32. Rohku Dibebaskan

Oleh Saudari Mi Bu, Spanyol

"Dalam hidupnya, jika manusia ingin ditahirkan dan mencapai perubahan dalam wataknya, jika ia ingin hidup dalam kehidupan yang bermakna dan memenuhi tugasnya sebagai makhluk ciptaan, ia harus menerima hajaran dan penghakiman Tuhan dan tidak membiarkan disiplin Tuhan dan pukulan-Nya menjauh darinya, agar ia dapat membebaskan diri dari manipulasi dan pengaruh Iblis, dan hidup di dalam terang Tuhan. Ketahuilah bahwa hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Firman Tuhan ini mengingatkan pada pengalamanku beberapa tahun lalu.

Oktober 2016, satu video gerak dan lagu yang kubantu koreografinya ditayangkan secara daring. Saudara-saudari sangat menyukainya, dan mereka menyarankan agar aku mengelola tim tari gereja. Aku sangat gembira dan dalam hati berdoa kepada Tuhan aku pasti kerjakan tugas ini dengan baik dan membuat banyak video kesaksian tentang Dia. Tak lama kemudian, pekerjaan tim tari mulai meningkat. Saudara-saudari sangat menghormatiku, dan mereka meminta bantuanku dalam kesulitan menari. Ini sungguh membuat kesombonganku makin menjadi-jadi, dan aku merasa seakan aku orang yang sangat penting di gereja. Tak lama kemudian, pemimpin gereja mengatur agar Saudari Ye bekerja bersamaku. Aku sangat senang dengan hal itu, kupikir, "Saudari Ye juga punya pengalaman menari profesional, dan dia unggul dalam gaya tari yang berbeda denganku. Kami bisa saling menutupi kekurangan. Kami pasti berhasil menjalankan tugas ini." Setelah beberapa waktu, kami bersiap-siap untuk membuat video musik, dan ide-ide koreografi Saudari Ye lebih berkembang dan orisinil daripada koreografiku. Saudara-saudari semua menyukainya. Aku tidak terlalu senang akan hal ini, dan bertanya-tanya, "Apa yang orang-orang pikir tentangku? Apa mereka akan berpikir aku tak sebanding dengan Saudari Ye? Jika dia lebih unggul, apa aku masih bisa mendapat peran penting dalam tim ini?" Aku merasa terganggu terutama saat melihat orang lain menemui Saudari Ye setiap kali mereka ada masalah. Aku penanggung jawab, tapi mereka mencarinya setiap ada masalah. Bukankah itu berarti dia lebih baik dariku? Aku merasa tidak boleh kalah darinya, dalam program kami berikutnya aku harus buat pertunjukan yang sangat bagus agar semua orang lihat aku sehebat dia.

Aku dan Saudari Ye kemudian membagi tugas untuk memenuhi tuntutan pekerjaan. Aku bertanggung jawab untuk video musik, sementara dia bagian produksi panggung. Diam-diam aku merasa senang. Dalam kerja sama kami sebelumnya, aku merasa kalah darinya, jadi aku harus gunakan peluang ini agar yang lain tahu aku lebih cakap darinya. Aku lembur mengerjakan riset dan koreografi untuk membuat video musik yang bagus, tetapi ketika aku melihat Saudari Ye hampir selesai dengan tariannya sementara aku bahkan belum menyelesaikan koreografi, aku merasa sangat gelisah. Untuk mempercepat pekerjaan dan meningkatkan kualitas, aku mulai banyak menuntut saudara-saudari dalam latihan kami. Aku pernah menegur seorang saudara dengan nada membentak saat melihatnya beberapa kali salah gerak, khawatir jika dia tidak menari dengan baik, program ini kena imbasnya dan aku kalah dari Saudari Ye. Sebelum syuting, seorang saudara mengutarakan kalau tarian pembuka masih kurang. Kurasa dia benar, tetapi saat itu aku tidak terpikir gerakan apa yang bisa ditambahkan, jadi dia sarankan aku berdiskusi dengan Saudari Ye. Aku sungguh tidak senang mendengarnya. Bukankah bertanya padanya di saat penting membuatku tampak kurang cakap darinya? Jika melibatkan Saudari Ye, siapa yang akhirnya mendapat pujian? Aku sudah habiskan banyak waktu dan tenaga untuk ini, dan sebentar lagi selesai. Tidak mungkin aku bertanya padanya. Aku berkata, "Jangan memusingkan hal kecil sekarang. Kita bisa lihat hasil jadinya di film nanti." Pemimpin kemudian menonton video musik kami dan berkata filmnya tak sesuai untuk kesaksian tentang Tuhan, harus dibuat ulang. Aku sangat kesal mendengarnya—seakan hatiku tertusuk pisau. Kupikir, "Aku sudah dipermalukan. Semua orang akan melihat diriku yang sebenarnya. Mereka pasti berpikir aku tak sebaik Saudari Ye dan tak cakap dalam bekerja. Bagaimana cara mempertahankan posisiku di tim?" Beberapa hari, aku hanya memikirkan harga diri dan jabatanku. Malam tidak bisa tidur, tertidur saat pertemuan, dan kerja tidak sepenuh hati.

Suatu hari, pemimpin datang mengajak persekutuan. Melihat aku sama sekali tidak memahami diri ku, dia membuka diri dan menanganiku, katanya aku iri pada Saudari Ye demi menjaga harga diriku, bahwa aku sama sekali tidak memikirkan tugas gereja, dan aku egois Dia memintaku merefleksikan diri, dan dia membacakan firman Tuhan ini padaku: "Begitu bersangkut-paut dengan kedudukan, gengsi, atau reputasi, hati setiap orang melompat dalam pengharapan, dan masing-masing dari engkau selalu ingin unggul, menjadi terkenal, dan diakui. Setiap orang tidak mau menyerah, sebaliknya selalu ingin bersaing—meskipun bersaing itu memalukan dan tidak diizinkan di rumah Tuhan. Namun, tanpa persaingan, engkau masih belum puas. Ketika engkau melihat seseorang unggul, engkau merasa iri, benci, dan merasa bahwa itu tidak adil. 'Mengapa aku tidak bisa unggul? Mengapa selalu orang itu yang unggul, dan aku tidak pernah mendapat giliran?' Engkau kemudian merasakan kebencian. Engkau mencoba menekannya, tetapi engkau tidak bisa. Engkau berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi begitu engkau menghadapi masalah semacam ini lagi, engkau tidak dapat mengatasinya. Bukankah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tidak dewasa? Bukankah kejatuhan seseorang ke dalam keadaan seperti itu adalah sebuah perangkap? Ini adalah belenggu natur Iblis yang rusak dan mengikat manusia. ... semakin engkau berjuang, semakin kegelapan akan mengelilingimu, dan semakin besar perasaan iri dan kebencian yang akan kaurasakan, dan keinginanmu akan pencapaian justru akan bertumbuh semakin kuat. Semakin kuat keinginanmu akan pencapaian, semakin kecil kemampuanmu untuk melakukannya, dan ketika mencapai lebih sedikit, kebencianmu akan bertambah. Ketika kebencianmu bertambah, batinmu akan menjadi semakin gelap. Semakin gelap batinmu, semakin buruk engkau akan melakukan tugasmu; semakin buruk engkau melakukan tugasmu, semakin tak berguna dirimu. Ini adalah lingkaran setan yang saling terkait. Jika engkau tidak pernah mampu melakukan tugasmu dengan baik, maka, lambat laun, engkau akan disingkirkan" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan ini merupakan teguran keras bagiku. Tuhan menyingkapkan diriku yang sebenarnya. Aku selalu iri akan kemampuan Saudari Ye, hanya mengejar reputasi dan keuntungan. Itu sangat memuakkan bagi Tuhan. Kuingat-ingat lagi bagaimana aku bisa iri sejak Saudari Ye bergabung dalam tim dan aku melihat betapa cakapnya dia. Aku takut orang akan menghormatinya dan meremehkanku, dan kedudukanku terancam. Diam-diam aku mulai bersaing dengannya, memikirkan cara untuk membuktikan diriku. Waktu kulihat kemajuan koreografi tariannya lebih cepat dariku, aku menuntut lebih dari saudara-saudari agar aku tidak ketinggalan darinya. Sudah jelas ada hal-hal yang seharusnya aku bahas bersama Saudari Ye, tetapi aku mencari-cari alasan mencegahnya terlibat, takut dia yang akan dapat pujian. Akibatnya, beberapa masalah tak ditangani tepat waktu, dan meski saudara-saudari sudah mengerahkan waktu dan tenaga, ternyata hasilnya kurang baik untuk menjadi kesaksian akan Tuhan. Saat pemimpin gereja mengatur agar Saudari Ye bekerjasama menjalankan tugasku, tujuannya untuk menambah kekuatan dan membuat koreografi tari yang bisa menjadi kesaksian akan Tuhan, tetapi aku sama sekali tidak memikirkan kehendak Tuhan. Aku terus bersaing demi ketenaran, keuntungan dan merusak pekerjaan gereja. Apa yang kuperbuat jahat dan juga menentang Tuhan. Pemikiran ini membuatku menyesal. Aku berdoa, dan tidak mau lagi iri pada kesuksesan orang, atau bersaing demi keuntungan. Aku bertobat pada Tuhan, bekerja bersama Saudari Ye, dan sehati melaksanakan tugas.

Setelah itu kami bekerja bersama membuat koreografi, dan sikapku menjadi lebih baik. Ada kalanya aku masih iri padanya, tetapi aku sadar aku harus mengutamakan tugas gereja, bukan kepentingan pribadi. Aku secara sadar meninggalkan daging dan mengesampingkan diriku, memikirkan cara bekerja bersama saudari untuk mengembangkan program. Saat menemui masalah atau kesulitan, kami sering mengadakan persekutuan bersama, dan kami segera ungkap kerusakan yang kami tunjukkan, mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Setelah itu, aku melihat bimbingan dan berkat Tuhan—koreografi tarian itu dikerjakan sangat cepat. Aku juga merasa tenang dan bebas yang berasal dari menerapkan kebenaran.

Beberapa bulan kemudian aku dan Saudari Ye bekerja bersama lagi merencanakan pertunjukan panggung. Segalanya berjalan dengan cepat pada awalnya, dan yang lain menyukai cara kami membuat koreografi tariannya. Aku merasa senang dengan diriku sendiri. Suatu hari, pemimpin menanyakan perkembangan koreografi itu, dan aku dengan gembira menjawab, "Kami melakukan kemajuan besar." Kemudian seorang saudari menimpali, "Ide Saudari Ye sangat bagus, dan konsep umumnya juga bagus." Aku merasa kesal, aku berpikir, "Mengapa kau berkata begitu? Kini semua orang tahu bahwa ide tarian itu berasal dari Saudari Ye, dan mereka akan berpikir aku tidak secakap dia. Aku harus pikirkan cara untuk mengukir prestasiku sendiri, kalau tidak, apa yang akan dipikirkan semua orang tentang aku?" Suatu kali, saat mengerjakan koreografi, aku terpikir satu gerakan yang hebat, akrobatik. Merasa senang, kupikir, "Aku unggul dalam gerakan akrobat. Asalkan kami melatihnya dengan baik, selain menambah daya tarik pada tarian ini, semua orang juga akan melihat kehebatanku. Lalu semua orang akan menghormatiku." Namun keesokan hari saat aku mengajarkan gerakan itu kepada saudara-saudari, mereka memberi masukan kalau langkahnya terlalu cepat, terlalu sulit. Seorang saudari memperingatkanku malam itu, "Orang mudah cedera saat melakukan gerakan itu. Sebaiknya jangan kita lakukan." Aku benar-benar khawatir mereka akan menggantinya dengan gerakan lain, dan bagaimana aku bisa sebanding dengan Saudari Ye pada waktunya nanti? Aku menyemangati semua orang untuk melatihnya beberapa kali lagi, dan aku baru menyerah ketika beberapa saudari mengalami cedera karena terjatuh. Aku sedih dan tak enak hati, jadi aku minta maaf kepada tim dan mengubah gerakan itu, tetapi aku tetap tidak merefleksi diri mengenai hal ini. Tak lama kemudian, syuting segera dimulai. Aku dan Saudari Ye sama-sama terlibat dalam pertunjukan. Selama syuting, aku merasa belum menari dengan baik saat disorot kamera, Aku minta sutradara mengambil ulang gambarnya. Setelahnya kullihat di hampir semua gambar Saudari Ye yang disorot wajahnya, tetapi satu-satunya gambar close-up-ku tampak samping. Aku sangat kecewa. Pada sesi syuting berikutnya, aku tidak bisa tersenyum dan gerak tariku tidak bernyawa. Aku hanya terobsesi dengan bagaimana caranya menari lebih baik dari Saudari Ye. Aku tak bersemangat menyaksikan adegan tarian yang seharusnya kuperiksa, dan aku tak peduli pertunjukan itu memberi kesaksian tentang Tuhan atau tidak. Jadi, ketika video itu ditayangkan, semua orang berkata kalau tariannya terlalu kaku, tidak bebas, dan selain kurang baik untuk membawa kesaksian akan Tuhan, juga memalukan bagi Tuhan. Kemudian, pemimpin berkata aku terjebak perlombaan mencari keuntungan dan tak mencapai apa-apa dalam tugasku, jadi dia mencabut jabatan tanggung jawabku. Aku sangat sedih. Awalnya, aku hanya ingin jalankan tugas dengan baik dan menyenangkan Tuhan, tetapi karena aku mengejar tujuanku sendiri, program-program yang kubuat tak memberi kesaksian akan Tuhan, tetapi mempermalukan Dia. Ini pelanggaran. Aku telah kehilangan peluang untuk melaksanakan tugas lewat tarian. Aku menangis sangat lama.

Setelah itu, aku terus berpikir, "Aku tahu betul, bertengkar demi nama dan keuntungan itu salah, jadi mengapa aku tak bisa hentikan diriku mengejarnya, setiap kali? Apa sebab yang sebenarnya?" Aku membaca firman Tuhan ini ketika sedang berdoa sendiri: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Firman Tuhan menyingkapkan taktik dan niat jahat Iblis dalam merusak manusia. Dia pakai ketenaran dan keuntungan untuk merusak dan mengendalikan manusia sampai mereka semakin bejat dan rusak, bahkan berbuat jahat dan melawan Tuhan. Aku telah dididik dan dipengaruhi Iblis sejak kecil. "Seseorang harus menghargai nenek moyangnya," "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang." Falsafah iblis ini berakar kuat dalam diriku. Berada di kelompok mana pun, aku ingin menjadi yang istimewa, dikagumi dan dipuji. Melihat seseorang yang unggul membuatku iri dan berusaha memikirkan cara apa pun agar menang, selalu berjuang mengejar ketenaran dan keuntungan, dibuat sengsara oleh tipu daya Iblis. Watakku juga menjadi semakin congkak dan egois. Mengingat kembali koreografi itu, aku ingin sekali mengalahkan Saudari Ye dengan keterampilanku, tetapi aku tidak peduli apakah secara fisik para penari itu mampu atau tidak, akhirnya beberapa saudari mengalami cedera saat latihan. Saat kami syuting, aku ingin satu-satunya adegan close-up-ku menunjukkan aku lebih baik dari Saudari Ye, jadi saat gerakanku kurang sempurna bagiku, kuminta sutradara mengulang banyak kali, sehingga menghambat pekerjaan. Dan akhirnya, saat melihat hanya sisi wajahku yang muncul dalam film sedangkan hampir semua gambar Saudari Ye diambil dari depan, aku dipenuhi oleh kebencian dan hidup dengan pikiran negatif dan melawan, dan tidak bersemangat untuk menari dengan baik untuk memberi kesaksian akan Tuhan. Akibatnya, tarianku mempermalukan Tuhan. Koreografiku bukan untuk memberi kesaksian akan Tuhan, tetapi hanya pamer diri. Usahaku mencari ketenaran dan keuntungan sangat menghambat pekerjaan gereja dan melukai saudara-saudariku. Perilakuku memuakkan dan menjijikkan bagi Tuhan! Kemudian firman Tuhan ini muncul di benakku: "'Jalan yang jahat' ini bukan merujuk kepada sejumlah tindakan jahat, tetapi pada sumber kejahatan yang darinya perilaku orang muncul" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). Firman Tuhan membantuku menyadari bahwa aku diberhentikan dari tugas bukan karena telah melakukan beberapa hal buruk. Itu terjadi karena akar, titik tolak tindakanku, dan jalan yang kutempuh, semuanya jahat. Sejak Saudari Ye mulai bekerja bersamaku, aku iri kepadanya dan mengejar kepentinganku. Aku menjalankan usahaku sendiri, berbuat jahat dan menentang Tuhan. Aku dipenuhi rasa takut. Aku sadar mengejar ketenaran dan status adalah jalan yang bertentangan dengan Tuhan, dan jika aku tidak bertobat, pada akhirnya aku akan tersingkir dan dihukum. Aku amat menyesal. Aku menangis sedih sekali dan berdoa pada Tuhan: "Tuhan! Aku diberhentikan dari tugasku. Watak benar-Mu-lah yang disingkapkan kepadaku dan inilah perlindungan-Mu atasku. Terima kasih karena telah mengatur keadaan untuk menghentikan jalanku yang jahat tepat waktu. Aku ingin bertobat kepada-Mu."

Hari-hari berikutnya, aku memberitakan Injil di gereja dan merenungi diri. Tiap merenungkan tindakanku dalam tugas itu yang hanya mengejar nama dan keuntungan, aku merasa menyesal. Aku benci diriku karena tak menghargai kesempatan yang Tuhan berikan dalam tim tari. Saat menonton video-video musik itu, aku sangat ingin kembali ke masa lalu dan memulai kembali dari awal, tetapi aku tahu itu tidak mungkin. Yang bisa kulakukan adalah tekun bekerja bersama Tuhan dalam tugas penginjilan untuk menebus pelanggaran masa laluku. Tak disangka, sebulan kemudian pemimpin gereja memintaku kembali bergabung dalam tim tari. Aku sangat terharu mendengar kabar ini hingga tak mampu menahan air mata, dan aku bertekad menghargai peluang ini, berhenti mengejar nama dan keuntungan, bekerja bersama saudara-saudari, dan kerjakan tugas dengan baik demi membalas kasih Tuhan.

Setelah masuk kembali dalam tim, di satu latihan, Saudari Ye mengatakan gerakan yang kuajarkan kepada saudara-saudari tidak standar. Aku merasa sangat malu pada saat itu, berpikir, "Bagaimana kau bisa mengkritikku di depan orang lain seperti itu? Sekarang mereka pasti akan berpikir aku tidak setara denganmu. Aku tak mau mereka meremehkanku. Kau tahu, aku juga seorang profesional, dan kulihat gerakan tarianmu juga tidak sempurna." Aku ingin menganulir gerakan yang sudah dibuatnya. Lalu, aku sadar lagi-lagi aku memikirkan nama dan keuntungan, jadi dalam hati aku berdoa pada Tuhan. Setelah berdoa, aku merenungkan firman Tuhan ini: "Jika dalam keadaan yang semakin genting, manusia semakin mampu untuk tunduk dan melepaskan kepentingan diri, keangkuhan, dan harga diri mereka sendiri, serta melaksanakan tugas mereka dengan benar, baru pada saat itulah mereka akan diingat oleh Tuhan. Semua itu adalah perbuatan baik! Terlepas dari apa yang orang-orang lakukan, manakah yang lebih penting—keangkuhan dan harga diri mereka, atau kemuliaan Tuhan? (Kemuliaan Tuhan.) Manakah yang lebih penting—tanggung jawabmu, atau kepentinganmu sendiri? Memenuhi tanggung jawabmu adalah hal yang terpenting, dan engkau terikat oleh tugas padanya. ... Engkau harus memberikan prioritas utama pada tugasmu sendiri, pada kehendak Tuhan, memberi kesaksian tentang Dia, dan pada tanggung jawabmu sendiri. Ini adalah cara yang sangat bagus untuk menjadi kesaksian, dan membuat iblis dipermalukan!" ("Mendapatkan Tuhan dan Kebenaran adalah Hal yang Paling Membahagiakan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Terang bercahaya di dalam hatiku. Bukankah Tuhan sedang mengujiku dengan situasi ini? Setiap kali ada konflik antara kepentingan pribadiku dan kepentingan rumah Tuhan, aku harus fokus memenuhi kehendak Tuhan dan melakukan kebenaran untuk mempermalukan Iblis. Setelah tenang dan merenungkannya, aku sadar aku tak mengajari gerakan itu dengan benar. Saudari Ye bicara agak terus terang dan bagiku itu memalukan, tetapi dia benar, dan aku tahu aku harus menerima sarannya. Setelah mengesampingkan diri dan memperbaiki motifku, aku dan Saudari Ye dengan cepat menyelesaikan koreografi itu. Aku juga merasa tenang dan damai melakukan tugas dengan cara seperti itu.

Pengalaman itu benar-benar menunjukkan kepadaku bahwa penghakiman dan hajaran Tuhan adalah kasih dan penyelamatan-Nya atasku. Penghakiman dan hajaran Tuhan menyadarkanku dan membuatku melihat esensi dan bahayanya mengejar ketenaran dan keuntungan. Hal itu memperbaiki sudut pandangku yang keliru, dan aku mulai mengejar kebenaran dan melakukan tugas dengan penuh keyakinan, hidup dalam keserupaan dengan manusia. Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya: 31. Tetap Melakukan Tugasku

Selanjutnya: 33. Belenggu Ketenaran dan Keuntungan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

31. Tetap Melakukan Tugasku

Oleh Saudari Yang Mu, KoreaDahulu aku merasa sangat iri ketika melihat saudara-saudari tampil, bernyanyi dan menari memuji Tuhan. Aku...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini