Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 29

13 Desember 2022

Tuhan Menggunakan Pelangi Sebagai Lambang Perjanjian-Nya dengan Manusia (Bagian-bagian Pilihan)

Kejadian 9:11-13 Aku akan menetapkan perjanjian-Ku dengan engkau, tidak akan ada makhluk hidup yang dimusnahkan karena air bah lagi; dan tidak akan ada air bah lagi yang akan menghancurkan bumi. Dan Tuhan berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kutetapkan antara Aku dan engkau dan setiap makhluk hidup yang ada bersama-sama denganmu, turun-temurun: Aku akan menaruh busur-Ku di awan, dan itu akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

Tuhan menciptakan umat manusia; terlepas dari apakah mereka telah rusak atau apakah mereka mengikuti-Nya, Tuhan memperlakukan manusia sebagai orang-orang terkasih yang paling disayangi-Nya—atau sebagaimana manusia katakan, sebagai orang-orang kesayangan-Nya—dan bukan sebagai mainan-Nya. Meskipun Tuhan berkata bahwa Ia adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan-Nya, yang mungkin terdengar seperti ada sedikit perbedaan dalam peringkat, kenyataannya adalah segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan bagi umat manusia jauh melebihi hubungan semacam ini. Tuhan mengasihi umat manusia, memedulikan umat manusia, dan menunjukkan perhatian kepada umat manusia, dan secara terus menerus serta tanpa berhenti menyediakan bagi umat manusia. Di dalam hati-Nya, Ia tidak pernah merasa bahwa ini adalah pekerjaan tambahan atau sesuatu yang layak mendapatkan banyak pujian. Dia juga tidak merasa bahwa menyelamatkan manusia, menyediakan bagi mereka, dan menganugerahkan segala sesuatu kepada mereka adalah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk umat manusia. Ia hanya menyediakan bagi umat manusia secara diam-diam, dengan cara-Nya sendiri dan melalui esensi-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Tidak peduli seberapa banyak penyediaan dan seberapa banyak pertolongan yang umat manusia terima dari-Nya, Tuhan tidak pernah berpikir atau berusaha untuk memperoleh pujian. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan, dan juga merupakan ungkapan yang sebenarnya dari watak Tuhan. Inilah sebabnya, baik di dalam Alkitab atau buku apa pun, kita tidak akan pernah menemukan Tuhan mengungkapkan pikiran-Nya, dan kita tidak akan pernah menemukan Tuhan menggambarkan atau menyatakan kepada manusia mengapa Ia melakukan hal-hal ini atau mengapa Ia sangat memedulikan umat manusia, demi membuat mereka bersyukur kepada-Nya atau memuji Dia. Bahkan ketika Ia terluka, ketika hati-Nya dalam kesakitan yang luar biasa, Ia tidak pernah melupakan tanggung jawab-Nya terhadap umat manusia atau perhatian-Nya untuk umat manusia; sementara itu Ia menanggung luka dan kesakitan ini sendirian di dalam keheningan. Sebaliknya, Tuhan terus menyediakan kebutuhan umat manusia seperti yang selalu Ia lakukan. Meskipun umat manusia sering memuji Tuhan atau menjadi saksi bagi-Nya, tidak satu pun dari perilaku ini yang disuruh oleh Tuhan. Ini karena Tuhan tidak pernah bermaksud agar hal-hal baik yang Ia lakukan bagi umat manusia ditukar dengan ucapan syukur atau dibayar kembali. Di sisi lain, mereka yang dapat takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, mereka yang dapat benar-benar mengikuti Tuhan, mendengarkan Dia, dan setia kepada-Nya, dan mereka yang dapat menaati-Nya—ini adalah orang-orang yang akan sering menerima berkat Tuhan, dan Tuhan akan menganugerahkan berkat-berkat itu tanpa batas. Lebih dari itu, berkat-berkat yang manusia terima dari Tuhan sering kali melampaui bayangan mereka, dan juga melampaui apa pun yang manusia berhak terima melalui apa pun yang telah mereka lakukan atau harga yang telah mereka bayar. Ketika umat manusia menikmati berkat Tuhan, apakah ada yang peduli dengan apa yang Tuhan sedang lakukan? Apakah ada yang menunjukkan perhatian pada apa yang sedang Tuhan rasakan? Apakah ada yang mencoba untuk menghargai rasa sakit Tuhan? Jawabannya adalah tidak ada! Bisakah manusia, termasuk Nuh, menghargai rasa sakit yang Tuhan rasakan pada saat itu? Apakah ada yang bisa memahami mengapa Tuhan membuat perjanjian seperti itu? Mereka tidak bisa! Umat manusia tidak menghargai rasa sakit Tuhan bukan karena mereka tidak bisa memahami rasa sakit Tuhan, dan bukan karena kesenjangan yang ada di antara Tuhan dan manusia atau perbedaan dalam status mereka; melainkan, itu karena umat manusia sama sekali tidak peduli tentang perasaan Tuhan. Umat manusia berpikir bahwa Tuhan itu mandiri—Tuhan tidak membutuhkan manusia untuk memedulikan-Nya, memahami-Nya, atau menunjukkan perhatian mereka kepada-Nya. Tuhan adalah Tuhan, jadi, Ia tidak memiliki rasa sakit, tidak memiliki emosi; Ia tidak akan bersedih, Ia tidak merasakan duka, Ia bahkan tidak menangis. Tuhan adalah Tuhan, jadi, Ia tidak membutuhkan ungkapan emosional apa pun dan Ia tidak membutuhkan penghiburan emosional. Jika Ia memang memerlukan hal-hal ini dalam keadaan tertentu, Ia dapat mengatasinya sendiri dan tidak membutuhkan bantuan dari umat manusia. Sebaliknya, manusia yang lemah dan belum dewasalah yang membutuhkan penghiburan, penyediaan, dorongan Tuhan, dan bahkan membutuhkan Ia untuk menghibur keadaan emosi mereka kapan pun dan di mana pun. Hal-hal seperti itu mengintai jauh di lubuk hati manusia: manusia adalah pihak yang lemah; mereka membutuhkan Tuhan untuk menjaga mereka dalam segala hal, mereka layak akan seluruh pemeliharaan yang mereka terima dari Tuhan, dan mereka seharusnya menuntut dari Tuhan apa pun yang mereka rasa seharusnya menjadi milik mereka. Tuhan adalah pihak yang kuat; Ia memiliki segalanya, dan Ia seharusnya menjadi penjaga manusia dan pemberi berkat. Karena Ia adalah Tuhan, Ia mahakuasa dan tidak pernah membutuhkan apa pun dari manusia.

Karena manusia tidak memperhatikan apa pun yang Tuhan singkapkan, ia tidak pernah merasakan kesedihan, rasa sakit, atau sukacita Tuhan. Tetapi sebaliknya, Tuhan mengetahui semua ungkapan manusia seperti telapak tangan-Nya sendiri. Tuhan menyediakan kebutuhan semua manusia kapan pun dan di mana pun, mengamati pikiran setiap orang yang berubah-ubah dan dengan demikian, menghibur dan menasihati mereka, serta membimbing dan menyinari mereka. Dalam hal segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan dalam diri manusia dan semua harga yang telah Ia bayar karena mereka, dapatkah manusia menemukan sebuah perikop di Alkitab atau dari apa pun yang telah Tuhan katakan sampai sekarang yang menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan akan menuntut sesuatu dari manusia? Tidak! Sebaliknya, tidak peduli bagaimana orang mengabaikan pemikiran Tuhan, Ia tetap berulang kali memimpin umat manusia, berulang kali menyediakan kebutuhan manusia, dan menolong mereka, untuk membuat mereka mengikuti jalan Tuhan sehingga mereka bisa menerima tempat tujuan yang indah yang telah Ia siapkan bagi mereka. Mengenai Tuhan, apa yang Ia miliki dan siapa diri-Nya, kasih karunia-Nya, belas kasih-Nya, dan semua upah yang daripada-Nya akan dianugerahkan tanpa batas kepada mereka yang mengasihi dan mengikuti Dia. Namun, Ia tidak pernah menyingkapkan kepada siapa pun rasa sakit yang telah Ia derita atau keadaan pikiran-Nya, dan Ia tidak pernah mengeluh tentang siapa pun yang tidak peduli kepada-Nya atau tidak mengetahui kehendak-Nya. Ia hanya menanggung semua ini dalam keheningan, menunggu hari ketika manusia akan mampu memahami.

