Firman tentang Mengenal Diri Sendiri

Kutipan 42

Kunci untuk orang mencapai perubahan dalam wataknya adalah dengan mengenal naturnya sendiri, dan ini harus terjadi sesuai dengan penyingkapan dari Tuhan. Hanya dalam firman Tuhanlah, orang dapat mengetahui naturnya sendiri yang mengerikan, mengenali berbagai racun Iblis dalam naturnya sendiri, menyadari bahwa dirinya bodoh dan bebal, dan mengenali unsur-unsur lemah dan negatif dalam naturnya. Setelah ini sepenuhnya diketahui, dan engkau benar-benar mampu membenci dirimu sendiri dan meninggalkan daging, secara konsisten melakukan firman Tuhan, secara konsisten mengejar kebenaran saat melaksanakan tugasmu, mencapai perubahan dalam watakmu, dan menjadi orang yang benar-benar mengasihi Tuhan, maka engkau telah mulai menempuh jalan Petrus. Tanpa kasih karunia Tuhan, dan tanpa pencerahan dan tuntutan dari Roh Kudus, akan sangat sulit menempuh jalan ini, karena orang-orang tidak memiliki kebenaran dan tidak mampu mengkhianati dirinya sendiri. Menempuh jalan Petrus untuk disempurnakan terutama tergantung pada ketetapan hati, memiliki iman, dan mengandalkan Tuhan. Selain itu, orang harus tunduk pada pekerjaan Roh Kudus; dalam segala sesuatu, orang tidak sanggup jika tanpa firman Tuhan. Ini adalah aspek-aspek kuncinya, tidak boleh ada satu pun darinya yang dilanggar. Mengenal diri sendiri melalui pengalaman sangatlah sulit; tanpa pekerjaan Roh Kudus, itu sia-sia. Untuk dapat menempuh jalan Petrus, orang harus berkonsentrasi untuk mengenal dirinya sendiri dan mengubah wataknya. Jalan Paulus bukanlah jalan mencari kehidupan ataupun berfokus pada pengenalan diri; Paulus terutama berfokus pada melakukan pekerjaan dan pada pengaruh serta momentum dari pekerjaan tersebut. Motivasinya adalah untuk mendapatkan berkat Tuhan sebagai ganti pekerjaan dan penderitaannya, dan untuk menerima upah dari Tuhan. Motivasi ini salah. Paulus tidak berfokus pada hidup, dia juga tidak menganggap bahwa mencapai perubahan watak itu penting; dia hanya berfokus pada upah. Karena dia memiliki tujuan yang salah, tentu saja jalan yang dia tapaki juga salah. Hal ini disebabkan oleh naturnya yang congkak dan sombong. Jelas, Paulus tidak memiliki kebenaran apa pun, dia juga tidak memiliki sedikit pun hati nurani atau nalar. Dalam menyelamatkan dan mengubah manusia, Tuhan terutama mengubah watak mereka. Tujuan firman-Nya adalah untuk mencapai hasil dalam diri manusia yaitu agar mereka memiliki watak yang berubah dan kemampuan untuk mengenal Tuhan, tunduk kepada-Nya, dan menyembah-Nya dengan cara yang normal. Inilah tujuan dari firman Tuhan dan pekerjaan-Nya. Cara Paulus mencari adalah pelanggaran secara langsung dan bertentangan dengan kehendak Tuhan: itu sepenuhnya berlawanan dengan kehendak Tuhan. Sedangkan cara Petrus mencari sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan; dia berfokus pada kehidupan, dan pada perubahan dalam wataknya, dan inilah justru yang Tuhan ingin capai dalam diri manusia dengan pekerjaan-Nya. Oleh karena itulah, jalan Petrus diberkati dan menerima pujian Tuhan. Karena jalan Paulus adalah pelanggaran terhadap kehendak Tuhan, maka Tuhan membenci dan mengutuknya. Untuk menempuh jalan Petrus, orang harus mengetahui kehendak Tuhan. Jika orang benar-benar mampu sepenuhnya memahami kehendak Tuhan lewat firman-Nya—yang berarti memahami apa yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia dan hasil apa yang ingin Dia capai pada akhirnya—hanya dengan demikianlah orang dapat memiliki pemahaman yang akurat tentang jalan mana yang harus diikuti. Jika engkau tidak sepenuhnya memahami jalan Petrus, dan sekadar memiliki keinginan untuk mengikutinya, engkau tidak akan dapat mulai menempuhnya. Dengan kata lain, engkau mungkin tahu banyak doktrin, tetapi pada akhirnya engkau tidak akan dapat masuk ke dalam kenyataan. Meskipun engkau mungkin membuat jalan masuk yang dangkal, engkau tidak akan dapat memperoleh hasil yang nyata sedikit pun.

Sekarang ini, kebanyakan orang memiliki pemahaman yang sangat dangkal tentang diri mereka sendiri. Mereka sama sekali belum mengetahui dengan jelas segala sesuatu yang merupakan bagian dari natur mereka. Mereka hanya tahu beberapa hal tentang keadaan rusak yang mereka singkapkan, hal-hal yang cenderung mereka lakukan, atau beberapa dari kelemahan mereka, dan ini membuat mereka yakin bahwa mereka mengenal diri mereka sendiri. Selain itu, jika mereka mematuhi beberapa peraturan, memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan di area-area tertentu, dan berhasil luput dari melakukan pelanggaran tertentu, mereka kemudian menganggap diri mereka memiliki kenyataan dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan dan menganggap bahwa mereka akan diselamatkan. Ini sepenuhnya adalah imajinasi manusia. Jika engkau mematuhi hal-hal itu, akankah engkau benar-benar dapat menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran? Akankah engkau mencapai perubahan sejati dalam watak? Akankah engkau benar-benar hidup dalam keserupaan dengan manusia? Dapatkah engkau benar-benar memuaskan Tuhan dengan cara seperti itu? Sama sekali tidak, itu pasti. Percaya kepada Tuhan hanya terjadi ketika seseorang memiliki standar-standar yang tinggi dan telah memperoleh kebenaran serta mengalami beberapa perubahan dalam watak hidupnya. Ini pertama-tama membutuhkan tekad untuk mengenal diri sendiri. Jika pengenalan manusia tentang dirinya sendiri terlalu dangkal, mereka akan mendapati bahwa mustahil bagi mereka untuk menyelesaikan masalah, dan watak hidup mereka sama sekali tidak akan berubah. Manusia perlu mengenal dirinya sendiri pada tingkat yang mendalam, yang berarti mengenal naturnya sendiri: unsur-unsur apa yang termasuk dalam natur tersebut, bagaimana hal-hal ini bermula, dan dari mana datangnya semua itu. Selain itu, apakah engkau benar-benar dapat membenci hal-hal ini? Sudahkah engkau melihat jiwamu yang buruk dan naturmu yang jahat? Jika engkau benar-benar dapat melihat kebenaran tentang dirimu, engkau akan membenci dirimu sendiri. Ketika engkau membenci dirimu sendiri dan kemudian menerapkan firman Tuhan, engkau akan dapat meninggalkan daging dan memiliki kekuatan untuk menerapkan kebenaran tanpa menganggapnya berat. Mengapa banyak orang mengikuti keinginan daging mereka? Karena mereka menganggap diri mereka cukup baik, merasa bahwa tindakan mereka benar dan dapat dibenarkan, bahwa mereka tidak memiliki kesalahan, dan bahkan merasa diri mereka sepenuhnya benar, oleh karena itulah, mereka mampu bertindak dengan asumsi bahwa keadilan ada di pihak mereka. Ketika seseorang mengenali seperti apa natur dirinya yang sebenarnya—betapa buruk, hina, dan menyedihkan naturnya—maka orang itu tidak terlalu bangga akan dirinya sendiri, tidak terlalu sombong, dan tidak begitu senang dengan dirinya sendiri seperti sebelumnya. Orang seperti itu merasa, "Aku harus bersungguh-sungguh dan rendah hati dalam menerapkan beberapa firman Tuhan. Jika tidak, aku tidak akan memenuhi standar menjadi manusia, dan akan malu untuk hidup di hadirat Tuhan." Dia kemudian benar-benar memandang dirinya sendiri tidak berharga, benar-benar tidak berarti. Pada saat ini, menjadi mudah baginya untuk melakukan kebenaran, dan dia akan tampak seperti manusia yang seharusnya. Hanya ketika manusia benar-benar membenci dirinya sendiri barulah mereka dapat meninggalkan daging. Jika mereka tidak membenci dirinya sendiri, mereka tidak akan dapat meninggalkan daging. Benar-benar membenci diri sendiri bukanlah perkara mudah. Ada beberapa hal yang harus ditemukan dalam diri mereka: pertama, mengenal naturnya sendiri; dan kedua, melihat dirinya sendiri miskin dan menyedihkan, melihat dirinya sendiri sangat kecil dan tidak penting, dan melihat jiwanya yang menyedihkan dan kotor. Ketika dia sepenuhnya melihat siapa dirinya yang sebenarnya, dan hasil ini dicapai, barulah dia benar-benar mendapatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, dan dapat dikatakan bahwa dia telah mengenal dirinya sepenuhnya. Baru pada saat itulah, dia dapat benar-benar membenci dirinya sendiri, bahkan sampai mengutuk dirinya sendiri, dan benar-benar merasa bahwa dia telah sangat dirusak oleh Iblis, sedemikian rupa sampai-sampai dia bahkan tidak menyerupai manusia. Kemudian, suatu hari, ketika ancaman kematian muncul, orang seperti itu akan berpikir, "Ini adalah hukuman Tuhan yang adil. Tuhan memang adil; aku pantas mati!" Pada titik ini, dia tidak akan menyimpan keluhan, apalagi menyalahkan Tuhan, semata-mata merasa bahwa dirinya sangat membutuhkan dan memprihatinkan, sangat kotor dan rusak sehingga dia harus disingkirkan dan dimusnahkan oleh Tuhan, dan jiwa seperti jiwanya tidak layak untuk hidup di bumi. Oleh karena itu, orang ini tidak akan mengeluh atau menentang Tuhan, apalagi mengkhianati Tuhan. Jika dia tidak mengenal dirinya sendiri, dan masih menganggap dirinya cukup baik, ketika kematian datang, orang ini akan berpikir, "Aku telah beriman dengan baik. Betapa kerasnya aku telah mencari! Aku telah memberi begitu banyak, aku telah sangat menderita, tetapi pada akhirnya, Tuhan sekarang memintaku untuk mati. Aku tidak tahu di mana keadilan Tuhan. Mengapa Dia memintaku untuk mati? Jika aku harus mati, lalu siapa yang akan diselamatkan? Bukankah umat manusia akan berakhir?" Pertama, orang ini memiliki gagasan tertentu tentang Tuhan. Kedua, orang ini sedang mengeluh, dan tidak menunjukkan ketundukan sedikit pun. Ini sama seperti Paulus: ketika dia hampir mati, dia tidak mengenal dirinya sendiri, dan pada saat hukuman Tuhan sudah dekat, semuanya sudah terlambat.

Kutipan 44

Jika orang ingin memahami dirinya sendiri, mereka harus memahami watak rusak dalam diri mereka, dan memahami keadaan mereka yang sebenarnya. Aspek terpenting dari memahami keadaan diri sendiri adalah memahami pemikiran dan gagasan kita sendiri. Pada setiap periode, pemikiran dan gagasan orang telah dikendalikan oleh satu hal utama. Jika engkau mampu memahami pemikiran dan gagasanmu, maka engkau mampu memahami hal-hal yang melatar belakanginya. Orang tidak mampu mengendalikan pemikiran dan gagasan mereka. Namun, engkau harus mengetahui dari mana pemikiran dan gagasan ini berasal, apa motif di baliknya, bagaimana pemikiran dan gagasan tersebut terbentuk, apa yang mengendalikannya, dan apa naturnya. Setelah watak orang berubah, pemikiran-pemikiran, gagasan, pandangan-pandangan dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai orang tersebut, yang diciptakan oleh bagian yang telah berubah, akan sangat berbeda daripada yang sebelumnya—pada dasarnya, mereka akan mendekati kebenaran dan menjadi sejalan dengan kebenaran. Hal-hal yang belum berubah di dalam diri orang-orang, misalnya, pemikiran-pemikiran mereka yang lama, gagasan mereka yang lama, pandangan-pandangan mereka yang lama, termasuk juga hal-hal yang mereka sukai dan mereka kejar, semuanya itu adalah hal-hal yang sangat kotor, menjijikkan, dan mengerikan. Setelah orang memahami kebenaran, mereka mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai hal-hal ini, dan melihatnya dengan jelas; karena itu, mereka mampu melepaskan dan berbalik dari hal-hal ini. Orang-orang semacam ini pasti telah mengalami suatu perubahan. Mereka mampu menerima kebenaran, menerapkan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Orang-orang yang tidak memahami kebenaran tidak mampu melihat hal-hal yang rusak atau hal-hal yang negatif ini dengan jelas, dan mereka juga tidak mampu mengenalinya; karena itu, mereka tidak mampu melepaskan hal-hal ini, apalagi berbalik darinya. Apa yang menyebabkan perbedaan ini? Meskipun mereka semua adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi mengapa ada di antara mereka yang mampu mengenali hal-hal yang negatif dan najis, sedangkan ada yang lainnya yang tidak mampu melihat hal-hal ini dengan jelas, ataupun melepaskan diri mereka dari hal-hal ini? Ini berkaitan secara langsung dengan apakah orang itu mencintai kebenaran dan mengejar kebenaran atau tidak. Ketika orang-orang yang mengejar kebenaran makan dan minum Firman Tuhan selama kurun waktu tertentu, dan mendengarkan khotbah selama kurun waktu tertentu, setelah itu mereka mampu memahami kebenaran, dan mampu melihat segala sesuatu dengan jelas; mereka telah mengalami kemajuan dalam hidup mereka. Sebaliknya, meskipun orang-orang yang tidak mencintai kebenaran sama-sama datang ke persekutuan, sama-sama membaca firman Tuhan, dan sama-sama mendengarkan khotbah, mereka tidak mampu memahami kebenaran, dan sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya, mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan. Orang-orang ini gagal karena mereka tidak mengejar kebenaran sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, orang-orang yang tidak mengejar kebenaran tidak mampu memahami kebenaran. Ketika mereka menghadapi suatu keadaan, mereka tidak mampu melihatnya dengan jelas, hampir seolah-olah mereka adalah orang yang relijius. Mereka tidak mendapatkan apa pun darikepercayaan mereka selama bertahun-tahun. Berapa banyak kebenaran yang kaupahami sekarang? Hal-hal manakah yang mampu kaupahami dengan benar? Dapatkah engkau mengenali orang-orang dan hal-hal yang negatif? Engkau belum jelas tentang apa yang dimaksud dengan kepercayaan kepada Tuhan, ataupun siapa sebenarnya yang kaupercayai itu. Engkau tidak mampu membedakan gagasan dan niat-niat yang kaumiliki dalam kehidupan sehari-hari, engkau tidak sepenuhnya memahami jalan mana yang harus kautempuh sebagai orang yangpercaya kepada Tuhan, dan engkau tidak jelas tentang bagaimana engkau seharusnyamenerapkan kebenaran ketika engkau melakukan segala sesuatu atau ketika melaksanakan tugasmu. Ini adalah orang-orang yang sama sekali tidak memiliki jalan masuk kehidupan. Hanya dengan benar-benar memahami kebenaran, dan memahami cara menerapkan kebenaran, barulah engkau bisa mengetahui yang sebenarnya mengenai berbagai jenis orang, melihat berbagai situasi dengan jelas, melakukan hal-hal sejalan dengan kebenaran, mampu memenuhi tuntutan Tuhan, dan menjadi makin dekat dengan kehendak Tuhan. Hanya dengan mengejar jalan inilah engkau akan mendapatkan hasil.

Kutipan 45

Sering kali ada keadaan-keadaan yang negatif di dalam diri manusia. Di antaranya, ada keadaan-keadaan yang bisa memengaruhi atau membatasi orang. Ada keadaan-keadaan yang bahkan bisa membuat orang menyimpang dari jalan yang benar dan menuju ke arah yang salah. Yang orang kejar, yang mereka perhatikan, dan jalan apa yang mereka pilih untuk ditempuh—semua ini berkaitan dengan keadaan di dalam diri mereka. Apakah orang itu kuat atau lemah juga berkaitan langsung dengan keadaan di dalam diri mereka. Sebagai contoh, banyak orang kini memberi penekanan khusus pada hari Tuhan. Mereka semua mempunyai keinginan ini: mereka mendambakan hari Tuhan segera tiba agar mereka bisa membebaskan diri mereka dari penderitaan ini, penyakit ini, penganiayaan ini, dan dari berbagai jenis rasa sakit lainnya. Orang-orang mengira bahwa ketika hari Tuhan tiba, mereka akan dibebaskan dari rasa sakit yang mereka derita sekarang, bahwa mereka tidak akan pernah lagi mengalami kesukaran, dan bahwa mereka akan menikmati berkat. Jika orang berusaha memahami Tuhan atau mengejar kebenaran dari dalam keadaan yang seperti ini, kemajuan hidup mereka akan sangat terbatas. Ketika suatu rintangan atau apa pun yang tidak menyenangkan menimpa mereka, maka semua kelemahan, kenegatifan, dan pemberontakan di dalam diri mereka akan keluar. Jika keadaan seseorang itu tidak normal atau tidak benar, maka tujuan dari pengejaran mereka pun akan menjadi tidak benar dan pasti akan menjadi tidak murni. Engkau berjuang mencari jalan masuk dari keadaan yang tidak benar, tetapi engkau mengira bahwa engkau sudah berhasil dalam pengejaranmu, bahwa engkau melakukan semuanya sesuai dengan tuntutan Tuhan, dan melakukan penerapan berdasarkan kebenaran. Engkau merasa bahwa engkau tidak melawan kehendak Tuhan atau menyimpang dari kehendak-Nya. Engkau mungkin merasa begitu, tetapi ketika suatu kejadian atau lingkungan yang tidak menyenangkan membuatmu mengalami beberapa penderitaan, menyentuh titik-titik kelemahanmu dan menyentuh hal-hal yang kaucintai dan kejar di dalam hatimu, engkau akan menjadi negatif, dan jika harapan dan impianmu tidak terwujud, engkau pasti akan menjadi lemah. Jadi, keadaanmu pada saat itu menentukan apakah engkau kuat atau lemah. Saat ini, ada banyak orang yang merasa bahwa mereka cukup kuat, bahwa mereka memiliki sedikit tingkat pertumbuhan, bahwa mereka memiliki iman lebih daripada sebelumnya. Mereka merasa bahwa mereka telah memulai di jalan yang benar dalam kepercayaaan kepada Tuhan, dan mereka tidak membutuhkan orang lain untuk menarik atau mendorong mereka di sepanjang jalan itu. Jika demikian, mengapa mereka menjadi negatif atau lemah ketika menghadapi lingkungan tertentu atau ketika menghadapi kesulitan? Kalau begitu, mengapa mereka mengeluh dan akhirnya melepaskan kepercayaan mereka? Ini menunjukkan bahwa ada keadaan-keadaan yang negatif dan tidak normal di dalam diri setiap orang. Ada ketidakmurnian dalam diri manusia yang tidak mudah untuk dilepaskan. Sekalipun engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, engkau tidak mampu sepenuhnya melepaskan ketidakmurnian itu. Ini harus dilakukan berdasarkan penyingkapan dari firman Tuhan. Setelah merenungkan dan memahami keadaan mereka sendiri, orang harus membandingkannya dengan firman Tuhan, dan membereskan watak mereka yang rusak. Hanya dengan cara demikianlah keadaan mereka akan secara berangsur berubah. Tidaklah benar bahwa, ketika orang-orang membaca firman Tuhan, dan memahami keadaan mereka sendiri, mereka bisa serta-merta mengubah watak mereka yang rusak. Asalkan orang-orang sering membaca firman Tuhan, melihat keadaan mereka sendiri dengan jelas, dan berdoa kepada Tuhan serta berjuang mengejar kebenaran, maka jika kerusakan diperlihatkan dari dalam diri mereka, atau jika mereka berada dalam keadaan yang tidak normal di kemudian hari, mereka akan mampu mengenalinya, dan mereka akan mampu berdoa kepada Tuhan, dan menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan keadaan mereka yang salah bisa dibalikkan dan mereka bisa secara berangsur berubah. Dengan cara ini, ketidakmurnian dan hal-hal yang orang pendam di dalam diri mereka yang seharusnya mereka lepaskan akan mampu mereka lepaskan. Orang harus memiliki pengalaman sampai tingkat tertentu sebelum bisa memperoleh hasil.

Sejak awal kepercayaan mereka kepada Tuhan, banyak orang mengejar berkat berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka sendiri, dan akibatnya mereka menjadi negatif dan lemah ketika mereka menghadapi hal-hal yang tidak sejalan dengan gagasan mereka. Mereka mulai meragukan Tuhan dan bahkan memiliki gagasan atau ksesalahpahaman tentang Dia. Jika tidak ada yang mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak akan mampu untuk tetap teguh, dan mereka mungkin akan mengkhianati Tuhan setiap saat. Biar Kuberikan sebuah contoh kepadamu. Misalkan ada seseorang yang selalu memiliki gagasan dan imajinasi dalam kepercayaannya kepada Tuhan. Orang ini meyakini bahwa, asalkan dia meninggalkan keluarganya dan melaksanakan tugasnya, Tuhan akan melindungi dan memberkatinya, dan memelihara kehidupan keluarganya, dan bahwa ini adalah sesuatu yang seharusnya Tuhan lakukan. Kemudian suatu hari, hal yang tidak dia harapkan terjadi padanya—dia jatuh sakit. Tinggal bersama keluarga yang menerimanya tidaklah senyaman tinggal di rumahnya sendiri, dan barangkali mereka tidak merawatnya dengan terlalu baik. Dia tidak tahan, dan dia menjadi negatif dan merasa kecewa untuk waktu yang lama. Dia juga tidak mengejar kebenaran, dan dia bahkan tidak mengakui kebenaran. Ini berarti orang memiliki keadaan-keadaan di dalam diri mereka, dan, jika mereka tidak mengenali, melihat, atau merasakan bahwa keadaan-keadaan ini salah, maka meskipun mereka mungkin masih punya semangat dan mengejar banyak hal, pada satu saat mereka akan menghadapi situasi yang menyingkapkan keadaan di dalam diri mereka yang sebenarnya, dan membuat mereka tersandung dan gagal. Inilah akibat dari tidak mampu merenungkan atau mengenali diri sendiri. Semua orang yang tidak memahami kebenaran keadaannya seperti ini; engkau tidak pernah tahu kapan mereka akan tersandung dan gagal, kapan mereka akan menjadi negatif dan lemah, atau kapan mereka mungkin mampu mengkhianati Tuhan. Lihatlah betapa banyaknya bahaya yang harus dihadapi orang yang tidak memahami kebenaran! Namun, memahami kebenaran bukanlah perkara mudah. Butuh waktu yang lama sebelum engkau akhirnya bisa mendapatkan secercah cahaya, sedikit pengetahuan sejati, dan memahami sedikit kebenaran. Jika niat di dalam dirimu sangat tidak murni dan tidak dapat dibereskan, itu akan menghilangkan pemahamanmu yang sedikit itu setiap saat, dan bahkan mengikis sedikit iman yang kaumiliki, dan ini tentu sangat berbahaya. Saat ini, masalah utamanya adalah semua orang memiliki gagasan dan imajinasi tertentu tentang Tuhan di dalam hati mereka, tetapi sebelum itu tersingkap, mereka tidak mengakuinya; semua itu tersembunyi di dalam, dan engkau tidak pernah tahu kapan, atau dalam situasi apa, hal-hal itu akan keluar dan membuat orang tersandung. Meskipun semua orang memiliki keinginan yang baik, dan ingin menjadi orang orang percaya yang baik dan memperoleh kebenaran, niat mereka sangat tidak murni, dan mereka memiliki terlalu banyak gagasan dan imajinasi yang sangat menghalangi mereka agar tidak mengejar kebenaran dan memperoleh jalan masuk kehidupan. Mereka ingin melakukan hal-hal ini, tetapi mereka tidak mampu. Sebagai contoh, sulit bagi orang-orang untuk tunduk ketika mereka dipangkas dan ditangani; ketika mereka diuji atau dimurnikan, mereka ingin berdebat dengan Tuhan. Setiap kali mereka jatuh sakit atau menghadapi suatu musibah, mereka menyalahkan Tuhan karena tidak melindungi mereka. Bagaimana mungkin orang-orang yang seperti ini mengalami pekerjaan Tuhan? Mereka bahkan tidak memiliki hati yang menaati Tuhan yang merupakan hal mendasar, jadi bagaimana mereka mampu memperoleh kebenaran? Ada orang-orang yang menjadi negatif ketika hal yang terkecil tidak berjalan seperti yang mereka inginkan. Mereka tersandung karena penghakiman orang lain, dan mengkhianati Tuhan ketika mereka ditangkap. Memang benar bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, apakah akan mengalami kebahagiaan atau kehancuran. Setiap orang memiliki sesuatu di dalam dirinya yang ingin mereka kejar dan dapatkan; mereka mempunyai hal-hal yang mereka sukai. Mengejar hal-hal yang mereka sukai bisa membawa kemalangan bagi diri mereka, tetapi mereka tidak merasakan ini, masih tetap meyakini bahwa hal-hal yang mereka kejar dan sukai itu benar, dan bahwa tidak ada yang salah dengan hal-hal ini. Namun, jika tiba hari di mana kemalangan menimpa, dan hal-hal yang mereka kejar dan mereka sukai itu direnggut dari mereka, mereka akan menjadi negatif dan lemah, dan tidak mampu bangkit lagi. Mereka tidak akan tahu apa yang telah terjadi, mereka akan menyalahkan Tuhan karena bersikap tidak adil, dan hati mereka yang mengkhianati Tuhan akan keluar. Jika orang tidak mengenal diri mereka sendiri, mereka pun tidak akan tahu apa kelemahan utama dalam diri mereka, dan mereka juga tidak tahu di mana mereka akan mudah gagal atau tersandung. Ini sungguh menyedihkan. Itulah sebabnya kita mengatakan jika seseorang tidak mengenali dirinya sendiri, dia bisa tersandung dan gagal setiap saat, dan mendatangkan akhir bagi dirinya sendiri.

Banyak orang mengatakan: "Aku memahami setiap unsur kebenaran, hanya saja, aku tidak mampu menerapkannya." Ini mengungkapkan alasan mengapa orang tidak menerapkan kebenaran. Orang seperti apakah yang memahami kebenaran tetapi tidak mampu menerapkannya? Tentunya, hanya orang yang muak dan benci akan kebenaran yang tidak mampu menerapkan kebenaran, dan ini merupakan masalah dalam natur mereka. Meskipun tidak memahami kebenaran, orang yang mencintai kebenaran akan bertindak berdasarkan hati nuraninya, dan mereka tidak akan melakukan kejahatan. Jika natur seseorang sudah muak akan kebenaran, mereka tidak akan pernah mampu menerapkan kebenaran. Orang yang muak akan kebenaran hanya percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat, bukan agar dapat mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan. Meskipun mereka melaksanakan tugasnya, itu bukan demi memperoleh kebenaran, melainkan agar dapat memperoleh berkat. Sebagai contoh, ada orang-orang yang dianiaya dan tidak bisa pulang ke rumah mereka berpikir dalam hatinya, "Aku dianiaya dan tidak bisa pulang ke rumahku karena kepercayaanku kepada Tuhan. Suatu hari Tuhan akan memberiku rumah yang lebih baik; Tuhan tidak akan membiarkanku menderita dengan sia-sia," atau "Di mana pun aku berada, Tuhan akan memberiku makanan untuk dimakan, Dia tak akan membiarkanku berjalan di jalan buntu. Seandainya Dia membiarkanku berjalan di jalan buntu, maka Dia pasti bukan Tuhan yang nyata. Tuhan tidak akan melakukan hal itu." Bukankah pemikiran semacam itu ada dalam diri manusia? Ada juga orang-orang yang berpikir, "Aku telah meninggalkan keluargaku demi mengorbankan diriku untuk Tuhan, dan Tuhan tidak boleh menyerahkanku ke dalam tangan para penguasa; aku telah berupaya dengan penuh semangat, Tuhan harus melindungi dan memberkatiku. Kami begitu merindukan datangnya hari Tuhan, jadi hari Tuhan harus datang secepat mungkin. Tuhan harus memenuhi keinginan manusia." Banyak orang berpikir seperti ini—bukankah ini keinginan manusia yang berlebihan? Orang selalu membuat tuntutan yang berlebihan terhadap Tuhan, selalu berpikir: "Kami telah meninggalkan keluarga kami untuk melaksanakan tugas kami, jadi Tuhan harus memberkati kami. Kami telah bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, jadi Tuhan harus memberi upah kepada kami." Banyak orang menyimpan pemikiran seperti itu dalam hati mereka saat mereka percaya kepada Tuhan. Mereka melihat orang lain meninggalkan keluarga mereka dan melepaskan segalanya dengan sangat mudah demi mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, dan mereka berpikir, "Mereka telah meninggalkan keluarga mereka begitu lama, mengapa mereka tidak merindukan rumah? Bagaimana mereka mengatasi ini? Mengapa aku tidak mampu melepaskan keluargaku, suamiku (atau istriku), dan anak-anakku? Mengapa Tuhan baik kepada mereka dan tidak baik kepadaku? Mengapa Roh Kudus tidak mengaruniakan anugerah-Nya kepadaku atau tinggal bersamaku?" Keadaan apakah ini? Orang-orang sangat tidak bernalar; mereka tidak menerapkan kebenaran dan kemudian mereka mengeluh tentang Tuhan, dan mereka tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Orang harus memilih jalan mengejar kebenaran, tetapi mereka muak akan kebenaran, mereka mendambakan kesenangan daging, dan mereka selalu ingin memperoleh dan menikmati anugerah, sementara mengeluh bahwa tuntutan Tuhan terhadap manusia terlalu berlebihan. Mereka terus meminta Tuhan untuk bersikap baik kepada mereka dan menganugerahkan lebih banyak berkat kepada mereka, dan mengizinkan mereka merasakan kesenangan daging—apakah mereka adalah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? Mereka berpikir, "Aku telah meninggalkan keluargaku untuk melaksanakan tugasku dan aku telah banyak menderita. Tuhan seharusnya bersikap baik kepadaku, agar aku tidak merindukan rumah dan agar aku memiliki tekad untuk melepaskan. Dia harus memberiku kekuatan, maka aku tidak akan menjadi negatif dan lemah. Orang lain begitu kuat, Tuhan juga harus membuatku kuat." Perkataan yang orang-orang ucapkan ini sama sekali tidak bernalar dan tidak memiliki iman. Semua itu terucap karena tuntutan orang yang berlebihan belum terpenuhi, yang membuat mereka merasa tidak puas dengan Tuhan. Semua ini adalah hal-hal yang keluar dari hati mereka, dan perkataan tersebut sepenuhnya merepresentasikan natur manusia. Hal-hal ini ada dalam diri manusia, dan jika tidak dibuang, hal-hal ini bisa membuat orang mengeluh tentang Tuhan dan salah paham terhadap Tuhan kapan pun dan di mana pun. Orang akan sangat mungkin menghujat Tuhan, dan mereka dapat meninggalkan jalan yang benar kapan pun dan di mana pun. Ini sangat wajar. Apakah kini engkau semua melihat masalah ini dengan jelas? Orang harus memahami hal-hal yang keluar dari natur mereka. Ini adalah masalah yang sangat serius yang harus ditangani dengan saksama, karena ini berkaitan dengan masalah apakah orang mampu tetap teguh dalam kesaksian mereka atau tidak, dan masalah apakah mereka dapat memperoleh keselamatan dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan atau tidak. Sedangkan bagi orang yang memahami sedikit kebenaran, jika mereka menyadari bahwa mereka memperlihatkan hal-hal ini, dan jika, ketika mereka menemukan masalah ini, mereka mampu memeriksa dan menyelidikinya, mereka akan mampu menyelesaikan masalahnya. Jika mereka tidak menyadari bahwa mereka memperlihatkan hal-hal ini, maka tidak mungkin bagi mereka untuk menyelesaikan masalah ini, dan mereka hanya bisa menunggu penyingkapan dari Tuhan atau menunggu penyingkapan fakta. Orang yang tidak mencintai kebenaran tidak mau merenungkan diri sendiri. Mereka selalu meyakini bahwa itu adalah masalah yang sepele, dan mereka akan menoleransi diri mereka sendiri, berpikir, "Semua orang seperti ini—mengeluh sedikit bukanlah masalah besar. Tuhan akan mengampuninya dan Tuhan tidak akan mengingatnya." Orang tidak tahu bagaimana merenungkan diri sendiri atau bagaimana mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, mereka tidak mampu melakukan hal-hal ini. Mereka semua bingung, dan sangat malas, serta ketergantungan dan suka berkhayal. Mereka mendambakan: "Suatu hari Tuhan akan membuat perubahan yang menyeluruh dalam diri kami, dan setelah itu kami tidak akan malas lagi seperti ini, kami akan benar-benar menjadi kudus, dan kami akan mengagumi kuasa Tuhan." Ini adalah hal yang aneh untuk dibayangkan, dan ini sangat tidak realistis. Jika seseorang bisa mengucapkan dan membayangkan gagasan semacam ini setelah mendengarkan begitu banyak khotbah, itu berarti dia tidak memahami pekerjaan Tuhan, dan hingga hari ini, dia masih belum melihat dengan jelas bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia. Orang semacam ini sangat bebal. Mengapa rumah Tuhan selalu bersekutu tentang mengenal diri sendiri dan mengenal watak Tuhan? Ini sangat krusial bagi semua orang. Jika engkau bisa benar-benar melihat dengan sangat jelas bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia, engkau harus fokus pada mengenal dirimu sendiri, dan engkau harus secara rutin merenungkan diri sendiri—baru setelah itulah engkau akan memiliki jalan masuk kehidupan yang sebenarnya. Ketika engkau menyadari bahwa engkau sedang memperlihatkan kerusakan, akan mampukah engkau mencari kebenaran? Akan mampukah engkau berdoa kepada Tuhan, dan meninggalkan daging? Ini adalah syarat untuk menerapkan kebenaran, dan ini adalah langkah yang sangat penting. Jika, dalam segala sesuatu yang terjadi padamu, dan dalam segala sesuatu yang kaulakukan, engkau dapat menyadari bagaimana cara menerapkan yang sesuai dengan kebenaran, akan mudah bagimu untuk menerapkan kebenaran, dan engkau akan memiliki jalan masuk kehidupan. Jika engkau tidak mampu mengenali dirimu sendiri, bagaimana engkau dapat mengalami kemajuan dalam hidupmu? Jika, betapa pun negatif dan lemahnya dirimu, engkau tidak merenungkan diri sendiri dan tidak mengenal dirimu, atau berdoa kepada Tuhan, ini hanya membuktikan bahwa engkau tidak mencintai kebenaran, bahwa engkau bukanlah orang yang mengejar kebenaran, dan engkau tidak akan pernah mampu memperoleh kebenaran.

Dahulu, ada orang-orang yang berpikir: "Kami mengharapkan si naga merah yang sangat besar segera jatuh dan berharap hari Tuhan akan segera datang. Bukankah ini permintaan yang dapat dibenarkan? Bukankah mengharapkan hari Tuhan untuk segera datang sama dengan mengharapkan Tuhan segera dipermuliakan?" Mereka secara terselubung menemukan cara yang terdengar muluk untuk mengucapkan hal ini, tetapi sebenarnya, mereka hanya mengharapkan hal-hal ini untuk diri mereka sendiri. Apa yang akan mereka harapkan, jika mereka tidak mengharapkannya untuk diri mereka sendiri? Orang hanya berharap untuk segera dibebaskan dari lingkungan mereka yang menyedihkan dan dari dunia yang menyakitkan ini. Khususnya ketika ada orang-orang yang melihat janji-janji yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak sulung Tuhan, mereka sangat menginginkan hal ini. Setiap kali mereka membaca firman itu, mereka seperti sedang memuaskan dahaga mereka dengan melihat fatamorgana. Keinginan egois dalam diri manusia belum sepenuhnya dilepaskan, jadi bagaimanapun engkau mengejar kebenaran, engkau hanya mengejarnya dengan setengah hati. Banyak orang yang tidak mengejar kebenaran selalu mengharapkan datangnya hari Tuhan agar mereka bisa dibebaskan dari penderitaan mereka dan menikmati berkat Kerajaan Surga. Ketika hari itu tidak datang, mereka penuh dengan penderitaan, dan ada orang-orang yang berteriak: "Kapankah hari Tuhan datang? Aku masih belum menikah, aku tak bisa lagi terus menunggu! Aku harus menunjukkan bakti kepada orang tuaku, aku tak tahan lagi! Aku masih harus punya anak supaya mereka bisa merawatku saat aku tua! Hari Tuhan harus segera datang! Mari kita doakan bersama-sama!" Bagaimana bisa orang-orang yang mengejar kebenaran itu mengikuti semuanya sampai sekarang tanpa keluhan sekali pun? Bukankah mereka dibimbing oleh firman Tuhan, dan didukung oleh firman Tuhan? Ada begitu banyak kenajisan dalam diri manusia, bolehkah mereka tidak menerima pemurnian? Tanpa penderitaan, bagaimana mereka bisa berubah? Orang harus dimurnikan hingga taraf tertentu, dan bersedia tunduk pada pengaturan Tuhan, tanpa satu keluhan pun—itulah saat di mana mereka akan sepenuhnya diubah.

Sebelumnya: Firman tentang Melaksanakan Tugas

Selanjutnya: Firman tentang Bagaimana Membereskan Watak yang Rusak

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini