4. Perbedaan esensial antara Tuhan yang berinkarnasi dan orang yang dipakai oleh Tuhan
Firman Tuhan yang Relevan:
Tuhan yang berinkarnasi disebut Kristus, dan Kristus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan. Daging ini tidak seperti manusia mana pun yang terbuat dari daging. Perbedaan ini dikarenakan Kristus bukanlah berasal dari daging dan darah; Dia adalah inkarnasi Roh. Dia memiliki kemanusiaan yang normal sekaligus keilahian yang lengkap. Keilahian-Nya tidak dimiliki oleh manusia mana pun. Kemanusiaan-Nya yang normal menunjang semua kegiatan normal-Nya dalam daging, sementara keilahian-Nya melaksanakan pekerjaan Tuhan sendiri. Baik kemanusiaan-Nya maupun keilahian-Nya, keduanya tunduk pada kehendak Bapa surgawi. Hakikat Kristus adalah Roh, yaitu keilahian. Oleh karena itu, hakikat-Nya adalah hakikat Tuhan sendiri; hakikat ini tidak akan menyela pekerjaan-Nya sendiri, dan Dia tidak mungkin melakukan apa pun yang menghancurkan pekerjaan-Nya sendiri, ataupun mengucapkan perkataan yang bertentangan dengan kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, Tuhan yang berinkarnasi tentunya tidak akan melakukan pekerjaan apa pun yang menyela pengelolaan-Nya sendiri. Inilah yang harus dipahami semua manusia.
Dikutip dari "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Karena Dia adalah manusia dengan esensi Tuhan, Dia berada di atas semua manusia ciptaan, di atas siapa pun yang dapat melakukan pekerjaan Tuhan. Demikianlah, di antara semua yang memiliki wujud manusia seperti Diri-Nya, di antara semua yang memiliki kemanusiaan, hanya Dialah Tuhan yang berinkarnasi itu sendiri—semua yang lain adalah manusia ciptaan. Meskipun mereka semua memiliki kemanusiaan, manusia ciptaan tidak memiliki apa pun selain kemanusiaan, sedangkan Tuhan yang berinkarnasi berbeda: di dalam daging-Nya, Dia bukan saja memiliki kemanusiaan, tetapi yang lebih penting, Dia memiliki keilahian. Kemanusiaan-Nya dapat dilihat dalam penampakan fisik daging-Nya dan dalam kehidupan-Nya sehari-hari, tetapi keilahian-Nya sulit dipahami. Karena keilahian-Nya diungkapkan hanya ketika Dia memiliki kemanusiaan, dan tidak begitu supranatural sebagaimana yang dibayangkan orang, keilahian-Nya sangat sulit untuk dipahami orang. Bahkan sekarang, orang-orang paling kesulitan untuk memahami esensi sejati dari Tuhan yang berinkarnasi. Bahkan setelah Aku menjelaskan panjang lebar tentang semua ini, Kuduga hal ini masih tetap menjadi misteri bagi kebanyakan orang di antaramu. Sebenarnya, masalah ini sangat sederhana: karena Tuhan menjadi daging, esensi-Nya adalah kombinasi antara kemanusiaan dan keilahian. Kombinasi ini disebut Tuhan itu sendiri, Tuhan sendiri yang berada di bumi.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika, ketika Dia datang dalam daging, Tuhan hanya melakukan pekerjaan keilahian, dan tidak ada orang yang berkenan di hati-Nya untuk bekerja sama dengan-Nya, maka manusia tidak akan mampu memahami kehendak Tuhan atau terhubung dengan Tuhan. Tuhan harus memakai orang normal yang berkenan di hati-Nya untuk menyelesaikan pekerjaan ini, untuk mengawasi, dan menggembalakan gereja-gereja, sehingga tingkat proses berpikir manusia, otaknya, dapat membayangkannya. Dengan kata lain, Tuhan memakai sejumlah kecil orang yang berkenan di hati-Nya untuk "menerjemahkan" pekerjaan yang Dia lakukan dalam keilahian-Nya, sehingga pekerjaan keilahian itu dapat dibuka—mengubah bahasa ilahi menjadi bahasa manusia, sehingga manusia bisa mengerti dan memahaminya. Jika Tuhan tidak melakukan hal itu, tak seorang pun akan mengerti bahasa ilahi Tuhan, karena bagaimanapun juga, orang yang berkenan di hati-Nya sangatlah