Mengapa Aku Tidak Berani Membagikan Pandanganku

27 Februari 2023

Oleh Saudara Mingyi, Tiongkok

Bulan Maret tahun lalu, gereja menugaskanku sebagai pengawas di sebuah gereja. Aku sangat bersemangat karena berpikir, dipilih menjadi pengawas berarti aku pasti unggul di antara semua tim itu dan lebih baik daripada yang lain. Aku juga bersumpah dalam hati akan bekerja keras untuk menunjukkan kepada saudara-saudari bahwa aku layak untuk posisi itu.

Pada hari pertama menjadi pengawas, rekan sekerjaku, Chen Ming, memberitahuku, "Beberapa tim tak mendapatkan hasil bagus. Kita harus berkumpul dengan mereka dan segera bersekutu besok." Aku sedikit panik saat dia mengatakan itu, karena masih belum tahu status kerja masing-masing tim, juga tak jelas tentang kendala dan masalah semua orang. Jika persekutuanku tak menangani keadaan mereka dan tak menyelesaikan masalah mereka, apa nanti pendapat mereka tentangku? Apa mereka akan pikir aku tak bisa menyelesaikan masalah nyata dan tak layak menjadi pengawas? Aku mempertimbangkan meminta Chen Ming menunda pertemuan itu beberapa hari. Namun, kinerja beberapa tim memburuk akhir-akhir ini dan masalah ini tak bisa ditunda lagi. Jadi, apa yang harus kulakukan? Saat bimbang karena keputusan ini, Chen Ming mengirimiku fail berisi laporan kemajuan terkini untuk tiap tim. Aku buru-buru mempelajari laporan itu dan bersiap untuk pertemuan besok.

Esok harinya di pertemuan, seorang saudara bilang dia baru memulai pelatihan membagikan Injil dan tak yakin apakah dia menyanggah berbagai gagasan agama dengan jelas, jadi dia mendiskusikan pemahamannya dan meminta kami menunjukkan kesalahan apa pun dalam pemikirannya. Kupikir, "Aku harus menganalisis ini dengan cermat dan menunjukkan kepada saudara-saudari bahwa pengawas ini punya ide yang patut diperhatikan." Jadi, aku sangat memperhatikan persekutuannya, dan setelah memikirkannya dengan cermat, aku berkata, "Menurutku persekutuanmu bagus dan akan bisa menyelesaikan masalah ini." Namun, begitu aku bicara, Chen Ming berkata: "Kau tak memberikan penjelasan jelas tentang poin kunci yang menyelesaikan gagasan ini. Itu agak kabur dan akan sulit dimengerti orang." Setelah itu, dia mempersekutukan beberapa poin penting dari pemahamannya tentang masalah itu. Saat melihat betapa praktis dan tepat sasaran persekutuan Chen Ming, juga bagaimana yang lain mengangguk setuju, wajahku langsung memerah. Kupikir, "Apa nanti pendapat saudara-saudari ini tentangku? Akankah mereka berpikir pengawas yang baru dipromosikan ini tak cakap, karena aku bahkan tak bisa menemukan masalah yang begitu jelas?" Begitu memikirkan ini, aku tak tahu harus berkata apa dan merasa sangat malu. Aku tak berani berkontak mata dengan siapa pun dan terus memandangi komputer. Aku merasa waktu berjalan lambat. Tepat setelah itu, saudara-saudari mulai bersekutu tentang masalah lain. Aku merasa sangat gugup dan mengkhawatirkan pendapat mereka tentangku jika ideku meleset lagi. Apa mereka akan berpikir aku tak pandai menganalisis masalah dan mempertanyakan kemampuanku untuk menjadi pengawas? Begitu memikirkan ini, aku tak berani berbagi pendapat lagi. Aku berpikir dalam hati, "Aku akan biarkan Chen Ming bicara lebih dulu dan hanya meringkas apa pun yang dia katakan. Dengan begitu, setidaknya aku tak akan salah bicara dan tak akan ada yang memandangku rendah." Namun, tak disangka, makin aku coba menghindari pengawasan, makin aku tersingkap. Saat itu, seorang saudari bertanya kepadaku, "Bisakah persekutuan ini menyelesaikan masalah?" Aku jawab bisa, tapi begitu aku menjawab, Chen Ming angkat bicara, "Persekutuanmu agak terlalu disederhanakan. Kau tak menyanggah gagasan agama ini cukup jelas dan masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki." Setelah dia membagikan pendapatnya, aku berpikir, "Chen Ming benar tentang masalah itu. Ini lagi-lagi menunjukkan pandanganku keliru." Aku seperti ditampar di depan umum dan merasa sangat buruk. Aku telah membagikan dua pendapat keliru berturut-turut. Apa pendapat saudara-saudari tentangku sekarang? Akankah mereka berpikir kinerjaku buruk karena aku tak punya wawasan tentang membagikan Injil, lalu bertanya-tanya bagaimana aku terpilih sebagai pengawas? Makin berpikir, makin buruk perasaanku—itu sangat memalukan, aku ingin merangkak ke bawah batu dan bersembunyi. Kemudian, saat membahas masalah pekerjaan lain, aku tak ingin berupaya memikirkannya, jadi hanya membuat komentar asal-asalan setelah Chen Ming membagikan pendapatnya. Terkadang, aku tak mengatakan apa-apa sama sekali. Begitulah, satu hari berlalu, aku merasakan kehampaan dan rasa bersalah. Aku tahu betul tim ini tak mendapatkan hasil dalam pekerjaan mereka. Saudara-saudari menghadapi masalah dalam tugas mereka, dan aku harus mencari kebenaran bersama semua orang untuk menyelesaikan masalah mereka. Namun, karena pendapat yang kubagikan keliru, aku tak berani bicara lagi. Aku melalaikan tanggung jawabku! Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan mencari, menanyakan aspek kebenaran mana yang harus kumasuki untuk menyelesaikan masalahku.

