5. Cara agar orang dapat melaksanakan tugas mereka dengan memadai

Firman Tuhan yang Relevan:

Dalam frasa "pelaksanaan tugas yang memadai", penekanannya ada pada kata "memadai". Jadi, bagaimana seharusnya kata "memadai" didefinisikan? Dalam hal ini pun, ada kebenaran untuk dicari. Apakah memadai berarti sekadar melakukan pekerjaan yang lumayan? Untuk detail yang spesifik tentang bagaimana memahami dan memandang kata "memadai", engkau harus memahami banyak kebenaran dan mempersekutukan kebenaran lebih banyak. Dalam melaksanakan tugasmu, engkau harus memahami kebenaran dan prinsip-prinsipnya; baru setelah itulah engkau dapat mencapai pelaksanaan tugas yang memadai. Mengapa orang harus melaksanakan tugas mereka? Begitu mereka percaya kepada Tuhan dan telah menerima amanat-Nya, orang memiliki bagian tanggung jawab dan kewajiban mereka dalam pekerjaan rumah Tuhan dan di tempat pekerjaan Tuhan, dan, kemudian, oleh karena tanggung jawab dan kewajiban ini, mereka telah menjadi bagian dalam pekerjaan Tuhan—bagian dari objek pekerjaan-Nya dan bagian dari objek penyelamatan-Nya. Jadi, ada hubungan yang sangat substansial antara keselamatan orang dan bagaimana mereka memenuhi tugas mereka, apakah mereka dapat melakukannya dengan baik atau tidak, dan apakah mereka dapat melakukannya secara memadai atau tidak. Karena engkau telah menjadi bagian dari rumah Tuhan dan menerima amanat-Nya, engkau sekarang memiliki tugas. Bukanlah terserah padamu mengenai bagaimana engkau harus memenuhi tugas ini; itu terserah pada Tuhan, dan itu ditentukan oleh standar kebenaran. Oleh karena itu, orang harus memahami dan jelas tentang bagaimana segala sesuatu diukur oleh Tuhan—ini adalah hal yang bermanfaat untuk dicari. Dalam pekerjaan Tuhan, orang yang berbeda menerima tugas yang berbeda. Artinya, orang menerima tugas yang bervariasi tergantung pada karunia, kualitas, usia, kondisi, dan zaman mereka. Apa pun tugas yang diberikan kepadamu, dan pada zaman atau keadaan apa pun engkau menerimanya, tugas tetaplah tugas; tugas bukanlah sesuatu yang dikelola seseorang. Akhirnya, standar yang Tuhan tuntut darimu adalah melaksanakan tugasmu secara memadai. Bagaimana seharusnya frasa "secara memadai" dijelaskan? Itu berarti engkau harus memenuhi tuntutan Tuhan dan memuaskan Dia, dan pekerjaanmu harus disebut memadai oleh Tuhan dan diberi anggukan persetujuan-Nya; baru setelah itulah engkau telah memenuhi tugasmu secara memadai. Jika Tuhan berkata bahwa pekerjaanmu tidak memadai, berarti engkau belum memenuhi tugasmu dengan baik. Meskipun engkau mungkin melakukan tugasmu dan Dia mengakui bahwa engkau telah melakukannya, jika engkau tidak melakukannya secara memadai, lalu apa konsekuensinya? Dalam kasus yang parah, harapan orang untuk memperoleh keselamatan mungkin hilang dan pupus; dalam kasus yang tidak terlalu parah, mereka mungkin dicabut dari haknya untuk melaksanakan tugas. Setelah dicabut dari hak semacam itu, sebagian orang dikesampingkan, di mana setelah itu mereka diurus dan diatur secara terpisah. Apakah diurus dan diatur secara terpisah berarti mereka disingkirkan? Belum tentu; Tuhan akan menunggu dan melihat bagaimana orang-orang ini bertindak. Jadi, bagaimana orang melaksanakan tugasnya sangatlah penting. Orang harus memperlakukan tugasnya dengan kebijaksanaan dan menganggapnya serius, dan menganggap tugasnya itu sebagai hal yang sangat penting dalam jalan masuk kehidupan mereka dan dalam memperoleh keselamatan mereka; mereka tidak boleh memperlakukan tugasnya dengan sembarangan.

Dikutip dari "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan harus memahami kehendak-Nya. Hanya mereka yang memenuhi tugasnya dengan benar yang dapat memuaskan Tuhan, dan hanya dengan menyelesaikan tugas yang Dia percayakan kepada mereka, mereka akan dapat memenuhi tugas mereka sesuai standar. Ada standar untuk pelaksanaan amanat Tuhan. Tuhan Yesus berkata: "Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu." Mengasihi Tuhan adalah salah satu aspek dari apa yang Tuhan tuntut dari manusia. Sebenarnya, jika Tuhan memberi amanat kepada manusia, ketika mereka melakukan tugas mereka dari iman mereka, standar yang Dia tuntut dari mereka adalah ini: dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap kekuatanmu. Jika engkau hadir tetapi hatimu tidak, jika engkau memikirkan tugas dengan kepalamu dan menyimpannya dalam ingatan, tetapi engkau tidak mencurahkan hatimu ke dalamnya, dan jika engkau mencapai segala hal menggunakan kemampuanmu sendiri, apakah itu menyelesaikan amanat Tuhan? Jadi, standar apa yang harus dicapai untuk melakukan tugasmu dengan benar dan mencapai apa yang dipercayakan Tuhan kepadamu, dan untuk menjalankan tugasmu dengan setia? Standarnya adalah melakukan tugasmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap pikiran, dengan segenap kekuatanmu. Jika engkau tidak memiliki hati yang mengasihi Tuhan, upayamu untuk memenuhi tugasmu dengan benar tidak akan berhasil. Jika kasihmu kepada Tuhan bertumbuh semakin kuat dan semakin murni, engkau tentu saja akan mampu melakukan tugasmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.

Dikutip dari "Selama Ini Apa yang Sebenarnya Manusia Andalkan untuk Hidup" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Tugas apa pun yang engkau penuhi, engkau harus selalu berusaha memahami kehendak Tuhan dan mengerti tuntutan Tuhan sehubungan dengan tugasmu; dan baru pada saat itulah engkau akan mampu menangani masalah-masalah dengan cara yang berprinsip. Dalam melaksanakan tugasmu, engkau sama sekali tidak boleh melakukannya berdasarkan pilihan pribadimu, dengan sekadar melakukan apa pun yang ingin engkau lakukan, apa pun yang membuatmu merasa suka dan nyaman melakukannya, atau apa pun yang dapat membuatmu terlihat baik. Jika engkau memaksakan pilihan pribadimu kepada Tuhan atau menerapkannya seakan-akan itu adalah kebenaran, dengan menaatinya seolah-olah itu adalah kebenaran prinsip, itu bukanlah melaksanakan tugasmu, dan melakukan tugasmu dengan cara ini tidak akan diingat oleh Tuhan. Beberapa orang tidak memahami kebenaran, dan mereka tidak tahu apa arti memenuhi tugas mereka dengan baik. Mereka merasa karena mereka telah berusaha dengan sepenuh hati dan dengan segenap kekuatan mereka, meninggalkan daging mereka dan menderita, maka memenuhi tugas mereka seharusnya memenuhi standar—lalu, mengapa Tuhan selalu tidak puas? Di mana letak kesalahan orang-orang ini? Kesalahan mereka adalah tidak mencari kehendak Tuhan, dan sebaliknya bertindak menurut gagasan mereka sendiri; mereka menganggap keinginan, pilihan, dan niat egois mereka sendiri sebagai kebenaran, dan mereka menganggap semua itu seolah-olah apa yang Tuhan sukai, seolah-olah semua itu adalah standar dan tuntutan-Nya. Mereka memandang hal-hal yang mereka yakini sebagai hal yang benar, baik, dan indah, sebagai kebenaran; ini keliru. Bahkan, meskipun orang-orang mungkin berpikir bahwa sesuatu itu benar dan bahwa itu sesuai dengan kebenaran, itu tidak selalu berarti bahwa itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Semakin orang-orang berpikir bahwa sesuatu itu benar, semakin mereka seharusnya berhati-hati dan semakin mereka harus mencari kebenaran untuk memahami apakah yang sedang mereka pikirkan sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika ternyata hal itu bertentangan dengan tuntutan-Nya dan bertentangan dengan firman-Nya, artinya hal itu tidak dapat diterima bahkan jika engkau berpikir bahwa hal itu benar, itu hanyalah pemikiran manusia, dan itu tidak selalu sesuai dengan kebenaran sebenar apa pun itu menurutmu. Penetapanmu tentang yang benar dan yang salah harus semata-mata didasarkan pada firman Tuhan, dan sebenar apa pun sesuatu menurutmu, kalau tidak ada dasar untuk itu dalam firman Tuhan, engkau harus membuangnya. Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah amanat yang dipercayakan oleh Tuhan kepada manusia. Jadi, bagaimana caramu menunaikan tugasmu? Dengan bertindak sesuai dengan tuntutan dan standar Tuhan, serta dengan mendasarkan perilakumu pada kebenaran prinsip-prinsip dan bukannya pada keinginan manusia yang subjektif. Dengan demikian, pelaksanaan tugasmu akan sesuai dengan standar.

Dikutip dari "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugas Mereka dengan Baik" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Ketika memenuhi tugasmu, engkau harus selalu memeriksa dirimu sendiri untuk memahami apakah engkau melakukan tugas itu sesuai dengan prinsip, apakah pelaksanaan tugasmu memenuhi standar, apakah engkau hanya melakukannya secara asal-asalan atau tidak, apakah engkau telah mencoba untuk mengelakkan tanggung jawabmu, dan apakah ada masalah dengan sikap dan cara berpikirmu. Setelah engkau merenungkan diri dan perkara-perkara ini menjadi jelas bagimu, engkau akan lebih mudah memenuhi tugasmu. Apa pun yang engkau hadapi sementara melaksanakan tugasmu—sikap negatif dan kelemahan, atau berada dalam suasana hati yang buruk setelah ditangani—engkau harus memperlakukannya dengan benar, dan engkau juga harus mencari kebenaran dan memahami kehendak Tuhan. Dengan melakukan hal-hal ini, engkau akan memiliki jalan penerapan. Jika engkau ingin melakukan pekerjaan yang baik dalam memenuhi tugasmu, engkau tidak boleh terpengaruh oleh suasana hatimu. Betapapun negatif atau lemahnya perasaanmu, engkau harus menerapkan kebenaran dalam segala hal yang kaulakukan, dengan sangat ketat, dan berpegang teguh pada prinsip. Jika engkau melakukan hal ini, orang lain tidak saja akan memiliki pendapat yang baik tentang dirimu, tetapi Tuhan juga akan menyukaimu. Dengan demikian, engkau akan menjadi orang yang bertanggung jawab dan yang mampu menerima tanggung jawab; engkau akan menjadi orang yang sungguh-sungguh baik, yang benar-benar memenuhi tugasmu hingga memenuhi standar dan sepenuhnya hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Orang-orang seperti itu disucikan dan mencapai perubahan nyata tatkala memenuhi tugas mereka, dan dapat dikatakan bahwa mereka itu jujur di mata Tuhan. Hanya orang-orang jujur yang dapat bertekun dalam menerapkan kebenaran dan berhasil dalam bertindak dengan berprinsip, dan mampu melaksanakan tugas mereka sesuai standar. Orang-orang yang bertindak dengan berprinsip memenuhi tugas mereka secara cermat ketika suasana hati mereka baik; mereka tidak bekerja secara asal-asalan, mereka tidak congkak dan mereka tidak memamerkan diri mereka sendiri untuk membuat orang lain mengagumi mereka. Namun, ketika suasana hati mereka sedang buruk, mereka tetap menyelesaikan tugas sehari-hari mereka dengan kesungguhan dan tanggung jawab yang sama besarnya, dan bahkan jika mereka menghadapi sesuatu yang mengganggu pemenuhan tugas mereka, atau yang memberi sedikit tekanan pada mereka atau yang menyebabkan gangguan sementara mereka melakukan tugas, mereka tetap mampu menenangkan hati mereka di hadapan Tuhan dan berdoa, seraya mengatakan, "Sebesar apa pun masalah yang kuhadapi—bahkan jika langit runtuh—selama Tuhan memperkenankan aku untuk tetap melanjutkan kehidupan, aku bertekad melakukan yang terbaik untuk memenuhi tugasku. Setiap hari aku diperkenankan untuk hidup merupakan saat aku akan bekerja keras dalam melaksanakan tugasku sehingga aku layak bagi tugas yang dilimpahkan Tuhan kepadaku, dan atas napas yang telah Dia embuskan ke dalam tubuhku. Sebesar apa pun kesulitan yang mungkin akan kuhadapi, aku akan mengesampingkan semuanya, karena memenuhi tugasku adalah hal yang terpenting!" Manusia yang tidak terpengaruh oleh siapa pun, peristiwa, hal, atau lingkungan apa pun, yang tidak dikendalikan oleh suasana hati atau keadaan luar seperti apa pun, dan yang menempatkan tugas dan amanat yang Tuhan telah percayakan kepada mereka sebagai yang pertama dan terutama—merekalah orang-orang yang setia kepada Tuhan dan yang benar-benar tunduk kepada-Nya. Orang-orang seperti ini telah mendapatkan jalan masuk kehidupan dan telah memasuki kebenaran kenyataan. Inilah salah satu pengungkapan yang paling nyata dan sejati dari hidup dalam kebenaran.

Dikutip dari "Jalan Masuk Kehidupan Harus Dimulai dengan Orang Memiliki Pengalaman Melakukan Tugasnya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Pelaksanaan tugas yang sembrono dan asal-asalan adalah masalah yang jelas dan umum terjadi, tetapi yang susah dihilangkan dan sulit diselesaikan. Belajarlah terlebih dahulu untuk bersikap serius, teliti, bertanggung jawab, bersungguh-sungguh, dan rendah hati dalam tindakanmu, lalu dengan perlahan dan mantap selesaikan tugasmu. Pilihanmu adalah tidak melakukan apa pun atau melakukan tugasmu dengan baik sampai engkau puas dengannya dan hasilnya cukup ideal. Akan lebih baik jika engkau dapat mencari prinsip-prinsip dalam melaksanakan tugas dan melakukannya sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut. Meskipun ini mungkin membutuhkan lebih banyak upaya, dan engkau mungkin melewatkan waktu makan atau rekreasi tertentu, tetaplah lakukan tugas itu dengan baik, tidak dengan sikap sembrono atau asal-asalan—dan jika engkau tidak memahami tugas tersebut, jangan berpura-pura memahaminya, tetapi lakukanlah tugas itu sejauh pemahamanmu. Apakah kesembronoan dan sikap yang asal-asalan mudah diselesaikan? Setiap hari, sebelum engkau menjalankan tugasmu, berdoalah kepada Tuhan. Katakan: "Tuhan, aku akan memulai tugasku. Jika aku bersikap sembrono dan asal-asalan, kumohon agar Engkau mendisiplinkanku dan menegurku di dalam hatiku. Aku juga meminta agar Engkau menuntunku untuk melaksanakan tugasku dengan baik dan tidak bersikap sembrono dan asal-asalan." Berlatihlah dengan cara ini setiap hari dan perhatikanlah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tentang melakukan tugasmu dengan sikap sembrono dan asal-asalan, berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum engkau makin jarang bersikap sembrono dan asal-asalan dalam menjalankan tugasmu, melakukannya dengan makin sedikit pemalsuan, dan dengan hasil nyata yang makin baik, serta dengan efisiensi yang makin tinggi. Untuk bisa melakukan tugasmu tanpa bersikap sembrono atau asal-asalan—dapatkah engkau melakukannya sendiri? Apakah itu sesuatu yang mampu kaukendalikan sendiri? (Itu tidak mudah dikendalikan.) Itu sulit. Jika itu benar-benar sulit untuk dikendalikan, berarti masalahmu memang sangat besar! Lantas, apa yang dapat kaulakukan agar tidak bersikap sembrono atau asal-asalan? Makan? Bermain? Mengenakan pakaian dan merias wajah? Ketika beberapa wanita merias diri, mereka tidak melewatkan satu rambut pun di alis atau di kepala mereka. Jika saja engkau semua bertindak dengan sikap teliti seperti itu, engkau pasti juga tidak bisa bersikap sembrono atau asal-asalan. Selesaikan dulu masalah kesembronoan dan sikap asal-asalan, lalu selesaikan masalah tentang bertindak sesuai dengan keinginanmu sendiri. Sudah menjadi hal yang biasa orang bertindak menurut kemauan dirinya sendiri, dan hal itu juga mudah dikenali dalam dirinya sendiri. Terkadang, hanya dengan pemeriksaan yang cepat terhadap pikiran dan pemikiranmu, engkau akan dapat mengenalinya dan berkata: "Apa yang kulakukan sesuai dengan keinginanku sendiri. Aku tahu bagaimana aku seharusnya melakukannya, yakni berdasarkan prinsip, tetapi aku tidak melakukannya." Bukankah ini hal yang mudah untuk dikenali? (Ya.) Maka masalah itu seharusnya bisa diselesaikan. Mulailah terlebih dahulu pada dua masalah ini, yang pertama adalah menyelesaikan masalah kesembronoan dan sikap asal-asalan dan yang kedua adalah menyelesaikan masalah bertindak sesuai dengan keinginanmu sendiri. Berjuanglah, dalam satu atau dua tahun, untuk tidak bersikap sembrono atau asal-asalan, ataupun bertindak sesuai dengan keinginanmu sendiri—tanpa pemalsuan dari keinginan pribadimu—dalam apa pun yang kaulakukan. Setelah kedua masalah ini diselesaikan, engkau semua akan semakin dapat melakukan tugasmu dengan memuaskan. Dan jika engkau semua tidak dapat menyelesaikan kedua masalah ini, berarti engkau semua masih jauh dari menaati Tuhan atau memperhatikan kehendak-Nya. Engkau baru memahaminya sedikit saja.

Dikutip dari "Mengenali Para Pemimpin Palsu (5)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Apa pun jenis tugas yang kaulaksanakan atau keterampilan profesional apa pun yang kaupelajari, engkau akan menjadi semakin baik dalam hal tersebut seiring berjalannya waktu. Jika engkau terus berusaha meningkatkan diri, engkau akan menjadi semakin lebih baik. Jika engkau tidak menganggap apa pun dengan serius, hal-hal yang telah kaupelajari pun tidak akan berguna. Jika engkau bahkan tidak menganggap serius hal-hal yang dapat kaugunakan dan sama sekali tidak tahu bagaimana hasilnya, dan tak seorang pun di sana yang mengerti untuk membimbingmu, engkau tidak akan pernah membuat kemajuan apa pun, dan keterampilan yang telah kaupelajari akan sia-sia. Dalam mempelajari apa pun, adalah mudah untuk mempelajari teorinya, tetapi tidak mudah untuk mempraktikkannya. Jika engkau ingin meningkatkan teori menjadi praktik, dan kemudian melangkah lebih tinggi dengan memperoleh sesuatu dari dasar penerapan, mengambil keuntungan yang lebih besar dari kekuatanmu, atau menerapkan apa yang telah kaupelajari dalam praktik dan memperoleh hasil, apa yang harus kaulakukan? Engkau harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mempelajari keterampilan profesional dan mencari segala jenis materi tentang hal-hal itu; dalam semua aspeknya, engkau harus terus-menerus belajar, terus-menerus mencari, terus-menerus menyokong kelemahanmu dengan kekuatan orang lain, mempelajari apa yang harus dan seharusnya kaupelajari dari orang lain. Dengan cara ini, keterampilan profesionalmu akan terus-menerus meningkat. Ketika orang lain memberitahumu bagaimana melakukan sesuatu, engkau harus berusaha untuk memahami dan engkau harus memikirkannya. Jika, ketika orang memberitahumu sesuatu, engkau tahu akan apa yang sedang mereka katakan dan mengakui bahwa itu adalah cara yang baik untuk melakukan segala sesuatu, tetapi setelah itu engkau mempertimbangkannya dan berkata kepada dirimu sendiri, "Kurang lebih sama," sikap macam apakah yang kaumiliki? Apakah terhadap keterampilan dan spesialisasi profesional, atau terhadap pengejaranmu akan kebenaran dalam imanmu, sikapmu itu buruk—itu adalah salah satu sikap acuh tak acuh. Watak macam apakah itu? Itu adalah kecongkakan, bukan mencintai hal-hal positif, itu adalah kekerasan. Apakah hal-hal seperti itu terwujud di dalam dirimu? (Ya.) Apakah itu terwujud sering, sesekali, atau hanya dalam hal-hal tertentu? (Sering.) Sikap engkau semua terhadap mengakui watak semacam ini sangat tulus dan jujur, tetapi pengakuan belaka tidaklah cukup; jika engkau tidak melakukan apa pun selain mengakuinya, perubahan tidak mungkin terjadi. Jadi, bagaimana engkau bisa berubah? Ketika watak congkak tersingkap dalam diri orang, dan sikap orang adalah sikap acuh tak acuh, meremehkan, dan kecerobohan, mereka harus memastikan segera datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, membiarkan diri mereka ditangani dan didisiplinkan oleh Tuhan, menerima pemeriksaan Tuhan serta pendisiplinan Tuhan; terlebih lagi, mereka harus mengenali bagaimana aspek dari watak mereka ini muncul dan bagaimana hal itu dapat diubah. Tujuan dari pengetahuan adalah perubahan. Lantas, bagaimana perubahan seperti itu bisa dicapai? Apa yang seharusnya menjadi langkah pertama? Orang harus berdoa terlebih dahulu, pertama-tama datang ke hadapan Tuhan, menerima pemeriksaan Tuhan, dan menerima pendisiplinan-Nya, di mana setelah itu mereka harus bekerja sama secara aktif. Bagaimana seharusnya mereka bekerja sama? Ketika mereka melaksanakan tugas mereka, segera setelah mereka mendapati diri mereka berpikir "kurang lebih sama", mereka harus mengoreksi diri mereka sendiri dan tidak berpikir seperti itu. Ketika watak congkak muncul, di dalam hatimu, engkau harus merasakan teguran—teguran dan didikan Tuhan; engkau harus segera berbalik: "Baru saja aku salah. Sekali lagi, aku hampir saja akan mengungkapkan watak jahat yang rusak; diperintah oleh watak jahat; membiarkan Iblis menguasai; bersikap acuh tak acuh. Aku harus didisiplinkan!" Jika engkau merasa tertuduh, engkau harus mengakui dosa-dosamu di hadapan Tuhan dan berbalik. Bagaimana seharusnya engkau mengakui dosamu? Tidak perlu bersikap serius dan berlutut, bersujud, dan berdoa kepada Tuhan. Hal itu tidak perlu dilakukan. Engkau berkomunikasi dengan Tuhan di dalam hatimu, berkata, "Tuhan, aku salah, aku hampir saja akan bersikap sembrono dan acuh tak acuh lagi. Kumohon kepada-Mu untuk mengawasiku; aku tidak ingin watakku yang rusak menguasai batinku atau mengaturku sepenuhnya. Aku ingin diperintah oleh Tuhan, dan aku ingin melakukan penerapan sesuai dengan kebenaran. Kumohon agar Engkau mengawasiku." Saat engkau berdoa seperti ini, keadaan di dalam dirimu akan berubah. Apa tujuan mengubah keadaanmu? Ini dimaksudkan untuk memungkinkanmu untuk berbalik dengan sukses, untuk memungkinkanmu menjadi setia, taat, dan menerima teguran dan pendisiplinan Tuhan tanpa kompromi. Beginilah caramu berbalik. Ketika engkau hampir saja bersikap acuh tak acuh lagi, ketika engkau kembali ingin menganggap enteng tugasmu, engkau akan segera dapat berbalik karena pendisiplinan dan teguran Tuhan—dan tidakkah dengan demikian engkau akan diselamatkan dari kelalaianmu? Tidakkah pelanggaranmu akan ditebus? Apakah ini sesuatu yang baik atau buruk? Ini adalah hal yang baik.

Terkadang, setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, engkau merasa sedikit tidak nyaman di dalam hatimu. Jika diamati lebih saksama, engkau mendapati bahwa memang ada masalah. Itu harus diperbaiki, di mana setelah itu engkau akan merasa nyaman. Kegelisahanmu membuktikan bahwa ada masalah yang untuknya perlu kauhabiskan lebih banyak waktu dan yang harus kauperhatikan lebih saksama. Ini adalah sikap yang serius dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas. Ketika orang bisa bersikap serius, bertanggung jawab, setia, dan bekerja keras, pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan baik. Terkadang, engkau tidak memiliki hati yang seperti itu, dan engkau tidak bisa mendapati atau menemukan kesalahan yang jelas seperti terang di siang hari. Jika orang memiliki hati yang seperti itu, dengan dorongan dan bimbingan Roh Kudus, mereka akan dapat mengenali masalahnya. Namun, jika Roh Kudus membimbingmu dan memberimu kesadaran seperti itu, memungkinkanmu untuk merasakan bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi engkau tidak memiliki hati yang seperti itu, engkau pasti tetap tidak mampu mengenali masalah tersebut. Jadi, apa yang ditunjukkan hal ini? Ini menunjukkan bahwa sangat penting agar orang bekerja sama; hati mereka sangat penting, dan ke mana mereka mengarahkan pemikiran dan niat mereka sangatlah penting. Tuhan memeriksa dan dapat melihat apa yang orang pegang di dalam hati mereka saat mereka melaksanakan tugas, dan berapa banyak tenaga yang mereka kerahkan. Sangatlah penting bagi orang untuk berusaha dengan segenap hati dan kekuatan mereka dalam apa yang mereka lakukan. Kerja sama juga merupakan unsur yang sangat penting. Jika orang berusaha untuk tidak menyesali tugas yang telah mereka selesaikan dan hal-hal yang telah mereka lakukan, dan tidak berutang kepada Tuhan, barulah mereka akan bertindak dengan segenap hati dan kekuatan mereka. Jika saat ini engkau tidak memberikan segenap hati dan kekuatanmu, ketika terjadi kesalahan di kemudian hari, dan ada konsekuensinya, bukankah akan terlambat untuk menyesal? Engkau akan selamanya berutang budi; itu akan menjadi noda padamu! Noda dalam pelaksanaan tugas adalah pelanggaran. Oleh karena itu, engkau harus berusaha keras untuk melakukan dengan benar bagian dari hal-hal yang harus dan seharusnya kaulakukan, dengan segenap hati dan kekuatanmu. Hal-hal itu tidak boleh dilakukan secara sembrono atau acuh tak acuh; engkau tidak boleh memiliki penyesalan sedikit pun. Dengan cara ini, tugas yang kaulaksanakan saat ini akan diingat oleh Tuhan. Hal-hal yang diingat oleh Tuhan itu adalah perbuatan baik. Lalu, apakah hal-hal yang tidak diingat? Yang tidak diingat adalah pelanggaran. Orang mungkin tidak menerima bahwa hal-hal itu adalah perbuatan jahat jika hal-hal itu dijelaskan sekarang, tetapi, bila saatnya tiba ketika ada konsekuensi serius terhadap hal-hal ini, dan semua itu menjadi pengaruh negatif, engkau akan merasakan bahwa hal-hal ini bukan hanya pelanggaran perilaku, tetapi perbuatan jahat. Ketika engkau menyadari hal ini, engkau akan menyesal, dan berpikir: aku seharusnya telah melakukan tindakan pencegahan! Dengan pemikiran dan upaya yang sedikit lebih banyak, aku tidak akan mengalami masalah ini. Tidak ada yang akan menghapus noda abadi ini dari hatimu, dan itu akan menyebabkan masalah jika itu membuatmu berada dalam utang yang permanen. Jadi, saat ini, setiap kali engkau melaksanakan tugasmu atau menerima amanat, engkau semua harus berusaha keras untuk melakukannya dengan segenap kekuatan dan segenap hatimu. Engkau harus melakukannya sedemikian rupa sehingga engkau bebas dari rasa bersalah dan penyesalan, sehingga itu diingat oleh Tuhan dan merupakan perbuatan baik. Jangan bertindak sembrono dan acuh tak acuh, dengan satu mata terbuka dan yang lainnya tertutup; engkau akan menyesalinya dan tidak mampu menebus kesalahanmu. Itu akan merupakan pelanggaran, dan akhirnya, di dalam hatimu, akan selalu ada rasa bersalah, rasa berutang, dan tuduhan. Manakah dari kedua jalan ini yang terbaik? Jalan mana yang benar? Melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan kekuatanmu, serta mempersiapkan dan mengumpulkan perbuatan baik, tanpa penyesalan apa pun. Jangan biarkan pelanggaranmu menumpuk, menyesalinya, dan terjerat utang. Apa yang terjadi jika orang telah melakukan terlalu banyak pelanggaran? Pelanggaran itu menambah kemarahan Tuhan pada mereka di hadapan-Nya! Jika engkau semakin melanggar, dan murka Tuhan terhadapmu semakin bertambah besar, maka, akhirnya, engkau akan dihukum.

Dikutip dari "Bagaimana Mengatasi Masalah Mengenai Bersikap Sembrono dan Acuh Tak Acuh Saat Melaksanakan Tugasmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Ketika orang melaksanakan tugas mereka, mereka sebenarnya melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Namun, jika engkau melakukannya di hadapan Tuhan, jika engkau melaksanakan tugasmu dengan sikap yang jujur dan dengan hatimu, bukankah sikap ini jauh lebih tepat? Jadi, bagaimana seharusnya engkau menerapkan sikap ini dalam kehidupanmu sehari-hari? Engkau harus membuat "menyembah Tuhan dengan hati dan kejujuran" menjadi kenyataanmu. Setiap kali engkau ingin kendur dan hanya bertindak secara asal-asalan, setiap kali engkau ingin malas, dan setiap kali engkau membiarkan perhatianmu terbagi dan hanya ingin bersenang-senang, engkau harus pikirkan hal ini baik-baik: dengan berperilaku seperti ini, apakah aku tidak dapat dipercaya? Apakah aku sedang bersikap sepenuh hati dalam melakukan tugasku? Apakah aku sedang bersikap tidak setia dengan melakukan hal ini? Dengan melakukan hal ini, apakah aku gagal untuk hidup sesuai dengan kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepadaku? Beginilah caranya engkau harus merenungkan dirimu sendiri. Engkau harus berpikir, "Aku belum menganggap serius masalah ini. Sebelum ini, aku merasa ada masalah, tetapi aku tidak menganggapnya serius; aku hanya mengabaikannya dengan ceroboh. Sekarang masalah ini masih belum terselesaikan. Orang macam apa aku ini?" Engkau akan dapat mengenali masalahnya serta sedikit mengenali dirimu sendiri. Haruskah engkau berhenti ketika engkau hanya memiliki sedikit pengenalan? Apakah masalahnya telah selesai begitu engkau mengakui dosa-dosamu? Engkau harus bertobat dan berbalik! Sebelumnya, engkau memiliki sikap dan mentalitas yang salah terhadap pelaksanaan tugasmu, hatimu tidak ada di dalamnya dan engkau tidak pernah melakukan hal-hal yang benar. Saat ini, engkau harus mengatur sikapmu untuk melaksanakan tugasmu dengan benar, engkau harus berdoa di hadapan Tuhan, dan jika engkau kembali memiliki pemikiran dan sikapmu yang sebelumnya, engkau harus meminta Tuhan untuk mendisiplinkan dan mendidikmu. Cepatlah kenali area-area di mana engkau dahulu bersikap sembrono dan asal-asalan. Pikirkan tentang bagaimana engkau dapat memperbaikinya, dan setelah memperbaikinya, carilah lagi dan berdoa, dan kemudian tanyakanlah kepada saudara-saudarimu apakah mereka memiliki saran dan rekomendasi apa pun yang lebih baik sampai semua orang setuju bahwa engkau telah melakukan hal yang benar. Hanya dengan begitulah engkau akan dikonfirmasi. Engkau akan merasa bahwa kali ini, engkau telah melaksanakan tugasmu sesuai standar dan melakukan yang terbaik, serta mengerahkan segenap hatimu ke dalamnya dan memberikan segalanya; engkau akan merasa bahwa engkau telah melakukan semua yang dapat kaulakukan, bebas dari penyesalan. Ketika memberi pertanggungjawaban di hadapan Tuhan, hati nuranimu akan menjadi jelas, dan engkau akan berkata, "Meskipun Tuhan hanya memberi nilai 60% untuk tugasku, aku mengerahkan segenap kekuatanku ke dalamnya, aku mengerahkan segenap hatiku ke dalamnya, aku tidak malas, aku tidak mencoba bertindak dengan cara yang licin, dan aku tidak menahan apa pun." Bukankah ini berarti mengambil kenyataan mengerahkan segenap hatimu, segenap pikiranmu, dan segenap kekuatanmu ke dalam tugasmu dan menerapkannya dalam kehidupanmu sehari-hari? Bukankah ini arti hidup dalam kenyataan kebenaran? Dan apa yang kaurasakan di dalam hatimu saat engkau hidup dalam kenyataan ini? Bukankah engkau merasa sepertinya engkau sedang menjalani hidup yang serupa dengan manusia dan tidak lagi seperti mayat hidup?

Dikutip dari "Hanya dengan Sering Merenungkan Kebenaran Engkau Dapat Memiliki Jalan untuk Maju" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Mereka yang mampu menerapkan kebenaran dapat menerima pemeriksaan Tuhan ketika melakukan segala sesuatu. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu menjadi lurus. Jika engkau hanya melakukan hal-hal agar dilihat orang lain, dan tidak menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam ini tidak menghormati Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, gengsi, atau reputasimu sendiri. Juga jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah berusaha sekuatmu untuk setia, melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika kualitasmu buruk, pengalamanmu dangkal, atau engkau tidak cakap dalam pekerjaanmu, berarti mungkin ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam pekerjaanmu, dan hasilnya mungkin tidak terlalu baik—tetapi engkau telah mengerahkan upayamu yang terbaik. Ketika engkau tidak memikirkan keinginanmu sendiri yang egois atau mempertimbangkan kepentinganmu sendiri dalam hal-hal yang kaulakukan, dan sebaliknya terus-menerus mempertimbangkan pekerjaan rumah Tuhan, mengingat kepentingan rumah Tuhan, dan melaksanakan tugasmu dengan baik, maka engkau akan mengumpulkan perbuatan baik di hadapan Tuhan. Orang yang melakukan perbuatan baik ini adalah orang yang memiliki kebenaran kenyataan; dengan demikian, mereka telah menjadi kesaksian.

Dikutip dari "Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Untuk mencapai keadaan memadai dalam pelaksanaan tugasnya, perlu terlebih dahulu dicapai kerja sama yang harmonis dalam pelaksanaannya. Ada orang-orang yang saat ini sedang menerapkan ke arah ini, yang berarti bahwa setelah mendengar kebenaran, mereka mulai bekerja sesuai dengan prinsip ini, meskipun mereka tidak berhasil melakukan kebenaran secara mutlak seratus persen. Dalam prosesnya, mereka mungkin gagal atau menjadi lemah, dan menyimpang, serta sering melakukan kesalahan, tetapi jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang berjuang untuk dapat bertindak sesuai dengan prinsip ini. Misalnya, meskipun engkau terkadang mungkin merasa bahwa caramu melakukan sesuatu sudah benar, jika engkau berada dalam situasi di mana caramu tidak akan menunda tugas yang sedang dikerjakan, engkau juga dapat mencari rekan kerja atau anggota timmu untuk mendiskusikannya. Bersekutu sampai engkau jelas tentang masalah tersebut, sampai engkau telah mencapai suatu kesepakatan dalam pemikiran bahwa melakukannya dengan cara tertentu dapat mencapai hasil terbaik, tidak melampaui lingkup prinsip, dilakukan untuk kepentingan rumah Tuhan, dan dapat memaksimalkan perlindungan atas kepentingan rumah Tuhan. Meskipun hasil akhirnya terkadang agak tidak memuaskan, cara, arah, dan tujuan pekerjaanmu sudah benar. Lalu, bagaimana Tuhan akan memandang hal ini? Bagaimana Dia akan mendefinisikan hal ini? Dia akan mengatakan bahwa engkau sedang melaksanakan tugas ini secara memadai.

Dikutip dari "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Untuk melaksanakan tugasmu secara memadai, berapa tahun pun engkau telah percaya kepada Tuhan, betapapun banyaknya yang telah kaulakukan dalam tugasmu, atau betapapun banyaknya kontribusi yang telah kauberikan bagi rumah Tuhan, terlebih lagi, betapapun berpengalamannya dirimu dalam tugasmu, itu bukan masalah. Hal utama yang Tuhan lihat adalah jalan yang orang tempuh. Dengan kata lain, Dia melihat sikap orang terhadap kebenaran dan prinsip, arah, sumber, dan motivasi di balik tindakan orang tersebut. Tuhan berfokus pada hal-hal ini; semua itulah yang menentukan jalan yang kautempuh. Jika, selama proses melaksanakan tugasmu, hal-hal ini sama sekali tidak dapat terlihat dalam dirimu, dan sumber pekerjaanmu adalah pemikiranmu sendiri, motivasimu adalah untuk melindungi kepentinganmu sendiri serta menjaga reputasi dan kedudukanmu, modus operandimu adalah membuat keputusan dan bertindak sendiri serta menjadi penentu keputusan, tidak pernah mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain atau bekerja sama secara harmonis, apalagi mencari kebenaran, lalu bagaimana Tuhan akan memandang dirimu? Engkau belum memenuhi standar jika engkau melakukan tugasmu dengan cara demikian; engkau belum menginjakkan kaki di jalan pengejaran akan kebenaran, karena, ketika engkau melakukan pekerjaanmu, engkau tidak mencari kebenaran prinsip dan selalu bertindak sesukamu. Inilah alasan mengapa kebanyakan orang tidak melaksanakan tugasnya dengan memuaskan. Melihatnya sekarang, apakah sulit untuk orang melaksanakan tugasnya secara memadai? Sebenarnya, itu tidak sulit; orang hanya harus dapat mengambil sikap rendah hati, memiliki sedikit akal sehat, dan mengambil posisi yang tepat. Betapapun terpelajarnya dirimu menurutmu, penghargaan apa pun yang telah kaumenangkan, atau sebanyak apa pun yang telah kaucapai, dan setinggi apa pun menurutmu kualitas dan pangkatmu, engkau harus memulai dengan melepaskan semua hal ini—semua ini tidak berarti apa pun. Di rumah Tuhan, sehebat dan sebaik apa pun hal-hal itu, semuanya tidak bisa lebih tinggi dari kebenaran; semua itu bukanlah kebenaran, dan tidak dapat menggantikan posisi kebenaran. Itulah sebabnya Kukatakan engkau harus memiliki hal yang disebut akal sehat ini. Jika engkau berkata, "Aku sangat berbakat, aku memiliki pikiran yang sangat tajam, aku memiliki refleks yang cepat, aku orang yang cepat belajar, dan aku memiliki daya ingat yang sangat baik," dan engkau selalu menggunakan hal-hal ini sebagai modal, maka ini akan menyebabkan masalah. Jika engkau memandang hal-hal ini sebagai kebenaran, atau lebih tinggi daripada kebenaran, akan sulit bagimu untuk menerima kebenaran dan menerapkannya. Orang yang sombong dan congkak yang selalu bersikap merasa lebih unggul adalah orang yang paling sulit untuk menerima kebenaran dan paling mudah jatuh. Jika orang dapat menyelesaikan masalah kecongkakannya, maka akan menjadi mudah untuk menerapkan kebenaran. Jadi, engkau harus terlebih dahulu meletakkan dan menyangkal hal-hal yang secara lahiriah tampak baik dan luhur serta hal-hal yang memancing kecemburuan orang lain. Hal-hal itu bukanlah kebenaran; sebaliknya, semua itu dapat menghalangimu untuk memasuki kebenaran. Hal terpenting yang harus dilakukan sekarang adalah mencari kebenaran, melakukan penerapan sesuai dengan kebenaran, dan melaksanakan tugasmu secara memadai, karena pelaksanaan tugas yang memadai adalah satu-satunya langkah pertama ke jalan menuju jalan masuk kehidupan, yang berarti itu adalah sebuah awal. Dalam setiap perkara, ada hal yang paling mendasar, hal yang memberimu kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru, dan melaksanakan tugasmu secara memadai adalah jalan yang akan membawamu melewati pintu jalan masuk kehidupan. Jika pelaksanaan tugasmu sama sekali tidak melibatkan keadaan "memadai" ini, engkau harus bekerja keras. Bagaimana seharusnya engkau bekerja keras? Bukan berarti engkau perlu mengubah karaktermu atau melepaskan bakat dan keahlian profesionalmu; engkau dapat membawa bersamamu keahlian-keahlian ini dan hal-hal yang telah kaupelajari ini, sambil mencari kebenaran dan bertindak sesuai dengan kebenaran prinsip. Jika engkau memperoleh jalan masuk kehidupan saat melakukan tugasmu, engkau dapat melaksanakan tugasmu secara memadai.

Dikutip dari "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Dalam proses melaksanakan tugasmu, di sisi positifnya, engkau dapat memperlakukan tugasmu dengan benar, tidak menyerah apa pun situasi yang kauhadapi. Sekalipun semua orang berhenti percaya dan berhenti melaksanakan tugas mereka, engkau dapat tetap melanjutkan dan tidak menyerah. Artinya, engkau mampu untuk tidak meninggalkan tugasmu, dari awal hingga akhir, bertahan dan tetap setia sampai akhir; dengan cara ini, engkau benar-benar telah memperlakukan tugasmu sebagai sebuah tugas. Jika engkau dapat mencapai hal ini, pada dasarnya engkau telah mencapai keadaan memadai dalam pelaksanaan tugasmu. Inilah sisi positifnya. Namun, sebelum mencapai ini, di sisi negatifnya, orang harus menahan berbagai macam pencobaan. Jika, selama proses melaksanakan tugasnya, orang belum mampu menahan pencobaan dan telah meninggalkan serta berpaling dari tugasnya, apakah dia masih ada kaitannya dengan keselamatan? Semua harapan akan lenyap untuk orang tersebut, dan menjadi memadai atau tidak memadai akan menjadi sama sekali tidak relevan; keselamatan tidak akan ada hubungan dengan dirinya. Oleh karena itu, orang harus berpegang teguh pada tugasnya. Untuk melakukan itu, pertama-tama, kesulitan terbesar yang semua orang hadapi adalah apakah orang dapat berdiri teguh atau tidak saat menghadapi pencobaan. Pencobaan macam apa sajakah itu? Uang, status, hubungan dengan lawan jenis, emosi. Apa lagi? Jika beberapa tugas melibatkan mengambil sedikit risiko, atau bahkan mengancam jiwa, dan jika dalam melaksanakannya engkau mungkin akan dimasukkan ke dalam penjara atau mati, apakah engkau tetap akan melakukannya? Bagaimana engkau akan melaksanakannya? Semua hal seperti itu adalah pencobaan. Apakah pencobaan ini mudah diatasi atau tidak? Semua itu mengharuskanmu untuk mengejar kebenaran. Dalam proses pengejaran kebenaran, dengan semua pencobaan yang kauhadapi ini, engkau harus mampu secara berangsur-angsur melatih kepekaan dan memperoleh pengetahuan. Kenali esensinya, pahami yang sesungguhnya mengenai pencobaan tersebut, serta kenali esensi dan watak rusakmu sendiri; kenali kelemahanmu sendiri, dan sering-seringlah memohon kepada Tuhan untuk melindungimu dan membuatmu mampu menahan pencobaan ini. Jika engkau dapat menahannya, dan dapat berpegang teguh pada tugasmu apa pun situasi yang kauhadapi, tidak berpaling atau melarikan diri, maka engkau sudah separuh jalan menuju keselamatan. Apakah separuh jalan menuju keselamatan ini mudah dicapai? Untuk setiap langkah yang kauambil, ada potensi kesulitan yang tak kauharapkan; jalan ini penuh dengan bahaya. Ini tidak mudah! Jadi, adakah orang yang melihat betapa sulitnya itu dan merasa bahwa hidup ini terlalu melelahkan, dan akan lebih baik jika mereka mati saja? Mereka menginginkan berkat, tetapi tidak mau menderita. Orang macam apa mereka? Mereka adalah orang lemah yang tidak berguna. Tentang bagaimana melaksanakan tugas mereka secara memadai, apa definisi memadai, apa kriteria untuk keadaan memadai, alasan yang telah Tuhan berikan untuk standar memadai ini, serta hubungan antara orang melaksanakan tugasnya secara memadai dan jalan masuk kehidupannya, orang-orang telah mulai memahami hal-hal ini. Jika engkau bisa mencapai taraf di mana engkau dapat berpegang teguh pada tugasmu kapan pun dan di mana pun, tanpa menyerah, dan dapat menahan berbagai macam pencobaan, serta kemudian memahami dan mendapatkan pengetahuan akan berbagai kebenaran yang Tuhan tuntut di dalam berbagai situasi yang Dia atur bagimu, maka dalam pandangan Tuhan, engkau pada dasarnya telah mencapai keadaan memadai. Ada tiga unsur mendasar untuk mencapai keadaan memadai dalam pelaksanaan tugasmu: pertama adalah sikap yang dengannya engkau memperlakukan tugasmu, yang kedua adalah mampu menahan berbagai macam pencobaan selama proses melaksanakan tugasmu, dan yang ketiga adalah mampu untuk memahami setiap kebenaran saat engkau melaksanakan tugasmu.

Dikutip dari "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Sebelumnya: 4. Apakah orang dapat melaksanakan tugas mereka dengan memadai atau tidak jika mereka hidup menurut watak mereka yang rusak

Selanjutnya: 1. Yang dimaksud dengan perbuatan baik dan cara perbuatan baik diwujudkan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini