Cara Menangani Pemangkasan terhadap Diri Kita

30 Agustus 2023

Oleh Saudari Rosalie, Korea Selatan

Rabu, 17 Agustus 2022, Saat langit cerah.

Hari ini, aku mulai melaksanakan tugas baruku. Aku melakukan pekerjaan tulis-menulis. Meski tak disangka, aku senang mampu melaksanakan tugas ini. Aku tahu ini adalah kasih karunia Tuhan dan Dia memberiku kesempatan untuk berlatih. Aku ingin bekerja dengan baik. Namun, aku sangat tidak terbiasa dengan pekerjaan ini, dan selain itu, aku mendapati ada orang-orang yang mengalami diri mereka dipangkas karena bersikap keras kepala dan tidak berprinsip dalam melaksanakan jenis pekerjaan ini, jadi aku mulai khawatir, berpikir: "Apakah aku juga akan dipangkas dalam tugas ini? Namun, aku juga berpikir, bukankah hal yang baik jika aku bisa memetik pelajaran setelah dipangkas? Ini kesempatan yang baik bagiku untuk memperoleh kebenaran!"

Minggu, 4 September 2022. Saat mendung.

Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa aku telah setengah bulan melakukan pekerjaan tulis-menulis. Dengan mendengarkan persekutuan pemimpin tentang prinsip dan bimbingannya dalam pekerjaan, aku jadi sedikit lebih menguasai pekerjaan ini dan belajar beberapa prinsip. Namun, saat kulihat ada beberapa saudara-saudari yang dipangkas karena tidak berprinsip dalam melaksanakan tugas dan karena bersikap keras kepala, aku menjadi sangat gugup, takut diriku dipangkas. Meskipun aku tahu pemangkasan yang pemimpin lakukan adalah untuk menunjukkan watak rusak kami dan esensi masalahnya berdasarkan firman Tuhan, dan bahwa ini membantu kami untuk mengenal diri kami sendiri dan untuk kami masuk ke dalam prinsip-prinsip kebenaran, aku tetap tidak ingin dipangkas. Saudara Saul dipangkas hari ini karena tidak melaksanakan tugasnya sesuai prinsip. Pemimpin telah menyampaikan persekutuannya dan membahas hal ini dengannya berulang kali, tetapi dia terus melakukan kesalahan yang sama. Pemimpin berkata dia tidak memiliki pemahaman rohani dan dia tidak memahami prinsip. Meskipun kata-kata ini tidak ditujukan kepadaku, saat mendengar perkataan "tidak memiliki pemahaman rohani," rasanya seperti disengat. Aku memperingatkan diriku: "Aku harus bertindak berdasarkan prinsip dan aku tidak boleh melakukan kesalahan, atau aku akan dipangkas. Aku akan mendapat masalah jika aku memperlihatkan bahwa aku tidak memiliki pemahaman rohani. Bagaimana orang seperti itu bisa diselamatkan? Apa mereka bahkan layak untuk dibina?" Pemikiran ini hanya membuatku makin cemas. Melaksanakan tugasku malam ini, aku merasa tegang sepanjang waktu. Aku bekerja dengan sangat hati-hati, takut melakukan kesalahan. Namun, aku tidak mengerti mengapa melihat orang lain dipangkas berdampak hebat terhadapku.

Jumat, 9 September 2022. Saat langit cerah.