Esok harinya, dalam saat teduhku, aku menemukan sebuah kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Manusia sendiri adalah objek ciptaan. Mampukah objek ciptaan mencapai kemahakuasaan? Mampukah mereka mencapai kesempurnaan dan keadaan tanpa cela? Mampukah mereka mencapai kemahiran dalam segala sesuatu, memahami segala sesuatu, dan cakap dalam segala sesuatu? Mereka tidak mampu. Namun, di dalam diri manusia, ada watak-watak yang rusak dan kelemahan yang fatal: begitu mereka mempelajari sebuah keterampilan atau profesi, manusia merasa bahwa mereka cakap, bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki status dan nilai, dan bahwa mereka adalah para profesional. Betapa pun tidak istimewanya mereka, mereka semua ingin mengemas diri mereka sebagai tokoh terkenal atau mulia, mengubah diri mereka menjadi selebritas yang kurang terkenal, dan membuat orang berpikir bahwa mereka sempurna dan tanpa cacat, tanpa kekurangan sedikit pun; di mata orang lain, mereka ingin menjadi terkenal, kuat, tokoh yang hebat, dan mereka ingin menjadi perkasa, mampu melakukan apa saja, tak satu pun yang tidak mampu mereka lakukan. Mereka merasa bahwa jika mereka mencari bantuan orang lain, mereka akan terlihat tidak mampu, lemah, dan kurang cerdas, serta orang-orang akan memandang rendah mereka. Karena alasan ini, mereka selalu ingin berpura-pura. ... Watak macam apa ini? Kecongkakan orang semacam itu tidak mengenal batas, mereka telah kehilangan akal! Mereka tidak ingin menjadi seperti orang lain, mereka tidak ingin menjadi orang biasa, orang normal, tetapi ingin menjadi manusia super, orang yang ahli, orang yang cakap. Ini sebuah masalah besar! Mengenai kelemahan, kekurangan, ketidaktahuan, kebodohan, dan kurangnya pemahaman dalam kemanusiaan yang normal, mereka akan menyembunyikannya rapat-rapat, dan tidak membiarkan orang lain melihatnya, dan kemudian terus menyamarkan diri" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Lima Keadaan yang Harus Dipenuhi Sebelum Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan"). Firman Tuhan dengan jelas menyingkap keadaanku saat ini. Kupikir, sebagai pengawas, aku harus punya wawasan dalam setiap masalah dan semua pendapatku haruslah berharga, jadi aku berpura-pura memahami segalanya dan punya wawasan tentang semua aspek pekerjaan untuk mendapatkan rasa hormat dari saudara-saudari. Selama pertemuan, aku selalu khawatir tak bisa menyelesaikan masalah, dan semua orang akan berpikir aku tak layak untuk posisiku. Kemudian, saat salah bicara, aku makin khawatir orang lain akan memandangku rendah. Untuk melindungi citra dan statusku sebagai pengawas, aku memakai kedok dan tak siap sedia membagikan pandanganku. Aku bahkan dengan licik membuat rencana menunggu rekan sekerjaku selesai bicara untuk menjawab dengan ringkasan, demi menyembunyikan kekuranganku dari orang lain. Saat saudara-saudari mendiskusikan masalah dalam pekerjaan mereka, aku merasa tak ingin bersekutu lagi dan yang kupikirkan hanyalah status dan reputasiku sendiri. Aku tak memenuhi tugas dan tanggung jawabku sedikit pun. Pada kenyataannya, aku hanyalah makhluk ciptaan biasa, bukan orang berwawasan luas atau serbatahu. Ada begitu banyak kebenaran yang tak kumengerti, masalah yang tak kupahami, dan pendapatku sering kali salah. Namun, ini semua sangat wajar. Aku harus punya sikap yang tepat terhadap kekuranganku; saat menemukan penyimpangan dalam diriku, aku harus mengenali dan memperbaikinya. Entah apakah ide dan pandanganku benar atau salah, aku harus berdedikasi pada pekerjaan dan memenuhi tanggung jawabku. Setelah memperbaiki mentalitasku, aku mulai secara sadar terbuka tentang kerusakan dan kekuranganku serta menunjukkan jati diriku kepada saudara-saudariku. Saat mendiskusikan masalah, aku hanya mengomentari yang kutahu dan tak merasa terkekang.

