Dia tumbuh dalam kemiskinan, selalu berusaha untuk mencapai puncak melalui usaha semata, tetapi segala sesuatu tidak pernah berjalan sesuai dengan keinginannya. Meskipun dia mendapat nilai tinggi dalam ujiannya, dia tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena mengidap rabun jauh yang parah. Kemudian, setelah percaya kepada Tuhan dan dengan semangat melaksanakan tugasnya, dia akhirnya dipromosikan, tetapi harus menghentikan tugasnya karena masalah tulang belakang tengkuk yang parah. Dia bertanya-tanya, "Apakah aku hanya bernasib buruk?" Bagaimana dia mengoreksi pandangan kelirunya melalui firman Tuhan dan meninggalkan perasaan negatif yang disebabkan oleh keyakinannya akan "nasib buruknya"?