beberapa kali, dan menjelaskan esensi dan akibat dari perilakunya. Namun ayahku menolak untuk menerimanya. Dia terus saja mencari-cari alasan dan berdebat. Dia sama sekali tidak mau bertobat. Masalah ini pasti sudah semakin parah karena sekarang saudara-saudari melaporkan tentang hal ini. Aku teringat ada beberapa orang di gereja yang dianggap sebagai orang jahat dan dikeluarkan karena mereka tidak mau melakukan kebenaran, tetapi selalu mengganggu kehidupan bergereja dan tidak mau bertobat. Jika ayahku benar-benar seperti itu, bukankah dia juga akan dikeluarkan? Jika itu memang benar-benar terjadi, perjalanan imannya akan berakhir. Apakah dia masih memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Kepanikanku bertambah ketika aku memikirkannya, dan aku merasa hatiku sangat khawatir.
Malam itu aku gelisah, tidak bisa tidur, memikirkan apa yang orang lain katakan tentang ayahku. Aku tahu mereka hanya berusaha melindungi kehidupan bergereja dari gangguan, karena mempertimbangkan jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan karena itu selaras dengan kehendak Tuhan. Aku tahu tentang perilaku ayahku dan bertanya-tanya apakah aku harus memberi tahu pemimpin tentang hal itu. Aku teringat tentang betapa penyayangnya ayahku ketika aku masih kecil. Setiap kali aku dan kakakku bertengkar, dia selalu melindungiku entah aku benar atau salah; ketika cuaca dingin dan asrama di sekolahku tidak ada selimut, dia akan mengendarai sepedanya sejauh lebih dari 90 km untuk membawakanku selimut. Ibuku sering berada di luar rumah karena harus bekerja, jadi ayahkulah yang biasanya memasak untukku dan merawatku. Pada saat memikirkan hal ini, aku tak mampu menahan air mataku. Pikirku, "Ayahlah yang membesarkan aku. Jika aku menyingkapkan dirinya dan dia mengetahuinya, bukankah dia akan berkata aku tak punya hati nurani, bahwa aku kejam? Bagaimana aku bisa menemuinya di rumah setelah itu?" Dengan enggan aku mulai menuliskan beberapa hal tentang perilaku ayahku, tetapi aku tidak mampu melanjutkannya. Kupikir, "Bagaimana jika aku menulis semua yang kuketahui dan dia dikeluarkan dari gereja? Sudahlah. Aku seharusnya tidak menulis ini." Aku ingin tidur nyenyak untuk melupakan hal ini, tetapi aku sama sekali tidak bisa tidur. Aku merasa gelisah dan merasa bersalah. Perilaku ayah benar-benar buruk belakangan ini, dan aku tahu tentang beberapa perbuatannya di masa lalu. Jika aku tidak melaporkannya, bukankah itu berarti aku telah menyembunyikan kebenaran? Aku merasa ada peperangan besar di hatiku. Aku harus datang ke hadapan Tuhan dalam doa. Aku berdoa, "Ya Tuhan, aku tahu tentang beberapa kejahatan yang ayahku lakukan, dan aku tahu aku harus menjunjung tinggi pekerjaan gereja dan bersikap jujur tentang apa yang kuketahui, tetapi aku tidak ingin melakukan itu karena khawatir dia akan dikeluarkan dari gereja. Tuhan, kumohon bimbinglah aku agar aku mampu melakukan kebenaran, menjadi orang yang jujur, dan menjunjung tinggi pekerjaan gereja." Setelah berdoa, aku merasa sedikit lebih tenang. Kemudian aku membaca firman Tuhan berikut ini: "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan emosimu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). "Semua orang hidup dalam emosi—sehingga Tuhan tidak menghindarkan seorang pun dari antara mereka, dan menyingkapkan rahasia yang tersembunyi dalam hati seluruh umat manusia. Mengapa sulit sekali bagi manusia memisahkan diri dari emosi? Apakah melakukan hal ini melampaui standar hati nurani? Bisakah hati nurani memenuhi kehendak Tuhan? Bisakah emosi membantu manusia mengatasi kesulitan? Di mata Tuhan, emosi adalah musuh-Nya—bukankah ini sudah dinyatakan dengan jelas dalam firman Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 28"). Aku tak punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam firman Tuhan ini. Aku tahu betul bahwa ayahku tidak mengejar kebenaran, dan bahwa dia mengganggu pertemuan dan menghalangi orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan. Dia tidak mendengarkan persekutuan siapa pun, dia berprasangka terhadap orang lain, menghakimi orang di belakang mereka, dan menabur perselisihan. Namun karena terkekang oleh emosi, aku gagal untuk memperhatikan bahwa jalan masuk kehidupan saudara-saudariku sedang diganggu olehnya. Aku sama sekali tidak mau berterus terang kepada pemimpin demi melindunginya. Aku tidak sedang melakukan kebenaran atau mempertimbangkan kehendak Tuhan. Aku teringat akan dua orang jahat yang dahulu dikeluarkan oleh gereja. Melihat mereka menolak untuk melakukan kebenaran dan mengganggu kehidupan bergereja membuatku sangat marah, dan aku menyingkapkan mereka dengan adil dan keras. Jadi mengapa aku tidak mampu bersikap jujur saat tiba waktunya bagiku untuk menuliskan tentang perilaku ayahku? Aku menyadari bahwa aku bukan orang yang jujur, bahwa aku tidak memiliki rasa keadilan. Aku tidak melakukan kebenaran atau menjunjung tinggi pekerjaan gereja pada saat kritis seperti ini. Sebaliknya, aku menggunakan emosiku untuk melindungi ayahku, menutupi kejahatannya dan melawan prinsip-prinsip kebenaran. Bukankah itu artinya aku berada di pihak Iblis dan menjadi musuh Tuhan? Menyadari hal ini, aku berdoa dan bertobat kepada Tuhan. "Aku tidak mau lagi bertindak berdasarkan emosiku. Aku ingin jujur tentang ayahku."
Setelah berdoa, aku mengingat kembali tentang beberapa perbuatan ayahku yang jahat dan menuliskan semuanya, satu per satu. Sementara melayani sebagai seorang diaken, dia telah berprasangka terhadap rekan sekerjanya, Saudara Zhang. Dia menghakimi dan melakukan diskriminasi terhadapnya di hadapan saudara-saudari lainnya, membuat Saudara Zhang tertekan dan berada dalam keadaan negatif. Pemimpin memangkas dan menangani ayahku, tetapi dia tidak mau mendengarkannya. Ketika saudara-saudari menunjukkan masalah-masalahnya, dia tidak mau menerima semua itu. Dia selalu berfokus pada kekurangan orang lain dan mengeksploitasi kelemahan mereka dan dia selalu berkata, "Aku telah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun. Aku telah memahami semuanya!" Ketika dia melihatku secara aktif melakukan tugasku, dia mendorongku untuk mengejar uang dan hal-hal duniawi, dan selalu mengatakan hal-hal yang negatif untuk mengurangi semangatku dalam melakukan tugasku. Suatu kali setelah dia mengalami kecelakaan mobil, Saudara Lin dari gereja pergi untuk mengunjunginya dan mempersekutukan kebenaran, mengatakan dia harus merenungkan dirinya sendiri dan belajar dari pengalamannya, tetapi dia tidak mau mendengarnya. Dia memutarbalikkan fakta, dan menyebarkan kabar angin bahwa Saudara Lin datang untuk mengejeknya. Itu membuat beberapa saudara-saudari berprasangka terhadap Saudara Lin. Memikirkan semua ini benar-benar mengejutkanku dan membuatku marah. Aku bertanya-tanya, "Apakah ini benar-benar ayahku? Bukankah ini adalah orang jahat?" Aku selalu mengira bahwa dalam kepercayaannya selama bertahun-tahun, dia selalu melakukan tugasnya untuk menyebarkan Injil, bahwa dia rela menderita dan membayar harga. Aku telah dibutakan oleh penampilan lahiriahnya, mengira dia adalah seorang percaya sejati. Aku tidak pernah berusaha melihat perilakunya. Aku sangat bodoh dan buta. Sekarang aku merasa bersalah karena telah dikuasai oleh emosi, memanjakan dan melindunginya. Kemudian aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Mereka yang menyebarkan omongan beracun dan jahat di dalam gereja, mereka yang menyebarkan rumor, menimbulkan ketidakharmonisan, dan membentuk kelompok-kelompok ekslusif di antara saudara-saudari—mereka haruslah diusir dari gereja. Namun, karena saat ini adalah masa pekerjaan Tuhan yang berbeda, orang-orang ini dibatasi, sebab mereka pasti menghadapi penyisihan. Semua orang yang telah dirusak oleh Iblis memiliki watak yang rusak. Beberapa orang semata-mata memiliki watak yang rusak, sementara beberapa orang lainnya berbeda: mereka bukan saja memiliki watak Iblis yang rusak, tetapi natur mereka juga luar biasa jahat. Bukan saja perkataan dan perbuatan mereka menyingkapkan watak Iblis dan rusak mereka; lebih dari itu, orang-orang ini adalah Iblis si setan yang asli. Perilaku mereka mengganggu dan mengacaukan pekerjaan Tuhan, menghalangi jalan masuk saudara-saudari ke dalam kehidupan, dan menghancurkan kehidupan bergereja yang normal. Cepat atau lambat, serigala-serigala berbulu domba ini harus disingkirkan; sikap yang tak kenal ampun, sikap penolakan, harus diterapkan atas para kaki tangan Iblis ini. Hanya inilah artinya berdiri di pihak Tuhan, dan mereka yang gagal melakukannya sedang berkubang dalam lumpur bersama Iblis" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Aku bersikeras membela perilaku ayahku dan melawan firman Tuhan, aku melihat apa yang ditunjukkannya ini bukanlah watak rusak biasa, tetapi natur yang jahat. Meskipun secara lahiriah dia terlihat antusias, rela menderita dalam melakukan tugasnya, dan sanggup untuk terus memberitakan Injil di tengah penganiayaan PKT, tetapi dia tidak bisa menerima kebenaran. Dia bahkan membenci kebenaran. Tindakannya menyingkapkan naturnya yang kejam dan licik. Dia pada dasarnya adalah orang jahat yang berasal dari Iblis, dan dia harus dikeluarkan. Meskipun aku adalah putrinya, aku tidak boleh mengandalkan perasaanku sendiri. Aku harus berada di pihak Tuhan dalam kepercayaanku, serta menyingkapkan dan menolak Iblis. Aku memikirkan saudara-saudari dalam kelompok yang kupimpin yang tidak memiliki pemahaman mengenai dirinya. Aku harus bersekutu dengan mereka dan menyingkapkan kejahatan ayahku sehingga mereka tidak akan tertipu lagi olehnya. Namun kemudian aku menjadi khawatir: "Beberapa dari mereka dibawa kepada Tuhan oleh ayahku dan berhubungan baik dengannya. Jika aku menyingkapkan dia, akankah mereka mengatakan bahwa aku tidak memiliki hati nurani, bahwa aku kejam? Dan jika dia dikeluarkan dari gereja dan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan, itu akan sangat menyakitkan baginya." Pikiran ini benar-benar menggangguku, dan aku kehilangan keinginan untuk mempersekutukannya. Malam itu, aku terjaga di tempat tidur, berpikir bahwa jika aku tidak menyingkapkan kejahatan ayahku dan saudara-saudari tertipu dan mereka berada di pihaknya, mereka akan turut terlibat dalam kejahatannya. Jika aku melihat mereka disesatkan tetapi tidak bersekutu dengan mereka, tidakkah aku akan mencelakakan mereka? Saat memikirkan itu aku merasa sedikit bersalah, jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku punya begitu banyak kekhawatiran sekarang. Kumohon berilah aku iman dan kekuatan, bimbinglah dan pimpinlah aku untuk melakukan kebenaran dan menyingkapkan orang yang jahat ini."
Setelah berdoa, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Dalam firman Tuhan, prinsip apa yang disebutkan sehubungan dengan cara orang harus memperlakukan satu sama lain? Kasihilah apa yang Tuhan kasihi, dan bencilah apa yang Tuhan benci. Artinya, orang-orang yang dikasihi Tuhan, yang sungguh-sungguh mengejar kebenaran dan melakukan kehendak Tuhan, itulah orang-orang yang harus kaukasihi. Mereka yang tidak melakukan kehendak Tuhan, yang membenci Tuhan, yang tidak taat kepada-Nya, dan yang dibenci-Nya, adalah orang-orang yang kita juga harus benci dan tolak. Inilah yang dituntut oleh firman Tuhan. Seandainya orang tuamu tidak percaya kepada Tuhan, itu berarti mereka membenci-Nya; dan jika mereka membenci-Nya, Tuhan pasti membenci mereka. Jadi, jika engkau diperintahkan untuk membenci orang tuamu, dapatkah engkau melakukannya? Jika mereka menentang Tuhan dan mencaci-Nya, mereka pastilah orang yang dibenci dan dikutuk-Nya. Dalam situasi semacam itu, bagaimana seharusnya engkau memperlakukan orang tuamu jika mereka menghalangi kepercayaanmu kepada Tuhan atau jika mereka tidak menghalangimu? Selama Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus berkata, 'Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara laki-laki-Ku? ... Karena siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dan saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.' Perkataan ini sudah ada sejak Zaman Kasih Karunia dan sekarang firman Tuhan bahkan lebih relevan: 'Kasihilah apa yang Tuhan kasihi, bencilah apa yang Tuhan benci.' Firman ini sangat terus terang, tetapi orang sering tidak mampu memahami makna yang sesungguhnya. Jika seseorang dikutuk oleh Tuhan, tetapi dari semua penampilan lahiriahnya, dia tampaknya cukup baik, atau merupakan orang tua atau kerabatmu, engkau mungkin tidak dapat membenci orang tersebut, dan bahkan mungkin ada banyak keintiman dan hubungan dekat di antara engkau berdua. Ketika engkau mendengar firman dari Tuhan seperti itu, engkau menjadi bingung dan tidak mampu mengeraskan hatimu terhadap orang tersebut atau meninggalkan orang seperti itu. Ini karena ada sebuah gagasan tradisional di sini yang mengikatmu. Engkau berpikir bahwa jika engkau melakukan ini, engkau akan mendatangkan murka Surga, dihukum oleh Surga, dan bahkan dibuang oleh masyarakat dan dihukum oleh opini publik. Selain itu, masalah yang bahkan lebih praktis adalah bahwa hal itu akan menganggu hati nuranimu. Hati nurani ini berasal dari apa yang orang tuamu ajarkan kepadamu sejak kecil, atau dari pengaruh dan penularan budaya sosial, yang salah satunya telah menanamkan cara berpikir seperti itu sedemikian dalam di dalam dirimu sehingga engkau tidak dapat melakukan firman Tuhan serta mengasihi apa yang Tuhan kasihi dan membenci apa yang Tuhan benci. Namun, di lubuk hatimu, engkau tahu bahwa engkau harus membenci dan menolak cara berpikir seperti itu, karena hidupmu berasal dari Tuhan dan bukan diberikan oleh orang tuamu. Manusia harus menyembah Tuhan dan menyerahkan dirinya kembali kepada-Nya. Meskipun engkau berkata dan juga berpikir bahwa engkau sama sekali tidak bisa menerima kebenaran ini dan tidak sanggup untuk menerapkannya. Apakah engkau tahu apa yang sedang terjadi di sini? Itu berarti hal-hal ini telah mengikatmu dengan kuat dan secara mendalam. Iblis memakai hal-hal ini untuk mengikat pemikiran, pikiran, dan hatimu sehingga engkau tidak dapat menerima firman Tuhan. Hal-hal seperti itu telah memenuhi dirimu sepenuhnya sampai pada titik di mana engkau tidak lagi memiliki ruang bagi firman Tuhan. Selain itu, jika engkau berusaha melakukan firman-Nya, cara-cara berpikir Iblis itu akan bekerja di dalam dirimu dan membuatmu bertentangan dengan firman dan tuntutan-Nya, sehingga membuatmu tidak mampu melepaskan diri dari ikatan-ikatan ini dan tidak mampu membebaskan diri dari perbudakan ini" ("Hanya dengan Mengenali Pandanganmu yang Salah Engkau Dapat Mengenal Dirimu Sendiri" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Kemudian aku mengerti bahwa prinsip yang Tuhan tuntut untuk kita miliki dalam menangani orang lain haruslah mengasihi apa yang Tuhan kasihi, membenci apa yang Tuhan benci. Orang yang mencintai kebenaran dan mampu melakukan kehendak Tuhan adalah mereka yang harus kita perlakukan dengan kasih, sementara orang jahat yang membenci kebenaran dan menentang Tuhan adalah orang-orang yang harus kita benci. Hanya tindakan seperti inilah yang selaras dengan kehendak Tuhan. Namun aku selalu terkekang oleh emosiku dalam menangani masalah ayahku. Aku melindungi dan menutupi kesalahannya. Aku tidak bisa mengasihi apa yang Tuhan kasihi, membenci apa yang Tuhan benci. Akar penyebabnya adalah karena gagasan kuno Iblis yaitu "Darah lebih kental daripada air" dan "Manusia bukan benda mati; bagaimana bisa dia bebas dari emosi?" telah menguasai hatiku. Aku tidak mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat, berpikir bahwa menyingkapkan perilaku jahat ayahku adalah tindakan yang keterlaluan, tidak berhati nurani. Aku takut dikritik dan dikutuk oleh orang lain. Demi melindungi hubungan darah, aku gagal menegakkan kebenaran dan menyingkapkan seseorang yang jahat, mengabaikan pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Itu sungguh tidak berhati nurani dan tak berperikemanusiaan. Aku menyadari bahwa gagasan kuno Iblis ini sedang menghentikanku dari melakukan kebenaran, membuatku berada di pihak Iblis dan menentang Tuhan, tanpa aku menyadarinya. Sesungguhnya, Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa kita harus berhati nurani dalam menangani setan-setan dan orang jahat, Dia juga tidak mengatakan bahwa menolak anggota keluarga yang adalah milik Iblis adalah tidak bermoral. Di Zaman Hukum Taurat, anak-anak Ayub yang tidak percaya kepada Tuhan mati dalam musibah, tetapi Ayub tidak mengeluh kepada Tuhan tentang kematian anak-anaknya dengan emosi. Sebaliknya, dia memuji nama Tuhan. Di Zaman Kasih Karunia, orang tua Petrus menahan dan menghalangi kepercayaannya, jadi dia meninggalkan mereka dan meninggalkan rumahnya, menyerahkan segalanya untuk mengikuti Tuhan, dengan demikian dia mendapatkan pujian Tuhan. Merenungkan pengalaman Ayub dan Petrus, aku mendapatkan beberapa pemahaman tentang tuntutan Tuhan untuk mengasihi apa yang Tuhan kasihi, membenci apa yang Tuhan benci.
Kemudian aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapa lagi musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang tidak taat kepada Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman, tetapi tidak memiliki kebenaran? Bukankah mereka adalah orang-orang yang hanya berupaya untuk memperoleh berkat tetapi tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan? Engkau masih bergaul dengan setan-setan itu sekarang dan memiliki hati nurani dan kasih terhadap mereka, tetapi dalam hal ini, bukankah engkau sedang menawarkan niat baikmu kepada Iblis? Bukankah ini dapat dianggap bersekutu dengan setan-setan? Jika orang pada zaman sekarang masih tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, dan terus secara membabi buta menjadi penuh kasih dan penyayang tanpa berniat mencari kehendak Tuhan atau mampu dengan cara apa pun menyimpan maksud-maksud Tuhan sebagai milik mereka, maka akhir hidup mereka akan menjadi lebih buruk. ... Jika engkau sesuai dengan mereka yang Kubenci dan yang dengannya Aku tidak sependapat, dan tetap memiliki kasih dan perasaan pribadi terhadap mereka, bukankah itu berarti engkau tidak taat? Bukankah engkau sedang dengan sengaja menentang Tuhan? Apakah orang semacam itu memiliki kebenaran? Jika orang memiliki hati nurani terhadap musuh, kasih kepada setan-setan, dan belas kasihan kepada Iblis, bukankah itu berarti mereka dengan sengaja mengganggu pekerjaan Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Membaca bagian firman Tuhan ini membuatku sangat tertekan dan merasa bersalah. Aku tahu bahwa ayahku membenci kebenaran dan selalu mengganggu kehidupan bergereja, dan bahwa natur dan esensinya jahat, tetapi aku tetap bersikap memaklumi dan penuh kasih sayang kepadanya, bahkan menutupi kejahatannya dan melindunginya. Bukankah itulah tepatnya yang dimaksudkan oleh Tuhan dengan "menawarkan niat baikmu kepada Iblis" dan "bersekutu dengan setan-setan"? Bukankah itu berarti aku sedang dengan berani menentang Tuhan dan mengganggu pekerjaan gereja? Di rumah Tuhan, kebenaran dan keadilanlah yang berkuasa. Semua kekuatan jahat Iblis, termasuk semua orang jahat dan antikristus, tidak boleh dipertahankan. Mereka harus disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan, dan dibersihkan dari gereja. Ini ditentukan oleh watak benar Tuhan. Namun aku telah menutupi kejahatan orang jahat, berusaha membiarkannya tinggal di rumah Tuhan. Bukankah itu berarti aku sedang menoleransi gangguan orang jahat terhadap kehidupan bergereja? Bukankah itu berarti aku sedang membantu musuh yang jahat dan menentang Tuhan? Jika aku terus melakukan itu, selain orang jahat itu, aku pun akan dihukum oleh Tuhan. Kesadaran ini membuatku sedikit takut. Aku memahami bahwa watak benar Tuhan tidak menoleransi pelanggaran dan menutupi kejahatan seorang pelaku kejahatan karena perasaan pribadi sangat berbahaya! Aku tidak boleh lagi berbicara dan bertindak berdasarkan perasaanku. Meskipun dia adalah ayahku, aku harus melakukan kebenaran, mengasihi apa yang Tuhan kasihi, membenci apa yang Tuhan benci, dan menjunjung tinggi kepentingan rumah Tuhan.
Kemudian aku pergi ke sebuah pertemuan kelompok dan mengungkapkan seluruh kebenaran tentang perilaku dan kejahatan ayahku. Saudara-saudari yang telah disesatkan oleh ayahku mulai memahami esensi ayahku tersebut. Gereja kemudian mengeluarkan pemberitahuan tentang dikeluarkannya ayahku. Aku pulang ke rumah, membacakan pemberitahuan itu kepadanya, dan berbicara tentang perilaku jahatnya. Aku terkejut ketika dia berkata dengan mencibir, "Aku sudah tahu sejak lama bahwa aku akan dikeluarkan. Aku percaya kepada Tuhan selama ini hanya untuk mendapatkan berkat, kalau tidak aku pasti sudah berhenti percaya sejak lama." Melihat dia tidak punya niat untuk bertobat, aku tahu dengan jelas di dalam hatiku bahwa esensinya yang jahat telah tersingkap sepenuhnya. Setelah ayahku dikeluarkan, tidak ada pelaku kejahatan yang mengganggu segala sesuatu di gereja. Dalam pertemuan, saudara-saudari dapat membaca firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran tanpa gangguan. Mereka melakukan tugas mereka dengan sebagaimana mestinya, dan kehidupan bergereja menghasilkan buah. Aku melihat bahwa di dalam rumah Tuhan, kebenaran dan keadilan berkuasa dan ketika kita melakukan kebenaran sesuai dengan firman Tuhan, kita melihat bimbingan dan berkat-Nya. Mengenai ayahku, aku secara berangsur-angsur membebaskan diri dari perasaan pribadiku dan pada akhirnya mulai mampu melakukan sedikit kebenaran dan mendukung pekerjaan gereja. Ini semua dicapai melalui penghakiman dan hajaran firman Tuhan!