Kisah Nyata Kristen: Aku Mungkin Tidak Kaya, tetapi Aku Sangat Beruntung

30 Mei 2019

Oleh Bong, Filipina

Isi

• Aku Ingin Menjadi Kaya

• Kehidupan yang Menukar Kesehatan Demi Uang

• Aku Mendengar Panggilan Tuhan

• Firman Tuhan Menuntunku untuk Melihat Kejahatan Iblis

• Aku Berjuang untuk Menyingkirkan Ikatan Uang dan Mulai Menghargai Otoritas Tuhan

• Aku Merasa Sangat Bersyukur atas Kasih Tuhan dan Terus Melangkah Menuju Hidup Baru

Aku Ingin Menjadi Kaya

"Kepala sekolah, tolong beri anakku kesempatan dan biarkan dia mengikuti ujian!" Mata ibuku memohon belas kasihan kepala sekolah saat dia berbicara dengan suara yang sedikit bergetar.

Dengan air muka tetap serius, kepala sekolah berkata: "Tidak, sekolah punya peraturan. Setiap anak hanya boleh mengikuti ujian apabila biaya ujian telah dibayarkan!"

Ibuku tampak malu dan memohon kepada kepala sekolah, katanya: "Kepala sekolah, aku juga tahu keadaan sangat sulit bagi Anda di sekolah, tetapi aku punya banyak anak dan kami baru saja akan mengusahakan. Kami benar-benar tidak mampu membayar biaya ujian. Bagaimana kalau aku menulis Surat Pernyataan Berutang (SPB) kepada sekolah, lalu Anda mengizinkan putraku mengikuti ujian, dan aku akan mencari cara untuk membayar utangku kepada Anda sesegera mungkin ...."

Kepala sekolah menatap ibuku dan berpikir sejenak. Tampak seolah-olah dia tidak punya banyak pilihan, lalu berkata: "Oke, baiklah!"

…………

Aku tidak akan pernah lupa sewaktu aku melanjutkan ke SMA ketika keluargaku tidak mampu membayar biaya ujian, ibuku memohon kepada kepala sekolah agar mengizinkan aku mengikuti ujian dan dia harus menulis SPB. Aku merasa sangat marah saat itu. Dalam masyarakat di mana uang yang berkuasa, jika engkau tidak punya uang, engkau tidak dapat mencapai apa pun, dan diam-diam aku bertekad bulat: Setelah tumbuh dewasa, aku akan bekerja keras untuk menghasilkan uang, menjadi kaya dan mengubah suratan nasibku sendiri!

Kehidupan yang Menukar Kesehatan Demi Uang

Setelah lulus SMA, untuk mewujudkan impianku sesegera mungkin, aku mendaftar di sekolah kejuruan dan belajar reparasi mobil. Ketika belajar di sekolah tersebut, aku berusaha keras untuk belajar pengetahuan spesialis. Ketika teman-teman sekelasku pergi menikmati waktu luang mereka di siang hari, aku masih belajar keterampilan mesin; ketika semua orang pergi tidur di malam hari, aku terjaga membaca dan belajar keras.

Setelah lulus, aku pergi ke Manila untuk mengembangkan keterampilanku. Namun, karena tidak memiliki koneksi dan sertifikat kelulusanku bukan dari sekolah terkenal, ketika aku melamar pekerjaan, tidak ada yang mau mempekerjakan aku. Aku merasa tidak punya pilihan lain selain bekerja di perusahaan reparasi mobil milik pamanku. Untuk menghasilkan lebih banyak uang, aku memperbaiki mobil dan membantu pamanku menghitung laporan keuangannya. Aku bekerja setiap hari dari dini hari hingga senja, dan aku masih sering bekerja lembur ketika orang lain selesai dan pulang.

Setelah menikah, aku memiliki tiga anak. Aku tidak ingin anak-anakku menjadi miskin seperti aku dulu, jadi aku bekerja lebih keras. Aku bekerja setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam, dan setelah bekerja aku mengendarai tuk-tuk listrik, mengangkut orang-orang berkeliling demi menghasilkan uang tambahan. Akhirnya aku pulang sekitar jam 2 pagi dan hanya tidur sekitar tiga atau empat jam setiap malam. Bukan hanya itu, aku juga menggunakan cuti empat hari yang kumiliki setiap bulan untuk bekerja sambilan sebagai sopir taksi demi menghasilkan sedikit uang tambahan. Sekalipun aku sudah menjadi orang yang percaya kepada Tuhan, aku hanya menghadiri pertemuan ibadah ketika aku memiliki waktu luang dan terkadang aku merasa berutang kepada Tuhan. Namun ketika aku melihat keluargaku tidak hidup sejahtera, aku akan mulai bekerja keras lagi membanting tulang demi mendapatkan uang.

Setelah beberapa tahun bekerja keras, akhirnya aku bisa membeli rumah dan mobil. Namun, yang tidak begitu hebat adalah, karena aku telah bekerja di malam hari begitu lama dan terlalu memaksakan diri, aku mengalami tekanan darah tinggi. Dokter berpesan agar aku pergi berobat dan tidak lagi terlalu banyak bekerja. Aku berpikir dalam hatiku: "Kondisi kesehatanku sudah tidak bagus dan jika nanti aku tidak bisa mencari uang, apakah itu berarti bahwa harapanku untuk menjadi kaya sekarang pupus?" Memikirkan hal ini, aku merasa putus asa. Namun, aku tidak mau menyerah begitu saja, jadi aku pergi berobat dan melanjutkan mencari uang baik siang maupun malam. Baru ketika aku benar-benar merasa tidak sehat secara fisik, aku terpaksa tinggal di rumah dan tidak mengeluarkan mobil. Tetapi setiap kali beristirahat, aku menyadari kalau aku akan menghasilkan uang lebih sedikit dan kemudian aku menjadi enggan untuk beristirahat, sehingga aku menahan penyakitku dan terus mengemudi. Hingga akhirnya, penyakitku memburuk dan aku menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa bekerja lagi. Aku tidak punya pilihan selain berhenti bekerja dan beristirahat, serta mengandalkan obat agar tetap bertahan ....

Aku Mendengar Panggilan Tuhan

Suatu hari di bulan Juni 2016, Pendeta Jess dan istrinya datang menemui kami. Mereka mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali, dan bahwa Dia sedang melakukan tahap pekerjaan yang baru. Mereka berkata bahwa Tuhan Yesus telah melakukan pekerjaan penebusan di Zaman Kasih Karunia dan, meskipun dosa-dosa kita telah diampuni oleh Tuhan, karena kita telah sedemikian dirusak oleh Iblis, natur berdosa kita yang jahat seperti Iblis tetap berakar dalam diri kita. Mereka berkata bahwa di bawah kekuasaan sifat berdosa kita, kita acap kali mampu berbuat dosa dan melawan Tuhan, dan kita diikat serta dikekang oleh dosa. Mengingat kebutuhan kita sebagai manusia yang rusak, pada akhir zaman Tuhan sekali lagi menjadi manusia untuk melakukan tahap pekerjaan penghakiman dan pentahiran manusia oleh firman, dan tahap pekerjaan ini dilakukan di atas dasar pekerjaan penebusan. Tuhan datang untuk menyelamatkan kita sepenuhnya dari ikatan dosa, dan ini sepenuhnya merupakan penggenapan nubuat Alkitab "Penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan" (1 Petrus 4:17).

Mendengar persekutuan Pendeta Jess, hatiku merasa sangat tersentuh. Aku memikirkan tentang bagaimana, meskipun telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, aku tidak pernah lepas dari ikatan dosa, tetapi tetap mengikuti tren sosial dan mengejar kehidupan yang berlimpah materi …. Sesekali, aku merasa berutang kepada Tuhan, tetapi aku tidak bisa mengendalikan diriku—aku benar-benar memiliki dosa yang berakar dalam diriku! Makin aku mendengarkan, makin aku merasa bahwa persekutuan Pendeta Jess berasal dari Tuhan, jadi kuputuskan untuk mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Pendeta Jess kemudian bersaksi kepadaku tentang pekerjaan Tuhan Yesus yang datang kembali—Tuhan yang Mahakuasa—dan dia mengadakan persekutuan tentang aspek-aspek kebenaran seperti tiga tahap pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, misteri inkarnasi, bagaimana Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman-Nya di akhir zaman untuk mentahirkan dan mengubah manusia serta bagaimana Tuhan menentukan tempat tujuan akhir umat manusia. Aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, dan aku dan istriku dengan senang hati menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman.

Tepat setelah menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman, dengan bersemangat aku menghadiri pertemuan ibadah, aku membaca firman Tuhan setiap kali aku mempunyai waktu, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan dan kondisi rohku makin lebih baik. Tetapi setelah beberapa saat, melihat bahwa keluargaku membutuhkan uang untuk banyak hal, aku berpikir aku harus mulai menghasilkan uang dengan segera. Itu semua tidak akan terwujud jika tidak mempunyai uang, jadi aku mulai bekerja keras sekali lagi. Kadang-kadang, pekerjaan berbenturan dengan pertemuan gereja dan aku malah memilih untuk mencari uang, jadi aku tidak rutin menghadiri pertemuan ibadah. Istriku dan saudara-saudariku di gereja berkali-kali menyampaikan persekutuan kepadaku, dengan mengatakan bahwa pekerjaan akhir zaman adalah tahap terakhir pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Kita harus berfokus untuk mengejar kebenaran, kata mereka, kesenangan fisik adalah hampa, memiliki makanan dan pakaian sudah cukup, dan tidak apa-apa bekerja hanya pada jam-jam normal. Mereka menyuruhku untuk tidak mengejar kekayaan dan kesenangan materi begitu banyak sehingga aku bahkan tidak mempunyai waktu untuk menghadiri pertemuan ibadah, karena jika demikian aku mungkin akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebenaran. Tetapi hatiku sudah dikuasai uang dan aku tidak menggubris apa yang dikatakan saudara-saudariku; aku terus bekerja keras untuk mendapatkan uang.

Sesudahnya, aku bekerja di perusahaan pamanku di siang hari dan mengendarai taksi di malam hari untuk menghasilkan sedikit tambahan uang. Sebulan berlalu dengan cara ini, lalu dua bulan, kemudian tiga bulan.... Untuk menghasilkan uang, aku terus-menerus hiruk-pikuk dan sibuk. Selama waktu ini, taksiku mengalami masalah hampir setiap hari, tetapi aku tidak pernah berdoa kepada Tuhan atau menenangkan rohku untuk melakukan refleksi diri supaya mengetahui alasan mengapa demikian. Kemudian pada suatu hari, aku baru saja hendak mengeluarkan taksiku ketika mesinnya mogok. Berpikir bahwa kerusakan besar seperti itu tidak akan dapat diperbaiki dengan cepat, aku pulang ke rumah. Sambil berjalan pulang, aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya: "Sejak aku mulai menyibukkan diriku untuk menghasilkan uang, aku belum menghadiri pertemuan ibadah rutin, dan aku merasa makin jauh dari Tuhan. Setiap hari, kepalaku dipenuhi dengan pemikiran tentang bagaimana menghasilkan lebih banyak uang dan bagaimana menjalani kehidupan materi yang lebih baik. Aku tidak pernah memikirkan bagaimana aku bisa menghadiri pertemuan ibadah atau bagaimana aku bisa membaca lebih banyak firman Tuhan dan memahami lebih banyak kebenaran. Mesin mobilku tiba-tiba mogok hari ini—mungkinkah kehendak baik Tuhan ada di balik kejadian ini?"

Firman Tuhan Menuntunku untuk Melihat Kejahatan Iblis

Setelah tiba di rumah, aku melihat bahwa istriku tidak berada di sana, jadi aku pergi mencarinya ke gereja. Kebetulan aku bertemu dengan dua saudari dan, ketika mereka mengetahui bahwa mobilku bermasalah, mereka bersekutu denganku, kata mereka: "Saudaraku, engkau seorang Kristen, dan saat menghadapi masalah, engkau seharusnya menerima bahwa semua itu adalah dari Tuhan! Engkau telah bekerja keras terus-menerus untuk menghasilkan uang, sampai sekarang sudah cukup lama engkau tidak menghadiri pertemuan ibadah secara rutin dan hatimu semakin menjauh dari Tuhan. Mobilmu rusak hari ini dan kehendak baik Tuhan ada di balik kejadian ini. Engkau harus menenangkan hatimu dan mencari dengan tekun. Pikirkan baik-baik: Apakah uang diperoleh hanya karena kita ingin memperolehnya? Apakah kita benar-benar mampu mengendalikan nasib kita sendiri? Jika kita memahami pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan tahu pendekatan apa yang harus kita ambil terhadap uang." Mereka kemudian memintaku membaca satu bagian firman Tuhan: "Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: meskipun manusia selalu terburu-buru dan menyibukkan diri mewakili dirinya sendiri, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau mampu mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau akan tetap menjadi makhluk ciptaan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Setelah membaca bagian ini, kedua saudari itu kemudian memberiku persekutuan tentang aspek kebenaran kedaulatan Tuhan atas nasib umat manusia. Setelah mendengarkan ini, aku merasa dipenuhi dengan segala macam emosi yang berbeda: "Ya," pikirku. "Kita umat manusia adalah ciptaan Tuhan, dan nasib kita dikuasai dan dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan juga menentukan sejak semula berapa banyak uang yang dapat kita hasilkan seumur hidup kita, tetapi aku tidak mengakui kenyataan kedaulatan Tuhan atas nasib umat manusia, tetapi sebaliknya hanya berfokus menghasilkan uang dengan kerja kerasku sendiri, menjadikan diriku kaya, mencoba mengubah nasibku sendiri dan berjuang membebaskan diri dari aturan Tuhan—aku benar-benar pemberontak dan bebal!" Setelah menyadari hal ini, aku berkata pada kedua saudari itu, "Sejak aku berhenti menghadiri pertemuan ibadah secara rutin demi menghasilkan uang, aku sudah menghabiskan semua uang yang kuperoleh dengan mengemudikan taksi untuk memperbaiki mobil. Kali ini, uang yang harus kukeluarkan untuk mesin baru adalah semua uang yang kuperoleh dengan mengemudikan taksi selama tiga bulan terakhir. Ini membuat aku benar-benar menghargai bahwa kita benar-benar tidak dapat mengendalikan nasib kita sendiri, dan apakah aku hidup miskin atau kaya atau berapa banyak uang yang kumiliki tidak ditentukan semata-mata oleh upaya sepihakku, tetapi lebih ditentukan oleh kedaulatan Tuhan. Tuhan memakai masalah mesin mobilku mogok hari ini untuk mendesakku agar kembali ke hadapan-Nya, membuatku mengenali kedaulatan-Nya dan agar aku tidak lagi bergumul sendiri. Aku harus belajar bagaimana menaati Tuhan dan menjadikan pengejaran akan kebenaran sebagai prioritasku. Satu-satunya hal yang benar untuk dilakukan adalah memercayakan perihal mencari uang ke dalam tangan Tuhan!"

Setelah mendengar aku mengatakan ini, salah seorang saudari berkata, "Syukur kepada Tuhan! Saudaraku, bahwa engkau dapat memahami hal ini, itu adalah karena tuntunan Tuhan! Tetapi jika kita ingin benar-benar bebas dari ikatan yang dikenakan uang pada kita, kita harus memiliki kepekaan mengenai cara-cara dan siasat curang yang Iblis pakai dengan menggunakan uang untuk merusak dan membahayakan kita, kita harus mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang kejahatan dan kekejian si Iblis serta memahami upaya sungguh-sungguh yang dilakukan Tuhan demi menyelamatkan kita. Marilah kita membaca bagian lain dari firman Tuhan yang berkaitan dengan aspek ini." Sambil mengatakannya, saudari itu membacakan bagiku satu bagian firman Tuhan: "'Uang membuat dunia berputar' adalah salah satu falsafah Iblis, dan falsafah ini tersebar luas di tengah seluruh umat manusia, dalam setiap masyarakat. Dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren karena pepatah ini telah tertanam di dalam hati setiap orang. Pada awalnya, orang tidak menerima pepatah ini, tetapi mereka kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. ... Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. ... Sampai sejauh mana pepatah ini telah memengaruhimu? Engkau mungkin tahu jalan yang benar, dan engkau mungkin mengetahui kebenaran, tetapi engkau tidak berdaya untuk mengejarnya. Engkau mungkin tahu dengan jelas bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, tetapi engkau tidak mau membayar harga atau menderita demi memperoleh kebenaran. Sebaliknya, engkau lebih suka mengorbankan masa depan dan takdirmu sendiri untuk menentang Tuhan sampai akhir. Apa pun yang Tuhan firmankan, apa pun yang Tuhan lakukan, baik engkau memahami betapa dalam dan betapa besar kasih Tuhan kepadamu atau tidak, engkau dengan keras kepala bersikeras menempuh jalanmu sendiri dan membayar harga demi pepatah ini. Artinya, pepatah ini sudah mengendalikan perilakumu dan pemikiranmu, dan engkau lebih suka membiarkan nasibmu dikendalikan oleh pepatah ini daripada meninggalkannya. Bukankah fakta bahwa orang bertindak seperti ini, bahwa mereka dikendalikan oleh pepatah ini dan dimanipulasi olehnya, menggambarkan bahwa perusakan manusia oleh Iblis itu efektif? Bukankah falsafah dan watak rusak Iblis ini sudah mengakar di dalam hatimu? Jika engkau melakukan ini, bukankah Iblis telah mencapai tujuannya?(Ya.)" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V").

Setelah membaca bagian firman Tuhan ini, saudari tersebut memberikan persekutuan, dengan mengatakan: "Firman Tuhan berbicara dengan jelas tentang akar penyebab mengapa kita tunduk pada ikatan uang, dan firman ini memberi tahu kita konsekuensi serius yang menanti kita jika kita mengejar uang. Setelah manusia digoda dan dirusak oleh Iblis, Iblis menggunakan segala macam falsafah dan aksioma seperti 'Uang adalah yang utama,' 'Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang, engkau tidak dapat berbuat apa-apa,' 'Manusia mati demi uang; burung mati demi makanan' dan 'Uang membuat dunia berputar' untuk menyesatkan dan merusak kita. Setelah menerima falsafah dan aksioma seperti ini, kita memandang uang sebagai hal yang lebih penting daripada yang lain, menganggap bahwa kita hanya bisa mendapatkan pijakan yang kuat di tengah masyarakat jika kita memiliki uang, dan kemudian kita akan dapat menikmati kehidupan yang kaya. Karena itu kita berjuang dan berusaha serta bekerja sangat keras demi mendapatkan uang, dan semakin lama kita menjadi makin rakus. Ketika kita memiliki uang, kita menginginkan lebih banyak uang, dan tanpa menyadarinya kita tenggelam menjadi hamba uang. Kita menghabiskan seluruh waktu kita demi menghasilkan uang, menyia-nyiakan kesehatan tubuh kita, dan kita tidak mengejar jalan yang benar padahal kita sangat tahu bahwa itu adalah jalan yang benar. Kemudian kita tidak lagi merasa ingin menyembah Tuhan atau berusaha hidup dalam kehidupan yang bermakna. Dari sini, kita dapat melihat bahwa Iblis menggunakan aksioma kehidupan yang jahat ini untuk merusak dan mencelakakan kita, menjerat kita sepenuhnya dalam jaringnya, dan dengan demikian membuat kita menyangkal keberadaan Tuhan, mengingkari kedaulatan Tuhan, menjauhi Dia dan mengkhianati-Nya, dan menjadi sepenuhnya berada di bawah kendalinya dan diikat olehnya sehingga kita kehilangan keselamatan Tuhan—inilah tujuan utama Iblis untuk merusak manusia. Namun jika kita tidak memiliki kebenaran, kita tidak dapat memahami siasat curang Iblis, tetapi hanya akan dikendalikan sepenuhnya. Ketika ini berlangsung, kita menjadi makin jauh dari Tuhan, dan ketika pekerjaan Tuhan berakhir, penyesalan sudah terlambat. Kita harus menghargai kesempatan yang kita miliki hari ini untuk diselamatkan oleh Tuhan! Meskipun Iblis membahayakan dan merusak kita dengan cara-cara seperti itu, Tuhan selalu ada di sana, diam-diam menyelamatkan kita. Ketika kita terjerat dalam jaring uang dan tidak bisa keluar, Tuhan membangkitkan hati kita yang mati rasa dengan menangani dan mendisiplinkan kita, membuat kita mampu menenangkan hati dan berusaha memahami kehendak-Nya. Secara lahiriah, mobil mogok tampaknya seperti hal yang buruk, tetapi secara batiniah tersembunyi kasih dan keselamatan Tuhan bagimu!"

Melalui penyingkapan firman Tuhan dan persekutuan saudariku, akhirnya aku mengerti bahwa aku sudah menganggap uang sangat penting, sehingga aku tidak memperhatikan kesehatanku sendiri demi uang dan aku bahkan menjauhi Tuhan. Ternyata semua ini adalah akibat tunduk pada ikatan dan bahaya dari aksioma kehidupan Iblis, dan aku berpikir betapa benarnya hal ini. Sebab, semasa masih kecil, aku telah merasakan kepahitan karena tidak mempunyai uang dan dipandang rendah oleh orang lain, dan aku telah menerima falsafah dan aksioma Iblis, seperti "Uang adalah yang utama" dan "Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang, engkau tidak bisa berbuat apa-apa," aku percaya bahwa uang dapat menyelesaikan masalah apa pun dan aku telah bertekad bulat untuk menjadi kaya, jadi, tidak peduli seberapa keras atau melelahkan pekerjaanku, aku tidak peduli sama sekali, bahkan jika aku kehilangan kesehatanku sendiri. Khususnya, setelah menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman, aku tahu bahwa Tuhan sedang mengungkapkan firman-Nya dan melakukan pekerjaan penghakiman-Nya untuk mentahirkan dan mengubah manusia, dan pada akhirnya menuntun manusia ke tempat tujuan mereka yang indah. Aku juga tahu bahwa tahap pekerjaan ini adalah tahap terakhir dari pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, dan bahwa pekerjaan ini sangat penting bagi kita untuk memperoleh keselamatan. Namun aku belum menghargai keselamatan Tuhan, tetapi hanya pernah berpikir untuk mendapatkan lebih banyak uang dan memiliki hal-hal materi yang baik untuk dinikmati, dan akhirnya aku tidak dapat menghadiri pertemuan ibadah secara rutin untuk menyembah Tuhan, dan hatiku lama-kelamaan makin jauh dari Tuhan. Selama waktu ini, Tuhan telah menolongku melalui saudara-saudariku, dan Dia telah memberiku peringatan melalui mobilku yang sering mengalami masalah, tetapi aku tidak memperhatikan kehendak Tuhan, tetapi hanya bertindak dengan sengaja atas inisiatifku sendiri dan memberontak melawan Tuhan. Apakah semua ini tidak disebabkan karena mengandalkan aksioma kehidupan Iblis untuk menjalani hidup? Jika bukan karena mesin mobilku mogok, aku tidak akan terlibat dalam refleksi diri dan mencari kehendak Tuhan, dan bukankah dengan demikian aku akan kehilangan kesempatanku untuk mendapatkan keselamatan Tuhan dan menghabiskan sisa hidupku dalam penyesalan? Aku telah begitu dirusak oleh falsafah Iblis tersebut! Syukur kepada Tuhan, karena tuntunan firman Tuhan yang memampukanku untuk melihat bahwa falsafah dan aksioma itu tidak lain adalah kekeliruan sesat yang dimaksudkan untuk menipu dan merusak manusia, dan aku melihat dengan jelas maksud jahat Iblis untuk merusak manusia. Sejak itu, aku tidak lagi mau ditipu atau diikat oleh Iblis, tetapi aku ingin kembali ke hadapan Tuhan sekali lagi dan menghadiri pertemuan ibadah dengan sungguh-sungguh, mengejar kebenaran dan menyembah Tuhan.

Kemudian, aku menjadwal ulang waktuku: aku mencari dua malam setiap minggu untuk berkumpul dengan saudara-saudari untuk bersekutu tentang firman Tuhan dan, bila tidak menghadiri pertemuan, aku akan meluangkan waktu untuk membaca firman Tuhan dan merenungkan kebenaran. Beberapa waktu kemudian, hatiku merasa tenang dan damai, hubunganku dengan Tuhan lama-kelamaan makin dekat, dan yang mengejutkanku adalah bahwa penyakitku juga mulai membaik.

Aku Berjuang untuk Menyingkirkan Ikatan Uang dan Mulai Menghargai Otoritas Tuhan

Tidak lama kemudian, Tuhan menguji aku. Suatu hari, gereja mengatur tugas bagiku yang membutuhkan beberapa hari untuk mengerjakannya. Aku tahu bahwa Tuhan meninggikan aku dengan memberiku tugas ini dan aku benar-benar ingin memulainya, tetapi waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas ini kebetulan berbenturan dengan pekerjaanku. Aku memikirkan tentang bagaimana aku harus melunasi pembayaran hipotek dan biaya sekolah anak-anakku, dan dalam dua hari aku harus memberi kepada anak-anakku uang sekolah mereka. Jika tidak bekerja selama beberapa hari, aku tidak akan mempunyai cukup uang untuk membayar semuanya. Saat itu aku merasa berada dalam posisi yang agak pelik dan aku tidak tahu apa yang terbaik yang harus kulakukan, jadi aku berdoa kepada Tuhan dan memberitahukan kesulitanku kepada-Nya. Setelah itu, aku membaca bagian firman Tuhan "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III": "Hal pertama yang harus mereka pahami adalah dari mana manusia berasal, mengapa manusia hidup, siapa yang mengatur nasib manusia dan siapa yang menyediakan kebutuhan manusia dan memiliki kedaulatan atas keberadaan manusia. Pengetahuan ini adalah sarana yang benar yang orang gunakan untuk hidup, dasar yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia." "Jika orang memandang hidup sebagai kesempatan untuk mengalami kedaulatan Sang Pencipta dan mengenal otoritas-Nya, jika orang melihat hidupnya sebagai kesempatan langka untuk melakukan tugasnya sebagai manusia ciptaan dan menyelesaikan misinya, ia pasti akan memiliki pandangan yang benar tentang hidup, pasti akan menjalani kehidupan yang diberkati dan dibimbing oleh Sang Pencipta, pasti akan berjalan dalam terang Sang Pencipta, pasti akan mengenal kedaulatan Sang Pencipta, pasti akan tunduk di bawah kekuasaan-Nya, dan pasti menjadi saksi tentang perbuatan-Nya yang ajaib, saksi tentang otoritas-Nya" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia).

Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan menciptakan umat manusia dan memberi kita napas kehidupan, bahwa Dia memberi kepada kita segala yang kita butuhkan untuk bertahan hidup dan memegang kedaulatan atas nasib kita, dan Dia mengungkapkan kebenaran untuk menuntun kita ke jalan yang benar dalam kehidupan. Sebagai makhluk ciptaan, kita harus melakukan tugas makhluk ciptaan di hadapan Tuhan untuk membalas kasih-Nya, kita harus mengalami pekerjaan-Nya dalam kehidupan nyata kita, dan mengalami serta mengetahui otoritas Tuhan. Mengingat kembali diriku yang dahulu, aku selalu mengandalkan upaya subjektif dan ambisi liarku sendiri untuk menempuh jalan manusia duniawi dalam mengejar uang, dan satu-satunya yang kudapatkan adalah penderitaan, dan aku mengalami kehilangan dalam hidupku. Sekarang, aku tidak bisa menjadi seperti dahulu lagi—aku harus mengejar kebenaran, mencari kehendak Tuhan dalam berbagai situasi yang kuhadapi setiap hari, melakukan firman Tuhan dan tunduk pada kedaulatan Tuhan, karena hanya inilah jalan yang benar dalam kehidupan dan hanya pengejaran seperti inilah yang bisa mendapatkan pujian Tuhan. Setelah sampai pada pemahaman ini, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku sekarang mengerti kehendak-Mu. Aku ingin taat dan melaksanakan tugasku. Aku juga ingin bertekad bulat di hadapan-Mu, bahwa apa pun situasi yang mungkin kuhadapi di masa mendatang, aku akan selalu mencari kebenaran dari dalam firman-Mu, melakukan sesuai dengan persyaratan-Mu, tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Mu dan melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan. Aku memohon agar Engkau menuntunku." Setelah berdoa, hatiku menjadi tenang dan aku memutuskan untuk melakukan tugasku dengan sungguh-sungguh.

Dua hari kemudian, istriku memberi tahu bahwa putra kami membutuhkan tujuh ribu peso untuk uang sekolahnya, jadi aku membawa satu perhiasan yang sebelumnya kubeli dari pegadaian dan menggadaikannya kembali ke rumah gadai itu. Aku tidak pernah menyangka manajer pegadaian memberiku 18.000 peso untuk perhiasan itu! Bagiku ini tidak masuk akal, karena manajer pegadaian ini biasanya hanya membayar dalam jumlah kecil. Aku mengira perhiasan itu hanya akan mendapatkan paling banyak 11.000 peso, tetapi sekarang manajer itu benar-benar memberiku tujuh ribu peso lebih dari jumlah itu dan itu sangat cukup untuk uang sekolah putraku—ini benar-benar perbuatan ajaib Tuhan! Aku sungguh-sungguh menghargai bahwa otoritas Tuhan memerintah dan mengelola segala sesuatu, bahwa Tuhan mengatur segala sesuatu bagi hidup kita dan bahwa kita tidak perlu khawatir atau resah. Aku hanya bisa memanjatkan syukur dan pujian kepada Tuhan.

Aku Merasa Sangat Bersyukur atas Kasih Tuhan dan Terus Melangkah Menuju Hidup Baru

Suatu hari, aku membaca firman Tuhan ini: "Yang ingin Tuhan lihat adalah agar hati manusia dapat dihidupkan kembali. Cara-cara yang Dia gunakan untuk bekerja dalam diri manusia ini merupakan upaya yang terus-menerus untuk membangkitkan hati manusia, membangkitkan roh manusia, memampukan manusia untuk memahami dari mana dia berasal, siapa yang membimbing, mendukung, dan membekali dirinya, dan siapa yang telah mengizinkan manusia untuk hidup sampai saat ini; semua itu adalah cara untuk memampukan manusia memahami siapa Sang Pencipta, siapa yang harus dia sembah, jalan seperti apa yang harus dia tempuh dan dengan cara apa manusia harus datang ke hadapan Tuhan; semua itu adalah cara untuk secara terus-menerus menghidupkan kembali hati manusia, sehingga manusia mengenal hati Tuhan, memahami hati-Nya, dan mengerti kepedulian Tuhan yang besar serta pemikiran di balik pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Ketika hati manusia dihidupkan kembali, manusia tidak lagi ingin hidup dengan wataknya yang rusak dan merosot, melainkan ingin mengejar kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Setelah hati manusia dihidupkan, barulah manusia mampu melepaskan diri sepenuhnya dari Iblis. Dia tidak akan lagi dilukai oleh Iblis, tidak akan lagi dikendalikan atau dibodohi olehnya. Sebaliknya, manusia dapat secara proaktif bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan dan firman-Nya untuk memuaskan hati Tuhan, dan dengan demikian mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Inilah tujuan semula pekerjaan Tuhan" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI " dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Baru setelah pengalamanku ini, akhirnya aku mengerti bahwa Tuhan telah mengatur berbagai situasi ini untuk membangkitkan hati dan jiwaku, dan untuk membuat aku mengikuti jalan yang benar dalam kehidupanku menaati Tuhan, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan hidup dalam berkat-berkat Tuhan—semua ini adalah upaya keras Tuhan! Aku merenungkan kembali apa yang telah kulalui, mulai dari tenggelam ke dalam rawa-rawa uang dan menderita penyakit serius hingga memiliki kekayaan untuk mendengar Injil Tuhan di akhir zaman dan datang ke hadapan Tuhan, kemudian sekali lagi mengejar uang dan terjerat dalam jaring Iblis. Saudara-saudariku memberiku persekutuan tentang firman Tuhan, aku mulai memiliki beberapa pengetahuan tentang fakta kedaulatan Tuhan atas nasib umat manusia, dan aku juga memiliki beberapa pengetahuan tentang maksud jahat Iblis dalam menggunakan kekeliruan sesat untuk merusak manusia, dan hanya pada saat itulah aku mulai melepaskan uang sedikit demi sedikit, dan aku mengerti bahwa hanya melakukan firman Tuhan dan tunduk pada kedaulatan Tuhan adalah jalan benar yang harus ditempuh dalam kehidupan.... Untuk membangkitkan hatiku dan menyelamatkanku agar tidak dicelakakan oleh Iblis, Tuhan membayar harga yang sangat mahal bagiku dan Dia menunjukkan belas kasih-Nya kepadaku. Setiap langkah yang kuambil, apakah aku mendengarkan dan taat, ataukah aku memberontak dan menjauhi Tuhan, Dia selalu menggunakan cara yang paling pantas untuk menyelamatkan aku. Aku sungguh-sungguh menghargai betapa nyata kasih Tuhan dan betapa indah dan baiknya hati Tuhan! Kalau bukan karena keselamatan Tuhan, aku masih tinggal di dalam jerat Iblis, terperangkap dalam pusaran uang, benar-benar tidak menyadari tentang Iblis apakah yang akan mengubahku. Setelah menghargai kasih Tuhan ini, aku memiliki perasaan yang mendalam tentang sungguh suatu kehormatan yang sejati dan betapa beruntungnya aku bisa datang ke hadapan Tuhan—Tuhan telah memberiku kasih karunia dan menunjukkan kemurahan padaku! Aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dan energi di masa mendatang dengan menghadiri pertemuan ibadah, membaca firman Tuhan dan menyembah Tuhan, mempersenjatai diriku dengan lebih banyak kebenaran, dan melaksanakan tugasku dengan baik demi membalas kasih Tuhan. Syukur bagi Tuhan dan terpujilah Dia!

Sebelumnya: Tuhan Ada di Sisiku

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Renungan Kristen Tentang Kehidupan: Apa Itu Kehidupan?

Raja Alexander meninggalkan dunia ini dengan merasakan penyesalan. Ketika waktunya semakin dekat, dia meninggalkan bagi kita tiga pernyataan akhir yang memicu pemikiran, yang memaksa kita untuk bertanya pada diri kita sendiri: Mengapa orang hidup? Apa nilai dan makna hidup manusia?