Namun, terjadi insiden yang membuatku kembali ke keadaanku sebelumnya. Suatu kali, kami menghadiri pertemuan tim lain. Salah satu saudari berada dalam kondisi buruk—sejak dipecat, dia tenggelam dalam sikap defensif dan kesalahpahaman. Aku ingin mendiskusikan kehendak Tuhan dengannya, tapi aku lalu berpikir aku tak punya pengalaman dalam hal ini dan khawatir jika tak bersekutu berdasarkan pengalaman, saudara-saudari akan bilang aku hanya bicara doktrin dan tak punya kenyataan kebenaran. Namun, tahu bahwa memberikan persekutuan adalah tanggung jawabku, aku hanya mendiskusikan yang kuketahui dengannya. Namun, setelah bersekutu, saudari itu masih tampak muram. Saat itu, Chen Ming mengambil alih dan menceritakan bagaimana saat dia dipecat, dia merenungkan watak rusaknya dengan firman Tuhan, serta bagaimana dia memahami dan membenci dirinya, menemukan jalan penerapan, bertobat dan berubah. Melalui ini, dia tahu kegagalan dan pemecatan adalah bentuk dari penyelamatan dan kasih Tuhan. Saudari itu mengangguk setuju saat dia bicara, lalu berkata, "Saat ini kondisiku sama. Persekutuanmu telah memberiku jalan." Mendengar ini, aku langsung merasa senang untuknya karena dia memahami kehendak Tuhan, tapi juga sedikit kesal karena berasumsi orang lain pasti berpikir aku hanya bicara doktrin dan tak layak menjadi pengawas. Selama beberapa hari berikutnya, entah itu menyelesaikan kendala pekerjaan atau masalah dengan keadaan saudara-saudari, aku terus khawatir persekutuanku tak akan menyelesaikan masalah, jadi aku tak banyak bicara. Bahkan saat membagikan pemikiranku, aku harus memikirkannya sampai mual dan kadang bahkan bertanya kepada Chen Ming lebih dulu, hanya berbagi jika dia setuju dengan ideku. Sesungguhnya, aku punya sedikit wawasan tentang berbagai masalah serta punya pandangan dan ide sendiri, tapi karena khawatir memperlihatkan kekuranganku jika salah bicara, aku tak berani mengatakan apa pun. Kemudian, aku berdoa di hadapan Tuhan, berkata, "Ya Tuhan! Akhir-akhir ini aku dibatasi oleh status dan reputasi dalam tugasku. Aku khawatir jika bersekutu dengan buruk, aku tak akan menyelesaikan masalah, jadi aku tak berani bersekutu. Aku tak memenuhi tanggung jawabku dan merasa sangat bersalah. Tolong cerahkan dan bimbing aku untuk merenung dan mengenal diriku, agar bisa membebaskan diri dari keadaanku saat ini." Setelah berdoa, aku menemukan dua kutipan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada orang-orang yang relatif bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas mereka dan diperkenankan oleh umat pilihan Tuhan sehingga mereka dibina oleh gereja untuk menjadi pemimpin atau pekerja. Setelah memperoleh status, mereka mulai merasa lebih menonjol dan berpikir, 'Mengapa rumah Tuhan memilihku? Bukankah karena aku lebih baik daripada engkau semua?' Bukankah ini terdengar seperti sesuatu yang biasa dikatakan anak kecil? Perkataan ini kekanak-kanakan, menggelikan, dan naif. Sebenarnya, engkau tidak sedikit pun lebih baik daripada orang lain. Hanya saja engkau memiliki persyaratan yang dibutuhkan untuk dibina oleh rumah Tuhan. Mengenai apakah engkau mampu memikul tanggung jawab ini, melaksanakan tugas ini dengan baik atau menyelesaikan amanat ini atau tidak, ini hal yang berbeda. Ketika seseorang dipilih untuk menjadi pemimpin oleh saudara-saudari, atau dipromosikan oleh rumah Tuhan untuk melakukan pekerjaan tertentu atau melaksanakan tugas tertentu, ini bukan berarti bahwa mereka memiliki status atau identitas khusus, atau bahwa kebenaran yang mereka pahami lebih dalam dan lebih banyak daripada kebenaran yang dipahami orang lain—terlebih lagi, bukan berarti bahwa orang ini mampu tunduk kepada Tuhan dan tidak akan mengkhianati-Nya. Tentu saja, itu juga bukan berarti bahwa mereka mengenal Tuhan dan merupakan orang yang takut akan Tuhan. Sebenarnya, mereka belum mencapai semua ini; promosi dan pembinaan hanya merupakan promosi dan pembinaan dalam arti yang paling sederhana, dan tidak berarti mereka telah ditentukan dan dibenarkan oleh Tuhan. Promosi dan pembinaan mereka hanya berarti mereka telah dipromosikan dan menunggu pembinaan. Dan hasil akhir dari pembinaan ini tergantung pada apakah orang ini mengejar kebenaran atau tidak, dan apakah mereka mampu memilih jalan mengejar kebenaran atau tidak. ... Jadi apa tujuan dan makna mempromosikan dan membina seseorang? Itu adalah agar orang semacam itu, sebagai individu, dipromosikan untuk dilatih, disiram dan diajari secara khusus, membuat mereka mampu memahami prinsip kebenaran dan prinsip untuk melakukan berbagai hal, serta prinsip, sarana, dan metode untuk memecahkan berbagai masalah, juga ketika mereka menghadapi berbagai jenis lingkungan dan orang-orang, mereka tahu bagaimana menangani semua itu sesuai dengan kehendak Tuhan, dan dengan cara yang melindungi kepentingan rumah Tuhan. Apakah ini menunjukkan bahwa orang yang dipromosikan dan dibina oleh rumah Tuhan cukup mampu melakukan pekerjaan dan tugas mereka dengan baik selama masa promosi dan pembinaan atau sebelum promosi dan pembinaan? Tentu saja tidak. Dengan demikian, tidak dapat dihindari bahwa selama masa pembinaan, orang-orang ini akan mengalami penanganan, pemangkasan, penghakiman dan hajaran, penyingkapan dan bahkan penggantian; ini adalah hal yang normal, dan inilah artinya dilatih dan dibina" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Semua orang setara di hadapan kebenaran. Mereka yang dipromosikan dan dibina tidak jauh lebih baik daripada yang lain. Semua orang telah mengalami pekerjaan Tuhan untuk waktu yang hampir bersamaan. Mereka yang belum dipromosikan atau dibina juga harus mengejar kebenaran saat melaksanakan tugas mereka. Tak seorang pun boleh merampas hak orang lain untuk mengejar kebenaran. Beberapa orang lebih bersemangat dalam mengejar kebenaran dan memiliki kualitas tertentu, sehingga mereka dipromosikan dan dibina. Ini karena persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan rumah Tuhan. Jadi, mengapa rumah Tuhan memiliki prinsip semacam itu untuk mempromosikan dan memakai orang? Karena ada perbedaan dalam kualitas dan kepribadian orang, dan setiap orang memilih jalan berbeda, ini mengarah pada hasil yang berbeda dalam iman orang kepada Tuhan. Mereka yang mengejar kebenaran akan diselamatkan dan menjadi umat Kerajaan, sedangkan mereka yang sama sekali tidak menerima kebenaran, yang tidak setia dalam tugas mereka, akan diusir. Rumah Tuhan membina dan memakai orang berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran atau tidak, dan apakah mereka setia dalam tugas mereka atau tidak. Apakah ada perbedaan dalam hierarki berbagai orang di rumah Tuhan? Untuk saat ini, tidak ada hierarki dalam berbagai status, kedudukan, nilai, atau jabatan orang. Setidaknya selama kurun waktu ketika Tuhan bekerja untuk menyelamatkan dan membimbing manusia, tidak ada perbedaan antara berbagai pangkat, kedudukan, nilai, atau status orang. Satu-satunya yang berbeda adalah dalam hal pembagian kerja dan peran tugas yang dijalankan" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Melalui firman Tuhan, aku mengetahui alasanku pasif, negatif, dan takut bersekutu adalah karena aku menempatkan diriku sebagai pengawas. Aku berpikir dipromosikan ke peran pengawas berarti aku lebih baik daripada yang lain, punya pemahaman bagus, punya interpretasi unik atas masalah, dan kinerjaku lebih unggul. Jadi, setelah mengambil peran pengawas ini, aku terus ingin menunjukkan kepada semua orang bagaimana aku unggul dalam segala hal dan mampu melakukan pekerjaan ini. Aku ingin mendapatkan rasa hormat dan persetujuan semua orang. Saat pandangan yang kubagikan meleset dan aku tak menyelesaikan masalah orang dalam pertemuan, aku khawatir semua orang akan bilang aku tak layak menjadi pengawas, jadi aku mulai memakai kedok; menahan diri dan takut bicara. Aku bahkan menghindar dari persekutuan saat bisa dengan jelas melihat masalah orang lain. Saat bicara, aku akan berpikir panjang dan keras atau mencari persetujuan dari rekan sekerjaku; jika tidak, aku tak akan sukarela menawarkan ideku atau bertindak. Aku menjadi sangat pasif dalam tugasku. Aku berpikir yang kuterima dari Tuhan adalah sebuah gelar, bukan tugas atau tanggung jawab. Aku benar-benar terjebak dan dikendalikan oleh status. Sebenarnya, aku tak terpilih menjadi pengawas karena lebih baik daripada yang lain atau lebih mengerti, dan bukan karena aku layak untuk posisi itu. Gereja membinaku berdasarkan kualitas dan bakatku, melatihku menyelesaikan masalah dengan kebenaran dan menangani urusan berdasarkan prinsip, serta memperbaiki kekuranganku agar bisa memahami kebenaran dan memasuki kenyataan secepat mungkin. Namun, tak ada jaminan aku bisa melakukan tugasku dengan baik dan memenuhi tanggung jawabku. Kuncinya adalah apa aku bisa menempuh jalan mencari kebenaran dan melakukan tugasku sesuai dengan tuntutan Tuhan. Namun, aku salah mengira diriku unggul karena diangkat menjadi pengawas, juga punya status lebih tinggi daripada yang lain. Aku tak punya kesadaran akan diriku sendiri, dan gagasanku sangat tak masuk akal!

Kemudian, aku menemukan kutipan lain dari firman Tuhan yang berdampak besar pada diriku: "Antikristus yakin jika mereka selalu suka berbicara dan membuka hati mereka kepada orang lain, semua orang akan mengetahui diri mereka yang sebenarnya dan menganggap mereka tidak memiliki kedalaman, melainkan hanya orang biasa, dan kemudian tidak akan menghormati mereka lagi. Apa artinya jika orang lain tidak menghormati mereka? Itu berarti mereka tidak lagi memiliki tempat yang sangat tinggi di hati orang lain, dan mereka akan terlihat lazim, agak bodoh, agak biasa-biasa saja. Antikristus tidak ingin menjadi seperti ini. Itulah sebabnya, ketika mereka melihat orang lain selalu membuka diri di gereja dan berkata bahwa mereka telah bersikap negatif dan memberontak terhadap Tuhan, dan dalam hal apa mereka keliru kemarin, dan bahwa hari ini, mereka menderita dan dalam kesakitan karena selama ini tidak menjadi orang yang jujur, antikristus menganggap orang-orang ini bodoh dan naif; mereka tak akan pernah mengatakan hal-hal seperti itu, tetapi menyembunyikannya jauh di dalam hati mereka. Ada orang-orang yang tidak banyak berbicara karena mereka berkualitas buruk dan berpikiran sederhana, dan tidak memiliki banyak pemikiran. Kaum antikristus juga tidak banyak berbicara, tetapi bukan itu alasannya—sebaliknya, ini adalah masalah dalam watak mereka. Mereka tidak banyak berbicara ketika mereka melihat orang lain, dan ketika orang lain berbicara tentang suatu masalah, mereka tidak akan dengan mudahnya memberikan pendapat. Mengapa mereka tidak memberikan pendapat mereka? Pertama-tama, mereka pasti tidak memiliki kebenaran dan tidak dapat memahami inti dari permasalahan apa pun; begitu mereka berbicara, mereka membuat kesalahan, dan orang lain akan mengetahui diri mereka yang sebenarnya dan akan memandang rendah mereka. Jadi, mereka berpura-pura diam dan memiliki kedalaman, membuat orang lain tidak dapat mengukur mereka dengan akurat, dan bahkan membuat orang lain berpikir bahwa mereka brilian dan luar biasa. Dengan cara ini, tak seorang pun yang akan menganggap mereka remeh, Selain itu, melihat sikap mereka yang tenang dan kalem, orang-orang akan menghormati mereka dan tidak berani merendahkan mereka. Inilah kelicikan dan kejahatan antikristus. ... Mereka tidak ingin orang lain mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Mereka tahu kemampuan mereka sendiri, tetapi mereka menyimpan niat yang hina: membuat orang mengagumi mereka. Adakah yang lebih menjijikkan dari niat seperti ini?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Enam). Firman Tuhan memberitahuku, antikristus tak siap sedia berbagi pandangan mereka. Mereka takut begitu membagikan pandangan, semua orang akan melihat jati diri mereka, lalu mereka akan kehilangan status dan citra mereka di mata orang lain. Akibatnya, mereka menutup diri agar tak ada yang bisa melihat jati diri mereka. Inilah watak jahat antikristus. Aku sadar bahwa tindak-tandukku sama selama masa itu. Aku enggan berbagi pandangan setelah menemukan masalah karena punya tujuan yang tercela: aku ingin menyembunyikan kekuranganku dan memakai kedok sosok terpuji yang memahami kebenaran. Aku ingin dikagumi dan dipuji saudara-saudari. Aku selalu khawatir akan membuat kesalahan jika bicara terlalu banyak, lalu semua orang akan melihat jati diriku, kehilangan rasa hormat kepadaku, dan berpikir aku tak layak menjadi pengawas. Untuk melindungi status dan reputasiku, saat saudara-saudari mengalami masalah dalam tugas, aku berbagi sangat sedikit atau menahan diri memberi persekutuan untuk menyembunyikan kekuranganku, dan tak membiarkan orang lain melihat jati diriku. Ini watak yang sangat curang. Gereja menugaskanku melayani sebagai pengawas agar bisa mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah praktis, dan bermitra dengan saudara-saudari untuk memenuhi tugas kita. Namun, untuk melindungi status dan reputasiku, serta menyembunyikan kekuranganku dari orang lain, aku lalai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabku, hanya ingin memamerkan kelebihanku agar orang lain mengagumi dan memujaku. Aku berjalan di jalan antikristus menentang Tuhan! Saat itu, aku merasa sedikit takut, jadi aku berdoa di hadapan Tuhan, memohon agar dibimbing menemukan jalan penerapan.

Kemudian, aku menemukan dua kutipan lain dari firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Beberapa orang dipromosikan dan dibina oleh gereja, dan ini adalah sesuatu yang baik, ini adalah kesempatan yang baik untuk dilatih. Dapat dikatakan bahwa mereka telah ditinggikan dan dianugerahi kasih karunia oleh Tuhan. Lalu, bagaimana seharusnya mereka melaksanakan tugas mereka? Prinsip pertama yang harus mereka patuhi adalah memahami kebenaran. Jika mereka tidak memahami kebenaran, mereka harus mencari kebenaran, dan jika setelah mencari, mereka tetap tidak memahami kebenaran, mereka dapat menemukan seseorang yang benar-benar memahami kebenaran untuk diajak bersekutu dan mencari, yang akan membuat pemecahan masalah menjadi lebih cepat dan tepat waktu. Jika engkau hanya berfokus menghabiskan lebih banyak waktu membaca firman Tuhan sendiri, dan menghabiskan lebih banyak waktu merenungkan firman ini untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran dan memecahkan masalah, ini terlalu lambat; seperti kata pepatah, 'Air yang jauh tidak akan memuaskan dahaga yang mendesak.' Jika, dalam hal kebenaran, engkau ingin mengalami kemajuan yang cepat, engkau harus belajar bagaimana bekerja secara harmonis dengan orang lain, dan mengajukan lebih banyak pertanyaan, serta melakukan lebih banyak pencarian. Hanya dengan melakukannya, hidupmu akan bertumbuh dengan cepat, dan engkau akan dapat menyelesaikan masalah tepat waktu, juga tanpa penundaan. Karena engkau baru saja dipromosikan dan masih dalam masa percobaan, dan tidak benar-benar memahami kebenaran atau memiliki kenyataan kebenaran—karena engkau masih kurang memiliki tingkat pertumbuhan ini—jangan mengira bahwa promosimu berarti engkau memiliki kenyataan kebenaran; itu tidak benar. Hanya karena engkau merasa terbeban terhadap pekerjaan itu dan memiliki kualitas seorang pemimpin, maka engkau dipilih untuk dipromosikan dan dibina. Engkau harus memiliki perasaan ini. Jika, setelah dipromosikan dan dipakai, engkau duduk di posisi pemimpin atau pekerja dan yakin bahwa engkau memiliki kenyataan kebenaran, dan engkau adalah orang yang mengejar kebenaran—dan jika, apa pun masalah yang saudara-saudari hadapi, engkau berpura-pura mengerti, dan bahwa engkau adalah orang yang rohani—ini adalah cara yang bodoh, dan ini adalah cara yang sama dengan cara orang-orang Farisi yang munafik. Engkau harus berbicara dan bertindak dengan jujur. Jika tidak mengerti, engkau bisa bertanya kepada orang lain atau mencari jawaban dan bersekutu dengan Yang di Atas—tidak perlu malu tentang hal ini. Sekalipun engkau tidak bertanya, Yang di Atas akan tetap mengetahui tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, dan akan mengetahui bahwa kenyataan kebenaran tidak ada dalam dirimu. Mencari dan bersekutu adalah hal yang harus kaulakukan; inilah hal yang harus ditemukan dalam kemanusiaan yang normal, dan prinsip yang harus dipatuhi oleh para pemimpin dan pekerja. Itu bukan sesuatu yang memalukan. Jika engkau mengira begitu engkau menjadi seorang pemimpin, akan memalukan jika selalu bertanya kepada orang lain atau Yang di Atas, atau jika tidak memahami prinsip-prinsipnya, dan jika akibatnya engkau kemudian menutupi, berpura-pura bahwa engkau mengerti, bahwa engkau tahu, bahwa engkau mampu bekerja, bahwa engkau mampu melakukan pekerjaan gereja apa pun, dan tidak memerlukan siapa pun untuk mengingatkanmu atau bersekutu denganmu, atau siapa pun untuk membekali atau mendukungmu, maka ini berbahaya, dan ini juga berarti terlalu congkak dan merasa benar sendiri, sangat kurang berakal sehat. Engkau bahkan tidak mengetahui tentang dirimu sendiri—dan bukankah ini membuatmu menjadi orang yang idiot? Orang-orang seperti itu sebenarnya tidak memenuhi kriteria untuk dipromosikan dan dibina oleh rumah Tuhan, dan cepat atau lambat mereka akan digantikan atau disingkirkan" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Entah mereka adalah orang-orang yang dipromosikan, dibina untuk menjadi pemimpin atau pekerja, entah mereka adalah orang-orang yang memiliki berbagai bakat profesional, mereka semua adalah orang biasa, telah dirusak oleh Iblis dan tidak memahami kebenaran. Jadi, tak seorang pun boleh menyamar atau menyembunyikan diri mereka sendiri melainkan harus belajar bagaimana bersekutu secara terbuka. Jika engkau tidak mengerti, maka jangan berpura-pura mengerti. Jika engkau tidak mampu melakukan sesuatu, maka akuilah bahwa engkau tidak mampu melakukannya. Masalah atau kesulitan apa pun yang kaumiliki, engkau harus mempersekutukannya dengan semua orang dan mencari kebenaran untuk menemukan solusinya. Di hadapan kebenaran, semua orang seperti anak kecil, semua orang miskin dan menyedihkan dan tidak memiliki apa pun. Yang harus orang lakukan adalah taat di hadapan kebenaran dan memiliki kerendahhatian dan hati yang penuh kerinduan. Mereka harus terlebih dahulu mencari dan menerima kebenaran, sebelum menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Dengan melakukan hal ini saat melaksanakan tugas mereka dan dalam kehidupan nyata, orang akan dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran firman Tuhan" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Dengan merenungkan firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Aku harus mendiskusikan yang kupahami dan punya sikap yang benar terhadap kekuranganku, menahan diri untuk tak menyamar dan berpura-pura mengerti. Jika tak mengerti sesuatu, aku harus mencari dan bersekutu dengan yang lain. Hanya melalui kerja sama, kita bisa melakukan tugas dengan baik. Aku selalu berusaha menyembunyikan kekuranganku dan tak bisa menghadapi kenyataan bahwa aku punya masalah, aku juga tak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku. Dengan cara ini, aku tak akan pernah meningkat atau efektif dalam tugasku. Aku mengalami kemunduran dan kegagalan selama masa itu yang mengungkap kekuranganku, tapi itu juga membuatku mengenali diriku, agar aku bisa bekerja dan berperilaku rendah hati, belajar bekerja sama dengan orang lain, mencari kebenaran dan menangani urusan sesuai prinsip. Ini semua akan menjadi pencapaian besar. Setelah itu, aku bisa lebih terbuka dalam pertemuan dengan semua tim.

Dalam suatu pertemuan, aku melihat dua saudari bersaing demi nama dan keuntungan, aku ingin mencari beberapa firman Tuhan untuk bersekutu dengan mereka. Namun, aku berpikir, "Aku punya pengalaman dalam hal ini, tapi pemahamanku tak dalam. Apa mereka akan meremehkanku jika persekutuanku terlalu dangkal dan mengatakan aku tak layak menjadi pengawas? Mungkin aku seharusnya tak bersekutu dengan mereka." Saat itu, aku menyadari bahwa aku sekali lagi memasang kedok. Aku teringat satu kutipan firman Tuhan yang kubaca beberapa hari sebelumnya: "Semua orang yang percaya kepada Tuhan harus memahami kehendak-Nya. Hanya orang yang melaksanakan tugasnya dengan baik yang dapat memuaskan Tuhan, dan hanya dengan menyelesaikan tugas yang Dia percayakan kepadanya, barulah pelaksanaan tugasnya dapat dianggap memuaskan. ... Jadi, apa standar yang harus dipenuhi untuk memenuhi amanat Tuhan, dan melaksanakan tugasmu dengan baik dan setia? Standarnya adalah laksanakanlah tugasmu itu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap kekuatanmu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Sebenarnya yang Orang Andalkan untuk Hidup?"). Karena aku telah menerima tugas ini, aku harus melakukannya dengan kemampuan terbaikku. Aku melihat para saudari berada dalam kondisi buruk, jadi aku harus berusaha sebaik mungkin untuk mempersekutukan kebenaran dan mendukung mereka, membuat mereka menyadari watak rusak mereka agar bisa berhenti bersaing demi nama dan keuntungan serta bisa memenuhi tugas secara normal. Hanya dengan melakukan itu, aku memenuhi tugasku. Aku tahu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah adalah hal yang baik—itu adalah kesaksian tentang Tuhan dan membawa orang ke hadapan-Nya—tapi aku hanya melihat itu sebagai cara mendapatkan kekaguman. Aku sangat tercela dan muak dengan diriku sendiri. Aku tak ingin terus hidup seperti itu. Aku hanya ingin memenuhi tugas dan tanggung jawabku, serta mempersekutukan segala hal yang kulihat dan pahami, untuk memberikan bantuan nyata kepada para saudari. Setelah mengambil keputusan, aku mencari beberapa kutipan firman Tuhan untuk bersekutu dengan mereka. Tak disangka, para saudari itu mendapatkan kesadaran akan keadaan mereka setelah mendengarkan. Melihat mereka mendapatkan kesadaran diri dan siap bertobat, aku bersyukur kepada Tuhan. Setelah itu, kami membahas beberapa masalah lain yang mereka alami dalam pekerjaan mereka, dan aku menawarkan pendapatku tentang masalah ini. Beberapa pemimpin tim juga mengungkapkan pandangan mereka. Setelah bersekutu, semua orang punya pemahaman yang lebih jelas dan lebih tepat, penyimpangan pun berkurang. Jalan penerapan ini terasa luar biasa, aku jauh lebih nyaman dan bebas. Sejak saat itu, mentalitasku pada pertemuan berikutnya meningkat pesat: aku tak lagi menempatkan diriku sebagai pengawas dan berhenti memakai kedok. Aku hanya akan membahas yang aku tahu dan mengatakan semua yang kupikirkan. Ini sangat membebaskan. Aku juga menyadari, saat aku punya mentalitas yang benar, tak mengkhawatirkan pendapat orang lain tentangku, dan menenangkan pikiran untuk merenungkan masalah, aku mendapatkan wawasan lebih dalam tentang masalah dan bersekutu dengan lebih jelas. Dalam beberapa kasus, persekutuan tertentu muncul begitu saja tanpa ku pikirkan lebih dulu. Aku tahu ini adalah pencerahan dan bimbingan Roh Kudus. Meski pendapatku tak selalu benar, aku tak merasa terkekang dan akan memperbaiki kesalahanku saat itu muncul. Aku mampu mencapai transformasi ini berkat firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Menyebarkan Injil Kepada Ayahku

Aku menjadi orang percaya sejak kecil dan bertekad melayani Tuhan sepanjang hidupku. Tiga tahun aku mengikuti sekolah agama di mana aku...