Tugasmu Bukan Kariermu

21 Januari 2022

Oleh Saudari Kylie, Prancis

Pada 2020, aku bertanggung jawab atas pekerjaan dua gereja. Terkadang orang perlu dipindahkan dari gereja kami untuk melakukan tugas di tempat lain. Awalnya aku dengan senang hati bekerja sama dan akan langsung menyediakan orang-orangnya. Namun, setelah beberapa waktu aku sadar lebih sulit menyelesaikan pekerjaanku saat orang-orang andal dipindahkan. Aku khawatir kinerjaku bisa menurun, dan pemimpin akan memberhentikanku karena tidak mendapatkan hasil dalam pekerjaanku, dan martabat serta statusku akan terancam. Kemudian, aku menjadi tidak sesiap dan serela dahulu untuk menyediakan orang.

Belum lama ini, kuperhatikan seorang percaya baru, Saudari Ranna, punya kualitas baik dan bersemangat dalam pengejarannya. Dia sering membaca firman Tuhan dan menonton video gereja, juga selalu bertanya kepadaku tentang bagaimana cara menerapkan kebenaran dan cara masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Aku berpikir tentang bagaimana gereja kami membutuhkan penyiram, dan aku harus langsung membinanya untuk tugas tersebut. Dengan cara ini aku bukan hanya akan menyirami orang percaya baru, itu juga akan menunjukkan bahwa aku mendapatkan hasil dalam tugasku, dan pemimpin akan melihat bahwa aku benar-benar mampu—itu akan menjadi solusi terbaik untuk semua orang. Untuk alasan ini, aku membekali saudari itu dengan banyak bantuan sehingga dia memahami banyak kebenaran dan mampu melakukan tugas penyiraman. Tanpa kuduga, suatu hari seorang pemimpin memberitahuku bahwa gereja lain butuh seseorang untuk melakukan pekerjaan penyiraman, dan ingin Saudari Ranna melakukan tugas itu di sana. Mendengarnya, aku sangat marah dan sangat menentangnya, berpikir bahwa gereja bukan satu-satunya yang membutuhkan orang. Beberapa hari kemudian, pemimpin kembali mengutarakan idenya untuk memindahkan Saudari Ranna, berkata dia punya kualitas bagus dan mungkin bisa dilatih untuk tanggung jawab yang lebih besar. Semakin kudengar perkataannya, semakin aku menentangnya, dan kupikir, "Kau ingin mengambil dia begitu saja? Jika pekerjaan gereja kami terus mundur, aku akan diberhentikan." Begitu menyadari hal ini, aku mengecamnya, kukatakan, "Kupikir dia bisa tinggal di sini dan dibina untuk posisi kepemimpinan." Sebenarnya, aku tahu ada cukup banyak petobat baru di gereja lain dan mereka lebih membutuhkan penyiraman. Aku tidak berani berterus-terang bahwa aku tak akan membiarkan dia pergi, tetapi aku dipenuhi kemarahan terpendam dan merasa sangat kesal, dan benar-benar tidak bisa menerimanya. Pemimpin telah memindahkan dua pemimpin kelompok dari gereja kami belum lama ini, jadi aku harus selalu membina orang baru dan mengisi kekosongan, dan yang terpenting, kandidat bagus tidak semudah itu ditemukan. Jika aku tidak mendapatkan hasil yang baik dalam pekerjaanku, aku takkan pernah mendapat kesempatan untuk menonjol, untuk menunjukkan apa yang mampu kulakukan. Aku merasa tidak bisa melakukan tugas itu dan makin merasa sengsara. Aku merasa diperlakukan sangat tidak adil dan tak bisa menahan air mataku. Melihatku seperti itu, pemimpin bersekutu denganku tentang kehendak Tuhan dan prinsip gereja tentang pengaturan tugas, tetapi aku tak mau mendengarnya. Lalu, dia berkata bahwa dengan bertindak seperti itu, aku sedang menghambat pekerjaan gereja, tetapi aku sama sekali tak bisa menerimanya. Kupikir, "Tetapi, bukankah ini karena mempertimbangkan pekerjaan gereja kami? Jika kau pikir aku menghalangi, silakan saja. Berhentikan saja aku, agar aku tidak akan lagi menimbulkan masalah." Aku merasa sangat tidak enak saat berpikir seperti itu, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku tidak bisa tunduk pada apa yang terjadi sekarang. Aku merasa diperlakukan sangat tidak adil. Tuhan, bimbinglah aku agar bisa mengerti apa yang salah denganku."

