4. Kepatutan Orang Kudus yang Harus Dimiliki Orang yang Percaya kepada Tuhan

Firman Tuhan yang Relevan:

Aspek apa yang tercakup dalam kemanusiaan yang normal? Wawasan, nalar, hati nurani, dan karakter. Jika engkau bisa mencapai keadaan normal dalam setiap aspek ini, kemanusiaanmu sesuai standar. Engkau harus punya keserupaan dengan manusia normal dan bertindak layaknya orang yang percaya kepada Tuhan. Engkau tidak harus mencapai hal-hal besar atau berdiplomasi; engkau hanya harus menjadi manusia normal, dengan nalar seorang yang normal, mampu melihat inti hal-hal, dan setidaknya terlihat seperti seorang manusia normal. Itu sudah cukup. Semua yang dituntut darimu sekarang ini berada dalam kemampuanmu; ini sama sekali bukan memaksa bebek hinggap di tempat elang bertengger. Tak ada kata sia-sia atau pekerjaan sia-sia akan dilakukan atas dirimu. Semua keburukan yang diungkapkan atau disingkapkan dalam hidupmu harus dibuang. Engkau semua telah dirusak Iblis dan meluap dengan racun Iblis. Semua yang diminta darimu adalah menyingkirkan watak Iblis yang rusak ini. Engkau tidak diminta menjadi tokoh berpangkat tinggi, atau seseorang yang hebat atau terkenal. Ini tidak berguna. Pekerjaan yang dilakukan dalam dirimu sesuai dengan apa yang melekat dalam dirimu. Ada batas-batas dari apa yang Kutuntut dari manusia. Apa yang Kuminta dari manusia ditentukan dalam batasan. Jika engkau berlatih dengan cara dan nada suara yang digunakan para intelektual ketika berbicara, ini tidak akan berhasil; engkau tidak akan mampu melakukannya. Sesuai kualitas engkau semua, engkau setidaknya harus mampu berbicara dengan hikmat dan kebijaksanaan dan menjelaskan berbagai hal secara jelas dan mudah dipahami. Hanya inilah yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan. Jika setidak-tidaknya engkau mendapatkan wawasan dan nalar, itu sudah cukup. Saat ini, hal yang utama adalah menyingkirkan watak Iblis yang rusak. Engkau harus menyingkirkan keburukan yang terwujud dalam dirimu. Jika engkau belum menyingkirkannya, bagaimana engkau bisa menyentuh nalar dan wawasan tertinggi? Berhubung zaman telah berubah, banyak orang tidak memiliki kerendahan hati atau kesabaran, dan mereka mungkin juga tidak memiliki kasih atau kebajikan orang kudus. Betapa konyolnya orang-orang ini! Apakah mereka memiliki kemanusiaan yang normal, bahkan sedikit saja? Apakah mereka memiliki kesaksian yang bisa dibicarakan? Mereka sama sekali tidak memiliki wawasan atau nalar. Tentu saja, beberapa aspek tindakan manusia yang menyimpang dan keliru harus dibetulkan; misalnya, kehidupan rohani yang kaku di masa lalu atau penampilan mati rasa dan kebodohan manusia—semua hal ini harus diubah. Perubahan bukan berarti membiarkan dirimu menjadi cabul atau memanjakan diri dalam kedagingan serta mengatakan apa pun yang engkau inginkan. Engkau tidak boleh berbicara dengan sembarangan. Bertindak seperti seorang manusia normal adalah berbicara dengan patut, Ya berarti ya, tidak berarti tidak. Berpeganglah pada fakta dan berbicaralah dengan pantas. Jangan curang, jangan berbohong. Batas yang bisa dicapai seorang manusia normal sehubungan dengan perubahan watak harus dipahami. Jika tidak, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam kenyataan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Meningkatkan Kualitas adalah Demi Menerima Penyelamatan Tuhan"

Dalam watak orang normal tidak terdapat kebengkokan atau kecurangan, orang memiliki hubungan yang normal dengan satu sama lain, mereka tidak sendirian, dan hidup mereka tidaklah biasa-biasa saja ataupun merosot. Jadi, Tuhan juga dimuliakan di antara semua orang, firman-Nya meresap di antara manusia, orang hidup dalam damai dengan satu sama lain dan dalam pemeliharaan dan penjagaan Tuhan, bumi dipenuhi keharmonisan, tanpa campur tangan Iblis, dan kemuliaan Tuhan menjadi yang paling utama di antara manusia. Orang-orang semacam itu bagaikan malaikat: murni, bersemangat, tak pernah mengeluh tentang Tuhan, dan mengabdikan seluruh daya upaya mereka hanya untuk kemuliaan Tuhan di bumi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 16"

Aku punya banyak harapan. Aku harap engkau semua bisa membawa diri dengan benar dan bertata krama, setia melakukan tugasmu, memiliki kebenaran dan kemanusiaan, menjadi orang-orang yang dapat menyerahkan segala sesuatu yang mereka miliki, bahkan hidup mereka bagi Tuhan dan seterusnya. Semua harapan ini lahir dari kekurangan, kerusakan, dan ketidaktaatanmu.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pelanggaran akan Menuntun Manusia ke Neraka"

Orang-orang yang dipakai Tuhan secara lahiriah kelihatannya tidak rasional dan tidak memiliki hubungan yang normal dengan orang lain, walaupun mereka bertutur kata sopan, tidak bicara sembarangan, dan selalu mempertahankan hati yang tenang di hadapan Tuhan. Inilah justru jenis orang yang memadai untuk dipakai oleh Roh Kudus. Orang "tidak rasional" yang dibicarakan Tuhan ini kelihatannya tidak memiliki hubungan yang normal dengan orang lain dan mereka tidak menaruh perhatian pada kasih lahiriah atau tindakan lahiriah, tetapi ketika mereka menyampaikan hal-hal rohani, mereka dapat membuka hati dan tanpa pamrih membekali orang lain dengan penerangan dan pencerahan yang telah mereka peroleh dari pengalaman nyata mereka di hadapan Tuhan. Beginilah cara mereka mengungkapkan kasih mereka kepada Tuhan dan memuaskan kehendak Tuhan. Ketika orang lain memfitnah dan mengolok-olok mereka, mereka mampu menghindarkan diri mereka dari dikuasai oleh orang, kejadian, atau hal-hal di luar, dan tetap dapat tenang di hadapan Tuhan. Orang seperti itu tampaknya memiliki wawasan unik mereka sendiri. Apa pun yang orang lain lakukan, hati mereka tidak pernah meninggalkan Tuhan. Ketika orang lain sedang mengobrol penuh canda dan tawa riang, hati mereka tetap berada di hadapan Tuhan, merenungkan firman Tuhan atau dalam keheningan mereka berdoa dalam hati kepada Tuhan dan mencari maksud-maksud Tuhan. Mereka tidak pernah mementingkan tentang menjaga hubungan yang normal dengan orang lain. Orang seperti itu tampaknya tidak memiliki falsafah untuk hidup. Secara lahiriah, orang ini tampak lincah, membuat orang ingin menyayanginya, dan polos, tetapi ia pun memiliki ketenangan. Inilah gambaran dari jenis orang yang dipakai oleh Tuhan. Hal-hal seperti falsafah hidup atau "nalar biasa" sama sekali tidak bekerja dalam diri orang semacam ini; inilah tipe orang yang telah mencurahkan segenap hatinya untuk firman Tuhan, dan tampaknya hanya ada Tuhan di dalam hati mereka. Inilah tipe orang yang dimaksudkan Tuhan sebagai orang yang "tanpa nalar," dan justru orang seperti inilah yang dipakai oleh Tuhan. Tanda seseorang yang dipakai oleh Tuhan adalah: kapan pun dan di mana pun, hati mereka selalu berada di hadapan Tuhan, dan sehina apa pun orang lain atau sebanyak apa pun orang lain menuruti hawa nafsu dan keinginan daging mereka, hati orang ini tetap tidak pernah meninggalkan Tuhan dan mereka tidak ikut arus. Hanya tipe orang seperti ini yang cocok untuk dipakai Tuhan, dan hanya tipe orang ini yang disempurnakan oleh Roh Kudus. Kalau engkau tidak mampu mencapai hal-hal ini, engkau tidak memenuhi syarat untuk didapatkan oleh Tuhan dan disempurnakan oleh Roh Kudus.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sangatlah Penting untuk Membangun Hubungan yang Normal dengan Tuhan"

Orang yang memiliki kebenaran adalah mereka, yang dalam pengalaman nyata, dapat berdiri teguh dalam kesaksian mereka, berdiri teguh dalam posisi mereka, berdiri di pihak Tuhan, pantang mundur, dan yang dapat memiliki hubungan normal dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan, yang mampu untuk sepenuhnya menaati Tuhan ketika sesuatu terjadi pada diri mereka, dan yang mampu menaati Tuhan sampai mati. Penerapan dan pernyataanmu dalam kehidupan nyata adalah kesaksian tentang Tuhan, semua itu adalah bagaimana manusia menjalani hidupnya dan merupakan kesaksian tentang Tuhan, dan inilah sesungguhnya menikmati kasih Tuhan; ketika engkau telah mengalami sampai titik ini, dampak yang diinginkan sudah tercapai. Engkau memiliki pengalaman hidup yang nyata dan setiap tindakanmu dipandang dengan penuh kekaguman oleh orang lain. Busana dan penampilan luarmu biasa-biasa saja, tetapi engkau menjalani kehidupan yang sangat saleh, dan ketika engkau menyampaikan firman Tuhan, engkau dituntun dan diterangi oleh-Nya. Engkau mampu membicarakan tentang kehendak Tuhan melalui perkataanmu, menyampaikan kenyataan, dan engkau memahami banyak tentang melayani dalam roh. Engkau berterus terang dalam tutur katamu, jujur dan tulus ikhlas, sopan dan tidak konfrontatif, mampu mematuhi pengaturan Tuhan dan berdiri teguh dalam kesaksianmu ketika banyak hal menimpamu, dan engkau tenang dan sabar tanpa peduli apa pun yang engkau hadapi. Orang semacam ini benar-benar telah menyaksikan kasih Tuhan. Sebagian orang masih muda, tetapi mereka bertindak layaknya seorang paruh baya; mereka dewasa, memiliki kebenaran, dan dikagumi oleh orang lain—dan orang-orang inilah yang memiliki kesaksian, dan merupakan manifestasi dari Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya"

Kutipan Khotbah dan Persekutuan untuk Referensi:

Orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan minimal menjalankan lima aspek kehidupan rohani ini setiap hari: membaca firman Tuhan, berdoa kepada Tuhan, mempersekutukan kebenaran, menyanyikan lagu pujian dan penyembahan, dan mencari kebenaran dalam segala sesuatu. Jika engkau juga memiliki hidup berjemaat, engkau akan lebih berbahagia. Jika seseorang memiliki kemampuan yang umum untuk menerima, berarti mereka dapat menyelami maksud Tuhan setelah membaca firman Tuhan secara pribadi, mereka mampu memahami kebenaran, dan tahu cara bertindak sesuai kebenaran, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut akan berhasil dalam imannya. Jika seseorang tidak memiliki kehidupan rohani seperti ini, atau jika kehidupan rohaninya sangat tidak pantas dan hanya sangat jarang terjadi, maka ia adalah orang percaya yang bingung. Orang percaya yang kebingungan tidak dapat mencapai hasil yang baik dari menunaikan tugas mereka. Percaya kepada Tuhan tanpa menjalani kehidupan rohani semata-mata hanyalah percaya kepada Tuhan di bibir saja dalam imannya; bagi orang semacam itu, tidak ada Tuhan dalam hati mereka, apalagi rasa takut akan Dia. Bagaimana mungkin orang semacam itu dapat memiliki rupa manusia normal?

............

Ada 10 hal yang harus diperhatikan dalam pengamalan dan memasuki jalan kehidupan sebagaimana layaknya manusia normal:

1. Ikuti etika, patuhi aturan, hormati orang yang lebih tua, serta pedulilah terhadap yang lebih muda.

2. Jalani gaya hidup yang sesuai; yang menguntungkan bagi dirimu dan bagi sesama.

3. Berpakaian dengan cara yang bermartabat dan jujur; dilarang mengenakan pakaian yang aneh atau mewah.

4. Jangan meminta pinjaman uang dari saudara atau saudari untuk alasan apa pun, dan jangan gunakan barang milik orang lain seenaknya.

5. Kontak dengan lawan jenis harus memiliki batasan; tindakan yang dilakukan harus bermartabat dan jujur.

6. Jangan bertengkar dengan orang lain; belajarlah mendengarkan orang lain dengan sabar.

7. Pelihara kebersihan diri sendiri, tetapi dengan memperhatikan kondisi aktual.

8. Miliki interaksi dan hubungan yang sopan dengan orang lain, belajarlah menghormati dan memedulikan orang, dan kasihilah sesamamu.

9. Bantulah orang-orang yang membutuhkan sebisamu; jangan meminta atau menerima barang dari orang lain.

10. Jangan biarkan orang lain melayanimu; jangan menyuruh orang lain mengerjakan apa yang seharusnya kau kerjakan sendiri.

Sepuluh aturan di atas harus menjadi standar minimum yang harus diikuti oleh semua orang percaya dalam kehidupan mereka; siapa pun yang melanggar aturan-aturan ini berkarakter buruk. Ini dapat disebut sebagai aturan dalam rumah tangga Tuhan, dan mereka yang sering melanggarnya pasti akan dibuang.

Semua orang yang mengejar kebenaran juga harus meneladani sepuluh ciri karakter positif para orang suci zaman kuno. Mereka yang mempraktikkan dan menjunjung tinggi secara rutin pastilah akan menuai keuntungan pribadi yang besar. Karakter-karakter tersebut sangat menguntungkan bagi umat manusia.

Sepuluh prinsip untuk menyesuaikan diri dengan kesusilaan kudus:

1. Lakukan saat teduh di pagi hari dengan membaca firman Tuhan dan berdoa selama sekitar setengah jam.

2. Cari maksud Tuhan dalam segala sesuatu setiap hari sehingga engkau dapat mempraktikkan kebenaran dengan lebih tepat.

3. Bersekutulah dengan semua orang yang engkau temui dan belajarlah dari kelebihan satu sama lain dan saling memperbaiki kekurangan agar sama-sama mendapatkan kemajuan.

4. Bersikaplah optimis terhadap hidup dan sering nyanyikan lagu pujian serta ucapkan syukur atas kasih karunia Tuhan.

5. Jangan terjerat oleh dunia sekuler; dekatkan hatimu kepada Tuhan secara rutin dan jangan ikut campur dalam urusan orang lain.

6. Junjunglah hikmat di hatimu dan jauhi tempat-tempat yang jahat dan berbahaya.

7. Jangan bertengkar dengan orang-orang, persekutukanlah kebenaran dan bersikaplah akur dengan orang lain.

8. Lakukan dengan senang hati segala yang engkau bisa lakukan untuk membantu orang lain, mengurangi kekhawatiran mereka, dan membantu mereka menyelesaikan kesulitan mereka dalam memasuki iman kepada Tuhan.

9. Belajarlah menaati orang lain, jangan mengontrol dan atau memaksa mereka; biarkan orang-orang memperoleh sejumlah manfaat dalam segala hal.

10. Seringlah menyembah Tuhan dalam hatimu; izinkan Dia berkuasa atas segala sesuatu dan puaskan Dia dalam segala hal.

Kesepuluh prinsip hidup dan kesepuluh cara menyesuaikan diri dengan kesusilaan kudus di atas semuanya adalah hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang-orang. Asalkan dipahami, prinsip-prinsip ini dapat dilakukan, dan pelanggaran yang sesekali terjadi tidaklah sulit diselesaikan. Kendati demikian, orang-orang tertentu yang memiliki kemanusiaan yang sangat buruk merupakan pengecualian.

—Persekutuan dari Atas

Kemanusiaan yang benar sebagian besar merujuk pada memiliki hati nurani, nalar, karakter, dan martabat. Hati nurani dan nalar mencakup menunjukkan sikap lapang dada bersikap sabar terhadap orang lain, jujur, memiliki hikmat dalam berinteraksi, serta memiliki kasih yang tulus bagi saudara dan saudari. Inilah kelima ciri yang harus dimiliki dalam kemanusiaan yang normal.

Ciri khas pertama adalah memiliki hati yang lapang. Apa pun kekurangan yang kita lihat dalam diri saudara dan saudari, kita harus memperlakukan mereka dengan benar, mengungkapkan toleransi dan pemahaman. Kita tidak boleh mengecualikan mereka atau memarahi mereka. Saat kita melihat cacat cela atau kerusakan yang terungkap dalam diri orang lain kita harus ingat bahwa ini adalah masa pekerjaan keselamatan Tuhan, sehingga wajar bagi setiap orang yang dipilih Tuhan untuk mengungkapkan kerusakan dan kita harus memahaminya. Selain itu, kita harus mengamati kerusakan kita sendiri; bukan berarti kita mengungkapkan lebih sedikit kerusakan dibandingkan orang lain. Cara kita menyikapi pengungkapan kerusakan diri orang lain sama dengan cara kita menyikapi pengungkapan kerusakan diri sendiri. Beginilah cara kita bersikap lapang dada terhadap orang lain. Jika engkau tidak dapat bersikap tenggang rasa terhadap orang lain, itu berarti ada masalah dengan akal sehatmu; ini menunjukkan bahwa engkau tidak memahami kebenaran dan tidak mengetahui pekerjaan Tuhan. Apa arti tidak mengetahui pekerjaan Tuhan? Yaitu tidak mengenali bahwa pekerjaan Tuhan masih belum mencapai akhirnya, dan bahwa manusia masih hidup dalam masa pekerjaan keselamatan Tuhan, kita masih belum disempurnakan. Oleh karena itu, setiap orang mau tidak mau pasti mengungkapkan kerusakan. Setiap orang sekarang mengejar kebenaran dengan semestinya, memahami kerusakan mereka sendiri, dan mengalami firman Tuhan. Setiap orang berada dalam masa memasuki kebenaran dan masih belum sepenuhnya memperoleh kebenaran. Hanya saat orang memperoleh kebenaran, maka watak hidup mereka akan mulai berubah. Saat orang memahami poin ini, mereka akan memiliki nalar manusia yang benar dan kemudian mereka juga akan memperlakukan orang lain dengan pantas. Jika orang kekurangan akal sehat, mereka tidak akan memperlakukan siapa pun dengan pantas.

Ciri khas kedua adalah mengamalkan kesabaran terhadap orang lain. Berlapang dada saja tidak cukup; engkau juga harus bersabar. Terkadang engkau bisa cukup berlapang dada dan bersikap pengertian, tetapi suatu saat nanti, pasti akan ada saudara atau saudari tertentu yang melakukan sesuatu yang mungkin menyakiti atau menyinggung engkau. Dalam situasi seperti itu, watak manusia yang rusak rentan tersulut, sebab kita semua suka bertengkar dan mempertahankan harga diri kita, dan kita semua egois dan dangkal. Jadi jika seseorang mengatakan sesuatu yang menyakiti engkau atau melakukan sesuatu yang kaurasa menyinggung, engkau harus sabar. Kesabaran juga termasuk dalam cakupan akal sehat. Orang hanya dapat mengembangkan kesabaran jika mereka punya akal sehat. Tetapi bagaimana kita bisa bersabar? Jika engkau ingin memiliki kesabaran terhadap orang lain, engkau terlebih dahulu perlu memperoleh pemahaman tentang mereka, yang berarti tidak peduli siapa yang mengatakan apa pun yang menyakiti engkau, engkau harus menyadari hal ini: kata-katanya telah menyakitiku. Apa yang ia katakan sepertinya memaparkan kekuranganku dan tampak ditujukan kepadaku. Jika kata-katanya ditujukan kepadaku, apa yang sebenarnya ia maksud? Apa ia mencoba menyakitiku? Apa ia melihatku sebagai musuhnya? Apa ia membenciku? Apa ia membalas dendam terhadapku? Aku tidak menyinggung dia, jadi jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini tidak mungkin "ya". Oleh karena itu, maka tidak peduli apa pun yang dikatakan oleh saudara atau saudari ini, ia tidak berniat menyakitimu atau menganggapmu sebagai musuh mereka. Itu pasti. Ketika mereka mengatakan hal ini mereka semata-mata mengungkapkan apa yang dipikirkan oleh manusia normal, mereka mempersekutukan kebenaran, membahas pengetahuan, menyingkapkan kerusakan orang, atau mengakui kondisi rusak mereka sendiri; mereka jelas-jelas bukan dengan sengaja menyasar individu tertentu. Pertama-tama engkau menawarkan pemahaman, lalu kemarahanmu dapat sirna, dan engkau akan memperoleh kesabaran. Beberapa orang akan bertanya: "Jika seseorang dengan sadar menyerangku dan menyasarku, dan sengaja mengatakan hal-hal ini untuk mencapai tujuan tertentu, bagaimana aku bisa bersabar?" Beginilah engkau harus bersabar: "Bahkan jika seseorang dengan sengaja menyerangku, aku tetap harus bersabar. Ini karena mereka adalah suadara atau saudariku dan bukan musuhku, dan pastinya bukan Iblis, yaitu Setan. Tidak bisa dipungkiri bahwa saudara dan saudari akan mengungkapkan sedikit kerusakan dan memiliki maksud tertentu di dalam hati mereka. Hal ini normal. Aku harus mengerti, berempati, dan bersabar." Engkau harus memikirkannya seperti ini, lalu berdoa kepada Tuhan dan berkata: "Tuhan, seseorang baru saja menyakiti harga diriku. Aku tidak dapat menerima kehilangan reputasi; aku selalu ingin kehilangan kesabaran dan menyerang mereka. Ini benar-benar suatu pengungkapan kerusakan. Aku dahulu mengira aku memiliki kasih terhadap orang lain, tetapi sekarang kata-kata seseorang telah menusuk hatiku dan aku tidak mampu menghadapinya. Aku ingin menyerang balik. Aku ingin balas dendam. Di mana kasihku? Bukankah ini semua hanya kebencian? Aku masih memiliki rasa benci dalam hatiku! Tuhan, cara Engkau mengasihani kami dan mengampuni kami atas pelanggaran kami adalah cara kami harus mengasihani orang lain. Kami tidak boleh mendendam terhadap orang lain. Tuhan, tolong lindungi aku, jangan biarkan sifat asliku meledak. Aku ingin mematuhi-Mu dan tinggal dalam kasih-Mu. Dalam segala hal yang kami lakukan, kami terlalu sering tidak mematuhi dan melawan Kristus dan Tuhan, tetapi Kristus tetap sabar dengan kami. Tuhan sedang melaksanakan tahap pekerjaan-Nya dengan kesabaran dan kasih sayang yang sangat besar. Berapa besar penderitaan, penghinaan, dan fitnah yang harus ditanggung oleh Kristus? Jika Kristus dapat bersabar, maka kesabaran yang begitu kecil yang harus kami miliki bukanlah apa-apa! Kesabaran kami begitu kurang dibandingkan dengan Kristus..." Saat engkau berdoa seperti ini engkau akan merasa bahwa dirimu terlalu rusak, terlalu tidak berarti, tingkat pertumbuhanmu begitu kurang, dan di saat itulah amarahmu akan dipadamkan. Dengan cara itulah engkau bisa mencapai kesabaran.

Ciri khas ketiga adalah memperlakukan orang dengan jujur. Bersikap jujur kepada orang berarti tidak peduli apa yang kita lakukan, baik itu membantu orang lain atau melayani saudara dan saudari kita atau bersekutu tentang kebenaran, kita harus berbicara dari hati. Selain itu, jika engkau sendiri belum melakukannya, jangan mengkhotbahkannya. Kapan pun saudara dan saudari membutuhkan bantuan kita, kita harus menolong mereka. Tugas apa pun yang harus kita selesaikan, kita harus menyelesaikannya. Jujurlah, jangan bersikap palsu atau berpura-pura. ... Tentu saja, menjadi orang yang jujur membutuhkan sedikit hikmat saat berurusan dengan individu-individu tertentu. Jika engkau melihat bahwa seseorang tidak dapat diandalkan, karena kerusakan mereka terlalu dalam, jika engkau tidak dapat melihat jati diri mereka dan tidak tahu apa yang mungkin akan mereka lakukan, maka engkau harus menggunakan hikmat dan menahan diri agar tidak memberitahukan segala sesuatu kepada mereka. Menjadi orang jujur membutuhkan prinsip. Jangan sembarangan berbicara hal-hal yang seharusnya tidak kalian bicarakan. Selain itu, menjadi orang yang jujur berarti harus berbicara dengan akal sehat dan kesopanan. Sebagian orang bersikeras untuk mengamalkan kejujuran dan membuka hati kepada orang lain tanpa mempertimbangkan betapa sibuknya mereka. Ini bukan pengamalan menjadi orang yang jujur. Bukankah ini bertindak bodoh? Menjadi orang yang jujur berarti tidak bersikap tolol. Menjadi orang yang jujur artinya bersikap pintar, sederhana dan terbuka, dan tidak penuh tipu daya. Engkau harus bersikap sopan dan berpikiran sehat. Kejujuran dibangun di atas landasan akal sehat. Inilah arti dari kejujuran saat berurusan dengan orang-orang, dan menjadi orang yang jujur. Tentu saja hal yang terpenting dari menjadi orang jujur adalah jujur kepada Tuhan. Bukankah itu masalah besar jika engkau hanya jujur di depan orang lain tetapi tidak jujur di hadapan Tuhan dan menipu Dia? Jika engkau berusaha menjadi orang yang jujur di hadapan Tuhan, maka engkau secara alamiah akan jujur di hadapan orang lain. Kalau engkau tidak dapat melakukannya di hadapan Tuhan, maka engkau benar-benar tidak bisa melakukannya di hadapan orang lain. Tidak peduli aspek kebenaran atau hal positif apa yang engkau masuki, engkau harus terlebih dahulu melakukannya di hadapan Tuhan. Begitu engkau meraih hasil di hadapan Tuhan, engkau secara alamiah akan dapat menghidupinya di depan orang lain. Jangan memaksakan dirimu sendiri melakukan hal ini itu di hadapan orang lain namun kemudian melakukan apa saja yang engkau mau di hadapan Tuhan. Itu tidak akan berhasil. Hal yang terpenting adalah melakukannya di hadapan Tuhan, yang menguji umat manusia dan memeriksa hati mereka. Jika engkau dapat lulus ujian ini di hadapan Tuhan, engkau benar-benar memiliki kenyataan. Jika engkau tidak dapat lulus ujian ini di hadapan Tuhan, engkau tidak memiliki kenyataan—inilah prinsip pengamalan kebenaran.

Ciri khas keempat adalah memiliki hikmat dalam berinteraksi. Beberapa orang berkata: "Apakah hikmat diperlukan untuk akur dengan saudara saudari?" Ya, perlu, karena menerapkan hikmat bahkan lebih bermanfaat bagi saudara saudarimu. Beberapa orang akan bertanya: "Bukankah menerapkan hikmat terhadap saudara saudarimu itu berarti licik?" Hikmat bukanlah kelicikan. Justru kebalikannya. Menggunakan hikmat berarti memperhatikan cara engkau berbicara kepada saudara dan saudari ketika tingkat pertumbuhan mereka rendah, kalau-kalau mereka tidak dapat menerima apa yang engkau katakan. Juga, bagi orang-orang bertingkat pertumbuhan rendah, terutama mereka yang tidak memiliki kebenaran dan yang menunjukkan kerusakan dan yang memiliki beberapa watak yang rusak, jika engkau terlalu sederhana dan terbuka dan menceritakan segalanya kepada mereka, mereka dapat dengan mudah memerasmu atau memanfaatkanmu. Jadi, engkau harus sedikit banyak berhati-hati dan memiliki sedikit teknik berbicara. Kendati demikian, berhati-hati terhadap orang lain tidak berarti engkau tidak menolong mereka atau tidak mengasihi mereka, melainkan hanya berarti bahwa engkau tidak begitu saja menceritakan beberapa hal penting tentang rumah tangga Tuhan kepada mereka, dan cukup beritahu mereka tentang kebenaran. Jika mereka membutuhkan bantuan rohani dalam hidup, jika mereka memerlukan asupan kebenaran, kita harus mengerahkan seluruh kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka. Tetapi jika mereka bertanya ini itu tentang rumah tangga Tuhan, atau tentang para pemimpin dan pekerja, engkau tidak perlu memberi tahu mereka. Kalau diberi tahu, mereka kemungkinan akan membocorkan informasi ini dan pekerjaan rumah tangga Tuhan akan terpengaruh olehnya. Dengan kata lain, jika ada sesuatu yang seharusnya tidak boleh diketahui atau tidak perlu diketahui oleh mereka, jangan biarkan mereka mengetahuinya. Jika itu sesuatu yang harus mereka ketahui, lakukanlah segala upaya agar mereka mengetahuinya, secara konkrit dan seutuhnya. Jadi hal-hal apa saja yang harus mereka ketahui? Pengejaran akan kebenaran adalah hal yang harus mereka ketahui; kebenaran apa saja yang harus menjadi bekal mereka, aspek kebenaran apa yang harus mereka pahami, tugas-tugas apa yang harus mereka penuhi, tugas-tugas apa yang cocok untuk mereka penuhi, bagaimana mereka harus memenuhi tugas-tugas itu, bagaimana cara hidup seperti manusia normal, bagaimana cara menjalani kehidupan gereja—semua ini harus diketahui oleh orang-orang. Akan tetapi, aturan dan prinsip rumah tangga Tuhan, pekerjaan gereja, dan situasi saudara saudarimu tidak boleh diungkapkan kepada orang luar atau orang yang tidak percaya di keluargamu. Inilah prinsip yang harus dipatuhi saat kita menggunakan hikmat. Misalnya, engkau tidak boleh membicarakan tentang nama-nama para pemimpinmu atau tempat tinggal mereka. Jika engkau sampai berbicara mengenai hal-hal ini, engkau tidak pernah tahu kapan informasi ini sampai ke telinga orang yang tidak percaya, dan dapat menjadi masalah besar jika informasi itu diteruskan ke mata-mata atau agen rahasia yang jahat. Ini membutuhkan hikmat, dan inilah sebabnya Aku mengatakan bahwa memiliki hikmat itu penting. Selain itu, saat bersikap sederhana dan terbuka, ada hal-hal pribadi tertentu yang tidak dapat engkau ceritakan kepada siapa pun begitu saja. Engkau harus menilai tingkat pertumbuhan saudara dan saudarimu untuk melihat apakah mereka akan bersikap buruk dan bergurau tentang apa yang engkau katakan, menimbulkan masalah bagimu setelah informasi itu tersebar keluar, mencemarkan integritasmu. Inilah sebabnya, bersikap sederhana dan terbuka juga memerlukan hikmat. Itulah standar keempat yang wajib dimiliki manusia normal—memiliki hikmat dalam berinteraksi.

Ciri khas kelima adalah memiliki kasih yang tulus akan saudara saudari yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Ini melibatkan kepedulian, bantuan nyata, dan semangat pelayanan. Kita terutama harus bersekutu lebih banyak dengan saudara saudari yang mengejar kebenaran, memberi mereka lebih banyak pembekalan. Tidak masalah apakah mereka orang yang baru percaya atau telah percaya selama beberapa tahun. Ada satu prinsip khusus tentang kehidupan gereja: berilah perhatian khusus kepada mereka yang mengejar kebenaran. Bersekutulah lebih banyak dengan mereka, beri mereka lebih banyak pembekalan, dan sirami mereka lebih banyak agar mereka dapat terbantu secepat mungkin, agar mereka dapat bertumbuh dalam kehidupan mereka sesegera mungkin. Bagi mereka yang tidak mengejar kebenaran, jika mereka jelas-jelas tidak mengasihi kebenaran setelah disirami selama beberapa waktu, maka tidak perlu mengorbankan terlalu banyak upaya bagi mereka. Itu tidak perlu, karena engkau telah melakukan semua yang engkau bisa lakukan sebagai manusia. Sudah cukup bahwa engkau telah menunaikan tanggung jawabmu. ... Engkau harus melihat siapa yang harus menjadi fokus pekerjaanmu. Akankah Tuhan menyempurnakan mereka yang tidak mengejar kebenaran? Jika Roh Kudus pun tidak mau, lalu mengapa orang terus gigih melakukannya? Engkau tidak memahami pekerjaan Roh Kudus tetapi selalu bersikap sombong—bukankah itu kebodohan dan ketololan manusiawimu sendiri? Jadi, berikan lebih banyak bantuan kepada saudara saudari yang benar-benar mengejar kebenaran, karena merekalah sasaran keselamatan dari Tuhan dan orang-orang pilihan-Nya yang telah ditakdirkan sebelumnya. Jika kita sering mempersekutukan kebenaran kepada orang-orang ini dengan satu hati dan pikiran dan dukungan dan memberikan pemeliharaan kepada satu sama lain, pada akhirnya kita semua akan memperoleh keselamatan. Engkau mengkhianati kehendak Tuhan jika tidak bergabung dengan orang-orang ini. ... Orang-orang di dalam gereja yang memiliki kemanusiaan yang normal harus menempatkan diri mereka di antara orang-orang yang mengejar kebenaran, berinteraksi harmonis dengan mereka dan, melalui pengejaran akan kebenaran, sedikit demi sedikit bersama-sama mengorbankan diri mereka kepada Tuhan dengan satu hati dan pikiran. Dengan demikian, mereka yang mengejar kebenaran akan diselamatkan dan engkau juga akan diselamatkan, karena Roh Kudus bekerja di antara mereka yang mengejar kebenaran. ...

Persekutuan yang baru saja kita bahas membicarakan kelima aspek yang harus lengkap tersedia dalam kemanusiaan yang normal. Jika engkau memiliki kelima ciri khas tersebut, engkau akan dapat berinteraksi harmonis dengan saudara saudarimu, menemukan tempatmu dalam gereja, dan menunaikan tugasmu sebaik mungkin.

—Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan

Sebelumnya: 3. Dalam Kepercayaanmu kepada Tuhan, Engkau Harus Membangun Hubungan yang Normal Dengan Tuhan

Selanjutnya: 5. Iman kepada Tuhan Seharusnya Bukan Hanya untuk Mencari Kedamaian dan Berkat

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini