Dia adalah seorang pemimpin gereja. Karena telah menjadi pemimpin selama bertahun-tahun dan berhasil dalam melaksanakan tugasnya, dia menjadi makin congkak, yakin bahwa dia bertanggung jawab atas segala hal dan bertindak sewenang-wenang saat bekerja. Dia sering meremehkan dan menegur orang lain, membuat mereka merasa terkekang. Setelah diberhentikan, dia sama sekali tidak merenungkan atau berusaha mengenal dirinya sendiri, dan justru terus berdebat, bersikap keras kepala, mencurahkan hal negatif, serta mengganggu kehidupan bergereja, dan akhirnya dikeluarkan. Saat itu, barulah dia mulai merenungkan diri. Dengan membaca firman Tuhan, dia memperoleh pengetahuan sejati dan kebencian terhadap naturnya yang congkak dan sombong, menyadari bahwa dengan dikeluarkan, dia dapat tersadar dari wataknya yang congkak. Dia benar-benar bersyukur kepada Tuhan atas kebenaran-Nya.