Setelah berdoa, aku merenungkan mengapa saat pemimpin perlu membuat perubahan biasa, orang lain baik-baik saja dengan perubahan itu, tetapi aku punya masalah. Aku harus melawannya dan merasa keberatan, aku punya begitu banyak penentangan batin untuk itu. Dan bukan hanya sekali dua kali aku bertindak seperti itu. Kenapa aku begitu sulit untuk tunduk? Lalu, aku ingat firman dari Tuhan ini: "Suatu tugas bukanlah karyamu sendiri, bukan kariermu sendiri, atau pun pekerjaanmu sendiri; tugas adalah pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan membutuhkan kerjasamamu, yang menyebabkan munculnya tugasmu. Bagian dari pekerjaan Tuhan yang dengannya manusia harus bekerja sama adalah tugas manusia. Tugas itu adalah bagian dari pekerjaan Tuhan—itu bukan kariermu sendiri, bukan urusan rumah tanggamu, juga bukan urusan pribadimu dalam kehidupan. Entah tugasmu menangani urusan eksternal atau internal, entah tugasmu menguras pikiranmu atau fisikmu, inilah tugas yang harus kaulaksanakan, itu adalah pekerjaan gereja, itu merupakan satu bagian dari rencana pengelolaan Tuhan, dan itu adalah amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu. Itu bukan urusan pribadimu. Jadi, bagaimana seharusnya engkau memperlakukan tugasmu? Setidaknya, engkau tidak boleh melaksanakan tugasmu dengan cara apa pun sesukamu, engkau tidak boleh bertindak sembarangan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). "Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah amanat yang dipercayakan Tuhan kepada manusia, itu adalah bagian dari pekerjaan rumah Tuhan, dan itu adalah tanggung jawab dan kewajiban yang harus dipikul oleh setiap umat pilihan Tuhan. Apakah tugas adalah karirmu? Apakah ini urusan keluarga pribadi? Dapatkah dikatakan bahwa begitu engkau diberi sebuah tugas, tugas ini pun menjadi urusan pribadimu? Sama sekali tidak demikian. Jadi, bagaimana engkau harus melaksanakan tugasmu? Dengan bertindak sesuai dengan tuntutan, firman, dan standar Tuhan, dan dengan mendasarkan perilakumu pada prinsip-prinsip kebenaran dan bukannya pada keinginan manusia yang subjektif. Beberapa orang berkata, 'Begitu tugas telah diberikan kepadaku, bukankah tugas itu adalah urusanku sendiri? Tugasku adalah tanggung jawabku, dan bukankah apa yang dibebankan kepadaku adalah urusanku sendiri? Jika aku menangani tugasku sebagai urusanku sendiri, bukankah itu berarti aku akan melakukannya dengan benar? Akankah aku melakukannya dengan baik jika aku tidak memperlakukannya seperti urusanku sendiri?' Apakah perkataan-perkataan ini benar atau salah? Semua itu salah; semua itu bertentangan dengan kebenaran. Tugas bukanlah urusan pribadimu sendiri, itu adalah urusan Tuhan, itu adalah bagian dari pekerjaan Tuhan, dan engkau harus melakukannya sebagaimana yang Tuhan tuntut; hanya dengan melaksanakan tugasmu dengan hati yang tunduk kepada Tuhan, barulah engkau dapat memenuhi standar. Jika engkau selalu melaksanakan tugasmu menurut gagasan dan imajinasimu sendiri, dan menurut kecenderunganmu sendiri, engkau tidak akan pernah sesuai standar. Hanya melaksanakan tugasmu sesuai keinginanmu bukanlah berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu, karena yang kaulakukan tidak berada dalam lingkup pengelolaan Tuhan, itu bukan pekerjaan rumah Tuhan; sebaliknya engkau sedang menjalankan urusanmu sendiri, melakukan tugasmu sendiri, jadi, ini tidak diingat oleh Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). Kurenungkan