sedikit, dan kemampuan manusia untuk memahami lemah. Itulah sebabnya Tuhan memilih menggunakan metode ini hanya ketika bekerja di dalam daging inkarnasi-Nya. Jika yang ada hanyalah pekerjaan ilahi, tidak mungkin manusia mengenal atau terhubung dengan Tuhan, karena manusia tidak mengerti bahasa Tuhan. Manusia bisa mengerti bahasa ini hanya lewat bantuan manusia lain yang berkenan di hati Tuhan, yang menjelaskan firman-Nya. Namun, jika hanya ada orang-orang itu semacam itu yang bekerja dalam kemanusiaan, yang hanya mampu mempertahankan kehidupan manusia normal; itu tidak bisa mengubah watak manusia. Pekerjaan Tuhan tidak dapat memiliki titik awal yang baru; hanya akan ada lagu-lagu lama yang sama, kata-kata hambar usang yang sama. Hanya melalui perantaraan Tuhan yang berinkarnasi, yang mengatakan semua yang perlu dikatakan dan melakukan semua yang perlu dilakukan selama masa inkarnasi-Nya, di mana setelah itu manusia bekerja dan mengalami sesuai dengan firman-Nya, hanya dengan demikianlah watak hidup mereka dapat berubah, dan hanya dengan demikianlah mereka akan mampu mengikuti pergerakan zaman. Dia yang bekerja dalam keilahian merepresentasikan Tuhan, sementara mereka yang bekerja dalam kemanusiaan adalah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan yang berinkarnasi sebenarnya berbeda dengan manusia yang dipakai oleh Tuhan. Tuhan yang berinkarnasi mampu melakukan pekerjaan keilahian, sedangkan orang-orang yang dipakai oleh Tuhan tidak mampu. Di awal setiap zaman, Roh Tuhan berbicara secara pribadi dan memulai zaman baru untuk membawa manusia masuk ke dalam ke awal yang baru. Ketika Dia sudah selesai berfirman, ini menandakan bahwa pekerjaan Tuhan dalam keilahian-Nya sudah selesai. Setelah itu, semua orang mengikuti pimpinan mereka yang dipakai oleh Tuhan untuk masuk ke dalam pengalaman hidup mereka.
Dikutip dari "Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang dipakai oleh Tuhan dilakukan dengan tujuan untuk bekerja sama dengan pekerjaan Kristus atau Roh Kudus. Orang ini dibangkitkan oleh Tuhan dari antara manusia lainnya, dan dia ada untuk memimpin semua orang pilihan Tuhan, dan dia juga dibangkitkan oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan kerja sama manusia. Dengan orang seperti ini, yang mampu melakukan pekerjaan kerja sama manusia, semakin banyak tuntutan Tuhan terhadap manusia dan pekerjaan yang harus dilakukan Roh Kudus di antara manusia dapat tercapai melalui dia. Atau, dapat dikatakan seperti ini: tujuan Tuhan dalam memakai orang ini adalah agar semua orang yang mengikut Tuhan dapat memahami kehendak Tuhan dengan lebih baik, dan dapat memenuhi lebih banyak tuntutan Tuhan. Karena manusia tidak mampu memahami firman Tuhan ataupun kehendak-Nya secara langsung, Tuhan telah mengangkat seseorang yang sudah terbiasa melakukannya. Orang yang dipakai oleh Tuhan juga dapat disebut sebagai seorang perantara yang melaluinya Tuhan membimbing manusia, sebagai seorang "penerjemah" yang menyampaikan pesan antara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu, orang seperti ini tidak sama dengan mereka yang bekerja di rumah Tuhan, ataupun para rasul-Nya. Sama seperti mereka, dia dapat dikatakan sebagai seseorang yang melayani Tuhan, tetapi hakikat pekerjaannya dan latar belakang mengapa dia dipakai Tuhan berbeda jauh dari para pekerja dan rasul Tuhan lainnya. Dalam hal hakikat pekerjaan dan juga latar belakang dia dipakai Tuhan, orang yang dipakai Tuhan itu dibangkitkan oleh-Nya, dia dipersiapkan oleh Tuhan untuk pekerjaan Tuhan, dan dia bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan itu sendiri. Tidak ada orang yang dapat menggantikan orang ini dalam pekerjaannya—ini merupakan kerja sama manusia yang sangat diperlukan bersama pekerjaan ilahi. Sementara pekerjaan yang dilaksanakan oleh para pekerja atau rasul lain hanyalah merupakan penyampaian dan implementasi dari berbagai aspek pengaturan gereja pada setiap periode, atau pekerjaan pembekalan hidup sederhana untuk memelihara kehidupan gereja. Para pekerja dan rasul ini tidak ditunjuk oleh Tuhan, apalagi disebut sebagai orang-orang yang dipakai oleh Roh Kudus. Mereka dipilih dari antara gereja-gereja dan setelah mereka dilatih dan dipersiapkan selama beberapa waktu, mereka yang layak akan dipertahankan, sementara mereka yang tidak layak akan dikirim kembali ke tempat mereka berasal. Karena orang-orang ini dipilih dari antara gereja-gereja, beberapa dari mereka menunjukkan tabiat asli mereka setelah menjadi pemimpin, dan beberapa bahkan berbuat banyak hal buruk dan akhirnya disingkirkan. Orang yang dipakai oleh Tuhan, sebaliknya, adalah orang yang telah dipersiapkan oleh Tuhan, dan yang memiliki kualitas tertentu, serta memiliki kemanusiaan. Dia telah dipersiapkan dan disempurnakan terlebih dahulu oleh Roh Kudus, dan sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus, dan, khususnya saat menyangkut pekerjaannya, dia dibimbing dan diperintah oleh Roh Kudus—sebagai hasilnya, tidak ada penyimpangan dalam jalan memimpin orang-orang pilihan Tuhan, karena Tuhan pasti bertanggung jawab atas pekerjaan-Nya sendiri, dan Tuhan senantiasa mengerjakan pekerjaan-Nya sendiri.
Dikutip dari "Perihal Pemakaian Tuhan Atas Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Ketika Tuhan datang ke bumi, Dia hanya melakukan pekerjaan-Nya dalam keilahian, di mana itulah yang dipercayakan Roh surgawi kepada Tuhan yang berinkarnasi. Ketika Dia datang, Dia hanya berbicara di seluruh negeri, menyuarakan perkataan-Nya dengan berbagai cara dan dari berbagai sudut pandang. Dia terutama menganggap tugas membekali dan mengajar manusia sebagai tujuan dan prinsip pekerjaan-Nya, dan tidak memusingkan diri-Nya dengan hal-hal seperti hubungan antarpribadi atau detail kehidupan manusia. Pelayanan utama-Nya adalah berbicara atas nama Roh. Artinya, ketika Roh Tuhan menampakkan diri secara nyata dalam daging, Dia hanya membekali hidup manusia dan melepaskan kebenaran. Dia tidak melibatkan diri-Nya dalam pekerjaan manusia, dengan kata lain, Dia tidak berpartisipasi dalam pekerjaan umat manusia. Manusia tidak bisa melakukan pekerjaan ilahi, dan Tuhan tidak berpartisipasi dalam pekerjaan manusia. Selama bertahun-tahun sejak Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu melakukannya melalui manusia. Namun, orang-orang ini tidak bisa dianggap sebagai Tuhan yang berinkarnasi—hanya dianggap sebagai manusia yang dipakai oleh Tuhan. Sementara itu, Tuhan zaman sekarang bisa berbicara langsung dari sudut pandang keilahian, memperdengarkan suara Roh-Nya dan bekerja atas nama Roh. Semua manusia yang telah dipakai oleh Tuhan selama berabad-abad juga adalah contoh-contoh Roh Tuhan yang bekerja dalam tubuh daging—jadi mengapa mereka tidak bisa disebut sebagai Tuhan? Namun, Tuhan zaman sekarang juga adalah Roh Tuhan yang bekerja secara langsung dalam daging, dan Yesus juga adalah Roh Tuhan yang bekerja dalam daging; keduanya disebut sebagai Tuhan. Jadi apa perbedaannya? Orang-orang yang telah dipakai Tuhan selama berabad-abad semuanya mampu berpikir dan bernalar secara normal. Mereka semua memahami prinsip-prinsip perilaku manusia. Mereka memiliki ide-ide manusia normal, dan telah memiliki segala sesuatu yang seharusnya dimiliki manusia normal. Kebanyakan dari mereka memiliki bakat dan kecerdasan bawaan yang luar biasa. Dalam bekerja atas orang-orang ini, Roh Tuhan memanfaatkan bakat mereka, yang merupakan karunia pemberian Tuhan kepada mereka. Roh Tuhan mengaktivasi bakat mereka, menggunakan kekuatan mereka dalam pelayanan kepada Tuhan. Namun hakikat Tuhan tidak memiliki ide atau pemikiran, tidak tercemar dengan niat manusia, dan bahkan tidak memiliki hal-hal yang dimiliki manusia normal. Dengan kata lain, Dia bahkan tidak memahami prinsip-prinsip perilaku manusia. Beginilah keadaannya ketika Tuhan zaman sekarang datang ke bumi. Pekerjaan-Nya dan firman-Nya tidak tercemar dengan niat atau pemikiran manusia, tetapi merupakan perwujudan langsung dari niat Roh, dan Dia bekerja secara langsung atas nama Tuhan. Ini berarti Roh berfirman secara langsung, yaitu, keilahian melakukan pekerjaan secara langsung, tanpa tercampur sedikit pun dengan niat manusia. Dengan kata lain, Tuhan yang berinkarnasi mewujudkan keilahian secara langsung, tanpa pemikiran atau gagasan manusia, dan tidak memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip perilaku manusia. Jika hanya keilahian saja yang bekerja (artinya jika hanya Tuhan itu sendiri yang bekerja), tidak mungkin pekerjaan Tuhan dapat dilakukan di bumi. Jadi ketika Tuhan datang ke bumi, Dia harus memiliki sejumlah kecil orang yang Dia pakai untuk bekerja dalam kemanusiaan dalam hubungannya dengan pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam keilahian. Dengan kata lain, Dia memakai pekerjaan manusia untuk menopang pekerjaan ilahi-Nya. Jika tidak, maka tidak mungkin manusia bisa terlibat langsung dengan pekerjaan ilahi. Inilah yang terjadi dengan Yesus dan murid-murid-Nya. Selama Dia berada di dunia, Yesus menghapuskan hukum yang lama dan menetapkan perintah yang baru. Dia juga mengucapkan banyak firman. Semua pekerjaan ini dilakukan dalam keilahian. Yang lainnya, seperti Petrus, Paulus, dan Yohanes, semua melandaskan pekerjaan mereka selanjutnya di atas dasar firman Yesus. Dengan kata lain, Tuhan memulai pekerjaan-Nya pada zaman itu, memulai awal Zaman Kasih Karunia; yang berarti, Dia memulai sebuah zaman yang baru, menghapuskan zaman yang lama, dan juga menggenapi firman, "Tuhan adalah Yang Pertama dan Yang Terakhir". Dengan kata lain, manusia harus melakukan pekerjaan manusia di atas dasar pekerjaan ilahi. Setelah Yesus menyampaikan semua yang harus dikatakan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Dia meninggalkan manusia. Setelah ini, semua manusia, dalam bekerja, melakukan pekerjaannya menurut prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam firman-Nya, dan melakukannya sesuai dengan kebenaran yang Dia sampaikan. Semua orang ini adalah orang-orang yang bekerja bagi Yesus. Jika Yesus sendiri saja yang bekerja, seberapa banyak pun firman yang diucapkan-Nya, manusia tidak akan memiliki sarana untuk terlibat dengan firman-Nya, karena Dia bekerja dalam keilahian dan hanya bisa mengucapkan firman keilahian, dan Dia tidak bisa menjelaskan segala sesuatu sampai ke tahap di mana manusia normal mampu memahami firman-Nya. Itu sebabnya Dia harus memiliki para rasul dan nabi yang datang setelah Dia pergi untuk melengkapi pekerjaan-Nya. Inilah prinsip bagaimana Tuhan yang berinkarnasi melakukan pekerjaan-Nya—memakai daging inkarnasi-Nya untuk berfirman dan bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan keilahian, dan kemudian memakai beberapa atau mungkin lebih banyak orang yang berkenan di hati-Nya untuk melengkapi pekerjaan-Nya. Artinya, Tuhan memakai manusia yang berkenan di hati-Nya untuk melakukan pekerjaan penggembalaan dan penyiraman umat manusia sehingga umat pilihan Tuhan bisa masuk ke dalam kebenaran kenyataan.
Dikutip dari "Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Pada Zaman Kasih Karunia, Yohanes membuka jalan bagi Yesus. Yohanes tidak dapat melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, melainkan hanya memenuhi tugas manusia. Meskipun Yohanes adalah pendahulu Tuhan, dia tidak mampu merepresentasikan Tuhan; dia hanyalah seorang manusia yang dipakai oleh Roh Kudus. Setelah Yesus dibaptis, Roh Kudus turun ke atas-Nya seperti burung merpati. Dia kemudian memulai pekerjaan-Nya, yaitu, Dia mulai melakukan pelayanan Kristus. Itulah sebabnya Dia memiliki identitas Tuhan, karena dari Tuhanlah Dia berasal. Seperti apa pun keteguhan hati-Nya sebelum ini—mungkin terkadang lemah, atau terkadang kuat—semua yang ada dalam kehidupan manusia normal yang Dia jalani sebelum melakukan pelayanan-Nya. Setelah Dia dibaptis (yang berarti, diurapi), kuasa dan kemuliaan Tuhan segera menyertai-Nya, dan dengan demikian, mulailah Dia melakukan pelayanan-Nya. Dia dapat mengadakan tanda-tanda dan keajaiban, melakukan mukjizat, dan Dia memiliki kuasa dan otoritas, karena Dia bekerja secara langsung mewakili Tuhan itu sendiri; Dia sedang melakukan pekerjaan Roh mewakili-Nya dan mengungkapkan suara Roh. Jadi, Dia adalah Tuhan itu sendiri; hal ini tak terbantahkan. Yohanes adalah seseorang yang dipakai oleh Roh Kudus. Dia tidak dapat merepresentasikan Tuhan, dan tidak mungkin baginya untuk merepresentasikan Tuhan. Jika dia ingin melakukannya, Roh Kudus tidak akan mengizinkannya, karena dia tidak mampu melakukan pekerjaan yang hendak dilakukan oleh Tuhan itu sendiri. Mungkin ada banyak dalam dirinya yang merupakan kehendak manusia, atau ada sesuatu yang menyimpang; dalam keadaan apa pun, tidak mungkin dia dapat secara langsung merepresentasikan Tuhan. Kesalahan dan kebodohannya hanya merepresentasikan dirinya sendiri, tetapi pekerjaannya merepresentasikan Roh Kudus. Namun, engkau tidak dapat mengatakan bahwa seluruh dirinya merepresentasikan Tuhan. Dapatkah kesalahan dan kekeliruannya dianggap merepresentasikan Tuhan juga? Melakukan kekeliruan ketika merepresentasikan manusia adalah lumrah, tetapi jika orang menyimpang tatkala merepresentasikan Tuhan, bukankah itu mempermalukan Tuhan? Bukankah itu penghujatan terhadap Roh Kudus? Roh Kudus tidak akan semudah itu membiarkan manusia berdiri di tempatnya Tuhan, bahkan sekalipun dia ditinggikan oleh orang lain. Jika dia bukan Tuhan, dia tak akan mampu berdiri teguh pada akhirnya. Roh Kudus tidak akan mengizinkan manusia merepresentasikan Tuhan sesuai keinginannya! Sebagai contoh, Roh Kuduslah yang memberikan kesaksian tentang Yohanes dan Roh Kudus jugalah yang menyatakan kepadanya bahwa dia akan menjadi seseorang yang membuka jalan bagi Yesus, tetapi pekerjaan yang dilakukan di dalam dirinya oleh Roh Kudus itu terbatas. Satu-satunya yang diminta dari Yohanes adalah menjadi pembuka jalan bagi Yesus, mempersiapkan jalan bagi-Nya. Artinya, Roh Kudus hanya menopang pekerjaannya dalam membuka jalan dan mengizinkannya hanya untuk melakukan pekerjaan tersebut—dia tidak diizinkan melakukan pekerjaan yang lain. Yohanes merepresentasikan Elia, dan dia merepresentasikan nabi yang membuka jalan. Roh Kudus menopangnya dalam hal ini; sejauh apa yang dikerjakannya itu membuka jalan, Roh Kudus pun menopangnya. Namun, jika dia menyatakan dirinya sebagai Tuhan itu sendiri dan berkata bahwa dia telah datang untuk menyelesaikan pekerjaan penebusan, Roh Kudus harus mendisiplinkan dirinya. Sehebat apa pun pekerjaan Yohanes, dan sekalipun pekerjaannya ditopang Roh Kudus, pekerjaannya itu bukannya tanpa batas. Memang benar bahwa Roh Kudus sungguh menopang pekerjaannya, tetapi kuasa yang diberikan kepadanya pada saat itu terbatas hanya pada pekerjaannya membuka jalan. Dia tidak dapat sama sekali melakukan pekerjaan yang lain, karena dia hanyalah Yohanes yang membuka jalan dan bukan Yesus. Jadi, kesaksian Roh Kudus sangat penting, tetapi pekerjaan yang Roh Kudus izinkan untuk manusia lakukan bahkan lebih penting lagi. Bukankah Yohanes telah menerima kesaksian yang luar biasa pada waktu itu? Bukankah pekerjaannya juga hebat? Namun, pekerjaan yang dia lakukan tidak dapat melampaui pekerjaan Yesus, karena dia tidak lebih dari seorang manusia yang dipakai oleh Roh Kudus dan dia tidak dapat secara langsung merepresentasikan Tuhan, jadi pekerjaan yang dia lakukan terbatas. Setelah dia menyelesaikan pekerjaan membuka jalan, Roh Kudus tidak lagi menopang kesaksiannya, tidak ada lagi pekerjaan baru mengikutinya, dan dia pun pergi pada saat pekerjaan Tuhan itu sendiri dimulai.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (1)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Perkataan Tuhan tidak dapat dibuat menjadi perkataan manusia, apalagi perkataan manusia dapat dibuat menjadi perkataan Tuhan. Manusia yang dipakai Tuhan bukanlah Tuhan yang berinkarnasi, dan Tuhan yang berinkarnasi bukanlah manusia yang dipakai Tuhan. Ada perbedaan mendasar dalam hal ini. Mungkin, setelah membaca perkataan ini, engkau tidak mengakuinya sebagai perkataan Tuhan, tetapi hanya menerimanya sebagai pencerahan yang telah diperoleh manusia. Jika demikian, engkau dibutakan oleh ketidaktahuan. Bagaimana mungkin perkataan Tuhan sama dengan pencerahan yang telah diperoleh manusia? Firman dari Tuhan yang berinkarnasi membuka zaman yang baru, membimbing seluruh umat manusia, mengungkapkan misteri, dan menunjukkan kepada manusia arah yang harus diambilnya pada zaman yang baru. Pencerahan yang diperoleh manusia hanyalah instruksi sederhana untuk penerapan atau pengetahuan. Pencerahan ini tidak dapat membimbing seluruh umat manusia ke dalam zaman yang baru atau mengungkapkan misteri Tuhan itu sendiri. Kesimpulannya, Tuhan tetaplah Tuhan, dan manusia tetaplah manusia. Tuhan memiliki esensi Tuhan dan manusia memiliki esensi manusia. Jika manusia menganggap perkataan yang diucapkan Tuhan hanya sebagai pencerahan oleh Roh Kudus, dan menganggap perkataan para rasul dan nabi sebagai perkataan yang diucapkan secara pribadi oleh Tuhan, itu adalah kesalahan manusia.
Dikutip dari "Kata Pengantar, Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Pekerjaan dalam arus Roh Kudus, baik itu pekerjaan Tuhan sendiri maupun pekerjaan manusia yang dipakai oleh Roh Kudus, merupakan pekerjaan Roh Kudus. Esensi Tuhan itu sendiri adalah Roh, yang dapat disebut sebagai Roh Kudus atau Roh yang diperkuat tujuh kali lipat. Sepenuhnya, Mereka adalah Roh Tuhan, meskipun Roh Tuhan telah disebut dengan nama-nama yang berbeda pada zaman yang berbeda. Esensi Mereka tetap satu. Oleh karena itu, pekerjaan Tuhan itu sendiri adalah pekerjaan Roh Kudus, sedangkan pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi tidak lain adalah Roh Kudus yang sedang bekerja. Pekerjaan manusia yang dipakai juga merupakan pekerjaan Roh Kudus. Namun, pekerjaan Tuhan adalah ungkapan sempurna dari Roh Kudus, yang mutlak benar, sedangkan pekerjaan manusia yang dipakai tercampur dengan banyak unsur manusia, dan itu bukan ungkapan langsung dari Roh Kudus, apalagi ungkapan sempurna-Nya. Pekerjaan Roh Kudus bervariasi dan tidak dibatasi oleh kondisi apa pun. Pekerjaan Roh Kudus bervariasi dalam diri orang-orang yang berbeda; pekerjaan ini mewujudkan berbagai esensi yang berbeda, dan berlainan sesuai zamannya, dan juga sesuai negara. Tentu saja, meskipun Roh Kudus bekerja dengan banyak cara yang berbeda dan menurut banyak prinsip, bagaimanapun pekerjaan itu dilakukan atau pada orang macam apa, esensinya selalu berbeda; semua pekerjaan yang dilakukan pada orang-orang yang berbeda mengandung prinsip, dan semuanya dapat merepresentasikan esensi dari objeknya. Ini karena pekerjaan Roh Kudus sangat spesifik lingkupnya dan sangat terukur. Pekerjaan yang dilakukan dalam daging inkarnasi tidak sama dengan pekerjaan yang dilakukan dalam diri manusia, dan pekerjaan tersebut juga bervariasi tergantung pada kualitas manusia yang atasnya pekerjaan tersebut dilakukan. Pekerjaan yang dilakukan dalam daging inkarnasi tidak dilakukan dalam diri manusia, dan pekerjaan itu bukanlah pekerjaan yang sama dengan yang dilakukan dalam diri manusia. Singkatnya, bagaimanapun pekerjaan tersebut dilakukan, pekerjaan yang dilakukan pada berbagai objek tidak pernah sama, dan prinsip yang digunakan-Nya untuk bekerja pun berbeda sesuai dengan keadaan dan natur berbagai orang, yang atasnya Dia bekerja. Roh Kudus bekerja pada berbagai orang berdasarkan esensi bawaannya dan tidak menuntut mereka melebihi esensi itu, dan Dia juga tidak bekerja atas mereka melebihi kualitas bawaan mereka. Jadi, pekerjaan Roh Kudus pada manusia memungkinkan mereka melihat esensi objek pekerjaan tersebut. Esensi bawaan manusia tidak berubah; kualitas bawaan manusia itu terbatas. Roh Kudus memakai orang atau bekerja atas mereka sesuai dengan keterbatasan kualitas mereka, agar mereka dapat memetik manfaat darinya. Ketika Roh Kudus bekerja dalam diri manusia yang sedang dipakai, bakat dan kualitas bawaan mereka dipergunakan dan tidak dikekang. Kualitas bawaan mereka digunakan untuk melayani pekerjaan. Dapat dikatakan bahwa Dia menggunakan unsur-unsur manusia yang dapat dipakai dalam pekerjaan-Nya, untuk mencapai hasil dalam pekerjaan tersebut. Sebaliknya, pekerjaan yang dilakukan dalam daging inkarnasi secara langsung mengungkapkan pekerjaan Roh dan tidak tercemar oleh pikiran dan gagasan manusia; karunia manusia, pengalaman manusia, atau keadaan bawaan manusia tidak dapat menjangkaunya.
Dikutip dari "Pekerjaan Tuhan dan Pekerjaan Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Khotbah-Ku merepresentasikan keberadaan-Ku, tetapi apa yang Kufirmankan berada di luar jangkauan manusia. Hal yang Aku firmankan bukanlah apa yang manusia alami, dan itu bukanlah sesuatu yang dapat dilihat oleh manusia; itu juga bukan sesuatu yang dapat disentuh manusia, tetapi itulah Aku. Sebagian orang hanya mengakui bahwa apa yang Aku persekutukan adalah apa yang telah Kualami, tetapi mereka tidak menyadari bahwa itu adalah ungkapan langsung Roh. Tentu saja, apa yang Kukatakan adalah apa yang Kualami. Akulah yang telah melakukan pekerjaan pengelolaan selama enam ribu tahun. Aku telah mengalami segalanya sejak awal penciptaan manusia sampai sekarang; bagaimana mungkin Aku tidak dapat membicarakannya? Ketika menyangkut natur manusia, Aku telah melihatnya dengan jelas; Aku sudah lama mengamatinya. Bagaimana mungkin Aku tidak dapat membicarakannya dengan jelas? Karena Aku telah melihat esensi manusia dengan jelas, Aku memenuhi syarat untuk menghajar manusia dan menghakiminya, karena semua manusia berasal dari-Ku tetapi telah dirusak oleh Iblis. Tentu saja, Aku juga memenuhi syarat untuk menilai pekerjaan yang telah Kulakukan. Meskipun pekerjaan ini tidak dilakukan oleh daging-Ku, itu adalah ungkapan langsung Roh, dan inilah yang Aku miliki dan siapa Aku. Karena itu, Aku memenuhi syarat untuk mengungkapkannya dan melakukan pekerjaan yang seharusnya Aku lakukan. Hal-hal yang dikatakan manusia adalah apa yang telah mereka alami. Itu adalah apa yang telah mereka lihat, apa yang dapat dijangkau oleh pikiran mereka, dan apa yang dapat dirasakan oleh indera mereka. Itulah yang dapat mereka persekutukan. Firman yang diucapkan oleh daging Tuhan yang berinkarnasi adalah ungkapan langsung Roh dan mengungkapkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Roh, yang belum dialami atau dilihat oleh daging itu, tetapi Dia tetap mengungkapkan keberadaan-Nya karena esensi daging adalah Roh, dan Dia mengungkapkan pekerjaan Roh. Itu adalah pekerjaan yang sudah dilakukan oleh Roh, sekalipun pekerjaan itu berada di luar jangkauan daging. Setelah inkarnasi, melalui pengungkapan daging, Dia memampukan manusia untuk mengenal keberadaan Tuhan dan memungkinkan manusia melihat watak Tuhan dan pekerjaan yang telah Dia lakukan. Pekerjaan manusia memberi kejelasan yang lebih baik kepada orang tentang apa yang harus mereka masuki dan apa yang harus mereka pahami; pekerjaan ini termasuk memimpin umat untuk memahami dan mengalami kebenaran. Pekerjaan manusia adalah untuk memelihara manusia; pekerjaan Tuhan adalah untuk membuka jalan baru dan zaman baru bagi umat manusia, dan mengungkapkan kepada manusia hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia fana, sehingga memungkinkan mereka mengenal watak-Nya. Pekerjaan Tuhan adalah memimpin seluruh umat manusia.
Dikutip dari "Pekerjaan Tuhan dan Pekerjaan Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"