Mengapa Aku mengatakan hal-hal ini di sini? Apa yang engkau semua lihat dari hal-hal yang telah Aku katakan? Ada sesuatu dalam esensi dan watak Tuhan yang paling mudah untuk diabaikan, sesuatu yang hanya dimiliki oleh Tuhan dan tidak oleh siapa pun, termasuk oleh mereka yang dianggap orang lain sebagai orang yang hebat, orang yang baik, atau Tuhan menurut imajinasi mereka. Apakah sesuatu ini? Itu adalah ketidakegoisan Tuhan. Ketika berbicara tentang ketidakegoisan, engkau mungkin menganggap engkau juga sangat tidak egois, karena jika berkenaan dengan anak-anakmu, engkau tidak pernah tawar-menawar atau bernegosiasi dengan mereka, atau engkau mengganggap dirimu juga sangat tidak egois jika berkenaan dengan orang tuamu. Apa pun yang engkau pikirkan, setidaknya engkau memiliki sebuah konsep tentang kata "ketidakegoisan" dan menganggapnya sebagai sebuah kata yang positif, dan bahwa menjadi orang yang tidak egois itu sangat mulia. Ketika engkau tidak egois, engkau menganggap dirimu hebat. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat melihat ketidakegoisan Tuhan di dalam segala sesuatu, di antara manusia, peristiwa, dan objek, dan dalam pekerjaan-Nya. Mengapa demikian? Karena manusia terlalu egois! Mengapa Aku berkata demikian? Manusia hidup dalam dunia materi. Engkau mungkin mengikuti Tuhan, tetapi engkau tidak pernah melihat atau menghargai bagaimana Tuhan menyediakan bagimu, mengasihimu, dan memperhatikanmu. Jadi, apa yang engkau lihat? Engkau melihat saudara sedarahmu yang mengasihi atau menyayangimu. Engkau melihat hal-hal yang bermanfaat bagi dagingmu, engkau memedulikan orang-orang dan hal-hal yang engkau kasihi. Inilah yang disebut "ketidakegoisan" manusia. Namun, orang-orang yang "tidak egois" semacam itu, tidak pernah peduli tentang Tuhan yang memberi kehidupan kepada mereka. Berbeda dengan Tuhan, ketidakegoisan manusia menjadi egois dan tercela. Ketidakegoisan yang manusia percayai adalah kosong dan tidak realistis, tercemar, tidak sesuai dengan Tuhan, dan tidak berhubungan dengan Tuhan. Ketidakegoisan manusia adalah untuk dirinya sendiri, sementara ketidakegoisan Tuhan adalah penyingkapan sejati dari esensi-Nya. Justru karena ketidakegoisan Tuhan-lah manusia terus menerima penyediaan tetap dari-Nya. Engkau semua mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh topik yang Aku bahas pada hari ini dan sekadar mengangguk setuju, tetapi ketika engkau mencoba untuk menghargai hati Tuhan dalam hatimu, tanpa disadari engkau akan menemukan bahwa di antara semua orang, semua masalah, dan semua hal yang dapat engkau rasakan di dunia ini, hanya ketidakegoisan Tuhan-lah yang nyata dan konkret, karena hanya kasih Tuhan kepadamu yang tidak bersyarat dan tidak bercacat cela. Selain Tuhan, ketidakegoisan orang lain, semuanya palsu, dangkal, dan tidak asli, memiliki tujuan, niat tertentu, mengandung kompromi, dan tidak dapat bertahan dalam ujian. Engkau bahkan bisa mengatakan bahwa ketidakegoisan itu kotor dan hina. Apakah engkau semua setuju dengan perkataan-perkataan ini?

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"

All Bible quotations in this video are translated freely from English Bible.

Lihat lebih banyak

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Bagikan

Batalkan