Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 39

27 November 2022

Watak Tuhan Tidak Pernah Tersembunyi dari Manusia—Hati Manusia Telah Menyimpang dari Tuhan

Sejak waktu penciptaan, watak Tuhan telah sejalan dengan pekerjaan-Nya. Watak Tuhan tidak pernah tersembunyi dari manusia, melainkan sepenuhnya dibukakan dan dibuat menjadi jelas bagi manusia. Namun, dengan berlalunya waktu, hati manusia telah menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan ketika kerusakan manusia telah menjadi semakin dalam, manusia dan Tuhan telah menjadi semakin jauh terpisah. Perlahan tapi pasti, manusia telah menghilang dari mata Tuhan. Manusia menjadi tidak mampu "melihat" Tuhan, yang telah meninggalkannya tanpa "kabar berita" tentang Tuhan; dengan demikian, manusia tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, bahkan sampai sama sekali menyangkal keberadaan Tuhan. Akibatnya, ketidaktahuan manusia akan watak Tuhan, dan akan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia, bukanlah karena Tuhan tersembunyi dari manusia, melainkan karena hati manusia telah berpaling dari Tuhan. Meskipun manusia percaya kepada Tuhan, di hati manusia tidak ada Tuhan, dan dia tidak tahu bagaimana mengasihi Tuhan, dia juga tidak ingin mengasihi Tuhan, karena hatinya tidak pernah mendekat kepada Tuhan dan dia selalu menghindari Tuhan. Sebagai akibatnya, hati manusia jauh dari Tuhan. Jadi, di manakah hatinya berada? Sebenarnya, hati manusia tidak pergi ke mana-mana: alih-alih memberikan hatinya kepada Tuhan atau mengungkapkan hatinya kepada Tuhan untuk dilihat-Nya, dia menyimpannya bagi dirinya sendiri. Ini terlepas dari fakta bahwa sebagian orang sering berdoa kepada Tuhan dan berkata: "Oh Tuhan, lihatlah hatiku—Engkau tahu semua yang kupikirkan," dan sebagian orang bahkan bersumpah untuk membiarkan Tuhan melihat diri mereka, agar mereka boleh dihukum jika melanggar sumpah mereka. Meskipun manusia mengizinkan Tuhan melihat ke lubuk hatinya, bukan berarti manusia mampu menaati pengaturan dan rencana Tuhan, juga bukan berarti dia telah menyerahkan nasib, prospek hidup, dan segalanya di bawah kendali Tuhan. Jadi, terlepas dari sumpahmu kepada Tuhan atau apa yang kaunyatakan kepada-Nya, di mata Tuhan, hatimu masih tertutup bagi-Nya, karena engkau hanya mengizinkan Tuhan untuk melihat hatimu tetapi tidak mengizinkan Dia mengendalikannya. Dengan kata lain, engkau sama sekali belum memberikan hatimu kepada Tuhan, dan hanya mengucapkan kata-kata indah untuk didengar Tuhan, sementara itu, engkau menyembunyikan berbagai niatmu yang curang dari Tuhan, bersama dengan tipu daya, rencana kotor, dan rencanamu, serta engkau menggenggam erat prospek dan nasibmu di tanganmu, sangat takut semua itu diambil oleh Tuhan. Dengan demikian, Tuhan tidak pernah melihat ketulusan hati manusia terhadap-Nya. Meskipun Tuhan memang mengamati kedalaman hati manusia, dan dapat melihat apa yang sedang manusia pikirkan dan apa yang ingin Dia lakukan di hatinya, dan dapat melihat hal-hal apa yang tersimpan di dalam hatinya, hati manusia bukanlah milik Tuhan, dan manusia belum menyerahkan hatinya pada kendali Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan punya hak untuk mengamati tetapi tidak punya hak untuk mengendalikan. Dalam kesadaran subjektifnya, manusia tidak ingin atau berniat menyerahkan dirinya pada pengaturan Tuhan. Manusia tidak hanya telah menutup dirinya sendiri dari Tuhan, tetapi ada orang-orang yang bahkan memikirkan cara untuk membungkus rapat hati mereka, menggunakan kata-kata pujian dan sanjungan untuk menciptakan kesan palsu dan mendapatkan kepercayaan dari Tuhan, dan menyembunyikan wajah asli mereka dari pandangan Tuhan. Tujuan mereka untuk tidak membiarkan Tuhan melihat adalah untuk tidak mengizinkan Tuhan mengetahui seperti apa diri mereka yang sebenarnya. Mereka tidak ingin memberikan hati mereka kepada Tuhan, tetapi menyimpannya untuk diri mereka sendiri. Maksud tersirat dari hal ini adalah bahwa apa yang manusia lakukan dan inginkan semuanya direncanakan, diperhitungkan, dan diputuskan oleh manusia itu sendiri; dia tidak membutuhkan partisipasi atau campur tangan Tuhan, apalagi rancangan dan pengaturan Tuhan. Jadi, baik dalam hal perintah Tuhan, amanat-Nya, maupun tuntutan yang Tuhan buat atas manusia, keputusan manusia didasarkan pada niat dan kepentingannya sendiri, pada kondisi dan keadaannya sendiri pada saat itu. Manusia selalu menggunakan pengetahuan dan wawasan yang terasa akrab dengannya, serta kecerdasannya sendiri untuk menilai dan memilih jalan yang harus ditempuhnya, dan tidak membiarkan adanya campur tangan dan kendali Tuhan. Inilah hati manusia yang Tuhan lihat.

Dari awal sampai sekarang, hanya manusia yang mampu untuk bercakap-cakap dengan Tuhan. Artinya, di antara semua makhluk hidup dan makhluk ciptaan Tuhan, tak satu pun kecuali manusia yang mampu bercakap-cakap dengan Tuhan. Manusia memiliki telinga yang memampukannya untuk mendengar dan mata yang memampukannya untuk melihat; dia memiliki bahasa dan gagasannya sendiri, serta kehendak bebas. Dia memiliki semua yang dibutuhkan untuk mendengar Tuhan berbicara, dan memahami kehendak Tuhan, serta menerima amanat Tuhan, dan karena itu, Tuhan pun menyampaikan semua keinginan-Nya kepada manusia, ingin menjadikan manusia rekan yang sepikiran dengan-Nya dan yang dapat berjalan bersama dengan-Nya. Sejak Dia mulai mengelola, Tuhan telah menunggu manusia untuk memberikan hatinya kepada-Nya, untuk mengizinkan Tuhan menyucikan dan memperlengkapinya, membuatnya memuaskan Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan, untuk membuatnya menghormati Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan selalu menantikan dan menunggu hasil ini.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"

Lihat lebih banyak

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Bagikan

Batalkan