Firman tentang Melaksanakan Tugas
Kutipan 30
Apa yang dimaksud dengan tugas? Amanat yang Tuhan percayakan kepada manusia adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh manusia. Apa pun yang Dia percayakan kepadamu, itulah tugas yang harus kaulaksanakan. Untuk melaksanakan tugasmu, engkau harus belajar untuk tetap praktis dan realistis, dan tidak menjangkau apa yang berada di luar jangkauanmu. Jangan selalu berpikir bahwa rumput tetangga lebih hijau dan bersikeras untuk melakukan apa yang tidak sesuai untukmu. Ada orang-orang yang cocok untuk menerima orang di rumah mereka, tetapi mereka bersikeras untuk menjadi pemimpin; ada orang-orang yang cocok untuk menjadi aktor, tetapi mereka ingin menjadi sutradara. Tidaklah baik untuk selalu mengejar posisi yang lebih tinggi. Orang harus menemukan dan menentukan peran dan posisi mereka sendiri—itulah yang dilakukan oleh orang yang bernalar. Kemudian mereka harus melaksanakan tugas mereka dengan baik dengan sikap yang praktis dan realistis untuk membalas kasih Tuhan dan memuaskan-Nya. Jika orang memiliki sikap seperti ini saat melaksanakan tugas mereka, hati mereka akan menjadi tenang dan damai, mereka akan dapat menerima kebenaran dalam tugas mereka, dan mereka secara bertahap akan melaksanakan tugas mereka sesuai dengan tuntutan Tuhan. Mereka akan mampu menyingkirkan watak mereka yang rusak, tunduk pada semua pengaturan Tuhan, dan melaksanakan tugas mereka dengan cukup memadai. Inilah cara untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Jika engkau benar-benar dapat mengorbankan dirimu untuk Tuhan dan melaksanakan tugasmu dengan pola pikir yang benar, pola pikir yang mengasihi dan memuaskan-Nya, engkau akan dipimpin dan dibimbing oleh pekerjaan Roh Kudus, engkau akan bersedia menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai prinsip saat melaksanakan tugasmu, dan engkau akan menjadi orang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dengan cara ini, engkau akan sepenuhnya hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Kehidupan manusia secara berangsur bertumbuh saat mereka melaksanakan tugas mereka. Mereka yang tidak melaksanakan tugas tidak dapat memperoleh kebenaran dan hidup, sekalipun mereka telah percaya selama bertahun-tahun, karena mereka tidak memiliki berkat Tuhan. Tuhan hanya memberkati mereka yang sungguh-sungguh mengorbankan diri mereka bagi-Nya dan melaksanakan tugas mereka sebaik mungkin. Tugas apa pun yang kaulaksanakan, apa pun yang kaulakukan, anggaplah itu sebagai tanggung jawab dan tugasmu, terimalah dan lakukanlah dengan baik. Bagaimana engkau melakukannya dengan baik? Dengan melakukannya tepat seperti yang dituntut Tuhan—dengan segenap hatimu, dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap kekuatanmu. Engkau harus merenungkan firman ini dan mempertimbangkan bagaimana engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan segenap hatimu. Sebagai contoh, jika engkau melihat seseorang melaksanakan tugasnya tanpa prinsip, melakukannya dengan ceroboh dan berbuat sekehendaknya sendiri, dan engkau berpikir, "Aku tidak peduli, ini bukan tanggung jawabku," apakah ini berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu dengan segenap hatimu? Tidak, itu berarti engkau tidak bertanggung jawab. Jika engkau adalah orang yang bertanggung jawab, ketika situasi seperti itu menimpamu, engkau akan berkata, "Ini tidak boleh terjadi. Ini mungkin tidak di bawah lingkup pengawasanku, tetapi aku dapat melaporkan masalah ini kepada pemimpin dan meminta mereka menanganinya sesuai dengan prinsip." Setelah melakukannya, semua orang akan melihat bahwa hal itu sudah tepat, hatimu akan merasa tenang, dan engkau telah memenuhi tanggung jawabmu. Dengan begitu, engkau telah melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati. Jika, apa pun tugas yang sedang kaulaksanakan, engkau selalu lalai, dan engkau berkata, "Jika aku melakukan pekerjaan ini dengan cara yang sederhana dan sepintas lalu, aku akan bisa bertahan sekalipun bersikap asal-asalan. Lagi pula, tidak ada yang akan memeriksanya. Aku sudah berusaha sebaik mungkin sebatas kemampuanku dan keterampilan profesional yang kumiliki. Itu sudah cukup baik untuk bertahan. Selain itu, tak seorang pun akan bertanya tentang hal itu atau menganggapku serius—itu tidak terlalu penting." Apakah dengan memiliki niat dan pola pikir seperti ini berarti engkau melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati? Tidak, ini berarti bersikap asal-asalan, dan ini adalah perwujudan watak rusak Iblis dalam dirimu. Dapatkah engkau melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati dengan mengandalkan watak Iblismu? Tidak, itu tidak mungkin. Jadi, apa artinya melaksanakan tugasmu dengan segenap hatimu? Engkau akan berkata: "Meskipun Yang di Atas belum menanyakan tentang tugas ini, dan tugas ini tampaknya tidak terlalu penting di antara semua pekerjaan rumah Tuhan, aku akan tetap melaksanakannya dengan baik—ini adalah tugasku. Apakah suatu tugas itu penting atau tidak adalah satu hal; apakah aku dapat melakukannya dengan baik atau tidak adalah hal lain." Apa yang penting? Apakah engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik dan dengan sepenuh hati atau tidak, dan apakah engkau dapat mematuhi prinsip-prinsip dan melakukan penerapan sesuai dengan kebenaran atau tidak. Inilah yang penting. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan prinsip, itu berarti engkau benar-benar melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati. Jika engkau telah melaksanakan satu jenis tugas dengan baik, tetapi engkau masih belum puas dan ingin melaksanakan jenis tugas yang jauh lebih penting, dan engkau mampu melaksanakannya dengan baik, maka ini berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati pada tingkat yang lebih tinggi. Jadi, jika engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati, apa artinya ini? Di satu sisi, itu berarti engkau melaksanakan tugasmu sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan. Di sisi lain, ini berarti engkau telah menerima pemeriksaan Tuhan dan memiliki Tuhan di dalam hatimu; ini berarti engkau tidak melaksanakan tugasmu untuk pamer, atau berbuat sekehendak hatimu, atau sesuai dengan keinginanmu sendiri—sebaliknya, engkau menganggapnya sebagai amanat yang dipercayakan oleh Tuhan kepadamu dan engkau melaksanakannya dengan bertanggung jawab dan sepenuh hati, bukan menurut kehendakmu sendiri, tetapi sepenuhnya sesuai dengan tuntutan Tuhan. Engkau mencurahkan segenap hatimu ke dalam tugasmu—ini artinya melaksanakan tugas dengan sepenuh hati. Ada orang-orang yang tidak memahami kebenaran tentang melaksanakan tugas. Ketika kesukaran tertentu menimpa mereka, mereka mengeluh, dan mereka selalu meributkan tentang kepentingan, keuntungan, dan kerugian pribadi mereka. Mereka berpikir, "Jika aku melaksanakan tugas yang diberikan kepadaku oleh pemimpin dengan baik, hal itu akan mendatangkan kehormatan dan kemuliaan bagi mereka, tetapi siapa yang akan mengingatku? Tak seorang pun akan tahu bahwa aku yang melakukan pekerjaan itu, dan pemimpin akan mendapatkan semua pujian untuk itu. Bukankah melaksanakan tugasku dengan cara ini berarti melayani orang lain?" Watak macam apa ini? Ini adalah pemberontakan—orang-orang ini adalah tipe orang yang tidak masuk akal. Mereka tidak memahami amanat Tuhan dengan cara yang benar. Mereka selalu ingin menjadi orang yang paling berotoritas, selalu ingin menerima pujian dan dihargai, dan membuat diri mereka terlihat baik. Mengapa mereka selalu berfokus pada ketenaran dan keuntungan? Ini menunjukkan bahwa keinginan mereka untuk mendapatkan ketenaran dan keuntungan sangat kuat, dan mereka tidak mengerti bahwa melaksanakan tugas adalah tentang memuaskan Tuhan, atau bahwa Tuhan memeriksa lubuk hati setiap orang. Orang-orang ini tidak memiliki iman yang benar kepada Tuhan, sehingga mereka menjatuhkan vonis berdasarkan fakta yang dapat mereka lihat dengan mata kepala sendiri, yang menyebabkan mereka memiliki pandangan yang salah. Akibatnya, mereka menjadi negatif dan pasif dalam pekerjaan mereka dan tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan segenap hati dan segenap kekuatan mereka. Karena mereka tidak memiliki iman yang benar dan tidak tahu bahwa Tuhan memeriksa lubuk hati manusia, mereka berfokus pada pelaksanaan tugas mereka agar dilihat orang lain, membuat penderitaan dan kesukaran yang mereka tanggung diketahui orang lain, dan mencari pujian dan penerimaan dari para pemimpin dan para pekerja. Mereka menganggap melaksanakan tugas hanya layak jika mereka melakukannya dengan cara ini, dan hanya mulia jika semua orang melihat mereka melakukannya. Bukankah ini keji? Mereka percaya kepada Tuhan, tetapi mereka bukan saja tidak memiliki iman, mereka juga sama sekali tidak menerima atau memahami kebenaran. Mungkinkah orang seperti ini mampu melaksanakan tugas dengan baik? Bukankah ada masalah dengan watak mereka? Jika engkau berusaha mempersekutukan kebenaran kepada mereka dan mereka tetap tidak menerimanya, itu berarti mereka memiliki watak yang jahat. Mereka gagal memenuhi tanggung jawab mereka yang semestinya dan tidak melaksanakan tugas mereka. Cepat atau lambat, mereka harus disingkirkan. Mereka yang melaksanakan tugas haruslah orang-orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Mereka harus memiliki nalar yang normal dan harus mampu tunduk pada semua pengaturan dan penataan Tuhan. Tuhan menganugerahkan kualitas dan karunia yang berbeda kepada setiap orang, dan setiap orang cocok untuk melaksanakan tugas yang berbeda. Engkau tidak boleh pilih-pilih dan memilih tugas berdasarkan preferensimu, hanya memilih untuk melaksanakan tugas yang nyaman dan mudah yang sesuai dengan keinginanmu sendiri. Ini salah. Ini bukanlah melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan ini bukanlah melaksanakan tugas. Untuk dapat melaksanakan tugas, hal pertama yang harus kaulakukan adalah mencurahkan segenap hatimu ke dalamnya. Selanjutnya, apa pun yang kaulakukan, entah melaksanakan tugas besar atau kecil, tugas yang kotor atau melelahkan, dan tugas yang dilakukan di depan orang lain atau di belakang layar, tugas penting atau tugas yang tidak penting, engkau harus menganggap semua itu sebagai tugasmu dan mematuhi prinsip tentang cara melaksanakannya dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatanmu. Jika, setelah melaksanakan tugasmu, engkau akhirnya merasa bahwa hati nuranimu tidak sepenuhnya jelas mengenai beberapa pekerjaan yang telah kaulakukan, dan meskipun engkau telah mencurahkan segenap hatimu ke dalamnya, beberapa dari pekerjaanmu belum dilakukan dengan baik dan hasil usahamu tidak terlalu baik, apa yang harus kaulakukan? Ada orang-orang yang berpikir, "Aku sudah mencurahkan segenap hatiku ke dalam tugasku, tetapi hasilnya tidak terlalu bagus. Ini bukan masalahku. Ini sekarang terserah Tuhan." Pandangan macam apa ini? Apakah pandangan ini benar? Mereka tidak sungguh-sungguh mengorbankan diri mereka bagi Tuhan, karena mereka tidak mau mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah; mereka tidak mau memuaskan Tuhan dan mereka masih memiliki perspektif yang asal-asalan terhadap tugas mereka. Orang-orang semacam ini, tampaknya, tidak punya hati. Ketika kita membahas tentang melaksanakan tugas dengan segenap hatimu, itu berarti menggunakan segenap hatimu—engkau tidak boleh melaksanakan tugasmu dengan setengah hati, engkau harus mengabdikan dirimu, melaksanakan tugasmu dengan penuh perhatian, dan menunjukkan kesetiaanmu, menerapkan sikap bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tugas-tugas itu dilakukan dengan baik, mendapatkan hasil yang seharusnya kaudapatkan. Hanya dengan melakukannya seperti ini, barulah orang dapat disebut melaksanakan tugasnya dengan segenap hati. Jika engkau melihat bahwa hasil pekerjaanmu tidak begitu baik dan engkau berpikir, "Aku telah melakukan yang terbaik, aku telah mengorbankan waktu tidur, melewatkan makan, dan begadang, terkadang aku tidak ikut ketika orang lain pergi keluar untuk bersantai dan berjalan-jalan. Aku telah menanggung kesukaran dan tidak serakah akan kenyamanan daging. Itu berarti aku telah melaksanakan tugasku dengan segenap hatiku." Apakah pandangan ini benar? Engkau telah menginvestasikan waktumu dan berusaha keras. Di luarnya, engkau terlihat telah melakukan semua rutinitas ini, tetapi hasil yang kauperoleh tidak baik, dan engkau tidak menerima tanggung jawab atas hal ini dan tidak peduli. Apakah ini berarti engkau melaksanakan tugasmu dengan segenap hati? (Tidak.) Ini bukanlah melaksanakan tugasmu dengan segenap hatimu. Ketika Tuhan menentukan apakah seseorang melakukan sesuatu dengan segenap hati atau tidak, apa yang Dia lihat? Di satu sisi, Dia melihat apakah engkau memperlakukan hal itu dengan sikap yang teliti dan bertanggung jawab. Di sisi lain, Dia melihat apa yang kaupikirkan ketika engkau melakukannya, apakah engkau melaksanakan tugas yang seharusnya kaulaksanakan itu dengan penuh perhatian atau tidak, dan apakah engkau secara konsisten melaksanakannya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran atau tidak, dan apakah, ketika menghadapi kesukaran, engkau dengan sungguh-sungguh mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah sehingga engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik atau tidak. Ketika manusia melakukan sesuatu, Tuhan mengawasi dan memeriksa. Dia mengamati hati mereka sepanjang waktu. Meskipun orang tidak mengetahuinya, terkadang mereka dapat merasakan pemeriksaan-Nya. Ada orang-orang yang selalu bersikap asal-asalan dalam tugas mereka, dan pada akhirnya, Tuhan mengatur suatu lingkungan untuk menyingkapkan mereka. Pada saat itu, mereka bisa merasakan bahwa Dia telah meninggalkan mereka, dan semua orang melihat bahwa mereka tidak serupa dengan orang percaya—bahwa mereka serupa dengan orang tidak percaya, setan, dan Iblis. Orang-orang semacam ini disingkirkan selama pelaksanaan tugas mereka. Ada orang-orang yang sering kali merenungkan diri mereka sendiri saat melaksanakan tugas. Terkadang, hasil yang mereka dapatkan tidak baik, atau masalah muncul, dan mereka dapat merasakannya di dalam hati mereka, dan berpikir, "Apakah aku kembali bersikap asal-asalan?" Mereka merasakan teguran dalam hati mereka. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ini dilakukan oleh Tuhan, ini adalah pencerahan Roh Kudus. Jadi, mengapa Tuhan mencerahkanmu? Atas dasar apa Dia mencerahkanmu? Dalam konteks apa Dia menegurmu? Engkau harus memiliki pola pikir yang benar dan berkata, "Aku harus melaksanakan tugasku dengan segenap hatiku, dan itu berarti melaksanakannya berdasarkan kebenaran. Apakah selama ini aku sudah benar-benar melaksanakan tugasku dengan segenap hatiku?" Jika engkau selalu merenungkan hal ini, Tuhan akan mencerahkanmu dan membuatmu mengerti, "Aku tidak melaksanakan tugas itu dengan segenap hatiku. Kupikir aku telah melaksanakannya dengan cukup baik, kupikir aku mendapatkan nilai 99 dari 100. Namun ternyata tidak demikian—aku bahkan dapat dikatakan sama sekali tidak memadai." Baru pada saat itulah, kaudapati bahwa Tuhan merasa tidak puas. Ini berarti Tuhan sedang mencerahkanmu dan memungkinkanmu untuk memahami seberapa baikkah sebenarnya dirimu dalam melaksanakan tugasmu dan betapa engkau masih jauh dari memenuhi tuntutan-Nya. Jika pelaksanaan tugas seseorang jauh di bawah standar minimum, apakah Tuhan masih akan mencerahkan mereka? Mungkin tidak. Siapakah yang akan Tuhan cerahkan? Pertama, mereka yang mencintai kebenaran; kedua, mereka yang memiliki sikap yang tunduk; ketiga, mereka yang merindukan kebenaran; dan keempat, mereka yang memeriksa dan merenungkan diri mereka sendiri dalam segala hal. Orang-orang seperti inilah yang dapat memperoleh pencerahan Tuhan. Jika engkau menerapkan dan mengalami dengan cara seperti ini, maka pengalaman pribadimu dalam melaksanakan tugasmu dengan segenap hati—aspek penerapan kebenaran dan aspek kenyataan ini—akan menjadi makin meningkat. Lambat laun, engkau akan tahu dengan jelas siapa yang melaksanakan tugas dengan segenap hatinya dan siapa yang tidak, dan seperti apa sikap serta perilaku berbagai orang dalam melaksanakan tugas mereka. Jika engkau mengenal dirimu sendiri, engkau akan mampu mengetahui yang sebenarnya tentang orang lain, dan engkau akan menjadi makin teliti dalam tugasmu. Sikap asal-asalan sekecil apa pun tidak akan luput dari perhatianmu, dan engkau akan mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Engkau akan mampu menangani berbagai hal berdasarkan prinsip saat melaksanakan tugasmu, engkau akan makin menerapkan kebenaran, dan hatimu akan menjadi makin tenang dan damai. Jika suatu hari engkau tahu di dalam hatimu bahwa engkau belum melaksanakan suatu tugas dengan baik, apa yang harus kaulakukan? Engkau harus merenungkannya, mencari informasi, dan meminta nasihat dari orang lain, sehingga tanpa kausadari, engkau akan mendapatkan pemahaman tertentu tentang masalah tersebut. Bukankah ini akan membantumu dalam pelaksanaan tugasmu? (Ya.) Ini akan sangat membantu. Inilah yang akan terjadi, apa pun tugas yang sedang kaulaksanakan. Selama orang melaksanakan tugas mereka dengan segenap hati, mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan bertekun dalam upaya mereka, mereka pada akhirnya akan memperoleh hasil.
Kutipan 31
Karena orang memiliki watak yang rusak, mereka sering bersikap asal-asalan saat melaksanakan tugas mereka. Ini adalah salah satu masalah yang paling serius. Jika orang ingin melaksanakan tugas mereka dengan benar, mereka harus terlebih dahulu menangani masalah sikap yang asal-asalan ini. Selama mereka memiliki sikap yang asal-asalan, mereka tidak akan mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, yang berarti bahwa membereskan masalah sikap yang asal-asalan sangat penting. Jadi, bagaimana mereka harus menerapkannya? Pertama, mereka harus menyelesaikan masalah keadaan pikiran mereka; mereka harus memperlakukan tugas mereka dengan benar, dan melakukan segala sesuatu dengan serius dan dengan rasa tanggung jawab. Mereka tidak boleh bermaksud untuk bersikap licik atau asal-asalan. Orang melaksanakan tugas mereka adalah untuk Tuhan, bukan untuk seorang manusia pun; jika orang mampu menerima pemeriksaan Tuhan, mereka akan memiliki keadaan pikiran yang benar. Selain itu, setelah melakukan sesuatu, orang harus memeriksanya dan merenungkannya, dan jika mereka merasa sedikit gelisah di dalam hati mereka, dan setelah pemeriksaan yang saksama, mereka mendapati bahwa memang ada masalah, mereka harus melakukan perubahan; setelah perubahan ini dilakukan, hati mereka akan merasa tenang. Ketika orang merasa gelisah, ini membuktikan ada masalah, dan mereka harus dengan rajin memeriksa apa yang telah mereka lakukan, terutama pada tahap-tahap penting. Ini adalah sikap yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas. Jika orang mampu bersikap serius, bertanggung jawab, dan mencurahkan segenap hati dan kekuatan mereka, pekerjaan akan terlaksana dengan baik. Terkadang, engkau sedang berada dalam keadaan pikiran yang salah, dan tidak bisa mendapati atau menemukan kesalahan yang jelas seperti terang di siang hari. Jika engkau berada dalam keadaan pikiran yang benar, maka dengan pencerahan dan bimbingan Roh Kudus, engkau akan mampu mengenali masalahnya. Jika Roh Kudus membimbingmu dan memberimu suatu kesadaran, memungkinkanmu untuk merasakan kejelasan dalam hatimu dan mengetahui di mana letak kesalahannya, engkau akan mampu memperbaiki penyimpangan itu dan berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip kebenaran. Jika keadaan pikiranmu salah, dan engkau bingung dan ceroboh, akan mampukah engkau melihat kesalahan tersebut? Tidak akan. Menunjukkan apa hal ini? Ini menunjukkan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, sangatlah penting untuk orang bekerja sama; kerangka berpikir mereka sangat penting, dan ke mana mereka mengarahkan pemikiran dan gagasan mereka sangatlah penting. Tuhan memeriksa dan dapat melihat bagaimana keadaan pikiran orang, dan berapa banyak tenaga yang mereka kerahkan saat mereka melaksanakan tugas mereka. Sangatlah penting bagi orang untuk mencurahkan segenap hati dan segenap kekuatan mereka dalam apa yang mereka lakukan. Kerja sama mereka merupakan unsur yang sangat penting. Jika orang berusaha untuk tidak menyesali tugas yang telah mereka selesaikan dan hal-hal yang telah mereka lakukan, dan tidak berutang kepada Tuhan, barulah mereka akan bertindak dengan segenap hati dan kekuatan mereka. Jika engkau selalu gagal mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu untuk melaksanakan tugasmu, jika sikapmu selalu asal-asalan, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap pekerjaan, dan jauh dari hasil yang Tuhan tuntut darimu, maka hanya satu hal yang dapat terjadi pada dirimu: engkau akan disingkirkan. Dan masih adakah waktu bagimu untuk menyesal? Tidak. Tindakan-tindakan ini akan menjadi penyesalan abadi, suatu noda! Selalu bersikap asal-asalan adalah suatu noda, itu adalah pelanggaran serius—benar atau tidak? (Benar.) Engkau harus berusaha keras untuk melaksanakan kewajibanmu dan semua yang harus kaulakukan, dengan segenap hati dan kekuatanmu, engkau tidak boleh bersikap asal-asalan, atau meninggalkan penyesalan. Jika engkau mampu melakukan itu, tugas yang kaulaksanakan akan diingat oleh Tuhan. Hal-hal yang diingat oleh Tuhan adalah perbuatan baik. Lalu, hal-hal apa sajakah yang tidak diingat oleh Tuhan? (Tuhan tidak mengingat pelanggaran dan perbuatan yang jahat.) Engkau mungkin tidak menerima bahwa sesuatu adalah perbuatan jahat jika hal itu dijelaskan sekarang, tetapi, bila saatnya tiba ketika hal itu menimbulkan akibat yang serius, dan menimbulkan pengaruh negatif, engkau akan merasakan bahwa hal itu bukan hanya pelanggaran perilaku, tetapi perbuatan yang jahat. Ketika engkau menyadari hal ini, engkau akan menyesal, dan berpikir dalam hatimu: "Aku seharusnya telah melakukan tindakan pencegahan! Dengan pemikiran dan upaya yang sedikit lebih banyak di awal, akibat ini seharusnya bisa dihindari." Tidak ada yang akan menghapus noda abadi ini dari hatimu, dan jika itu membuatmu berada dalam utang yang permanen, engkau berada dalam masalah. Jadi sekarang ini, engkau semua harus berusaha keras untuk mencurahkan segenap hati dan kekuatanmu untuk melaksanakan amanat yang Tuhan berikan kepadamu, melaksanakan setiap tugas dengan hati nurani yang murni, tanpa penyesalan, dan dengan cara yang diingat oleh Tuhan. Apa pun yang kaulakukan, janganlah bersikap asal-asalan. Jika engkau tiba-tiba melakukan kesalahan dan itu merupakan pelanggaran yang serius, ini akan menjadi noda abadi. Sekali engkau memiliki penyesalan, engkau tidak akan mampu menebusnya, dan itu akan menjadi penyesalan yang permanen. Kedua jalan ini seharusnya terlihat jelas. Manakah yang harus kaupilih untuk mendapatkan perkenan Tuhan? Melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan kekuatanmu, serta mempersiapkan dan mengumpulkan perbuatan baik, tanpa penyesalan apa pun. Apa pun yang kaulakukan, jangan melakukan kejahatan yang akan mengganggu orang lain dalam pelaksanaan tugas mereka, jangan lakukan apa pun yang bertentangan dengan kebenaran dan yang menentang Tuhan, dan jangan menimbulkan penyesalan seumur hidup. Apa yang terjadi jika orang telah melakukan terlalu banyak pelanggaran? Pelanggaran itu menambah kemarahan Tuhan terhadap mereka di hadirat-Nya! Jika engkau makin banyak melanggar, dan murka Tuhan terhadapmu menjadi jauh lebih besar, maka, pada akhirnya, engkau akan dihukum.
Di luarnya, ada orang-orang yang sepertinya tidak memiliki masalah serius apa pun selama mereka melaksanakan tugas mereka. Mereka tidak melakukan apa pun yang terang-terangan jahat; mereka tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, atau menempuh jalan antikristus. Dalam melaksanakan tugas mereka, tidak ada kesalahan besar atau masalah prinsip apa pun yang muncul, tetapi tanpa menyadarinya, dalam beberapa tahun saja, tersingkaplah bahwa mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, bahwa mereka adalah salah satu dari pengikut yang bukan orang percaya. Mengapa demikian? Orang lain tidak dapat melihat adanya masalah, tetapi Tuhan memeriksa lubuk hati orang-orang ini, dan Dia melihat masalah tersebut. Mereka selalu bersikap asal-asalan dan tidak mau bertobat dalam pelaksanaan tugas mereka. Seiring berjalannya waktu, mereka secara alami tersingkap. Apa arti tetap tidak bertobat? Itu artinya meskipun mereka telah melaksanakan tugas mereka selama ini, mereka selalu memiliki sikap yang salah terhadap tugas mereka, sikap asal-asalan, sikap sembrono, dan mereka tidak pernah bertanggung jawab, apalagi mencurahkan segenap hati untuk tugas mereka. Mereka mungkin mengerahkan sedikit upaya, tetapi mereka hanya melakukannya dengan asal-asalan. Mereka tidak mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk tugas mereka dan pelanggaran mereka tidak ada habisnya. Di mata Tuhan, mereka tidak pernah bertobat; mereka selalu bersikap asal-asalan, dan tidak pernah ada perubahan sedikit pun dalam diri mereka—artinya, mereka tidak melepaskan kejahatan di tangan mereka dan bertobat kepada-Nya. Tuhan tidak melihat ada sikap pertobatan di dalam diri mereka dan Dia tidak melihat pembalikan dalam sikap mereka. Mereka terus saja bersikap seperti itu dalam hal tugas mereka dan amanat Tuhan. Secara keseluruhan, tidak ada perubahan dalam watak mereka yang keras kepala dan keras hati ini, dan selain itu, mereka tidak pernah merasa berutang kepada Tuhan, tidak pernah merasa bahwa sikap asal-asalan mereka merupakan pelanggaran atau perbuatan jahat. Di dalam hati mereka tidak ada perasaan berutang, tidak ada rasa bersalah, tidak ada penyesalan, apalagi menyalahkan diri sendiri. Dan, seiring berjalannya waktu, Tuhan melihat bahwa orang semacam ini tidak dapat diselamatkan. Apa pun yang Tuhan katakan, dan sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar atau sebanyak apa pun kebenaran yang mereka pahami, hati mereka tidak tergerak dan sikap mereka tidak berubah atau berbalik. Tuhan melihat ini dan berkata: "Tidak ada harapan bagi orang ini. Tidak ada apa pun yang Kukatakan menyentuh hati mereka, dan tidak ada apa pun yang Kukatakan mengubah mereka. Tidak ada cara untuk mengubah mereka. Orang ini tidak layak untuk melakukan tugas mereka dan mereka tidak layak untuk berjerih payah di rumah-Ku." Mengapa Tuhan mengatakan ini? Karena ketika mereka melaksanakan tugas dan bekerja, mereka secara konsisten bersikap asal-asalan. Sebanyak apa pun mereka dipangkas, dan sebanyak apa pun kesabaran yang diberikan kepada mereka, itu tidak ada efeknya dan tidak dapat membuat mereka sungguh-sungguh bertobat dan berubah. Itu tidak dapat membuat mereka melakukan tugas mereka dengan baik, itu tidak memungkinkan mereka untuk mulai menempuh jalan mengejar kebenaran. Jadi, orang ini tidak dapat diselamatkan. Ketika Tuhan menetapkan bahwa seseorang tidak dapat diselamatkan, apakah Dia akan tetap memegang erat orang ini? Tidak. Tuhan akan melepaskan mereka. Beberapa orang selalu memohon, "Tuhan, jangan terlalu keras terhadapku, jangan membuat diriku menderita, jangan mendisiplinkan diriku. Berikanku sedikit kebebasan! Biarkan aku melakukan segala sesuatu dengan sedikit sikap asal-asalan! Biarkan aku sedikit bersenang-senang! Biarkan aku menjadi tuan atas diriku sendiri!" Mereka tidak ingin dikekang. Tuhan berkata, "Karena engkau tidak ingin menempuh jalan yang benar, maka Aku akan melepaskanmu. Aku akan memberimu kebebasan. Pergilah dan lakukan apa yang kauinginkan. Aku tidak akan menyelamatkanmu, karena engkau tidak dapat diselamatkan." Apakah mereka yang tidak dapat diselamatkan memiliki kepekaan hati nurani? Apakah mereka memiliki perasaan berutang? Apakah mereka memiliki rasa bersalah? Apakah mereka dapat merasakan teguran, pendisiplinan, hajaran, dan penghakiman Tuhan? Mereka tidak dapat merasakannya. Mereka tidak menyadari hal-hal ini; hal-hal ini samar di dalam hati mereka, atau bahkan tidak ada. Ketika seseorang telah sampai pada tahap ini, di mana Tuhan tidak lagi berada di dalam hati mereka, apakah mereka masih dapat memperoleh keselamatan? Sulit untuk dikatakan. Ketika iman seseorang telah mencapai titik seperti itu, mereka berada dalam bahaya. Tahukah engkau semua bagaimana engkau seharusnya melakukan pengejaran, bagaimana engkau seharusnya melakukan penerapan, dan jalan apa yang seharusnya kaupilih untuk menghindari konsekuensi ini dan memastikan bahwa keadaan seperti itu tidak akan terjadi? Yang terpenting adalah engkau harus terlebih dahulu memilih jalan yang benar, dan kemudian berfokus untuk melakukan tugas yang harus kaulakukan saat ini dengan baik. Ini adalah standar minimumnya, standar yang paling dasar. Berlandaskan dasar inilah, engkau harus mencari kebenaran dan berusaha memenuhi standar agar engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik. Ini karena hal yang paling jelas mencerminkan ikatan yang menghubungkanmu dengan Tuhan adalah caramu memperlakukan hal-hal yang Tuhan percayakan kepada-Mu dan tugas yang Dia berikan kepada-Mu, serta sikap yang kaumiliki. Hal yang paling terlihat dan paling nyata adalah masalah ini. Tuhan sedang menunggu; Dia ingin melihat bagaimana sikapmu. Pada saat yang penting ini, engkau harus bergegas dan memberitahu Tuhan bagaimana engkau akan bersikap, menerima amanat-Nya, dan melaksanakan tugasmu dengan baik. Setelah engkau memahami hal yang penting ini dan memenuhi amanat yang Tuhan berikan kepada-Mu, hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi normal. Jika, ketika Tuhan memercayakan tugas kepada-Mu atau menyuruhmu untuk melaksanakan tugas tertentu, sikapmu adalah acuh tak acuh dan apatis, dan engkau tidak menganggapnya serius, bukankah sikapmu ini justru adalah kebalikan dari mencurahkan segenap hati dan kekuatanmu? Mampukah engkau melaksanakan tugasmu dengan baik dengan cara seperti ini? Tentu saja tidak. Engkau tidak akan melaksanakan tugasmu dengan baik. Jadi, sikapmu saat melaksanakan tugasmu adalah hal yang sangat penting, sama seperti metode dan jalan yang kaupilih. Sekalipun orang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka yang tak mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik akan disingkirkan.
Kutipan 32
Ada banyak orang yang melaksanakan tugas mereka dengan bersikap asal-asalan, dan tidak pernah serius, seakan-akan mereka bekerja untuk orang-orang tidak percaya. Mereka melakukan segalanya secara kasar, sembarangan, acuh tak acuh, dan sembrono, seakan-akan segalanya hanya lelucon. Mengapa demikian? Mereka adalah orang-orang tidak percaya yang hanya berjerih payah; pengikut yang bukan orang percaya yang melaksanakan tugasnya. Orang-orang ini sangat ceroboh; mereka tidak bermoral dan tidak terkendali, serta tidak ada bedanya dengan orang-orang tidak percaya. Ketika melakukan sesuatu untuk diri sendiri, tentu saja mereka tidak bersikap asal-asalan, jadi mengapa mereka sedikit pun tidak menunjukkan kesungguhan atau ketekunan ketika melakukan tugas mereka? Apa pun yang mereka lakukan, tugas apa pun yang mereka laksanakan, selalu terkesan main-main dan sembrono. Orang-orang ini selalu bersikap asal-asalan, dan memberi kualitas tipu daya. Apakah orang-orang semacam itu memiliki kemanusiaan? Mereka tentu tidak memiliki kemanusiaan atau secuil pun nurani dan nalar. Seperti keledai atau kuda liar, mereka harus selalu ditertibkan dan diawasi. Mereka berlaku curang dan menipu di rumah Tuhan. Apakah ini berarti mereka percaya kepada Tuhan secara tulus? Apakah mereka berkorban bagi-Nya? Tentu saja mereka gagal dan tidak memenuhi syarat untuk berjerih payah. Jika orang-orang semacam itu dipekerjakan oleh orang lain, mereka pasti akan dipecat dalam hitungan hari. Di rumah Tuhan, mereka secara akurat dapat disebut sebagai orang yang berjerih payah dan pekerja kontrak, dan mereka hanya dapat disingkirkan. Ada banyak orang yang sering bersikap asal-asalan ketika melaksanakan tugas mereka. Ketika menghadapi pemangkasan, mereka masih saja tidak mau menerima kebenaran, dengan degil mempertahankan alasan-alasan mereka, dan bahkan mengeluh bahwa rumah Tuhan tidak adil terhadap mereka, serta tidak memiliki belas kasih dan toleransi. Bukankah ini tidak masuk akal? Tegasnya, ini adalah watak congkak, dan mereka tidak memiliki sedikit pun nurani ataupun nalar. Mereka yang benar-benar percaya kepada Tuhan setidak-tidaknya harus mampu menerima kebenaran dan melakukan berbagai hal tanpa melanggar nurani dan nalar. Mereka yang tidak dapat menerima atau tunduk untuk dipangkas adalah orang-orang congkak, merasa dirinya benar, dan tidak masuk akal. Menyebut mereka binatang bukanlah hal yang berlebihan karena mereka benar-benar tidak peduli terhadap apa pun yang mereka lakukan. Mereka melakukan berbagai hal semaunya dan tanpa memikirkan dampaknya. Jika masalah muncul, mereka tidak peduli. Orang-orang semacam itu tidak pantas untuk berjerih payah. Karena mereka bersikap demikian terhadap tugas mereka, orang lain tidak akan tahan mengawasi mereka dan tidak memercayai mereka. Jadi, dapatkah Tuhan memercayai mereka? Karena tidak memenuhi bahkan standar minimum ini, mereka tidak layak untuk berjerih payah dan hanya dapat disingkirkan. Seberapa jauhkah orang dapat menjadi congkak dan merasa dirinya benar? Mereka selalu merasa bahwa mereka mampu melakukan segalanya. Apa pun yang telah diatur untuk mereka, mereka berkata, "Ah, ini gampang; tidak menjadi masalah. Aku dapat melakukannya. Aku tidak memerlukan siapa pun untuk bersekutu bersamaku tentang prinsip-prinsip kebenaran; aku dapat menjaga diriku sendiri." Dengan selalu bersikap demikian, baik para pemimpin maupun para pekerja tidak akan tahan mengawasi mereka dan tidak yakin dengan apa pun yang mereka lakukan. Bukankah orang-orang semacam itu congkak dan merasa dirinya benar? Jika orang terlalu congkak dan merasa dirinya benar, ini adalah perilaku yang memalukan, dan jika mereka tidak berubah, mereka tidak akan pernah melaksanakan tugas mereka secara memadai. Sikap seperti apa yang seharusnya orang miliki ketika melaksanakan tugasnya? Setidaknya, mereka harus bersikap tanggung jawab. Apa pun kesulitan dan masalah yang menimpa orang, mereka harus tetap mencari prinsip-prinsip kebenaran, memahami standar-standar yang dituntut oleh rumah Tuhan, dan mengetahui hasil-hasil yang harus dicapainya dengan melaksanakan tugas-tugas mereka. Jika orang dapat memahami ketiga hal itu, mereka dapat dengan mudah melaksanakan tugasnya secara memadai. Tugas apa pun yang orang laksanakan, jika mereka terlebih dahulu memahami prinsip-prinsipnya, memahami tuntutan rumah Tuhan, dan mengetahui hasil-hasil yang harus mereka peroleh, bukankah mereka memiliki jalan untuk melaksanakan tugasnya? Oleh karena itu, sikap orang terhadap tugasnya sangatlah penting. Mereka yang tidak mencintai kebenaran melaksanakan tugas mereka dengan bersikap asal-asalan. Mereka tidak memiliki sikap yang benar, mereka tidak pernah mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan mereka tidak memedulikan tuntutan yang berlaku di rumah Tuhan serta hasil-hasil yang harus mereka capai. Bagaimana mereka dapat melaksanakan tugas mereka secara memadai? Jika engkau sungguh-sungguh memercayai Tuhan, kalau engkau bersikap asal-asalan, engkau harus berdoa kepada-Nya serta merenungkan dan mengenal dirimu sendiri. Engkau harus memberontak terhadap segala watak rusakmu, berusaha keras untuk memahami prinsip-prinsip kebenaran, dan berjuang untuk memenuhi standar-standar yang ditetapkan-Nya. Dengan melaksanakan tugasmu dengan cara ini, engkau perlahan-lahan akan memenuhi tuntutan rumah Tuhan. Sebenarnya, tidaklah terlalu sulit untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Ini hanyalah masalah memiliki hati nurani dan nalar, masalah bersikap jujur dan rajin. Ada banyak orang tidak percaya yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan menjadi sukses sebagai hasilnya. Mereka tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran apa pun, jadi mengapa mereka mampu melaksanakannya dengan baik? Itu karena mereka sepenuh hati dan rajin sehingga mereka dapat bekerja dengan sungguh-sungguh dan teliti, dan dengan cara ini, mereka menyelesaikan segala sesuatu dengan mudah. Tidak ada tugas rumah Tuhan yang sangat sulit. Asalkan engkau mengerjakannya dengan segenap hatimu dan berupaya sebaik mungkin, engkau akan dapat melakukannya dengan baik. Jika engkau tidak jujur, dan tidak rajin dalam apa pun yang kaulakukan, jika engkau selalu berusaha menghindari masalah, jika engkau selalu bersikap asal-asalan dan bekerja seadanya dalam segala sesuatu, jika engkau tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, mengacaukan segala sesuatunya dan mengakibatkan kerugian terhadap rumah Tuhan, itu berarti engkau sedang melakukan kejahatan, dan itu akan menjadi pelanggaran yang dibenci oleh Tuhan. Selama momen-momen penting dalam mengabarkan Injil, jika engkau tidak memperoleh hasil yang baik dalam tugasmu dan tidak memainkan peran positif, atau jika engkau menyebabkan gangguan dan kekacauan, tentu saja engkau akan dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan serta kehilangan kesempatanmu untuk diselamatkan. Ini akan menjadi penyesalan abadimu! Tuhan meninggikanmu untuk melaksanakan tugasmu adalah satu-satunya kesempatanmu untuk diselamatkan. Jika engkau tidak bertanggung jawab, menganggap enteng tugasmu dan bersikap asal-asalan, berarti itulah sikapmu dalam memperlakukan kebenaran dan Tuhan. Jika engkau tidak sedikit pun tulus atau tunduk, bagaimana engkau bisa memperoleh keselamatan Tuhan? Waktu sangat berharga saat ini; setiap hari dan setiap detik sangatlah penting. Jika engkau tidak mencari kebenaran, jika engkau tidak berfokus pada jalan masuk kehidupan, dan jika engkau bersikap asal-asalan serta mengelabui Tuhan dalam tugasmu, itu benar-benar tak masuk akal dan berbahaya! Begitu engkau dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan, Roh Kudus tidak akan lagi bekerja di dalam dirimu, dan tidak ada jalan kembali dari keadaan itu. Terkadang, perbuatan seseorang selama satu menit saja dapat menghancurkan seluruh hidupnya. Terkadang, akibat satu kata saja yang menyinggung watak Tuhan, seseorang disingkapkan dan disingkirkan—bukankah ini dapat terjadi hanya dalam hitungan menit? Ini sama seperti orang-orang yang, meskipun melaksanakan tugasnya, selalu bertindak secara tidak bertanggung jawab, berperilaku ceroboh, dan bertindak tanpa menahan diri. Pada dasarnya, mereka adalah orang-orang tidak percaya dan pengikut yang bukan orang percaya, dan apa pun yang mereka lakukan selalu berakhir dengan kekacauan. Orang-orang semacam itu tidak hanya merugikan rumah Tuhan akibat perbuatannya, tetapi juga kehilangan kesempatan mereka sendiri untuk memperoleh keselamatan. Dengan cara ini, hak mereka untuk melaksanakan tugas mereka pun ditarik kembali. Itu berarti bahwa mereka telah disingkapkan dan disingkirkan dan itu sangat menyedihkan. Ada beberapa di antara mereka yang ingin bertobat, tetapi apakah menurutmu mereka akan diberi kesempatan? Sekali disingkirkan, mereka akan kehilangan kesempatannya. Dan sekali mereka ditinggalkan oleh Tuhan, nyaris tidak mungkin bagi mereka untuk menebus diri mereka sendiri.
Orang macam apa yang Tuhan selamatkan? Dapat dikatakan bahwa orang yang Tuhan selamatkan adalah orang yang memiliki hati nurani dan nalar serta mampu menerima kebenaran, karena hanya orang yang memiliki hati nurani dan nalar yang dapat menerima dan menghargai kebenaran, dan asalkan mereka memahami kebenaran, mereka dapat menerapkannya. Orang yang tidak berhati nurani dan tak bernalar adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan; dalam bahasa sehari-hari, kita berkata mereka tidak memiliki kebajikan. Natur macam apakah tidak memiliki kebajikan itu? Itu adalah natur yang tidak memiliki kemanusiaan, tidak layak disebut manusia. Seperti kata pepatah, orang bisa tidak memiliki apa pun kecuali kebajikan; tanpa kebajikan mereka bukan lagi manusia, tetapi binatang dalam rupa manusia. Lihatlah setan-setan dan raja iblis yang hanya melakukan sesuatu untuk menentang Tuhan dan merugikan umat pilihan-Nya. Bukankah mereka tidak memiliki kebajikan? Ya; mereka benar-benar tidak memilikinya. Orang-orang yang melakukan terlalu banyak hal yang tidak mengandung kebajikan pasti akan menerima pembalasan. Mereka yang tidak memiliki kebajikan juga tidak memiliki kemanusiaan. Bagaimana mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik? Mereka tidak layak melaksanakan tugas karena mereka tidak ubahnya seperti binatang. Mereka yang tidak memiliki kebajikan tidak melaksanakan tugas apa pun dengan baik. Orang semacam itu tidak layak disebut manusia. Mereka adalah binatang, atau binatang berwujud manusia. Hanya mereka yang berhati nurani dan bernalar yang mampu menangani urusan-urusan manusia, setia pada perkataannya, tepercaya, dan layak disebut sebagai "manusia berakhlak." Istilah "manusia berakhlak" tidak digunakan di rumah Tuhan. Namun demikian, rumah Tuhan menuntut orang untuk jujur, karena itulah kebenaran. Hanya orang jujurlah yang tepercaya, berhati nurani dan bernalar, serta layak disebut manusia. Jika orang mampu menerima kebenaran ketika melaksanakan tugasnya, serta mampu bertindak berdasarkan prinsip, sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara memadai, orang itu benar-benar jujur dan sungguh-sungguh tepercaya. Dan mereka yang dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan adalah orang-orang yang jujur. Menjadi orang jujur yang tepercaya bukanlah soal kemampuan atau penampilanmu, apalagi soal kualitas, kompetensi, ataupun karunia-karuniamu. Selama engkau menerima kebenaran, bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki hati nurani dan nalar, serta mampu tunduk kepada Tuhan, itu sudah cukup. Sebesar apa pun kemampuan yang orang miliki, persoalan yang lebih penting adalah apakah mereka memiliki kebajikan atau tidak. Begitu orang tidak memiliki kebajikan, mereka tidak dapat lagi dianggap sebagai manusia tetapi binatang. Mereka yang disingkirkan dari rumah Tuhan mengalami hal itu karena mereka tidak memiliki kemanusiaan dan kebajikan. Oleh karena itu, orang yang percaya kepada Tuhan harus mampu menerima kebenaran, menjadi orang jujur, setidaknya berhati nurani dan bernalar, mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, serta mampu melaksanakan amanat Tuhan. Hanya orang semacam itulah yang dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan; merekalah orang-orang yang secara tulus percaya kepada-Nya dan mengorbankan diri mereka bagi-Nya. Merekalah orang yang Tuhan selamatkan.
Apakah engkau semua sering memeriksa perilaku dan niatmu ketika melakukan sesuatu dan melaksanakan tugasmu? (Jarang.) Jika engkau jarang memeriksa dirimu sendiri, mampukah engkau mengenali watak-watak rusakmu? Mampukah engkau memahami keadaanmu yang sebenarnya? Jika engkau benar-benar memperlihatkan watak-watak rusakmu, akan seperti apakah akibatnya? Engkau harus memahami semua hal itu dengan sangat jelas. Jika orang tidak memeriksa dirinya sendiri serta terus melakukan sesuatu dengan cara bersikap asal-asalan dan tanpa memiliki sedikit pun prinsip, akibatnya orang itu akan melakukan banyak kejahatan, lalu disingkapkan dan disingkirkan. Bukankah itu akibat yang serius? Memeriksa diri sendiri adalah cara untuk menyelesaikan masalah itu. Katakan kepada-Ku, mengingat bahwa kerusakan manusia sangatlah dalam, apakah orang cukup merenungkan dirinya sendiri sekali-sekali saja? Dapatkah orang melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa mencari kebenaran untuk membereskan watak rusaknya? Jika watak rusak tidak dibereskan, orang akan cenderung melakukan berbagai hal dengan cara yang salah, melanggar prinsip-prinsip, dan bahkan melakukan kejahatan. Jika engkau tidak pernah memeriksa dirimu sendiri, itu masalah besar—engkau tidak berbeda dari orang tidak percaya. Bukankah banyak orang telah disingkirkan hanya karena alasan itu? Ketika mengejar kebenaran, bagaimana seharusnya orang melakukan penerapan untuk memperolehnya? Yang penting adalah orang harus sering memeriksa dirinya sendiri ketika melaksanakan tugasnya, merenungkan apakah mereka telah melanggar prinsip-prinsip dan memperlihatkan kerusakan mereka, serta apakah mereka memiliki maksud yang salah. Jika engkau merenungkan dirimu sendiri berdasarkan firman Tuhan dan melihat kecocokannya dengan dirimu sendiri, engkau akan mampu mengenal dirimu secara lebih mudah. Jika engkau merenungkan dirimu sendiri dengan cara seperti itu, engkau akan secara bertahap membereskan watak-watak rusakmu, gagasan-gagasan jahatmu, serta maksud-maksud dan tujuan-tujuanmu yang berbahaya secara lebih mudah. Jika engkau baru memeriksa setelah ada masalah yang timbul, memeriksa setelah membuat kesalahan, atau memeriksa setelah melakukan kejahatan, itu sudah agak terlambat. Akibat-akibat buruk telah ditimbulkan, dan itu merupakan pelanggaran. Jika engkau terlalu banyak melakukan kejahatan dan engkau baru memeriksa dirimu sendiri setelah disingkirkan, segalanya telah terlambat, dan yang dapat kaulakukan hanyalah meratap dan mengertakkan gigimu. Mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan mampu melaksanakan tugas mereka. Itu adalah peninggian dan berkat dari Tuhan, dan itu adalah kesempatan yang harus kauhargai. Oleh karena itu, sangat penting bagimu untuk sering-sering merenungkan dirimu sendiri selagi engkau melaksanakan tugasmu. Orang harus sering memeriksa diri dalam segala hal. Mereka harus memeriksa maksud dan keadaan mereka serta memeriksa apakah mereka hidup di hadapan Tuhan, apakah mereka memiliki maksud yang layak di balik tindakan-tindakan mereka, dan apakah baik motif maupun sumber tindakannya dapat lulus dalam pengamatan Tuhan dan telah tunduk pada pemeriksaan Tuhan. Terkadang orang merasa bahwa mencari kebenaran ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam pelaksanaan tugasnya adalah hal yang berat. Mereka berpikir, "Ini sudah cukup. Ini sudah baik." Hal itu menunjukkan sikap seseorang terhadap berbagai hal dan mentalitasnya terhadap tugasnya. Mentalitas itu adalah sejenis keadaan. Keadaan macam apakah itu? Bukankah itu adalah keadaan ketika seseorang memperlakukan tugasnya tanpa rasa tanggung jawab, sejenis sikap asal-asalan? (Ya.) Mengingat adanya masalah serius semacam itu, berbahaya sekali jika engkau tidak memeriksa dirimu sendiri. Ada orang-orang yang tidak peduli dengan keadaan itu. Mereka berpikir, "Normal saja bagi orang untuk sedikit bersikap asal-asalan. Manusia sudah kodratnya seperti itu. Apa masalahnya?" Bukankah mereka itu orang-orang yang bingung? Bukankah itu sangat berbahaya bila orang memandang sesuatu dengan cara demikian? Lihat saja mereka yang telah disingkirkan. Bukankah mereka selalu melaksanakan tugasnya dengan bersikap asal-asalan? Itulah yang terjadi ketika seseorang bersikap asal-asalan. Cepat atau lambat, orang yang suka bersikap asal-asalan akan menghancurkan dirinya sendiri, dan mereka tidak mau mengubah cara-cara hidup mereka hingga ketika mereka di ambang kematian. Melaksanakan tugas dengan bersikap asal-asalan adalah masalah serius. Jika engkau tidak dapat merenungkan dirimu sendiri dengan baik dan tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, itu sangat berbahaya—engkau dapat disingkirkan kapan saja. Jika masalah serius semacam itu timbul, tetapi engkau tetap tidak memeriksa dirimu sendiri dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, engkau akan merugikan dan menghancurkan dirimu sendiri. Ketika tiba harinya engkau disingkirkan, dan engkau mulai meratap dan mengertakkan gigimu, semuanya telah terlambat.
Kutipan 33
Beberapa orang tidak tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan dan tidak tahu bagaimana menerapkan firman-Nya ke dalam pelaksanaan tugas mereka atau ke dalam kehidupan nyata. Yang selalu mereka andalkan untuk mendapatkan kebenaran dan bertumbuh dalam kehidupan adalah dengan menghadiri banyak pertemuan. Namun, ini tidak realistis dan merupakan alasan yang tidak masuk akal. Kehidupan diperoleh dengan mengalami firman Tuhan dan mengalami penghakiman dan hajaran. Terlepas dari tugas yang dilakukan, mereka yang tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan mampu memahami dan menerapkan kebenaran, menerima saat dipangkas, mampu memasuki kenyataan kebenaran, mencapai perubahan dalam watak mereka, dan disempurnakan oleh Tuhan saat melaksanakan tugas mereka. Mereka yang malas dan serakah akan kenyamanan tidak mau melaksanakan tugas, dan tidak mengalami pekerjaan Tuhan saat melaksanakan tugasnya. Mereka terus-menerus menuntut agar rumah Tuhan menyediakan pertemuan, khotbah, dan persekutuan tentang kebenaran bagi mereka. Akibatnya, setelah percaya selama sepuluh atau dua puluh tahun dan setelah mendengarkan tak terhitung banyaknya khotbah, mereka masih belum memahami kebenaran atau mendapatkan kebenaran. Mereka tidak tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, tidak mengerti apa itu percaya kepada Tuhan, dan tidak tahu bagaimana mengalami firman Tuhan untuk mengenal diri mereka sendiri dan mendapatkan kebenaran serta kehidupan. Mereka adalah orang yang mendambakan kenyamanan dan melalaikan tugasnya, lalu disingkapkan dan disingkirkan karena cara mereka melaksanakan kewajibannya. Kini, semua orang yang puas melaksanakan tugas mereka dan mementingkan pengejaran kebenaran memiliki jalan masuk kehidupan saat melaksanakan tugas, merenung untuk mengenal diri mereka sendiri saat mereka menyingkapkan kerusakan. Saat menghadapi kesulitan dalam melaksanakan tugas, mereka mencari kebenaran dan mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Tanpa disadari, setelah beberapa tahun melaksanakan tugas, mereka menuai hasil yang jelas, mampu membahas sejumlah kesaksian pengalaman, memiliki pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan dan watak-Nya, sehingga membawa perubahan dalam watak hidup mereka. Saat ini, banyak gereja yang sedang melakukan pentahiran dari orang-orang jahat dan yang mengganggu serta membuat kekacauan. Mereka yang bertahan umumnya adalah yang mampu dengan gigih melaksanakan tugasnya, cukup setia, dan mementingkan pencarian kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Mereka adalah tipe orang yang dapat berdiri teguh dalam kesaksiannya. Engkau semua harus belajar membawa firman Tuhan ke dalam kehidupan nyata dan tugas-tugas yang kaulaksanakan, menerapkan dan menggunakannya, dan kemudian saat ada masalah dan kesulitan, mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Selain itu, engkau harus belajar memperhatikan maksud Tuhan saat melaksanakan tugasmu, dan berusaha menerapkan kebenaran serta menangani segala sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip dalam setiap masalah. Engkau harus belajar menerapkan kasih akan Tuhan, dan dengan hati yang mengasihi Tuhan, memperhatikan beban-Nya, dan mencapai titik di mana engkau dapat memuaskan-Nya. Hanya orang seperti inilah yang tulus mengasihi Tuhan. Sekalipun engkau tidak sepenuhnya memahami kebenaran, dengan penerapan seperti ini engkau masih bisa melaksanakan tugasmu secara memadai, dan bukan hanya engkau dapat mengatasi sikap asal-asalan, tetapi engkau juga bisa belajar menerapkan kasih akan Tuhan, tunduk kepada-Nya, dan memuaskan-Nya saat melaksanakan tugasmu. Inilah pelajaran jalan masuk kehidupan. Jika engkau bisa menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai prinsip dengan cara ini dalam setiap hal, engkau akan masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan memiliki jalan masuk kehidupan. Sesibuk apa pun engkau melaksanakan tugasmu, saat engkau mendapatkan hasil dari jalan masuk kehidupan, pertumbuhan dalam kehidupan, dan dapat tunduk kepada pengaturan dan penataan Tuhan, engkau akan menikmati saat melaksanakan tugasmu. Engkau tidak akan merasa lelah meskipun sangat sibuk. Engkau akan selalu memiliki kedamaian dan sukacita di dalam hati dan merasa sangat diperkaya dan tenang. Apa pun kesulitan yang muncul, Roh Kudus akan mencerahkan dan membimbingmu saat engkau mencari kebenaran. Lalu engkau akan menerima berkat Tuhan. Selain itu, terlepas dari sibuk atau tidaknya engkau dalam melaksanakan tugas, penting untuk sesekali melakukan olahraga yang cocok dan aktivitas kebugaran yang wajar. Hal ini akan meningkatkan sirkulasimu, membantu menjaga tingkat energi yang tinggi, dan efektif mencegah penyakit tertentu akibat pekerjaan. Ini sangat bermanfaat agar engkau bisa melaksanakan tugas dengan baik. Oleh karena itu, saat melaksanakan tugasmu, jika engkau bisa mempelajari banyak hal, memperoleh pemahaman tentang banyak kebenaran, sungguh-sungguh mengenal Tuhan, dan pada akhirnya takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, engkau akan sepenuhnya selaras dengan maksud-Nya. Jika engkau bisa memperoleh kasih akan Tuhan, bersaksi bagi-Nya, dan mencapai kesatuan hati dan kehendak dengan-Nya, engkau sedang menempuh jalan untuk disempurnakan oleh-Nya. Seperti inilah orang yang telah memperoleh berkat Tuhan, dan itu adalah hal yang sangat diberkati! Jika engkau dengan tulus mengorbankan dirimu bagi Tuhan, engkau pasti akan menerima berkat yang berlimpah dari-Nya. Bisakah mereka yang tidak mengorbankan diri bagi Tuhan dan tidak melaksanakan tugas mendapatkan kebenaran? Bisakah mereka mendapatkan keselamatan? Sulit untuk dijawab. Semua berkat hanya bisa diperoleh jika melaksanakan tugas dan mengalami pekerjaan Tuhan. Dalam melaksanakan tugas, orang tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, bagaimana mengalami penghakiman dan hajaran, ujian dan pemurnian, serta dipangkas. Inilah hal-hal yang paling layak untuk diberkati. Selama orang mencintai kebenaran dan mengejarnya, mereka pada akhirnya akan mendapatkan kebenaran, mengubah watak hidup mereka, mendapatkan perkenanan Tuhan, dan menjadi orang yang diberkati oleh-Nya.
Beberapa orang tidak mencari kebenaran saat mengalami masalah dalam melaksanakan tugasnya, selalu hidup menurut gagasan dan imajinasinya sendiri, melakukan berbagai hal berdasarkan preferensi pribadi, dan secara membabi buta bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri. Alhasil, mereka melakukan banyak kesalahan dan menunda pekerjaan gereja. Saat mengalami pemangkasan, mereka tetap tidak menerima kebenaran dan melanjutkan perilakunya yang degil dan ceroboh. Alhasil, mereka kehilangan pekerjaan Roh Kudus, dan kepercayaan mereka kepada Tuhan menjadi keliru dan terselimuti kegelapan. Beberapa orang menyukai ketenaran, keuntungan, serta mengejar status, menyibukkan diri dengan hal-hal ini tanpa memikirkan maksud Tuhan atau menerima persekutuan apa pun tentang kebenaran. Pada akhirnya, mereka disingkapkan dan disingkirkan, lalu jatuh ke dalam kegelapan. Beberapa orang percaya mengakui inkarnasi Tuhan, tetapi di dalam hati, mereka masih hanya percaya kepada Tuhan surgawi dan Roh Tuhan. Mereka terus-menerus memiliki gagasan tentang Tuhan yang nyata dan hati mereka dijaga dari-Nya, karena takut Dia akan mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Mereka menghindari Tuhan di setiap kesempatan, dan saat melihat-Nya, mereka memandang-Nya seolah-olah Dia adalah orang asing. Alhasil, mereka tidak mendapatkan apa-apa dan sama sekali tidak beriman kepada-Nya meskipun telah percaya selama beberapa tahun. Mereka tidak ada bedanya dari pengikut yang bukan orang percaya. Ini sepenuhnya karena mereka tidak mengejar kebenaran. Beberapa orang selalu ingin melihat Tuhan yang nyata. Mereka berhasrat untuk menyenangkan Tuhan dan membuat-Nya meninggikan status mereka, agar mereka bisa memanfaatkan wewenang di gereja. Alhasil, karena mereka tidak jujur, tidak terbuka, terus-menerus mengamati wajah Tuhan, dan berspekulasi tentang maksud-Nya, mereka ditolak oleh-Nya. Tuhan tidak lagi ingin melihat orang-orang semacam ini. Apa tujuan kepercayaan orang-orang ini kepada Tuhan? Dengan Tuhan yang mengatakan begitu banyak kebenaran, mengapa mereka masih menyelidiki-Nya? Jika mereka percaya kepada Tuhan, mengapa mereka tidak mengejar kebenaran? Mengapa terus-menerus berambisi dan berhasrat, mencari ketenaran, status, manfaat, dan keuntungan? Mereka menyembunyikan motif jahat dalam memercayai Tuhan, dan orang lain tidak bisa memahami mereka. Ini semua adalah perilaku pengikut yang bukan orang percaya. Sebenarnya, siapa pun yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak bisa menerima kebenaran adalah pengikut yang bukan orang percaya. Hanya mereka yang mengejar kebenaran, berusaha melaksanakan tugas dengan baik, dan berupaya memuaskan-Nya yang percaya dengan tulus kepada Tuhan dan mampu mendapatkan perkenanan-Nya.
Setiap hari dan tahun yang telah engkau semua lalui dalam hidup memiliki nilai. Di manakah letak nilai ini? Saat seseorang menghadap ke hadirat Sang Pencipta, melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan, dan memperoleh kebenaran dari Sang Pencipta, mereka menjadi berguna di mata Tuhan. Bukankah menyumbangkan upayamu yang rendah hati demi rencana pengelolaan Tuhan membuat setiap hari dalam hidupmu menjadi berharga? (Ya, tentu saja.) Inilah nilai yang ada di setiap hari dalam hidupmu, dan itu sangat berharga! Jika setiap hari dalam hidupmu memiliki nilai semacam itu, apalah artinya sedikit penderitaan atau penyakit saat melaksanakan tugasmu? Orang tidak boleh mengeluh. Orang telah memperoleh begitu banyak hal dengan berada di hadirat Tuhan; mereka menikmati kasih karunia, berkat, serta perlindungan yang tak terlihat yang melampaui apa pun yang bisa mereka bayangkan dan lihat. Orang telah menerima begitu banyak hal—apalah artinya beberapa penyakit kecil? Bukankah itu pelajaran yang harus dipelajari orang? Jika melalui penyakit orang bisa memahami kebenaran, mencapai ketundukan kepada Tuhan, dan memuaskan-Nya, bukankah itu berkat lain dari Tuhan? Di antara mereka yang mencari nafkah di dunia, siapa yang tidak mengalami penyakit fisik? Siapa yang peduli jika mereka menderita penyakit? Tidak ada yang peduli, tidak ada yang bertanya, dan tidak ada yang memberi mereka jaminan. Apakah engkau semua yang melaksanakan tugas di rumah Tuhan memiliki jaminan? (Ya.) Semua orang yang dengan tulus mengorbankan diri demi Tuhan memiliki jaminan dan menerima berkat-Nya. Jaminan seperti apa yang engkau semua amati dan kenali? (Aku tidak lagi dipengaruhi atau diracuni oleh tren jahat dunia; aku telah menjauhi penindasan dan bahaya orang-orang tidak percaya, dan dilindungi serta diberkati Tuhan dalam segala hal. Aku tidak akan lagi ditangkap atau dianiaya oleh naga merah yang sangat besar. Aku akan tinggal di rumah Tuhan, berinteraksi dengan saudara-saudari lainnya, dan hatiku akan damai, bersukacita, dan tenang. Setiap hari, aku akan makan dan minum firman Tuhan dan bersekutu tentang kebenaran, dan hatiku akan makin cerah. Setelah memahami kebenaran, hatiku sangat bersukacita, rohku memperoleh kebebasan dan pembebasan, dan aku tidak lagi ditipu atau dirugikan oleh orang jahat dan licik. Selain itu, setelah menyaksikan perlindungan dan berkat Tuhan, aku tidak lagi takut saat bencana menimpaku; hatiku merasa tenang dan damai. Aku telah mengesampingkan kekhawatiran tentang hal-hal seperti akankah kebutuhan pokokku terpenuhi di masa depan, dan akankah ada orang yang menafkahiku saat aku tua nanti. Hidup di hadirat Tuhan sungguh merupakan berkat dan sukacita!) Apa yang engkau semua rasakan saat ini terbatas, tetapi setelah bencana besar, engkau semua akan memahami dan melihat banyak hal dengan jelas. Semua ini adalah perlindungan Tuhan dan berkat-Nya. Saat ini, meskipun engkau semua terkadang dipangkas, serta menjalani ujian dan pemurnian, dan terkadang mengalami penghakiman dan hajaran Tuhan, serta menderita karena firman-Nya, inilah penderitaan karena memperoleh keselamatan dan penyempurnaan—ini tidak sama dengan penderitaan orang-orang tidak percaya. Yang terpenting adalah dengan melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, engkau menjadi makhluk ciptaan yang berguna dan menjalani hidup yang bernilai dan bermakna—bukan hidup untuk daging dan Iblis, engkau hidup demi mengejar kebenaran dan memuaskan Tuhan. Dalam menjalankan tugasmu, engkau memperoleh pemahaman tentang banyak kebenaran dan maksud Tuhan. Ini adalah hal yang paling berharga. Setelah engkau memahami kebenaran, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan memperoleh kebenaran sebagai hidupmu, engkau akan hidup di hadirat Tuhan dan hidup dalam terang. Sekarang, engkau melaksanakan tugasmu setiap hari, dan tiap hari yang kaujalani memiliki upah dan nilainya sendiri. Engkau juga telah memperoleh kebenaran, dan hidup di hadirat Tuhan. Bukankah ini memiliki jaminan? (Ya.) Apa jaminan ini? (Tidak ditangkap oleh Iblis.) Selain tidak ditangkap oleh Iblis, apa hal yang lebih penting lagi? Tuhan menciptakanmu sebagai manusia, dan sekarang engkau mampu melaksanakan tugasmu, memahami maksud-Nya, memiliki kenyataan kebenaran, mengikuti jalan-Nya, dan hidup menurut maksud-Nya. Tuhan memperkenan engkau, dan itulah jaminan serta kepastian bahwa engkau tidak akan dibinasakan oleh Tuhan. Bukankah ini modal hidupmu? Tanpa hal-hal ini, apakah engkau memenuhi syarat untuk melanjutkan hidup? (Tidak.) Bagaimana seseorang bisa memenuhi syaratnya? Bukankah dengan mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, memenuhi maksud Tuhan, mengikuti jalan-Nya, serta memperoleh kenyataan kebenaran dan memperlakukan firman Tuhan sebagai kehidupan? (Ya.) Karena hal-hal ini, engkau mampu menyembah Tuhan, dan di mata-Nya, engkau adalah makhluk ciptaan yang layak. Bagaimana mungkin Dia tidak bersukacita atas engkau? Siapa orang yang ingin dibinasakan oleh Tuhan? Makhluk ciptaan macam apakah mereka? (Para pelaku kejahatan.) Siapa pun yang melakukan kejahatan pasti menentang Tuhan, dan memusuhi-Nya—mereka adalah musuh Tuhan dan akan menjadi orang pertama yang dibinasakan. Antikristus yang bersaing dengan Tuhan demi memperoleh status, pengikut yang bukan orang percaya; mereka yang muak dengan kebenaran, yang memusuhi Tuhan, tidak mengejar kebenaran dan melawan-Nya hingga akhir, dan mereka yang tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan di tingkat apa pun—inilah orang-orang yang ingin dibinasakan Tuhan. Beberapa orang yang tidak melaksanakan tugasnya adalah pengikut yang bukan orang percaya. Sebagian lainnya, meskipun melaksanakan tugas, mereka terus-menerus bersikap asal-asalan, mampu melakukan kejahatan dan menimbulkan kekacauan, serta menentang dan melawan Tuhan. Apakah orang-orang semacam itu bisa dianggap sebagai makhluk ciptaan yang layak di mata Tuhan? (Tidak bisa.) Apa yang akhirnya akan menjadi hasil akhir pada makhluk ciptaan yang dianggap tidak layak? (Tuhan akan menyingkirkan dan membinasakan mereka.) Apakah ada nilai dalam kehidupan makhluk ciptaan yang dianggap tidak layak? (Tidak.) Mereka mungkin berpikir, "Hidupku bernilai. Aku ingin hidup. Aku bisa melakukan hal-hal baik dengan hidupku!" Namun, di mata Tuhan, mereka bahkan tidak bisa melaksanakan tugas dasar sebagai makhluk ciptaan. Jika mereka tidak bisa melaksanakan tugasnya secara memadai, apakah hidup mereka layak untuk dijalani? Apakah ada nilai dalam keberadaan mereka? Jika tidak ada nilai dalam keberadaan mereka, lalu apakah Tuhan masih menginginkan mereka? (Tidak.) Apa yang akan dilakukan Tuhan? Dia akan menyingkirkan mereka. Orang-orang yang kasusnya lebih ringan, akan dikesampingkan dan diserahkan kepada setan najis dan roh-roh jahat, sedangkan yang kasusnya lebih berat, akan menerima hukuman, dan yang kasusnya lebih berat lagi, akan mengarah ke kehancuran.
Kutipan 34
Ada orang-orang yang sama sekali tidak mau menderita dalam tugas mereka, yang selalu mengeluh setiap kali menghadapi masalah dan tidak mau membayar harga. Sikap macam apa ini? Ini adalah sikap yang asal-asalan. Jika engkau melaksanakan tugasmu dengan asal-asalan, dan memperlakukannya dengan sikap yang tidak menghargai, akan seperti apa hasilnya? Engkau akan melaksanakan tugasmu dengan buruk, meskipun engkau mampu melaksanakannya dengan baik—pelaksanaan tugasmu tidak akan memenuhi standar, dan Tuhan akan sangat tidak puas dengan sikapmu terhadap tugasmu. Jika engkau telah mampu berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran, dan mencurahkan segenap hati dan pikiranmu ke dalamnya, jika engkau telah mampu bekerja sama dengan cara seperti ini, Tuhan akan mempersiapkan segalanya untukmu terlebih dahulu, sehingga ketika engkau menangani masalah, segala sesuatunya akan berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang baik. Engkau tidak perlu mengerahkan banyak tenaga; ketika engkau berusaha sebaik mungkin untuk bekerja sama, Tuhan sudah mengatur segala sesuatunya untukmu. Jika engkau licik dan malas, jika engkau tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, dan selalu menempuh jalan yang salah, Tuhan tidak akan bekerja di dalam dirimu; engkau akan kehilangan kesempatan ini, dan Tuhan akan berkata, "Engkau tidak berguna; Aku tidak dapat memakaimu. Menyingkirlah. Engkau suka bersikap licik dan bermalas-malasan, bukan? Engkau suka bermalasan dan bersantai, bukan? Kalau begitu, bersantailah untuk selamanya!" Tuhan akan memberikan anugerah dan kesempatan ini kepada orang lain. Bagaimana menurutmu: Apakah ini kerugian atau keuntungan? (Kerugian.) Ini adalah kerugian yang sangat besar!
Tuhan menyempurnakan mereka yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya, dan semua orang yang mengejar kebenaran di berbagai lingkungan berbeda. Dia memungkinkan orang untuk mengalami firman-Nya melalui berbagai lingkungan atau ujian, sehingga dengan cara demikian mereka memperoleh pemahaman akan kebenaran, pengenalan yang benar akan Dia, dan pada akhirnya memperoleh kebenaran. Jika engkau mengalami pekerjaan Tuhan dengan cara ini, watak hidupmu akan berubah, dan engkau akan dapat memperoleh kebenaran dan hidup. Berapa banyak yang telah engkau semua dapatkan melalui pengalamanmu selama bertahun-tahun terakhir? (Banyak.) Jadi, bukankah menanggung sedikit penderitaan dan membayar sedikit harga ketika melaksanakan tugasmu layak untuk kaulakukan? Apa yang telah kauperoleh sebagai hasilnya? Engkau telah memahami begitu banyak kebenaran! Ini adalah harta yang tak ternilai harganya! Apa yang ingin orang peroleh melalui kepercayaan mereka kepada Tuhan? Bukankah untuk memperoleh kebenaran dan hidup? Apakah menurutmu engkau dapat memperoleh kebenaran tanpa mengalami lingkungan-lingkungan ini? Sama sekali tidak bisa. Jika, ketika kesulitan khusus menimpamu atau engkau menghadapi lingkungan tertentu, sikapmu adalah selalu menghindarinya atau melarikan diri darinya, mati-matian berusaha untuk menolak dan menyingkirkannya—jika engkau tidak ingin tunduk pada pengaturan Tuhan, tidak mau tunduk pada pengaturan dan penataan-Nya, dan tidak ingin membiarkan kebenaran menguasai dirimu—jika engkau selalu ingin menjadi penentu keputusan dan mengendalikan segala sesuatu tentangmu berdasarkan watak Iblis dalam dirimu, maka akibatnya adalah, cepat atau lambat, Tuhan pasti akan mengesampingkan atau menyerahkanmu kepada Iblis. Jika orang memahami masalah ini, mereka harus segera berubah dan menempuh jalan hidup mereka berdasarkan jalan yang benar yang Tuhan kehendaki. Jalan ini adalah jalan yang benar, dan karena jalan ini benar, berarti arahnya benar. Mungkin ada hambatan dan kesulitan selama periode ini, mereka mungkin tersandung atau terkadang menjadi sedikit tidak puas dan menjadi negatif selama beberapa hari. Selama mereka dapat bertahan untuk terus melaksanakan tugas mereka dan tidak menunda-nunda, semua masalah ini tidak akan berarti, tetapi mereka harus segera merenungkan diri mereka sendiri, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, dan mereka sama sekali tidak boleh menunda-nunda, tidak mau lagi berusaha keras, atau melepaskan tugas mereka. Ini sangat penting. Jika engkau berpikir, "Bersikap negatif dan lemah bukanlah masalah besar; itu adalah masalah dalam diriku. Tuhan tidak mengetahuinya. Dan mengingat bagaimana aku telah menderita di masa lalu dan harga yang telah kubayar, Dia pasti akan bersikap lunak kepadaku," dan jika kelemahan dan kenegatifan ini terus berlanjut, dan engkau tidak mencari kebenaran atau memetik pelajaran di lingkungan yang telah Tuhan atur untukmu, engkau akan berulang kali kehilangan kesempatanmu, dan akibatnya, engkau akan melewatkan, menyabotase, dan menghancurkan semua kesempatan yang Tuhan maksudkan untuk menyempurnakanmu. Apa yang akan menjadi konsekuensi hal ini? Hatimu akan menjadi makin gelap, engkau tidak akan lagi merasakan Tuhan dalam doa-doamu, dan engkau akan menjadi negatif sampai pada titik di mana pikiranmu dipenuhi dengan kejahatan dan pengkhianatan. Kemudian engkau akan terjebak dalam kesengsaraan yang luar biasa, merasa sama sekali tidak berdaya dan sangat sedih. Engkau akan merasa bahwa engkau tidak memiliki jalan atau arah, dan bahwa engkau tidak dapat melihat cahaya atau menemukan harapan apa pun. Apakah melelahkan hidup seperti ini? (Ya.) Mereka yang tidak menempuh jalan mengejar kebenaran yang terang itu, akan selamanya hidup di bawah kuasa Iblis, dalam dosa dan kegelapan yang kekal, dan tanpa harapan. Dapatkah engkau semua memahami maksud dari perkataan ini? (Aku harus mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasku dengan segenap hati dan pikiranku.) Ketika engkau diminta untuk melaksanakan tugas tertentu, dan tugas itu dipercayakan kepadamu, jangan berpikir tentang bagaimana menghindari kesulitan; jika ada sesuatu yang sulit kautangani, jangan mengesampingkan dan mengabaikannya. Engkau harus menghadapinya secara langsung. Engkau harus selalu ingat bahwa Tuhan menyertai manusia, bahwa setiap kali mereka memiliki kesulitan apa pun, mereka hanya perlu berdoa dan mencari jawaban dari Tuhan, dan bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang sukar. Engkau harus memiliki keyakinan ini. Karena engkau percaya bahwa Tuhan adalah Yang Berdaulat atas segala sesuatu, mengapa engkau masih merasa takut ketika sesuatu menimpamu, dan merasa tidak memiliki apa pun yang dapat kauandalkan? Ini membuktikan bahwa engkau tidak mengandalkan Tuhan. Jika engkau tidak menjadikan Dia sebagai penopangmu dan sebagai Tuhanmu, maka Dia bukanlah Tuhanmu. Dalam kehidupan nyata, apa pun situasi yang kauhadapi, engkau harus sering datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan mencari kebenaran. Sekalipun engkau memahami kebenaran dan mendapatkan sesuatu yang berkaitan dengan satu hal saja setiap harinya, itu tidak akan berarti engkau telah membuang-buang waktu! Berapa banyak waktu dalam sehari yang dapat engkau semua gunakan untuk datang ke hadapan Tuhan saat ini? Berapa kali engkau datang ke hadapan Tuhan dalam sehari? Sudahkah engkau memperoleh hasilnya? Jika seseorang jarang datang ke hadapan Tuhan, rohnya akan menjadi kering dan sangat gelap. Ketika semuanya baik-baik saja, orang itu akan menjauh dari Tuhan dan mengabaikan-Nya, dan hanya mencari-Nya ketika ada kesulitan. Seperti inikah percaya kepada Tuhan? Seperti inikah mengalami pekerjaan Tuhan? Inilah perwujudan yang diperlihatkan pengikut yang bukan orang percaya. Dengan kepercayaan kepada Tuhan seperti ini, mustahil untuk mendapatkan kebenaran dan hidup.
Ketika orang tidak memahami atau menerapkan kebenaran, mereka akan sering hidup berdasarkan watak rusak Iblis dalam diri mereka. Mereka hidup di tengah berbagai jerat Iblis, berpikir tentang masa depan, harga diri, status, dan kepentingan pribadi mereka sendiri, dan memeras otak untuk hal-hal ini. Namun, jika engkau menerapkan sikap ini ketika engkau melaksanakan tugasmu, ketika engkau mencari dan mengejar kebenaran, engkau akan mampu memperoleh kebenaran. Sebagai contoh, engkau memeras otak demi keuntungan pribadi yang sepele, engkau memikirkannya dengan cermat dan teliti, merencanakan segala sesuatunya dengan sempurna, mencurahkan banyak pikiran dan tenaga ke dalamnya. Jika engkau mencurahkan energi yang sama untuk melaksanakan tugasmu dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau akan melihat bahwa Tuhan akan bersikap berbeda terhadapmu. Orang-orang selalu mengeluh tentang Tuhan: "Mengapa Dia baik kepada orang lain tetapi tidak kepadaku? Mengapa Dia tidak pernah mencerahkanku? Mengapa aku selalu lemah? Mengapa aku tidak sebaik mereka?" Mengapa mereka seperti ini? Tuhan tidak pilih kasih. Jika engkau tidak datang ke hadapan Tuhan, dan selalu ingin menyelesaikan sendiri masalah yang menimpamu, Dia tidak akan mencerahkanmu. Dia akan menunggu sampai engkau datang untuk berdoa dan memohon kepada-Nya, kemudian Dia akan mengabulkan permohonanmu. Orang seperti apa yang Tuhan sukai? Apa yang Tuhan tunggu untuk orang minta dari-Nya? Apakah Dia ingin mereka meminta uang, kenyamanan, ketenaran, keuntungan, dan kesenangan, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak tahu malu itu? Tuhan tidak suka jika orang meminta hal-hal seperti itu kepada-Nya. Mereka yang meminta hal-hal ini dari Tuhan tidak tahu malu, mereka adalah orang-orang yang paling hina, dan Tuhan tidak menginginkan mereka. Dia menginginkan orang yang mampu menyadari dosa-dosanya, dan mencari kebenaran dari-Nya serta menerima kebenaran—ini adalah jenis orang yang Dia anggap dapat diterima. Engkau harus berdoa seperti ini: "Ya Tuhan, aku telah sangat dirusak oleh Iblis, dan aku sering hidup di tengah watak rusakku. Aku tidak mampu mengatasi berbagai godaan reputasi dan status, dan aku tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Aku kurang memahami prinsip-prinsip kebenaran. Aku mohon kepada-Mu untuk mencerahkan dan membimbingku," dan "Aku bersedia melaksanakan tugasku, tetapi aku merasa aku tidak mampu—di satu sisi, tingkat pertumbuhanku terlalu rendah, dan di sisi lain, aku kurang memahami bidang ini. Aku khawatir bahwa aku tidak akan melakukan segala sesuatunya dengan baik. Aku memohon bimbingan dan pertolongan-Mu." Tuhan sedang menunggumu untuk datang dan mencari kebenaran. Ketika engkau datang ke hadapan Tuhan untuk mencari dengan hati yang jujur, Dia akan mencerahkan dan menerangimu, dan engkau akan memiliki jalan dan tahu bagaimana melaksanakan tugasmu. Jika engkau selalu berusaha keras untuk memahami kebenaran, dan membawa keadaanmu yang sebenarnya ke hadapan Tuhan dalam doa, dan memohon bimbingan dan kasih karunia Tuhan, dengan cara ini engkau akan secara bertahap memahami dan menerapkan kebenaran, dan apa yang kaujalani akan memiliki keserupaan dengan manusia, dan merupakan kemanusiaan yang normal, dan kenyataan kebenaran. Jika engkau tidak mempertimbangkan maksud-maksud Tuhan, dan tidak mengejar kebenaran, serta sering merencanakan, merenungkan, banyak berpikir dan bekerja keras, dan bahkan mengorbankan hidupmu untuk berbagai kepentinganmu, melakukan apa pun untuk itu, maka engkau mungkin akan mendapatkan rasa hormat dari orang, serta berbagai manfaat dan berbagai bentuk kebanggaan—tetapi mana yang lebih penting, hal-hal ini ataukah kebenaran? (Kebenaran.) Orang-orang memahami doktrin ini, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran, mereka menghargai kepentingan dan status mereka sendiri. Jadi, apakah mereka sebenarnya memahami hal ini, atau apakah ini adalah pemahaman yang keliru? (Ini adalah pemahaman yang keliru.) Sebenarnya, mereka bodoh. Mereka tidak memahami hal ini dengan jelas. Jika mereka mampu memahami hal ini dengan jelas, mereka akan memperoleh sedikit tingkat pertumbuhan. Ini mengharuskan mereka untuk mengejar kebenaran, mengerahkan upaya mereka untuk memahami firman Tuhan; mereka tidak boleh bingung dan bersikap ceroboh. Jika engkau tidak mengejar kebenaran dan suatu hari kelak Tuhan berkata, "Tuhan telah selesai berfirman, Dia tidak ingin mengatakan apa pun lagi kepada umat manusia ini, dan tidak melakukan apa pun lagi, dan saatnya telah tiba untuk memeriksa pekerjaan manusia," maka engkau pasti akan disingkirkan. Sehebat apa pun pendukungmu, sebanyak apa pun karunia dan bakat yang kaumiliki, seberapa pun terpelajarnya dirimu, atau setinggi apa pun prestisemu, atau seberapa pun menonjolnya kedudukanmu di dunia ini, tidak satu pun dari hal-hal ini akan berguna. Pada saat itu, engkau akan menyadari betapa berharganya dan pentingnya kebenaran, engkau akan memahami bahwa jika engkau belum memperoleh kebenaran, engkau tidak ada kaitannya dengan Tuhan, dan engkau akan tahu betapa menyedihkan dan tragisnya percaya kepada Tuhan tanpa memperoleh kebenaran. Sekarang ini, banyak orang sudah memiliki perasaan yang samar-samar tentang hal ini di dalam hati mereka, tetapi perasaan ini belum membangkitkan tekad dalam diri mereka untuk mengejar kebenaran. Mereka belum merasakan betapa berharganya dan pentingnya kebenaran di dalam hati mereka. Sedikit kesadaran saja tidak cukup; orang harus benar-benar memahami esensi masalah ini dengan jelas. Jika engkau memahaminya, engkau akan tahu aspek kebenaran mana yang harus digunakan untuk menyelesaikan masalah tertentu. Hanya kebenaran yang dapat menyelesaikan berbagai kesulitan yang manusia hadapi, dan meluruskan berbagai pemikiran mereka yang menyimpang, pandangan mereka yang sempit, watak mereka yang rusak, serta berbagai masalah yang berkaitan dengan kerusakan. Dengan hanya mengejar kebenaran dan terus menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau akan mampu menyingkirkan watak rusakmu dan mencapai ketundukan kepada Tuhan. Jika engkau hanya mengandalkan cara-cara manusia dan pengekangan diri manusia untuk menyelesaikan masalah apa pun yang menimpamu, engkau tidak akan pernah bisa membereskan berbagai kesulitan dan watak yang rusak ini. Ada orang-orang yang berkata, "Jika aku lebih banyak membaca firman Tuhan dan menghabiskan beberapa jam setiap hari untuk membacanya, apakah aku pasti mampu mencapai perubahan watak?" Itu tergantung pada bagaimana caramu membaca firman Tuhan dan apakah engkau dapat memahami kebenaran dan menerapkannya atau tidak. Jika engkau hanya asal-asalan ketika membaca firman-Nya dan tidak mengejar kebenaran, engkau tidak akan mendapatkan kebenaran, dan jika engkau tidak mendapatkan kebenaran, watak hidupmu sama sekali tidak akan berubah. Singkatnya, orang harus benar-benar mengejar kebenaran, dan orang harus mengejar kebenaran dan menerapkannya untuk mencapai perubahan watak. Sekadar membaca firman Tuhan tanpa menerapkan kebenaran tidak akan pernah berhasil. Menjadi seperti orang Farisi, yang mengkhususkan diri untuk mengkhotbahkan firman Tuhan kepada orang lain dan memberi tahu mereka cara untuk menerapkannya, tetapi mereka sendiri tidak menerapkannya, adalah jalan yang salah. Tuhan menuntut orang agar lebih banyak membaca firman-Nya sehingga mereka mampu memahami kebenaran, menerapkan kebenaran, dan hidup dalam kenyataan kebenaran. Tuntutan Tuhan untuk orang masuk ke dalam kenyataan kebenaran, mengikuti jalan-Nya, dan menempuh jalan yang benar dalam kehidupan yang mengejar kebenaran, berkaitan langsung dengan tuntutan-Nya agar orang berlatih menyerahkan segenap hati dan kekuatan mereka saat melaksanakan tugas mereka. Dalam mengikut Tuhan, orang harus mengalami pekerjaan-Nya melalui pelaksanaan tugas mereka agar dapat memperoleh keselamatan dan disempurnakan.
Kutipan 35
Dapatkah hal-hal yang kauhadapi yang tidak sesuai dengan gagasanmu memengaruhi pelaksanaan tugasmu? Sebagai contoh, terkadang pekerjaan menjadi sibuk, dan orang dituntut untuk menanggung sedikit kesukaran dan sedikit membayar harga untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga ada orang-orang yang memiliki gagasan tertentu di pikiran mereka dan penentangan pun muncul dalam diri mereka, dan mereka mungkin menjadi negatif dan kendur dalam pekerjaan mereka. Terkadang, pekerjaan sedang tidak sibuk, dan tugas orang menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan, sehingga ada orang-orang yang merasa senang akan hal ini dan berpikir, "Alangkah bagusnya jika melaksanakan tugas selalu semudah ini." Orang-orang macam apakah mereka? Mereka adalah para pemalas yang sangat mendambakan kenyamanan daging. Apakah orang-orang seperti itu setia dalam melaksanakan tugas mereka? (Tidak.) Orang-orang seperti itu mengaku bahwa mereka mau tunduk kepada Tuhan, tetapi ketundukan mereka disertai dengan syarat—segala sesuatu harus sesuai dengan gagasan mereka sendiri dan tidak membuat mereka harus menanggung kesukaran untuk tunduk. Jika mereka harus menghadapi kesengsaraan dan perlu menanggung kesukaran, mereka banyak mengeluh dan bahkan memberontak dan melawan Tuhan. Orang seperti apakah mereka? Mereka adalah orang yang tidak mencintai kebenaran. Jika perbuatan Tuhan sesuai dengan gagasan dan keinginan mereka sendiri, dan mereka tidak perlu menanggung kesukaran atau membayar harga, mereka mampu tunduk. Namun, jika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan atau kesukaan mereka, dan menuntut mereka untuk menanggung kesukaran dan membayar harga, mereka tidak mampu tunduk. Sekalipun mereka tidak secara terang-terangan menentang, di dalam hatinya, mereka menentang dan merasa kesal. Mereka menganggap diri mereka sedang menanggung kesukaran berat dan hati mereka dipenuhi keluhan. Masalah apakah ini? Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mencintai kebenaran. Dapatkah doa, sumpah, atau tekad mengatasi masalah ini? (Tidak.) Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah ini? Engkau harus terlebih dahulu memahami maksud Tuhan dan tuntutan-Nya, serta memahami apa artinya benar-benar tunduk. Engkau harus tahu apa yang dimaksud dengan pemberontakan dan perlawanan, merenungkan watak rusak mana yang menghalangi ketundukanmu kepada Tuhan dan seharusnya memahami hal-hal ini dengan jelas. Jika engkau adalah orang yang mencintai kebenaran, engkau akan mampu memberontak terhadap daging, terutama kesukaan dagingmu, dan kemudian berlatih tunduk kepada Tuhan, serta bertindak sesuai dengan tuntutan-Nya. Dengan cara ini, engkau akan dapat membereskan kerusakan dan pemberontakanmu dan mencapai ketundukan kepada Tuhan. Jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau tidak akan mampu memahami yang sebenarnya tentang hal-hal ini, tidak akan mampu mengenali keadaan dalam dirimu, dan tidak akan mampu mengenali hal-hal apa saja yang menghalangimu untuk tunduk kepada Tuhan. Akibatnya, tidak akan mungkin bagimu untuk memberontak terhadap daging dan berlatih tunduk kepada Tuhan. Jika bahkan untuk memberontak terhadap kesukaan daging pun orang tidak mampu, akan sangat sulit bagi mereka untuk setia dalam pelaksanaan tugas mereka. Apakah orang seperti itu bisa dikatakan tunduk kepada Tuhan? Tanpa kesetiaan, dapatkah orang melaksanakan tugasnya dengan memenuhi syarat? Dapatkah mereka memenuhi tuntutan Tuhan? Tentu saja tidak. Jika orang ingin memenuhi syarat dalam pelaksanaan tugasnya, mereka setidaknya harus mampu menerapkan kebenaran dan benar-benar tunduk kepada Tuhan. Jika orang tidak mampu memberontak terhadap kesukaan daging, mereka tidak dapat menerapkan kebenaran. Jika engkau selalu bertindak sesuai dengan keinginanmu sendiri, engkau bukanlah orang yang tunduk kepada Tuhan. Sekalipun engkau terkadang tunduk kepada-Nya, ketundukan itu bersyarat: engkau hanya tunduk jika segala sesuatunya sesuai dengan gagasanmu dan saat engkau berada dalam suasana hati yang baik. Jika perbuatan Tuhan tidak sesuai dengan gagasanmu, jika tugas dan lingkungan yang Tuhan atur untukmu membuatmu mengalami kesukaran besar, membuatmu merasa malu, atau sangat tidak puas, akankah engkau mampu tetap tunduk? Akan sulit bagimu untuk tunduk; engkau akan menemukan berbagai alasan untuk memberontak terhadap Tuhan dan melawan-Nya. Bahkan setelah engkau kemudian merenungkan dirimu, tidak akan mudah bagimu untuk memberontak terhadap daging, karena memberontak terhadap daging bukanlah hal yang sederhana. Bagaimana cara memberontak terhadap daging? Tentu saja, orang harus mencari kebenaran. Orang juga harus mengenali esensi rusak mereka dan buruknya kerusakan mereka, hingga mencapai taraf membenci diri mereka sendiri, membenci kesukaan daging mereka dan membenci esensi dari daging. Baru setelah itulah, mereka akan rela memberontak terhadap daging. Jika orang tidak memahami kebenaran, mereka tidak akan mampu membenci hal-hal dari daging, dan tanpa kebencian, tidaklah mungkin untuk memberontak terhadap daging. Oleh karena itu, engkau perlu berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya agar memiliki jalan untuk kauikuti. Tanpa kebenaran, orang tidak akan memiliki kekuatan, dan mereka tidak akan mampu menerapkan kebenaran, meskipun mereka menginginkannya. Orang harus benar-benar berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia.
Ada orang-orang yang tidak mengejar kebenaran; mereka hanya mendambakan kenyamanan daging, dan mereka tidak bersedia menanggung kesukaran demi memperoleh kebenaran. Setiap kali mereka menghadapi kesukaran, bahkan yang terkecil pun, mereka mengeluh dan menyalahkan Tuhan, dan mereka tidak mencari kebenaran untuk mengatasi hal ini. Mereka juga berdoa kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan, identitas dan esensi-Mu sungguh mulia. Aku tidak layak mengasihi-Mu, tetapi aku mau tunduk kepada-Mu. Seperti apa pun situasinya, aku mau tunduk kepada-Mu. Kumohon Engkau membimbing, menerangi, dan mencerahkanku. Jika aku tak mampu sungguh-sungguh mengasihi-Mu dan tunduk pada-Mu, memeriksa dan hukumlah aku. Biarkan penghakiman-Mu menimpaku." Setelah berdoa seperti ini, mereka merasa itu sudah cukup baik, padahal bukankah doa mereka hanyalah setumpuk kata-kata kosong? Apakah terus-menerus berdoa dengan kata-kata kosong dan mengulang beberapa kata-kata dan doktrin dapat menyelesaikan masalah? (Tidak.) Ketika orang berdoa dengan kata-kata kosong, masalah apa ini? Bukankah ada sedikit natur menipu dalam doa yang seperti itu? Apakah berdoa seperti ini di hadapan Tuhan berguna? Malas dan tidak mampu menanggung penderitaan, sembari mendambakan kenyamanan daging, tahu kebenaran tetapi tidak mampu tunduk padanya, tahu tugasnya tapi gagal memegang teguh, dan hanya mengatakan keinginan untuk mengasihi Tuhan padahal tahu bahwa dirinya belum mempersembahkan segenap hati dan kekuatannya—bukankah ini berarti sedang membohongi Tuhan? Tidak ada apa pun yang lebih dibenci Tuhan selain doa-doa ritual keagamaan. Tuhan hanya menerima doa jika doa-doa tersebut tulus. Jika tidak ada sesuatu pun yang tulus untuk kaukatakan, maka diamlah; jangan selalu datang ke hadirat Tuhan dengan mengucapkan kata-kata palsu atau bersumpah secara membabi buta untuk menipu-Nya. Jangan katakan betapa engkau sangat mengasihi-Nya, betapa engkau sangat ingin setia kepada-Nya. Jika engkau tidak mampu mencapai keinginanmu itu, jika engkau tidak memiliki tekad dan tingkat pertumbuhan seperti ini, engkau sama sekali tidak boleh datang ke hadirat Tuhan dan berdoa dengan cara seperti itu. Melakukannya berarti engkau mengolok-olok Tuhan. Apa artinya mengolok-olok? Mengolok-olok berarti menertawakan dan mempermainkan. Ketika orang datang ke hadirat Tuhan untuk berdoa dengan watak seperti ini, sekurang-kurangnya, ini merupakan tipu daya. Yang terburuk, jika engkau sering melakukan hal ini, berarti engkau memiliki karakter yang benar-benar hina. Jika Tuhan mengutukmu, Dia akan menyebut tindakanmu ini penghujatan! Orang-orang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, mereka tidak tahu bagaimana takut akan Tuhan, atau bagaimana mengasihi dan memuaskan Dia. Jika mereka tidak memahami kebenaran, atau jika mereka memiliki watak yang rusak, Tuhan akan mengabaikan hal itu. Namun, mereka datang ke hadirat Tuhan sembari hidup di tengah watak rusak mereka dan menggunakan cara-cara orang tidak percaya dalam menipu orang, terhadap Tuhan, dan mereka "dengan penuh kesungguhan" berlutut di hadapan-Nya dalam doa, menggunakan kata-kata ini untuk mencoba menipu Tuhan. Setelah selesai berdoa, mereka bukan saja tidak menyalahkan diri sendiri, tetapi juga tidak menyadari betapa seriusnya perbuatan mereka tersebut. Dengan berdoa seperti itu, apakah Tuhan menyertai mereka? Tuhan tidak menyertai mereka. Dapatkah seseorang yang sama sekali tidak memiliki hadirat Tuhan memperoleh pencerahan dan penerangan-Nya? Dapatkah mereka memperoleh terang dalam hal kebenaran? (Tidak.) Kalau begitu mereka berada dalam masalah. Apakah engkau sering berdoa dengan cara seperti itu? Bukankah engkau sering melakukannya? (Ya.) Ketika orang menghabiskan terlalu banyak waktu di dunia sekuler, mereka menyerap bau busuk masyarakat, keberengsekan mereka menjadi sangat parah, dan mereka diliputi racun dan falsafah Iblis; yang keluar dari mulut mereka adalah perkataan yang penuh kepalsuan dan tipu daya, dan doa-doa mereka penuh dengan kata-kata kosong dan perkataan doktrin, tanpa ucapan yang berasal dari hati mereka atau tanpa pembicaraan tentang kesulitan nyata mereka. Mereka selalu memohon kepada Tuhan demi kesukaan pribadi mereka dan mencari berkat-berkat-Nya. Mereka jarang memiliki hati yang mencari kebenaran dan mereka tidak berdoa berdasarkan hati yang tunduk kepada Tuhan. Doa-doa semacam itu hanya menyingkapkan penipuan dan kepalsuan. Orang-orang ini memiliki watak yang sangat rusak, mereka benar-benar telah menjadi setan-setan hidup. Ketika menghadap Tuhan dalam doa, mereka tidak mengucapkan kata-kata manusia atau berbicara dari hati mereka. Sebaliknya, mereka membawa penipuan dan kepalsuan Iblis ke hadapan Tuhan. Bukankah ini menyinggung watak Tuhan? Mungkinkah Tuhan mendengarkan doa-doa seperti itu? Tuhan muak terhadap orang-orang seperti itu dan tentu saja tidak menyukai mereka. Dapat dikatakan, doa-doa itu adalah upaya untuk menipu dan mengelabui Tuhan. Orang-orang ini sama sekali tidak mencari kebenaran, dan mereka juga tidak berbicara dari hati mereka dan mencurahkan isi hati mereka kepada Tuhan. Doa-doa mereka tidak sesuai dengan maksud Tuhan dan tuntutan-Nya. Sumber penyebab manusia melakukan ini adalah karena natur mereka, bukan karena perwujudan kerusakan yang sesaat. Orang-orang ini berpikir, "Aku tidak bisa melihat atau merasakan Tuhan, dan aku tidak tahu di mana Tuhan berada. Aku hanya akan asal mengatakan sesuatu saja kepada Tuhan, tak ada yang tahu apakah Dia bahkan mendengarkannya." Mereka berdoa kepada Tuhan dengan pola pikir yang skeptis dan yang menguji-Nya—apa yang akan mereka rasakan setelah berdoa dengan cara ini? Bukankah perasaan yang masih hampa? Tidakkah menyusahkan jika mereka tidak memiliki perasaan sama sekali? Doa dibangun di atas landasan iman. Itu berarti orang berdoa kepada Tuhan di dalam hatinya, berbicara kepada Tuhan dari hati, membuka hati kepada Dia, dan mencari kebenaran dari-Nya. Jika orang berdoa dengan cara seperti ini, mereka akan merasa damai di dalam hati mereka dan merasakan kehadiran Tuhan. Ini berarti Tuhan, tanpa terlihat, sedang mendengarkan doa mereka. Setiap kali orang berdoa kepada Tuhan dari hati mereka dengan cara seperti ini, mereka akan merasa seolah-olah mereka telah berjumpa secara pribadi dengan-Nya. Iman mereka akan dikuatkan, hubungan mereka dengan Tuhan akan menjadi makin akrab, dan mereka akan selangkah lebih dekat dengan-Nya. Mereka akan merasakan kepuasan dan hati mereka khususnya akan sangat diteguhkan. Ini adalah perasaan nyata yang muncul setelah berdoa. Dengan melantunkan doa-doa agamawi, orang hanya berdoa secara asal-asalan, mengulang beberapa kalimat yang sama setiap hari, sampai mereka sendiri tak mau lagi mengatakannya. Setelah doa seperti itu, mereka tidak merasakan apa pun dan tidak memperoleh hasil apa pun. Bisakah orang-orang seperti ini memiliki iman yang sejati? Tidak mungkin.
Ada orang-orang yang tidak setia dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka selalu bersikap asal-asalan, atau merasa bahwa tugas mereka terlalu sukar dan melelahkan. Mereka tidak mau tunduk, selalu ingin melarikan diri dan menolak tugas-tugas tersebut, dan selalu ingin melaksanakan tugas yang lebih mudah, yang tidak menghadapkan mereka pada panas terik dan terpaan angin, tugas yang tidak berisiko, dan yang memungkinkan mereka untuk menikmati kenyamanan daging. Di dalam hatinya, mereka tahu bahwa mereka malas, mendambakan kenyamanan daging, dan tak mampu menanggung kesukaran. Namun, mereka tidak pernah mengungkapkan pemikiran mereka yang sebenarnya kepada siapa pun karena takut ditertawakan. Di mulut, mereka berkata, "Aku harus melaksanakan tugasku dengan baik dan setia kepada Tuhan," dan ketika mereka gagal melakukan sesuatu dengan baik, mereka berkata kepada semua orang, "Aku tidak memiliki kemanusiaan dan tidak setia dalam melaksanakan tugasku." Padahal sebenarnya, mereka sama sekali tidak berpikir seperti itu. Jika orang berada dalam keadaan seperti itu, bagaimana mereka dapat berdoa dengan cara yang masuk akal? Tuhan Yesus berkata bahwa orang menyembah Tuhan dengan hati mereka dan dengan jujur. Ketika engkau menghadap Tuhan, hatimu haruslah jujur dan tanpa kepura-puraan. Jangan berkata satu hal di depan orang lain sementara berpikir hal lain di dalam hatimu. Jika engkau menghadap Tuhan dengan menyamarkan dirimu, dengan terus mengatakan perkataan yang manis dan indah seolah-olah engkau sedang menulis esai, bukankah melakukannya berarti engkau sedang membohongi Tuhan? Akibatnya, Tuhan tidak akan menganggapmu orang yang menyembah Dia dengan hatimu dan dengan jujur. Dia akan melihat bahwa hatimu tidak jujur, sangat keji dan jahat, bahwa engkau memendam niat jahat, dan Dia akan meninggalkanmu. Jadi, bagaimana seharusnya orang berdoa tentang hal-hal yang sering mereka alami dan masalah yang sering mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari? Mereka harus belajar untuk berbicara dari hati mereka kepada Tuhan. Engkau dapat berkata, "Ya Tuhan, aku merasa tugas ini sangat melelahkan. Aku adalah orang yang mendambakan kenyamanan daging, malas, dan enggan bekerja keras. Aku tak mampu setia dalam melaksanakan tugas yang telah Kaupercayakan kepadaku, dan bahkan tak mampu melaksanakannya dengan segenap kekuatanku. Aku selalu ingin melarikan diri dan menolak tugasku, dan aku selalu bersikap asal-asalan. Kumohon disiplinkan aku." Bukankah engkau sedang mengatakan yang sebenarnya? (Ya.) Beranikah engkau berbicara dengan cara seperti ini? Engkau takut akan apa yang mungkin terjadi jika Tuhan mendisiplinkanmu suatu hari nanti setelah mengucapkan doa yang seperti itu, dan engkau menjadi penuh ketakutan, selalu gelisah, dan paranoid. Ada orang-orang yang, ketika melaksanakan tugasnya, selalu ingin sedikit menderita. Mereka mendambakan kenyamanan daging dan ingin mundur ketika menghadapi sedikit kesulitan, ketika harus sedikit berusaha, atau ketika mereka merasa sedikit lelah. Mereka selalu saja memilih dan memilah, dan ketika mereka mengalami sedikit kesulitan, mereka berpikir, "Apakah Tuhan tahu? Akankah Dia ingat? Setelah menghadapi kesukaran sebesar ini, apakah kelak aku akan mendapatkan upah?" Mereka selalu mencari hasil. Semua masalah ini perlu diselesaikan. Dahulu, Aku pernah menugaskan seseorang untuk menyampaikan pesan dan ketika dia kembali untuk melaporkannya kepada-Ku, pertama-tama dia berbicara tentang pencapaiannya. Dia menjelaskan bagaimana dia menyelesaikan masalah tersebut, membahas tentang betapa khawatirnya dia akan hal itu dan betapa banyak yang harus dia katakan, betapa sulit menangani orang tersebut, dan betapa banyak kata-kata manis yang dia katakan kepadanya, sampai akhirnya dia menyelesaikan tugasnya. Dia terus-menerus mengambil pujian untuk itu dan terus membicarakan hal itu. Apa sebenarnya maksud perkataannya? "Engkau harus memujiku, berjanji kepadaku, dan memberitahuku upah apa yang kelak akan kudapatkan." Dia terang-terangan meminta upah. Katakan kepada-Ku, apakah melakukan tugas kecil seperti ini patut diberikan pujian? Jika orang selalu menginginkan pujian setelah melaksanakan sedikit dari tugasnya, watak apakah itu? Bukankah itu adalah natur Iblis? Jika dia mengharapkan pujian dan upah untuk tugas kecil ini—bukankah itu berarti jika dia melakukan tugas penting atau menyelesaikan pekerjaan besar, perilakunya akan jauh lebih buruk? Jika dia tidak bisa mendapatkan perkenanan dan berkat Tuhan, akankah dia memberontak? Akankah dia pergi ke tingkat ketiga dari surga dan berdebat dengan Tuhan? Itu berarti jalan apakah yang sedang dia tempuh dalam kepercayaannya kepada Tuhan? (Jalan antikristus.) Jalan antikristus, seperti Paulus. Paulus selalu meminta upah dan status dari Tuhan. Jika Tuhan tidak mengabulkannya, dia selalu menjadi negatif dan mengendur dalam pekerjaannya, melawan Tuhan, dan mengkhianati-Nya. Katakan kepada-Ku, orang macam apa yang menginginkan upah setelah menanggung sedikit kesukaran dalam tugas mereka? (Orang jahat.) Kemanusiaan orang seperti itu sangat jahat. Apakah orang biasa memiliki keadaan ini di dalam dirinya? Setiap orang memiliki keadaan ini. Esensi natur ini sama dalam diri setiap orang, hanya saja ada orang-orang tidak terlalu kentara menunjukkannya. Mereka memiliki rasionalitas dan tahu bahwa tindakan dan pemikiran seperti itu salah, dan tahu bahwa mereka tidak boleh menuntut upah dari Tuhan. Namun apa yang seharusnya orang lakukan jika berada dalam keadaan seperti ini? Orang harus mencari kebenaran untuk membereskannya. Aspek kebenaran apa yang dapat membereskan keadaan ini? Sangatlah penting untuk orang mengenal siapa diri mereka, mengetahui di posisi mana seharusnya mereka berdiri, jalan mana yang seharusnya mereka kejar, dan menjadi orang seperti apa mereka seharusnya. Ini adalah hal-hal minimal yang harus mereka ketahui. Jika seseorang bahkan tidak tahu tentang hal-hal ini, mereka masih jauh dari memahami kebenaran, menerapkan kebenaran, atau mengejar keselamatan.
Dalam hal melaksanakan tugas-tugas khusus tertentu atau tugas-tugas yang lebih berat dan melelahkan, di satu sisi, orang harus selalu merenungkan cara melaksanakan tugas tersebut, kesukaran apa yang harus mereka tanggung, dan bagaimana mereka harus memegang teguh tugas mereka dan tunduk. Di sisi lain, orang juga harus memeriksa ketidakmurnian apa yang ada dalam niat mereka dan bagaimana hal ini menghambat pelaksanaan tugas mereka. Manusia dilahirkan dengan keengganan untuk menanggung kesukaran—tak seorang pun menjadi makin bersemangat atau makin bersukacita ketika harus menanggung lebih banyak kesukaran. Orang yang seperti itu tidak ada. Sudah menjadi natur daging manusia untuk merasa khawatir dan cemas segera setelah daging mereka menanggung kesukaran. Namun, seberapa banyak kesukaran yang sekarang harus engkau semua tanggung dalam melaksanakan tugasmu? Yang harus kautanggung hanyalah tubuhmu merasa sedikit lelah dan sedikit bekerja keras. Jika engkau bahkan tak mampu menanggung kesukaran sekecil ini, dapatkah engkau dianggap orang yang memiliki tekad? Dapatkah engkau dianggap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? (Tidak.) Ini tidak baik. Ketika engkau melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, tidak ada orang yang mengawasimu. Tergantung padamu apakah engkau sendiri mau berinisiatif. Di rumah Tuhan, ada sistem dan pengaturan kerja, dan itu bergantung pada masing-masing orang apakah mereka mau mengandalkan iman, hati nurani, dan nalar mereka. Hanya Tuhan yang memeriksa apakah engkau melaksanakan tugasmu dengan baik atau tidak. Jika orang selalu tidak menyadari dan tidak merasa tertegur ketika mereka memperlihatkan kerusakan apa pun saat melaksanakan tugas, atau saat berurusan dengan orang lain, peristiwa, dan hal-hal di sekitar mereka, apakah ini hal yang baik atau hal yang buruk? (Hal yang buruk.) Mengapa itu dianggap sebagai hal yang buruk? Karena hati nurani dan nalar manusia memiliki standar minimum. Jika hati nuranimu tidak memiliki kesadaran dan tak mampu menahanmu agar tidak melakukan hal-hal buruk, atau tak mampu mengendalikan perilakumu, jika engkau bertindak dengan cara yang melanggar ketetapan administratif dan prinsip, dan tidak ada kemanusiaan dalam tindakanmu, tetapi engkau tidak merasa tertegur di dalam hatimu, bukankah ini berarti engkau tidak memiliki landasan moral? Bukankah ini berarti engkau tidak memiliki kesadaran terhadap hati nuranimu? (Ya.) Apakah ketika engkau semua melakukan kesalahan, atau melanggar prinsip, atau ketika engkau tidak setia dalam melaksanakan tugasmu untuk jangka waktu yang lama, engkau biasanya menyadarinya? (Ya.) Lalu, dapatkah hati nuranimu itu menahanmu dan membuatmu bertindak berdasarkan hati nurani dan nalarmu, dan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? Jika engkau adalah orang yang memahami kebenaran, mampukah engkau meningkatkannya dari yang sebelumnya bertindak berdasarkan hati nuranimu menjadi bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? Jika engkau mampu melakukannya, engkau dapat diselamatkan. Mampu menanggung kesukaran dalam melaksanakan tugas bukanlah hal yang mudah. Tidak mudah juga untuk melaksanakan suatu pekerjaan khusus dengan baik. Yang pasti, kebenaran firman Tuhan sedang bekerja dalam diri orang-orang yang mampu melakukan hal-hal ini. Bukan karena mereka dilahirkan tanpa rasa takut akan kesukaran dan kelelahan. Di manakah orang-orang semacam ini bisa ditemukan? Semua orang ini memiliki motivasi dan mereka telah menjadikan kebenaran firman Tuhan sebagai landasan mereka. Ketika mereka melaksanakan tugas, pandangan dan sudut pandang mereka berubah. Melaksanakan tugas menjadi lebih mudah dan menanggung sedikit kesukaran daging dan kelelahan mulai terasa bukan masalah besar bagi mereka. Mereka yang tidak memahami kebenaran dan yang pandangannya tentang segala sesuatu belum berubah hidup berdasarkan ide, gagasan, keinginan egois manusia, dan kesukaan mereka, jadi mereka enggan dan tidak ingin melaksanakan tugas mereka. Sebagai contoh, dalam melaksanakan tugas yang kotor dan melelahkan, ada orang-orang yang berkata, "Aku akan menaati pengaturan rumah Tuhan. Tugas apa pun yang gereja atur untukku, aku akan melaksanakannya, entah itu tugas yang kotor atau melelahkan, entah itu tugas yang mengesankan atau biasa-biasa saja. Aku tidak menuntut apa pun, dan aku akan menerimanya sebagai tugasku. Ini adalah amanat yang telah Tuhan percayakan kepadaku, dan sedikit kotor dan kelelahan adalah kesukaran yang harus kutanggung." Hasilnya, ketika melakukan pekerjaan mereka, mereka sama sekali tidak merasa sedang menanggung kesukaran apa pun. Orang lain mungkin menganggap tugas itu kotor dan melelahkan, tetapi mereka menanggapnya mudah, karena hati mereka tenang dan tidak terganggu. Mereka melakukannya untuk Tuhan, jadi mereka tidak merasa tugas itu sulit. Ada orang-orang yang menganggap melakukan pekerjaan yang kotor, melelahkan atau biasa-biasa saja adalah penghinaan terhadap status dan karakter mereka. Mereka beranggapan dengan melakukannya berarti orang lain tidak menghormati mereka, menindas mereka, atau memandang rendah mereka. Akibatnya, ketika dihadapkan dengan tugas dan beban kerja yang sama, mereka merasa tugas itu berat. Apa pun yang mereka lakukan, ada kemarahan di dalam hati mereka, dan merasa bahwa semua itu tidak sesuai dengan keinginan mereka atau tidak memuaskan. Hati mereka penuh kenegatifan dan penentangan. Mengapa mereka negatif dan menentang? Apa sumber masalahnya? Sering kali, karena mereka tidak mendapatkan gaji untuk tugas tersebut; rasanya seperti bekerja secara gratis. Jika ada upahnya, mungkin bagi mereka tugas itu masih dapat diterima, tetapi mereka tidak tahu apakah akan mendapatkan upah atau tidak. Oleh karena itu, orang merasa melaksanakan tugas itu percuma saja, sama saja dengan bekerja tanpa menghasilkan apa pun, jadi mereka sering menjadi negatif dan menentang dalam melaksanakan tugas. Bukankah benar demikian? Sebenarnya, orang-orang ini tidak ingin melaksanakan tugas. Karena tak seorang pun memaksa mereka, mengapa mereka tetap datang untuk melaksanakan tugas mereka? Itu karena mereka memaksakan diri, karena mereka berkeinginan untuk memperoleh berkat dan masuk ke dalam kerajaan surga, mereka tak punya pilihan selain melaksanakan tugas mereka. Ini adalah perwujudan dari betapa tak punya pilihannya mereka. Inilah pola pikir di balik upaya mereka untuk bertransaksi dengan Tuhan. Ada orang-orang yang bertanya bagaimana agar orang-orang seperti ini dapat menyelesaikan masalah kenegatifan dan penentangan yang ada dalam hati mereka. Masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan mempersekutukan kebenaran. Jika mereka tidak mencintai kebenaran, tidak soal bagaimana kebenaran itu dipersekutukan kepada mereka, mereka tidak akan mampu menerimanya. Jika begitu, berarti mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya dan mereka telah tersingkap. Karena mereka ingin bertransaksi dan tidak mau melakukan apa pun kecuali itu menguntungkan mereka, jika Tuhan menjanjikan upah dan jalan masuk ke dalam kerajaan surga kepada mereka, dan menuliskan jaminan bagi mereka, mereka pasti akan melaksanakan tugas mereka dengan penuh semangat. Sebenarnya, janji Tuhan itu terbuka, dan mereka yang mengejar kebenaran mampu memperolehnya. Sedangkan mereka yang tidak mengejar kebenaran, tidak mampu memperolehnya. Bukan karena mereka tidak menyadari janji Tuhan, melainkan karena di dalam hati mereka, janji itu terasa tidak kasatmata dan tidak pasti. Bagi mereka, janji Tuhan itu bagaikan cek kosong—mereka tidak mampu memercayainya, dan mereka tidak benar-benar meyakininya, dan dalam hal ini, tidak ada lagi yang dapat dilakukan. Mereka menginginkan hal-hal yang berwujud, dan jika engkau memberi mereka gaji, mereka pasti akan bersemangat. Namun, mereka yang tidak punya hati nurani dan tidak bernalar belum tentu bersemangat sekalipun diberi upah; mereka sangat berengsek. Jika mereka dipekerjakan di dunia sekuler, mereka tidak akan bekerja dengan rajin, mereka pasti akan licik dan licin, dan mereka pasti akan dipecat. Masalah sebenarnya adalah karena natur mereka. Bagi mereka yang terus-menerus bersikap asal-asalan dalam pelaksanaan tugas mereka, satu-satunya solusi adalah mengeluarkan dan menyingkirkan mereka. Tidak ada jalan lain bagi mereka yang tidak menerima kebenaran. Semua alasan dan pembenaran mereka tidak masuk akal, apalagi kualitas kemanusiaan mereka.
Sekarang ini, kebanyakan orang telah mulai melaksanakan tugas. Apakah engkau semua mengerti apa yang dimaksud dengan tugas, bagaimana tugas muncul, dan siapa yang memberikannya? (Tugas adalah amanat yang Tuhan percayakan kepada manusia.) Benar. Jika engkau percaya kepada Tuhan dan datang ke rumah-Nya, jika engkau mampu menerima amanat Tuhan, berarti engkau adalah anggota rumah-Nya. Tugas yang rumah Tuhan atur untukmu, jalan yang Tuhan beritahukan untuk kauikuti, dan amanat yang Tuhan percayakan kepadamu, semua itu adalah tugasmu dan diserahkan Tuhan untukmu. Ketika engkau makan dan minum firman Tuhan, memahami maksud-Nya, mendengarkan dan memahami pengaturan rumah Tuhan, jika di dalam hatimu engkau tahu tugas apa yang harus kaulaksanakan dan tanggung jawab apa yang mampu kaupenuhi, dan jika engkau menerima amanat Tuhan dan mulai melaksanakan tugasmu, engkau menjadi anggota rumah Tuhan dan bagian dari perluasan Injil. Tuhan menganggapmu sebagai anggota rumah-Nya dan bagian dari perluasan pekerjaan-Nya. Pada saat ini, engkau memiliki tugas yang harus kaulaksanakan. Apa pun yang mampu kaulakukan, apa pun yang mampu kaucapai, itu adalah tanggung jawabmu dan tugasmu. Dapat dikatakan bahwa itu adalah amanat Tuhan, misimu, dan kewajibanmu. Tugas berasal dari Tuhan; tugas adalah tanggung jawab dan amanat yang Tuhan percayakan kepada manusia. Lalu, bagaimana seharusnya orang memahami tugas? "Karena ini adalah tugasku dan amanat yang telah Tuhan percayakan kepadaku, ini adalah kewajiban dan tanggung jawabku. Sudah menjadi kewajibanku untuk menerimanya. Aku tak boleh menolak atau menampiknya; aku tak boleh memilah dan memilihnya. Apa yang ditugaskan kepadaku tentu saja adalah tugas yang harus kulaksanakan. Bukannya aku tidak berhak untuk memilih—itu karena aku tidak boleh memilih. Inilah nalar yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan." Ini adalah sikap ketundukan. Ada orang-orang yang selalu pilih-pilih ketika melaksanakan tugas, selalu ingin melakukan pekerjaan yang mudah dan yang mereka sukai, tak mampu tunduk pada pengaturan rumah Tuhan. Ini memperlihatkan bahwa tingkat pertumbuhan mereka sangat rendah, dan mereka tidak memiliki nalar manusia normal. Jika orang itu masih muda dan dia telah sangat dimanjakan di rumahnya tanpa pernah mengalami kesukaran, maka wajar jika dia sedikit keras kepala. Asalkan dia mampu menerima kebenaran, sikapnya akan berangsur berubah. Namun, jika orang dewasa yang berusia tiga puluhan atau empat puluhan berperilaku menjijikkan seperti ini, maka masalahnya adalah kemalasan. Penyakit malas bersifat bawaan dan sangat sulit untuk diobati. Itu adalah masalah natur orang tersebut, dan hanya dengan ditinggalkan dalam suatu lingkungan atau situasi tanpa pilihan, barulah orang-orang seperti ini mampu menanggung sedikit kesukaran dan kelelahan. Ini sama seperti para pengemis yang sadar betul bahwa menjadi pengemis berarti dihina dan didiskriminasi orang lain, tetapi karena kemalasan mereka dan keengganan mereka untuk bekerja, mereka tak punya pilihan selain menjadi pengemis. Jika tidak, mereka akan kelaparan. Singkatnya, jika orang tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, cepat atau lambat mereka akan disingkirkan. Pelanggaran terbesar adalah percaya kepada Tuhan, tetapi tidak tunduk kepada-Nya. Jika engkau menolak melaksanakan tugasmu atau dengan konsisten tidak menyukai kesukaran dan takut kelelahan, berarti engkau adalah orang yang tak punya hati nurani dan nalar. Engkau tidak sesuai untuk melaksanakan tugas, dan engkau boleh pergi. Suatu hari, setelah engkau menyadari bahwa tidak melaksanakan tugasmu sama artinya dengan menolak amanat yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta, dan bahwa engkau adalah orang yang sedang memberontak terhadap Tuhan, tidak berhati nurani dan tidak bernalar, setelah engkau menyadari bahwa orang yang percaya kepada Tuhan harus melaksanakan tugas mereka dengan baik dan bahwa itu adalah keharusan bagi mereka, maka engkau harus berperilaku dengan baik dan melaksanakan tugasmu dengan baik. Inilah ketundukan. Jika seseorang memberontak dan bersikap negatif dalam tugasnya, artinya jika dia sama sekali tidak tunduk kepada Tuhan, orang semacam itu tidak sungguh-sungguh mengorbankan dirinya bagi Tuhan. Rela melaksanakan tugas dengan baik adalah perwujudan ketundukan terkecil seseorang kepada Tuhan. Jadi, bagaimana tugas muncul? (Tugas berasal dari Tuhan; tugas adalah tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada manusia.) Tugas adalah tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada manusia, lalu apakah orang-orang tidak percaya memiliki tugas? (Tidak.) Mengapa menurutmu mereka tidak memiliki tugas? (Karena mereka bukan anggota rumah Tuhan.) Benar, orang-orang tidak percaya hanya menyibukkan diri mereka untuk kehidupan daging mereka, dan tindakan mereka tidak layak disebut tugas. Orang-orang tidak percaya adalah milik dunia dan milik Iblis. Tuhan hanya mengatur takdir hidup mereka—waktu kelahiran mereka, keluarga tempat mereka dilahirkan, pekerjaan yang mereka lakukan ketika mereka dewasa, dan waktu kematian mereka. Tuhan tidak memilih mereka, Dia juga tidak menyelamatkan mereka. Berbeda halnya dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Dalam skala kecil, semua pekerjaan yang mereka lakukan di rumah Tuhan adalah tugas yang harus mereka laksanakan. Dalam skala besar, dalam seluruh rencana pengelolaan Tuhan, tugas yang dilaksanakan oleh setiap makhluk ciptaan adalah bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan. Sederhananya, mereka melakukan pelayanan untuk rencana pengelolaan Tuhan. Entah engkau melakukan pelayananmu dengan setia atau tidak, engkau tidak dapat dikatakan sebagai orang yang mengikuti kehendak Tuhan. Sebenarnya, orang hanya dapat dianggap sebagai salah seorang dari antara umat Tuhan dan makhluk ciptaan yang memenuhi syarat hanya jika mereka benar-benar melaksanakan tugas mereka, mencapai hasil dari kesaksian mereka bagi Tuhan, dan memperoleh perkenan-Nya. Jika engkau melaksanakan tugas yang Tuhan percayakan kepadamu dengan baik, memenuhi standar yang ditetapkan bagimu, maka engkau adalah anggota rumah Tuhan, dan seseorang yang Tuhan akui sebagai anggota rumah-Nya.
Kutipan 36
Semua kata dalam lagu "Betapa Senangnya Menjadi Orang yang Jujur" cukup dapat diterapkan, dan Aku telah memilih beberapa baris untuk dipersekutukan. Mari kita persekutukan terlebih dahulu kalimat, "Kujunjung tinggi tugasku dengan segenap hati dan pikiranku, dan aku tidak mengkhawatirkan dagingku." Keadaan seperti apakah ini? Orang seperti apa yang mampu menjunjung tinggi tugasnya dengan segenap hati dan pikirannya? Apakah orang yang berhati nurani? Apakah orang yang telah melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai makhluk ciptaan? Apakah orang yang telah membalas kebaikan Tuhan dengan cara apa pun? (Ya.) Fakta bahwa mereka mampu menjunjung tinggi tugas dengan segenap hati dan pikiran mereka berarti mereka melaksanakan tugas dengan serius, bertanggung jawab, tanpa bersikap asal-asalan, tidak licik atau bermalas-malasan, dan tidak melalaikan tanggung jawab. Mereka memiliki sikap yang benar dan keadaan serta mentalitas mereka normal. Mereka memiliki nalar dan hati nurani, mereka memikirkan Tuhan, dan mereka setia dan penuh pengabdian terhadap tugas mereka. Apa yang dimaksud dengan "tidak mengkhawatirkan daging"? Terdapat juga beberapa keadaan dalam perkataan ini. Perkataan ini terutama berarti mereka tidak mengkhawatirkan kehidupan daging mereka kelak, dan tidak membuat rencana untuk masa depan mereka. Itu berarti mereka tidak memikirkan apa yang akan mereka lakukan kelak saat mereka sudah tua, siapa yang akan merawat mereka, atau bagaimana mereka akan hidup pada saat itu. Mereka tidak memikirkan hal-hal ini, melainkan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan dalam segala hal. Melaksanakan tugas dengan baik adalah tugas yang terutama dan terpenting bagi mereka—menjunjung tinggi tugas mereka, dan menjunjung tinggi amanat Tuhan adalah hal yang terpenting. Saat orang mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik sebagai makhluk ciptaan Tuhan, bukankah mereka memiliki keserupaan dengan manusia? Ini berarti memiliki keserupaan dengan manusia. Setidaknya, orang harus melaksanakan tugas mereka dengan baik, setia, dan mencurahkan segenap hati dan pikiran untuk tugas mereka. Apakah yang dimaksud dengan "menjunjung tinggi tugas"? Itu berarti apa pun kesulitan yang orang hadapi, mereka tidak menyerah, tidak menjadi pembelot, ataupun melalaikan tanggung jawab mereka. Mereka mengerahkan segenap kemampuan mereka. Itulah yang dimaksud dengan menjunjung tinggi tugas. Sebagai contoh, katakanlah engkau diberi tugas tertentu untuk kaulaksanakan, dan tak seorang pun melihat, mengawasi, atau mendorongmu. Bagaimana caramu menjunjung tinggi tugasmu? (Dengan menerima pemeriksaan Tuhan dan hidup dalam hadirat-Nya.) Menerima pemeriksaan Tuhan adalah langkah pertama; itu salah satu bagian dari menjunjung tinggi tugas. Bagian lainnya adalah melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan pikiranmu. Apa yang harus kaulakukan agar dapat melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan pikiranmu? Engkau harus menerima kebenaran dan menerapkannya; artinya, engkau harus menerima dan tunduk pada apa pun tuntutan Tuhan; engkau harus menangani tugasmu seperti engkau menangani urusan pribadimu, tanpa perlu kehadiran orang lain untuk melihatmu, mengawasimu, memastikan engkau melaksanakannya dengan benar, berada di dekatmu, mengawal pekerjaanmu, atau bahkan memangkasmu. Engkau harus berpikir, "Melaksanakan tugas ini adalah tanggung jawabku. Ini adalah bagianku, dan karena tugas ini sudah diserahkan kepadaku, dan aku telah diberi tahu tentang prinsip-prinsipnya dan telah memahaminya, aku akan terus melaksanakannya dengan segenap hati dan pikiranku. Aku akan mengerahkan segenap kemampuanku agar tugas ini terlaksana dengan baik." Engkau harus tekun dalam melaksanakan tugas ini, dan tidak dikekang oleh orang, peristiwa, atau hal apa pun. Inilah yang dimaksud dengan menjunjung tinggi tugas dengan segenap hati dan pikiranmu, dan orang-orang seharusnya menjadi seperti ini. Jadi, orang harus diperlengkapi dengan apa agar dapat menjunjung tinggi tugas dengan segenap hati dan pikiran mereka? Mereka harus terlebih dahulu memiliki hati nurani yang sudah seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Itu syarat yang paling minimal. Selain itu, mereka juga harus setia. Sebagai manusia, agar dapat menerima amanat Tuhan, orang harus setia. Orang harus sepenuhnya setia hanya kepada Tuhan, dan tidak boleh setengah hati, atau tidak bertanggung jawab; bertindak berdasarkan kepentinganmu atau suasana hatimu sendiri adalah salah—itu berarti tidak setia. Apa yang dimaksud dengan setia? Setia berarti engkau melaksanakan tugasmu, dan tidak dipengaruhi atau dikekang oleh suasana hatimu, lingkunganmu, atau orang, peristiwa, dan hal-hal lainnya. Engkau harus berpikir, "Aku telah menerima amanat ini dari Tuhan; Dia telah mengaruniakannya kepadaku. Inilah yang harus kulakukan, jadi aku akan melaksanakan tugasku seperti aku melaksanakan urusan pribadiku, yaitu dengan cara apa pun yang dapat membuahkan hasil yang baik, dengan mementingkan kepuasan Tuhan." Saat engkau berada dalam keadaan ini, bukan hanya hati nuranimu yang memegang kendali atas dirimu, tapi kesetiaan pun turut hadir di dalam dirimu. Jika engkau merasa puas hanya dengan menyelesaikan tugas, jangan berharap dirimu akan menjadi efisien atau mendapatkan hasil, dan jika engkau merasa cukup hanya dengan mengerahkan segenap usaha, ini hanya sekadar memenuhi standar hati nurani manusia, dan tidak bisa dianggap sebagai kesetiaan. Setia kepada Tuhan adalah persyaratan dan standar yang lebih tinggi daripada standar hati nurani. Ini bukan hanya tentang berusaha sebaik mungkin; engkau juga harus segenap hati dalam melaksanakan tugasmu. Di dalam hatimu, engkau harus selalu menganggap tugasmu sebagai pekerjaan yang harus kaulakukan, mengemban beban dari tugas ini, merasa ditegur jika melakukan kesalahan sekecil apa pun atau saat engkau ceroboh, dan engkau harus merasa engkau tidak boleh berperilaku seperti ini karena itu akan membuatmu sangat berutang kepada Tuhan. Orang yang benar-benar memiliki hati nurani dan nalar akan melaksanakan tugas mereka seolah-olah sedang melaksanakan pekerjaan pribadi mereka, entah ada seseorang yang melihat atau mengawasi mereka ataupun tidak. Entah Tuhan berkenan akan mereka atau tidak dan bagaimanapun cara Tuhan memperlakukan mereka, mereka akan selalu menuntut diri mereka untuk dengan ketat melaksanakan tugas mereka dengan baik dan melaksanakan amanat yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. Inilah yang disebut kesetiaan. Bukankah ini standar yang lebih tinggi daripada standar hati nurani? Jika orang bertindak berdasarkan standar hati nurani, orang sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, atau merasa cukup hanya dengan mengerahkan segenap usaha saat melaksanakan tugas; tingkat kemurniannya tidak terlalu tinggi. Namun, ketika membicarakan kesetiaan dan kemampuan untuk menjunjung tinggi tugas seseorang dengan setia, tingkat kemurniannya sangat tinggi. Melaksanakan tugas bukan hanya tentang mengerahkan upayamu; engkau juga dituntut untuk mencurahkan segenap hati, pikiran, dan tubuhmu untuk tugasmu. Agar dapat melaksanakan tugasmu dengan baik, terkadang tubuhmu harus mengalami sedikit kesukaran. Engkau harus membayar harga, dan mencurahkan segenap pikiranmu untuk melaksanakan tugasmu. Apa pun keadaan yang kauhadapi, keadaan tersebut tidak memengaruhi tugasmu atau menunda pelaksanaan tugasmu, dan engkau mampu memuaskan Tuhan. Agar dapat melakukannya, engkau harus mampu membayar harga. Engkau harus meninggalkan keluarga dagingmu, hal-hal pribadi, dan kepentinganmu sendiri. Kesombongan, harga diri, perasaan, kesenangan jasmani, dan bahkan hal-hal seperti tahun-tahun terbaik dalam masa mudamu, pernikahanmu, masa depanmu, dan nasibmu harus dilepaskan dan ditinggalkan tanpa terkecuali, dan engkau harus bersedia melaksanakan tugasmu dengan baik. Setelah menjalani hidup seperti ini, barulah engkau akan memperoleh kesetiaan dan keserupaan dengan manusia. Orang-orang seperti ini bukan hanya berhati nurani, tapi mereka juga menggunakan standar hati nurani yang berdasarkannya mereka menuntut diri mereka untuk setia kepada Tuhan sesuai tuntutan-Nya terhadap manusia, dan mereka juga menggunakan kesetiaan ini sebagai sarana untuk mengevaluasi diri mereka. Mereka dengan tekun berusaha mencapai tujuan ini. Orang-orang seperti ini terbilang langka di muka bumi. Dari ribuan atau puluhan ribu umat pilihan Tuhan, hanya ada satu yang memiliki kualitas seperti ini. Apakah orang-orang seperti ini menjalani kehidupan yang bernilai? Apakah mereka orang-orang yang Tuhan hargai? Tentu saja mereka menjalani kehidupan yang bernilai dan merupakan orang-orang yang Tuhan hargai.
Baris selanjutnya dari lirik lagu tersebut berbunyi, "Meskipun kualitas kemampuanku rendah, aku memiliki hati yang jujur." Kata-kata ini terdengar sangat nyata. Ini berbicara tentang tuntutan Tuhan terhadap manusia. Apakah tuntutan tersebut? Tuntutan tersebut adalah jika kualitas kemampuan orang rendah, itu bukan masalah besar. Namun, mereka harus memiliki hati yang jujur, dan jika mereka memiliki hati yang jujur, mereka akan mampu menerima perkenan Tuhan. Seperti apa pun situasi atau latar belakangmu, engkau harus menjadi orang yang jujur, berbicara jujur, bertindak dengan jujur, mampu melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan pikiranmu, setia terhadap tugasmu, tidak mencari jalan pintas, tidak menjadi orang yang licik atau curang, tidak berbohong atau menipu, dan tidak berbicara dengan berbelat-belit. Engkau harus bertindak berdasarkan kebenaran dan menjadi orang yang mengejar kebenaran. Banyak orang menganggap bahwa kualitas kemampuan mereka rendah dan tak pernah mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik atau memenuhi standar. Mereka berusaha sebaik mungkin dalam apa yang mereka lakukan, tetapi tak pernah memahami prinsip, dan masih tak mampu membuahkan hasil yang sangat baik. Pada akhirnya, yang bisa mereka lakukan hanyalah mengeluhkan kualitas kemampuan mereka yang sangat buruk, dan mereka menjadi negatif. Jadi, apakah tidak ada jalan keluar bagi orang yang kualitas kemampuannya buruk? Memiliki kualitas kemampuan yang buruk bukan berarti menderita penyakit mematikan, dan Tuhan tidak pernah berkata bahwa Dia tidak menyelamatkan orang yang kualitas kemampuannya buruk. Sebagaimana yang Tuhan firmankan sebelumnya, Tuhan berduka karena orang-orang yang jujur, tetapi tidak memiliki pemahaman. Apa maksudnya tidak memiliki pemahaman? Dalam banyak kasus, ketidakpahaman sering disebabkan oleh kualitas kemampuan yang buruk. Jika orang memiliki kualitas kemampuan yang buruk, mereka akan memiliki pemahaman yang dangkal tentang kebenaran. Pemahaman ini tidak cukup spesifik atau praktis, dan sering kali terbatas pada pemahaman dasar atau pemahaman harfiahnya—terbatas pada doktrin dan aturan. Itulah sebabnya mereka tak mampu memahami banyak masalah, dan tak pernah mampu memahami prinsip saat melaksanakan tugas mereka, atau tak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Apakah itu berarti Tuhan tidak menginginkan orang-orang yang kualitas kemampuannya buruk? (Dia menginginkan mereka.) Jalan dan arah apa yang Tuhan tunjukkan kepada manusia? (Jalan menuju menjadi orang yang jujur.) Dapatkah engkau menjadi orang yang jujur hanya dengan mengatakannya? (Tidak, kami harus memiliki perwujudan orang yang jujur.) Apa sajakah perwujudan orang jujur itu? Pertama, mereka tidak meragukan firman Tuhan. Itu adalah salah satu perwujudan orang yang jujur. Selain ini, perwujudan yang terpenting adalah mencari dan menerapkan kebenaran dalam segala hal—ini adalah perwujudan yang krusial. Engkau berkata bahwa engkau adalah orang yang jujur, tetapi engkau selalu mengesampingkan firman Tuhan dan hanya berbuat sekehendak hatimu. Seperti itukah perwujudan orang yang jujur? Engkau berkata, "Meskipun kualitas kemampuanku buruk, aku memiliki hati yang jujur." Namun, ketika sebuah tugas diberikan kepadamu, engkau takut menderita dan dimintai pertanggungjawaban jika tidak melaksanakannya dengan baik, sehingga engkau membuat alasan untuk melalaikan tugasmu atau menyarankan agar orang lain saja yang melakukannya. Seperti inikah perwujudan orang yang jujur? Tentu bukan. Jadi, bagaimanakah seharusnya perilaku orang jujur? Mereka harus tunduk pada pengaturan Tuhan, loyal melaksanakan tugas yang sudah seharusnya mereka laksanakan, dan berusaha memenuhi maksud Tuhan. Ini terwujud dengan sendirinya dalam beberapa tindakan: Pertama, engkau menerima tugasmu dengan hati yang jujur, tidak memikirkan kepentingan dagingmu, tidak setengah hati dalam melakukannya, dan tidak berencana licik demi keuntunganmu sendiri. Tindakan-tindakan tersebut adalah perwujudan kejujuran. Tindakan lainnya adalah engkau mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu agar dapat melaksanakan tugasmu dengan baik, melakukan segala sesuatu dengan benar, dan mengerahkan hati dan kasihmu pada tugasmu agar dapat memuaskan Tuhan. Perwujudan inilah yang seharusnya ditunjukkan oleh orang jujur dalam melaksanakan tugas mereka. Jika engkau tidak menerapkan apa yang kauketahui dan pahami, dan jika engkau hanya menggunakan 50 atau 60 persen dari upayamu, berarti engkau tidak mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu untuk tugasmu. Sebaliknya engkau sedang bersikap licik dan malas. Apakah orang yang melaksanakan tugasnya dengan cara seperti ini jujur? Sama sekali tidak. Tuhan tidak memakai orang yang licik dan pandai menipu seperti itu; mereka harus disingkirkan. Tuhan hanya menggunakan orang yang jujur untuk melaksanakan tugas. Bahkan orang-orang yang berjerih payah yang loyal pun harus jujur. Orang-orang yang selalu asal-asalan, licik dan mencari cara untuk bermalas-malasan semuanya adalah orang yang licik, dan semuanya adalah setan. Tak seorang pun dari mereka benar-benar percaya kepada Tuhan, dan mereka semua akan disingkirkan. Ada orang-orang yang beranggapan, "Menjadi orang jujur itu hanyalah berarti mengatakan yang sebenarnya dan tidak berbohong. Menjadi orang jujur itu sebenarnya mudah." Bagaimana pandanganmu terhadap pernyataan ini? Apakah menjadi orang jujur sedemikian terbatas cakupannya? Sama sekali tidak. Engkau harus mengungkapkan isi hatimu dan menyerahkannya kepada Tuhan; inilah sikap yang harus dimiliki orang jujur. Itulah sebabnya hati yang jujur itu sangat berharga. Mengapa sangat berharga? Karena hati yang jujur mampu mengendalikan perilakumu dan mengubah keadaanmu. Hati yang jujur mampu menuntunmu untuk membuat pilihan yang benar, untuk tunduk kepada Tuhan dan memperoleh perkenanan-Nya. Hati yang seperti ini sangat berharga. Jika engkau memiliki hati yang jujur seperti ini, maka engkau harus hidup seperti itu, dengan cara itulah engkau harus berperilaku, dan dengan cara itulah engkau harus mendedikasikan dirimu. Engkau harus merenungkan lirik lagu ini secara menyeluruh. Setiap kalimat tidak sesederhana makna harfiahnya, dan engkau akan memperoleh sesuatu jika engkau benar-benar memahaminya setelah merenungkannya.
Mari kita lihat baris lain dari lirik tersebut: "Dalam segala sesuatu penuhilah maksud Tuhan dengan segenap kesetiaanmu." Ada sebuah jalan penerapan dalam kalimat tersebut. Ada orang-orang yang menjadi negatif saat menghadapi kesulitan selama melaksanakan tugas mereka, dan itu membuat mereka enggan untuk melaksanakan tugas mereka. Ada yang salah dengan orang-orang ini. Apakah mereka sungguh-sungguh mengorbankan diri mereka untuk Tuhan? Mereka harus merenungkan penyebab mereka menjadi negatif saat menghadapi kesulitan dan penyebab mereka tak mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Jika mereka mampu merenungkan diri mereka dan mencari kebenaran, mereka akan mampu mengenali masalah yang mereka miliki. Sebenarnya, kesulitan terbesar orang terutama adalah masalah watak yang rusak. Jika engkau dapat mencari kebenaran, watak rusakmu akan dapat diperbaiki dengan mudah. Setelah engkau memperbaiki watak rusakmu, engkau akan mampu mencurahkan segenap kesetiaanmu dalam segala hal untuk memenuhi maksud Tuhan. Yang dimaksud "segala hal" adalah bahwa dalam hal apa pun, baik dalam hal yang Tuhan berikan kepadamu, dalam hal yang pemimpin atau pekerja atur untukmu, atau dalam hal yang kauhadapi secara tak sengaja, selama hal itu perlu kaulakukan dan engkau mampu memenuhi tanggung jawabmu, maka curahkanlah segenap kesetiaanmu, dan penuhilah tanggung jawab serta tugas yang harus kaulakukan, dan jadikan pemenuhan maksud Tuhan sebagai prinsipmu. Prinsip ini terdengar sedikit muluk dan sedikit sulit untuk ditaati. Secara lebih praktis, prinsip ini berarti engkau harus melaksanakan tugasmu dengan baik. Menjunjung tinggi dan melaksanakan tugasmu dengan baik bukanlah hal yang mudah. Baik melaksanakan tugas sebagai pemimpin atau pekerja, atau melaksanakan tugas lainnya, engkau harus memahami beberapa kebenaran. Dapatkah engkau melaksanakan tugasmu dengan baik jika engkau tidak memahami kebenaran? Dapatkah engkau melaksanakannya dengan baik jika engkau tidak menaati prinsip-prinsip kebenaran? Jika engkau memahami semua aspek kebenaran dan engkau mampu melakukan penerapan berdasarkan prinsip kebenaran, engkau akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, menjunjung tinggi tugasmu, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan mampu memenuhi maksud Tuhan. Ini adalah jalan penerapannya. Mudahkah untuk melakukan hal ini? Jika tugas yang harus kaulaksanakan adalah keahlian dan kesukaanmu, engkau akan merasa itu adalah tanggung jawab dan kewajibanmu, dan melaksanakannya adalah hal yang sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan. Engkau akan merasa bersukacita, bahagia, dan tenang. Karena itu adalah sesuatu yang engkau kehendaki, engkau merasa mampu mencurahkan segenap kesetiaanmu, dan engkau merasa sedang memuaskan hati Tuhan. Namun, jika suatu hari engkau menghadapi tugas yang tidak engkau sukai atau yang belum pernah kaulakukan, akankah engkau mampu mencurahkan segenap kesetiaanmu? Ini akan menguji apakah engkau akan menerapkan kebenaran atau tidak. Contohnya, jika engkau bertugas di kelompok puji-pujian, dan engkau bisa bernyanyi dan engkau menikmatinya, maka engkau akan bersedia melaksanakan tugas tersebut. Namun, jika tugas lain yang diberikan kepadamu adalah untuk mengabarkan Injil, dan tugas tersebut sedikit sulit, akan mampukah engkau mematuhinya? Engkau merenungkannya lalu berkata, "Aku suka bernyanyi." Apa maksud perkataanmu? Maksudmu adalah engkau tidak ingin mengabarkan Injil. Sudah jelas itu maksudnya. Engkau terus berkata, "Aku suka bernyanyi." Jika seorang pemimpin atau pekerja menasihatimu, "Mengapa engkau tidak berlatih mengabarkan Injil dan membekali dirimu dengan lebih banyak kebenaran? Itu akan lebih bermanfaat bagi pertumbuhanmu dalam hidup," engkau akan tetap bersikeras dan berkata, "Aku suka bernyanyi, dan aku suka menari." Apa pun yang mereka katakan, engkau tetap tidak mau mengabarkan Injil. Mengapa engkau tidak mau? (Karena tidak tertarik.) Engkau tidak tertarik, jadi engkau tidak mau melakukannya—apa masalahnya? Masalahnya adalah engkau memilih tugas berdasarkan kesukaan dan selera pribadimu, dan engkau tidak tunduk. Engkau tidak memiliki ketundukan, dan itulah masalahnya. Jika engkau tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, engkau memperlihatkan bahwa engkau tidak benar-benar tunduk. Apa yang harus kaulakukan dalam situasi seperti ini untuk memperlihatkan bahwa engkau benar-benar tunduk? Apa yang dapat kaulakukan untuk memenuhi maksud Tuhan? Inilah saatnya engkau perlu merenungkan dan mempersekutukan aspek kebenaran ini. Jika engkau ingin mencurahkan segenap keloyalanmu dalam segala hal untuk memenuhi maksud Tuhan, engkau tidak bisa melakukannya hanya dengan melakukan suatu tugas; engkau harus menerima amanat apa pun yang Tuhan karuniakan kepadamu. Entah amanat itu sesuai dengan selera dan minatmu, tidak kausenangi, belum pernah dilakukan sebelumnya, atau sulit, engkau tetap harus menerimanya dan tunduk. Engkau bukan saja harus menerimanya, engkau juga harus bekerja sama secara proaktif dan mempelajarinya sambil mengalami dan memasukinya. Meskipun engkau mengalami kesulitan, merasa lelah, dipermalukan, atau dikucilkan, engkau tetap harus mencurahkan segenap keloyalanmu. Hanya menerapkan dengan cara seperti ini, barulah engkau akan dapat mencurahkan segenap keloyalanmu dalam segala hal dan memenuhi maksud Tuhan. Engkau harus menganggap tugas itu sebagai tugas yang harus kaulaksanakan, bukan menganggapnya sebagai urusan pribadimu. Apa yang harus engkau pahami tentang tugas? Engkau harus memahami tugas sebagai sesuatu yang diberikan oleh Sang Pencipta—oleh Tuhan—kepada seseorang untuk dilaksanakannya; dengan cara ini muncullah tugas yang harus manusia lakukan. Amanat yang Tuhan berikan kepadamu adalah tugasmu, maka sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan jika engkau melaksanakan tugasmu sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika engkau paham bahwa tugas ini adalah amanat dari Tuhan, dan ini adalah bentuk kasih dan berkat Tuhan untukmu, engkau akan dapat menerima tugasmu dengan hati yang mengasihi Tuhan, dan engkau akan mampu memperhatikan maksud Tuhan saat melaksanakan tugasmu, dan engkau akan mampu mengatasi semua kesulitan untuk memuaskan Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh mengorbankan diri untuk Tuhan tidak akan pernah menolak amanat Tuhan; mereka tidak akan pernah menolak tugas apa pun. Apa pun tugas yang Tuhan percayakan kepadamu, sesulit apa pun tugas tersebut, engkau tidak boleh menolaknya, melainkan harus menerimanya. Inilah jalan penerapannya, yaitu engkau harus menerapkan kebenaran dan mencurahkan segenap keloyalanmu dalam segala hal, untuk memuaskan Tuhan. Apa yang menjadi fokus dalam penerapan ini? Fokusnya adalah kata "dalam segala hal". "Dalam segala hal" bukan berarti hal-hal yang engkau sukai atau kuasai, apalagi hal-hal yang familier untukmu. Terkadang segala hal itu adalah hal-hal yang tidak engkau kuasai, hal-hal yang perlu kaupelajari, hal yang sulit, atau hal yang membuatmu harus menderita. Namun, hal apa pun itu, selama Tuhan telah memercayakannya kepadamu, engkau harus menerimanya dari Dia; engkau harus menerimanya dan melaksanakan tugas tersebut dengan baik, mencurahkan segenap keloyalanmu dan memenuhi maksud Tuhan. Inilah jalan penerapannya. Apa pun yang terjadi, engkau harus selalu mencari kebenaran, dan begitu engkau yakin penerapan seperti apa yang sesuai dengan maksud Tuhan, maka dengan cara itulah engkau harus menerapkannya. Hanya dengan melakukannya dengan cara ini, barulah engkau menerapkan kebenaran, dan hanya dengan cara inilah engkau dapat memasuki kenyataan kebenaran.
Ada satu baris lagi dari lagu ini yang berbunyi, "Aku terbuka dan jujur, tidak curang, hidup dalam terang." Siapa yang memberikan jalan ini kepada manusia? (Tuhan.) Jika orang terbuka dan jujur, mereka adalah orang yang jujur. Mereka telah sepenuhnya membuka hati dan jiwa mereka untuk Tuhan, tidak menyembunyikan apa pun, dan tidak ada yang perlu mereka sembunyikan. Mereka telah menyerahkan hati mereka kepada Tuhan, dan mengungkapkan hati mereka kepada-Nya, yang artinya mereka telah menyerahkan segenap diri mereka kepada Tuhan. Jadi, masih dapatkah mereka menjauh dari Tuhan? Tidak, dan oleh sebab itu, mudah bagi mereka untuk tunduk kepada Tuhan. Jika Tuhan menganggap mereka licik, mereka akan mengakuinya. Jika Tuhan menganggap mereka congkak dan merasa diri benar, mereka juga akan mengakuinya, dan mereka bukan saja mengakui dan hanya itu saja—mereka juga mampu untuk bertobat, berusaha memahami prinsip-prinsip kebenaran, memperbaiki diri saat menyadari bahwa mereka salah, dan memperbaiki kesalahan mereka. Lalu tanpa disadari, mereka telah memperbaiki banyak cara-cara mereka yang keliru, dan mereka menjadi semakin tidak licik, semakin tidak menipu, tidak bersikap asal-asalan. Semakin lama mereka hidup dengan cara seperti ini, semakin mereka menjadi terbuka dan terhormat, dan semakin mereka mendekati tujuan mereka untuk menjadi orang yang jujur. Itulah yang dimaksud dengan hidup dalam terang. Semua kemuliaan ini adalah karena Tuhan! Jika orang hidup dalam terang, itu adalah perbuatan Tuhan—itu bukan sesuatu untuk mereka sombongkan. Jika orang hidup dalam terang, mereka akan memahami setiap kebenaran, memiliki hati yang takut akan Tuhan, tahu cara mencari dan menerapkan kebenaran dalam setiap masalah yang mereka temui, dan mereka hidup dengan berhati nurani dan bernalar. Meskipun mereka tidak bisa disebut orang-orang benar, di mata Tuhan mereka memiliki sedikit keserupaan dengan manusia, dan setidaknya, perkataan serta perbuatan mereka tidak bertentangan dengan Tuhan, mereka mampu mencari kebenaran saat sesuatu menimpa mereka, dan mereka memiliki hati yang tunduk kepada Tuhan. Oleh karena itu, mereka cukup aman dan terjamin, dan tidak mungkin mampu mengkhianati Tuhan. Meskipun mereka tidak memahami kebenaran secara mendalam, mereka mampu untuk taat dan tunduk, mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan mampu menjauhi kejahatan. Saat diberi tugas atau kewajiban, mereka mampu melaksanakannya dengan segenap hati dan pikiran mereka, dan dengan kemampuan terbaik mereka. Orang semacam ini layak mendapatkan kepercayaan, dan Tuhan yakin akan mereka—orang-orang seperti mereka hidup dalam terang. Apakah orang-orang yang hidup dalam terang mampu menerima pemeriksaan Tuhan? Mungkinkah mereka masih menyembunyikan hati mereka dari Tuhan? Apakah mereka masih memiliki rahasia yang tak bisa diberitahukan kepada Tuhan? Apakah mereka masih memiliki siasat yang mencurigakan? Tidak. Mereka telah sepenuhnya membuka hati kepada Tuhan, dan tidak ada lagi yang mereka tutupi atau sembunyikan. Mereka dapat mengungkapkan isi hati mereka secara jujur kepada Tuhan, bersekutu dengan Tuhan tentang apa pun, dan memberi tahu Tuhan segalanya. Tak ada apa pun yang tidak mereka sampaikan kepada Tuhan dan yang mereka sembunyikan dari-Nya. Setelah orang mampu mencapai standar seperti ini, hidup mereka akan menjadi mudah, lepas dan bebas.
Kutipan 37
Apa saja prinsip utama yang mendasari orang dalam melaksanakan tugasnya? Dia harus bertindak berdasarkan standar, prinsip, dan tuntutan rumah Tuhan, menerapkan kebenaran, dan melaksanakan tugas dengan baik dengan segenap hati dan kekuatan mereka dengan menggunakan firman Tuhan, kebenaran, serta melindungi pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan sebagai prinsip-prinsipnya. Jadi, bagaimana orang biasanya bertindak untuk diri mereka sendiri? Mereka berbuat sesuka hati mereka, mendahulukan kepentingan mereka dalam tindakan mereka dan menempatkan kepentingan mereka di atas segalanya. Mereka melakukan apa pun sesuai kepentingan mereka, bertindak sepenuhnya demi memuaskan keinginan daging mereka yang egois tanpa sedikitpun memikirkan keadilan, hati nurani, dan nalar; semua itu tidak ada di dalam hati mereka. Mereka hanya mengikuti watak iblis dan bertindak sesuka hati, menipu sana-sini, dan hidup berdasarkan falsafah Iblis. Cara hidup macam apa ini? Ini adalah cara hidup Iblis. Saat orang mengikuti Tuhan dan melaksanakan tugasnya, dia harus bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan setidaknya harus memiliki hati nurani serta nalar—dan ini adalah yang paling minimal. Ada orang-orang yang berkata: "Suasana hatiku sedang buruk hari ini, jadi aku ingin bersikap sepintas lalu dalam hal ini." Apakah ini cara melakukan sesuatu yang berlandaskan hati nurani? (Tidak.) Saat engkau ingin bersikap sepintas lalu, apakah engkau menyadarinya? (Kami sadar.) Adakah saat di mana engkau tidak menyadarinya? (Ya, ada.) Lalu, apakah engkau mampu menguji dirimu sendiri dan menyadarinya setelah apa yang terjadi? (Sedikit.) Setelah engkau sadar bahwa engkau bersikap sepintas lalu, kemudian di lain waktu engkau masih berkeinginan untuk bersikap asal-asalan, mampukah engkau memberontak terhadap mereka dan mengatasi mereka? (Saat menyadari ide-ide ini, aku dapat sedikit memberontak terhadap mereka.) Setiap kali engkau memberontak terhadap pemikiran dan keinginanmu, sebuah pertempuran akan terjadi. Jika pada akhirnya keinginan egoismulah yang menang, maka engkau telah secara sengaja telah melawan Tuhan dan berada dalam bahaya. Katakanlah misalnya selama 10 tahun ini engkau percaya kepada Tuhan, dan pada tiga tahun pertama, engkau kurang serius dan tidak terlalu bersungguh-sungguh, tetapi tiga tahun kemudian, engkau menyadari bahwa saat percaya kepada Tuhan, orang harus menerapkan kebenaran, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan memberontak terhadap daging orang. Kemudian, secara perlahan engkau mulai mengenali kerusakan, kedengkian, kejahatan serta natur congkak yang ada dalam dirimu, dan barulah pada saat itu, engkau benar-benar mengenal dirimu sendiri—engkau memahami esensi kerusakan dalam dirimu. Engkau merasa bahwa menerima kebenaran sangat diperlukan dan penting untuk membereskan watak rusakmu. Dan hanya pada saat seperti ini, engkau merasa bahwa tidak memiliki kenyataan kebenaran sangatlah menyedihkan. Meskipun ada pertempuran dalam hati orang setiap kali kerusakan mereka terlihat, di setiap pertempuran ini, mereka tidak mampu mengalahkan keinginan egois mereka sendiri dan tetap bertindak sesuka hati. Sebenarnya, dalam hatinya sendiri mereka tahu betul bahwa watak Iblis masih mendominasi sehingga terasa sulit untuk menerapkan kebenaran. Ini membuktikan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan sangat sulit untuk mengatakan apakah mereka akan mampu memperoleh keselamatan atau tidak pada akhirnya. Jika engkau benar-benar memiliki tekad, seharusnya engkau menerapkan kebenaran yang kaupahami, dan apa pun watak rusak yang menghalangimu ketika engkau menerapkan kebenaran-kebenaran ini, engkau harus selalu berdoa dan mengandalkan Tuhan, mencari kebenaran untuk membereskan watak yang rusak, berani melawannya, dan berani memberontak terhadap dagingmu. Jika engkau memiliki iman seperti ini, engkau akan mampu menerapkan kebenaran. Meskipun terkadang akan ada kalanya di mana engkau gagal, engkau tidak akan patah semangat dan akan tetap mampu mengalahkan Iblis dengan berdoa kepada Tuhan dan memandang-Nya. Setelah berperang seperti ini selama beberapa tahun, akan tiba waktunya saat engkau menang atas dagingmu dan makin banyak menerapkan kebenaran, dan akan tiba waktunya saat kegagalanmu secara berangsur akan berkurang, dan sekalipun engkau sesekali gagal, engkau tidak akan menjadi negatif dan akan terus berdoa dan mencari Tuhan hingga engkau mampu menerapkan kebenaran. Ini berarti ada harapan bagimu, bahwa awan telah terbelah dan engkau dapat melihat langit biru. Selama masih ada saat-saat di mana engkau berhasil ketika menerapkan kebenaran, ini membuktikan bahwa engkau adalah orang yang memiliki tekad dan yang memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan. Orang yang mengejar kebenaran akhirnya hanya akan masuk ke dalam kenyataan kebenaran setelah mengalami banyak kegagalan saat menerapkan kebenaran. Berapa kali pun orang mengalami kegagalan dan betapapun negatifnya mereka, selama mereka mampu mengandalkan dan mencari Tuhan, akan selalu ada waktunya di mana mereka akan berhasil. Berapa kali pun engkau terus gagal, akan tetap ada harapan asalkan mereka tidak menyerah. Ketika tiba saatnya mereka benar-benar mendapati bahwa mereka mampu menerapkan kebenaran, bertindak berdasarkan prinsip, tidak berkompromi dengan Iblis dalam hal-hal penting—terutama dalam hal melaksanakan tugas mereka—dan tidak menyerah pada tugas serta tetap teguh dalam kesaksian mereka, maka pasti ada harapan bagi mereka untuk diselamatkan.
Setiap kali engkau menerapkan kebenaran, engkau akan mengalami peperangan di dalam hatimu. Adakah di antaramu yang tidak pernah mengalami peperangan ketika engkau menerapkan kebenaran? Tentu saja tidak. Hanya jika orang telah masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan hampir tidak memperlihatkan watak rusak, barulah mereka pada dasarnya tidak akan menghadapi peperangan besar. Namun, dalam keadaan khusus dan dalam konteks tertentu, mereka akan tetap menghadapi sedikit peperangan. Dengan kata lain, makin orang memahami kebenaran, makin sedikit mereka berperang, dan makin sedikit orang memahami kebenaran, makin banyak peperangan yang mereka alami. Terutama bagi para petobat baru, peperangan dalam hati mereka setiap kali menerapkan kebenaran, pastilah sangat sengit. Mengapa peperangan itu sengit? Karena orang bukan saja memiliki kesukaan dan pilihan daging sendiri, mereka juga memiliki kesulitan nyata, selain dari watak rusak yang menghambat mereka. Untuk setiap aspek kebenaran yang ingin kaupahami, engkau harus berperang melawan empat aspek yang menghalangimu, artinya setidaknya engkau harus melewati tiga atau empat penghalang yang menghambat sebelum engkau mampu menerapkan kebenaran. Apakah engkau semua memiliki pengalaman terus-menerus berperang melawan watak rusakmu ini? Saat engkau harus menerapkan kebenaran dan melindungi kepentingan rumah Tuhan, mampukah engkau semua mengatasi kendali dari watak rusakmu dan berdiri di pihak kebenaran? Sebagai contoh, engkau dipasangkan dengan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan pembersihan gereja, tetapi dia selalu mempersekutukan kepada saudara-saudari bahwa Tuhan menyelamatkan manusia sebisa mungkin, dan bahwa kita harus memperlakukan orang dengan kasih dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Engkau sadar bahwa ada yang tidak beres dengan persekutuannya, dan meskipun kata-kata yang dia ucapkan sepertinya cukup benar, setelah analisis yang mendalam engkau menemukan bahwa dia menyimpan maksud dan tujuan, tidak mau menyinggung siapa pun, dan tidak ingin melaksanakan pengaturan kerja. Ketika dia menyampaikan persekutuan seperti ini, orang-orang yang memiliki tingkat pertumbuhan yang kecil dan tidak memiliki kemampuan untuk mengenali akan diganggu olehnya, menunjukkan kasih dengan sembrono tanpa prinsip, mengabaikan untuk mengenali orang lain, dan tidak menyingkapkan atau melaporkan antikristus, orang-orang jahat, dan pengikut yang bukan orang percaya. Ini adalah penghalang bagi pekerjaan pembersihan gereja. Jika antikristus, orang-orang jahat, dan pengikut yang bukan orang percaya tidak dapat dikeluarkan tepat pada waktunya, hal ini akan memengaruhi umat pilihan Tuhan dalam hal makan dan minum firman-Nya secara normal serta memengaruhi pelaksanaan tugas mereka secara normal, dan terutama akan mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja sekaligus merugikan kepentingan rumah Tuhan. Pada saat seperti ini, bagaimana seharusnya engkau melakukan penerapan? Ketika mengetahui masalah ini, engkau harus berdiri dan menyingkapkan orang ini; engkau harus menghentikannya dan melindungi pekerjaan gereja. Mungkin engkau berpikir: "Kami adalah rekan sekerja. Jika aku langsung menyingkapkannya dan dia tidak menerimanya, bukankah kami akan berselisih? Tidak, aku tak boleh angkat bicara begitu saja, aku harus sedikit lebih bijaksana." Jadi, engkau memberi mereka pengingat sederhana dan beberapa nasihat. Setelah mendengar perkataanmu, dia tidak menerimanya, dan juga menyampaikan sejumlah alasan untuk membantahmu. Jika dia tidak menerimanya, pekerjaan rumah Tuhan akan mengalami kerugian. Apa yang harus kaulakukan? Engkau berdoa kepada Tuhan dan berkata: "Tuhan, kumohon selesaikan dan aturlah hal ini. Disiplinkan dia—aku tak bisa berbuat apa-apa." Engkau merasa bahwa engkau tidak mampu menghentikannya lalu membiarkannya begitu saja. Apakah ini perilaku yang bertanggung jawab? Apakah engkau menerapkan kebenaran? Jika tidak mampu menghentikannya, mengapa engkau tidak melaporkan hal ini kepada para pemimpin dan pekerja? Mengapa engkau tidak membawa masalah ini ke pertemuan dan membiarkan semua orang mempersekutukan dan membahasnya? Jika engkau tidak melakukannya, bukankah engkau akan menyalahkan dirimu sendiri nantinya? Jika engkau berkata, "Aku tidak mampu mengatasinya, jadi akan kubiarkan saja. Hati nuraniku tak menuduhku," lalu hati seperti apa yang kaumiliki? Apakah itu hati yang penuh kasih ataukah hati yang merugikan orang lain? Hatimu begitu kejam, karena ketika sesuatu menimpamu, engkau takut menyinggung orang dan tidak mematuhi prinsip. Sebenarnya, engkau tahu betul bahwa orang ini memiliki tujuannya sendiri dalam bertindak seperti itu dan bahwa engkau tidak boleh mendengarkannya dalam hal ini. Namun, engkau tidak mampu mematuhi prinsip dan menghentikannya agar tidak menyesatkan orang lain, dan ini pada akhirnya merugikan kepentingan rumah Tuhan. Akankah engkau menyalahkan dirimu sendiri setelah ini? (Ya.) Apakah menyalahkan dirimu sendiri akan membuatmu mampu untuk menebus kerugian yang telah terjadi? Kerugian itu tidak dapat ditebus. Kemudian, engkau berpikir lagi: "Bagaimanapun juga, aku sudah memenuhi tanggung jawabku, dan Tuhan tahu itu. Tuhan memeriksa lubuk hati manusia." Perkataan macam apa ini? Ini adalah perkataan yang penuh tipu daya dan jahat yang menipu manusia dan Tuhan. Engkau belum memenuhi tanggung jawabmu, dan tetap mencari alasan dan dalih untuk melalaikannya. Ini adalah perilaku yang menipu dan keras kepala. Apakah orang seperti ini memiliki ketulusan terhadap Tuhan? Apakah mereka memiliki rasa keadilan? (Tidak.) Ini adalah orang yang sama sekali tidak menerima kebenaran, sejenis Iblis. Ketika sesuatu menimpamu, engkau hidup berdasarkan falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain, dan tidak menerapkan kebenaran. Engkau selalu takut menyinggung orang lain, tetapi tidak takut menyinggung Tuhan, dan bahkan akan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan untuk melindungi hubungan antarpribadimu. Apa akibatnya jika engkau bertindak dengan cara seperti ini? Engkau sudah melindungi hubungan antarpribadimu dengan cukup baik, tetapi engkau telah menyinggung Tuhan, dan Dia akan membenci dan menolakmu, dan akan marah terhadapmu. Jika dibandingkan, mana yang lebih baik? Jika engkau tak tahu jawabannya, itu artinya engkau benar-benar bingung; itu membuktikan bahwa engkau tidak sedikit pun memahami kebenaran. Jika engkau terus seperti itu tanpa pernah menyadarinya, itu akan sangat berbahaya, dan jika engkau tak mampu memperoleh kebenaran, pada akhirnya, engkaulah yang akan mengalami kerugian. Jika engkau tidak mencari kebenaran dalam masalah ini, dan engkau gagal, dapatkah engkau kelak mencari kebenaran? Jika engkau tetap tidak dapat mencari kebenaran, itu bukan lagi masalah mengalami kerugian—engkau pada akhirnya akan disingkirkan. Jika engkau memiliki motivasi dan sudut pandang penyenang orang, engkau tidak akan mampu menerapkan kebenaran dan mematuhi prinsip dalam segala hal, dan engkau akan selalu gagal dan jatuh. Jika engkau tidak sadar dan tidak pernah mencari kebenaran, berarti engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya, dan engkau tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup. Lalu, apa yang harus kaulakukan? Ketika menghadapi hal-hal semacam itu, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya, memohon keselamatan, dan memohon agar Tuhan memberimu lebih banyak iman dan kekuatan dan memampukanmu untuk mematuhi prinsip, melakukan apa yang harus kaulakukan, menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, tetap teguh pada pendirianmu, melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu memberontak terhadap kepentingan diri sendiri, kesombonganmu, dan pendirianmu tentang penyenang orang, dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis dan memperoleh aspek kebenaran ini. Jika engkau selalu bersikeras untuk hidup berdasarkan falsafah Iblis, melindungi hubunganmu dengan orang lain, tidak pernah menerapkan kebenaran, dan tidak berani mematuhi prinsip, lalu, akan mampukah engkau menerapkan kebenaran dalam hal-hal lain? Engkau tetap tidak akan memiliki iman atau kekuatan. Jika engkau tak pernah mampu mencari atau menerima kebenaran, apakah percaya kepada Tuhan seperti itu akan memungkinkanmu memperoleh kebenaran? (Tidak.) Dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, dapatkah engkau diselamatkan? Tidak. Jika engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis, sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, engkau tidak akan pernah dapat diselamatkan. Seharusnya engkau mengerti dengan jelas bahwa memperoleh kebenaran adalah syarat yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, bagaimana agar engkau dapat memperoleh kebenaran? Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, jika engkau mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan kebenaran menjadi dasar hidupmu, maka engkau akan memperoleh kebenaran dan memiliki hidup, dan karena itu engkau akan menjadi salah satu dari mereka yang diselamatkan.
Kutipan 38
Ada orang-orang yang begitu kurang memiliki pengetahuan profesional untuk melaksanakan tugas mereka, dan begitu sulit bagi mereka untuk mempelajari apa pun, apakah penyebabnya? Itu karena kualitas mereka buruk. Kebenaran berada di luar jangkauan orang-orang yang kualitasnya sangat rendah, dan tidak mudah bagi mereka untuk belajar. Kebanyakan dari mereka memiliki kekurangan yang fatal; mereka bukan saja tidak berhati nurani atau tidak bernalar, tetapi mereka juga tidak memiliki tempat bagi Tuhan di hati mereka. Mata mereka tampak kosong dan suram, dan mereka dungu, sama seperti binatang. Mereka hanya tahu cara makan, minum, dan bersenang-senang, dan mereka tidak belajar atau memiliki keterampilan apa pun. Mereka belajar segala sesuatu hanya pada taraf yang dangkal, dan menganggap diri mereka telah memahami segala sesuatu padahal mereka hanya memahami permukaannya saja. Ketika orang lain berusaha menjelaskan lebih lanjut, mereka tidak mau mendengarkan, yakin bahwa hal itu tidak perlu. Mereka tidak mendengarkan atau menerima apa pun yang orang lain katakan, dan akibatnya, mereka tak mampu mencapai apa pun dan mereka pada dasarnya tidak berguna. Memiliki kualitas yang buruk saja sudah fatal. Jika orang juga memiliki watak yang buruk, tidak bermoral, tidak mendengarkan nasihat, tidak mampu menerima hal-hal positif, dan tidak mau belajar dan menerima hal-hal baru, maka orang semacam itu tidak ada gunanya! Orang yang melaksanakan tugas haruslah orang yang memiliki hati nurani dan nalar, mampu mengukur dirinya sendiri, tahu kekurangannya sendiri, memahami apa yang kurang pada dirinya dan apa yang perlu ditingkatkan dalam dirinya. Mereka harus selalu merasa bahwa kekurangan mereka sangat banyak, dan jika mereka tidak belajar dan menerima hal-hal baru, mereka mungkin saja akan disingkirkan. Jika mereka mampu merasakan keadaan berbahaya ini di dalam hati mereka, itu akan memberi mereka motivasi dan kemauan untuk belajar sesuatu. Di satu sisi, orang harus memperlengkapi diri mereka dengan kebenaran, dan di sisi lain, mereka harus mempelajari pengetahuan profesional yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas mereka. Dengan melakukan penerapan seperti ini, mereka akan dapat mengalami kemajuan, dan pelaksanaan tugas mereka akan membuahkan hasil yang baik. Hanya jika orang melaksanakan tugasnya dengan baik dan hidup dalam keserupaan dengan manusia, barulah hidupnya akan bernilai, jadi melaksanakan tugas adalah hal yang paling bermakna. Ada orang-orang yang wataknya buruk, dan mereka bukan saja bodoh, tetapi juga congkak. Mereka selalu menganggap berusaha memahami segala sesuatu dan selalu mendengarkan orang lain akan membuat orang lain memandang rendah mereka, dan membuat mereka kehilangan muka, dan berperilaku dengan cara seperti ini mereka anggap kurang bermartabat. Sebenarnya, justru kebalikannya. Bersikap congkak dan merasa diri benar, tidak belajar apa pun, selalu tertinggal dan ketinggalan zaman dalam segala hal, tidak memiliki pengetahuan, wawasan dan ide adalah hal yang benar-benar memalukan, dan justru pada saat seperti inilah, orang kehilangan integritas dan martabatnya. Ada orang-orang yang tak mampu melakukan apa pun dengan baik, memiliki pemahaman yang dangkal tentang apa pun yang mereka pelajari, merasa puas dengan hanya memahami beberapa doktrin, dan menganggap diri mereka cakap. Namun, mereka belum mampu mencapai apa pun, dan mereka belum membuahkan hasil yang nyata. Jika engkau memberi tahu mereka bahwa mereka tidak memahami apa pun dan belum mencapai apa pun, mereka tidak dapat diyakinkan dan dengan gigih akan membantah perkataanmu tersebut. Padahal ketika mereka melakukan sesuatu, mereka melakukannya dengan buruk dan tidak tuntas. Bukankah orang tidak ada gunanya jika mereka tak mampu menangani tugas apa pun dengan baik? Bukankah mereka tidak berguna? Orang yang kualitasnya sangat rendah tidak mampu melaksanakan tugas termudah sekalipun. Mereka tidak berguna dan hidup mereka tidak ada nilainya. Ada orang-orang yang berkata, "Aku dibesarkan di pedesaan, tanpa mendapatkan pendidikan atau pengetahuan, dan kualitasku buruk, tidak seperti kalian, orang-orang yang hidup di kota, dan yang berpendidikan dan berpengetahuan luas, sehingga kalian mampu unggul dalam segala sesuatu." Apakah pernyataan ini benar? (Tidak benar.) Apa yang tidak benar tentangnya? (Apakah orang mampu mencapai sesuatu atau tidak, itu tidak ada kaitannya dengan lingkungan mereka; itu terutama tergantung pada apakah orang berusaha untuk belajar dan meningkatkan diri mereka.) Cara Tuhan memperlakukan manusia tidak tergantung pada seberapa berpendidikannya mereka, atau di lingkungan seperti apa mereka dilahirkan, atau seberapa berbakatnya mereka. Sebaliknya, Dia memperlakukan orang berdasarkan sikap mereka terhadap kebenaran. Berkaitan dengan apakah sikap ini? Sikap orang berkaitan dengan kemanusiaan mereka, dan juga watak mereka. Jika engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus mampu memperlakukan kebenaran dengan benar. Jika engkau memiliki sikap yang rendah hati dan sikap yang menerima kebenaran, maka sekalipun kualitasmu sedikit buruk, Tuhan akan tetap mencerahkanmu dan memampukanmu untuk memperoleh sesuatu. Jika engkau memiliki kualitas yang baik tetapi selalu congkak dan merasa diri benar, menganggap apa pun yang kaukatakan benar dan apa pun yang orang lain katakan salah, menolak saran apa pun yang orang ajukan, dan bahkan tidak menerima kebenaran, bagaimanapun kebenaran itu dipersekutukan kepadamu, dan selalu menentangnya, maka mungkinkah orang seperti dirimu memperoleh perkenanan Tuhan? Akankah Roh Kudus bekerja dalam diri orang sepertimu? Tidak. Tuhan akan menganggapmu memiliki watak yang buruk dan menganggapmu tidak layak menerima pencerahan-Nya, dan jika engkau tidak bertobat, Dia bahkan akan mengambil apa yang pernah kaumiliki. Inilah yang dimaksud dengan disingkapkan. Orang-orang seperti ini menjalani kehidupan yang menyedihkan. Mereka jelas bukan siapa-siapa, dan tidak cakap dalam segala hal, tetapi mereka tetap menganggap diri mereka sangat baik, dan lebih baik dibandingkan orang lain dalam segala hal. Mereka tidak pernah membahas tentang kekurangan atau kelemahan mereka sendiri di depan orang lain, juga tidak membahas kelemahan dan kenegatifan mereka. Mereka selalu berpura-pura sebagai orang yang cakap dan membuat orang lain memiliki kesan yang salah tentang diri mereka, membuat orang lain mengira mereka cakap dalam segala hal, tidak memiliki kelemahan, tidak membutuhkan bantuan, tidak perlu mendengarkan saran orang lain, dan tidak perlu belajar dari kelebihan orang lain untuk mengimbangi kekurangan mereka sendiri, dan bahwa mereka akan selalu lebih baik daripada orang lain. Watak macam apa ini? (Watak yang congkak.) Sangat congkak. Orang-orang seperti ini menjalani kehidupan yang menyedihkan! Apakah mereka sebenarnya cakap? Mampukah mereka benar-benar mencapai sesuatu? Mereka mengacaukan banyak hal di masa lalu, tetapi orang-orang seperti ini tetap menganggap diri mereka mampu melakukan apa pun. Bukankah itu sangat tidak masuk akal? Jika orang tidak masuk akal hingga mencapai taraf seperti ini, berarti mereka adalah orang-orang yang bingung. Orang-orang semacam itu tidak belajar hal-hal baru ataupun menerima hal-hal baru. Di dalam dirinya, mereka kering, berpikiran sempit, dan miskin, dan dalam situasi apa pun, mereka tidak mampu mengetahui dan memahami prinsip ataupun memahami maksud Tuhan, dan mereka hanya tahu untuk berpaut pada aturan, membicarakan kata-kata dan doktrin, serta pamer di depan orang lain. Akibatnya, mereka sama sekali tidak memahami kebenaran dan tidak memiliki kenyataan kebenaran sedikit pun, tetapi mereka tetap sangat congkak. Mereka adalah orang yang benar-benar bingung, dan sama sekali tidak masuk akal, dan mereka hanya dapat disingkirkan.
Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara? (Aku sedikit mampu sekarang. Sebelumnya, aku sering tidak mau mendengar saran saudara-saudari dan selalu bersikeras melakukan semuanya dengan caraku sendiri. Baru kemudian, setelah fakta membuktikan aku salah, aku sadar bahwa kebanyakan saran mereka itu benar, bahwa itu adalah hasil dari pembahasan semua orang yang sebenarnya sesuai, dan bahwa dengan mengandalkan pandanganku sendiri, aku tak mampu memahami segala sesuatu dengan jelas dan bahwa aku memiliki kekurangan. Setelah mengalami hal ini, aku sadar betapa pentingnya kerja sama yang harmonis itu.) Dan apa yang bisa kaupahami dari hal ini? Setelah mengalami hal ini, apakah engkau menerima manfaat dan memahami kebenaran? Apakah menurutmu ada orang yang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapapun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta, dan ini adalah sikap yang seharusnya orang miliki agar mampu memperlakukan kekuatan dan kelebihan atau kekurangan mereka dengan cara yang benar; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja sama dengan mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan mampu menerapkan aspek kenyataan kebenaran ini, engkau akan dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, mampu memanfaatkan kelebihan mereka untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan. Jika engkau selalu berpikir bahwa engkau cukup baik dan orang lain lebih buruk bila dibandingkan dengan dirimu, dan jika engkau selalu ingin menjadi penentu keputusan, ini akan menjadi masalah. Ini adalah masalah watak. Bukankah orang-orang semacam ini congkak dan merasa diri benar? Bayangkan ada seseorang yang memberimu saran yang bagus, tetapi kaupikir jika engkau menerima sarannya, dia akan memandang rendah dirimu dan menganggapmu tidak sebaik dirinya. Jadi, kauputuskan untuk tidak mendengarkan sarannya. Sebaliknya, engkau berusaha mengabaikan sarannya dengan mengucapkan perkataan yang terdengar muluk-muluk agar orang itu menghormatimu. Jika engkau selalu berinteraksi dengan orang lain dengan cara seperti ini, dapatkah engkau bekerja sama secara harmonis dengan mereka? Engkau bukan saja tidak akan mencapai keharmonisan, tetapi juga akan ada konsekuensi yang negatif. Seiring berjalannya waktu, semua orang akan menyadari bahwa engkau orang yang sangat licik dan curang, orang yang sulit mereka pahami. Engkau tidak menerapkan kebenaran, dan engkau bukan orang yang jujur, jadi semua orang merasa benci terhadapmu. Jika semua orang benci terhadapmu, bukankah itu berarti engkau ditolak oleh mereka? Katakan kepada-Ku, bagaimana Tuhan akan memperlakukan orang yang ditolak oleh semua orang? Tuhan juga pasti akan membenci orang semacam itu. Mengapa Tuhan membenci orang yang seperti ini? Meskipun niat mereka melaksanakan tugas dengan tulus, cara-cara merekalah yang Tuhan benci. Watak yang mereka perlihatkan dan setiap pemikiran, gagasan dan niat mereka adalah jahat di mata Tuhan, dan merupakan hal-hal yang Tuhan benci dan semua itu memuakkan bagi-Nya. Ketika orang selalu menggunakan taktik tercela dalam perkataan dan tindakan mereka dengan tujuan untuk membuat orang lain menghormati mereka, perilaku seperti ini dibenci oleh Tuhan.
Ketika orang melaksanakan tugas atau pekerjaan apa pun di hadapan Tuhan, hati mereka harus murni: hati mereka harus seperti semangkuk air bersih—jernih, tanpa ketidakmurnian. Jadi, sikap seperti apa yang benar? Apa pun yang sedang kaulakukan, engkau harus mampu mempersekutukan apa pun yang ada dalam hatimu dengan orang lain, apa pun ide yang mungkin kaumiliki. Jika seseorang mengatakan bahwa caramu melakukan sesuatu tidak akan berhasil, dan mereka mengajukan ide yang lain, dan jika engkau merasa bahwa ide mereka sangat baik, engkau harus melepaskan caramu sendiri, dan melakukannya sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Dengan melakukannya, semua orang akan melihat bahwa engkau mampu menerima saran orang lain, memilih jalan yang benar, bertindak berdasarkan prinsip, dan melakukannya dengan transparan dan kejelasan. Tidak ada kegelapan di dalam hatimu, dan engkau bertindak dan berbicara dengan tulus, mengandalkan sikap yang jujur. Engkau mengatakan yang sebenarnya. Jika ya, engkau mengatakan ya; jika tidak, engkau mengatakan tidak. Tidak ada tipu muslihat, tidak ada rahasia, hanya seseorang yang sangat transparan. Bukankah ini adalah semacam sikap? Ini adalah sikap terhadap orang, peristiwa dan hal-hal dan merepresentasikan watak seseorang. Sebaliknya, ada orang yang mungkin tidak pernah terbuka dan menyampaikan apa yang dipikirkannya kepada orang lain. Dan dalam semua yang dilakukannya, dia tidak pernah berkonsultasi dengan orang lain, melainkan menutup hatinya terhadap orang lain, tampak selalu bersikap waspada terhadap orang lain di setiap kesempatan. Dia menyelubungi dirinya seketat mungkin. Bukankah orang seperti ini licik? Sebagai contoh, orang ini memiliki ide yang dianggapnya cerdas, dan berpikir, "Aku akan menyimpannya untuk diriku sendiri untuk saat ini. Jika aku mengatakannya, kalian bisa saja menggunakannya dan mencuri kesempatanku untuk menjadi pusat perhatian, dan aku tak ingin hal seperti ini terjadi. Aku akan menyimpannya." Atau jika ada sesuatu yang tidak mereka pahami sepenuhnya, mereka akan berpikir: "Aku tidak akan mengatakan hal itu sekarang. Jika kukatakan, lalu seseorang mengatakan sesuatu yang lebih tinggi, bukankah aku akan terlihat bodoh? Semua orang akan mengetahui diriku yang sebenarnya, mengetahui kelemahanku dalam hal ini. Sebaiknya aku tidak mengatakan apa pun." Apa pun pertimbangan mereka, motif apa pun yang mendasarinya, mereka takut semua orang akan mengetahui yang sebenarnya. Mereka selalu memperlakukan tugas mereka sendiri serta orang-orang, peristiwa, dan hal-hal dengan sudut pandang dan sikap semacam ini. Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang bengkok, licik dan jahat. Di luarnya, mereka tampak telah mengatakan semuanya kepada orang lain, hal-hal yang menurut mereka dapat mereka beritahukan, padahal di balik itu, mereka menyembunyikan beberapa hal. Apa yang mereka sembunyikan? Mereka tidak pernah mengatakan hal-hal yang berkaitan dengan reputasi dan kepentingan mereka—mereka menganggap hal-hal ini bersifat pribadi dan mereka tak pernah membicarakannya kepada siapa pun, bahkan kepada orang tua mereka. Mereka tidak pernah mengatakan hal-hal ini. Ini adalah masalah! Apakah menurutmu jika engkau tidak mengatakan hal-hal ini, Tuhan tidak akan mengetahuinya? Orang mengatakan bahwa Tuhan mengetahuinya, tetapi apakah di dalam hatinya orang yakin bahwa Tuhan mengetahuinya? Orang tidak pernah menyadari bahwa, "Tuhan mengetahui segala sesuatu; apa yang kupikirkan dalam hatiku, sekalipun aku belum pernah mengungkapkannya, Tuhan diam-diam memeriksanya, Tuhan pasti mengetahuinya. Aku tak dapat menyembunyikan apa pun dari Tuhan, jadi aku harus mengatakannya, bersekutu secara terbuka dengan saudara-saudariku. Entah pemikiran dan ide-ideku baik atau buruk, aku harus mengatakannya dengan jujur. Aku tidak boleh menjadi orang yang bengkok, licik, egois, atau tercela—aku harus menjadi orang yang jujur." Jika orang mampu berpikir seperti ini, ini adalah sikap yang benar. Bukannya mencari kebenaran, kebanyakan orang memiliki agenda picik mereka sendiri. Kepentingan, reputasi, dan tempat atau kedudukan mereka di benak orang lain sangatlah penting bagi mereka. Hanya hal-hal inilah yang mereka hargai. Mereka menggenggam erat hal-hal ini dan menganggapnya sebagai hidup mereka. Dan bagaimana hal-hal ini dipandang atau diperlakukan oleh Tuhan, itu dianggap kurang penting; untuk saat ini, mereka mengabaikan hal itu; untuk saat ini, mereka hanya memikirkan apakah mereka adalah pemimpin kelompok atau bukan, apakah orang lain menghormati mereka, apakah perkataan mereka berbobot. Perhatian utama mereka adalah menduduki posisi tersebut. Ketika berada dalam kelompok, hampir semua orang mencari kedudukan dan peluang seperti ini. Jika mereka sangat berbakat, tentu saja mereka ingin menjadi yang terbaik; jika mereka memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, mereka tetap ingin memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam kelompok tersebut; dan jika mereka memiliki kedudukan yang rendah dalam kelompok, karena memiliki kualitas dan kemampuan rata-rata, mereka juga ingin orang lain menghormati mereka, mereka tidak mau orang lain memandang rendah diri mereka. Reputasi dan martabat orang-orang ini adalah batas minimum yang harus mereka miliki: mereka harus memegang erat hal-hal ini. Mereka boleh saja tidak memiliki integritas dan tidak mendapatkan perkenanan atau penerimaan Tuhan, tetapi mereka sama sekali tidak boleh kehilangan rasa hormat, status, atau harga diri yang telah mereka bangun di benak orang-orang—yang merupakan watak Iblis. Namun, kebanyakan orang tidak memiliki kesadaran akan hal ini. Keyakinan mereka adalah, mereka harus memegang erat reputasi ini sampai akhir. Mereka tidak menyadari bahwa hanya jika hal-hal yang sia-sia dan dangkal ini dilepaskan dan dikesampingkan sepenuhnya, barulah mereka akan menjadi manusia sejati. Jika orang mempertahankan hal-hal yang seharusnya dibuang ini sebagai hidup mereka, mereka akan kehilangan hidup mereka. Mereka tidak tahu apa yang dipertaruhkan. Jadi, ketika mereka bertindak, mereka selalu menyembunyikan sesuatu, mereka selalu berusaha melindungi reputasi dan status mereka sendiri, mereka mengutamakan hal-hal ini, berbicara hanya untuk tujuan mereka sendiri, untuk pembelaan palsu mereka sendiri. Segala sesuatu yang mereka lakukan adalah untuk diri mereka sendiri. Mereka bergegas melakukan hal-hal mulia, membiarkan semua orang tahu bahwa mereka adalah bagian dari hal tersebut. Sebenarnya hal itu tidak ada kaitannya dengan mereka, tetapi mereka tidak pernah mau berada di balik layar, mereka selalu takut orang lain memandang rendah diri mereka, mereka selalu takut orang lain mengatakan bahwa mereka bukan apa-apa, bahwa mereka tidak mampu melakukan apa pun, bahwa mereka tidak memiliki keterampilan. Bukankah semua ini dikendalikan oleh watak Iblis dalam diri mereka? Jika engkau mampu melepaskan hal-hal seperti reputasi dan status, engkau akan jauh lebih tenang dan bebas; engkau akan mulai menjejakkan kaki di jalan untuk menjadi orang yang jujur. Namun bagi banyak orang, hal ini tidak mudah untuk dicapai. Saat kamera muncul, misalnya, orang berebut maju ke depan; mereka suka wajah mereka disorot kamera, semakin banyak disorot kamera semakin baik; mereka takut tidak mendapatkan sorotan kamera yang cukup, dan akan membayar berapa pun harganya untuk kesempatan mendapatkannya. Dan bukankah semua ini dikendalikan oleh watak Iblis dalam diri mereka? Semua ini adalah watak Iblis dalam diri mereka. Setelah engkau disorot kamera, lalu apa? Memangnya kenapa jika orang-orang mengagumimu? Memangnya kenapa jika mereka memujamu? Apakah semua ini membuktikan bahwa engkau memiliki kenyataan kebenaran? Tak satu pun dari hal ini yang bernilai. Ketika engkau mampu mengatasi hal-hal ini—ketika engkau menjadi acuh tak acuh terhadapnya, dan tidak lagi merasa semua itu penting, ketika reputasi, kesombongan, status, dan kekaguman orang tidak lagi mengendalikan pemikiran dan perilakumu, dan juga tidak mengendalikan bagaimana engkau melaksanakan tugasmu—maka pelaksanaan tugasmu akan menjadi semakin efektif dan semakin murni.
Kutipan 39
Ada orang-orang yang tidak pernah berperilaku baik ketika melaksanakan tugas mereka. Sebaliknya, mereka selalu mencari hal-hal baru untuk membuat diri mereka menonjol dan mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk. Apakah ini hal yang baik? Dapatkah mereka bekerja sama secara harmonis dengan orang lain? (Tidak.) Jika orang mengutarakan pandangan yang terdengar muluk-muluk, watak macam apakah ini? (Ini adalah watak yang congkak dan merasa diri benar.) Ini adalah watak yang congkak dan merasa diri benar. Apa natur dari tindakan mereka? (Mereka berusaha menjadi independen, ingin menonjol, ingin membuat kelompok mereka sendiri.) Membuat kelompok sendiri artinya mereka ingin membuat orang lain mematuhi mereka, dan tidak menangani masalah berdasarkan prinsip kebenaran. Niat dan tujuan mereka adalah menjadi independen dan menonjol, jadi apa yang mereka lakukan mengandung sesuatu yang mengganggu ketertiban. Apa yang dimaksud dengan mengganggu ketertiban? Maksudnya adalah menimbulkan kehancuran, dan sifatnya mengganggu dan mengacaukan. Biasanya, sebagian besar masalah dapat diselesaikan melalui persekutuan dan diskusi kelompok, di mana sebagian besar keputusan diambil sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, serta benar dan tepat. Namun, ada orang-orang yang terus-menerus menolak kesepakatan ini. Bukan saja tidak mau mencari kebenaran, mereka juga mengabaikan kepentingan rumah Tuhan. Mereka mengutarakan secara terperinci teori-teori yang aneh untuk menonjolkan diri mereka sendiri dan membuat orang lain menghargai mereka. Mereka ingin menentang keputusan tepat yang telah diambil dan menyanggah pilihan yang telah disetujui semua orang. Inilah yang dimaksud dengan mengganggu ketertiban dan menyebabkan kehancuran, untuk menciptakan gangguan dan kekacauan. Inilah esensi dari mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk. Jadi, apa masalahnya dengan perilaku yang seperti ini? Pertama, mereka memperlihatkan watak yang rusak, dan sama sekali tidak ada ketundukan. Selain itu, orang-orang yang menuruti kehendaknya sendiri ini selalu ingin menonjol dan membuat semua orang menghargai mereka, dan akibatnya, mereka mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Tanpa kebenaran, mereka tidak mampu memahami yang sebenarnya dari berbagai hal, tetapi mereka malah terus mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk untuk memamerkan diri, dan sama sekali tidak mencari kebenaran. Bukankah ini bertindak semaunya dan ceroboh? Agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, belajar bekerja sama dengan orang lain sangatlah penting. Diskusi di antara dua orang selalu menghasilkan sudut pandang yang lebih menyeluruh dan akurat dibandingkan pandangan satu orang saja. Jika orang selalu ingin bertindak tanpa mengikuti aturan atau terbiasa mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk untuk membuat semua orang mengikuti mereka, ini berbahaya, ini berarti menempuh jalannya sendiri. Ketika mengerjakan sesuatu, kita harus selalu berdiskusi dengan orang lain dan mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu. Jika pendapat sebagian besar orang sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerima dan menaatinya. Apa pun yang kaulakukan, jangan mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk. Melakukan hal seperti itu di dalam kelompok apa pun bukanlah hal yang baik. Ketika engkau mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk, jika itu sesuai dengan prinsip kebenaran dan sebagian besar orang menyetujuinya, itu mungkin dianggap berterima. Namun, jika itu bertentangan dengan prinsip kebenaran dan merugikan pekerjaan gereja, engkau harus bertanggung jawab dan menanggung akibat perbuatanmu. Selain itu, mengutarakan gagasan yang terdengar muluk-muluk adalah masalah watak. Itu membuktikan bahwa engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan sebaliknya, engkau masih hidup berdasarkan watak rusakmu. Ketika engkau melontarkan pandangan yang terdengar muluk-muluk, engkau sedang berusaha memimpin orang lain, menjadi pemegang kendali, dan engkau juga sedang berusaha menonjolkan diri, dan membangun wilayah kekuasaanmu sendiri; engkau ingin membuat semua umat Tuhan mendengarkanmu, mengikutimu, dan menaatimu. Ini berarti engkau sedang menempuh jalan antikristus. Yakinkah engkau bahwa engkau mampu membimbing umat pilihan Tuhan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Mampukah engkau menuntun mereka untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan? Engkau sendiri tidak memiliki kebenaran, dan mampu melakukan hal-hal yang menentang dan mengkhianati Tuhan—jika engkau masih ingin memimpin umat pilihan Tuhan ke jalan ini, bukankah engkau telah menjadi orang yang paling berdosa? Paulus menjadi orang yang paling berdosa, dan masih menanggung hukuman Tuhan. Jika engkau menempuh jalan antikristus, engkau sedang menempuh jalan Paulus, dan akibat serta kesudahan akhirmu tidak akan berbeda dari kesudahan Paulus. Oleh karena itu, mereka yang percaya dan mengikuti Tuhan tidak boleh melontarkan gagasan yang muluk-muluk. Sebaliknya, mereka harus belajar untuk mencari kebenaran, menerimanya, dan tunduk pada kebenaran dan kepada Tuhan. Hanya dengan melakukannya, barulah mereka dapat memastikan bahwa mereka tidak menempuh jalan mereka sendiri, dan mereka mampu mengikuti Tuhan tanpa menyimpang ke arah mana pun. Rumah Tuhan menuntut orang untuk bekerja sama secara harmonis dalam pelaksanaan tugas mereka. Hal ini bermakna, dan juga merupakan jalan penerapan yang benar. Di gereja, mungkin saja pencerahan dan bimbingan Roh Kudus diberikan kepada siapa pun yang memahami kebenaran dan yang memiliki kemampuan untuk memahami. Engkau harus memanfaatkan pencerahan dan penerangan Roh Kudus, mengikutinya dengan saksama dan bekerja sama secara erat dengannya. Dengan melakukannya, engkau akan menempuh jalan yang paling benar; ini adalah jalan yang dibimbing oleh Roh Kudus. Perhatikan dengan saksama bagaimana cara Roh Kudus bekerja dan membimbing orang dalam diri mereka. Engkau harus sering bersekutu dengan orang lain, memberi saran dan mengungkapkan pandanganmu sendiri—ini adalah tugasmu dan kebebasanmu. Namun, pada akhirnya, ketika keputusan harus dibuat, jika hanya engkau sendiri yang menjadi penentu keputusan, memaksa semua orang untuk menuruti perkataanmu dan mengikuti keinginanmu berarti engkau sedang melanggar prinsip. Engkau harus menentukan pilihan yang tepat berdasarkan pendapat kebanyakan orang, dan baru setelah itu mengambil keputusan. Jika saran mayoritas orang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, engkau harus berpaut pada kebenaran. Hanya ini yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau selalu melontarkan pandangan yang terdengar muluk-muluk, berusaha menguraikan teori-teori yang rumit untuk membuat orang lain terkesan, sekalipun engkau sebenarnya merasa di dalam hatimu bahwa tindakan itu salah, maka jangan memaksa dirimu untuk menjadi pusat perhatian. Inikah tugas yang harus kaulaksanakan? Apa sebenarnya tugasmu? (Berusaha dengan segenap kemampuanku untuk melaksanakan tugas yang sudah seharusnya kulaksanakan, dan hanya membicarakan apa yang kupahami. Jika aku tidak memiliki pendapat sendiri, aku harus belajar untuk lebih banyak mendengarkan saran orang lain, membedakan dengan bijak, dan mencapai titik di mana aku mampu bekerja sama secara harmonis dengan semua orang.) Jika tidak ada yang kaupahami dan engkau tidak punya pendapat, belajarlah untuk mendengarkan, menaati, dan mencari kebenaran. Inilah tugas yang seharusnya kaulaksanakan; ini berarti berperilaku baik dalam bersikap. Jika engkau tidak punya pendapat sendiri dan selalu takut terlihat bodoh, takut tak dapat menonjolkan diri, dan takut dipermalukan—jika engkau takut diremehkan orang lain dan tidak memiliki tempat di hati mereka, sehingga engkau selalu berusaha memaksakan dirimu untuk menjadi pusat perhatian dan selalu ingin melontarkan gagasan yang terdengar muluk-muluk, mengemukakan pernyataan konyol yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang kauingin diterima orang—apakah itu berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu? (Tidak.) Apa yang sedang kaulakukan? Engkau sedang bersikap merusak. Saat engkau semua melihat ada orang yang terus-menerus bertindak dengan cara seperti ini, engkau harus menetapkan batasan terhadap mereka. Dan bagaimana caramu menetapkan batasan? Engkau tidak perlu membungkam mereka, atau sama sekali tidak memberi mereka kesempatan untuk berbicara. Biarkan mereka menyampaikan persekutuan, dan mereka tidak boleh dikucilkan. Namun, semua orang di sekitar orang itu harus memiliki kemampuan untuk membedakan. Inilah prinsipnya. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang mengemukakan sudut pandang yang keliru, yang sepenuhnya sesuai dengan gagasan dan imajinasi manusia, dan mayoritas orang mendukung dan setuju dengan orang tersebut, tetapi ada beberapa orang, yang memiliki sedikit kemampuan untuk membedakan, yang mampu mendeteksi bahwa sudut pandang orang itu telah dicemari oleh kehendak, ambisi, serta keinginannya sendiri, maka orang-orang ini harus menyingkapkan orang tersebut, dan memintanya untuk merenungkan dan mengenal dirinya sendiri. Inilah cara yang benar untuk memperlakukan orang tersebut. Jika tak seorang pun memiliki kemampuan untuk membedakan atau menyuarakan pendapatnya, dan semua orang hanya ingin menjadi penyenang orang, maka pasti akan ada orang-orang yang akan menjilat, menyetujui, dan mendukung orang tersebut, sehingga memperkuat ambisi dan keinginan orang itu. Lalu, orang itu akan mulai benar-benar mendapatkan kekuasaan di dalam gereja. Ini akan menjadi hal yang berbahaya, karena orang itu akan bergabung dengan orang-orang yang mendukungnya, membangun kekuatan mereka sendiri, melakukan kejahatan, dan mengganggu pekerjaan gereja. Dengan cara demikian, mereka telah menempuh jalan antikristus. Setelah mereka menguasai gereja, mereka akan menjadi antikristus dan mulai mendirikan kerajaan mereka sendiri.
Kutipan 40
Ketika sesuatu terjadi, semua orang harus lebih banyak berdoa bersama-sama dan memiliki hati yang takut akan Tuhan. Orang sama sekali tidak boleh mengandalkan ide-ide mereka sendiri untuk bertindak sembarangan. Asalkan orang sepikiran dan sehati dalam berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, mereka akan mampu memperoleh pencerahan dan penerangan dari pekerjaan Roh Kudus, dan mereka akan dapat memperoleh berkat-berkat Tuhan. Apa yang Tuhan Yesus katakan? ("Jika dua orang di antara kalian di bumi sepakat mengenai apa pun yang hendak mereka minta, itu akan dikabulkan untuk mereka oleh Bapa-Ku yang ada di surga. Karena di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam nama-Ku, di situlah Aku ada di tengah-tengah mereka" (Matius 18:19-20).) Apa yang dijelaskan oleh ayat ini? Ayat ini memperlihatkan bahwa manusia tidak dapat terpisah dari Tuhan, manusia harus mengandalkan Tuhan, manusia tidak mampu melakukan hal-hal tertentu seorang diri, dan manusia tidak boleh menempuh jalannya sendiri. Apa yang dimaksud ketika kita berkata bahwa manusia tidak mampu melakukan hal-hal tertentu seorang diri? Ini artinya orang harus bekerja sama secara harmonis, melakukan segala sesuatu dengan sehati dan sepikiran, dan memiliki tujuan yang sama. Dalam bahasa sehari-hari, dapat dikatakan bahwa "seikat lidi sulit untuk dipatahkan". Jadi, bagaimana engkau bisa menjadi seperti seikat lidi? Engkau harus bekerja sama secara harmonis, mencapai kesepakatan, dan setelah itu Roh Kudus akan bekerja. Jika setiap orang menyembunyikan rahasianya sendiri, memikirkan kepentingannya sendiri, dan tak seorang pun bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, setiap orang ingin cuci tangan dalam hal ini, tak ada yang mau memimpin, mengerahkan upaya, atau menderita dan membayar harga untuknya, akankah Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya? (Tidak.) Mengapa tidak? Ketika orang hidup dalam keadaan yang tidak benar dan tidak berdoa kepada Tuhan ataupun mencari kebenaran, Roh Kudus akan meninggalkan mereka dan Tuhan tidak akan hadir. Bagaimana mungkin orang yang tidak mencari kebenaran memiliki pekerjaan Roh Kudus? Tuhan membenci mereka, jadi Dia menyembunyikan wajah-Nya dari mereka, dan Roh Kudus tersembunyi dari mereka. Saat Tuhan tidak lagi bekerja, engkau dapat berbuat sekehendak hatimu. Setelah Tuhan mengesampingkan dirimu, bukankah itu berarti engkau sudah tamat? Engkau tidak akan mencapai apa pun. Mengapa orang-orang tidak percaya menghadapi banyak kesulitan dalam melakukan segala sesuatu? Bukankah karena masing-masing dari mereka merahasiakan pendapat dan niat mereka sendiri? Mereka merahasiakan pendapat dan niat mereka sendiri, dan tak mampu mencapai apa pun—segala sesuatu terasa sangat berat, bahkan hal paling sederhana sekalipun. Seperti inilah kehidupan di bawah kuasa Iblis. Jika yang engkau semua lakukan sama seperti yang dilakukan orang tidak percaya, lalu apa bedanya dirimu dengan mereka? Sama sekali tidak ada bedanya. Jika kekuasaan di gereja dipegang oleh mereka yang tidak memiliki kebenaran, jika kekuasaan dipegang oleh mereka yang dipenuhi watak Iblis, bukankah Iblis yang sebenarnya memegang kekuasaan? Jika semua tindakan orang-orang yang memegang kekuasaan di gereja bertentangan dengan kebenaran, pekerjaan Roh Kudus akan terhenti, dan Tuhan akan menyerahkan mereka kepada Iblis. Begitu berada di tangan Iblis, segala bentuk keburukan—misalnya, kecemburuan dan perselisihan—akan muncul di antara orang-orang. Apa yang diperlihatkan oleh fenomena ini? Bahwa pekerjaan Roh Kudus telah berhenti, Dia telah pergi, dan Tuhan tidak lagi bekerja. Tanpa pekerjaan Tuhan, apa gunanya kata-kata dan doktrin belaka yang manusia pahami? Semua itu tidak ada gunanya. Ketika orang tidak lagi memiliki pekerjaan Roh Kudus, hati mereka akan terasa hampa, mereka tidak bisa lagi merasakan apa pun, mereka menjadi seperti orang mati, dan pada saat inilah mereka akan tercengang. Semua inspirasi, hikmat, kecerdasan, wawasan dan pencerahan dalam diri manusia berasal dari Tuhan; semua itu adalah pekerjaan Tuhan. Ketika seseorang mencari kebenaran tentang suatu hal dan tiba-tiba memperoleh suatu pemahaman dan mendapat suatu jalan, dari manakah asal pencerahan ini? Semua ini berasal dari Tuhan. Sama halnya ketika orang mempersekutukan kebenaran, pada awalnya mereka tidak memahaminya, tetapi pada saat bersekutu, mereka dicerahkan dan setelah itu mereka mampu membahas tentang pemahaman tersebut. Ini adalah pencerahan dan pekerjaan Roh Kudus. Kapan Roh Kudus paling banyak bekerja? Yaitu saat umat pilihan Tuhan mempersekutukan kebenaran, saat orang berdoa kepada Tuhan, dan saat orang melaksanakan tugas mereka dengan sehati dan sepikiran. Pada saat-saat inilah hati Tuhan paling dipuaskan. Jadi, entah banyak atau sedikit dari antara engkau semua yang melaksanakan tugas bersama-sama, seperti apa pun keadaannya, dan kapan pun itu, jangan lupakan satu hal ini—engkau harus sehati sepikiran. Jika engkau hidup dalam keadaan seperti ini, engkau akan memiliki pekerjaan Roh Kudus.
Kutipan 41
Di rumah Tuhan, semua orang yang mengejar kebenaran bersatu di hadapan Tuhan, tidak terpecah belah. Mereka semua bekerja untuk mencapai tujuan yang sama: melaksanakan tugas mereka, melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka, bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, melakukan apa yang Tuhan inginkan, dan memenuhi maksud-Nya. Jika tujuanmu bukan demi hal ini, melainkan demi dirimu sendiri, demi memuaskan hasrat egoismu, maka itu adalah perwujudan watak rusak Iblis dalam dirimu. Di rumah Tuhan, tugas dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, sedangkan tindakan orang tidak percaya dikendalikan oleh watak Iblis dalam diri mereka. Ini adalah dua jalan yang sangat berbeda. Orang-orang tidak percaya tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya mereka pikirkan, setiap orang memiliki tujuan dan rencananya masing-masing, setiap orang hidup demi kepentingannya sendiri. Itulah sebabnya mereka semua berusaha memperoleh keuntungan bagi diri mereka sendiri dan tidak mau melepaskan sedikit pun dari apa yang mereka peroleh. Mereka terpecah belah, tidak bersatu, karena mereka tidak memiliki tujuan yang sama. Niat dan natur di balik apa yang mereka lakukan adalah sama. Mereka semua bertindak demi kepentingan mereka sendiri. Bukan kebenaran yang berkuasa dalam diri mereka; penguasa dan pengendali dalam diri mereka adalah watak rusak Iblis. Mereka dikendalikan oleh watak rusak Iblis dalam diri mereka dan tak mampu melepaskan diri, sehingga mereka makin terjerumus dalam dosa. Di rumah Tuhan, jika engkau tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya dalam prinsip, metode, motivasi, dan titik awal tindakanmu, jika engkau dipermainkan, dikendalikan, dan dimanipulasi oleh watak rusak Iblis dalam dirimu, dan jika titik awal tindakanmu adalah demi kepentingan, reputasi, harga diri, dan statusmu sendiri, maka caramu dalam melaksanakan tugasmu pasti tidak akan ada bedanya dengan cara orang tidak percaya dalam melakukan segala sesuatu. Jika engkau semua mengejar kebenaran, engkau harus mengubah caramu dalam melakukan segala sesuatu. Engkau harus meninggalkan kepentinganmu sendiri, serta niat dan hasrat pribadimu. Engkau harus terlebih dahulu mempersekutukan kebenaran bersama-sama sebelum melakukan segala sesuatu, serta memahami maksud dan tuntutan Tuhan sebelum membagi pekerjaan di antaramu, sambil memperhatikan dalam hal apa seseorang itu bagus dan dalam hal apa seseorang itu buruk. Engkau harus mengambil tugas yang mampu kaulakukan dan berpaut pada tugasmu. Jangan bertengkar atau memperebutkan sesuatu. Engkau harus belajar untuk berkompromi dan bertoleransi. Jika ada seseorang yang baru mulai melaksanakan tugas atau baru saja mempelajari keterampilan di bidang tertentu, tetapi dia belum mampu melaksanakan beberapa tugas, engkau tidak boleh memaksanya. Engkau harus memberinya tugas-tugas yang sedikit lebih mudah. Ini akan mempermudahnya untuk mencapai hasil saat melaksanakan tugasnya. Inilah yang dimaksud dengan bertoleransi, bersabar, dan berprinsip. Ini adalah sebagian dari kemanusiaan normal yang seharusnya orang miliki; ini adalah tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan apa yang harus orang terapkan. Jika engkau cukup mahir di bidang tertentu dan telah bekerja di bidang tersebut lebih lama daripada kebanyakan orang, engkau harus ditugaskan untuk melakukan pekerjaan yang lebih sulit. Engkau harus menerima bahwa tugas ini adalah dari Tuhan dan tunduk. Jangan pilih-pilih dan mengeluh sembari berkata, "Mengapa aku ditindas? Mereka memberikan tugas-tugas yang mudah kepada orang lain dan memberiku tugas-tugas yang sulit. Apakah mereka sedang berusaha mempersulit hidupku?" "Berusaha mempersulit hidupmu"? Apa maksud perkataanmu itu? Pengaturan kerja disesuaikan untuk masing-masing orang; mereka yang lebih mampu mengerjakan lebih banyak. Jika engkau telah banyak belajar dan telah banyak diberi oleh Tuhan, sudah seharusnya engkau diberi beban yang lebih berat—bukan untuk mempersulit hidupmu, melainkan karena tugas itulah yang paling cocok untukmu. Itu adalah tugasmu, jadi jangan berusaha pilih-pilih, atau berkata tidak, atau berusaha untuk meninggalkan tugasmu. Mengapa menurutmu tugas itu sulit? Sebenarnya, jika engkau melaksanakannya dengan segenap hatimu, engkau akan sepenuhnya mampu melaksanakan tugas tersebut. Engkau menganggapnya sulit, menganggap dirimu diperlakukan dengan berat sebelah, menganggap dirimu sengaja ditindas—itu adalah perwujudan watak rusakmu. Itu berarti engkau menolak tugasmu, tidak menerima bahwa tugas ini berasal dari Tuhan. Itu berarti engkau tidak menerapkan kebenaran. Ketika engkau pilih-pilih dalam pelaksanaan tugasmu, melakukan apa pun yang ringan dan mudah, hanya melakukan apa yang membuatmu terlihat baik, itu adalah watak rusak Iblis dalam dirimu. Engkau tidak mau menerima tugasmu atau tunduk membuktikan bahwa engkau masih memberontak terhadap Tuhan, bahwa engkau sedang menentang, menolak, dan menghindari-Nya. Ini adalah watak yang rusak. Setelah engkau mulai mengetahui bahwa ini adalah watak yang rusak, apa yang harus kaulakukan? Jika engkau merasa bahwa tugas yang diberikan kepada orang lain dapat diselesaikan dengan mudah, sedangkan tugas yang diberikan kepadamu membuatmu sibuk untuk waktu yang lama dan mengharuskanmu untuk berupaya melakukan penelitian, dan ini membuatmu tidak senang, apakah pantas bagimu untuk merasa tidak senang? Tentu saja tidak. Jadi, apa yang harus kaulakukan ketika engkau merasa bahwa hal ini tidak benar? Jika engkau menentang dan berkata, "Setiap kali mereka membagikan tugas, mereka memberiku tugas yang sulit, kotor, dan menguras tenaga, dan memberi orang lain tugas yang ringan, sederhana, dan membuat mereka menonjol. Apakah mereka pikir aku ini orang yang bisa ditindas? Ini cara membagi tugas yang tidak adil!"—jika itulah yang kaupikirkan, engkau salah. Terlepas dari apakah terdapat penyimpangan dalam pembagian pekerjaan, atau apakah pembagiannya tidak wajar atau sudah sewajarnya, hal apakah yang Tuhan periksa? Hal yang Dia periksa adalah hati manusia. Dia melihat apakah di dalam hatinya, orang memiliki ketundukan, apakah mereka mampu memikul beban bagi Tuhan, dan apakah mereka orang yang mengasihi Tuhan. Jika diukur berdasarkan tuntutan Tuhan, alasanmu itu tidak dapat dibenarkan, pelaksanaan tugasmu tidak memenuhi standar, dan engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran. Engkau sama sekali tidak tunduk, dan engkau mengeluh ketika melakukan beberapa tugas yang kotor atau menguras tenaga. Apa masalahnya di sini? Pertama-tama, mentalitasmu salah. Apa artinya? Itu berarti sikapmu terhadap tugasmu salah. Jika engkau selalu memikirkan harga diri dan kepentinganmu sendiri, serta tidak memperhatikan maksud Tuhan, dan sama sekali tidak memiliki ketundukan, itu bukanlah sikap yang benar yang seharusnya kaumiliki terhadap tugasmu. Jika engkau sungguh-sungguh mengorbankan dirimu bagi Tuhan dan memiliki hati yang mengasihi Tuhan, bagaimana engkau akan memperlakukan tugas-tugas yang kotor, menguras tenaga, atau sulit? Mentalitasmu pasti akan berbeda. Engkau akan memilih tugas apa pun yang sulit dan mencari beban berat untuk kaupikul. Engkau akan mengambil tugas apa pun yang orang lain tidak mau melakukannya, dan akan melaksanakan tugas itu semata-mata untuk mengasihi Tuhan dan memuaskan-Nya. Saat melaksanakan tugasmu, engkau akan dipenuhi sukacita, tanpa sedikit pun keluhan. Tugas yang kotor, menguras tenaga, dan sulit akan memperlihatkan diri orang yang sebenarnya. Apa bedanya dirimu dengan orang-orang yang hanya mau melaksanakan tugas-tugas yang ringan dan yang membuat diri mereka menonjol? Engkau tidak jauh lebih baik daripada mereka. Bukankah demikian? Dengan cara inilah engkau harus memandang hal-hal ini. Jadi, hal yang paling menyingkapkan diri orang yang sebenarnya adalah pelaksanaan tugas mereka. Ada orang-orang yang sering kali mengatakan hal yang hebat, mengaku betapa mereka rela mengasihi dan tunduk kepada Tuhan, tetapi ketika menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan tugas mereka, mereka melontarkan segala macam keluhan dan kata-kata negatif. Jelaslah bahwa mereka adalah orang-orang yang munafik. Jika seseorang adalah orang yang mencintai kebenaran, ketika menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan tugas mereka, mereka akan berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran sembari memperlakukan tugas mereka dengan sungguh-sungguh sekalipun tugas itu tidak diatur dengan tepat. Mereka tidak akan mengeluh sekalipun menghadapi tugas-tugas yang berat, kotor, atau sulit, dan mereka mampu melakukan tugas-tugas itu dengan baik dan melaksanakan tugas mereka secara baik dengan hati yang tunduk kepada Tuhan. Mereka sangat senang melaksanakan tugas-tugas tersebut, dan Tuhan merasa terhibur melihatnya. Orang semacam inilah yang diperkenan oleh Tuhan. Jika orang menjadi kesal dan mudah tersinggung begitu mereka menghadapi tugas-tugas yang kotor, sulit, dan menguras tenaga, dan tidak akan membiarkan siapa pun mengkritik mereka, orang semacam ini bukanlah orang yang sungguh-sungguh mengorbankan diri bagi Tuhan. Mereka hanya dapat disingkapkan dan disingkirkan. Dalam kasus-kasus normal saat engkau berada dalam keadaan seperti ini, apakah engkau mampu memahami keseriusan masalah ini? (Sedikit.) Jika engkau mampu sedikit memahami hal ini, mampukah engkau mengubah keadaanmu dengan kekuatanmu sendiri, dengan imanmu sendiri, dan tingkat pertumbuhanmu sendiri? Engkau harus mengubah sikap ini. Pertama-tama, engkau harus berpikir, "Sikapku ini salah. Bukankah aku sedang bersikap pilih-pilih dalam pelaksanaan tugasku? Ini bukanlah ketundukan. Melaksanakan tugas seharusnya menjadi hal yang menyenangkan, dilakukan dengan rela dan gembira. Mengapa aku tidak merasa senang, dan mengapa aku kesal? Aku tahu betul apa tugasku dan bahwa itulah yang sudah seharusnya kulakukan—mengapa aku tidak mampu tunduk? Aku harus menghadap ke hadirat Tuhan dan berdoa, dan di lubuk hatiku, aku harus mengenali penyingkapan dari watak rusakku ini." Kemudian, saat engkau melakukannya, engkau harus berdoa: "Tuhan, selama ini aku terbiasa bersikap sekehendak hatiku—aku tidak mau mendengarkan siapa pun. Sikapku ini salah, dan aku tidak tunduk. Kumohon, disiplinlah aku dan buatlah aku tunduk. Aku tidak ingin menjadi kesal. Aku tidak mau lagi memberontak terhadap-Mu. Gerakkanlah aku dan buatlah aku mampu melaksanakan tugasku dengan baik. Aku tidak bersedia hidup bagi Iblis; aku bersedia hidup demi kebenaran dan menerapkannya." Ketika engkau berdoa seperti ini, keadaan dalam dirimu akan membaik, dan setelah keadaanmu membaik, engkau akan mampu tunduk. Engkau akan berpikir, "Sebenarnya ini tidak terlalu berat. Aku hanya melakukan lebih banyak sementara orang lain melakukan lebih sedikit, dan ketika mereka bersenang-senang, aku tidak ikut bersenang-senang; ketika mereka mengobrol santai, aku tidak ikut melakukannya. Tuhan telah memberiku beban tambahan, beban yang berat; itu adalah penghargaan-Nya terhadapku, perkenan-Nya terhadapku, dan itu membuktikan bahwa aku sanggup menanggung beban yang berat ini. Tuhan sangat baik kepadaku, dan aku harus tunduk." Dan sikapmu akan berubah, tanpa kausadari. Engkau bersikap buruk saat engkau pertama kali menerima tugasmu. Engkau tidak mampu tunduk, tetapi engkau telah mampu segera mengubah sikapmu dan segera menerima pemeriksaan dan disiplin Tuhan. Engkau telah mampu segera menghadap ke hadirat Tuhan dengan sikap yang taat, sikap yang menerima dan menerapkan kebenaran, hingga akhirnya engkau mampu menerima bahwa tugasmu secara keseluruhan adalah dari Tuhan dan melaksanakannya dengan segenap hatimu. Ada proses pergumulan di sini. Proses pergumulan ini adalah proses perubahanmu, proses penerimaanmu akan kebenaran. Bagi manusia, tentu tidak mungkin untuk rela, senang, dan tunduk pada apa pun yang menimpa mereka tanpa sedikit pun mempertanyakannya. Jika manusia mampu melakukan hal itu, berarti mereka tidak memiliki watak yang rusak dan mereka tidak membutuhkan Tuhan untuk mengungkapkan kebenaran demi menyelamatkan mereka. Manusia memiliki gagasan, mereka memiliki sikap yang salah, mereka memiliki keadaan yang salah dan negatif. Semua ini adalah masalah nyata—masalah-masalah ini memang ada. Namun, ketika keadaan yang negatif dan merugikan, serta emosi negatif dan watak yang rusak ini memegang kendali dan mengendalikan perilakumu, pemikiran, dan sikapmu, maka apa yang kaulakukan, caramu menerapkan, dan jalan yang kaupilih untuk kautempuh akan bergantung pada sikapmu terhadap kebenaran. Engkau mungkin memiliki emosi, atau berada dalam keadaan yang negatif dan memberontak. Tetapi ketika hal-hal ini muncul selama pelaksanaan tugasmu, semua itu akan dapat benar-benar kauubah, karena engkau menghadap ke hadirat Tuhan, karena engkau memahami kebenaran, karena engkau mencari Tuhan, dan karena sikapmu adalah sikap yang tunduk dan menerima kebenaran. Setelah itu, tidak akan ada masalah untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, dan engkau akan mampu menang atas kekangan dan kendali watak rusak Iblis terhadapmu. Pada akhirnya, engkau akan berhasil dalam memenuhi tugasmu dan memenuhi amanat Tuhan, dan engkau akan memperoleh kebenaran dan hidup. Proses orang melaksanakan tugas dan memperoleh kebenaran juga merupakan proses perubahan watak. Justru selama melaksanakan tugaslah, orang memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus, dan memahami kebenaran, serta masuk ke dalam kenyataan. Selain itu, justru ketika ada kesulitan dalam pelaksanaan tugaslah, mereka sering menghadap ke hadirat Tuhan untuk berdoa, mencari, dan memahami maksud-Nya agar dapat mengatasinya, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan normal. Justru selama melaksanakan tugaslah, orang didisiplin oleh Tuhan dan hidup di bawah bimbingan Roh Kudus, secara berangsur-angsur belajar melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan mulai melaksanakan tugas mereka secara memuaskan. Ini berarti kebenaranlah yang memegang kendali dan berkuasa di dalam hatimu.
Bagi beberapa orang, apa pun masalah yang mungkin mereka hadapi ketika melaksanakan tugas, mereka tidak mencari kebenaran, dan mereka selalu bertindak berdasarkan pemikiran, gagasan, imajinasi, dan keinginan mereka sendiri. Mereka selalu memuaskan keinginan egois mereka sendiri, dan watak rusak mereka selalu mengendalikan tindakan mereka. Mereka mungkin kelihatannya selalu melaksanakan tugas mereka, tetapi karena mereka tidak pernah menerima kebenaran, dan tak mampu melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, mereka pada akhirnya gagal memperoleh kebenaran dan hidup, serta menjadi orang yang berjerih payah sesuai dengan sebutannya. Jadi, bergantung pada apa orang-orang semacam itu ketika melaksanakan tugas mereka? Mereka tidak mengandalkan kebenaran ataupun mengandalkan Tuhan. Sedikit kebenaran yang mereka pahami itu belum menguasai hati mereka; mereka sedang mengandalkan karunia dan bakat mereka sendiri, mengandalkan pengetahuan apa pun yang telah mereka peroleh, serta tekad atau niat baik mereka sendiri, untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dengan demikian, apakah mereka mampu melaksanakan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima? Ketika orang mengandalkan sifat alami, gagasan, imajinasi, keahlian, dan pembelajaran mereka sendiri untuk melaksanakan tugas, meskipun mungkin kelihatannya seolah-olah mereka melaksanakan tugas mereka dan tidak melakukan kejahatan, mereka tidak sedang menerapkan kebenaran, dan belum melakukan apa pun yang memuaskan Tuhan. Ada juga masalah lain yang tidak bisa diabaikan: selama proses pelaksanaan tugasmu, jika gagasan, imajinasi, dan keinginan pribadimu tidak pernah berubah dan tidak pernah diganti dengan kebenaran, dan jika tindakan dan perbuatanmu tidak pernah dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, lalu apa yang akan menjadi kesudahan akhirnya? Engkau tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan, engkau akan menjadi orang yang berjerih payah, dan dengan demikian engkau menggenapi apa yang Tuhan Yesus firmankan: "Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan" (Matius 7:22-23). Mengapa Tuhan menyebut orang-orang yang mengerahkan upaya dan yang berjerih payah sebagai pelaku kejahatan? Ada satu hal yang kita tahu dengan pasti, yaitu bahwa apa pun tugas atau pekerjaan yang orang-orang ini lakukan, motivasi, dorongan, niat, dan pemikiran mereka muncul sepenuhnya dari keinginan egois mereka, dan semua itu sepenuhnya untuk melindungi kepentingan dan prospek mereka sendiri, serta untuk memuaskan harga diri, kesombongan, dan status mereka. Semuanya berpusat pada pertimbangan dan perhitungan ini, tidak ada kebenaran di dalam hati mereka, mereka tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan dan tunduk kepada-Nya—inilah sumber masalahnya. Apa yang sangat penting untuk kaukejar pada zaman sekarang? Dalam segala sesuatu, engkau harus mencari kebenaran, dan engkau harus melaksanakan tugasmu dengan benar sesuai dengan maksud dan tuntutan Tuhan. Jika engkau melakukannya, engkau akan menerima perkenan Tuhan. Jadi apa sajakah yang terutama harus kaulakukan agar dapat melaksanakan tugasmu sesuai dengan tuntutan Tuhan? Dalam semua yang kaulakukan, engkau harus belajar berdoa kepada Tuhan, engkau harus merenungkan niat apa yang kaumiliki, pemikiran apa yang kaumiliki, dan apakah niat dan pemikiran ini sesuai dengan kebenaran atau tidak; jika tidak, hal-hal itu harus dikesampingkan, setelah itu engkau harus bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan menerima pemeriksaan Tuhan. Ini akan memastikan bahwa engkau menerapkan kebenaran. Jika engkau memiliki niat dan tujuanmu sendiri, dan sangat sadar bahwa semua itu melanggar kebenaran serta bertentangan dengan maksud Tuhan, tetapi engkau tetap tidak berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran untuk mendapatkan solusi, maka ini berbahaya, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan dan melakukan hal-hal yang menentang Tuhan. Jika engkau melakukan kejahatan satu atau dua kali dan bertobat, maka engkau masih ada harapan untuk diselamatkan. Jika engkau terus melakukan kejahatan, berarti engkau adalah pelaku segala macam kejahatan. Jika engkau tetap tidak bertobat pada saat ini, engkau berada dalam masalah: Tuhan akan mengesampingkan atau meninggalkanmu, yang berarti engkau berisiko disingkirkan; orang yang melakukan segala macam perbuatan jahat pasti akan dihukum dan disingkirkan.