Bangkit dari Penindasan Kegelapan

15 Oktober 2019

Oleh Mo Zhijian, Provinsi Guangdong

Aku lahir di sebuah wilayah pegunungan terpencil yang miskin di mana kami membakar dupa dan menyembah Buddha dari generasi ke generasi. Banyak wihara Buddha di mana-mana, tempat semua keluarga pergi untuk membakar dupa; tak seorang pun yang pernah percaya kepada Tuhan. Pada tahun 1995, aku dan istri bekerja di bagian lain negeri di mana kami mulai percaya kepada Tuhan Yesus; sesudah kami kembali, kami mulai mewartakan Injil dan jumlah orang yang menerimanya perlahan berkembang hingga lebih dari 100 orang. Semakin banyaknya orang yang percaya kepada Tuhan mengkhawatirkan pemerintah lokal. Suatu hari pada tahun 1997, polisi memanggilku untuk pergi ke kantor polisi setempat di mana kepala Biro Keamanan Publik Daerah, kepala Biro Keamanan, kepala Biro Agama dan kepala kantor polisi, juga beberapa petugas polisi menantikanku. Kepala Biro Keamanan Publik bertanya kepadaku: "Mengapa kau percaya kepada Tuhan? Siapa yang kau hubungi? Dari mana Alkitab berasal? Mengapa kau tidak pergi ke kebaktian di Gereja Tiga-Pendirian?" Aku mengatakan: "Manusia diciptakan oleh Tuhan, semua yang mereka nikmati diciptakan oleh Tuhan, seperti sinar matahari, udara dan air; adalah merupakan hukum surga dan bumi bahwa manusia percaya kepada Tuhan dan menyembah-Nya. Konstitusi nasional juga dengan jelas menetapkan bahwa warga negara punya kebebasan beragama; mengapa kau tidak mengizinkan kami untuk bebas percaya kepada Tuhan?" Kepala Biro Agama mengatakan: "Ada batasan-batasan untuk kebebasan beragama, seperti burung kecil dalam sangkar; bahkan meski sayap dan kakinya tidak terikat, dia hanya dapat bergerak dalam sangkar." Ketika mendengar dia mengatakan jalan pikiran yang keliru ini, aku menjadi berang dan berkata dengan marah: "Jadi, pemerintah nasional berbohong kepada rakyatnya!" Ketika mereka mendengar aku mengatakan ini, mereka tahu mereka salah dan tidak mengatakan apa pun, jadi mereka membiarkanku pulang saja. Aku tidak menyadari substansi dari penentangan pemerintah PKT (Partai Komunis Tiongkok) terhadap Tuhan hingga pada tahun 1999 ketika aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Hanya dengan membaca firman Tuhan dan mengalami penganiayaan yang bahkan lebih kejam dari pemerintah PKT, aku dapat melihat dengan jelas bahwa PKT adalah perwujudan dari Iblis, si roh jahat; dia adalah musuh Tuhan sebagaimana dikatakan dalam Alkitab: "Maka naga besar itu diusir keluar, ular tua itu, yang disebut Iblis atau Satan, yang menipu seluruh dunia" (Wahyu 12:9).

Dini hari pukul 5:00 lewat sedikit pada tanggal 28 Juni 2002, aku sedang mempersiapkan pertemuan bersama beberapa saudara-saudari ketika mendadak kami mendengar suara gedoran di pintu. Kami segera menyembunyikan buku-buku firman Tuhan, lalu membuka pintu. Tak disangka, ketika pintu terbuka, sekitar selusin polisi menyerbu masuk. Mereka memegang tongkat listrik dan senapan dan memaksa kami berkumpul, memerintahkan kami berjongkok dan menaruh tangan di atas kepala. Sesudah para polisi ini menahan kami, seperti penjahat memasuki desa, mereka masuk ke dalam tiap ruangan dan mengacaukan semuanya; mereka mengambil selimut dan pakaian kami dan mencampakkannya berserakan di lantai. Dulu aku menyaksikan adegan di TV mengenai kejahatan yang terorganisir dan para penjahat yang merampok dan merampas, tetapi tidak pernah menyangka bahwa "polisi rakyat" akan bertindak seperti para tiran dan bandit yang jahat di TV. Saat itu aku sangat takut dan cemas bahwa mereka akan menemukan buku-buku firman Tuhan. Aku berdoa terus dalam hati dan memohon Tuhan untuk mengawasi dan melindungi kami. Setelah berdoa, aku melihat perbuatan ajaib Tuhan. Mereka menggeledah seluruh isi rumah dan mencari serta menyita barang pribadi kami, tetapi mereka tidak menemukan buku firman Tuhan. Aku tahu bahwa ini adalah kemahakuasaan dan perlindungan Tuhan dan aku tahu bahwa Tuhan menyertai kami, dan imanku kepada Tuhan semakin bertambah. Sesudahnya, mereka membawa kami ke kantor polisi dan pada waktu malam, mereka memindahkan kami ke suatu pusat tahanan dan mengurung kami. Tiga hari kemudian, tanpa bukti apa pun, polisi mendenda kami masing-masing sebesar 300 yuan yang harus kami bayar agar bisa dibebaskan. Melihat pemerintah PKT bertidak seperti para predator keji yang merenggut kebebasan beragama rakyat, kurasakan kemarahan mendalam dan tidak dapat menahan diri terpikir firman Tuhan: "Selama ribuan tahun, negeri ini telah menjadi negeri yang najis. Negeri ini tak tertahankan kotornya, penuh kesengsaraan, hantu merajalela di mana-mana, menipu dan menyesatkan, membuat tuduhan tak berdasar,[1] dengan buas dan kejam, menginjak-injak kota hantu ini, dan meninggalkannya penuh dengan mayat; bau busuk menyelimuti negeri ini dan memenuhi udara dengan pekatnya, dan tempat ini dijaga ketat.[2] Siapa yang bisa melihat dunia di balik langit? ... Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipu muslihat untuk menutupi dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Di metropolis setan yang adalah Tiongkok, pemerintah PKT menggantung spanduk-spanduk menyerukan "kebebasan beragama dan kebebasan hak asasi manusia," tetapi mereka dengan tanpa alasan menangkap dan menganiaya rakyat yang percaya kepada Tuhan. Mereka tidak mengizinkan rakyat untuk percaya kepada Tuhan atau berjalan di jalan kehidupan yang benar; mereka gelisah ingin melenyapkan semua orang percaya dalam satu sambaran mematikan. Dalam kepercayaan kami kepada Tuhan, kami tidak melanggar hukum atau melakukan sesuatu pun yang jahat; yang kami lakukan hanyalah mewartakan Injil demi memungkinkan orang mengenal Tuhan dan menyembah Tuhan, sehingga mereka dapat beroleh kebenaran, bebas dari kemalangan yang berasal dari Iblis, dan membebaskan diri dari hidup kegelapan dan penderitaan. Meski begitu, pemerintah PKT tidak mengizinkan kami untuk mewartakan Injil dan hendak menangkap kami, menahan kami dan mendenda kami, dan bukannya melakukan sesuatu mengenai orang-orang jahat yang terlibat dalam pelacuran, pembunuhan dan pembakaran, serta penipuan dan kecurangan; mereka membiarkan orang-orang jahat itu tak dihukum atas kejahatan mereka. Memikirkan kenyataan ini, aku dapat melihat dengan jelas substansi jahat dari pemerintah PKT yang membenci kebenaran, menentang Tuhan, membutakan rakyat, dan menipu rakyat; mereka adalah musuh Tuhan.

Pada tanggal 28 November di tahun yang sama, aku dan beberapa saudara-saudari sedang mewartakan Injil bersama seorang pemimpin agama. Tetapi ada orang jahat melaporkan kami dan sekitar selusin polisi mengepung bangunan kami dan membobol pintu. Mereka memegang senapan dan tongkat dan berteriak: "Jangan bergerak! Angkat tangan!" Lalu, mereka menggeledah tubuh kami dan merampas uang dan barang-barang berharga kami senilai lebih dari 5.000 yuan. Mereka memerintahkan kami untuk meletakkan tangan di atas kepala dan berjongkok menghadap tembok. Saat itu, dua saudari yang masih muda ketakutan dan kukatakan kepada mereka: "Kita tidak melakukan kejahatan apa pun, jangan takut." Begitu kukatakan itu, beberapa polisi bergegas menghampiriku dan memukuliku dengan kepalan dan kaki mereka, menjatuhkanku ke lantai. Mereka menggeledah semua ruangan dan membuatnya kacau balau, menyerakkan semuanya hingga berantakan. Mereka lebih biadab dan ganas dibanding para penjahat yang merampok desa. Satu saudari dalam ruangan tidak keluar dan seorang polisi bergegas menghampiri dan mencengkeramnya erat serta menariknya keluar. Seorang polisi jahat lainnya melihat bahwa saudari itu cukup cantik dan mulai melecehkannya dengan meraba-raba sekujur tubuhnya. Saudari itu meratap tak berdaya, dan beruntung si tuan rumah tiba pada saat yang tepat untuk mengakhirinya, hingga saudari itu terhindar dari pemerkosaan. Saat itu, aku dapat dengan jelas melihat bahwa slogan-slogan seperti "Polisi rakyat adalah untuk rakyat" dan "Polisi adalah pelindung rakyat" semuanya bohong. Para polisi jahat ini sesungguhnya adalah geng bandit dan gangster lokal! Dari lubuk hati, aku bahkan merasa lebih jijik dan benci kepada para binatang buas ini! Sesudahnya, mereka mengurung kami dalam kendaraan polisi dan membawa kami ke kantor polisi. Mereka lalu memborgol kami dalam koridor selama dua hari dua malam, tanpa memberi kami makanan atau minuman. Aku hanya dapat terus berdoa dalam hati dan memohon kepada Tuhan untuk membimbing kami dan memberi kami iman dan kekuatan sehingga kami dapat memberikan kesaksian bagi-Nya dalam lingkungan ini. Kemudian, polisi menginterogasi seorang saudara, dan ketika mereka tidak puas dengan jawabannya, beberapa polisi dengan keras mendorongnya jatuh ke tanah sementara seorang polisi jahat menjejalkan kotoran anjing ke dalam mulutnya. Keadaan mental saudara tersebut telah dirusak sangat parah. Melihat situasi menyedihkan ini, hatiku menjadi teramat sedih dan amarah bergolak dalam diriku. Andai aku dapat menyerang dan mencabik-cabik mereka, tetapi firman Tuhan membimbingku di dalam hati: "Aku merasa sedikit bersimpati terhadap saudara-saudariku yang juga tinggal di tanah yang najis ini, dan karenanya, kebencian terhadap si naga merah yang sangat besar semakin tumbuh dalam diri-Ku. ... Kita semua adalah korbannya. Untuk alasan ini, Aku membencinya dari lubuk hati-Ku, dan Aku tidak sabar untuk menghancurkannya. Namun, ketika Aku berpikir lagi, ini tidak berguna dan itu hanya akan membawa masalah kepada Tuhan, jadi Aku kembali ke perkataan ini—Aku menetapkan hati-Ku untuk melakukan kehendak-Nya—yaitu mengasihi Tuhan. ... Karenanya menjalani kehidupan yang penuh makna dan kecemerlangan. Dalam hal ini, Aku akan bisa mati tanpa penyesalan, dengan hati penuh dengan kepuasan dan kenyamanan. Apakah Engkau ingin melakukan itu? Apakah Engkau seseorang dengan kebulatan tekad seperti itu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Jalan ... (2)"). Firman Tuhan membuatku tenang, dan dalam merenungkan firman Tuhan, aku memahami kehendak Tuhan. Tuhan sudah sangat memandang hina para iblis jahat ini, Dia hendak segera membinasakan mereka semua, tetapi demi menjadikan kita sempurna, Dia perlu mendayagunakan upaya-upaya Iblis. Tuhan menggunakan aniayanya demi memungkinkan kita mengenalinya, memungkinkan kita sepenuhnya melihat wajah menjijikkan dan substansi jahat dari pemerintah PKT. Dengan demikian kita dapat memutuskan hubungan dengannya dan sepenuhnya mengarahkan hati kita yang tulus kepada Tuhan. Tuhan selalu menanggung pengejaran histeris pemerintah PKT demi mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pekerjaan-Nya, jadi, apalah artinya aku harus menderita sedikit kesulitan agar dapat memperoleh keselamatan sebagai makhluk ciptaan? Pencerahan dan bimbingan dari firman Tuhan telah memberiku iman dan kekuatan; aku ingin meneladani Kristus dan memiliki ketetapan hati yang teguh untuk menyenangkan Tuhan! Saat itu, aku hanya berharap Tuhan akan memimpin dan memelihara kami agar memberikan kesaksian untuk Tuhan melalui penganiayaan Iblis; aku berharap kami dapat mengambil tindakan praktis untuk membalas muslihat Iblis hingga akan gagal secara memalukan.

Pada malam ketiga, polisi memindahkan kami ke Biro Keamanan Publik Daerah dan menginterogasi kami hingga malam. Seorang wakil kepala pertama-tama menggunakan perkataan yang merayu untuk membujukku, dengan berkata: "Bicaralah! Kau punya istri, anak-anak, dan orangtua di rumah yang perlu kau rawat; jika kau bergegas dan bicara, maka kau dapat pulang, setuju?" Setelah mendengar perkataan ini, aku agak tergoda, dan berpikir: "Jika aku katakan kepada mereka beberapa hal yang tidak penting, maka aku dapat pergi dan tidak akan harus tinggal di sini dan menderita." Saat itu, aku disadarkan oleh firman Tuhan: "Terhadap mereka yang tidak menunjukkan kepada-Ku sedikit pun kesetiaan selama masa-masa kesukaran, Aku tidak akan lagi berbelas kasihan, karena belas kasihan-Ku hanya sampai sejauh ini. Lagipula, Aku tidak suka siapa pun yang pernah mengkhianati Aku, terlebih lagi, Aku tidak suka bergaul dengan mereka yang mengkhianati kepentingan teman-temannya. Inilah watak-Ku, terlepas dari siapa pun orangnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Melalui firman agung Tuhan, aku merasa seperti Tuhan sedang menatap ke bawah kepadaku, menantikan jawabanku. Ini juga membuatku sadar bahwa pikiranku sedang mengkhianati Tuhan. Akibatnya, aku segera menghapus pikiran itu dan dalam kebenaran yang tegas aku berkata: "Aku tidak berencana pergi sejak aku tiba di sini!" Ketika polisi itu melihat bahwa muslihatnya tidak berhasil, dia menunjukkan wajah jahatnya yang asli, dan wakil kepala itu mengangkat ember berisi air kotoran babi ke atas kepalaku seolah hendak menuangkannya ke atasku. Aku berkata kepadanya: "Inilah aniaya yang kau pergunakan untuk memaksakan pengakuan." Ketika dia mendengar kukatakan ini, mendadak dia berhenti dan meletakkan air kotoran itu tanpa menuangkannya ke atasku. Seorang polisi jahat lainnya yang bersepatu kulit menginjakkan tumitnya ke atas jempol kakiku dan mengguling-gulingkannya sekuat tenaga. Rasa sakit yang dahsyat menjalar ke sekujur tubuhku dan aku tidak dapat menahan diri berteriak kesakitan. Pakaianku basah oleh keringat, tetapi polisi yang jahat itu dikuasai amarah dan terus menginjak dan menggulingkannya hingga kuku jempol kakiku terlepas. Saat itu, jari kakiku sudah putus dan berdarah. Dalam kesakitan yang hebat, aku terus berseru kepada Tuhan, memohon Tuhan untuk melindungi hatiku agar aku tidak akan menyerah pada Iblis dan agar aku akan dapat memberikan kesaksian bagi-Nya. Syukurlah atas bimbingan dan perlindungan Tuhan, pada akhirnya aku tidak mengatakan apa pun. Polisi yang jahat itu tidak mendapatkan informasi apa pun yang mereka inginkan dariku, namun tak mau menyerah. Sesudahnya, mereka membawaku bersama seorang saudara dan seorang saudari ke tim SWAT kota untuk interogasi lebih lanjut.

Ketika kami tiba di tim SWAT, polisi yang jahat itu memaksa kami untuk menanggalkan semua pakaian kami, lalu mereka memborgol tangan kami dan memasang belenggu pada kaki kami. Mereka lalu memaksa kami untuk melompat-lompat tiga putaran mengelilingi halaman untuk mempermalukan kami. Sesudah itu, mereka memisahkan kami dalam sel-sel penjara. Orang-orang yang dikurung dalam sel-sel penjara itu semuanya pembunuh, mereka semua seperti setan dan monster. Polisi yang jahat itu memerintahkan para tahanan untuk menyiksaku, jadi aku terus berdoa kepada Tuhan dalam hati. Karena perlindungan Tuhan, para tahanan tidak hanya tak mau merundungku, mereka sesungguhnya menjagaku. Setelah empat hari, polisi yang jahat itu berusaha memaksaku untuk mengkhianati Tuhan dan mengkhianati saudara-saudariku, tetapi aku tidak mau bicara. Mereka membawaku dan seorang saudara lain dan menyeret kami ke halaman di mana mereka memborgol kami dan mengenakan belenggu di sekeliling kaki kami. Tas-tas hitam ditempatkan di atas kepala kami dan mereka menggantung kami di sebuah pohon di tengah halaman. Dalam kegilaan kekejaman, mereka menempatkan semut-semut di seluruh pohon, yang terus merayapi tubuh kami dan menggigit kami. Siksaan dari ribuan gigitan semut serupa dengan siksaan ribuan anak panah menembusi hati, yang menjadikan kematian tampak lebih menyenangkan daripada hidup. Aku merasa sepertinya tidak dapat bertahan lebih lama lagi dan aku tidak tahu kapan penderitaan ini akan berakhir. Dalam penderitaan hebat semacam itu, aku hanya dapat berdoa kepada Tuhan untuk melindungi hati dan rohku dengan segenap kekuatanku, agar Ia memberiku kekuatan dan kesediaan untuk menderita, dan mencegahku mengkhianati-Nya. Saat itu, firman Tuhan muncul di benakku: "Supaya kemuliaan-Ku dapat memenuhi seluruh alam semesta, semua manusia harus menderita kesulitan terakhir bagi-Ku. Apakah engkau memahami kehendak-Ku? Ini adalah persyaratan terakhir yang Aku minta dari manusia, yaitu Aku berharap semua manusia bisa memberikan kesaksian kuat yang gemilang tentang Aku di hadapan naga merah besar, sehingga mereka bisa memberikan diri mereka kepada-Ku terakhir kalinya dan menggenapi persyaratan-Ku untuk yang terakhir. Bisakah engkau semua benar-benar melakukannya? Engkau tidak mampu memuaskan hati-Ku di masa lalu—bisakah engkau semua mematahkan pola ini dalam usaha yang terakhir?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 34"). Firman Tuhan mengisi hatiku dengan kekuatan. Aku merenungkan mengenai bagaimana Tuhan telah menjadi daging dan telah datang ke bumi serta menderita dikejar-kejar dalam segala cara yang memungkinkan oleh pemerintah PKT demi menyelamatkan kami. Dia tidak punya tempat yang disebut rumah. Sekarang aku dapat menderita bersama Kristus; ini adalah kasih Kristus dan adalah peninggian Tuhan bagiku. Selama aku dapat memberikan kemuliaan kepada Tuhan, aku akan bahagia dan rela mati. Aku mengandalkan firman Tuhan untuk melewati setiap menit dan detik penderitaan. Kami digantung di pohon selama dua hari dan dua malam. Pada hari ketiga, aku sungguh tidak dapat tahan lagi. Kala itu awal musim dingin dan hari hujan dan yang kukenakan hanyalah pakaian tak berlapis. Aku digantung di pohon pada kaki telanjang dan tidak menyantap makanan atau minuman apa pun dan dalam kesakitan hebat. Derita kelaparan dan kedinginan, juga rasa sakit yang tak tertahankan membuatku ingin mati saja; yang dapat kulakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan dengan segenap kekuatanku. Aku sangat takut bahwa karena kelemahan daging, aku tidak akan dapat mengatasi siksaan dan akan mengkhianati Tuhan seperti Yudas. Di tengah penderitaanku, aku teringat rasul Stefanus dari Zaman Kasih Karunia. Dia dirajam hingga tewas oleh orang banyak karena menyebarkan Injil Tuhan Yesus. Sebelum dia wafat, dia meminta Tuhan agar menerima rohnya. Kemudian, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, dagingku terlalu lemah dan sekarang aku telah menanggung lebih banyak penderitaan daripada yang dapat kutanggung. Aku berharap Engkau mengambil rohku, sebab aku lebih suka mati daripada mengkhianati-Mu." Sesudah berdoa, mukjizat yang paling tak disangka-sangka terjadi: sesungguhnya aku mendapatkan suatu pengalaman keluar dari tubuh dan aku dibawa ke sebuah padang rumput. Ada rumput hijau yang subur di mana-mana dan ternak dan domba di sekelilingnya. Kerangka pikiranku teristimewa amat nyaman dan tidak dapat menahan diri memuji Tuhan dengan lantang: "Praise Almighty God aloud, all things in heaven and earth praise You, praise You, all will praise You. Let all Your angels rise and praise You, let all Your heavenly hosts praise You, the expansion of the universe praises You—Almighty God! The shining stars praise You, the heavens and the earth and the waters praise You, they all praise You. Let the mountains and hills praise Almighty God, let the waves and billows praise You, praise You in the highest places—Almighty God! Praise Almighty God in the most holy place, praise You with tambourines and dances, praise You aloud! Praise Almighty God with musical instruments and the sound of the trumpet, let the holy people in Zion praise You, let all people praise You—Almighty God! Oh Almighty God, praise You aloud! The loud peals of thunder praise You, praise You aloud! The mighty expanse praises Almighty God, let everything that has breath praise You, the singing of praise shakes the ends of the earth, praise God!" Sementara aku sepenuhnya menenggelamkan diri dalam sukacita tiada tara ini dan tinggal dalam batasan kebebasan, penderitaan, kelaparan dan kedinginan akibat digantung di pohon, juga rasa sakit gigitan semut, semuanya lenyap. Ketika aku terbangun, itu sudah malam ketiga dan polisi yang jahat itu menurunkanku dari pohon. Aku digantung selama tiga hari dan bukan saja tidak mati, aku juga dipenuhi roh. Ini sungguh kuasa kemahakuasaan dan perlindungan ajaib Tuhan. Aku mengucap syukur sepenuh hati dan memuji Tuhan.

Pada hari keempat, polisi yang jahat itu menginterogasiku lagi dan berusaha memaksaku mengkhianati saudara-saudariku; mereka juga memaksaku untuk mengakui bahwa aku percaya kepada Xie Jiao, membuatku mengkhianati Tuhan dan meninggalkan jalan yang benar. Di bawah pencerahan Tuhan, aku merenungkan firman Tuhan: "Sementara menjalani ujian, wajar bagi manusia untuk merasa lemah, atau memiliki kenegatifan dalam diri mereka, atau kurang memiliki kejelasan tentang kehendak Tuhan atau jalan penerapan mereka. Namun dalam hal apa pun, engkau harus memiliki iman dalam pekerjaan Tuhan, dan seperti Ayub, jangan menyangkal Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Firman Tuhan memberiku keberanian untuk melakukan kebenaran dan untuk memberikan kesaksian akan Tuhan. Tak peduli apa pun, aku tidak dapat menentang Tuhan atau menghujat Tuhan. Aku tak gentar dan dengan tenang berkata: "Aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, yang adalah satu-satunya Tuhan yang benar, yang berkuasa atas segalanya! Aku tidak percaya pada Xie Jiao, kau menyelewengkan kebenaran dan menjebakku!" Sesudah mendengar ini, polisi jahat itu serta-merta marah dan mengambil sebuah bangku kayu panjang dan dengan gila mulai memukuliku sampai setengah mati memakai bangku itu. Dia memukuliku hingga aku meludahkan darah. Aku tergeletak lumpuh dan pingsan di lantai. Kemudian, mereka memercikkan air dingin ke atasku untuk membangunkanku dan lanjut memukuliku. Sepanjang penderaan keji dan tak manusiawi ini, dada bagian depan dan punggungku sepenuhnya memar dan lebam dan aku menderita banyak luka dalam. Seminggu kemudian, air seniku seluruhnya darah dan ginjal kananku rusak parah (bahkan sekarang masih sangat sakit). Sebulan kemudian, polisi yang jahat itu tidak dapat menemukan bukti apa pun, jadi mereka mengarang dokumen palsu dan memaksaku menandatanganinya. Kemudian mereka mengurungku di pusat penahanan kota. Tiga bulan kemudian, mereka mendakwaku dengan "merongrong pelaksanaan hukum" dan menghukumku dengan satu tahun perbaikan diri melalui kerja paksa. Di kamp kerja paksa, aku menjalani kehidupan yang tidak manusiawi. Setiap hari aku kelaparan dan saya harus bekerja sekitar dua belas jam sehari. Aku kerap dirundung dan dihina oleh polisi penjara; mereka menggunakan tongkat listrik menyetrumku atau mengurungku dalam ruang kecil yang gelap. Jika bukan karena Tuhan mengawasi dan melindungiku, aku pasti sudah dianiaya sampai mati oleh polisi jahat itu. Pada tanggal 7 November 2003, hukumanku selesai dan aku dibebaskan dari neraka di bumi.

Sesudah mengalami penganiayaan yang kejam itu, aku akhirnya melihat dengan jelas bahwa proklamasi pemerintah PKT "Partai Komunis adalah agung, mulia dan benar" dan "Tiongkok memiliki kebebasan beragama," di antara slogan lainnya, sebenarnya adalah ungkapan dalam rencana menakutkan untuk menipu rakyat dan membodohi masyarakat. Ungkapan-ungkapan itu mengatakan ucapan yang baik dan melakukan hal-hal yang luar biasa jahat. Guna melarang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan menjadikan Tiongkok tempat ateis, dia mengejar dan mencelakai orang-orang percaya tanpa batas. Tingkat kekejamannya sudah sangat luar biasa dan sudah membuat kemarahan rakyat memuncak! Aku sungguh membenci Iblis tua ini dari dalam lubuk hatiku. Aku mengenang mengenai bagaimana aku terus-menerus dengan kejam dianiaya dan dipaksa untuk mengaku dan dengan kejam disiksa oleh para setan selama proses interogasi. Aku pingsan beberapa kali dan jika bukan karena perlindungan Tuhan, aku pasti sudah dianiaya sampai mati oleh para setan itu. Semasa kelemahan terbesarku, firman Tuhan Yang Mahakuasa terus menyemangatiku: "Pernahkah engkau semua menerima berkat-berkat yang diberikan kepadamu? Pernahkah engkau mencari janji-janji yang dibuat untukmu? Di bawah bimbingan terang-Ku, engkau semua pasti akan menerobos cengkeraman kekuatan kegelapan. Engkau pasti tidak akan kehilangan terang yang membimbingmu di tengah kegelapan. Engkau pasti akan menjadi penguasa atas seluruh ciptaan. Engkau pasti akan menjadi seorang pemenang di hadapan Iblis. Saat runtuhnya kerajaan si naga merah yang sangat besar, engkau pasti akan berdiri di tengah kumpulan besar orang banyak untuk menjadi saksi bagi kemenangan-Ku. Engkau semua pasti akan berdiri teguh dan tak tergoyahkan di tanah Sinim. Melalui penderitaan yang kautanggung, engkau akan mewarisi berkat-berkat-Ku, dan pasti akan memancarkan kemuliaan-Ku ke seluruh alam semesta" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 19"). Firman Tuhan menjadi bahu yang kokoh tempatku bersandar. Pencerahan dan bimbingan dari firman Tuhan membantuku melewati hari-hari paling gelap yang berlarut-larut itu. Meskipun aku sudah mengalami ditangkap dan dianiaya berulang kali oleh pemerintah PKT, dan tubuhku sudah menderita kekejaman dan penganiayaan yang kejam, aku sungguh memahami banyak kebenaran yang dulu tidak kupahami dan aku melihat dengan jelas pembangkangan, kejahatan, dan substansi jahat pemerintah PKT. Aku juga sudah mengalami kasih sejati Tuhan bagiku dan sudah merasakan kemahakuasaan dan hikmat dan perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan. Terlebih lagi, itu membangkitkanku untuk berupaya mengasihi Tuhan dan menyenangkan Tuhan. Sekarang, aku masih melakukan tugasku di gereja seperti yang kulakukan dulu; aku mengikuti Tuhan di jalan hidup yang benar, aku mengejar kebenaran dan berusaha menjalankan hidup yang penuh arti!

Catatan kaki:

1. "Membuat tuduhan tak berdasar" merujuk kepada metode yang digunakan Iblis untuk menyakiti manusia.

2. "Dijaga ketat" mengindikasikan bahwa metode yang digunakan Iblis untuk menyakiti manusia terutama kejam dan sangat mengendalikan manusia sehingga mereka tidak memiliki ruang untuk bergerak.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Hidup di Ambang Kematian

Oleh Saudari Wang Fang, TiongkokPada tahun 2008, aku bertanggung jawab untuk mengangkut buku-buku gereja. Ini adalah jenis tugas yang...

Mengalahkan Pencobaan Iblis

Oleh Saudari Chen Lu, TiongkokIni terjadi pada bulan Desember 2012, saat aku berada di luar kota untuk menyebarkan Injil. Suatu pagi, saat...