Saat Aku Berusia Delapan Belas Tahun

02 September 2020

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Mungkin engkau semua ingat firman ini: 'Sebab penderitaan ringan kami, yang hanya sementara, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang lebih besar dan kekal.' Di masa lalu, engkau semua telah mendengar perkataan ini, namun tidak ada yang memahami arti sebenarnya dari perkataan ini. Saat ini, engkau tahu betul maknanya yang sesungguhnya. Firman ini adalah apa yang akan Tuhan genapi di akhir zaman. Dan firman ini akan digenapi atas diri mereka yang sangat menderita oleh karena si naga merah yang sangat besar di tanah tempat ia berada. Naga merah yang sangat besar menganiaya Tuhan dan merupakan musuh Tuhan, jadi di negeri ini, orang-orang yang percaya kepada Tuhan menjadi sasaran penghinaan dan penganiayaan. Itu sebabnya firman ini akan menjadi nyata di tengah-tengahmu. ... Sangatlah sulit bagi Tuhan untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di negeri si naga merah yang sangat besar—tetapi melalui kesulitan itu Tuhan melakukan tahap pekerjaan-Nya untuk menyatakan hikmat dan perbuatan-Nya yang menakjubkan. Tuhan memakai kesempatan ini untuk menyempurnakan sekelompok orang ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). Bagian firman Tuhan ini mengingatkanku saat aku dianiaya oleh PKT beberapa tahun yang lalu.

Suatu hari sekitar senja pada bulan April 2017, aku sedang mengikuti pertemuan bersama dua saudari lainnya ketika tiba-tiba belasan petugas berpakaian preman menyerbu masuk. Sebelum sempat bereaksi, beberapa dari mereka menahan kami, kami dilarang bergerak, sementara yang lain mengubrak-abrik rumah itu. Tak butuh waktu lama untuk mereka membuat seisi rumah porak-poranda. Aku ketakutan dan tak memercayai mataku. Jantungku berdegup kencang, dan aku mulai berdoa, "Ya Tuhan! Aku sangat takut, dan aku tak tahu apa lagi yang akan mereka lakukan pada kami. Tolong beri aku iman dan kekuatan hingga aku tetap menjadi saksi-Mu." Saat itu, aku ingat firman Tuhan ini: "Engkau harus tahu bahwa semua hal di lingkungan sekitarmu berada di sana atas izin-Ku, Aku mengatur semuanya. Lihatlah dengan jelas dan puaskanlah hati-Ku di lingkungan yang telah Kuberikan kepadamu. Jangan takut, Tuhan Semesta Alam Yang Mahakuasa pasti akan bersamamu; Dia menolongmu dan Dia adalah perisaimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 26"). Firman Tuhan memperkuat iman dan keberanianku. Aku tahu bahwa Tuhan menjagaku, dan apa pun yang akan terjadi, selama aku sungguh bersandar dan memandang pada Tuhan, Dia pasti menyertai. Memikirkannya, aku tidak terlalu gugup atau takut lagi.

Saat itu, seorang petugas wanita dengan kejam menamparku beberapa kali, lalu mencubit daguku dan memotretku. Mereka juga menggeledah kami, merampas semua uang dan barang berharga kami. Setelah itu, mereka membawa kami semua ke Biro Keamanan Kotamadya untuk diinterogasi secara terpisah. Petugas yang memotretku membentak, "Apa kedudukanmu di gereja? Siapa pemimpin gereja? Katakan!" Ketika aku tidak menjawab, dengan marah dia mencubit daguku dengan tangan kirinya dan menyentaknya ke atas. Cubitannya benar-benar sakit, aku sampai berdiri berjinjit. Lalu dia mengangkat tangannya seakan mau memukulku dan berkata mengancam, "Bicara! Kalau tidak, kami punya cara untuk menanganimu!" Dia tampak begitu marah dan garang, dan aku takut.. Entah bagaimana lagi dia akan menyiksaku, jadi aku segera berdoa lagi. Pada saat itu firman Tuhan Yang Mahakuasa ini muncul di benakku: "Iman itu seperti jembatan dari satu gelondong kayu: mereka yang dengan tercela mempertahankan hidup akan mengalami kesulitan menyeberanginya, tetapi mereka yang siap untuk mengorbankan diri dapat menyeberanginya dengan pasti, tanpa rasa khawatir. Jika manusia memiliki pikiran yang kerdil dan penakut, itu karena mereka telah dibodohi oleh Iblis, yang takut bahwa kita akan menyeberangi jembatan iman untuk masuk ke dalam Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 6"). Aku sadar bahwa sikap pengecut dan pikiran takutku berasal dari tipu daya Iblis, dan bahwa polisi ingin menyiksa tubuhku agar aku mengkhianati saudara-saudariku, dan mengkhianati Tuhan juga. Aku tak boleh terjebak tipu daya Iblis. Aku bertekad bagaimanapun polisi menyiksa, aku tak akan menjadi Yudas. Aku tahu hidup dan matiku ada di tangan Tuhan, dan mereka tidak bisa melakukan apa pun terhadapku tanpa seizin Tuhan. Setelah menyadari hal itu, hatiku merasa tenang. Setelahnya, sekeras apa pun dia mencubit daguku sambil menghujani banyak pertanyaan, aku tak bicara sepatah kata pun. Saat itu juga petugas lain memanggilnya pergi, dan akhirnya aku bisa istirahat.

Keesokan harinya sekitar pukul 3 pagi, aku dibawa ke Rumah Tahanan Kota. Begitu aku dimasukkan ke dalam sel, seorang petugas wanita menyuruh tahanan lain melucuti pakaianku, lalu dia menyuruhku menaruh tangan di kepala, berbalik, dan lompat-jongkok di depan semua orang. Aku harus melakukan itu sampai mereka puas, sementara para tahanan berdiri di samping mengejekku. Aku benar-benar kesal dan marah saat itu, dan dalam hati aku teriak berulang-ulang, "Mengapa kalian permalukan aku seperti ini?" Jika tidak mengalaminya sendiri, sulit bagiku untuk percaya bahwa yang disebut "polisi rakyat" dapat bertindak begitu tercela! Petugas itu lalu berkata pada para tahanan, "Dia percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, jadi dia target serius pendisiplinan pemerintah. Kalian harus ajari dia peraturan dengan baik." Sejak saat itu, para tahanan selalu merundung dan mencercaku tanpa sebab. Aku mengerjakan semua pekerjaan berat untuk mereka, seperti menyapu dan menyikat lantai kotor. Setelah beberapa waktu kakiku terasa sakit dan aku kelelahan, tetapi jika aku beristirahat sejenak atau melambat, mereka pasti memarahiku. Setiap kali ada peraturan penjara yang dilanggar, aku yang disalahkan. Aku sama sekali tak bisa membela diri.

Dirundung dan dilecehkan secara verbal berkali-kali oleh tahanan lain membuatku merasa sedih dan lemah. Itu mimpi buruk, dan aku tak tahu kapan itu akan berakhir. Kadang di malam hari, aku meringkuk di bawah selimut dan menangis sampai jatuh tertidur. Aku banyak berdoa kepada Tuhan pada masa itu. Ketika aku hampir putus asa, aku teringat dengan firman Tuhan ini: "Sekarang, semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Tanpa ujian semacam itu, hati penuh kasih yang engkau miliki bagi-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati bagi-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus menjalaninya; hanya saja tingkat kesulitan ujian-ujian itu berbeda-beda untuk masing-masing orang. Ujian merupakan berkat dari-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Aku mengerti Tuhan mengizinkanku mengalami situasi itu dan itu untuk menyempurnakan iman dan kasihku kepada Tuhan supaya aku tidak mengkhianati Dia dalam ujian berat itu, sehingga aku bisa menjadi kesaksian bagi Tuhan. Aku teringat kembali dalam situasi damai, imanku meluap-luap, tetapi kini karena mengalami penderitaan dan penghinaan, aku jadi lemah dan berpikir negatif. Aku menyadari betapa kecilnya imanku kepada Tuhan. Aku terlalu rapuh, seperti bunga di rumah kaca yang tidak tahan terpaan sedikit angin dan hujan. Dengan mengalami kesulitan-kesulitan itu, Tuhan sedang menyempurnakan imanku dan itu bermanfaat bagi hidupku. Aku harus menjadi saksi dan menyenangkan Tuhan.

Seminggu kemudian, polisi membawaku untuk diinterogasi lagi, dan seorang petugas berkata dengan sadis, "Jika kau menurut dan menceritakan semua tentang gerejamu pada kami, kami upayakan kau dibebaskan dengan mudah. Kau masih sangat muda, seharusnya bebas di luar sana menikmati masa mudamu. Sungguh tak layak menderita demi gereja." Petugas lain berkata, "Teman sekelas dan teman-temanmu bebas di luar sana bekerja mengejar impian, sedang kau dipenjara karena percaya kepada Tuhan. Apa pendapat mereka tentangmu jika mereka tahu?" Mendengar mereka mengatakannya, terpikir aku masih amat muda sudah dipenjara, dan bertanya-tanya apa teman-teman dan keluargaku akan menertawaiku jika tahu. Aku merasakan peperangan batin ... kemudian aku sadar pikiranku ini tidak benar, jadi aku segera berseru kepada Tuhan: "Ya Tuhan, polisi terus menggangguku, tapi aku tidak mau menjadi Yudas. Kumohon lindungi aku. Bimbinglah aku." Kemudian aku teringat dengan bagian firman Tuhan ini: "Sepanjang waktu, umat-Ku harus berjaga-jaga terhadap rencana licik Iblis, ... yang akan membuatmu tidak jatuh ke dalam perangkap Iblis, saat itulah penyesalan akan terlambat" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 3"). Firman Tuhan mengingatkanku tepat pada waktunya. bahwa polisi itu tidak tulus saat membicarakan masa depanku. Mereka hanya ingin menyesatkanku, ingin membuatku mengkhianati Tuhan dan saudara-saudariku. Mereka benar-benar jahat. Dengan pemikiran ini, aku berkata dengan tegas, "Ini hidupku dan aku menempuh jalan yang benar. Apa pun yang kalian katakan, aku tidak akan mengkhianati Tuhan." Hal itu membuat para petugas tertegun. Taktik mereka tidak berhasil, jadi sisi jahat mereka segera muncul. Seorang petugas mengancamku, "Tampaknya mulutmu cukup lancang untuk orang semuda kau. Dengar, kami dapat menemukan alasan apa pun untuk membuatmu dihukum 8 sampai 15 tahun. Usiamu 18 tahun, jadi kau akan habiskan seluruh masa mudamu di penjara!" Kupikir, "Berapa tahun pun hukuman yang kuterima, aku akan mengandalkan Tuhan dan menjadi saksi. Aku tak akan tunduk pada Iblis."

Kupikir karena telah menggunakan segala macam pendekatan, mereka tidak akan menanyaiku lagi. Tak pernah kubayangkan mereka akan mencoba sesuatu yang lebih jahat lagi. Suatu hari pada akhir bulan Mei, polisi membawaku ke ruang interogasi dan berkata, "Kami menyelidiki di sekolah adikmu dan melihat prestasinya sangat baik. Beri tahukan apa yang kau ketahui, lalu kau bisa pulang lebih cepat dan bertemu keluargamu. Apa kau tidak merindukan adikmu?" Mendengar hal ini hatiku tersiksa. Aku dan adikku sangat dekat, tetapi sudah bertahun-tahun aku dalam pelarian agar tidak tertangkap PKT, dan aku tidak bisa menemuinya. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya. Mereka juga mengatakan beberapa hari sebelumnya ayahku merekam sebuah video, lalu meletakkan sebuah ponsel di depanku dan memutar rekamannya. Aku melihat ayahku duduk dengan lesu, pakaiannya kusut dan tampak jauh lebih tua. Dia berkata ke arah kamera, "Xiaoyi, pulanglah. Kami semua merindukanmu." Polisi memutarkan rekaman itu beberapa kali. Ketika aku menyaksikan ayahku di video, aku tak bisa berhenti menangis. Salah seorang petugas berkata, "Walau kau tidak memikirkan diri sendiri, pikirkan keluargamu dan bicaralah! Jika kau berkeras percaya kepada Tuhan, kau tidak hanya akan dipenjara, tetapi keluargamu juga akan terseret. Bahkan jika adikmu lulus ujian masuk perguruan tinggi, tak ada universitas yang akan menerimanya, dan dia tak akan bisa dapat pekerjaan bagus. Anak-anaknya pun kelak kena dampaknya. Sebaiknya kau pikirkan baik-baik." Ini sungguh tidak adil dan menyakitkan untuk didengar. Aku terus-menerus berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku sangat kebingungan dan merasa lemah. Kumohon lindungilah hatiku agar aku tidak mengikuti keinginan daging, dan aku bisa menjadi saksi." Setelah berdoa, aku teringat dengan firman Tuhan ini: "Engkau harus memiliki keberanian-Ku di dalam dirimu, dan engkau harus memiliki prinsip-prinsip dalam hal menghadapi kerabat yang tidak percaya. Namun demi Aku, engkau juga tidak boleh tunduk pada kekuatan gelap apa pun. Andalkanlah hikmat-Ku untuk berjalan dengan cara yang sempurna; jangan izinkan persekongkolan Iblis apa pun menguasaimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Firman Tuhan perlahan-lahan menenangkanku. Iblis tahu bahwa perasaanku sensitif dan tidak mampu melepaskan ayah dan adikku, jadi lewat emosiku dan masa depan keluargaku, Iblis mengancamku, supaya aku menjadi Yudas. Polisi-polisi itu busuk sekali! Jika aku mengikuti Iblis dan mengkhianati Tuhan, andai aku dibebaskan dan bertemu keluargaku, aku akan menyesalinya selama sisa hidupku. Kemudian aku berpikir bahwa segala sesuatu ada di tangan Tuhan, masa depan adikku pasti diatur oleh Tuhan. Bukan oleh PKT. Kemudian aku berdoa dalam hati kepada Tuhan. Kupercayakan keluargaku dalam pemeliharaan Tuhan, dan rela tunduk pada pengaturan-Nya. Aku menjawab, "Aku tak punya informasi apa pun!" Mendengarnya, petugas menggebrak meja dengan marah dan berteriak, "Jika kau sangat keras kepala, jangan salahkan kami jika kasar padamu! Jangan dikira kami akan membiarkanmu lolos. Hanya dengan bukti yang kami temukan saat kau ditangkap, kami bisa tangkap orangtuamu dan buat mereka dihukum tiga sampai lima tahun, kemudian lihatlah apa adikmu bisa bertahan hidup sendiri!" Mendengar ini membuatku marah. PKT tidak hanya menggunakan taktik untuk menyiksaku, agar aku mengkhianati Tuhan, mereka bahkan memaksa dengan mengancam masa depan dan kesejahteraan keluargaku. Di Tiongkok, kalau orang percaya kepada Tuhan, seluruh keluarganya dianiaya PKT. Aku benci gerombolan setan itu dan bertekad tak akan kubiarkan tipu daya mereka berhasil. Kemudian aku menjawab dengan tegas, "Aku percaya bahwa segalanya ada di tangan Tuhan. Kalian tidak akan pernah bisa membuatku mengkhianati Tuhan!" Petugas kembali menggebrak meja dengan marah, lalu berbalik dan berjalan keluar.

Suatu pagi pada akhir bulan Mei, seorang petugas wanita datang dan membebaskanku. Kupikir itu sangat aneh. Polisi kemudian membawaku ke kantor polisi setempat. Begitu masuk, kulihat ayah dan kakekku duduk diam menunggu di sana, sementara polisi berdiri dan mengamatiku. Aku sadar mereka tak akan melepaskanku semudah itu, tetapi aku tidak tahu taktik apa yang mereka coba lakukan. Kepala Kantor Polisi kemudian berkata kepadaku, "Cukup tanda tangani surat jaminan ini dan kami izinkan kau pulang bertemu keluargamu." Kubaca dokumen itu, isinya berbunyi: "Aku berjanji untuk tidak lagi percaya kepada Tuhan atau berhubungan dengan jemaat Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Aku tidak akan melakukan apa pun atas nama gereja, dan aku tidak akan mengurus dokumen untuk pergi ke luar negeri dalam waktu tiga tahun ke depan. Aku juga harus melapor kepada polisi selama periode jaminan satu tahun." PKT berusaha memaksaku mengkhianati Tuhan dan memutuskan hubungan dengan gereja. Jadi kubilang aku menolak, dan tidak menandatangani apa pun. Melihat aku sangat bersikeras, seorang petugas mengancamku, katanya, "Kalau kau tidak menandatangani surat ini, kau akan dipenjarakan untuk jangka waktu panjang." Ayah dan kakekku benar-benar bingung dan mendesakku untuk segera menandatanganinya. Katanya mereka telah membayar sejumlah uang dan mencari koneksi agar aku bebas dengan jaminan sambil menunggu waktu pengadilan, dan aku boleh pulang jika aku mau tanda tangan. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa dengan menandatanganinya itu berarti aku telah menyangkali dan mengkhianati Tuhan, tunduk pada Iblis, dan kehilangan kesaksianku. Aku begitu tertekan oleh polisi dan keluargaku. Jadi aku menangis. Kupikir, "Jika aku tidak tanda tangan, entah berapa lama aku akan berada di penjara. Tapi kalau aku tanda tangan, aku akan mengkhianati Tuhan!" Aku segera berdoa mohon bimbingan, dan firman Tuhan ini terlintas di benakku: "Aku berharap semua manusia bisa memberikan kesaksian kuat yang gemilang tentang Aku di hadapan naga merah besar, sehingga mereka bisa memberikan diri mereka kepada-Ku terakhir kalinya dan menggenapi persyaratan-Ku untuk yang terakhir. Bisakah engkau semua benar-benar melakukannya?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 34"). Aku merasa malu saat dihadapkan dengan permintaan Tuhan. Aku masih memikirkan kedagingan dan masa depanku sendiri, bukan menyenangkan Tuhan. Aku juga sadar bahwa keluargaku memaksaku menandatangani surat yang menyangkal imanku adalah salah satu tipu daya PKT. Imanku sudah benar dan jalan hidupku lurus. Aku tidak boleh membuang jalan yang benar dan mengkhianati Tuhan hanya karena PKT mengancamku. Tak akan pernah kubiarkan mereka menang. Jadi, kukatakan, "Dengarkan aku: Kalian tak akan bisa membuatku melepaskan kepercayaanku. Kalian menyerah saja!" Polisi sangat marah, tetapi mereka tidak berdaya. Akhirnya, mereka katakan aku dapat satu tahun masa jaminan, dan jika ketahuan aku masih mempraktikkan kepercayaanku, aku akan ditangkap dan pasti dapat hukuman berat.

Aku bebas, tapi PKT tidak melepaskanku. Suatu hari pada akhir bulan Juni 2017, polisi membawa pengacara ke rumahku untuk mencuci otakku. Katanya, "Kebebasan beragama di Tiongkok hanya untuk pamer pada orang asing, dan kita harus menurut pada Partai Komunis. Kalau Partai bilang 'Lompat,' tanya, 'Seberapa tinggi?', kalau Partai melarang kepercayaan, kita tak boleh punya kepercayaan. Kalau tidak, terima akibatnya." Hal ini membuatku marah besar. PKT mencoba semua tipu daya untuk membuat kita melepas kepercayaan kita. Orang-orang Kristen tidak akan bisa lolos di Tiongkok! Aku ingin membacakan satu bagian firman Tuhan untuk kita semua. "Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipuan untuk menutupi dosa! ... Mengapa bersusah payah merintangi pekerjaan Tuhan? Mengapa menipu umat Tuhan dengan segala macam muslihat? Di manakah kebebasan sejati dan hak dan kepentingan yang sah? Di manakah keadilan? Di manakah penghiburan? Di manakah kehangatan? Mengapa menggunakan tipuan licik untuk menipu umat Tuhan? Mengapa menggunakan kekerasan untuk menekan kedatangan Tuhan? Mengapa tidak membiarkan Tuhan melangkah bebas di bumi yang Dia ciptakan? Mengapa memburu Tuhan sampai Dia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya? Di manakah kehangatan di antara manusia?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Firman Tuhan ini membantuku memahami dengan jelas esensi jahat pemerintah. PKT adalah setan Iblis yang membenci kebenaran dan Tuhan. Semakin kejam mereka menganiayaku, semakin aku ingin sepenuhnya meninggalkannya dan mengikuti Tuhan! Polisi datang ke rumahku beberapa kali setelah itu, mereka menyuruh kader desa terus menasihatiku untuk melepas kepercayaanku. Mereka juga memaksa keluargaku untuk menyuruhku menulis pernyataan penyesalan. Melalui firman Tuhan, aku mampu melewati semua serangan dan pencobaan serta menjadi saksi.

Meski secara fisik aku sedikit menderita akibat ditangkap dan dianiaya PKT, aku memperoleh pemahaman yang membuatku jelas melihat esensi jahat dan wajah jahat PKT yang menentang Tuhan. Aku meninggalkannya dan menolaknya. Melalui penganiayaan dan kesulitan, firman Tuhan membimbingku untuk menang atas tipu daya Iblis, dan firman-Nyalah yang memberiku iman dan kekuatan untuk mengalahkan kelemahan dagingku dan menjadi saksi. Aku benar-benar secara pribadi telah mengalami otoritas dan kekuatan firman Tuhan dan aku lebih beriman daripada sebelumnya untuk mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa!

Selanjutnya: Penderitaan Abadi

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Saat Ibu Dipenjara

Oleh Saudari Zhou Jie, Tiongkok Usiaku 15 tahun saat aku dan ibuku melarikan diri dari rumah. Aku ingat kami pergi larut malam pada tahun...

Penderitaan Abadi

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Semua jiwa yang dirusak Iblis berada di bawah kekuasaan Iblis. Hanya mereka yang percaya kepada Kristus yang...

Tinggalkan Balasan