Akhir-akhir ini aku diliputi ketakutan dalam tugasku dan selalu bersikap waspada. Aku takut melakukan kesalahan. Terkadang orang lain menanyakan sudut pandangku, tetapi meskipun aku memiliki pandangan yang kuyakini sesuai dengan prinsip, aku takut salah bicara. Aku harus mencari dan mendapatkan persetujuan beberapa orang sebelum menyatakan pandanganku. Sejujurnya, melakukan tugasku seperti ini sangat melelahkan, dan aku merasa makin jauh dari Tuhan. Aku membaca satu bagian firman Tuhan yang sangat menyentuh hatiku hari ini. Tuhan berfirman: "Ada beberapa antikristus yang bekerja di rumah Tuhan secara diam-diam bertekad untuk bertindak dengan hati-hati, agar mereka jangan sampai melakukan kesalahan, jangan dipangkas, jangan membuat marah Yang di Atas atau ketahuan melakukan sesuatu yang buruk oleh pemimpin mereka, dan mereka memastikan ada orang yang melihat ketika mereka melakukan perbuatan baik. Namun, seteliti apa pun mereka, karena fakta bahwa motif mereka dan jalan yang mereka tempuh tidak benar, dan karena mereka berbicara dan bertindak hanya demi ketenaran, keuntungan, dan status dan mereka tidak pernah mencari kebenaran, mereka sering kali melanggar prinsip, mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, bertindak sebagai antek Iblis, dan bahkan sering melakukan banyak pelanggaran. Sangat lumrah dan sangat khas bagi orang-orang semacam itu untuk sering melanggar prinsip dan melakukan pelanggaran. Jadi, tentu saja, sangat sulit bagi mereka untuk menghindarkan diri mereka dipangkas. Mereka telah melihat ada beberapa antikristus yang telah disingkapkan dan disingkirkan karena mereka telah dengan tegas dipangkas. Mereka telah melihat hal-hal ini dengan mata kepala mereka sendiri. Mengapa antikristus bertindak dengan sangat hati-hati? Satu alasan yang pasti adalah karena mereka takut tersingkap dan disingkirkan. Mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati—bagaimanapun juga, "Kehati-hatian adalah pangkal keselamatan" dan "Orang yang baik memiliki kehidupan yang damai". Aku harus mengikuti prinsip-prinsip ini dan setiap saat mengingatkan diriku sendiri agar aku jangan sampai melakukan kesalahan atau mendapat masalah, dan aku harus menyembunyikan kerusakan dan niatku dan tidak membiarkan seorang pun mengetahuinya. Asalkan aku tidak melakukan kesalahan dan dapat bertahan sampai akhir, aku akan mendapatkan berkat, terhindar dari bencana, dan aku akan mendapatkan sesuatu dalam kepercayaanku kepada tuhan!' Mereka sering mendorong, memotivasi dan menyemangati diri mereka sendiri dengan cara seperti ini. Di lubuk hatinya, mereka yakin jika mereka melakukan kesalahan, kesempatan mereka untuk mendapatkan berkat akan sangat berkurang. Bukankah di lubuk hatinya, mereka dipenuhi perhitungan dan keyakinan seperti ini? Terlepas dari apakah perhitungan atau keyakinan antikristus ini benar atau salah, berdasarkan hal ini, apa yang paling mereka khawatirkan ketika dipangkas? (Prospek dan nasib mereka.) Mereka menghubungkan dipangkas dengan prospek dan nasib mereka—ini ada kaitannya dengan natur jahat mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Bagian firman ini menggambarkan keadaanku dengan tepat. Saat kulihat orang lain dipangkas, aku tidak menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan ataupun mencari tahu mengapa orang-orang ini dipangkas, apa penyimpangan mereka, bagaimana aku dapat belajar dari kegagalan mereka, dan bagaimana aku harus menghindari penyimpangan yang sama agar aku kelak dapat bertindak sesuai dengan prinsip. Sebaliknya, aku justru membentuk ikatan erat yang tak kasatmata antara dipangkas dan nasibku. Aku merasa makin serius kita dipangkas, makin sedikit harapan kita untuk diberkati. Aku makin berhati-hati dan waspada, mengira asalkan aku tidak melakukan banyak kesalahan atau dipangkas, ada harapan bagiku untuk diberkati. Karena kesalahpahamanku tentang hal dipangkas dan karena aku sangat menghargai berkat, aku menjadi sangat sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan nasibku, dan juga sangat berhati-hati dalam segala hal yang kulakukan. Aku takut jika aku tidak berhati-hati, aku akan dipangkas dan tidak lagi memiliki kesudahan yang baik. Aku menyadari bahwa aku sangat licik! Pemimpin mempersekutukan prinsip berulang kali dan membimbing kami secara langsung, tetapi kami tidak menganggap serius perkataannya. Kami terus bertindak keras kepala dan membabi buta, mengacaukan pekerjaan. Bukankah memangkas kami adalah hal yang sangat wajar? Orang yang rasional akan merenungkan diri mereka setelah menyadari hal ini, dalam hal apa mereka gagal atau tidak memiliki pemahaman rohani, lalu mencari kebenaran dan segera memperbaiki penyimpangan mereka. Orang seperti ini adalah orang yang memiliki jalan masuk positif dan yang mencari kebenaran. Kita dipangkas untuk membantu kita memasuki kebenaran dan melaksanakan tugas kita dengan baik. Namun, aku bukan saja tidak mencari kebenaran atau merenungkannya, aku juga bersikap waspada dan salah paham. Aku tak mampu membedakan apa yang baik dan apa yang buruk! Berkat penyingkapan firman Tuhan, kini aku sedikit memahami keadaanku.

Senin, 12 September 2022. Saat hujan deras.