firman Tuhan dan kusadari bahwa tugas bukanlah sebuah karier dan tugas adalah amanat Tuhan bagi manusia. Jadi, tugas harus dilaksanakan sesuai tuntutan Tuhan. Aku seharusnya tidak bertindak sekehendakku, berdasarkan keinginan dan rencana pribadiku. Jika bertindak demikian, mungkin kelihatannya aku sedang melakukan banyak pekerjaan, tetapi itu bukan melakukan tugas, itu sedang menjalankan perusahaanku sendiri dan menentang Tuhan. Saat kupikir kembali perilakuku, setiap kali diminta menyediakan orang, aku khawatir jika melepaskan anggota gereja yang paling efektif dalam melakukan tugasnya, maka gereja kami tidak akan mendapatkan hasil yang baik, dan aku bisa kehilangan kedudukanku. Demi melindungi reputasi dan statusku, aku tidak ingin menyediakan orang. Aku tahu secara teori tugasku diberikan kepadaku oleh Tuhan, dan ini adalah tanggung jawabku, tetapi dalam praktiknya, aku memperlakukannya seperti bisnisku sendiri, pekerjaanku sendiri. Sejak diberi pekerjaan itu, kupikir itu adalah bisnisku, jadi akulah yang menjadi penentu keputusan. Aku bersedia membantu menyediakan orang hanya jika itu tidak memengaruhi hasil pekerjaanku, tetapi jika memengaruhi, aku bersikeras menolak dan tidak membiarkan seorang pun pergi. Jadi, saat tahu Saudari Ranna akan dipindahkan, aku sangat sedih dan tidak ingin membiarkannya pergi. Aku merasa diperlakukan sangat tidak adil, bahkan ingin mengamuk, berhenti melakukan tugasku. Bagaimana bisa itu disebut melakukan tugas? Aku jelas mengganggu dan menghalangi pekerjaan rumah gereja. Aku tidak memikirkan amanat Tuhan itu secara keseluruhannya saat melakukan tugasku, juga tidak menjunjung tinggi kepentingan gereja, sebaliknya aku membuat rencana untuk diriku sendiri, menggunakan tugasku sebagai kesempatan untuk bekerja demi reputasi dan statusku sendiri. Bukankah aku sedang menjalankan usahaku sendiri? Sebanyak apa pun pekerjaan yang kulakukan, Tuhan tidak akan pernah memuji perilaku seperti itu. Aku harus bekerja sama dengan penuh semangat setiap kali gereja membutuhkan orang. Aku tidak boleh hanya memikirkan kepentinganku sendiri.

Dalam pertemuan esok harinya, seorang pemimpin menyebutkan bahwa menyirami saudara-saudari adalah tugas pemimpin gereja, sembari juga membina orang agar semua orang bisa melakukan tugas yang sesuai dengan mereka. Setelah mendengarnya, aku seperti terbangun dari mimpi. Dia benar. Menyiram saudara-saudari dan membantu mereka menemukan tugas yang tepat adalah bagian dari pekerjaanku. Namun, saat gereja lain membutuhkan seseorang, di luarnya aku tak berani menolak, tetapi dalam hatiku, aku melawannya, mengajukan segala macam alasan untuk tidak memindahkan mereka. Itu bukanlah melakukan tugas. Aku tidak sedang memenuhi tanggung jawab dalam peranku itu, dan bahkan menyalahkan pemimpin karena membuatku berada di posisi yang sulit. Aku juga tidak merenungkan diriku, malah justru menghalangi pekerjaan gereja. Bukankah perilaku semacam itu berarti secara sengaja menghalangi, tepat seperti yang dikatakan saudari itu? Aku ingat saat pertama kali menjalankan tugas, aku hanya ingin melakukan bagianku yang sedikit untuk pekerjaan Injil. Namun kini aku telah menjadi penghalang, batu sandungan. Untuk ini, aku merasakan penyesalan dan kukatakan pada diriku sendiri untuk lain kali aku harus menerapkan kebenaran, bahwa aku tidak boleh hanya memedulikan diriku dengan cara yang egois dan hina seperti itu.

Beberapa hari kemudian, pemimpin mengirim pesan memintaku memindahkan dua anggota tim ke gereja lain. Aku benar-benar tenang saat membaca pesan itu, dan melihat bahwa keadaan ini kualami sebagai kesempatan bagiku untuk menerapkan kebenaran. Namun, saat mengevaluasi anggota tim, aku merasa agak ragu, dan bertanya-tanya apa aku benar-benar harus melepaskan dua saudari terbaik dalam tim, atau mungkin aku bisa pindahkan dua orang yang tak seandal mereka. Dari pemikiran itu, aku sadar diriku egois dan kembali melakukan kesalahan yang sama. Lalu, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Hati orang-orang yang curang dan jahat dipenuhi dengan ambisi, rencana, dan persekongkolan pribadi mereka. Apakah hal-hal ini mudah untuk dikesampingkan? (Tidak.) Apa yang harus kaulakukan jika engkau masih ingin melakukan tugasmu dengan benar, tetapi tidak dapat mengesampingkan hal-hal ini? Ada jalannya di sini: natur dari apa yang kaulakukan harus jelas bagimu. Jika sesuatu menyangkut kepentingan rumah Tuhan, dan itu sangat penting, engkau tidak boleh menundanya, tidak boleh melakukan kesalahan, merugikan kepentingan rumah Tuhan, atau mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Ini adalah prinsip yang harus kauikuti dalam melaksanakan tugasmu. Jika engkau tidak ingin merugikan kepentingan rumah Tuhan, engkau harus terlebih dahulu mengesampingkan ambisi dan keinginanmu; kepentinganmu harus dikorbankan, itu harus dikesampingkan, dan engkau akan lebih segera menderita sedikit kesulitan daripada menyinggung watak Tuhan, dan itu akan menjadi batasnya. Jika engkau merusak pekerjaan gereja untuk memuaskan sedikit ambisi dan keangkuhanmu, apa yang akan menjadi konsekuensi akhir bagimu? Engkau akan digantikan, dan mungkin disingkirkan. Engkau akan memprovokasi watak Tuhan, dan mungkin tidak memiliki kesempatan lagi untuk diselamatkan. Ada batas dalam hal jumlah kesempatan yang Tuhan berikan kepada manusia. Berapa banyak kesempatan yang orang dapatkan untuk diuji oleh Tuhan? Ini ditentukan berdasarkan esensi mereka. Jika engkau memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepadamu dengan sebaik-baiknya, jika engkau mampu melepaskan harga diri dan keangkuhanmu sendiri, dan mengutamakan untuk melakukan pekerjaan gereja dengan baik, itu berarti engkau memiliki pola pikir yang benar" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). Setelah mendengar ini aku sadar bahwa, paling tidak, aku tidak boleh memengaruhi atau menghalangi pekerjaan gereja, sekalipun martabat dan keuntungan pribadiku dirugikan. Sebelumnya, aku selalu khawatir jika anggota gereja terbaik dipindahkan, pekerjaan gereja kami akan terpengaruh, dan aku akan diberhentikan. Namun, siapa yang akan diberhentikan karena menjunjung tinggi kepentingan gereja dan memedulikan kehendak Tuhan? Tidak seorang pun. Di sisilain, orang yang egois dan tercela, yang menolak melepaskan anggota gereja yang andal, yang memengaruhi pekerjaan gereja dan kepentingannya adalah orang yang harus diberhentikan dan disingkirkan. Dan sekalipun aku mempertahankan dua saudari itu, tidak berarti gereja-gereja kami akan berjalan dengan baik. Jika motifku salah, dan aku melindungi reputasi dan kedudukanku sendiri, aku tidak akan mendapatkan pekerjaan Roh Kudus, jadi bagaimana aku bisa mendapatkan hasil yang baik dalam tugasku tanpa bimbingan Tuhan? Pemikiran ini membuat pikiranku agak tenang dan aku berkata kepada Tuhan dalam hati, "Ya Tuhan, aku ingin menerapkan kebenaran dan memuaskan-Mu, dan berhenti melindungi reputasi dan statusku." Setelah itu, aku menawarkan dua anggota tim berkinerja terbaik ke gereja lain. Setelah menerapkan hal ini, aku merasa sangat damai. Rasanya menyenangkan menjadi orang semacam itu.

Setelah pengalaman itu, kupikir aku telah sedikit berubah, tetapi ternyata, tak lama kemudian, aku kembali tersingkap sepenuhnya. Suatu hari, seorang pemimpin berkata bahwa dia ingin aku menyediakan lagi beberapa orang tim penyiraman, karena kami punya beberapa petobat baru bilingual di gereja kami. Jika demikian halnya, itu berarti aku harus melepaskan hampir semua orang yang bilingual dan berkualitas bagus. Pada titik ini, aku mulai mengkhawatirkan martabat dan kedudukanku lagi. Jika orang-orang itu pergi, aku takut pekerjaan penginjilan gereja kami pasti akan terpengaruh. Malam itu, pemimpin mengirimiku pesan untuk memeriksa situasi. Aku merasakan banyak penentangan dalam batinku. Untuk setiap nama yang dia sebut, aku hanya memberi jawaban satu kata: "Tentu," "Baiklah." Saat dia menanyakan detailnya, aku tidak ingin mengatakan apa-apa. Kupikir, "Aku tak pernah ingin melepaskan orang-orang ini sejak awal, tetapi kau terus bertanya. Kau menyedot habis orang-orang yang bisa melakukan tugas dari gereja kami. Bagaimana aku harus melakukan pekerjaanku?" Aku sangat menentang dan tidak bisa tunduk.

Beberapa waktu kemudian, di sebuah pertemuan, aku menonton video pembacaan firman Tuhan yang membantuku memahami kerusakanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Esensi dari keegoisan dan kekejian antikristus sudah jelas; perwujudan mereka yang semacam ini sangat menonjol. Jika gereja memercayakan sebuah pekerjaan kepada mereka, dan jika pekerjaan ini memberikan ketenaran dan manfaat, dan membuat mereka bisa menampilkan diri, mereka sangat tertarik, dan mau menerimanya. Jika pekerjaan itu tanpa pamrih atau mengharuskan mereka menyinggung orang lain, atau tidak memungkinkan mereka menampilkan diri atau tidak bermanfaat bagi ketenaran, keuntungan, atau status mereka, mereka tidak tertarik, dan tidak akan menerimanya, seolah-olah pekerjaan ini tidak ada kaitannya dengan mereka, dan bukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Ketika mereka menghadapi kesulitan, tidak mungkin mereka akan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, apalagi berusaha melihat gambaran keseluruhannya dan memikirkan pekerjaan gereja. Sebagai contoh, dalam lingkup pekerjaan rumah Tuhan, berdasarkan kebutuhan pekerjaan secara keseluruhan, mungkin ada beberapa pemindahan personel. Jika beberapa orang dipindahkan dari gereja, apa cara yang masuk akal bagi para pemimpin gereja untuk menangani masalah ini? Apa masalahnya jika mereka hanya mementingkan kepentingan gereja mereka sendiri, dan bukannya kepentingan secara keseluruhan, dan jika mereka sama sekali tidak mau memindahkan orang-orang tersebut? Mengapa, sebagai pemimpin gereja, mereka tidak mampu tunduk pada pengaturan rumah Tuhan yang terpusat? Apakah orang semacam itu memikirkan maksud-maksud Tuhan? Apakah mereka memperhatikan keseluruhan pekerjaan itu? Jika mereka tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, tetapi hanya memikirkan kepentingan gereja mereka sendiri, bukankah mereka sangat egois dan keji? Para pemimpin gereja seharusnya tunduk tanpa syarat pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan pada pengaturan dan koordinasi rumah Tuhan yang terpusat. Inilah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ketika dibutuhkan oleh pekerjaan rumah Tuhan, siapa pun mereka, setiap orang harus tunduk pada koordinasi dan pengaturan rumah Tuhan, dan sama sekali tidak boleh dikendalikan oleh pemimpin atau pekerja perseorangan seolah-olah orang-orang itu adalah milik mereka atau tunduk pada keputusan mereka. Ketaatan umat pilihan Tuhan pada pengaturan rumah Tuhan yang terpusat adalah hal yang sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan, dan pengaturan ini tidak boleh ditentang oleh siapa pun, kecuali jika seorang pemimpin atau pekerja melakukan pemindahan yang sewenang-wenang, yang tidak sesuai dengan prinsip, maka dalam hal ini, pengaturan ini boleh untuk tidak dipatuhi. Jika pemindahan yang normal dilakukan berdasarkan prinsip, maka semua umat pilihan Tuhan harus menaatinya, dan tidak ada pemimpin atau pekerja yang memiliki hak atau alasan apa pun untuk berusaha mengendalikan siapa pun. Apakah menurutmu ada pekerjaan yang bukan pekerjaan rumah Tuhan? Apakah ada pekerjaan yang tidak melibatkan perluasan Injil kerajaan Tuhan? Semua itu adalah pekerjaan rumah Tuhan, setiap pekerjaan adalah sama, dan tidak ada 'pekerjaanmu' dan 'pekerjaanku'. ... Umat pilihan Tuhan harus dialokasikan secara terpusat oleh rumah Tuhan. Ini tidak ada kaitannya dengan pemimpin, ketua kelompok, atau individu mana pun. Semua orang harus bertindak berdasarkan prinsip; ini adalah aturan rumah Tuhan. Antikristus tidak bertindak berdasarkan prinsip-prinsip rumah Tuhan, mereka selalu membuat rencana demi status dan kepentingan mereka sendiri, dan membuat saudara-saudari yang berkualitas baik melayani mereka untuk memperkuat kekuasaan dan status mereka. Bukankah ini egois dan keji? Di luarnya, mempertahankan orang-orang yang berkualitas baik di sisi mereka dan tidak membiarkan mereka dipindahkan oleh rumah Tuhan terlihat seolah-olah mereka memikirkan pekerjaan gereja, padahal sebenarnya mereka hanya memikirkan kekuasaan dan status mereka sendiri, dan sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja. Mereka takut jika mereka melaksanakan pekerjaan gereja dengan buruk, mereka akan digantikan, dan kehilangan status mereka. Antikristus tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, hanya memikirkan status mereka sendiri, melindungi status mereka sendiri dengan tidak segan-segan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan, dan mempertahankan status dan kepentingan mereka sendiri dengan merugikan pekerjaan gereja. Ini egois dan keji. Ketika orang menghadapi situasi semacam itu, setidaknya dia harus berpikir dengan menggunakan hati nuraninya: 'Orang-orang ini semuanya adalah anggota keluarga Tuhan, mereka bukan milik pribadiku. Aku juga adalah anggota keluarga Tuhan. Apa hakku untuk menghentikan rumah Tuhan memindahkan orang? Aku seharusnya memikirkan kepentingan rumah Tuhan secara keseluruhan, dan bukannya hanya berkonsentrasi pada pekerjaan dalam lingkup tanggung jawabku sendiri.' Pemikiran seperti itulah yang seharusnya ditemukan dalam diri orang-orang yang memiliki hati nurani dan nalar, serta nalar yang seharusnya dimiliki oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Rumah Tuhan terlibat dalam pekerjaan secara keseluruhan dan gereja-gereja terlibat dalam pekerjaan bagian-bagian. Oleh karena itu, ketika rumah Tuhan memiliki kebutuhan khusus dari gereja, hal terpenting yang harus dilakukan pemimpin dan pekerja adalah menaati pengaturan rumah Tuhan. Para pemimpin palsu dan antikristus tidak memiliki hati nurani dan nalar seperti itu. Mereka semua sangat egois, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak memikirkan pekerjaan gereja. Mereka hanya memikirkan keuntungan di depan mata mereka sendiri, mereka tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, jadi mereka sama sekali tidak mampu menaati pengaturan rumah Tuhan. Mereka sangat egois dan keji! Di rumah Tuhan, mereka bahkan cukup berani untuk mengganggu, dan bahkan berani dengan keras kepala menolak untuk mengubah pendapat atau tindakan mereka; mereka adalah orang-orang yang paling tidak memiliki kemanusiaan, mereka adalah orang-orang jahat. Orang-orang seperti inilah para antikristus itu. Mereka selalu memperlakukan pekerjaan gereja, saudara-saudari, dan bahkan semua aset rumah Tuhan yang berada dalam lingkup tanggung jawab mereka, sebagai milik pribadi mereka sendiri. Mereka yakin bahwa terserah mereka bagaimana hal-hal ini didistribusikan, dipindahkan, dan digunakan, dan bahwa rumah Tuhan tidak boleh ikut campur. Begitu semua itu berada di tangan mereka, seolah-olah mereka dirasuki Iblis, tak seorang pun yang boleh menyentuh mereka. Merekalah yang paling berpengaruh, paling berkuasa, dan siapa pun yang masuk ke wilayah mereka harus menaati perintah dan pengaturan mereka dengan berperilaku baik dan patuh, serta memperhatikan apa yang mereka inginkan dari ekspresi wajah mereka. Ini adalah perwujudan keegoisan dan kekejisan dalam karakter antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Empat: Meringkas Karakter Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)"). Firman Tuhan mengungkapkan keadaanku. Keinginanku mempertahankan saudara-saudari di bawah kendaliku dan tidak menyerahkan mereka ke gereja-gereja lain adalah egois dan tercela, dan aku sedang memperlihatkan watak antikristus. Sepanjang waktu itu, aku merasa sangat menentang dan enggan setiap kali pemimpin ingin memindahkan seseorang dari gereja kami. Aku bahkan mengecam, marah sekali dan merasa diperlakukan sangat tidak adil sampai-sampai berurai air mata. Aku tidak menyetujuinya sampai pemimpin bersekutu untuk membantuku mengubah pemikiranku, dan mengatakan hal-hal yang baik kepadaku. Aku seperti pemimpin yang ditelanjangi oleh Tuhan, ingin memiliki wewenang untuk memutuskan tentang pemindahan dari gereja yang menjadi tanggung jawabku. Saat ada orang yang dibutuhkan, mereka bisa pergi jika aku setuju, tetapi tanpa seizinku, tak seorang pun boleh menyentuh mereka. Tidak ada yang bisa pergi tanpa izinku. Aku mempertahankan gereja-gereja dalam kendaliku, menjaga segala sesuatu di bawah komandoku. Kristus tidak berwenang atas gereja-gereja—akulah yang berwenang. Seolah-olah petobat baru yang telah dibina adalah milikku. Aku ingin menggunakan apa yang mereka capai dalam tugas untuk menguatkan kedudukanku. Aku sungguh tak tahu malu! Bukankah aku sedang menempuh jalan antikristus yang melawan Tuhan? Situasi ini juga mengingatkanku akan para pendeta dan penatua di dunia keagamaan. Mereka tahu Gereja Tuhan Yang Mahakuasa bersaksi bahwa Tuhan telah datang kembali dan mengungkapkan banyak kebenaran, tetapi mereka takut jemaat mereka akan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa begitu melihat kebenaran ini, lalu mereka akan kehilangan status, reputasi, dan mata pencaharian mereka, sehingga mereka berusaha keras menjauhkan orang-orang percaya dari jalan yang benar. Mereka terang-terangan mengeklaim bahwa domba-domba itu milik mereka, dan tidak akan membiarkan mereka mendengar suara Tuhan dan mengikuti Dia. Mereka memperlakukan orang percaya seperti milik pribadi, dengan erat mengendalikan dan memperebutkan orang percaya melawan Tuhan. Para pendeta dan penatua adalah hamba-hamba yang jahat, antikristus yang tersingkap pada akhir zaman. Pada dasarnya, apa bedanya tindakanku dengan tindakan para pendeta dan penatua itu? Aku mengendalikan orang lain untuk melindungi martabat dan kedudukanku. Aku tahu jika tidak bertobat, aku akan dikutuk dan dihukum oleh Tuhan bersama para antikristus. Umat pilihan Tuhan adalah milik Tuhan, bukan milik manusia. Siapa pun yang dibutuhkan untuk tugas di gereja lain bisa dipindahkan sesuai kebutuhan. Aku tidak berhak menahan siapa pun di gereja yang kukelola. Ketika pemimpin mengatur pekerjaan dan memindahkan orang, karena rasa hormatlah mereka meminta masukanku, juga untuk kerjasama yang lebih lancar. Sebenarnya, memindahkan orang secara langsung tanpa persetujuanku bisa dibenarkan. Aku tidak berhak mempertahankan orang di bawah kendaliku. Aku tahu tidak bisa terus hidup begitu egois. Tuhan telah memberiku napas, jadi mengapa aku melawan demi diriku sendiri? Aku mungkin tak mampu berkontribusi besar untuk gereja, tetapi setidaknya, aku tak boleh ikut campur. Aku harus berbuat lebih banyak untuk menguntungkan pekerjaan gereja. Setelah itu kapan pun dibutuhkan, aku secara proaktif membantu pemindahan dan berhenti memikirkan reputasi dan kedudukanku sendiri.

Beberapa waktu kemudian, seorang saudari yang kupindahkan ke gereja lain mengirimiku pesan, berkata bahwa dia dan saudara-saudari telah mendapatkan begitu banyak dalam pekerjaan mereka mengabarkan Injil di sana. Aku merasa sangat senang sekaligus malu. Aku sangat senang karena mereka mampu melakukan bagian mereka dalam mengabarkan Injil kerajaan. Aku merasa malu karena jika aku menyediakan orang tanpa menghalangi, mereka bisa dilatih lebih awal. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, tidak ingin hidup dengan watak rusakku lagi, tetapi ingin menyediakan kandidat yang baik, melakukan bagianku untuk pekerjaan Injil, dan melaksanakan tugasku.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kisahku tentang Bekerja Sama

Oleh Saudari Leanne, Amerika SerikatAku bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman di gereja. Ketika Injil berkembang dan lebih banyak...