Pilihanku
Pada bulan Maret 2012, ibuku berbagi Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman denganku. Aku mulai membaca firman Tuhan setiap hari dan sering kali mengadakan pertemuan dan bersekutu tentang firman Tuhan bersama yang lain. Aku ingat sebuah kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa yang kubaca di waktu teduhku suatu hari. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sebagai anggota umat manusia dan orang Kristen yang taat, adalah tanggung jawab dan kewajiban kita semua untuk mempersembahkan pikiran dan tubuh kita untuk memenuhi amanat Tuhan, sebab seluruh keberadaan kita berasal dari Tuhan, dan kita ada berkat kedaulatan Tuhan. Apabila pikiran dan tubuh kita bukan dipersembahkan untuk amanat Tuhan dan bukan untuk tujuan kebenaran bagi umat manusia, maka jiwa kita akan malu dengan jiwa mereka yang telah menjadi martir demi amanat Tuhan, dan bahkan lebih malu lagi dengan Tuhan, yang telah menyediakan segalanya untuk kita" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"). Aku melihat dari firman Tuhan bahwa Tuhan menciptakan umat manusia, dan semua yang kumiliki berasal dari-Nya. Aku harus membalas kasih-Nya dan melakukan tugas makhluk ciptaan. Jadi, aku mulai membagikan Injil kepada orang-orang yang kukenal.
Suatu hari di bulan Desember 2012, aku ditangkap secara ilegal oleh polisi karena mengkhotbahkan Injil dan ditahan selama 14 hari karena "mengganggu ketertiban sosial". Orang tua dan suamiku datang mengunjungiku di pusat penahanan pada hari ketujuhku di sana. Saat masuk ke ruang kunjungan, aku melihat ibu dan ayahku berdiri di sana menunggu, dan suamiku menggendong putra kami yang berusia 1 tahun. Air mata mengalir deras di mataku melihat mereka semua di sana. Aku menyapa orang tuaku dengan pelan, bergegas menemui suamiku, dan mengambil si bayi darinya. Aku merasa sangat sedih saat itu. Kami semua hidup bersama sebagai satu keluarga, lalu tiba-tiba aku ditangkap secara ilegal oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) hanya karena memiliki iman dan membagikan Injil. Kini aku menemui keluargaku di sebuah pusat penahanan. Suamiku berkata, "Aku memberi tahu pemimpin pasukanku apa yang terjadi setelah aku tahu tentang penangkapanmu, dan mereka berkata kau harus melepaskan imanmu. Kau lulusan perguruan tinggi, kau berpendidikan. Masa depanmu akan hancur jika tetap percaya kepada Tuhan! Mereka juga berkata jika kau tidak menyerah, aku akan dikeluarkan dari Partai dan militer. Aku bahkan akan kehilangan bonus transisi pekerjaanku tahun depan! Aku bisa mengabaikan semua itu, tetapi kau harus memikirkan putra dan keluargamu. Tidak akan seperti ini jika kau ditangkap lagi. Kau akan dihukum penjara, lalu apa yang akan terjadi kepada putra kita? Dia tidak akan pernah masuk universitas, menjadi pegawai negeri, atau bergabung dengan militer. Bagaimana dia akan menemukan tempat untuk dirinya di masyarakat? Apakah dia harus hidup menanggung malu?" Aku makin sedih mendengarnya mengatakan ini. Hatiku sakit saat menggendong putraku, dan aku berpikir, "Jika aku benar-benar berakhir di penjara suatu hari nanti, bisakah putraku tumbuh sehat tanpa ibunya di sisinya pada usia yang begitu muda? Apakah dia akan ditertawakan dan didiskriminasi? Jika suamiku dikeluarkan dari Partai dan tentara, masa depannya hancur." Aku tidak tahan memikirkannya lagi. Aku menahan isakku dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Melihatku tak mengatakan apa pun, suamiku berkata dengan marah, "Pemimpin kami berkata jika kau tidak berjanji melepaskan imanmu, aku harus bercerai. Kau harus memilih!" Saat aku masih tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia membawa putra kami dan pergi. Aku merasa jantungku tertusuk pisau dan tidak bisa menahan air mataku lebih lama lagi. Dalam perjalanan kembali ke sel, aku merasa bingung. Mengapa suamiku harus langsung memberi tahu pemimpinnya tentang penangkapanku? Dia tahu itu takkan membantuku atau dirinya. Mengapa dia membuka semuanya dengan begitu bebas? Aku memikirkan itu dan merasa dia pasti mencari aman untuk dirinya sendiri. Saat hal ini terpikir olehku, aku benar-benar tidak ingin menerimanya. Aku sangat menderita. Aku tidak bisa menahan pikiran bahwa iman kepada Tuhan itu benar dan alami, tidak ada unsur kriminal di dalamnya. Saat orang percaya berkumpul, kami hanya membaca firman Tuhan, melakukan tugas kami, membagikan Injil, dan mengejar kebenaran. Selain itu, bukankah konstitusi nasional secara jelas mengizinkan kebebasan berkeyakinan? Jadi, mengapa Partai Komunis begitu menindas kami dan mendorong suamiku untuk menceraikanku? Aku tidak bisa memahaminya.
Saat kembali ke selku, aku menceritakan kebingunganku kepada seorang saudari dari Gereja. Dia membacakan beberapa kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa untukku dengan suara pelan. "Benar-benar raja setan dia! Bagaimana keberadaannya bisa ditoleransi? Dia tidak akan beristirahat sampai dia telah mengacaukan pekerjaan Tuhan dan meninggalkan semuanya dalam keadaan kacau balau, seolah-olah dia ingin menentang Tuhan sampai akhir, sampai dia atau Tuhan yang mati, dengan sengaja menentang Tuhan dan mendesak semakin dekat. Wajahnya yang mengerikan telah lama disingkapkan sepenuhnya, kini telah penuh memar dan babak belu, dan dalam kondisi yang memprihatinkan, tetapi dia tetap tidak akan mengalah dalam kebenciannya kepada Tuhan, seolah-olah hanya dengan menelan Tuhan dalam sekali telan barulah dia bisa meredakan kebencian yang terpendam di dalam hatinya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (7)"). "Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipuan untuk menutupi dosa! ... Mengapa bersusah payah merintangi pekerjaan Tuhan? Mengapa menipu umat Tuhan dengan segala macam muslihat? Di manakah kebebasan sejati dan hak dan kepentingan yang sah? Di manakah keadilan? Di manakah penghiburan? Di manakah kehangatan? Mengapa menggunakan tipuan licik untuk menipu umat Tuhan? Mengapa menggunakan kekerasan untuk menekan kedatangan Tuhan? Mengapa tidak membiarkan Tuhan melangkah bebas di bumi yang Dia ciptakan? Mengapa memburu Tuhan sampai Dia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Lalu, dia membagikan persekutuan ini: "Pada akhir zaman, Tuhan telah menjadi daging dan datang ke bumi untuk berbicara dan bekerja. Dia mengungkapkan kebenaran yang mentahirkan dan menyelamatkan umat manusia, serta mereka yang hati dan jiwanya mendengar suara Tuhan dan berpaling kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Namun, Partai Komunis adalah partai ateis. Mereka sangat membenci Tuhan dan kebenaran, serta takut semua orang akan mengetahui kebenaran dari firman Tuhan Yang Mahakuasa, lalu akan mengikuti dan memberikan kesaksian tentang Kristus, serta meninggalkan dan menolak partai itu. Lalu, tidak seorang pun akan mendukung mereka lagi dan ambisinya yang liar untuk membuat orang-orang Tiongkok terkurung dan dikendalikan selamanya akan hancur." "Itulah kenapa mereka membuat segala macam rumor dan kebohongan, memfitnah dan mengutuk Tuhan Yang Mahakuasa, serta mengerahkan kekuatan seluruh bangsa untuk memburu Kristus dan mempersekusi orang Kristen." "Partai itu ingin sepenuhnya menghapus pekerjaan Tuhan di bumi untuk melindungi kediktatoran ateistisnya sendiri." bahwa PKT mengeklaim mengizinkan kebebasan berkeyakinan untuk menutupi persekusi jahatnya terhadap keyakinan agama sebagai taktik untuk menipu orang-orang di dunia. Tidak ada kebebasan berkeyakinan yang nyata dan tidak ada hak asasi manusia di Tiongkok. Memiliki iman di Tiongkok berarti menghadapi persekusi dari rezim iblis Partai Komunis. Itu fakta. Setelah persekutuan darinya, aku bisa melihat lebih jelas natur jahat Partai Komunis yang membenci Tuhan dan kebenaran, serta benar-benar merasakan betapa jahatnya itu. Aku telah sangat diracuni oleh pendidikan ateistis PKT sejak kecil. Aku selalu melihat Partai sebagai "penyelamat agung" rakyat, dan sangat memujanya. Aku memercayai dan melakukan yang mereka katakan tanpa keraguan. Kini aku bisa melihat betapa bodohnya itu! Aku juga teringat sesuatu yang suamiku katakan ketika aku membagikan Injil dengannya. Dia berkata, "Komite Sentral telah memerintahkan agar Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dimusnahkan dan level kesiapan tempur dalam pasukan kami telah ditingkatkan ke level tiga. Siapa pun yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dipandang sebagai musuh. Lalu, pelajaran politik mingguan di kelas Partai kami kini membahas Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Meskipun aku tahu imanmu adalah hal yang baik, Partai Komunis sedang berkuasa, dan yang lemah tidak bisa mengalahkan yang kuat. Apa yang bisa kau lakukan selain mematuhinya?" Memikirkan semua hal yang dia katakan membuatku sangat marah! Partai Komunis melawan Surga. Partai itu ingin mengerahkan semua kekuatannya untuk melawan Tuhan, tidak hanya memperlakukan orang percaya seperti penjahat nasional, menghukum dan menindas mereka, tetapi juga mengintimidasi dan menghasut massa untuk memihaknya. Bahkan suamiku diintimidasi dan disesatkan. Dia tidak bisa membedakan benar dan salah serta menindas imanku. Partai Komunis tidak ingin siapa pun mengikuti Tuhan dan mengambil jalan yang benar, tetapi ingin semua orang memercayai dan mengikutinya. Itu tindakan jahat, tercela, dan tidak tahu malu! Aku membenci dan mengutuk iblis Komunis itu dari hatiku! Mereka mengancamku dengan masa depan putra dan suamiku untuk membuatku mengkhianati Tuhan. Aku tahu tidak boleh termakan trik mereka. Sekeras apa pun suamiku menekanku, bahkan jika itu berarti dipenjara, aku akan tetap mengikuti Tuhan!
Pada malam hari, aku berbaring di tempat tidur, memikirkan semua masa bahagia yang kujalani bersama putraku. Dia masih kecil dan memiliki jalan panjang di depannya. Aku bertanya-tanya apakah imanku akan memengaruhi masa depannya. Aku mulai melemah saat memikirkan ini, jadi aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, meminta Dia untuk menjaga hatiku. Aku teringat sebuah kutipan firman Tuhan setelah berdoa. "Dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, tidak ada satu pun yang mengenainya Aku tidak mengambil keputusan yang terakhir. Apakah ada sesuatu, yang tidak berada di tangan-Ku? Apa pun yang Kufirmankan terjadi, dan siapakah di antara manusia yang dapat mengubah pikiran-Ku?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 1"). Aku pikir, "Benar. Tuhan mengatur segalanya, dan nasib putraku ada di tangan-Nya juga. Dia yang memutuskan, bukan manusia mana pun." "Apa gunanya khawatir?" Jadi, aku berdoa, menitipkan anakku kepada Tuhan. Aku merasa jauh lebih baik setelah itu dan tidak terlalu khawatir. Begitulah caraku melewati masa tahananku selama 14 hari, berkat iman dan kekuatan yang Tuhan berikan kepadaku. Saat dibebaskan, ayahku mengantarku pulang, dan suamiku duduk di belakang. Suamiku berkata kepadaku dengan mata merah karena menangis, "Pemimpin telah melancarkan pekerjaan ideologis kepadaku selama ini. Aku harus melaporkanmu. Mereka berkata jika kau tetap percaya kepada Tuhan, aku akan diberhentikan kecuali aku menceraikanmu. Ini membuatku gila! Aku mohon kepadamu, tinggalkan imanmu. Kau akan masuk penjara jika tertangkap, dan keluarga kita akan hancur!" Aku melihat dia menangis saat berbicara dan aku merasakan gelombang sakit hati. Aku segera berdoa kepada Tuhan di dalam hatiku, meminta Dia untuk menguatkanku. Lalu, sebuah kutipan firman Tuhan muncul di benakku. "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Aku menyadari itu adalah salah satu tipu daya Iblis. Iblis ingin menggunakan ancaman perceraian dari suamiku untuk mendorongku mengkhianati Tuhan. Aku tak boleh jatuh ke dalam perangkapnya! Jadi, aku mengatakan ini kepada suamiku, "Aku tak ingin menghancurkan keluarga ini. Kau menyadari bahwa aku telah berubah sejak menjadi orang percaya. Kita tidak lagi bertengkar dan keluarga kita makin rukun. Kau telah mendengar firman Tuhan Yang Mahakuasa dan kesaksian saudara-saudari. Kau tahu bahwa memiliki iman itu baik. Namun, kini PKT ingin menghukum dan menangkapku, membuat dirimu dipecat, mengeluarkanmu dari militer, dan membuatmu menceraikanku. Siapa yang sebenarnya mencoba menghancurkan keluarga ini? Alih-alih membenci PKT, kau ikut mempersekusi imanku. Apakah kau tidak bisa membedakan salah dan benar? Kau tahu partai macam apa Partai Komunis itu. Partai itu membenci Tuhan dan kebenaran, serta musuh bebuyutan Tuhan. Mereka menangkap dan menganiaya begitu banyak orang Kristen, melakukan sangat banyak kejahatan. Bisakah mereka benar-benar lolos dari hukuman Tuhan?" "Dahulu kala Tuhan berfirman, 'Di mana pun inkarnasi muncul, di sanalah musuh dihancurkan dari tempat itu. Tiongkok akan menjadi yang pertama yang dimusnahkan; yang akan diluluhlantakkan oleh tangan Tuhan. Tuhan sama sekali tidak akan memberi ampun di sana' (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 10")." "Malapetaka tumbuh sepanjang waktu. Ketika malapetaka besar datang, Partai Komunis adalah yang pertama dihancurkan oleh Tuhan, dan saat itu terjadi, semua orang yang mengikutinya dan menentang Tuhan akan binasa. Mereka takkan memiliki kedamaian. Jangan memintaku untuk melepaskan imanku lagi. Aku tidak akan pernah berhenti percaya kepada Tuhan!" Saat melihatku tidak mau menyerah, dia menampar wajahku karena marah. Aku bisa melihat Partai Komunis telah menghasutnya untuk memperlakukanku seperti itu. Itu sangat menyakitkan bagiku, dan aku membenci Partai dari dalam lubuk hatiku. Kupikir, "Makin kau menindasku, makin kuat imanku tumbuh!"
Di rumah, suamiku tidak mau menyerah. "Jika harus, lakukan saja imanmu di rumah. Aku tidak akan melaporkanmu kepada pemimpin, paham?" Kupikir, "Aku telah menikmati begitu banyak kasih karunia dan berkat Tuhan, serta makanan kebenaran. Tanpa membagikan Injil atau melakukan tugasku, apa itu bisa disebut iman? Selain itu, hanya tinggal di rumah tanpa berkumpul atau bersekutu tentang firman Tuhan, aku akan tumbuh sangat lambat dalam hidup." Aku tahu aku tak bisa mendengarkan suamiku. Lalu, dia mulai mencoba berbicara manis kepadaku, "Aku tidak menjagamu dengan baik. Aku bersalah kepadamu. Aku tidak akan bekerja untuk sementara waktu. Aku akan tinggal di rumah denganmu dan putra kita. Aku akan pergi bersamamu ke mana pun kau mau dan membelikan apa pun yang kau mau. Aku hanya ingin kau bahagia!" Aku sedikit goyah saat mendengar dia berbicara dengan sangat manis kepadaku, tetapi aku segera menyadari itu adalah salah satu trik Iblis. Aku mengucapkan doa dalam hati bahwa aku akan menjaga imanku dan menjalankan tugasku apa pun yang terjadi. Namun, setelah itu, suamiku mulai mengikutiku ke mana pun aku pergi. Aku takut orang lain akan terancam jika dia melaporkanku, jadi aku tidak berani bertemu dengan saudara-saudari. Aku sangat merindukan hidupku sebelum ditangkap. Aku berpikir tentang keadaan dahulu. Aku bisa berkumpul dan bersekutu dengan saudara-saudari dan melakukan tugasku. Namun, sekarang, aku tidak bisa mengikuti pertemuan dan selalu dibatasi. Aku tidak bisa melakukan imanku atau hidup normal. Lalu, suamiku, karena ditakut-takuti oleh pemerintah, bertekad untuk membuatku melepaskan imanku, jika tidak, dia akan menceraikanku. Aku tersiksa oleh pemikiran tentang pilihan yang kuhadapi. Sebenarnya, aku berharap suamiku akan bergabung denganku dalam iman, dan kami tidak perlu berpisah. Pada masa itu, setiap hari terasa seperti setahun. Dengan berlinang air mata, aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa: "Ya Tuhan, aku merasa sangat sakit dan lemah oleh pilihan ini. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Tolong bimbing aku!" Setelah itu, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Orang percaya dan orang tidak percaya sama sekali tidak sesuai; sebaliknya mereka saling bertentangan satu sama lain." "Siapa pun yang tidak percaya kepada Tuhan yang berinkarnasi adalah orang jahat dan, terlebih lagi, akan dimusnahkan. ... Siapa pun yang tidak mengakui Tuhan adalah musuh; artinya, siapa pun yang tidak mengakuii Tuhan yang berinkarnasi— apakah mereka berada di dalam atau di luar aliran ini atau tidak adalah antikristus! Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapa lagi musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Setelah membaca ini, aku memikirkan kembali bagaimana perilaku suamiku sejak aku ditangkap. Dia berulang kali mendorongku untuk melepaskan imanku, dia menggunakan kasih sayang untuk memikatku, menekanku dengan perceraian, dan bahkan memukulku. Bukankah itu semua untuk membuatku mengkhianati Tuhan? Bukankah dia yang Tuhan gambarkan, salah satu "penentang yang tidak percaya kepada Tuhan"? Hal pertama yang dia lakukan setelah tahu tentang penangkapanku adalah memberi tahu pemimpin pasukannya. Bukankah dia melakukan itu untuk melindungi dirinya, tanpa memedulikan aku? Masa depannya jauh lebih penting dalam hatinya daripada masa depanku. Semua hal baik yang dia katakan kepadaku sepanjang waktu adalah akting! Dia memilih PKT, dan aku memilih Tuhan. Kami berada di dua jalan yang sangat berbeda. Kami tidak bisa menemukan kebahagiaan sejati bersama. Memikirkan ini dengan cermat membantuku menyadari bahwa aku sudah pasti harus menghadapi pilihan antara iman dan keluargaku. Namun, saat memikirkan kembali tahun-tahun yang kulalui dengan suamiku, aku merasa sangat kecewa, sangat sedih. Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa sekali lagi dan meminta perlindungan-Nya. Aku membaca ini dalam firman Tuhan setelah itu: "Engkau harus menderita kesukaran demi kebenaran, menyerahkan dirimu pada kebenaran, dan menanggung penghinaan karenanya, dan untuk memperoleh lebih banyak kebenaran, engkau harus mengalami penderitaan yang lebih besar. Inilah yang harus engkau lakukan. Janganlah membuang kebenaran demi kehidupan keluarga yang damai, dan janganlah kehilangan martabat dan integritas hidupmu demi kesenangan sesaat. Engkau harus mengejar segala yang indah dan baik, dan engkau harus mengejar jalan dalam hidup yang lebih bermakna. Jika engkau menjalani kehidupan yang vulgar dan tidak mengejar tujuan apa pun, bukankah engkau menyia-nyiakan hidupmu? Apa yang dapat engkau peroleh dari kehidupan semacam itu? Engkau harus meninggalkan seluruh kenikmatan daging demi satu kebenaran, dan jangan membuang seluruh kebenaran demi sedikit kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak memiliki integritas atau martabat; keberadaan mereka tidak ada artinya!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Firman Tuhan memberiku jalan untuk melakukan dan memulihkan imanku. Aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa. "Ya Tuhan! Meskipun itu berarti perceraian, aku akan tetap mengikuti-Mu!" "Tolong beri aku kekuatan dan iman untuk menjadi saksi untuk-Mu."
Suatu hari, aku berhasil menyelinap dari suamiku, jadi aku mengunjungi beberapa saudara-saudari. Sesampainya di rumah, aku melihat suamiku berdiri di sana bersama beberapa anggota keluarga. Matanya merah dan dia terlihat sangat kesal. Beberapa kerabat kami terlihat sedih dan murung, sementara yang lain terlihat sangat marah. Aku menyadari Iblis mengepungku lagi, kali ini menggunakan keluargaku. Aku segera berdoa dalam hati kepada Tuhan. Aku teringat ini dari firman-Nya: "'para pemenang' yang disebut Tuhan ini tetap mampu menjadi kesaksian serta tetap berbakti dan setia kepada Tuhan bahkan ketika berada di bawah pengaruh dan serangan Iblis, yaitu, bahkan ketika dikepung oleh kekuatan kegelapan. Jika engkau tetap mampu menjaga hati yang murni di hadapan Tuhan dan mempertahankan kasih yang tulus kepada Tuhan apa pun yang terjadi, engkau sedang menjadi kesaksian di hadapan Tuhan, dan inilah yang Tuhan maksudkan sebagai 'pemenang'" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Sudah Seharusnya Mempertahankan Kesetiaanmu kepada Tuhan"). Firman Tuhan memberiku iman dan kekuatan, dan aku memutuskan dalam hatiku, apa pun yang keluargaku lakukan, aku takkan pernah mengkhianati Tuhan. Aku akan menjadi saksi bagi Dia!
Dengan ekspresi garang di wajahnya, bibiku bertanya, "Kau pergi ke pertemuan, bukan? Apa kau bahkan menginginkan keluarga ini?" Lalu, pamanku berteriak kepadaku, "Tuhan? Tidak ada yang namanya Tuhan! Tiongkok adalah negara ateis dan Partai Komunislah yang berkuasa. Jika kau ingin percaya, percayalah pada Partai!" Lalu, dia memperlihatkan kebohongan dari Partai Komunis di ponselnya dan berkata, "Lihat! Inilah Tuhan Yang Mahakuasa yang kau percayai. Ini adalah target nasional utama. Orang-orang percaya menyeret seluruh keluarga mereka bersama mereka! Jika bukan untuk dirimu sendiri, setidaknya pikirkan anakmu!" Lalu, bibi lain berbicara, "Kalian berdua belum lama menikah dan keadaan tidak mudah bagi kalian. Kau tidak bisa membiarkan keluargamu hancur karena hal seperti ini! Jika kau tidak percaya kepada Tuhan, apa keluargamu akan berada dalam kekacauan ini?" Semua orang menyatakan persetujuan dengannya. Aku sangat marah mendengar mereka semua mengatakan hal itu. Aku lalu berkata kepada mereka dengan jelas dan tegas, "Siapa yang ingin menghancurkan keluarga ini? Apakah ada yang salah dengan mengambil jalan yang benar? Partai Komunis menghukum dan menangkap orang percaya dan ingin memenjarakanku. Mereka juga mengancam kalian semua dan mendorong suamiku untuk menceraikanku. Partai Komunis telah melakukan semua ini!" "Kalian tidak membenci PKT, tetapi justru mendukung mereka untuk memaksaku mengkhianati Tuhan. Apakah itu yang terbaik untukku dan keluarga ini?" Setelah aku mengatakan ini, paman lain berkata, "Memang benar Partai tidak bisa dipercaya, tetapi mereka sekarang berkuasa. Jika kau percaya kepada Tuhan, mereka takkan menunjukkan belas kasihan. Kau akan dipenjara. Kita hanya orang biasa. Bagaimana kita bisa melawan Partai? Terima saja saranku. Tinggalkan imanmu. Yang paling penting adalah menjaga keutuhan keluargamu!" Aku berkata kepada mereka, "Malapetaka makin bertambah besar sekarang. Saat malapetaka besar datang, setiap orang yang melawan Tuhan akan dihukum. Hanya orang beriman yang telah bertobat kepada Tuhan yang akan mendapatkan perlindungan-Nya. Hanya orang percaya sejati yang akan memiliki masa depan dan nasib yang baik. Akan seperti apa masa depan tanpa adanya iman?" "Kalian semua adalah orang orang kukasihi. Aku sangat berharap kalian bisa diselamatkan oleh Tuhan dan tidak ditelan malapetaka, itulah sebabnya aku memberitakan Injil kepada kalian berulang kali. Namun, kalian tidak berani percaya meskipun tahu itu jalan yang benar. Takut akan ditangkap. Kini kalian menghalangiku, mencoba memaksaku untuk mengkhianati Tuhan. Apakah kalian tidak takut saat melapetaka datang, kalian akan dihukum bersama dengan Partai Komunis?" Setelah mengatakan itu, wajah paman pertama memerah karena marah dan dia mengancamku dengan murka: "Aku akan mengulitimu jika kau mempertahankan imanmu! Aku akan melaporkanmu ke polisi, kau akan dipenjara!" Saat mengatakan ini, dia mengeluarkan ponselnya dan mulai menelepon. Bibiku bergegas merebut ponsel itu darinya. Melihat pamanku hendak melakukan itu sangat membuatku kecewa. Bagaimana keluarga berlaku seperti itu? Itu pekerjaan iblis! Aku berkata kepada mereka, "Kalian adalah penatuaku dan aku menghormati kalian, tetapi untuk memilih jalan imanku, aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun memberitahuku apa yang harus kulakukan! Aku takkan mungkin melepaskan imanku, mengkhianati Tuhan, dan mengikuti PKT seperti yang kalian inginkan!" Lalu, suamiku memukulku dengan sangat keras hingga membuatku terlempar ke lantai. Kacamataku terbang dan mendarat di seberang ruangan. Dia menunjuk ke arahku dan berteriak, "Apakah kau menginginkan Tuhan, atau keluarga ini? Aku akan segera menceraikanmu jika kau tetap percaya!" Aku melihat suamiku bersedia menceraikanku untuk melindungi masa depannya sendiri. Aku sangat terluka dan dipenuhi kebencian terhadap Partai Komunis. Aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, "Aku akan memuaskan Tuhan meskipun itu berarti kehilangan hal yang kucintai!" Beberapa bulan kemudian, hari perceraian kami tiba. Suamiku menelepon dan berkata, "Pemimpin pasukan akan pergi ke Biro Urusan Sipil bersama kita besok untuk menangani proses perceraian." Mendengar dia mengatakan ini membuatku berpikir tentang bagaimana keluarga kami yang tanpa cela telah dicabik-cabik oleh PKT. PKT sangat jahat, sangat tercela! Keesokan harinya, perceraian kami dirampungkan di bawah pengawasan pemimpin pasukan. Aku dan suamiku berpisah. Aku terus mengikuti Tuhan dan membagikan Injil, melakukan tugasku. Ini adalah pilihanku, dan pilihan yang tidak akan pernah aku sesali! Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.