Dalam pertemuan hari ini, pemimpin mendapati bahwa Saul telah menjadi negatif setelah dipangkas, dan dia juga merasa dikekang dan ditekan. Pemimpin bertanya apakah kami merasa dikekang. Aku teringat keadaanku baru-baru ini dan menjawab bahwa aku merasa agak dikekang. Pemimpin kemudian menyampaikan persekutuan yang sangat menyentuhku. Dia berkata: "Mengapa ada orang-orang yang dipangkas berulang kali, tetapi tetap tidak memperoleh kebenaran, dan mereka berkata mereka merasa dikekang, ditindas, dan disakiti? Itu karena mereka tak berfokus untuk memahami atau memperoleh kebenaran, yang berarti mereka tak mendapatkan apa pun. Mereka menentang dan marah saat dipangkas. Mereka membantah orang lain. Apakah orang seperti ini adalah orang yang menerima kebenaran? Sebenarnya, orang-orang ini dipangkas karena mereka telah melanggar prinsip kebenaran, tetapi mereka tidak mau merenungkan diri mereka, dan bahkan bermalas-malasan. Ini memperlihatkan mereka tidak menerima kebenaran, dan mereka melawan dan menentang kebenaran. Menentang kebenaran, pada dasarnya, berarti menentang Tuhan. Natur dari hal ini sangat serius." Persekutuan pemimpin akhirnya membuatku sadar betapa seriusnya natur yang menolak kebenaran atau menolak untuk dipangkas, dan betapa berbahayanya keadaan ini. Sesampainya di rumah, aku merasa sangat gelisah untuk waktu yang lama dan berbaring di ranjang tak bisa tidur lama sekali. Aku mulai bertanya-tanya, "Seperti apa sebenarnya perwujudan orang yang tidak menerima kebenaran? Bagaimana aku bisa memetik pelajaran dan merenungkan diriku dalam situasi seperti ini?"

Rabu, 14 September 2022. Saat langit cerah.

Saul diberhentikan hari ini. Beberapa yang lain juga diberhentikan karena tidak menerima kebenaran dan tidak mengalami kemajuan dalam tugas mereka. Aku mengetahui dari seorang saudari bahwa Saul sering melaksanakan tugasnya dengan keras kepala dan melanggar prinsip, dan pemimpin dengan sabarnya mempersekutukan prinsip kepadanya setiap kali dia bersikap seperti itu. Terkadang pemimpin memangkas dirinya dan menunjukkan esensi masalahnya, tetapi Saul tidak mencari kebenaran ataupun merenungkan dirinya. Setelah dipangkas, dia malah menjadi malas dan tidak mau membagikan pandangannya dalam diskusi kerja. Suatu kali dalam sebuah pertemuan, dia bahkan mengatakan: "Pemimpin tidak peduli saat aku bekerja dengan baik, tetapi begitu pekerjaanku buruk, aku langsung dipangkas." Sulit dipercaya dia berkata seperti itu, yang memperlihatkan bahwa dia sama sekali tidak menerima kebenaran! Aku membaca beberapa bagian firman Tuhan: "Ketika antikristus dipangkas, hal pertama yang mereka lakukan adalah menentang dan menolaknya di lubuk hati mereka. Mereka melawannya. Dan mengapa mereka melakukannya? Ini karena, berdasarkan esensi natur mereka, antikristus muak akan kebenaran dan membencinya, dan mereka sama sekali tidak menerima kebenaran. Tentu saja, esensi dan watak antikristus menghalangi mereka untuk mengakui kesalahan mereka sendiri atau mengakui watak rusak mereka sendiri. Berdasarkan dua fakta ini, sikap antikristus ketika mereka dipangkas adalah sama sekali menolak dan menentang sepenuhnya. Mereka membenci dan menentangnya dari lubuk hati mereka, dan tidak memiliki sedikit pun penerimaan atau ketundukan, apalagi perenungan atau pertobatan sejati. Ketika antikristus dipangkas, siapa pun yang melakukannya, berkenaan dengan apa pun, sejauh mana pun mereka harus disalahkan atas masalah ini, sejelas apa pun kesalahan mereka, sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan, atau konsekuensi apa pun yang diakibatkan oleh kejahatan mereka terhadap pekerjaan gereja—antikristus tidak memikirkan semuanya ini. Bagi antikristus, orang yang memangkas mereka adalah orang yang mengasingkan mereka, atau mencari-cari kesalahan untuk menyiksa mereka. Antikristus bahkan mungkin menganggap diri mereka sedang dirundung dan dipermalukan, bahwa mereka tidak diperlakukan sebagai manusia, dan bahwa mereka diremehkan dan dicemooh. Setelah antikristus dipangkas, mereka tidak pernah merenungkan apa sebenarnya perbuatan salah mereka, watak rusak apa yang telah mereka perlihatkan, dan apakah mereka telah mencari prinsip yang seharusnya mereka patuhi, apakah mereka bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, atau memenuhi tanggung jawab mereka dalam hal yang tentangnya mereka dipangkas. Mereka tidak memeriksa atau merenungkan semua ini, mereka juga tidak memikirkan dan merenungkan masalah ini. Sebaliknya, mereka memperlakukan pemangkasan terhadap diri mereka sesuai keinginan mereka sendiri dan dengan sikap yang gampang marah. Setiap kali antikristus dipangkas, mereka akan penuh dengan kemarahan, ketidaktaatan, dan kebencian, dan tidak akan mendengarkan nasihat dari siapa pun. Mereka tidak mau menerima diri mereka dipangkas, dan tidak mampu kembali ke hadapan Tuhan untuk mengenal dan merenungkan diri mereka sendiri, untuk menangani tindakan mereka yang melanggar prinsip, seperti bersikap asal-asalan atau berperilaku buruk dalam tugas mereka, dan mereka juga tidak menggunakan kesempatan ini untuk mengatasi watak rusak mereka sendiri. Sebaliknya, mereka mencari-cari alasan untuk membela diri, membenarkan diri, dan mereka bahkan akan mengatakan hal-hal untuk memancing konflik dan menghasut orang lain" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Dua Belas: Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Memiliki Status atau Tidak Ada Harapan untuk Memperoleh Berkat"). "Lingkungan apa pun yang muncul—terutama tatkala menghadapi kesulitan, dan terutama ketika Tuhan mengungkapkan atau menyingkapkan manusia—hal pertama yang harus orang lakukan adalah datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan diri mereka dan memeriksa perkataan dan perbuatan mereka serta watak rusak mereka, dan bukannya memeriksa, mempelajari, dan menilai apakah perkataan dan tindakan Tuhan itu benar atau salah. Jika engkau tetap berada pada posisimu yang tepat, engkau seharusnya tahu persis apa yang seharusnya kaulakukan. Orang memiliki watak yang rusak dan tidak memahami kebenaran. Ini bukanlah masalah besar. Namun, jika orang memiliki watak yang rusak dan tidak memahami kebenaran, tetapi tetap tidak mencari kebenaran—maka mereka memiliki masalah besar. Engkau memiliki watak yang rusak dan tidak memahami kebenaran, dan engkau mampu menghakimi Tuhan semaumu, memperlakukan dan berinteraksi dengan-Nya sesuai dengan suasana hati, kesukaan, dan emosimu. Namun, jika engkau tidak mencari dan menerapkan kebenaran, segala sesuatunya tidak akan sesederhana itu. Engkau bukan saja tak akan mampu tunduk kepada Tuhan, tetapi engkau juga akan salah paham dan mengeluh tentang Dia, mengkritik Dia, menentang Dia, dan bahkan menegur dan menolak Dia di dalam hatimu, mengatakan bahwa Dia tidak adil, bahwa tidak semua yang Dia lakukan selalu benar. Bukankah berbahaya jika engkau masih memunculkan hal-hal semacam itu? (Ya.) Ini sangat berbahaya. Tidak mencari kebenaran dapat merenggut nyawa seseorang! Dan ini bisa terjadi kapan pun dan di mana pun" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Tiga)). "Semua orang yang sering negatif bersikap demikian karena mereka tidak mampu menerima kebenaran. Jika engkau tidak menerima kebenaran, kenegatifan akan melekat padamu seperti setan, membuatmu terus-menerus negatif, menyebabkanmu memiliki emosi yang menolak, tidak puas dan mengeluh terhadap Tuhan, sampai engkau mendapati dirimu bertentangan dengan Tuhan, melawan dan berteriak menentang-Nya—pada saat itulah engkau telah mencapai akhirnya, dan wajah burukmu yang sebenarnya akan tersingkap. Orang-orang akan mulai menyingkapkanmu, menelaah dirimu, dan melabelimu, dan baru sekaranglah, setelah dihadapkan dengan kenyataan pahit ini, engkau mulai merasa menyesal; pada saat inilah engkau ambruk dan mulai memukuli dadamu dengan putus asa—hanya menunggu untuk menerima hukuman dari Tuhan!" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (17)"). Firman Tuhan akhirnya membuatku mengerti bahwa indikator paling jelas untuk melihat apakah seseorang menerima kebenaran atau tidak adalah dengan melihat bagaimana cara mereka menangani pemangkasan. Saat dipangkas, mereka yang mengejar dan menerima kebenaran mampu merenungkan diri mereka, dan sekeras apa pun mereka dipangkas, mereka selalu mampu berdoa kepada Tuhan, memikirkan di mana tepatnya letak kesalahan mereka, apa yang menyebabkannya, dan watak rusak apa yang mereka perlihatkan, lalu mencari kebenaran dan belajar darinya. Meskipun mungkin saja ada sedikit kenegatifan dan kelemahan, ini disebabkan karena mereka mampu melihat dalamnya kerusakan mereka dan parahnya pelanggaran mereka, sehingga mereka mulai merasa bersalah dan menyesal, dan karenanya membenci diri mereka sendiri dari lubuk hati mereka. Namun, mereka tidak terus terjebak dalam kenegatifan. Mereka akan mencari kebenaran dan terus merenungkan diri mereka dari kegagalan ini, dan setelah mereka benar-benar mengetahui masalahnya dan menyadari natur dari tindakan mereka dengan jelas, mereka melihat kasih dan perlindungan Tuhan saat mengalami diri mereka dipangkas, dan mereka bersyukur kepada Tuhan. Pada saat inilah, keadaan orang itu benar dan positif. Sedangkan orang yang tidak menerima kebenaran menghadapi pemangkasan terhadap dirinya dengan cara berbeda. Meskipun beberapa orang tidak terang-terangan mengeluh, mereka tak pernah merenungkan ataupun mengenal diri mereka sendiri berdasarkan firman Tuhan. Di dalam hatinya, mereka berdebat, menentang, dan berdalih. Makin mereka memikirkannya, makin mereka merasa menderita dan sedih, bahkan sampai merasa diperlakukan tidak adil. Tentu saja ini menciptakan emosi-emosi yang negatif. Emosi negatif ini mengandung ketidakpuasan mereka terhadap kenyataan dan orang lain. Mereka yang menerima kebenaran akan mendapati bahwa dipangkas dapat membuat mereka benar-benar mengetahui watak rusak mereka, bertobat, dan berubah, dan itu berarti titik balik dalam iman mereka. Sedangkan mereka yang tidak menerima kebenaran, mereka akan disingkapkan dan disingkirkan. Semua orang yang menjadi sangat negatif tidak menerima kebenaran, mereka pada dasarnya muak akan kebenaran, dan tak mampu maju sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya. Saat dipangkas, Saul tidak merenungkan dirinya atau mengenali natur dan akibatnya jika bekerja dengan sikap yang keras kepala, dan dia terlebih lagi, tidak mencari prinsip-prinsip penerapannya. Sebaliknya, dia merasa dikekang, negatif, dan lesu. Awalnya kupikir wajar merasa sedih setelah dipangkas dan dia akan baik-baik saja setelah beberapa hari perenungan. Namun, beberapa saudara-saudari lain berkata dia pernah seperti ini sebelumnya—di luarnya terlihat bersemangat dan aktif, tetapi begitu masalah muncul dalam pekerjaan dan dia dipangkas, dia menjadi negatif dan lesu, dan tidak mau lagi berkontribusi dalam mendiskusikan masalah. Menurutnya, makin banyak saran pekerjaan yang dia ajukan, makin banyak masalah yang tersingkap, dan makin sedikit saran dan pendapat yang dia ajukan, masalah yang tersingkap pun menjadi lebih sedikit. Ketika terakhir kali dia dipangkas, dia merasa dikekang dan ditekan dalam tugasnya, dan dia juga merasa depresi dan sakit hati. Sikap negatifnya ini pada dasarnya berarti dia menolak kebenaran, menyalahkan dan menentang Tuhan. Dia telah memperlihatkan watak antikristus. Akhirnya aku sadar bahwa di balik kenegatifan ini tersembunyi watak Iblis yang menentang Tuhan. Bukankah jalan keliru yang Saul tempuh adalah peringatan bagiku? Ini terutama menjadi jelas saat aku membacanya dalam firman Tuhan, "Tidak mencari kebenaran dapat merenggut nyawa seseorang! Dan ini bisa terjadi kapan pun dan di mana pun" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Tiga)). Pengalaman pribadiku dalam hal ini tidak terlalu banyak, tetapi karena apa yang kualami akhir-akhir ini, bagian firman ini membuat hatiku berseru setuju. Betapa berbahayanya jika kita tidak mencari atau menerima kebenaran saat dipangkas. Saudara-saudari yang diberhentikan baru-baru ini sebenarnya berbakat, tapi kelemahan fatal mereka adalah mereka muak dan tidak mencari kebenaran, menyebabkan mereka tak pernah mendapatkan hasil dalam tugas dan mereka pun akhirnya diberhentikan. Makin kupikirkan, makin aku mengerti pentingnya mencari kebenaran.

Kamis, 15 September 2022. Saat hujan rintik-rintik.

Persekutuan pemimpin malam itu sudah beberapa hari terngiang di benakku, dan pikiranku terus kembali pada firman Tuhan ini: "Jika engkau memiliki iman kepada Tuhan, tetapi tidak mencari kebenaran atau maksud-maksud Tuhan, ataupun mencintai jalan yang membawamu lebih dekat kepada Tuhan, maka Kukatakan bahwa engkau adalah orang yang berusaha untuk menghindari penghakiman, dan bahwa engkau adalah sebuah boneka dan seorang pengkhianat yang melarikan diri dari takhta putih yang besar" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Menggunakan Kebenaran"). Sebelumnya, saat membaca firman Tuhan: "engkau adalah orang yang berusaha untuk menghindari penghakiman," dan "engkau adalah sebuah boneka dan seorang pengkhianat yang melarikan diri dari takhta putih yang besar," aku langsung teringat orang-orang dari dunia keagamaan yang berpaut pada gagasan agamawi. Mereka hanya ingin diselamatkan melalui kasih karunia. Mereka tidak mau menerima pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman. Mereka adalah boneka dan pengkhianat yang melarikan diri dari takhta putih Tuhan yang besar. Namun, aku bertanya-tanya, "Apakah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman juga berarti menerima penghakiman-Nya? Begitukah cara Tuhan melihatnya? Apa artinya benar-benar menerima penghakiman dan hajaran Tuhan?" Dengan merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman tidak berarti benar-benar menerima penghakiman-Nya pada akhir zaman. Kita, setidaknya, harus mampu menerima pemangkasan untuk menerima penghakiman Tuhan pada akhir zaman. Jika kita tak mampu menerima pemangkasan, tak mungkin kita akan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan. Aku membaca lebih banyak firman Tuhan tentang cara menghadapi pemangkasan dengan benar. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Berkenaan dengan dipangkas, apa yang setidaknya harus orang ketahui? Orang harus mengalami dirinya dipangkas agar mampu melaksanakan tugas mereka secara memadai—hal itu sangat diperlukan. Itu adalah sesuatu yang harus orang hadapi setiap hari dan harus sering dialami untuk memperoleh keselamatan dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan. Tak seorang pun dapat meluputkan dirinya dari dipangkas. Apakah memangkas orang merupakan hal yang ada kaitannya dengan prospek dan dan nasib mereka? (Tidak.) Jadi, untuk apa memangkas orang? Apakah itu dilakukan untuk menghukum mereka? (Tidak, ini dilakukan untuk membantu orang agar memahami kebenaran dan melaksanakan tugas mereka sesuai prinsip.) Benar. Itulah pemahaman yang paling tepat mengenai hal tersebut. Memangkas orang adalah semacam pendisiplinan, semacam didikan, dan tentu saja juga merupakan suatu bentuk pertolongan dan penyelamatan terhadap orang. Dipangkas memungkinkanmu untuk mengubah pengejaranmu yang salah tepat pada waktunya. Hal ini memungkinkanmu untuk dengan segera mengenali masalah yang kauhadapi sekarang, dan memungkinkanmu untuk mengenali watak rusak yang kauperlihatkan tepat pada waktunya. Apa pun yang terjadi, dipangkas akan membantumu untuk mengenali kesalahanmu dan melaksanakan tugasmu sesuai prinsip, itu menghalangimu agar engkau tidak menyimpang dan tersesat tepat pada waktunya, dan itu menghalangimu agar tidak menimbulkan bencana. Bukankah ini pertolongan terbesar bagi orang-orang, penyelamatan terbesar mereka? Mereka yang memiliki hati nurani dan nalar harus mampu memperlakukan pemangkasan terhadap diri mereka dengan benar" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Firman Tuhan sangat jelas tentang sikap yang benar dan jalan penerapan yang kita harus miliki terhadap pemangkasan. Sebenarnya, pemangkasan sama sekali tidak ada kaitannya dengan nasib kita. Sekalipun bahasa yang digunakan kasar, menekan, atau bahkan mengutuk, semua itu adalah untuk membantu kita mengenali kerusakan kita dan menyadari penyimpangan dalam pekerjaan kita. Ditangani adalah untuk membantu kita mencari kebenaran dan melaksanakan tugas kita berdasarkan prinsip. Sering dipangkas atau dipangkas dengan keras bukan berarti seseorang tidak bernasib baik, dan tidak dipangkas juga bukan berarti seseorang akan bernasib baik. Ada orang-orang yang, meskipun sering dipangkas, dan terkadang pemangkasan ini keras, menyakitkan, atau tampak seperti penyingkapan atau penghukuman, orang-orang ini nantinya akan mampu mencari kebenaran, merenungkan dirinya, dan memperoleh pemahaman tentang watak rusak, kekurangan, dan penyimpangan mereka. Mereka mampu berubah dan bertumbuh dalam hidup mereka, dan pada akhirnya mereka tetap mampu memikul pekerjaan penting. Aku mulai merenungkan kembali sikapku terhadap pemangkasan sejak menjadi orang percaya. Aku telah sembilan tahun percaya kepada Tuhan, dan selama itu, aku jarang dipangkas atau mengalami kemunduran ataupun kegagalan. Aku selalu punya pandangan berbeda tentang pemangkasan. Aku merasa bahwa dipangkas adalah hal yang buruk, bahwa itu sama saja dengan disingkapkan atau dihukum. Aku merasa takut setiap kali melihat orang lain dipangkas, takut itu akan terjadi kepadaku juga jika aku tidak berhati-hati. Aku secara keliru menganggap pemangkasan sebagai hukuman dan penyingkapan, sehingga aku menolak dan menentangnya, ingin berada di zona nyaman dalam imanku. Apa bedanya pengejaranku dengan pengejaran para penganut agama yang hanya ingin makan roti hingga kenyang? Aku telah membaca begitu banyak firman Tuhan dan tahu betul bahwa pekerjaan-Nya pada akhir zaman bertujuan untuk mentahirkan dan menyempurnakan manusia dengan penghakiman, pemurnian, dan pemangkasan. Namun, aku tidak benar-benar memahami hal ini dan tidak mau menerima diriku dipangkas atau dimurnikan, jadi berapa lama pun aku percaya kepada Tuhan, aku tidak akan mengalami kemajuan apa pun. Aku tidak akan mendapatkan kebenaran atau mengalami perubahan dalam watak hidupku, dan pada akhirnya, aku akan dihukum. Makin memikirkannya, makin aku sadar betapa berbahayanya keadaanku. Aku mendambakan kenyamanan dan mengejar kasih karunia, jadi meskipun aku tidak dipangkas, bukan berarti aku akan memiliki kesudahan yang baik. Jika aku tak pernah mencari kebenaran atau mengubah watak rusakku, pada akhirnya, aku tidak akan diselamatkan. Pemangkasan tidak mengungkapkan kesudahan seseorang, tetapi sikap orang terhadap kebenaran akan mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya. Aku selalu mengira bahwa dipangkas adalah hal yang buruk, dan itu mungkin merupakan ketidaksenangan atau hukuman dari Tuhan. Namun, kini aku mengerti betapa menyimpangnya pandanganku tersebut! Dengan berlinang air mata, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku akhirnya menyadari ketidaktahuan dan kebodohanku. Selama bertahun-tahun percaya, aku tidak pernah mencari kebenaran dan pada dasarnya aku muak akan kebenaran. Aku selalu menghindari diriku dipangkas. Tuhan, aku ingin bertobat. Aku mau memetik pelajaran dari dipangkasnya diriku." Aku merasa jauh lebih tenang setelah berdoa, juga ada perasaan ingin dan rindu untuk mengalaminya. Aku berharap bisa mengalami diriku dipangkas agar aku mampu mengalami kemajuan dalam hidupku.

Rabu, 05 Oktober 2022. Saat langit berawan.

Sesuatu yang tak terlupakan terjadi hari ini. Saat mengerjakan sebuah proyek, karena aku melaksanakan tugasku dengan keras kepala dan tidak mencari prinsip, pekerjaan harus diulang, yang menunda kemajuan. Pemimpin menunjukkan natur dari masalah ini dan memangkasku karena aku congkak dan kurang berkualitas. Dia berkata bahwa ini memperlihatkan kurangnya pemahaman rohaniku. Kata-katanya terus terngiang di benakku. Aku sangat kesal dan mulai membatasi diri, berpikir: "Pemimpin sudah mengetahui diriku yang sebenarnya. Dia menganggapku tidak cocok untuk tugas ini. Setiap saat, aku bisa saja diberhentikan." Aku menjadi makin tertekan. Menyadari keadaanku salah, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku dipangkas hari ini. Aku tidak tahu pelajaran apa yang harus kupetik dari ini atau bagaimana cara merenungkan diriku. Kumohon cerahkan dan bimbinglah aku agar aku mengenal diriku dan membuang emosi negatif ini." Setelah berdoa, aku ingat bahwa mencari kebenaran adalah hal terpenting saat kita dipangkas. Adakah yang dapat diselesaikan dengan bersikap negatif? Aku harus merenungkan apa sebenarnya masalahku dan mengapa aku tidak memiliki pemahaman rohani. Setelah memikirkannya dengan tenang, aku menyadari bahwa kali ini aku dipangkas terutama karena aku melaksanakan tugasku dengan keras kepala, tanpa merenungkan diriku atau mencari prinsip. Pemimpin telah mempersekutukan prinsip yang berkaitan dengan hal ini, tetapi aku hanya terpaku pada aturan. Aku bahkan merasa setelah mendengar prinsip ini beberapa kali, aku sudah menguasainya dan tak perlu memikirkannya lagi. Aku secara membabi buta percaya pada diriku sendiri, mengesampingkan prinsip, menganggap pendapatku benar dan tidak mencari pendapat orang lain. Aku sangat keras kepala, tidak bertindak berdasarkan prinsip, dan secara membabi buta mengikuti aturan. Bukankah ini perilaku orang yang tidak memiliki pemahaman rohani? Jika aku tidak dipangkas dengan cara ini, aku akan tetap mati rasa, mengira aku telah melaksanakan tugasku dengan baik, benar-benar tidak tahu kejahatan apa yang mungkin kulakukan. Dipangkas adalah peringatan untukku dan itu adalah perlindungan bagiku. Setelah memahaminya, aku tidak lagi merasa negatif. Aku mampu berfokus mencari berdasarkan prinsip, dan mengingatkan diriku agar tidak kembali mengulangi kesalahan semacam ini.

Sabtu, 8 Oktober 2022. Saat langit cerah.

Kami berkumpul bersama pemimpin pada hari ini. Dia dengan sabar mempersekutukan prinsip melaksanakan tugas kepada kami, lalu bertanya apakah belakangan ini kami telah mendapatkan sesuatu. Dia mendorong kami untuk mengejar kebenaran, dan bagaimanapun keadaannya, memetik pelajaran adalah hal terpenting. Dia juga membacakan satu bagian firman Tuhan: "Selama mengalami pekerjaan Tuhan, berapa kali pun engkau telah gagal, jatuh, dipangkas, atau disingkapkan, semua ini bukan hal yang buruk. Dengan cara apa pun engkau telah dipangkas, atau entah itu oleh para pemimpin, pekerja, saudara atau saudarimu, semua ini adalah hal yang baik. Engkau harus ingat ini: sebanyak apa pun engkau menderita, engkau sebenarnya mendapat manfaat. Siapa pun yang memiliki pengalaman dapat membuktikannya. Apa pun yang terjadi, entah dipangkas, atau disingkapkan, itu selalu merupakan hal yang baik. Itu bukan hukuman. Itu adalah keselamatan Tuhan dan kesempatan terbaik bagimu untuk mengenal dirimu sendiri. Ini bisa membawa perubahan pada pengalaman hidupmu. Tanpa disingkapkan dan dipangkas, engkau tidak akan memiliki kesempatan, syarat, maupun konteks yang memampukanmu untuk mencapai pemahaman tentang kenyataan kerusakanmu. Jika engkau benar-benar memahami kebenaran, dan mampu menggali hal-hal rusak yang tersembunyi di lubuk hatimu, jika engkau dapat membedakannya dengan jelas, maka ini bagus, ini telah menyelesaikan masalah utama jalan masuk kehidupan, dan sangat bermanfaat bagi perubahan dalam watakmu. Menjadi mampu untuk sungguh-sungguh mengenal dirimu sendiri adalah kesempatan terbaik bagimu untuk memperbaiki jalanmu dan menjadi manusia yang baru; inilah kesempatan terbaik bagimu untuk memperoleh kehidupan baru. Begitu engkau benar-benar mengenal dirimu sendiri, engkau akan dapat melihat bahwa saat kebenaran menjadi hidup seseorang, itu sungguh sebuah hal yang berharga, dan engkau akan menjadi haus akan kebenaran, menerapkan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan. Ini adalah hal yang luar biasa! Jika engkau dapat meraih kesempatan ini dan dengan sungguh-sungguh merenungkan dirimu sendiri serta mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dirimu sendiri setiap kali engkau gagal atau jatuh, maka di tengah-tengah sikap negatif dan kelemahan, engkau akan mampu bangkit kembali. Setelah melewati ambang batas ini, engkau akan mampu mengambil langkah maju yang besar dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa-Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Firman Tuhan benar-benar menyentuhku dan aku tak bisa menahan air mataku. Meskipun dipangkas itu menjengkelkan dan menyakitkan, dan terkadang aku merasa akan roboh karena merasa negatif, pengalaman ini benar-benar membuatku melihat kasih Tuhan. Situasi seperti inilah yang memaksaku datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan diriku dan mengenali watak rusakku, juga merenungkan di mana letak masalahku. Setelah aku sedikit mengenal diriku sendiri, aku merasakan kedamaian batin dan ketenangan. Jika aku tidak dipangkas, entah gangguan apa yang akan kuperbuat dalam tugasku, atau masalah atau kekeliruan apa yang akan muncul. Dipangkas seperti ini membuatku mencari prinsip dengan lebih saksama dalam tugasku. Aku secara pribadi telah mengerti bahwa dipangkas tidak dapat dipisahkan dari melaksanakan tugas kita.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait