Tawanan Keluargaku Sendiri

24 November 2022

Oleh Saudari Jing Xun, Thailand

Aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman tahun 2019. Dengan membaca firman Tuhan, kulihat Tuhan Yang Mahakuasa mengungkapkan kebenaran dari tiga tahap pekerjaan Tuhan demi menyelamatkan manusia, misteri inkarnasi Tuhan, makna pekerjaan penghakiman, bagaimana Iblis merusak manusia, bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia, serta bagaimana orang bisa ditahirkan dan punya tempat tujuan yang indah. Kata-kata ini punya otoritas, dan aku belum pernah mendengarnya. Kata-kata ini terasa baru dan nyata, juga membekaliku, memuaskan dahaga rohaniku. Aku yakin Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, dan aku sangat bersemangat. Tak pernah kubayangkan bisa menyambut kedatangan Tuhan Yesus dalam hidupku. Kutahu aku beruntung. Setelah itu, aku sering menghadiri pertemuan, memberikan Injil, setiap hari juga bermakna dan menyenangkan. Tapi dua bulan kemudian, adik lelaki dan adik iparku tahu tentang kepercayaanku kepada Tuhan. Adik iparku orang Tiongkok dan bekerja di departemen pemerintah, jadi adikku pergi ke Tiongkok bersamanya. Adikku menelepon dan memarahiku, dia bilang, "Pemerintah Tiongkok mempersekusi orang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Aku tak menentangmu percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jangan percaya Tuhan Yang Mahakuasa. Kau percaya kepada manusia, bukan Tuhan." Begitu mendengar itu, aku tahu adikku termakan rumor, karena dalam pencarian dan penyelidikanku, kulihat banyak video orang percaya dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dipersekusi oleh PKT, aku tahu jalan yang benar telah dipersekusi sejak zaman kuno. Saat Tuhan datang untuk bekerja, Dia pasti akan dipersekusi kekuatan Iblis. Sama seperti saat Tuhan Yesus datang untuk bekerja, Dia mati-matian ditentang dan dipersekusi oleh para pemimpin agama dan rezim Romawi. Kuberi tahu dia, "Aku percaya kepada Tuhan, bukan manusia. Saat Tuhan datang ke bumi untuk bekerja dan menyelamatkan manusia, Dia harus berinkarnasi sebagai Anak manusia sebelum kita bisa dekat dengan-Nya. Karena Tuhan menjadi manusia, Dia harus dilahirkan dalam sebuah keluarga dan menjalani kehidupan manusia normal. Tuhan Yang Mahakuasa tampak sebagai orang biasa, tapi Dia punya Roh Tuhan dalam diri-Nya, dan esensi-Nya adalah Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan banyak kebenaran serta bekerja untuk menyucikan dan menyelamatkan manusia, yang tak bisa dilakukan orang lain. Tuhan Yesus tampak seperti orang biasa, tapi esensi-Nya adalah Tuhan, Dia juga bisa mengungkapkan kebenaran dan menebus umat manusia. Ini bukan hal yang bisa dilakukan manusia biasa. Bisakah kau bilang percaya Tuhan Yesus itu percaya kepada manusia? Jangan menebak-nebak hal yang tak kau mengerti. Dosa penghujatan terhadap Roh Kudus tak akan pernah bisa diampuni. Orang Farisi menghujat Tuhan Yesus dengan mengatakan Beelzebul membantu Dia mengusir iblis. Pada akhirnya, mereka dihukum dan dikutuk oleh Tuhan. Aku tak memaksamu percaya, jadi jangan menghalangiku percaya kepada Tuhan!" Dia tak mendengarkanku sama sekali. Makin kubantah, makin keras dia memarahiku. Saat melihat dia tertipu oleh rumor PKT dan menghujat Tuhan, aku kecewa kepadanya. Esok harinya, adik iparku juga menelepon untuk membujukku melepaskan iman dan coba menakutiku, "Keyakinanmu kepada Tuhan Yang Mahakuasa ilegal di Tiongkok. Kau bisa ditembak karena itu. Jika percaya Tuhan di Tiongkok, kau pasti sudah lama ditangkap. Pemerintah Tiongkok menangkap setiap orang percaya di gerejamu yang mereka temukan. Tak satu pun lolos." Kata-kata adik iparku menunjukkan fakta tentang bagaimana PKT menentang Tuhan dan mempersekusi orang Kristen, aku juga memahami situasi sulit saudara-saudari Tionghoa yang percaya Tuhan. Pada saat yang sama, rasanya aneh. Aku telah delapan tahun percaya Tuhan, tapi keluargaku tak pernah menggangguku. Kenapa mereka mempersekusiku begitu percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan sama sekali tak memikirkanku? Saat inilah aku ingat saudara-saudariku bersekutu sejak zaman dulu jalan yang benar telah dipersekusi, dan di mana pun Tuhan bekerja, Iblis ikut campur. Aku mengerti persekusi keluargaku terhadapku adalah gangguan Iblis, jadi makin dipersekekusi, makin aku ingin mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa dan menghindari tipu daya iblis.

Setelah itu, saudara-saudariku membagikan firman Tuhan kepadaku, "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Dengan membaca firman Tuhan, aku mengerti ini adalah pertempuran rohani. Saat Tuhan menyelamatkan seseorang, Iblis sebaik mungkin coba mengganggu dan menghalangi mereka, menyeret mereka ke neraka dengan itu. Yang terjadi hari itu, dari luar, adik lelaki dan adik iparku menghalangiku, tapi sebenarnya, itu gangguan iblis. Dahulu hubunganku baik dengan mereka, dan adikku biasanya mendengarkanku, tapi setelah mendengarkan rumor PKT, mereka seperti orang berbeda. Mereka memakai segala macam trik untuk memaksaku meninggalkan Tuhan, dan kata-kata yang mereka ucapkan membuat hatiku dingin. Aku percaya kepada Tuhan di Thailand, dan mereka ingin mengendalikanku. Jika aku di Tiongkok, mereka pasti mengirimku ke penjara. Kulihat Iblis benar-benar jahat, dan aku tak menempuh jalan yang sama dengan mereka. Dari luar, mereka kerabatku, tapi roh kami sama sekali tak cocok. Bahasa kami berbeda, bukan kaum yang sama, dan kasih sayang lama di antara kami sudah tak ada. Malam itu, aku menonton video kesaksian tentang saudara-saudari yang disiksa PKT. Sebanyak apa pun daging mereka menderita, mereka dengan teguh mengikuti Tuhan. Melalui doa kepada Tuhan dan bimbingan firman Tuhan, mereka bisa mengatasi kelemahan daging, beberapa bahkan melepaskan nyawa demi berdiri teguh dalam kesaksian. Pengalaman mereka mengilhamiku. Dalam keadaan sepedih itu, mereka masih bisa mempertahankan kepercayaan kepada Tuhan dan tak berkompromi dengan Iblis. Persekusi yang kualami tak ada apa-apanya. Ini memberiku lebih banyak iman untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya.

Saat tak berhasil membujukku, mereka hasut suamiku untuk menghentikanku, katanya jika percaya Tuhan, aku tak akan menginginkan anak atau keluarga. Pendeta juga menyebarkan fitnah menyesatkan untuk menipu suamiku, dia bilang aku percaya kepada manusia. Setelah suamiku mendengar ini, dia ikut menentangku. Jika melihatku ikut pertemuan daring atau menjelajahi situs web Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, dia sering mencabut kabel jaringan di rumah, menutup pintu, tak membiarkanku masuk. Dia berusaha keras menggangguku dan mencegahku ikut pertemuan atau membaca firman Tuhan. Aku tahu ini campur tangan Iblis, jadi aku tak boleh berkompromi. Saat suamiku lihat tak bisa menghalangiku, dia bilang, "Jika kau terus percaya Tuhan Yang Mahakuasa, kita akan bercerai! Kau harus tinggalkan rumah ini. Putuskan hari ini!" Aku bilang, "Jika tak percaya Tuhan, aku sudah lama menceraikanmu. Kau pernah berselingkuh, tapi kurelakan karena percaya kepada Tuhan. Percaya Tuhan bukan kesalahan, kenapa kau coba menghentikanku? Jika kau ingin menceraikan dan mengusirku, aku tak punya pilihan. Meski harus meninggalkan rumah ini, aku akan percaya Tuhan!" Jadi, aku mengemasi pakaian dan pergi ke rumah teman. Saat itu, aku tak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Saat memikirkan anakku yang masih kecil, aku tak ingin pergi. Jadi, kuhubungi saudara-saudariku untuk memberi tahu tentang keadaanku, dan saudariku mengirimkan kutipan firman Tuhan. "Di sepanjang pekerjaan-Nya, sejak awal, Tuhan telah menetapkan ujian untuk setiap orang—atau bisa engkau katakan untuk setiap orang yang mengikuti-Nya—dan ujian ini datang dalam bermacam-macam ukuran. Ada orang yang telah mengalami ujian ditolak oleh keluarga mereka, ada yang telah mengalami ujian berada dalam lingkungan berbahaya, ada yang mengalami ujian ditahan dan disiksa, ada yang telah mengalami ujian dihadapkan dengan sebuah pilihan; dan ada yang telah menghadapi ujian dalam bentuk uang dan status. Secara umum, engkau masing-masing telah menghadapi segala jenis ujian. Mengapa Tuhan bekerja seperti ini? Mengapa Dia memperlakukan setiap orang seperti ini? Hasil seperti apa yang dicari-Nya? Inilah poin yang ingin Kusampaikan kepadamu: Tuhan ingin melihat apakah orang ini adalah tipe orang yang takut akan Dia dan menjauhi kejahatan, atau tidak. Maksud dari ini adalah ketika Tuhan memberimu sebuah ujian dan menghadapkanmu pada beberapa keadaan atau yang lain, maksud-Nya adalah untuk menguji apakah engkau adalah orang yang takut akan Dia dan menjauhi kejahatan, atau bukan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti persekusi yang kuhadapi dari keluargaku juga ujian bagiku untuk melihat apakah aku memuaskan Tuhan atau Iblis. Kusadar bahwa aku harus membuat pilihan. Namun, masih ada seutas harapan di hatiku. Aku masih ingin suamiku berubah pikiran. Namun, suami dan adikku menemukanku, dan mereka bilang, "Kau harus berhenti percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Benar, kan? Kau tak menginginkan anak dan keluargamu lagi!" Aku berseru marah kepadanya, "Aku tak pernah bilang tak ingin anak atau keluargaku. Kau yang mempersekusiku, menghentikanku percaya Tuhan, bahkan mengancam cerai. Apa sedikit kebebasan beragama terlalu berlebihan?" Ayahku juga meneleponku dan bilang, "Di mana Tuhan ini? Jangan percaya ini. Pulang saja bersama suamimu dan jalani hidup yang baik!" Ini membuatku marah, jadi aku berdebat dengan mereka, "Percaya kepada Tuhan itu tak salah. Kenapa kau coba mengendalikanku?" Saat ayahku melihatku bersikukuh, di telepon dia meminta suamiku mengikat dan memukuliku, dia akan tanggung jawab jika aku mati. Dia tak memukulku, tapi menyita ATM-ku, lalu menghancurkan ponsel dan komputerku. Setelah itu, suami dan adikku memaksaku masuk mobil dan membawaku pulang. Sepanjang jalan, mereka duduk di sebelahku dan murka terhadapku. Ini membuatku memahami perasaan saudara-saudari Tionghoa saat ditangkap polisi. Rasanya mereka bukan keluargaku, dan aku tak lagi menaruh harapan kepada mereka. Entah bagaimana keluargaku akan mempersekusiku selanjutnya, jadi aku berdoa dalam hati, meminta Tuhan membimbingku membuat pilihan yang tepat. Malam itu, aku merasa sangat sedih. Hampir setiap hari, di waktu ini, aku mengkhotbahkan Injil, tapi kini tak bisa apa-apa. Karena keluargaku tahu aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, mereka bersatu untuk mempersekusiku. Karena adik iparku bekerja untuk pemerintah Tiongkok dan punya uang, keluargaku menuruti dia, lalu dia hasut mereka agar memakai berbagai metode untuk mempersekusiku, sampai-sampai mereka bersedia memukuliku sampai mati demi tak percaya Tuhan. Pada titik ini, aku tahu alasan penentangan mereka terhadap Tuhan. Mereka adalah iblis, musuh Tuhan. Aku juga ingat bagaimana Ayub menghadapi ujian yang menyakitkan, tapi dia tak mengeluh tentang Tuhan. Sebaliknya, dia berdoa di hadapan Tuhan dan mencari kehendak-Nya, jadi aku juga harus andalkan Tuhan untuk berdiri teguh, dan tak berkompromi dengan Iblis, apa pun keadaannya.

Esok harinya, suami dan ayahku membawaku ke rumah orang tuaku. Ibu dan istri kakakku takut aku akan kabur, jadi begitu kami bertemu, mereka menggeledah dan meminta KTP-ku. Mereka tak pernah meninggalkanku sendirian. Saat aku mandi atau buang air, ibuku berjaga di luar. Bahkan membuat keponakanku tidur denganku untuk mengawasiku, jika aku menyalakan lampu saat malam, ibuku langsung mengetuk dan bertanya, menyuruhku mematikan lampu dan tidur. Yang membuat itu makin berat adalah pada pukul tiga atau empat pagi, ibuku akan membuat keributan, berteriak, dan mengetuk pintu. Aku sangat frustrasi tentang itu. Mereka mengawasiku lebih ketat di siang hari. Aku tak diizinkan bicara dengan orang lain, bahkan wanita sebelah rumah, dan para tetangga memandangku seolah-olah tak mengenalku. Setiap hari, aku hanya bisa menuruti keluargaku. Mereka memperlakukanku seperti tawanan dan mengawasiku setiap hari. Aku merasa seperti di penjara. Keluargaku memperlakukanku seperti ini karena mendengarkan rumor PKT dan adik iparku. Mereka ingin memutuskan hubunganku dengan saudara-saudariku, dan membuatku perlahan kehilangan iman kepada Tuhan. Aku sangat sedih setiap hari. Aku merindukan pertemuan dengan saudara-saudariku. Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, tapi aku tak bisa ikut pertemuan, membaca firman Tuhan, atau memenuhi tugasku. Apa aku akan disingkirkan? Itu membuatku sangat cemas, yang kuinginkan hanyalah melarikan diri dari lingkungan ini dan bisa bebas percaya kepada Tuhan. Aku bersembunyi di kamar mandi dan berdoa kepada Tuhan, meminta Dia membuka jalan keluar bagiku. Lalu, orang tuaku memintaku bekerja di kebun jeruk bersama kakakku dan istrinya, agar mereka bisa memantauku. Kakak iparku tak ketat melarangku percaya Tuhan, jadi saat kerja di siang hari, aku memakai ponsel miliknya untuk mendengarkan firman Tuhan di internet. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena membuka jalan bagiku.

Aku ingat kutipan firman Tuhan yang sangat menyentuh. "Setelah mengalami kedua ujian ini, lahirlah dalam diri Ayub pengalaman yang lebih kaya, dan pengalaman ini membuatnya lebih dewasa dan berpengalaman, membuatnya lebih kuat, dan memiliki keyakinan yang lebih besar, dan membuatnya lebih yakin akan kebenaran dan pentingnya kesalehan yang dia pegang teguh. Ujian Tuhan Yahweh terhadap Ayub memberinya pemahaman dan rasa kepedulian yang mendalam tentang perhatian Tuhan kepada manusia, dan membuatnya dapat merasakan betapa berharganya kasih Tuhan, yang darinya perhatian dan kasih kepada Tuhan ditambahkan ke dalam sikapnya yang takut akan Tuhan. Ujian dari Tuhan Yahweh bukan saja tidak menjauhkan Ayub dari-Nya, tetapi juga membuat hatinya semakin dekat kepada Tuhan. Ketika rasa sakit jasmani yang dialami oleh Ayub mencapai puncaknya, perhatian yang dia rasakan dari Tuhan Yahweh membuatnya tidak punya pilihan selain mengutuk hari kelahirannya. Perilaku seperti ini tidak direncanakan sejak lama, tetapi merupakan ungkapan alami dari perhatian dan kasih kepada Tuhan dari dalam hatinya, itu adalah ungkapan alami yang berasal dari perhatian dan kasihnya kepada Tuhan. Dengan kata lain, karena dia membenci dirinya sendiri dan dia tidak mau, dan tidak tahan membiarkan Tuhan tersiksa, maka perhatian dan kasihnya mencapai titik tanpa pamrih. Pada saat ini, Ayub meningkatkan pemujaan dan kerinduannya yang telah lama ada kepada Tuhan dan pengabdiannya kepada Tuhan sampai ke tingkat perhatian dan kasih. Pada saat yang sama, dia juga meningkatkan iman dan ketaatannya kepada Tuhan dan sikapnya yang takut akan Tuhan sampai ke tingkat perhatian dan kasih. Dia tidak membiarkan dirinya melakukan apa pun yang akan melukai hati Tuhan, dia tidak membiarkan dirinya melakukan tindakan yang akan menyakiti Tuhan, dan tidak membiarkan dirinya menimbulkan kedukaan, kesedihan, atau bahkan ketidakbahagiaan kepada Tuhan karena alasannya sendiri. Di mata Tuhan, meskipun Ayub masih Ayub yang sama seperti dahulu, iman, ketaatan, dan sikap Ayub yang takut akan Tuhan membuat Tuhan sangat puas dan gembira. Pada saat ini, Ayub telah mencapai kesempurnaan yang Tuhan harapkan untuk dia capai; dia telah menjadi orang yang benar-benar layak disebut 'tak bercela dan jujur' di mata Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"). Ayub menghadapi pencobaan dan serangan Iblis, semua anak dan hartanya direnggut, seluruh tubuhnya dipenuhi bisul, dan rasa sakitnya hampir tak tertahankan, tapi karena takut kepada Tuhan, dia tak bicara atau bertindak seenaknya. Sebaliknya, dia berdoa di hadapan Tuhan dan mencari kehendak Tuhan. Dia menyadari hati Tuhan menyertainya dalam penderitaannya dan merasakan kasih Tuhan kepada manusia. Ayub tak akan membiarkan Tuhan menderita, jadi dia lebih suka mengutuk hari dia dilahirkan daripada menyalahkan Tuhan. Akhirnya, dia berdiri teguh dan mengucapkan kata-kata yang mempermalukan Iblis: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Bagaimanapun teman-teman dan istri Ayub mengejek dia, Ayub mempertahankan iman sejatinya kepada Tuhan dan kesaksiannya mempermalukan Iblis, yang tak bisa lagi menuduhnya. Kusadar dalam pengalaman ini, aku tak mengandalkan Tuhan untuk melihat rencana jahat Iblis atau mencari kehendak baik Tuhan di lingkungan ini. Aku justru menentang, mengeluh, dan membiarkan Iblis menertawakanku. Saat merenungkan firman Tuhan, aku berdoa kepada Tuhan, dan iman tumbuh dalam diriku: Lingkungan apa pun yang kutemui selanjutnya, aku akan meniru Ayub, teguh dalam kesaksian untuk Tuhan, dan mempermalukan Iblis.

Setiap hari aku bekerja di kebun bersama kakakku dan istrinya. Melihat cinta antara kakak dan istrinya, mereka yang pergi dan pulang bersama, aku hanya bisa iri. Kenapa aku tak bisa punya kehidupan keluarga normal? Memikirkan ini, aku merasa ingin berkompromi. Apalagi saat mereka membuat makan malam, dan kulihat keluarga mereka bersama dan bahagia, tapi aku sendirian, hatiku lemah, dan aku tak bisa menahan air mata. Aku sadar bahwa aku memikirkan daging, lalu teringat Tuhan yang menjadi daging pada akhir zaman serta mengungkapkan kebenaran untuk menyucikan dan menyelamatkan manusia. Ini adalah saat yang kritis untuk mengejar kebenaran, tapi suamiku memaksaku berhenti percaya Tuhan. Kami tak punya kesamaan, bahkan saat kami bersama dengan enggan, kami tak bahagia. Saat ingat ini, aku tak terlalu sedih. Aku meminjam ponsel dari kakak iparku dan diam-diam mendengarkan lagu pujian. "Engkau Harus Tinggalkan Semua demi Kebenaran" mulai diputar:

1 Engkau harus menderita kesukaran demi kebenaran, engkau harus menyerahkan diri kepada kebenaran, engkau harus menanggung penghinaan demi kebenaran, dan untuk memperoleh lebih banyak kebenaran, engkau harus mengalami penderitaan yang lebih besar. Inilah yang harus engkau lakukan. Janganlah membuang kebenaran demi kehidupan keluarga yang damai, dan janganlah kehilangan martabat dan integritas hidupmu demi kesenangan sesaat.

2 Engkau harus mengejar segala yang indah dan baik, dan engkau harus mengejar jalan dalam hidup yang lebih bermakna. Jika engkau menjalani kehidupan yang vulgar dan tidak mengejar tujuan apa pun, bukankah engkau menyia-nyiakan hidupmu? Apa yang dapat engkau peroleh dari kehidupan semacam itu? Engkau harus meninggalkan seluruh kenikmatan daging demi satu kebenaran, dan jangan membuang seluruh kebenaran demi sedikit kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak memiliki integritas atau martabat; keberadaan mereka tidak ada artinya!

—Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru

Syukur kepada Tuhan telah mengizinkanku mendengar lagu ini saat itu. Aku tahu tak bisa berhenti mengejar kebenaran demi sedikit kesenangan daging. Kini, Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman untuk sepenuhnya mengakhiri zaman ini. Jika tak mendapatkan kebenaran, kita akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan, lalu akhirnya, jatuh ke dalam bencana dan hancur. Apa bedanya jika punya kehidupan keluarga yang bahagia? Bukankah semua ini sementara? Tak ada rasa sakit dan kehilangan lebih besar daripada tak mendapatkan kebenaran. Memikirkan ini, aku merasa sangat lega, seolah-olah berhadapan dengan Tuhan. Aku merasakan keamanan dan kegembiraan di hatiku dan tak lagi merasa sendirian.

Setelah tiga minggu tinggal di rumah orang tuaku, suatu hari, aku melarikan diri saat keluargaku tak mengawasi dan berhasil menginap di hotel, tapi keponakan dan kakakku dengan cepat menemukanku dan membawaku pulang. Setelah itu, orang tuaku mengundang seluruh desa untuk makan malam dan meminta mereka membantu mengawasiku, juga menangkapku jika ada yang tahu aku melarikan diri. Suamiku datang dengan putra kami yang berusia lima tahun untuk memintaku berhenti percaya dan pulang bersamanya. Putraku tak berani mendekatiku, dan saat aku bertanya kenapa, dia bilang, "Ayah bilang Ibu gila dan bisa membunuhku." Aku sangat marah saat mendengar ini. Sulit dipercaya dia mengajari itu kepada anak sekecil ini. Setelah itu, aku dan putraku tak bisa punya hubungan normal. Hanya saat aku membelikannya permen, putraku berani bicara denganku. Aku merasa sangat sedih dan berharap keluargaku berhenti coba memaksaku, tapi aku sadar ini salah. Mereka semua membenci Tuhan dan tak akan pernah berubah. Suamiku masih berusaha membujukku dan orang tuaku terus memintaku melepaskan iman. Aku bilang, "Aku tak bisa berhenti percaya Tuhan." Saat melihat aku masih teguh, suamiku membawa pulang putraku.

Suatu pagi, seminggu kemudian, kakakku kembali dari luar kota membawa salah satu gaunku. Dia bilang, "Aku pergi ke pengusir setan pagi ini untuk menyucikanmu." Lalu, ayahku juga keluar dari kamar dan memerintahkanku segera mengenakan gaun itu, sambil berkata, "Jika memakai ini, kau akan sembuh." Aku bilang, "Aku tak akan pakai. Aku tak kerasukan, juga tak punya penyakit, aku percaya kepada satu Tuhan yang benar." Saat ayahku melihatku tak mau menerima "pengobatan" mereka, dia menyuruhku duduk. Memegang tongkat setebal lenganku, dia merengut dan bilang, "Karena kau tak patuh, kita lihat apa aku bisa memberimu pelajaran hari ini! Aku belum pernah memukulmu, tapi akan kutunjukkan apa yang terjadi saat aku melakukannya. Aku juga akan memukulmu sampai kau mati atau berhenti percaya Tuhan!" Aku belum pernah melihat ayahku semarah itu. Aku takut dipukuli, dan tongkatnya sangat tebal sehingga mungkin akan mematahkan tulangku. Saat ayahku memintaku ganti pakaian, aku segera berdoa kepada Tuhan, mengatakan apa pun yang terjadi, aku tak boleh berkompromi dengan Iblis. Aku ingat bagaimana Iblis berulang kali mencobai dan menyerang Ayub, tapi dia tak goyah, berdiri teguh dalam kesaksiannya, lalu di akhir, Iblis dipermalukan, gagal, dan sepenuhnya melepaskan. Meskipun aku jauh lebih rendah dari Ayub, aku tahu Iblis juga datang untukku, coba menghancurkan imanku kepada Tuhan sedikit demi sedikit, membuatku putus asa dan kecewa kepada Tuhan, lalu akhirnya membuatku mengkhianati Tuhan. Aku tak boleh terpedaya Iblis. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan untuk bersumpah, "Ya Tuhan, meski dipukuli sampai mati, aku tak akan berkompromi dengan Iblis. Aku tak akan melepaskan kepercayaanku kepada-Mu dan berdiri teguh dalam kesaksian untuk-Mu." Setelah berdoa, tak ada lagi rasa takut, dan kupertaruhkan segalanya. Sebuah baris dari lagu pujian mengalun jelas di benakku, "Aku tidak boleh meninggalkan keinginan dan tekadku; menyerah sama saja dengan berkompromi dengan Iblis, sama saja dengan menghancurkan diri sendiri, dan sama saja dengan mengkhianati Tuhan" (Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru, "Tekad yang Dibutuhkan untuk Mengejar Kebenaran"). Firman Tuhan ini memberiku kepercayaan diri dan kekuatan. Aku tak akan pernah berkompromi dengan Iblis. Ayahku mendekatiku dengan tongkat di tangannya dan hendak memukulku. Dia tampak seperti iblis, tapi aku tak takut sama sekali. Pada saat ini, suami dan ibuku baru saja kembali dari ladang. Ibuku melompat ke depanku untuk menghalangi ayahku, lalu membujukku untuk tak percaya lagi. Kubilang, "Percaya Tuhan bukanlah pencurian atau perampokan, dan aku tak menghancurkan keluarga orang lain. Aku hanya menghadiri pertemuan. Apa salahku sampai kau ingin memukulku sampai mati? Apa kau masih keluargaku?" Keponakanku berkata dengan jijik, "Bibi, lihatlah orang yang punya mobil dan uang. Kau percaya Tuhan, tapi apa yang Tuhan-mu beri kepadamu?" Aku bilang, "Apa gunanya benda-benda itu? Saat bencana datang, apa semua itu akan menyelamatkan manusia? Hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan manusia. Jika kau ingin mengejar semua itu, aku tak akan menghentikanmu. Aku percaya Tuhan, jadi kenapa kau menggangguku?" Keponakanku berkata marah, "Jika tak berhenti percaya kepada Tuhan, kau tak bisa menyalahkan kami karena kejam. Kami akan menggantungmu tiga hari tiga malam, lalu lihat apa kau masih percaya!" Kemudian seluruh keluarga setuju untuk menggantungku dan tak menurunkanku sampai aku menyerah percaya Tuhan. Aku sangat marah. Bagaimana mungkin ini keluargaku? Mereka iblis. Saat itu, aku sedikit takut, jadi aku berdoa kepada Tuhan dan meminta Tuhan membimbingku. Suamiku coba membujukku, "Kepercayaanku kepada Tuhan Yesus hanyalah kepercayaan. Kenapa kau begitu serius tentang ini? Berhenti percaya." Kubilang, "Jika tak menerima Tuhan Yesus telah datang kembali untuk menyelamatkan kalian, aku tak akan memaksa, jadi jangan coba memaksaku. Aku akan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa!" Setelah membuat pernyataan tegas kepada keluargaku, mereka terdiam, dan aku tahu Iblis telah kalah. Aku mengecap rasa manis di hatiku yang belum pernah kurasakan, dan hanya rasa syukur kepada Tuhan yang terlintas di benakku!

Setelah itu, keluargaku masih mengurungku di rumah. Namun, aku tak lagi sedih, juga bersedia patuh dan memetik pelajaran di lingkungan ini. Biasanya, saat mereka tak memperhatikan, aku mengambil ponsel kakak iparku dan mendengarkan Daily Words of God di internet. Aku sering berdoa kepada Tuhan dan rela tunduk pada pengaturan Tuhan. Kapan aku bisa pergi ada di tangan Tuhan, dan aku bersedia menunggu. Lambat laun, pengawasan keluargaku berkurang. Suatu kali, sebuah keluarga di desa mengadakan pesta pernikahan, dan semua anggota keluargaku pergi. Aku mengambil kesempatan untuk kabur. Setelah itu, kuhubungi saudara-saudari dan meninggalkan kampung halamanku. Kini aku bebas percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasku. Selama masa ini, aku mengalami persekusi dari keluargaku, dan meski sedikit menderita, aku mendapatkan banyak hal. Aku lebih jelas melihat kejahatan PKT dan esensi dari penentangan keluargaku kepada Tuhan, juga mengalami secara nyata bahwa Tuhan ada di sisiku dan mendukungku. Setiap kali negatif dan lemah, Tuhan menggunakan firman-Nya untuk mencerahkanku, membimbingku, memberiku keberanian dan kebijaksanaan, sehingga aku percaya diri untuk berdiri teguh. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Siapa Orang Farisi Masa Kini?

Selama 22 tahun sebagai orang Kristen, aku terutama bertanggung jawab atas keuangan gereja dan sekolah Minggu. Pada Mei 2017, aku bertemu...

Tinggalkan Balasan