Firman tentang Bagaimana Membereskan Watak yang Rusak
Kutipan 49
Watak rusak manusia tak ada yang lain daripada yang mencakup hal-hal yang absurd dan jahat. Hal yang paling serius adalah watak congkak manusia dan hal-hal yang terungkap karenanya, yaitu sifat membenarkan diri sendiri dan merasa diri penting, yakin bahwa dirinya lebih kuat daripada yang lain, tak mau tunduk kepada siapa pun, senantiasa ingin membuat keputusan akhir, pamer dalam segala hal, mencari sanjungan dan pujian terhadap tindakannya, selalu ingin membuat orang lain berada di sekelilingnya, dan selalu mementingkan dirinya, selalu memendam ambisi dan keinginan, dan selalu ingin mendapat mahkota dan upah, dan untuk memimpin sebagai seorang raja—semua hal ini masuk dalam kategori watak yang rusak parah. Sisanya hanya masalah biasa. Sebagai contoh, memiliki pandangan yang keliru, pemikiran yang absurd, kebengkokan dan kelicikan, iri hati, mementingkan diri sendiri, suka mendebat, bertindak tanpa prinsip, dan seterusnya, merupakan watak rusak yang paling umum. Ada banyak jenis watak rusak yang termasuk watak Iblis, tetapi watak yang paling jelas dan paling menonjol adalah watak congkak. Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan mereka tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Menganggap orang lain berada di bawah dirinya—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa watak congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada kedaulatan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan dan pengendalian atas orang lain. Orang seperti ini sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan nalarnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan dan sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada taraf di mana mereka punya hati yang takut akan Tuhan, mereka harus terlebih dahulu membereskan watak congkak mereka. Semakin teliti engkau menyelesaikan watakmu yang congkak, makin engkau akan punya hati yang takut akan Tuhan, dan baru setelah itulah, engkau mampu tunduk kepada-Nya dan memperoleh kebenaran serta mengenal Dia. Hanya mereka yang memperoleh kebenaran yang merupakan manusia sejati.
Kutipan 50
Watak yang rusak seperti kecongkakan, sifat membenarkan diri sendiri dan sifat keras kepala, adalah sejenis penyakit yang sulit disembuhkan. Watak rusak ini ibarat sebuah tumor ganas yang bertumbuh di dalam tubuh manusia dan tidak dapat diobati tanpa penderitaan. Berbeda dengan penyakit yang bersifat sementara yang sembuh dalam beberapa hari, penyakit yang sulit disembuhkan ini bukan sebuah penderitaan kecil, dan pendekatan besar harus digunakan untuk mengatasinya. Akan tetapi, ada fakta yang harus engkau semua ketahui yaitu bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi. Watak rusak dalam dirimu akan makin berkurang jika engkau mengejar kebenaran, bertumbuh dalam hidup, dan jika pemahaman dan pengalamanmu akan kebenaran makin dalam. Sejauh manakah watak yang rusak ini harus berkurang sebelum dapat dianggap sudah disucikan? Ketika engkau tidak lagi terkekang olehnya, dan engkau mampu mengenali dan meninggalkannya. Sekalipun watak yang rusak itu terkadang muncul, engkau tetap mampu melaksanakan tugasmu dan menerapkan kebenaran sebagaimana biasa, dan tetap teliti dan bertanggung jawab, dan engkau tidak terkekang oleh watak yang rusak itu. Pada titik ini, watak yang rusak ini tidak lagi menjadi masalah bagimu, dan engkau telah mampu mengatasinya dan menang. Inilah yang dimaksud dengan telah bertumbuh dalam hidup, yang dalam keadaan normal, engkau tak lagi terkekang atau terikat oleh watak rusakmu. Ada orang-orang yang, seberapa banyak pun watak rusak yang mereka perlihatkan, mereka tidak mencari kebenaran untuk membereskannya. Sebagai akibatnya, bahkan setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, watak mereka tetap tidak berubah. Mereka berpikir, "Setiap kali aku melakukan sesuatu, aku memperlihatkan watak rusakku; bila aku menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu, aku tidak memperlihatkan watak rusakku. Bukankah itu sudah mengatasi masalah?" Bukankah ini seperti menghindari makan karena takut tersedak? Apa akibat dengan melakukan ini? Itu hanya akan menyebabkan kelaparan. Jika seseorang memperlihatkan watak rusaknya dan tidak membereskannya, itu sama saja dengan tidak menerima kebenaran dan mati. Apa konsekuensi bila engkau percaya kepada Tuhan dan tidak mengejar kebenaran? Engkau akan menggali kuburmu sendiri. Watak rusakmu adalah musuh dari kepercayaanmu kepada Tuhan; watak rusakmu menghalangimu untuk menerapkan kebenaran, menghalangimu untuk mengalami pekerjaan Tuhan dan tunduk kepada-Nya. Sebagai akibatnya, engkau tidak akan menerima penyelamatan Tuhan pada akhirnya. Bukankah itu sama dengan menggali kuburmu sendiri? Watak Iblis dalam dirimu menghalangimu untuk menerima dan menerapkan kebenaran. Engkau tidak dapat menghindarinya; engkau harus menghadapinya. Jika engkau tidak mampu mengatasinya, watak Iblis dalam dirimu itu akan mengendalikan dirimu. Jika engkau mampu mengatasinya, engkau tidak akan lagi terkekang olehnya, dan engkau akan bebas. Terkadang, watak rusak masih akan muncul di dalam hatimu dan terlihat, menumbuhkan pemikiran dan ide-ide yang keliru, serta pikiran jahat dalam dirimu, membuatmu merasa sombong atau angkuh dan hebat, menyingkap pemikiran-pemikiran seperti itu; tetapi, ketika engkau bertindak, engkau tak akan lagi ditelikung olehnya, dan hatimu tak akan lagi dikendalikan olehnya. Engkau akan berkata, "Niatku adalah untuk memikirkan kepentingan rumah Tuhan, melakukan segala sesuatu untuk memuaskan Tuhan, dan untuk memenuhi tugas dan kesetiaanku sebagai makhluk ciptaan. Meskipun terkadang aku masih memperlihatkan watak rusakku semacam ini, itu sama sekali tidak memengaruhi diriku." Itu sudah cukup. Watak rusak semacam ini pada dasarnya telah dibereskan. Apakah perubahan watak manusia ini samar dan tidak nyata? (Tidak.) Perubahan watak manusia begitu praktis. Ada orang-orang yang berkata, "Sekalipun aku memahami sedikit kebenaran, aku terkadang masih memiliki pemikiran dan ide-ide yang rusak, dan aku masih memperlihatkan watak rusakku. Apa yang harus kulakukan?" Jika engkau adalah seseorang yang benar-benar mengejar kebenaran, maka bila engkau memiliki pemikiran dan ide menyimpang, atau memperlihatkan watak rusakmu, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran untuk membereskannya. Ini adalah prinsip penerapan yang paling mendasar; engkau tidak akan lupa, bukan? Terlebih lagi, engkau juga harus tahu bahwa jika engkau memiliki pemikiran dan ide yang keliru, engkau harus menolaknya. Engkau tidak boleh dibatasi dan terikat olehnya, apalagi mengikutinya. Selama engkau memahami sedikit kebenaran, hal ini seharusnya mudah untuk kaulakukan. Jika engkau memperlihatkan watak rusakmu, engkau harus berusaha mencari kebenaran untuk membereskannya. Engkau tidak boleh berkata, "Ya Tuhan, aku telah memperlihatkan lagi watak rusakku, tolong disiplinkan aku! Aku tidak mampu mengendalikan watak rusakku." Jika engkau berdoa seperti ini, itu menunjukkan bahwa engkau bukan orang yang mengejar kebenaran. Itu menunjukkan bahwa engkau bersikap negatif dan pasif, dan bahwa engkau telah menyerah—sama artinya dengan menyiapkan peti mati dan mengatur pemakamanmu. Katakan kepada-Ku, orang seperti apakah yang berdoa seperti itu? Hanya orang yang tak berguna yang berdoa kepada Tuhan dengan cara seperti itu. Seseorang yang mencintai kebenaran tidak akan mengucapkan kata-kata seperti itu. Jika engkau adalah seorang pencinta kebenaran, engkau harus memilih jalan untuk mengejar kebenaran dan engkau juga harus memahami tentang bagaimana cara menerapkannya. Jika engkau tidak tahu bagaimana cara menerapkannya saat masalah-masalah sederhana ini menimpamu, maka engkau sangat tidak berguna. Membereskan watak yang rusak merupakan upaya seumur hidup, bukan sesuatu yang bisa dicapai hanya dalam beberapa tahun. Mengapa engkau memendam fantasi tentang memperoleh kebenaran dan hidup? Bukankah ini bodoh dan dungu?
Selama proses mengejar perubahan dalam watak hidup, kekangan dari watak yang rusak merupakan kesulitan terbesar bagi setiap orang. Jika mereka memperlihatkan sedikit watak rusak, atau berulang kali memperlihatkannya, dan jika mereka merasa tidak mampu mengendalikannya, mereka akan menghukum diri sendiri, memutuskan bahwa mereka putus harapan dan tidak dapat berubah. Hal ini adalah kebingungan dan salah pengertian yang ada pada kebanyakan orang. Sekarang, ada berapa orang yang mengejar kebenaran telah menyadari bahwa selama watak rusak ada di dalam diri mereka, sering kali watak rusak itu bisa dengan mudah tersingkap, sehingga memengaruhi mereka dalam melaksanakan tugas mereka dan menghalangi mereka dalam menerapkan kebenaran, dan jika mereka tidak mampu bercermin diri untuk membereskan masalah watak rusak mereka, mereka tak akan mampu melaksanakan tugas secara memadai. Oleh karena itu, mereka yang selalu melaksanakan tugas dengan cara yang negatif dan bersikap asal-asalan harus secara serius bercermin diri dan menemukan sumber permasalahan agar bisa mengatasinya. Namun, ada orang-orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang, dan mereka berpikir, "Semua yang memperlihatkan watak yang rusak harus berhenti melaksanakan tugas mereka dan sepenuhnya membereskannya sebelum melanjutkan tugas mereka." Apakah pandangan ini bisa dipegang? Ini adalah imajinasi manusia, dan sepenuhnya tidak dapat dipegang. Sebenarnya, bagi kebanyakan orang, watak rusak seperti apa pun yang mereka perlihatkan ketika melaksanakan tugas, selama mereka mencari kebenaran untuk membereskannya, mereka mampu secara perlahan mengurangi watak rusak yang mereka perlihatkan, dan pada akhirnya melaksanakan tugas mereka secara memadai. Ini merupakan proses mengalami pekerjaan Tuhan. Begitu engkau memperlihatkan watak rusak dalam dirimu, engkau harus mencari kebenaran untuk membereskannya, lalu mengenali dan menganalisis watak Iblis itu dalam dirimu. Ini adalah proses untuk memerangi watak Iblis dalam dirimu, dan sangat penting untuk pengalaman hidupmu. Ketika mengalami pekerjaan Tuhan dan mengubah watakmu, engkau harus menggunakan kebenaran yang kaupahami untuk memerangi watak Iblis dalam dirimu, dan akhirnya membereskan watak rusakmu dan menang atas Iblis, sehingga mencapai perubahan watak. Proses untuk mengubah watak adalah dengan mencari dan menerima kebenaran guna mengganti pemikiran dan imajinasi manusia, kata-kata dan doktrin dan untuk mengganti falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan beragam ajaran sesat dan kekeliruan yang berasal dari Iblis, perlahan menggantikan semua itu dengan kebenaran dan firman Tuhan. Hal ini merupakan proses untuk memperoleh kebenaran dan mengubah watak manusia. Jika engkau ingin tahu seberapa banyak watakmu telah berubah, engkau harus mampu melihat dengan jelas berapa banyak kebenaran yang telah kaupahami, berapa banyak kebenaran yang telah kauterapkan dan berapa banyak kebenaran yang mampu kaujalani. Engkau harus mampu melihat dengan jelas berapa banyak watak rusakmu yang telah digantikan dengan kebenaran yang telah kaupahami dan peroleh, dan sejauh mana kebenaran tersebut mampu mengendalikan watak rusak dalam dirimu, yakni, sejauh mana kebenaran yang kaupahami itu dapat mengarahkan pemikiran dan niatmu, juga kehidupanmu sehari-hari dan penerapannya. Engkau harus memahami dengan jelas apakah ketika sesuatu menimpa, watak rusakmu yang lebih unggul ataukah kebenaran yang kaupahami yang menang dan membimbingmu. Ini adalah standar untuk mengukur tingkat pertumbuhanmu dan jalan masuk kehidupanmu.
Kutipan 51
Apa yang terjadi ketika seseorang mencari-cari alasan saat dihadapkan dengan teguran dan pemangkasan? Ini merupakan watak yang sangat arogan, merasa diri benar dan keras kepala. Orang yang arogan dan keras kepala sulit menerima kebenaran. Mereka tidak bisa menerima ketika mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan perspektif, opini, dan pemikiran mereka sendiri. Mereka tidak peduli apakah apa yang dikatakan orang lain itu benar atau salah, siapa yang mengatakannya, konteks perkataan itu, atau apakah itu berkaitan dengan tanggung jawab dan tugas mereka sendiri. Mereka tidak peduli akan hal-hal ini; yang mendesak bagi mereka adalah pertama-tama untuk menyenangkan perasaan mereka sendiri. Bukankah ini berarti keras kepala? Apa kerugian yang pada akhirnya akan ditimbulkan oleh orang yang keras kepala? Sulit bagi mereka untuk mendapatkan kebenaran. Tidak menerima kebenaran disebabkan oleh watak rusak manusia, dan hasil akhirnya adalah mereka tidak bisa dengan mudah memperoleh kebenaran. Apa pun yang secara alami tersingkap dari esensi natur manusia bertentangan dengan kebenaran dan tidak ada hubungannya dengan kebenaran; tidak satu pun dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan kebenaran atau mendekati kebenaran. Oleh karena itu, untuk memperoleh keselamatan, seseorang harus menerima dan menerapkan kebenaran. Jika seseorang tidak bisa menerima kebenaran dan selalu ingin bertindak menurut kesukaan mereka sendiri, orang tersebut tidak bisa memperoleh keselamatan. Jika engkau ingin mengikuti Tuhan dan melaksanakan tugasmu dengan baik, engkau harus terlebih dahulu menghindari sikap impulsif ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu. Tenangkan dirimu terlebih dahulu dan berdiam dirilah di hadapan Tuhan, dan di dalam hatimu, berdoalah kepada-Nya dan carilah dari-Nya. Jangan keras kepala; tunduklah terlebih dahulu. Hanya dengan pola pikir seperti itulah engkau dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik. Jika dalam hidupmu di hadapan Tuhan engkau mampu bertekun, dan apa pun yang menimpamu, engkau dapat berdoa kepada-Nya dan mencari dari-Nya, dan menghadapi hal itu dengan mentalitas ketundukan, maka sebanyak apa pun watak rusak yang engkau perlihatkan, juga sebanyak apa pun pelanggaranmu di masa lalu—semua itu dapat diselesaikan asalkan engkau mencari kebenaran. Ujian apa pun yang menimpamu, engkau akan mampu berdiri teguh. Asalkan engkau memiliki mentalitas yang benar, mampu menerima kebenaran, dan tunduk kepada Tuhan sesuai dengan tuntutan-Nya, maka engkau akan mampu sepenuhnya menerapkan kebenaran. Meskipun terkadang engkau mungkin sedikit memberontak dan menentang, dan terkadang beralasan dan tidak mampu tunduk, jika engkau dapat berdoa kepada Tuhan dan membalikkan keadaanmu yang memberontak, maka engkau akan mampu menerima kebenaran. Setelah melakukannya, renungkanlah mengapa pemberontakan dan sikap yang menentang muncul dalam dirimu. Temukan alasannya, lalu carilah kebenaran untuk menyelesaikannya, dan aspek watak rusakmu itu dapat disucikan. Setelah beberapa kali engkau pulih dari tersandung dan jatuh seperti itu, sampai engkau dapat menerapkan kebenaran, watak rusakmu akan secara berangsur disingkirkan. Dan kemudian, kebenaran akan memerintah di dalam dirimu dan menjadi hidupmu, dan tidak akan ada lagi hambatan dalam menerapkan kebenaran. Engkau akan menjadi mampu untuk benar-benar tunduk kepada Tuhan, dan engkau akan menjalani kenyataan kebenaran. Selama periode ini, engkau akan memiliki pengalaman praktis serta kesempatan untuk menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Ketika sesuatu terjadi padamu nanti, engkau akan tahu bagaimana melakukan penerapan yang tunduk kepada Tuhan dan perilaku apa yang merupakan memberontak terhadap Tuhan. Dengan hal-hal ini menjadi jelas di dalam hatimu, masihkah kau tidak bisa bersekutu tentang kenyataan kebenaran? Jika engkau diminta untuk berbagi kesaksian pengalamanmu, engkau tidak akan merasa kesulitan karena engkau telah mengalami banyak hal dan mengetahui prinsip-prinsip penerapan. Bagaimanapun engkau bicara, itu akan menjadi nyata, dan apa pun yang engkau katakan, itu akan nyata. Dan jika engkau diminta untuk berbicara kata-kata dan doktrin, engkau tidak akan bersedia—hatimu akan merasa muak. Bukankah pada saat itu kau telah memasuki kenyataan kebenaran? Orang yang mengejar kebenaran bisa mendapatkan pengalaman tentangnya dengan usaha beberapa tahun saja, lalu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Bagi mereka yang tidak mengejar kebenaran, tidaklah mudah untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran meskipun mereka ingin. Ini karena ada terlalu banyak pemberontakan dalam diri mereka yang tidak mencintai kebenaran. Setiap kali mereka perlu menerapkan kebenaran dalam beberapa hal, mereka selalu mencari-cari alasan untuk diri sendiri dan memiliki masalah sendiri, jadi akan sangat sulit bagi mereka untuk menerapkan kebenaran. Meskipun mereka mungkin berdoa, mencari, dan bersedia menerapkan kebenaran, ketika sesuatu terjadi kepada mereka, ketika mereka menghadapi kesulitan, mereka mulai bingung, lalu watak pemberontak mereka muncul dan membingungkan pikiran mereka. Betapa parahnya watak pemberontak mereka! Jika yang kacau adalah sebagian kecil dari hati mereka, dan sebagian besar ingin tunduk kepada Tuhan, menerapkan kebenaran tidak akan menjadi terlalu sulit bagi mereka. Mungkin mereka bisa berdoa sebentar, atau mungkin seseorang bersekutu tentang kebenaran dengan mereka; selama mereka memahami yang dipersekutukan saat itu, maka akan lebih mudah untuk menerapkannya. Jika kebingungan mereka sedemikian besar hingga mendominasi sebagian besar hati mereka, di mana pemberontakan adalah yang utama dan ketaatan adalah hal kedua, tidak akan mudah bagi mereka untuk menerapkan kebenaran, karena tingkat pertumbuhan mereka terlalu kecil. Dan mereka yang sama sekali tidak mencintai kebenaran adalah orang yang sangat berjiwa pemberontak, sepenuhnya kacau. Orang-orang ini adalah orang bingung yang tidak akan pernah bisa menerapkan kebenaran, jadi berapa pun energi yang dihabiskan untuk mereka tidak akan berguna. Orang yang mencintai kebenaran memiliki dorongan yang kuat ke arah kebenaran. Jika dorongan kuat adalah bagian yang lebih besar atau sebagian besar dari apa yang mendorong mereka, dan kebenaran dipersekutukan dengan jelas kepada mereka, mereka pasti akan dapat menerapkannya. Mencintai kebenaran bukanlah hal yang sederhana; hanya memiliki sedikit kemauan saja tidak membuat seseorang mencintai kebenaran. Mereka harus mencapai titik di mana begitu mereka memahami firman Tuhan, mereka dapat berusaha dan menanggung kesulitan, serta membayar harga untuk menerapkan kebenaran. Orang seperti itulah yang mencintai kebenaran. Orang yang mencintai kebenaran bisa menjadi gigih dalam pengejaran mereka, tidak peduli berapa banyak watak rusak yang mereka perlihatkan atau berapa banyak pelanggaran yang telah mereka lakukan. Apa pun yang terjadi pada mereka, mereka dapat berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran, dan menerima kebenaran. Setelah dua atau tiga tahun mengalami hal seperti itu, upaya mereka dapat membuahkan hasil, dan kesulitan biasa tidak akan menghambat mereka. Jika mereka menghadapi kesulitan yang signifikan, maka meskipun mereka gagal, itu normal, karena tingkat pertumbuhan mereka terlalu kecil. Selama mereka dapat menerapkan kebenaran dalam situasi normal, berarti ada harapan. Ketika mereka mengenal Tuhan dan memiliki hati yang takut akan Tuhan, bahkan tantangan yang berat pun akan mudah diatasi; tantangan apa pun tidak akan menjadi masalah bagi mereka. Selama orang lebih banyak membaca firman Tuhan dan lebih banyak bersekutu tentang kebenaran, dan jika mereka dapat berdoa kepada Tuhan saat menghadapi kesulitan apa pun, serta mengandalkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyelesaikan masalah, akan mudah bagi mereka untuk memahami kebenaran dan menerapkannya, dan watak rusak mereka perlahan-lahan akan mulai terbuang. Dengan setiap tindakan penerapan kebenaran, mereka membuang sebagian kecil dari watak rusak mereka, dan dengan lebih banyak penerapan kebenaran, maka lebih banyak pula watak rusak mereka yang terbuang. Ini adalah hukum alam. Jika orang melihat bahwa mereka memperlihatkan watak rusak dan mencoba menyelesaikannya dengan mengandalkan pengendalian diri dan kesabaran, akankah mereka berhasil? Itu tidak akan mudah. Jika mereka mampu menyelesaikannya dengan cara itu, maka Tuhan tidak perlu melakukan pekerjaan penghakiman dan hajaran-Nya. Untuk menyelesaikan watak rusak, seseorang harus bergantung pada doa kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan, mencari kebenaran, merenungkan diri dan mengenali dirinya sendiri, serta bersandar pada pekerjaan Roh Kudus, barulah ia dapat menyelesaikan watak rusaknya secara bertahap. Jika orang tidak bekerja sama, tidak tahu cara merenungkan diri mereka sendiri, tidak dapat menerima kebenaran, tidak mengenali watak rusak mereka, kurang melakukan pertobatan, serta tidak membenci daging dan Iblis, maka watak rusak mereka tidak akan terbuang dengan sendirinya. Di sinilah pekerjaan Roh Kudus yang paling menakjubkan; selama orang haus akan kebenaran dan mengejar perubahan dalam watak mereka, Tuhan akan mencerahkan dan membimbing mereka. Tanpa disadari, orang akan secara bersamaan memahami kebenaran dan mampu memahami diri mereka sendiri. Pada saat ini, mereka akan mulai mencintai kebenaran dan merindukannya. Mereka akan mampu membenci natur dan watak Iblis dari hati mereka sendiri, menjadikannya lebih mudah bagi mereka untuk memberontak terhadap daging, dan membuatnya terasa lebih mudah bagi mereka untuk menerapkan kebenaran. Pada saat itu, watak rusak mereka akan berubah, sedikit demi sedikit, dan mereka tidak akan lagi memberontak terhadap Tuhan; mereka akan mampu tunduk sepenuhnya kepada-Nya, tanpa dibatasi oleh orang, peristiwa, atau hal apa pun. Ini adalah transformasi total dalam watak hidup mereka.
Kutipan 52
Sebagian orang tidak pernah mencari kebenaran ketika melaksanakan tugas-tugas mereka. Mereka hanya melakukannya sesuka hati mereka, bertindak menurut imajinasi mereka sendiri, dan selalu bersikap semaunya dan gegabah. Mereka sama sekali tidak menempuh jalan menerapkan kebenaran. Apa maksudnya "bersikap semaunya dan gegabah"? Maksudnya, bertindak dengan cara apa pun yang kau rasa cocok ketika menghadapi suatu masalah, tanpa proses berpikir atau mencari apa pun. Tidak ada yang dikatakan orang lain yang dapat menyentuh hatimu ataupun mengubah pikiranmu. Engkau bahkan tidak dapat menerimanya ketika kebenaran dipersekutukan kepadamu, engkau tetap pada pendapatmu sendiri, tidak mendengarkan ketika orang lain mengatakan sesuatu yang benar, menganggap dirimu yang benar, dan berpegang teguh pada gagasanmu sendiri. Meskipun pemikiranmu itu benar, engkau juga harus mempertimbangkan pendapat orang lain. Dan jika engkau sama sekali tidak mempertimbangkannya, bukankah ini berarti engkau sangat merasa dirimu benar? Tidak mudah bagi orang yang sangat merasa dirinya benar dan keras kepala untuk menerima kebenaran. Jika engkau melakukan sesuatu yang salah dan orang lain mengkritikmu dengan berkata, "Engkau tidak melakukan hal ini sesuai dengan kebenaran!" engkau menjawab, "Meskipun aku tidak melakukannya sesuai dengan kebenaran, aku tetap akan melakukannya dengan cara seperti ini," dan engkau kemudian menemukan beberapa alasan untuk membuat mereka berpikir bahwa ini benar. Jika mereka menegurmu dengan berkata, "Bertindak seperti ini artinya mengacau, dan itu akan merugikan pekerjaan gereja," engkau bukan saja tidak mau mendengarnya, tetapi engkau juga terus beralasan: "Menurutku inilah cara yang benar, jadi aku akan melakukannya dengan cara ini." Watak apakah ini? (Kecongkakan.) Kecongkakan. Natur yang congkak membuatmu keras kepala. Jika engkau memiliki natur yang congkak, engkau akan berperilaku semaunya dan gegabah, mengabaikan apa pun yang orang lain katakan. Lalu, bagaimana engkau menyelesaikan masalah sikapmu yang semaunya dan gegabah ini? Misalnya, katakanlah sesuatu terjadi pada dirimu dan engkau memiliki pemikiran dan rencanamu sendiri. Sebelum menentukan apa yang harus dilakukan, engkau harus mencari kebenaran dan engkau setidaknya harus bersekutu dengan semua orang tentang apa yang kaupikirkan dan yakini tentang hal itu, mintalah semua orang untuk memberitahukan kepadamu apakah pemikiranmu benar dan sejalan dengan kebenaran atau tidak, untuk melakukan pemeriksaan terakhir bagimu. Inilah cara terbaik untuk menyelesaikan sikapmu yang semaunya dan gegabah. Pertama, engkau dapat mengungkapkan pandanganmu dan mencari kebenaran; inilah langkah penerapan pertama untuk mengatasi sikapmu yang semaunya dan gegabah. Langkah kedua terjadi ketika orang lain menyuarakan pendapat yang berbeda, bagaimana kau bisa melakukan penerapan untuk membuatmu tidak bersikap semaunya dan gegabah? Engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap rendah hati, mengesampingkan apa yang kauyakini benar, dan membiarkan semua orang menyampaikan persekutuan. Meskipun engkau percaya dirimu benar, engkau tidak boleh tetap bersikeras mempertahankannya. Itu adalah semacam peningkatan; hal itu menunjukkan sikap yang mencari kebenaran, menyangkal dirimu sendiri, dan memenuhi maksud Tuhan. Begitu engkau memiliki sikap ini, pada saat yang sama tidak bersikeras pada pendapatmu sendiri, engkau harus berdoa, mencari kebenaran dari Tuhan, dan kemudian mencari dasar di dalam firman Tuhan—menentukan bagaimana bertindak berdasarkan firman Tuhan. Inilah penerapan yang paling cocok dan akurat. Ketika engkau mencari kebenaran dan mengemukakan suatu masalah, lalu membiarkan semua orang bersekutu dan mencari bersama, pada saat itulah Roh Kudus akan memberikan pencerahan. Tuhan mencerahkan orang sesuai dengan prinsip, Dia mempertimbangkan sikap mereka. Jika engkau dengan keras kepala berpegang pada pendapatmu, entah pandanganmu benar atau salah, Tuhan akan menyembunyikan wajah-Nya darimu dan mengabaikanmu; Dia akan membuatmu menemui jalan buntu untuk menyingkapkan dan menelanjangi keadaanmu yang buruk. Sebaliknya, jika sikapmu benar, tidak bersikeras pada pendapatmu sendiri, tidak merasa diri benar, tidak bertindak semaunya dan gegabah, tetapi bersikap mencari dan menerima kebenaran, jika engkau bersekutu dengan semua orang, maka Roh Kudus akan mulai bekerja di antaramu, dan mungkin Dia akan menuntunmu untuk memperoleh pemahaman melalui perkataan seseorang. Terkadang, ketika Roh Kudus mencerahkanmu, Dia membawamu untuk memahami inti dari suatu masalah hanya dengan beberapa kata atau frasa, atau dengan memberimu suatu pemikiran. Engkau segera menyadari bahwa apa pun yang selama ini telah kaupegang teguh adalah keliru, dan, pada saat yang sama, engkau memahami cara yang paling tepat untuk bertindak. Setelah mencapai taraf seperti itu, bukankah engkau sudah berhasil menghindarkan dirimu dari melakukan kejahatan, dan di saat yang sama menanggung akibat dari suatu kesalahan? Bukankah ini bentuk perlindungan Tuhan? (Ya.) Bagaimana hal semacam itu dicapai? Ini hanya tercapai jika engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan jika engkau mencari kebenaran dengan hati yang tunduk. Setelah engkau menerima pencerahan Roh Kudus dan menentukan prinsip mana yang harus kauterapkan, penerapanmu akan sesuai dengan kebenaran, dan engkau akan mampu memenuhi maksud Tuhan. Apa yang sangat menentukan kemampuanmu untuk menerapkan kebenaran dengan cara tersebut? Itu terutama bergantung pada niat dan sikap yang benar yang kaumiliki. Ini sangat krusial. Ketika Roh Kudus bekerja, Dia memeriksa niat dan sikap orang, dan Dia memutuskan apakah akan memberi pencerahan atau memimpin mereka, berdasarkan faktor-faktor itu. Jika orang dapat memahami pekerjaan Tuhan dan melihat hal ini dengan jelas, mereka akan tahu bagaimana cara berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran. Dapatkah kalian melihat ini dengan jelas? Sering kali, orang ingin menghindari perbuatan jahat, dan ingin menerapkan kebenaran serta bertindak berdasarkan prinsip. Namun, ini tergantung pada sikap orang terhadap kebenaran dan pada apakah mereka memiliki hati yang takut dan tunduk kepada Tuhan. Jika engkau dapat melepaskan niat pribadimu dan memiliki pola pikir yang tunduk kepada Tuhan, berdoa serta mencari dari Tuhan dengan tulus, maka kau tidak akan butuh waktu lama untuk menerima pencerahan Tuhan. Tuhan akan menggunakan beberapa cara untuk membuatmu memahami apa prinsip-prinsip kebenaran itu dan di mana letak poin-poin kunci dari kebenaran. Ketika engkau berdoa dan mencari dari Tuhan, selama engkau memiliki pola pikir yang benar dan engkau tulus, Tuhan akan mencerahkanmu. Yang mengkhawatirkan adalah jika orang tidak dengan tulus mencari kebenaran, tetapi hanya bertindak seadanya bagi formalitas belaka demi dilihat oleh orang lain. Jika demikian, mereka tidak akan dapat menerima pencerahan Tuhan. Jika sikapmu adalah bersikeras dengan keras kepala, menolak kebenaran, tidak mau menerima saran orang lain, tidak mencari kebenaran, hanya percaya pada dirimu sendiri, dan hanya melakukan apa yang kauinginkan—jika inilah sikapmu terhadap apa pun yang Tuhan lakukan dan inginkan, maka bagaimana reaksi Tuhan? Tuhan tidak akan memedulikanmu, Dia akan mengesampingkanmu. Bukankah engkau keras kepala? Bukankah engkau congkak? Bukankah engkau selalu menganggap dirimu benar? Jika engkau tidak tunduk, jika engkau tak pernah mencari, jika hatimu sama sekali tertutup bagi Tuhan dan menentang-Nya, maka Tuhan tidak akan memedulikanmu. Mengapa Tuhan tidak memedulikanmu? Karena jika hatimu tertutup bagi Tuhan, dapatkah engkau menerima pencerahan Tuhan? Dapatkah engkau merasakan ketika Tuhan menegurmu? Ketika orang keras kepala, ketika natur Iblis dan buas dalam diri mereka meledak, mereka tidak merasakan apa pun yang Tuhan lakukan, sehingga apa pun yang Tuhan lakukan sia-sia—jadi Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang tidak ada gunanya. Jika engkau memiliki sikap menentang yang keras kepala seperti ini, yang akan Tuhan lakukan hanyalah tetap menyembunyikan diri-Nya darimu, Tuhan tidak akan melakukan hal-hal yang tak berguna. Jika engkau menentang dengan keras kepala seperti ini, dan tertutup seperti ini, Tuhan tidak akan pernah secara paksa melakukan apa pun dalam dirimu, atau memaksakan apa pun terhadapmu, Dia tak akan pernah terus berusaha berulang kali menggerakkan dan mencerahkanmu—Tuhan tidak bertindak dengan cara seperti ini. Mengapa Tuhan tidak bertindak dengan cara seperti ini? Terutama karena Tuhan telah melihat jenis watak tertentu dalam dirimu, watak buas yang muak akan kebenaran dan tidak masuk akal. Dan menurutmu, dapatkah orang mengendalikan binatang buas pada saat kebuasannya meledak? Apakah teriakan dan jeritan terhadapnya ada gunanya? Apakah bernalar dengannya atau menenangkannya ada gunanya? Apakah orang berani mendekatinya? Ada cara yang baik untuk menggambarkan hal ini: itulah sikap tak masuk akal. Ketika kebuasanmu sedang bergejolak dan kau tidak mau menerima penalaran apa pun, apa yang akan Tuhan lakukan? Tuhan tidak akan memedulikanmu. Apa lagi yang perlu Tuhan katakan kepadamu jika engkau tidak mau menerima penalaran apa pun? Menyampaikan satu kata lagi pun tidak ada gunanya. Dan ketika Tuhan tidak memedulikanmu, apakah engkau diberkati, ataukah engkau menderita? Apakah engkau memperoleh manfaat ataukah mengalami kerugian? Tentu saja engkau akan mengalami kerugian. Dan siapa yang menyebabkan hal ini? (Kami yang menyebabkannya.) Engkaulah yang menyebabkannya. Tak seorang pun memaksamu bertindak seperti ini, tetapi engkau tetap merasa kesal. Bukankah engkau sendiri yang menyebabkan ini terjadi pada dirimu? Tuhan tidak memedulikanmu, engkau tidak dapat merasakan Tuhan, ada kegelapan dalam hatimu dan hidupmu mengalami kerugian—bukankah engkau sendirilah yang menyebabkan ini terjadi pada dirimu, engkau memang pantas menerimanya.
Ketika menghadapi suatu masalah, jika orang terlalu keras kepala dan bersikeras dengan ide mereka sendiri tanpa mencari kebenaran, ini sangat berbahaya. Tuhan akan membenci dan menolak orang-orang ini serta mengesampingkan mereka. Apa konsekuensi dari hal ini? Dapat dipastikan bahwa ada risiko mereka akan disingkirkan. Namun, mereka yang mencari kebenaran dapat memperoleh pencerahan dan bimbingan dari Roh Kudus, dan sebagai hasilnya, mendapatkan berkat Tuhan. Dua sikap yang berbeda antara mencari kebenaran dan tidak mencari kebenaran dapat menghasilkan dua keadaan yang berbeda dalam dirimu dan membawa dua hasil yang berbeda. Hasil mana yang lebih kalian sukai? (Aku lebih suka mendapatkan pencerahan Tuhan.) Jika orang ingin dicerahkan dan dibimbing oleh Tuhan, dan menerima kasih karunia Tuhan, sikap seperti apakah yang harus mereka miliki? Mereka harus sering memiliki sikap yang mencari dan tunduk di hadapan Tuhan. Entah engkau sedang melaksanakan tugasmu, berinteraksi dengan orang lain, atau menangani beberapa masalah tertentu yang terjadi pada dirimu, engkau harus memiliki sikap mencari dan tunduk. Dengan sikap seperti ini, dapat dikatakan bahwa engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mampu mencari dan tunduk pada kebenaran adalah jalan untuk mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jika engkau tidak memiliki sikap mencari dan tunduk, dan engkau malah kukuh terhadap dirimu sendiri, menentang dengan keras kepala, tidak mau menerima kebenaran, dan muak terhadap kebenaran, engkau secara alami akan melakukan banyak kejahatan. Engkau tidak akan mampu menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan! Jika orang tidak pernah mencari kebenaran untuk memperbaiki hal ini, konsekuensi akhirnya adalah sebanyak apa pun mereka mengalami sesuatu, sebanyak apa pun situasi yang mereka hadapi, sebanyak apa pun pelajaran yang Tuhan berikan pada mereka, mereka tetap tidak akan memahami kebenaran, dan pada akhirnya mereka akan tetap tidak mampu memasuki kenyataan kebenaran. Jika orang tidak memiliki kenyataan kebenaran, mereka tidak akan mampu mengikuti jalan Tuhan, dan jika mereka tidak pernah mampu mengikuti jalan Tuhan, maka mereka bukanlah orang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Orang terus-menerus berbicara tentang ingin melaksanakan tugas mereka dan mengikuti Tuhan. Apakah semuanya sesederhana itu? Sama sekali tidak. Hal-hal ini sangatlah penting dalam kehidupan orang! Tidaklah mudah untuk melaksanakan tugas dengan baik untuk memuaskan Tuhan dan mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Namun, akan Kuberitahukan kepadamu sebuah prinsip penerapan: jika engkau memiliki sikap mencari dan tunduk ketika sesuatu terjadi kepadamu, sikap ini akan melindungimu. Tujuan akhirnya bukanlah agar kau dilindungi. Itu adalah untuk membuatmu memahami kebenaran dan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan memperoleh keselamatan Tuhan; inilah tujuan akhirnya. Jika engkau memiliki sikap ini dalam semua yang kaualami, engkau tidak akan lagi merasa bahwa melaksanakan tugasmu dan memenuhi maksud Tuhan adalah omong kosong dan slogan, tidak akan lagi terasa begitu melelahkan. Sebaliknya, sebelum engkau menyadarinya, engkau akan mulai memahami cukup banyak kebenaran. Jika engkau berusaha mengalami dengan cara seperti ini, engkau pasti akan menuai hasil. Siapa pun dirimu, berapa pun usiamu, betapa pun terpelajarnya dirimu, seberapa pun lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, atau tugas apa pun yang kaulaksanakan. Asalkan engkau memiliki sikap yang mencari dan tunduk, asalkan engkau mengalami dengan cara seperti ini, maka pada akhirnya, engkau pasti akan memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Namun, jika engkau tidak memiliki sikap mencari dan tunduk dalam segala sesuatu yang terjadi kepadamu, engkau tidak akan mampu memahami kebenaran ataupun mampu memasuki kenyataan kebenaran. Mereka yang tak pernah paham kebenaran dan tak pernah mampu memasuki kenyataan kebenaran sering bertanya, "Apa kebenaran itu dan apa doktin-doktrin itu? Apa itu kenyataan kebenaran dan apa artinya tidak memiliki kenyataan kebenaran? Mengapa aku tidak memahaminya?" Mereka sering mendengarkan khotbah dan persekutuan tentang kebenaran, mereka bangun pagi dan tidur larut malam untuk membaca firman Tuhan, mendengarkan lebih banyak, belajar lebih banyak, dan menulis lebih banyak. Mereka mencatat hal-hal yang membangun yang mereka dengar ke dalam buku catatan mereka, mengisi beberapa buku sampai penuh. Mereka sudah berusaha keras, tetapi sayangnya, mereka tak pernah mengerti kebenaran. Akibatnya, mereka merasa kebenaran itu terlalu dalam. Setelah bertahun-tahun mendengarkannya, mereka mengerti beberapa doktrin, tapi mengapa mereka tidak bisa menerapkannya? Mengapa mereka bingung saat menghadapi masalah? Mereka menganggap memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran sebagai hal yang sangat abstrak dan merasa hal-hal itu sangat sulit untuk dicapai. Sebenarnya, mereka telah salah paham. Memercayai Tuhan dan memahami kebenaran bukan tentang permainan kata, bukan tentang mampu berbicara mengenai beberapa kata dan doktrin, dan itu saja—bukan itu maksudnya. Yang paling ditekankan dalam percaya kepada Tuhan adalah menerapkan kebenaran dan mampu menguasai prinsip-prinsip dalam menerapkan kebenaran. Hanya dengan memahami apa itu menerapkan kebenaran, dan apa itu menangani masalah dengan prinsip-prinsip, seseorang bisa dikatakan memahami kebenaran dan telah memasuki kenyataan. Mampu menerapkan kebenaran dan memasuki kenyataan adalah hal yang paling penting.
Kutipan 53
Ketika orang tidak bertanggung jawab dalam tugas mereka, melaksanakannya dengan asal-asalan, bertindak seperti penyenang orang, dan tidak membela kepentingan rumah Tuhan, watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang licik, ini adalah watak Iblis dalam diri manusia. Aspek paling menonjol dari falsafah manusia tentang cara berinteraksi dengan orang lain adalah watak yang licik. Orang mengira jika mereka tidak licik, mereka akan cenderung menyinggung perasaan orang lain dan tidak dapat melindungi diri mereka sendiri; mereka beranggapan bahwa mereka harus cukup licik agar mereka tidak menyakiti atau menyinggung siapa pun, sehingga dengan demikian mereka akan tetap aman, mata pencaharian mereka akan terlindungi, dan mereka akan memiliki kedudukan yang stabil di tengah masyarakat. Semua orang tidak percaya hidup berdasarkan falsafah Iblis. Mereka semua adalah para penyenang orang dan tidak menyinggung siapa pun. Engkau telah datang ke rumah Tuhan, membaca firman Tuhan, dan mendengarkan khotbah di rumah Tuhan, lalu mengapa engkau tidak mampu menerapkan kebenaran, berbicara dengan tulus, dan menjadi orang yang jujur? Mengapa engkau selalu menjadi penyenang orang? Penyenang orang hanya melindungi kepentingan mereka sendiri, dan bukan kepentingan gereja. Ketika mereka melihat seseorang berbuat jahat dan merugikan kepentingan gereja, mereka mengabaikannya. Mereka suka menjadi penyenang orang, dan tidak menyinggung siapa pun. Sikap seperti ini tidak bertanggung jawab, dan orang seperti ini terlalu licik dan tidak dapat dipercaya. Untuk melindungi kesombongan dan gengsi mereka sendiri, dan untuk mempertahankan reputasi dan status mereka, ada orang-orang yang dengan senang hati membantu orang lain, dan berkorban untuk teman-temannya, apa pun risikonya. Namun, ketika mereka perlu melindungi kepentingan rumah Tuhan, kebenaran, dan keadilan, niat baik mereka hilang, hal itu telah sepenuhnya lenyap. Ketika mereka seharusnya menerapkan kebenaran, mereka tidak menerapkannya sama sekali. Apa masalahnya? Demi melindungi martabat dan harga diri mereka, mereka rela membayar berapa pun dan menanggung penderitaan apa pun. Namun, ketika mereka harus melakukan kerja nyata dan menangani urusan nyata, untuk melindungi pekerjaan gereja dan hal-hal positif, dan untuk melindungi serta membekali umat pilihan Tuhan, mengapa mereka tidak lagi memiliki kekuatan untuk membayar harga dan menanggung penderitaan? Ini tidak masuk akal. Sebenarnya, mereka memiliki sejenis watak yang muak akan kebenaran. Mengapa Kukatakan bahwa watak mereka adalah watak yang muak akan kebenaran? Karena setiap kali ada sesuatu yang ada kaitannya dengan bersaksi bagi Tuhan, menerapkan kebenaran, melindungi umat pilihan Tuhan, memerangi rencana jahat Iblis, atau melindungi pekerjaan gereja, mereka lari dan bersembunyi, dan tidak menangani masalah dengan baik dan benar. Di manakah heroisme dan semangat mereka untuk menanggung penderitaan? Di manakah mereka menerapkan hal-hal ini? Mudah untuk dilihat. Meskipun seseorang menegur mereka, berkata bahwa mereka tidak boleh bertindak begitu egois dan hina, dan hanya melindungi diri mereka sendiri, dan bahwa mereka seharusnya melindungi pekerjaan gereja, mereka benar-benar tidak peduli. Mereka berkata pada diri mereka sendiri, "Aku tidak melakukan hal-hal seperti itu, dan semua itu tak ada kaitannya denganku. Apa gunanya bertindak seperti itu bagi pengejaranku akan ketenaran, keuntungan, dan status?" Mereka bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Mereka hanya suka mencari ketenaran, keuntungan, dan status, dan mereka sama sekali tidak melakukan pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. Jadi, ketika mereka diperlukan untuk melakukan pekerjaan gereja, mereka malah memilih untuk menghindar. Ini berarti di dalam hatinya, mereka tidak menyukai hal-hal positif, dan tidak tertarik akan kebenaran. Ini merupakan perwujudan nyata watak yang muak akan kebenaran. Hanya mereka yang mencintai kebenaran dan memiliki kenyataan kebenaran, yang mampu menawarkan bantuan ketika dibutuhkan oleh pekerjaan rumah Tuhan dan oleh umat pilihan Tuhan, hanya merekalah yang mampu mengambil sikap, yang berani dan merasa wajib untuk bersaksi bagi Tuhan dan mempersekutukan kebenaran, memimpin umat pilihan Tuhan ke jalan yang benar, memungkinkan mereka untuk mencapai ketundukan pada pekerjaan Tuhan. Hanya inilah sikap yang bertanggung jawab dan perwujudan yang memperlihatkan kepedulian terhadap maksud-maksud Tuhan. Jika engkau semua tidak bersikap seperti ini, kecuali bersikap ceroboh dalam menangani sesuatu dan engkau berpikir, "Aku akan melakukan hal-hal dalam lingkup tugasku, tetapi aku tidak peduli akan hal lainnya. Jika kau menanyakan sesuatu, aku akan menjawabmu—jika suasana hatiku sedang baik. Jika tidak, aku tidak akan menjawabmu. Seperti inilah sikapku," maka ini adalah sejenis watak yang rusak, bukan? Hanya melindungi status, reputasi, dan gengsinya sendiri, dan hanya melindungi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya sendiri—inikah sikap yang melindungi tujuan yang benar? Inikah sikap yang melindungi kepentingan rumah Tuhan? Di balik motif yang picik dan egois ini terdapat watak rusak yang muak akan kebenaran. Sebagian besar dari engkau semua sering memperlihatkan berbagai macam perwujudan seperti ini, dan ketika engkau menghadapi sesuatu yang ada kaitannya dengan kepentingan rumah Tuhan, engkau berdusta dengan berkata, "Aku tidak melihatnya" atau "Aku tidak tahu," atau "Aku belum mendengarnya". Entah engkau benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu, jika engkau memperlihatkan watak rusak seperti ini pada saat-saat penting, maka sulit dikatakan apakah engkau orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan atau tidak; menurut-Ku, engkau adalah orang yang bingung dalam kepercayaanmu atau pengikut yang bukan orang percaya. Engkau benar-benar bukan orang yang mencintai kebenaran.
Engkau semua mungkin memahami apa artinya muak akan kebenaran, tetapi mengapa Kukatakan bahwa muak akan kebenaran adalah sebuah watak? Watak tidak ada kaitannya dengan perwujudan sementara yang sesekali orang perlihatkan, dan perwujudan sementara yang hanya sesekali ini tidak setara dengan masalah watak. Watak rusak macam apa pun yang orang miliki, watak rusak tersebut akan sering atau bahkan akan terus-menerus terlihat dalam diri mereka; watak itu akan terlihat setiap kali orang tersebut berada dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, engkau tidak bisa sembarangan mencirikan masalah watak ini berdasarkan perwujudan yang sesekali dan bersifat sementara. Jadi, apa yang dimaksud dengan watak? Watak berkaitan dengan niat dan motivasi, watak berkaitan dengan cara berpikir dan sudut pandang seseorang. Engkau sepertinya mampu merasakan bahwa watak ini mendominasi dan mempengaruhimu, tetapi watak juga bisa saja tersembunyi dan disembunyikan, serta dikaburkan oleh fenomena yang terlihat di luarnya. Singkatnya, selama masih ada watak dalam dirimu, watak itu akan mengganggu, mengekang dan mengendalikanmu, serta memunculkan banyak perilaku dan perwujudan dalam dirimu—itulah yang dimaksud dengan watak. Perilaku, pemikiran, sudut pandang dan sikap apa sajakah yang sering ditimbulkan oleh watak yang muak akan kebenaran? Salah satu ciri utama yang diperlihatkan oleh orang yang muak akan kebenaran adalah mereka kurang berminat akan hal-hal positif dan kebenaran, mereka tidak tertarik, hati mereka lemah lesu, dan tidak ada keinginan untuk memperoleh kebenaran, dan mereka menganggap mereka sudah cukup baik dalam hal apa pun yang berkaitan dengan menerapkan kebenaran. Aku akan memberimu contoh sederhana. Sebuah nasihat umum yang sering orang bicarakan tentang kesehatan yang baik adalah mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran, makan lebih banyak makanan yang mudah dicerna dan mengurangi daging, dan terutama mengurangi konsumsi makanan yang digoreng; ini merupakan panduan positif untuk kesehatan dan kebugaran. Semua orang mampu memahami dan menerima tentang apa yang harus dimakan lebih banyak dan apa yang harus dikurangi, jadi apakah penerimaan ini berdasarkan teori atau praktik? (Teori.) Bagaimana penerimaan teoretis ini diwujudkan? Dalam bentuk pengakuan dasar. Ini adalah pemikiran bahwa pernyataan ini benar, dan bahwa pernyataan ini sangat baik melalui pemahaman yang didasarkan pada penilaianmu. Namun, apakah engkau mempunyai bukti untuk mendukung pernyataan ini? Apakah engkau punya landasan untuk memercayainya? Tanpa mengalaminya sendiri, tanpa ada alasan atau dasar untuk menguatkan apakah pernyataan ini benar atau salah, dan tentunya tanpa memetik pelajaran dari kesalahan sebelumnya, dan tanpa adanya contoh dari kehidupan nyata, engkau menerima pandangan ini begitu saja—inilah yang disebut sebagai penerimaan secara teoretis. Entah engkau menerimanya secara teoretis atau praktis, engkau harus memastikan terlebih dahulu bahwa pernyataan "makan lebih banyak sayur dan kurangi daging" adalah hal yang benar dan positif. Jadi, bagaimana watakmu yang muak akan kebenaran bisa terlihat? Berdasarkan caramu memperlakukan dan menerapkan pernyataan ini dalam hidupmu; ini menunjukkan sikapmu terhadap pernyataan tersebut, apakah engkau menerimanya secara teoretis dan sebagai doktrin, atau apakah engkau telah menerapkannya dalam kehidupan nyata dan mewujudkannya. Jika engkau hanya menerima pernyataan tersebut sebagai doktrin, tetapi apa yang kaulakukan dalam kehidupan nyata sepenuhnya bertentangan dengan pernyataan ini, atau engkau sama sekali tidak memperlihatkan bahwa engkau menerapkan pernyataan ini secara nyata, apakah engkau menyukai pernyataan ini ataukah engkau muak? Sebagai contoh, saat engkau makan dan melihat sayuran hijau, engkau berpikir, "Sayuran hijau baik untuk kesehatan, tetapi rasanya kurang enak dan rasa daging lebih enak, jadi aku akan makan daging terlebih dahulu," lalu engkau hanya makan daging dan tidak makan sayuran hijau—watak seperti apakah yang kauperlihatkan? Engkau memperlihatkan watak yang tidak menerima pernyataan yang benar, watak yang muak akan hal-hal positif, dan hanya mau makan sesuai preferensi daging. Orang yang rakus dan tamak akan kenikmatan seperti ini, sudah menjadi sangat muak, menentang, dan menolak hal-hal yang positif, dan ini adalah semacam watak. Ada orang yang mungkin mengakui bahwa pernyataan ini cukup benar, tetapi mereka sendiri tidak mampu melakukannya, dan meskipun mereka tidak mampu, mereka tetap menyuruh orang lain untuk melakukannya; setelah sering kali mengatakannya, pernyataan itu menjadi sebuah teori bagi mereka, dan pernyataan itu tidak ada pengaruhnya dalam diri mereka. Di dalam hatinya, orang tersebut tahu betul bahwa mengonsumsi lebih banyak sayuran adalah hal yang baik dan terlalu banyak makan daging itu tidak baik, tetapi mereka berpikir, "Bagaimanapun juga, aku tidak rugi, makan daging bermanfaat, dan aku tidak merasa bahwa itu tidak sehat." Kerakusan dan keinginan telah membuat mereka memilih gaya hidup yang keliru, dan membuat mereka terus-menerus bertentangan dengan akal sehat dan gaya hidup yang benar. Mereka memiliki semacam watak rusak yang menginginkan keuntungan dan kenikmatan daging, jadi, apakah akan mudah bagi mereka untuk menerima pernyataan yang benar dan hal-hal positif? Sama sekali tidak akan mudah. Bukankah gaya hidup mereka dikendalikan oleh watak rusak mereka? Gaya hidup mereka adalah ungkapan dan perwujudan dari watak rusak mereka. Perwujudan yang terlihat di luarnya adalah perilaku dan sikap tersebut, tetapi, sebenarnya, wataklah yang mengendalikan mereka. Watak apa yang mengendalikan mereka? Watak yang muak akan kebenaran. Watak yang muak akan kebenaran ini sulit untuk diketahui; tak seorang pun merasa bahwa mereka muak akan kebenaran, tetapi fakta bahwa mereka telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan masih tidak tahu bagaimana cara menerapkan kebenaran, sudah cukup untuk membuktikan bahwa mereka muak akan kebenaran. Orang mendengarkan begitu banyak khotbah dan membaca begitu banyak firman dan maksud-maksud Tuhan adalah agar mereka menerima firman-Nya di dalam hati mereka dan membawa firman Tuhan ini ke dalam kehidupan nyata untuk diterapkan dan digunakan agar mereka memahami kebenaran dan menjadikan kebenaran sebagai hidup mereka. Tuntutan ini sulit dicapai oleh sebagian besar orang, dan itulah sebabnya dikatakan bahwa kebanyakan orang memiliki watak yang muak akan kebenaran.
Jika orang memahami kebenaran, tidak akan sulit bagi mereka untuk menerapkan kebenaran, dan setelah orang mampu menerapkan kebenaran, mereka akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Apakah sesulit itu mengubah kebenaran yang dipahami seseorang menjadi kenyataan yang dijalaninya? Biar Kuberikan sebuah contoh. Katakanlah cuaca di luar dingin dan engkau mencoba untuk keluar rumah dengan keringat masih di keningmu, dan ibumu menyuruhmu untuk menyeka keringatmu sebelum keluar agar engkau tidak masuk angin. Engkau tahu bahwa ibumu menginginkan yang terbaik untukmu, tetapi engkau tidak menganggap serius nasihatnya dan mengabaikannya sekalipun engkau merasa bahwa sarannya benar. Engkau tetap keluar dengan keringat di keningmu, dan terkadang engkau benar-benar masuk angin setelah keluar dalam keadaan seperti ini, tetapi engkau terus melanggar nasihatnya pada kali berikutnya engkau meninggalkan rumah. Engkau jelas-jelas tahu bahwa nasihatnya benar dan demi kepentingan terbaikmu, dan bahwa motif dan niat ibumu adalah selalu demi kebaikanmu sendiri, tetapi engkau tetap mengabaikan nasihatnya dan tidak mendengarkannya—bukankah ini sebuah watak? Jika engkau tidak memiliki watak ini, apa yang akan kaupilih untuk kaulakukan? (Mendengarkannya.) Engkau akan mengetahui pentingnya nasihat ini, dan engkau akan tahu akibat dan rasa sakit yang mungkin akan kauderita jika tidak mendengarkannya, dan engkau akan mengerti dan memahami arti dari saran tersebut. Engkau akan mampu mematuhi nasihat ini dengan saksama dan selalu melaksanakannya, sehingga engkau tidak akan cenderung masuk angin. Ini hanya salah satu contohnya. Sama halnya dengan percaya kepada Tuhan serta membaca dan mendengarkan firman Tuhan, jadi bagaimana seharusnya orang memperlakukan firman Tuhan? Ini adalah pertanyaan yang paling penting. Jika ada seseorang yang berbicara berdasarkan kebenaran dan perkataannya benar, orang akan memperoleh manfaat dari menerima perkataannya. Firman Tuhan adalah kebenaran, dan jika orang mampu menerimanya, bukan saja akan memperoleh manfaat, mereka juga akan memperoleh kehidupan. Banyak orang tidak mampu memahami hal ini dengan jelas dan selalu meremehkan firman Tuhan, Apa pun yang Tuhan firmankan, apakah Dia menasihati, menegur, mengingatkan, menghibur, atau membujuk manusia dengan sungguh-sungguh, tidak peduli bagaimana cara-Nya berfirman, Dia tidak dapat menggugah hati mereka. Mereka tidak mampu bertindak berdasarkan firman-Nya, dan setelah mendengarkannya, mereka malah mengabaikannya. Ini adalah salah satu watak manusia—keras kepala dan muak akan kebenaran. Jika engkau tidak mampu mengikuti firman Tuhan dalam caramu memperlakukan hal-hal yang Tuhan katakan dan perintahkan kepadamu, engkau tidak akan mampu mengubah watak ini. Sekalipun engkau mengakui atau mengatakan amin terhadap setiap firman yang Tuhan ucapkan, sekalipun engkau secara lisan memuji bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, itu tidak ada gunanya. Engkau harus mampu menerima firman Tuhan, dan engkau harus menerapkan serta mengalami firman Tuhan, dan menjadikan firman Tuhan sebagai hidupmu dan kenyataanmu, hanya hal inilah yang berguna. Sebagai contoh, jika seseorang yang berwatak licik memutuskan untuk bersikap jujur dan mengatakan yang sebenarnya, melakukan ini cukup mudah bagi mereka, tetapi hal yang tersulit adalah mengubah watak yang muak akan kebenaran dan keras kepala. Apa pun yang Tuhan firmankan, orang yang memiliki watak ini tidak akan menganggap serius firman Tuhan di dalam hatinya, dan seperti apa pun sikap Tuhan ketika mengatakannya, baik itu sikap memperingatkan, mengingatkan, menasihati, atau menyarankan dengan sungguh-sungguh, baik itu sikap mengemukakan fakta atau menguraikan alasannya, itu tidak menggerakkan hati mereka, dan ini sulit untuk ditangani. Sulit bagi manusia untuk mengenali watak yang muak akan kebenaran, dan mereka harus sering mencari kebenaran dan merenungkan keadaan mereka sendiri, mengenai mengapa mereka tidak mampu menerima kebenaran, dan mengapa mereka tidak mampu menerapkan kebenaran yang mereka pahami. Jika mereka memahami masalah ini secara menyeluruh, mereka akan tahu apa yang dimaksud dengan muak akan kebenaran.
Ada sesuatu dalam watak manusia yang terwujud dengan sendirinya dalam sikap mereka yang tidak meninggikan diri, juga tidak merendahkan diri. Mereka memiliki cara sendiri dalam berpikir dan mengungkapkan diri dan menganggap cara tersebut sebagai cara yang paling tepat. Apa pun yang orang lain katakan dan lakukan, mereka tidak terpengaruh oleh semua itu; mereka bersikeras melakukan apa pun yang mereka rasa akan membuat orang menghormati mereka, meyakini bahwa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan; mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun, mereka tidak mampu menghadapi kenyataan dengan benar, dan mereka tidak memiliki prinsip kebenaran apa pun. Watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang congkak, merasa diri benar, dan muak akan kebenaran. Mereka yang adalah milik Iblis dan muak akan kebenaran, tuli dan buta akan firman serta perbuatan Tuhan, tidak soal sebanyak apa firman atau tindakan Tuhan. Iblis tidak pernah memperlakukan firman Tuhan sebagai kebenaran, dia mengabaikannya, dia tidak membiarkan manusia menerima firman Tuhan dan kebenaran, dan dia juga menyesatkan manusia sehingga mereka tunduk kepadanya—dengan cara inilah Iblis menentang Tuhan. Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan, menyadarkan, dan menyucikan manusia. Iblis juga berusaha sekuat tenaga untuk mengganggu dan menghancurkan pekerjaan Tuhan; tujuan Iblis dalam menyesatkan umat manusia adalah untuk merusak dan mengganggu manusia, dan pada akhirnya melahap dan melenyapkan umat manusia. Sebagai contoh, Tuhan memberikan segala macam makanan kepada umat manusia, Dia juga menciptakan segala jenis biji-bijian dan sayur-sayuran, serta tanah yang cocok untuk ditanami olehnya. Asalkan manusia bekerja keras, mereka akan mendapatkan apa yang cukup untuk mereka makan dan gunakan, dan memastikan mereka memiliki pola makan yang sehat. Namun, manusia tidak pernah merasa puas dan selalu ingin menjadi kaya, dan mereka bersikeras meneliti berbagai metode rekayasa genetika untuk meningkatkan hasil panen, yang merusak kandungan gizi yang sebenarnya dari biji-bijian dan mengubah makanan organik menjadi tidak organik. Setelah manusia memakannya, segala macam penyakit muncul di tubuh mereka—bukankah ini adalah tindakan Iblis? Manusia telah dirusak Iblis hingga mencapai taraf tertentu, dan mereka semua telah menjadi manusia Iblis dan manusia setan. Di masa lalu, hanya Iblis dan roh-roh jahat yang menentang Tuhan, tetapi sekarang seluruh umat manusia yang rusak pun menentang Tuhan. Jadi, bukankah manusia yang rusak adalah para setan dan Iblis? Bukankah mereka adalah keturunan Iblis? (Ya.) Inilah hasil yang disebabkan oleh perusakan manusia oleh Iblis selama ribuan tahun. Bagaimana engkau dapat mengetahui dan mengenali watak Iblis dalam dirimu? Berdasarkan hal-hal yang Iblis suka lakukan, serta cara dan tipu mulihat yang Iblis gunakan dalam melakukan segala sesuatu, orang dapat melihat bahwa Iblis tidak pernah menyukai hal-hal positif, bahwa dia menyukai kejahatan, dan bahwa dia selalu menganggap dirinya cakap dan mampu mengendalikan segalanya. Ini adalah natur congkak Iblis. Itulah sebabnya Iblis dengan tidak bermoral menyangkal, menentang, dan melawan Tuhan. Iblis adalah representasi dan sumber dari semua hal yang negatif dan semua hal yang jahat. Jika engkau mampu memahami hal ini dengan jelas, berarti engkau memiliki kemampuan untuk mengenali watak Iblis. Bukan hal yang mudah bagi manusia untuk menerima kebenaran dan menerapkannya, karena mereka semua memiliki watak Iblis, dan mereka semua dikekang dan diikat oleh watak Iblis dalam diri mereka. Sebagai contoh, ada orang-orang yang menyadari bahwa menjadi orang jujur adalah hal yang baik, dan mereka merasa iri dan cemburu ketika melihat orang lain bersikap jujur, mengatakan yang sebenarnya, serta berbicara dengan sederhana dan terbuka, tetapi jika engkau meminta mereka sendiri untuk menjadi orang yang jujur, mereka merasa kesulitan. Mereka tetap saja tidak mampu mengucapkan kata-kata yang jujur ataupun melakukan hal-hal yang jujur. Bukankah ini adalah watak Iblis? Mereka mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan, tetapi tidak menerapkannya. Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Orang yang muak akan kebenaran akan kesulitan untuk menerima kebenaran dan sama sekali tidak mampu untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Keadaan yang paling terlihat dari orang yang muak akan kebenaran adalah mereka tidak tertarik akan kebenaran dan hal-hal positif, mereka bahkan merasa menolak dan membencinya, dan mereka terutama senang mengikuti tren. Di dalam hatinya, mereka tidak menerima hal-hal yang Tuhan kasihi dan apa yang Tuhan tuntut untuk manusia lakukan. Sebaliknya, mereka meremehkan dan bersikap acuh tak acuh terhadap hal-hal itu, dan bahkan ada orang-orang yang sering memandang rendah standar dan prinsip yang Tuhan tuntut dari manusia. Di dalam hatinya, mereka menolak hal-hal positif, dan selalu merasa menentang, melawan, dan sangat jijik terhadapnya. Inilah perwujudan utama yang diperlihatkan orang yang muak akan kebenaran. Dalam kehidupan bergereja, membaca firman Tuhan, berdoa, mempersekutukan kebenaran, melaksanakan tugas, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, semuanya adalah hal-hal yang positif. Semua itu menyenangkan bagi Tuhan, tetapi ada orang-orang yang menolak hal-hal yang positif ini, tidak memedulikannya, dan acuh tak acuh mengenainya. Hal yang paling patut dibenci adalah mereka bersikap menghina terhadap orang-orang yang positif, seperti terhadap orang yang jujur, terhadap mereka yang mengejar kebenaran, mereka yang melaksanakan tugas dengan setia, dan mereka yang melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Mereka selalu berusaha menyerang dan mengucilkan orang-orang ini. Jika mereka mendapati kekurangan atau kerusakan yang diperlihatkan orang-orang ini, mereka akan memanfaatkannya, membuat keributan besar mengenainya, dan terus-menerus meremehkan orang-orang itu karena hal ini. Watak macam apa ini? Mengapa mereka begitu penuh kebencian terhadap orang-orang yang positif? Mengapa mereka begitu menyukai dan senang melayani orang-orang jahat, pengikut yang bukan orang percaya, dan antikristus, dan mengapa mereka sering bergaul dengan orang-orang semacam itu? Ketika membicarakan hal-hal yang negatif dan jahat, mereka merasa senang dan bersemangat, tetapi ketika membicarakan hal-hal yang posisif, penentangan mulai muncul dalam sikap mereka; khususnya ketika mereka mendengar orang-orang mempersekutukan kebenaran atau menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, di dalam hatinya, mereka merasa muak dan tidak puas, dan mereka melampiaskannya dengan berkeluh kesah. Bukankah ini adalah watak yang muak akan kebenaran? Bukankah ini adalah perwujudan watak yang rusak? Ada banyak orang yang percaya kepada Tuhan yang senang bekerja bagi-Nya dan menyibukkan diri dengan penuh semangat bagi-Nya, dan ketika diminta untuk menggunakan bakat dan kelebihan mereka, sehingga mereka dapat menuruti preferensi mereka dan pamer, mereka memiliki tenaga yang tidak terbatas. Namun, jika engkau menyuruh mereka untuk menerapkan kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, mereka langsung tidak bertenaga, dan tidak lagi bersemangat. Jika mereka tidak diperbolehkan untuk pamer, mereka menjadi lesu dan tidak bersemangat. Mengapa mereka bertenaga untuk pamer? Dan mengapa mereka tidak bertenaga untuk menerapkan kebenaran? Apa masalahnya di sini? Semua orang senang menonjolkan diri; mereka semua mendambakan kemuliaan yang kosong. Semua orang memiliki tenaga yang tiada habisnya untuk percaya kepada Tuhan demi memperoleh berkat dan upah. Lalu, mengapa mereka menjadi lesu, mengapa mereka tidak bersemangat ketika diminta untuk menerapkan kebenaran dan memberontak terhadap daging? Mengapa hal seperti ini terjadi? Ini membuktikan bahwa hati manusia telah tercemar. Kepercayaan mereka kepada Tuhan sepenuhnya untuk mendapatkan berkat. Sederhananya, mereka percaya kepada Tuhan agar dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Tanpa berkat atau manfaat untuk dikejar, manusia menjadi lesu, tidak bersemangat, dan tidak antusias. Semua ini disebabkan oleh watak yang rusak, yaitu watak muak akan kebenaran. Jika orang dikendalikan oleh watak ini, mereka tidak mau memilih jalan yang mengejar kebenaran, mereka akan mengambil jalan mereka sendiri, dan memilih jalan yang salah. Mereka tahu betul bahwa mengejar ketenaran, keuntungan dan status adalah hal adalah salah, tetapi mereka tidak mampu hidup tanpa melakukan hal-hal ini, atau tidak mampu mengesampingkannya, dan mereka tetap mengejarnya, menempuh jalan Iblis. Dalam hal ini, mereka tidak sedang mengikuti Tuhan, melainkan mengikuti Iblis. Semua yang mereka lakukan adalah untuk melayani Iblis, dan mereka adalah hamba-hamba Iblis.
Mudahkah mengubah watak yang muak akan kebenaran? Muak akan kebenaran adalah salah satu ciri kerusakan umat manusia yang sudah mendalam, dan ini adalah yang paling sulit untuk diubah. Karena perubahan watak hanya dapat dicapai dengan menerima kebenaran. Orang yang muak akan kebenaran tidak dapat dengan mudah menerima kebenaran, sama seperti orang sakit parah yang menolak makanan. Ini sangat berbahaya, dan orang yang muak akan kebenaran tidak dapat dengan mudah diselamatkan, meskipun mereka percaya kepada Tuhan. Jika orang telah beberapa tahun tahun percaya kepada Tuhan tetapi tidak tahu apa yang dimaksud dengan kebenaran, dan apa yang dimaksud dengan hal-hal positif, dan bahkan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas untuk mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan, bukankah orang seperti ini adalah orang buta yang telah tersesat? Jadi, muak terhadap kebenaran akan membuat orang tidak mungkin untuk menerima kebenaran, dan watak rusak semacam ini tidak mudah untuk diubah. Orang yang mampu memilih untuk menerima kebenaran dan menempuh jalan yang benar adalah orang yang mencintai kebenaran, dan orang-orang seperti ini dapat dengan mudah mengubah watak rusak mereka. Jika orang memiliki watak yang muak akan kebenaran, tetapi di dalam hatinya masih berharap untuk diselamatkan oleh Tuhan, dari mana mereka harus memulainya? Titik awal seperti apa yang akan membuat perubahan ini lebih mudah terjadi? Apa rute tercepatnya? (Setelah memahami apa yang dimaksud dengan hal-hal positif, dan apa yang dimaksud dengan prinsip, mereka harus menggunakan prinsip dan standar tersebut sebagai ukuran mereka dalam melaksanakan tugas, dan jika ada sesuatu yang bertentangan dengan prinsip serta tidak sesuai dengan maksud Tuhan, mereka harus berpegang pada prinsip dan tidak melakukannya.) Mereka harus terlebih dahulu memahami prinsip-prinsip dari setiap kebenaran—ini sangat penting. Setelah itu bagaimana? (Ketika mereka memperlihatkan keadaan yang muak akan kebenaran, dan itu berkaitan dengan tugas mereka dan dengan prinsip, mereka harus memberontak terhadap daging dan melakukan penerapan berdasarkan prinsip.) Benar, mereka harus memiliki jalan, dan tujuan serta jalannya pun harus jelas. Sekarang ini, hal terpenting adalah kebanyakan orang tidak tahu aspek watak rusak mana yang mereka perlihatkan dalam konteks apa, kapan, dan dengan cara apa mereka memperlihatkannya. Jika mereka mengetahui semua itu, bukankah akan mudah bagi mereka untuk berubah? Sekarang ini, berbagai jenis pemikiran atau sikap manusia sebenarnya berkaitan dengan watak mereka. Tanpa didominasi oleh berbagai watak, tanpa dihalangi atau dikendalikan oleh watak rusak mereka, akan mudah bagi manusia untuk mengoreksi pemikiran mereka yang keliru. Sebagai contoh, katakanlah ibumu menyuruhmu untuk menyeka keringatmu sebelum keluar rumah. Jika engkau adalah anak yang penurut dan berbakti, selain merasakan maksud baik ibumu, engkau juga mampu memahami bahwa nasihatnya benar, dan engkau tahu manfaatnya, mampu mengakui dan menerima nasihat tersebut. Jika engkau tidak memiliki watak rusak yang menghalangimu dan menahanmu, akan mudah bagimu untuk menerima saran ini. Meskipun nasihat ini sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan, dan engkau tahu bahwa itu benar, karena engkau memiliki watak yang muak akan kebenaran dan keras kepala, dan ini akan menyebabkanmu dengan sengaja menentangnya, dan akibatnya ini akan menyakiti perasaan ibumu, dan membuatnya mengkhawatirkanmu dan menderita. Singkatnya, cara orang menangani hal-hal yang menimpa mereka—cara mereka memperlakukan hal-hal positif, dan juga cara mereka selalu melawan dan berjuang melawan watak rusak mereka—ini merepresentasikan tekad mereka untuk mengejar kebenaran. Jika engkau memiliki tekad ini dan bersedia menyingkirkan watak rusakmu, menerima kebenaran, menjadikan firman Tuhan sebagai hidupmu, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia, engkau akan mampu berubah. Sebesar apa tekadmu dalam mengejar kebenaran, akan sebesar itulah perubahanmu.
Apa arti utama keselamatan? Keselamatan terutama berarti perubahan watak. Hanya setelah watak orang berubah, barulah mereka mampu menyingkirkan pengaruh Iblis dan diselamatkan. Oleh karena itu, bagi mereka yang percaya kepada Tuhan, perubahan watak adalah hal yang sangat penting. Setelah watak orang berubah, mereka akan hidup dalam keserupaan dengan manusia dan sepenuhnya memperoleh keselamatan. Orang mungkin saja tidak terlalu menarik, berbakat, atau bertalenta, cara bicara mereka mungkin canggung dan tidak terlalu fasih, mereka mungkin tidak pandai berdandan, dan penampilan lahiriah mereka mungkin sangat biasa-biasa saja, tetapi mereka mampu mencari kebenaran ketika sesuatu terjadi pada mereka, tidak bertindak berdasarkan keinginan mereka sendiri atau berencana demi kepentingan mereka sendiri, dan ketika Tuhan memerintahkan kepada mereka untuk melaksanakan tugas tertentu, mereka mampu tunduk kepada-Nya dan menuntaskan apa yang telah Dia percayakan kepada mereka. Apa pendapatmu terhadap orang semacam ini? Meskipun di luarnya mereka tampak tidak menarik atau tidak mengesankan, mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan dan tunduk kepada-Nya, dan dalam hal inilah kekuatan mereka tersingkap. Ketika orang melihatnya, mereka akan berkata, "Orang ini memiliki watak yang stabil, dan ketika sesuatu terjadi, dia mampu mencari di hadapan Tuhan dengan tenang tanpa bersikap gegabah, atau melakukan sesuatu yang bodoh atau dungu. Dia bersikap sungguh-sungguh dan bertanggung jawab; dia patuh dan mampu mengabdikan diri sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan setia." Cara bicara dan tindakan orang semacam ini terkendali, mereka memiliki rasionalitas yang normal, dan berdasarkan apa yang mereka jalani dan watak yang mereka perlihatkan, mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan. Jika mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan, adakah prinsip yang mendasari tindakan-tindakan mereka? Mereka pasti akan mencari prinsip-prinsipnya dan tidak dengan sembarangan melakukan kesalahan. Inilah hasil utama yang orang peroleh jika mereka menerapkan kebenaran dan mengejar perubahan watak. Perkataan mereka dipertimbangkan dengan baik dan akurat, mereka tidak berbicara sembarangan, mereka bertindak dengan cara yang menenteramkan dan dapat dipercaya, dan mereka mampu untuk secara nyata tunduk kepada Tuhan dan menjauhi kejahatan. Semua perwujudan ini dapat dilihat dalam diri orang ini. Orang seperti ini adalah orang yang telah masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan yang wataknya telah berubah. Hal-hal ini tidak dapat dipalsukan. Watak seseorang adalah hidupnya; apa pun watak yang seseorang miliki, itulah yang akan menjadi perilakunya. Perilaku dan perwujudan yang manusia perlihatkan dikendalikan oleh watak mereka, dan apa yang terus-menerus orang perlihatkan merupakan perwujudan dari watak mereka, bukan karakter mereka. Mampu mengenali masalah watak dan perwujudan dari berbagai penyingkapan watak yang rusak, dan kemudian mengatasinya dengan mencari kebenaran, adalah hal paling mendasar yang harus orang capai dalam mengejar perubahan watak.
Kutipan 54
Tugas apa pun yang kaulaksanakan atau profesi apa pun yang kaupelajari, makin banyak engkau belajar, engkau harus menjadi makin mahir, dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan; dengan demikian, pelaksanaan tugasmu akan menjadi makin baik. Ada orang-orang yang tidak bersikap teliti dalam melaksanakan tugas apa pun, dan tidak mencari kebenaran untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Mereka selalu menginginkan orang lain untuk membimbing dan membantu mereka, bahkan sampai meminta orang lain untuk mengajari mereka sembari mengerjakan segala sesuatunya bersama mereka dan mengerjakannya untuk mereka, tanpa berusaha sendiri. Mereka terus-menerus mengandalkan orang lain dan tidak bisa melakukan apa pun tanpa bantuan mereka. Ini membuat mereka tidak berguna, bukan? Tugas apa pun yang sedang kaulaksanakan, engkau harus mengerahkan segenap hatimu untuk mempelajari segala sesuatu. Jika engkau tidak memiliki pengetahuan profesional, maka pelajarilah pengetahuan profesional. Jika engkau tidak memahami kebenaran, maka carilah kebenaran. Jika engkau memahami kebenaran dan mendapatkan pengetahuan profesional, engkau akan dapat menggunakannya saat melaksanakan tugasmu dan memperoleh hasil. Inilah orang yang memiliki bakat sejati dan pengetahuan nyata. Jika engkau sama sekali tidak mempelajari pengetahuan profesional selama tugasmu, tidak mengejar kebenaran, maka jerih payahmu tidak akan sesuai standar yang diharapkan; jadi, bagaimana engkau dapat berbicara tentang melaksanakan tugasmu? Untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, engkau harus mempelajari banyak ilmu yang bermanfaat dan memperlengkapi dirimu dengan banyak kebenaran. Engkau tidak boleh berhenti belajar, tidak boleh berhenti mencari, dan tidak boleh berhenti memperbaiki kelemahanmu dengan belajar dari orang lain. Apa pun kelebihan orang lain, atau dalam hal apa mereka lebih baik daripadamu, engkau harus belajar dari mereka. Dan lebih dari itu, engkau harus belajar dari siapa pun yang memahami kebenaran lebih baik daripadamu. Dengan melaksanakan tugasmu dengan cara seperti ini selama beberapa tahun, engkau akan memahami kebenaran dan memasuki kenyataannya, dan pelaksanaan tugasmu juga akan sesuai standar yang diharapkan. Engkau akan menjadi orang yang memiliki kebenaran dan kemanusiaan, orang yang memiliki kenyataan kebenaran. Ini dicapai dengan mengejar kebenaran. Bagaimana engkau dapat mencapai hasil tersebut tanpa melaksanakan sebuah tugas? Ini adalah peninggian Tuhan terhadap dirimu. Jika engkau tidak mengejar kebenaran ketika melaksanakan tugasmu dan merasa puas hanya dengan berjerih payah, apa konsekuensinya? Di satu sisi, engkau tidak akan melaksanakan tugas-tugasmu dengan cukup baik. Di sisi lain, engkau tidak akan memiliki kesaksian berdasarkan pengalaman yang nyata dan tidak akan memperoleh kebenaran. Tanpa menunjukkan apa pun dalam kedua hal ini, dapatkah engkau memperoleh perkenanan Tuhan? Itu tidak akan mungkin. Oleh karena itu, orang sama sekali tidak akan dapat memperoleh perkenanan Tuhan dengan merasa puas telah berjerih payah. Mengira dirimu mampu mendapatkan upah dan masuk ke dalam kerajaan surga hanya dengan berjerih payah adalah angan-angan! Sikap macam apa itu? Ingin memperoleh berkat hanya dengan berjerih payah jelas berarti melakukan tawar-menawar dengan Tuhan, sebuah upaya untuk mengelabui Tuhan. Tuhan tidak berkenan akan orang yang berjerih payah yang seperti itu. Watak apa yang mengendalikan seseorang ketika mereka bersikap asal-asalan, atau ketika mereka melakukan kecurangan dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka? Watak congkak, watak keras kepala, dan watak yang tidak mencintai kebenaran—bukankah mereka dikendalikan oleh hal-hal ini? (Ya.) Apakah engkau memperlihatkan perwujudan seperti ini? (Ya.) Sering, kadang-kadang, atau hanya dalam hal-hal tertentu? (Sering.) Sikapmu dalam mengakui keadaan tersebut sangat tulus, dan engkau memiliki hati yang jujur, tetapi mengakuinya saja tidak cukup; itu tidak akan mengubah watakmu. Jadi, apa yang harus dilakukan untuk mengubah watakmu? Ketika, dalam pelaksanaan tugasmu, engkau bersikap asal-asalan, memperlihatkan watak yang congkak, atau memiliki sikap tidak hormat, engkau harus segera datang ke hadirat Tuhan dalam doa, merenungkan dirimu sendiri, dan mengenali watak rusak macam apa yang engkau singkapkan. Selain itu, engkau harus memahami bagaimana watak tersebut muncul dan bagaimana mengubahnya. Tujuan dari memahami hal ini adalah untuk mengalami perubahan. Jadi, apa yang harus orang lakukan untuk mengalami perubahan? Orang harus mulai mengetahui, melalui penyingkapan dan penghakiman firman Tuhan, esensi dari watak rusak mereka—betapa buruk dan kejamnya watak mereka, tidak berbeda dari watak Iblis dan setan. Hanya setelah itulah, mereka akan dapat membenci diri mereka sendiri dan membenci Iblis; hanya setelah itulah, mereka dapat memberontak terhadap diri mereka sendiri dan memberontak terhadap Iblis. Hanya dengan cara seperti ini orang dapat menerapkan kebenaran. Ketika orang bertekad untuk menerapkan kebenaran, mereka juga harus menerima pemeriksaan Tuhan dan pendisiplinan-Nya. Jadi, harus ada unsur kerja sama yang aktif dari pihak mereka. Bagaimana mereka harus bekerja sama? Ketika melaksanakan tugas, begitu orang berpikir bahwa "itu sudah cukup baik", mereka harus mengoreksinya. Orang tidak boleh memiliki pemikiran seperti itu. Ketika watak congkak muncul, orang harus berdoa kepada Tuhan, mengakui watak rusak mereka, segera merenungkan diri mereka, mencari firman Tuhan, dan menerima penghakiman dan didikan-Nya. Dengan cara ini, orang akan dapat memiliki hati yang bertobat, dan keadaan dalam diri mereka akan berubah. Apa tujuan melakukan hal ini? Tujuannya adalah untuk membuatmu sungguh-sungguh berubah, dan mampu melaksanakan tugas dengan setia, dan tunduk kepada Tuhan serta menerima teguran dan pendisiplinan-Nya dengan sepenuh hati. Dengan melakukannya, keadaanmu akan berubah. Ketika engkau mulai kembali bersikap asal-asalan, dan kembali memperlakukan tugas-tugasmu dengan sikap tidak hormat, jika engkau mampu dengan cepat berbalik karena pendisiplinan dan teguran Tuhan, bukankah engkau akan menghindarkan dirimu melakukan pelanggaran? Apakah bertumbuh dalam hidup ini adalah hal yang baik atau hal yang buruk? Ini hal yang baik. Ketika engkau menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan, hatimu akan tenang, penuh sukacita, dan bebas dari penyesalan. Itulah damai dan sukacita yang sesungguhnya.
Mudah bagi orang untuk memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya ketika mereka memiliki watak yang rusak, tetapi ini bukan berarti tidak ada harapan bagi mereka untuk diselamatkan. Tuhan telah datang untuk melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia dan telah mengungkapkan banyak kebenaran; tergantung pada apakah orang mampu menerima kebenaran ini atau tidak. Jika orang mampu menerima kebenaran, mereka akan dapat memperoleh keselamatan. Jika mereka tidak menerima kebenaran dan mampu menyangkal dan mengkhianati Tuhan, mereka akan sepenuhnya binasa—mereka hanya dapat menunggu untuk dimusnahkan di tengah bencana. Tidak seorang pun dapat menghindari nasib ini. Orang harus menghadapi fakta ini. Ada orang-orang yang berkata, "Aku terus-menerus menyingkap watak yang rusak, dan aku tidak pernah bisa berubah. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku memang seperti ini? Apakah Tuhan tidak menyukaiku? Apakah Dia membenciku?" Apakah ini sikap yang tepat? Apakah ini cara berpikir yang tepat? (Tidak.) Jika orang memiliki watak yang rusak, mereka tentu saja akan menyingkapkannya. Mereka tidak dapat meredamnya, meskipun mereka ingin, jadi mereka merasa bahwa tidak ada harapan untuk mereka. Padahal, hal ini belum tentu demikian. Itu tergantung pada apakah orang tersebut mampu menerima kebenaran atau tidak, apakah mereka mampu mengandalkan Tuhan dan memandang kepada-Nya atau tidak. Fakta bahwa manusia sering memperlihatkan watak yang rusak membuktikan bahwa hidup mereka dikendalikan oleh watak Iblis yang rusak, dan bahwa esensi mereka adalah esensi Iblis. Orang harus mengakui dan menerima fakta ini. Ada perbedaan antara esensi natur manusia dan esensi Tuhan. Apa yang harus mereka lakukan setelah mengakui fakta ini? Ketika manusia memperlihatkan watak yang rusak; ketika mereka memanjakan diri mereka dalam kenikmatan daging dan semakin jauh dari Tuhan; atau ketika Tuhan bekerja dengan cara yang bertentangan dengan gagasan mereka sendiri, dan mereka mengeluh, mereka harus segera menyadari bahwa ini adalah masalah dan watak yang rusak; itu adalah pemberontakan terhadap Tuhan, penentangan terhadap Tuhan; itu tidak sesuai dengan kebenaran dan dibenci oleh Tuhan. Ketika orang menyadari hal-hal ini, mereka seharusnya tidak mengeluh atau menjadi negatif dan kehilangan semangat, apalagi kesal; sebaliknya, mereka harus mampu mengenal diri mereka secara lebih mendalam. Selain itu, mereka harus dapat datang ke hadapan Tuhan secara proaktif dan menerima teguran dan pendisiplinan Tuhan, dan mereka harus segera membalikkan keadaan mereka sehingga mereka mampu menerapkan sesuai dengan kebenaran dan firman Tuhan, dan dapat bertindak sesuai dengan prinsip. Dengan cara ini, hubunganmu dengan Tuhan akan semakin normal, begitu pula dengan keadaan di dalam dirimu. Engkau akan mampu mengenali watak yang rusak, esensi kerusakan, dan berbagai keadaan Iblis yang buruk dengan semakin jelas. Engkau tidak lagi akan mengucapkan perkataan yang bodoh dan kekanak-kanakan seperti "Iblis yang menggangguku", atau "itu adalah gagasan yang Iblis berikan kepadaku". Sebaliknya, engkau akan memiliki pengetahuan yang akurat tentang watak yang rusak, tentang esensi manusia yang menentang Tuhan, dan tentang esensi Iblis. Engkau akan memiliki cara yang lebih akurat untuk menangani hal-hal ini dan hal-hal ini tidak akan mengekangmu. Engkau tidak akan menjadi lemah atau kehilangan imanmu kepada Tuhan dan keselamatan-Nya karena engkau telah memperlihatkan sedikit watak rusakmu, atau melakukan pelanggaran, atau telah melakukan tugasmu dengan asal-asalan, atau karena engkau sering mendapati dirimu dalam keadaan pasif dan negatif. Engkau tidak akan hidup di tengah keadaan seperti itu, tetapi akan menghadapi watak rusakmu sendiri dengan benar, dan mampu memiliki kehidupan rohani yang normal. Ketika orang memperlihatkan watak yang rusak, jika mereka mampu merenungkan diri mereka sendiri, datang ke hadirat Tuhan dalam doa, mencari kebenaran, dan mengenali serta menganalisis esensi dari watak rusak mereka, sehingga mereka tidak akan lagi dikendalikan dan dikekang oleh watak rusak mereka, tetapi mampu menerapkan kebenaran, maka mereka akan mulai menempuh jalan menuju keselamatan. Dengan menerapkan dan mengalami seperti ini, orang akan mampu membuang watak rusak mereka dan membebaskan diri mereka dari pengaruh Iblis. Bukankah dengan demikian mereka sudah hidup di hadapan Tuhan dan memperoleh kebebasan dan kelepasan? Inilah jalan untuk menerapkan dan memperoleh kebenaran, dan juga jalan menuju keselamatan. Watak yang rusak berakar sedemikian dalam di dalam diri manusia; esensi Iblis dan naturnya mengendalikan pemikiran, perilaku, dan pikiran orang. Namun, semua ini menjadi tidak berarti jika dihadapkan pada kebenaran, pekerjaan Tuhan, dan penyelamatan Tuhan; itu tidak menjadi halangan. Apa pun watak rusak yang mungkin dimiliki seseorang, atau kesulitan apa pun yang mereka hadapi, atau kendala apa pun itu, ada jalan yang dapat diambil, ada cara untuk membereskannya, dan ada kebenaran yang sesuai untuk menyelesaikannya. Dengan demikian, bukankah ada harapan bagi manusia untuk diselamatkan? Ya, ada harapan bagi manusia untuk diselamatkan.
Kutipan 55
Baik dalam melaksanakan tugas ataupun dalam mempelajari pengetahuan profesional, orang haruslah tekun, dan mulai menangani segala sesuatunya berdasarkan prinsip. Jangan melakukan hal-hal ini dengan sikap yang tidak sungguh-sungguh atau asal-asalan. Tujuan mempelajari pengetahuan profesional adalah agar orang dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan mengerahkan segenap kemampuan mereka dalam melakukannya—ini adalah sesuatu yang harus sama-sama orang lakukan dengan baik. Jika orang tidak mau melaksanakan tugas mereka dengan baik dan selalu mencari alasan dan dalih untuk tidak mempelajari pengetahuan profesional, ini menunjukkan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, dan mereka tidak ingin melaksanakan tugas mereka dengan baik untuk membalas kasih-Nya. Bukankah orang seperti ini tidak memiliki hati nurani dan nalar? Bukankah orang yang memiliki karakter seperti ini merepotkan? Bukankah mereka sangat sulit untuk diatur? Meskipun orang sedang mempelajari suatu profesi, mereka juga harus mencari kebenaran dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Orang tidak boleh melampaui ruang lingkup ini, dan orang tidak boleh bingung, seperti orang tidak percaya. Bagaimanakah sikap orang tidak percaya terhadap pekerjaan? Banyak dari mereka hanya melewati hari-hari mereka sambil lalu dan menyia-nyiakan waktu mereka, bekerja ala kadarnya setiap hari hanya demi upah harian, dan melakukan segala sesuatu dengan cara yang asal-asalan kapan pun mereka mau. Mereka tidak peduli akan efisiensi, atau tidak bertindak berdasarkan hati nurani, dan mereka tidak bersikap serius dan bertanggung jawab. Mereka tidak berkata, "Ini telah dipercayakan kepadaku, jadi aku harus bertanggung jawab sampai selesai, aku harus menangani masalah ini dengan baik, dan memikul tanggung jawab ini." Mereka tidak memiliki hati nurani ini. Selain itu, orang tidak percaya memiliki sejenis watak rusak tertentu. Ketika mereka mengajarkan suatu pengetahuan profesional atau keterampilan kepada orang lain, mereka berpikir, "Begitu murid mengetahui semua yang diketahui gurunya, guru itu pun akan kehilangan mata pencahariannya. Jika aku mengajarkan semua yang kuketahui kepada orang lain, maka tak seorang pun akan menghormati atau mengagumiku lagi dan aku akan sama sekali kehilangan statusku sebagai seorang guru. Ini tidak dapat diterima. Aku tidak boleh mengajari mereka semua yang kuketahui, aku harus menahan sesuatu. Aku akan mengajari mereka hanya delapan puluh persen dari apa yang kuketahui dan menyimpan sisanya; inilah satu-satunya cara untuk memperlihatkan bahwa keterampilanku lebih unggul daripada keterampilan orang lain." Watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang licik. Ketika mengajar orang lain, membantu mereka, atau membagikan sesuatu yang kaupelajari kepada mereka, bagaimanakah seharusnya sikapmu? (Aku harus berusaha sebaik mungkin dan tidak boleh menahan sesuatu.) Bagaimana agar orang tidak menahan sesuatu? Jika engkau berkata, "Aku tidak menahan apa pun yang telah kupelajari, dan tidak masalah bagiku untuk memberitahukan tentang hal itu kepada engkau semua. Bagaimanapun, kualitasku lebih tinggi daripada kualitas kalian, dan aku masih bisa memahami hal-hal yang lebih tinggi"—itu artinya engkau masih menahan sesuatu dan bersikap penuh perhitungan. Atau jika engkau berkata, "Aku akan mengajari kalian hal-hal dasar yang telah kupelajari, itu bukan masalah besar. Aku masih memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, dan sekalipun kalian mempelajari semua ini, kalian tetap saja tidak akan secanggih diriku"—itu berarti engkau masih menahan sesuatu. Jika orang sangat egois, mereka tidak akan mendapatkan berkat Tuhan. Orang harus belajar untuk memikirkan maksud-maksud Tuhan. Engkau harus menyumbangkan hal-hal terpenting dan esensial yang telah kaupahami untuk rumah Tuhan, sehingga umat pilihan Tuhan mampu mempelajari dan menguasainya hal-hal tersebut—itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan berkat Tuhan, dan Dia akan mengaruniakan jauh lebih banyak kepadamu. Sebagaimana dikatakan, "Lebih berbahagia memberi daripada menerima." Engkau harus mengabdikan seluruh bakat dan karuniamu kepada Tuhan, memperlihatkannya dalam pelaksanaan tugasmu agar semua orang dapat memperoleh manfaat, dan mencapai hasil dalam tugas mereka. Jika engkau menyumbangkan seluruh karunia dan bakatmu, itu akan bermanfaat bagi semua orang yang melaksanakan tugas itu, dan bagi pekerjaan gereja. Jangan hanya memberi tahu orang hal-hal sederhana lalu menganggap apa yang telah kaulakukan itu sudah cukup baik atau menganggap engkau tidak menahan apa pun—engkau tidak boleh melakukan hal seperti ini. Engkau hanya mengajarkan beberapa teori atau hal-hal yang dapat dipahami orang secara harfiah, sedangkan pokok-pokok yang penting dan mendasar tak mampu dipahami oleh pemula. Engkau hanya memberikan garis besarnya, tanpa menjabarkan atau merincinya, sambil tetap berpikir dalam hatimu, "Yah, bagaimanapun juga, aku telah memberitahukannya kepadamu, dan aku tidak bermaksud menahan apa pun. Jika engkau tidak mengerti, itu karena kualitasmu terlalu buruk, jadi jangan salahkan aku. Kita lihat saja bagaimana Tuhan akan membimbingmu sekarang." Pemikiran seperti ini mengandung kelicikan, bukan? Bukankah itu egois dan tercela? Mengapa engkau tidak mau mengajarkan kepada orang-orang segala sesuatu yang ada di hatimu dan semua yang engkau pahami? Mengapa engkau malah menahan pengetahuan? Ini adalah masalah dengan niat dan watakmu. Ketika kebanyakan orang pertama kali diperkenalkan pada beberapa aspek khusus dari pengetahuan profesional, mereka hanya mampu memahami makna harfiahnya; mereka perlu berlatih selama jangka waktu tertentu sebelum dapat memahami pokok-pokok dan esensi utamanya. Jika engkau telah memahami pokok-pokok dan esensi utama ini, engkau harus memberitahukannya kepada orang lain secara langsung; jangan membuat mereka mengambil jalan memutar dan menghabiskan begitu banyak waktu untuk memahami semua itu. Ini adalah tanggung jawabmu; itulah yang harus engkau lakukan. Engkau bukan saja tidak akan menahan apa pun, dan engkau bukan saja tidak bersikap egois, jika engkau memberi tahu mereka apa yang kauyakini sebagai esensi dan poin utamanya. Ketika engkau semua mengajarkan keterampilan kepada orang lain, menyampaikan kepada mereka tentang keahlianmu, atau mempersekutukan jalan masuk kehidupan, jika engkau tidak mampu membereskan aspek egois dan tercela dari watak rusakmu, engkau tidak akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, yang berarti dalam hal ini, engkau bukanlah orang yang memiliki kemanusiaan, hati nurani, dan nalar, atau bukan orang yang menerapkan kebenaran. Engkau harus mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakmu, dan mencapai titik di mana engkau tidak memiliki motif yang egois, dan engkau hanya memikirkan maksud-maksud Tuhan. Dengan cara demikian, engkau akan memiliki kenyataan kebenaran. Sungguh melelahkan jika orang tidak mengejar kebenaran dan hidup berdasarkan watak Iblis seperti orang tidak percaya. Persaingan merajalela di antara orang-orang tidak percaya. Menguasai esensi dari suatu keterampilan atau profesi bukanlah hal yang mudah, dan begitu orang lain mengetahuinya, dan menguasainya, mata pencaharian orang akan terancam. Untuk melindungi mata pencaharian itu, orang didorong untuk bertindak dengan cara ini—mereka harus selalu bersikap waspada. Apa yang telah mereka kuasai adalah mata uang mereka yang paling berharga, itu adalah mata pencaharian mereka, modal mereka, sumber kehidupan mereka, dan mereka tidak boleh membiarkan orang lain menguasainya. Namun, engkau percaya kepada Tuhan—jika engkau berpikir seperti ini dan bertindak seperti ini di rumah Tuhan, engkau tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran, dan terus hidup berdasarkan falsafah Iblis, engkau bukanlah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Jika engkau selalu memiliki motif yang egois dan berpikiran picik saat melaksanakan tugasmu, engkau tidak akan menerima berkat Tuhan.
Setelah menjadi percaya kepada Tuhan, engkau telah makan dan minum firman Tuhan, serta menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, jadi sudahkah engkau merenungkan watak rusakmu dan mulai mengenalinya? Apakah prinsip-prinsip yang kaugunakan dalam berbicara dan bertindak, pandanganmu tentang segala sesuatu, serta prinsip dan tujuanmu dalam berperilaku sudah berubah? Jika engkau masih tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya, maka Tuhan tidak akan mengakui kepercayaanmu kepada-Nya. Dia akan menganggapmu masih orang tidak percaya, dan menganggapmu masih menempuh jalan orang tidak percaya. Oleh karena itu, baik dalam perilakumu maupun dalam pelaksanaan tugasmu, engkau harus melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan, dan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, membereskan watak rusak yang kauperlihatkan, dan membereskan pemikiran, pandangan, dan penerapanmu yang keliru. Di satu sisi, engkau harus menemukan masalahnya dengan cara merenungkan dirimu dan memeriksa dirimu sendiri. Di sisi lain, engkau juga harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, dan ketika engkau menemukan watak yang rusak, engkau harus segera membereskannya, memberontak terhadap daging, dan mengabaikan kehendakmu sendiri. Setelah engkau membereskan watak rusakmu, engkau tidak akan lagi bertindak berdasarkan watak rusakmu, dan engkau akan mampu melepaskan niat dan kepentinganmu sendiri, serta melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Ini adalah kenyataan kebenaran yang harus dimiliki oleh pengikut Tuhan sejati. Jika engkau mampu merenungkan dirimu, mengenal dirimu sendiri, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah dengan cara seperti ini, berarti engkau adalah orang yang mengejar kebenaran. Kepercayaan kepada Tuhan memerlukan kerjasama seperti ini, dan mampu menerapkan dengan cara seperti ini adalah hal yang paling diberkati oleh Tuhan. Mengapa Kukatakan hal ini? Karena engkau sedang bertindak demi pekerjaan gereja, demi kepentingan rumah Tuhan, dan demi kepentingan saudara-saudari, dan engkau juga sekaligus sedang menerapkan kebenaran. Inilah tepatnya yang Tuhan perkenan; ini adalah perbuatan baik, dan jika engkau menerapkan kebenaran dengan cara seperti ini, engkau menjadi kesaksian bagi Tuhan. Sebaliknya, jika engkau tidak melakukannya, jika engkau tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya, bertindak berdasarkan prinsip yang digunakan orang tidak percaya dalam menangani berbagai hal, dan berdasarkan cara-cara mereka berperilaku, apakah melakukan seperti ini menjadi kesaksian? (Tidak.) Apa akibatnya jika engkau melakukannya? (Ini akan mempermalukan Tuhan.) Ini akan mempermalukan Tuhan! Mengapa engkau menurutmu ini akan mempermalukan Tuhan? (Karena Tuhan telah memilih kita, mengungkapkan begitu banyak kebenaran, membimbing kita secara pribadi, membekali kita, dan menyirami kita, tetapi kita tidak menerima atau menerapkan kebenaran, dan kita tetap hidup berdasarkan hal-hal dari Iblis, serta tidak menjadi kesaksian di hadapan Iblis. Ini mempermalukan Tuhan). (Jika orang yang percaya kepada Tuhan telah mendengar-Nya mempersekutukan begitu banyak kebenaran dan jalan penerapan, tetapi saat mereka bertindak, mereka masih hidup berdasarkan falsafah hidup orang tidak percaya tentang cara berinteraksi dengan orang lain, bersikap sangat licik dan mementingkan diri sendiri, mereka bahkan lebih buruk dan lebih jahat daripada orang tidak percaya). Engkau semua mungkin sedikit mengerti tentang masalah ini. Orang-orang makan dan minum firman Tuhan, menikmati semua yang Tuhan sediakan, tetapi mereka tetap mengikuti Iblis. Hal apa pun atau lingkungan sulit apa pun yang menimpa mereka, mereka tetap tak mampu mendengarkan firman Tuhan atau tunduk kepada Tuhan, mereka tidak mencari kebenaran, dan mereka tidak tetap teguh dalam kesaksian mereka. Bukankah ini berarti mengkhianati Tuhan? Sesungguhnya, ini berarti mengkhianati Tuhan. Ketika Tuhan membutuhkanmu, engkau tidak mendengarkan panggilan-Nya atau firman-Nya, tetapi malah mengikuti tren orang tidak percaya, mengindahkan Iblis, mengikuti Iblis, dan menerapkan cara berpikir Iblis, prinsip-prinsip Iblis dan metode hidup Iblis. Ini berarti mengkhianati Tuhan. Bukankah mengkhianati Tuhan berarti menghujat dan mempermalukan Tuhan? Ingat Adam dan Hawa di Taman Eden—Tuhan berfirman: "Dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau tidak boleh memakannya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati" (Kejadian 2:17). Perkataan siapakah ini? (Perkataan Tuhan.) Apakah ini perkataan biasa? (Bukan.) Perkataan apakah ini? Perkataan ini adalah kebenaran, perkataan ini adalah apa yang harus manusia patuhi, dan cara yang harus manusia terapkan. Tuhan memberi tahu manusia bagaimana memperlakukan pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Prinsip penerapannya adalah tidak memakannya, dan Dia kemudian memberi tahu manusia apa akibatnya jika mereka memakannya—mereka pasti akan mati pada hari mereka memakannya. Kepada manusia diberitahukan prinsip penerapannya dan akibatnya. Setelah mendengarnya, apakah mereka memahaminya atau tidak? (Mereka memahaminya.) Mereka, sebenarnya, memahami firman Tuhan, tetapi kemudian mereka mendengar ular itu berkata, "Tuhan berfirman bahwa engkau semua pasti akan mati pada hari engkau memakan buah dari pohon itu, tetapi engkau belum tentu mati. Engkau boleh saja mencobanya," dan setelah Iblis berkata demikian, mereka menuruti perkataannya, lalu mereka makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu. Ini berarti mengkhianati Tuhan. Mereka tidak memilih untuk mendengarkan firman Tuhan dan menerapkannya. Mereka tidak melakukan apa yang Tuhan perintahkan, tetapi malah percaya dan menerima perkataan Iblis, dan bertindak sesuai dengan perkataannya. Apa akibatnya? Perilaku dan pendekatan mereka pada dasarnya mengkhianati dan mempermalukan Tuhan, dan akibatnya mereka pun dirusak oleh Iblis dan menjadi makin bobrok. Manusia sekarang sama seperti Adam dan Hawa pada waktu itu. Mereka mendengar firman Tuhan tetapi tidak menerapkannya, mereka bahkan memahami kebenaran tetapi tidak menerapkannya. Pada dasarnya ini sama seperti Adam dan Hawa yang tidak mengindahkan firman Tuhan atau perintah-perintah-Nya—ini berarti mengkhianati dan mempermalukan Tuhan. Ketika manusia mengkhianati dan mempermalukan Tuhan, akibatnya adalah mereka terus dirusak dan dikendalikan oleh Iblis, dan dikendalikan oleh watak Iblis dalam diri mereka. Oleh karena itu, mereka tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari pengaruh Iblis, atau melepaskan diri dari bujukan, pencobaan, serangan, manipulasi, dan pemangsaan Iblis. Jika engkau tidak mampu melepaskan diri dari hal-hal ini, hidupmu akan sangat menyakitkan dan menyusahkan, dan tidak akan ada kedamaian dan sukacita di dalamnya. Segala sesuatu akan terasa hampa bagimu, dan engkau bahkan mungkin ingin mencari kematian untuk mengakhiri semuanya. Seperti inilah keadaan menyedihkan orang-orang yang hidup di bawah kuasa Iblis.
Kutipan 56
Ketika sejumlah orang menjabat sebagai pemimpin atau pekerja, mereka selalu takut melakukan kesalahan, disingkapkan, dan disingkirkan sehingga mereka sering berkata kepada orang lain, "Engkau sebaiknya tidak menjadi pemimpin. Begitu terjadi kesalahan, engkau akan disingkirkan, dan tidak ada jalan untuk kembali!" Bukankah pernyataan ini sebuah kekeliruan? Apa maksudnya "tidak ada jalan untuk kembali"? Pemimpin dan pekerja macam apa yang disingkirkan? Mereka semua adalah orang-orang jahat yang selalu mengacau dan mengganggu pekerjaan gereja meskipun sudah diperingatkan berulang kali. Jika seseorang melakukan kesalahan hanya karena tingkat pertumbuhannya kecil, kualitasnya rendah, atau karena kurangnya pengalaman, asalkan dapat menerima kebenaran dan sungguh-sungguh bertobat, akankah rumah Tuhan menyingkirkannya? Bahkan jika orang tersebut tidak dapat melakukan pekerjaan nyata apa pun, tugasnya hanya akan disesuaikan dengan kemampuannya. Lantas, apakah orang-orang yang mengatakan hal tersebut tidak sedang memutarbalikkan fakta? Apakah mereka tidak menyebarkan gagasan untuk menyesatkan orang lain? Para pemimpin dan pekerja di rumah Tuhan dipilih secara demokratis, namun bukan berarti siapa pun yang menginginkan peran ini bisa mendapatkannya. Rumah Tuhan memperlakukan para pemimpin dan pekerja berdasarkan prinsip kebenaran; hanya para pemimpin palsu yang tidak menerima kebenaran sama sekali, dan para antikristus yang mengejar ketenaran, keuntungan, status, serta yang dengan tegas menolak untuk bertobat yang akan disingkirkan. Mereka yang bisa menerima kebenaran, yang menerima pemangkasan, dan yang benar-benar bertobat, tidak akan disingkirkan. Mereka yang menyebarkan gagasan bahwa "menjadi pemimpin itu terlalu berisiko," pasti punya niat dan tujuan. Tujuan mereka adalah untuk menyesatkan orang, menghentikan orang lain untuk menjadi pemimpin, dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Apakah orang yang demikian tidak menyimpan motif tersembunyi? Jika engkau khawatir akan disingkirkan, seharusnya engkau berhati-hati, berdoa dan bertobat kepada Tuhan, serta menerima kebenaran agar engkau dapat memperbaiki kesalahan. Bukankah ini akan menyelesaikan masalah? Jika seseorang melakukan kesalahan lalu dihadapkan pada pemangkasan, namun mereka tidak menerima kebenaran, tidak memiliki niat untuk benar-benar bertobat, terus bersikap asal-asalan, dan mengacau, mereka harus disingkirkan. Beberapa orang ketika menjabat sebagai pemimpin atau pekerja, mereka menjadi berani dan lancang, lalu berbicara dan bertindak tanpa batasan moral sama sekali, serta berusaha mengelabui semua orang. Mereka tidak hanya gagal menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, namun mereka juga mengejar dan mengucilkan orang-orang yang melaporkan masalah kepada Yang di Atas. Ketika Yang di Atas mengetahui masalah ini dan meminta pertanggungjawaban, mereka menjadi penakut seperti tikus, dan secara tegas menolak untuk mengakui apa yang telah mereka lakukan. Mereka berpikir bahwa jika mereka menolak untuk mengakuinya, mereka bisa lolos begitu saja dan rumah Tuhan tidak akan meneruskan masalah tersebut. Apakah sesederhana itu? Rumah Tuhan akan memeriksa masalah ini dengan jelas, kemudian menanganinya berdasarkan prinsip; siapa pun yang bertanggung jawab tidak akan bisa melarikan diri. Ketika seseorang tidak mau mencari kebenaran dalam tindakannya, bertindak sewenang-wenang, ceroboh, menuruti keinginannya sendiri, berdebat dan berpura-pura, serta dengan tegas menolak untuk mengakui kesalahannya saat persoalan muncul, masalah apakah ini? Apakah ini sikap yang benar? Apakah dengan berdebat, berpura-pura, dan bersikeras menolak mengakui tindakan mereka dapat menyelesaikan masalah? Apakah sikap ini sejalan dengan kebenaran? Apakah ada ketundukan yang sejati di dalamnya? Mereka takut melakukan kesalahan lalu terungkap dan dilaporkan, mereka takut rumah Tuhan akan meminta pertanggungjawaban mereka, dan mereka takut dihakimi, dikutuk, dan disingkirkan. Apakah ada masalah dengan ketakutan ini? Ketakutan ini bukanlah hal yang positif; dari mana asalnya? (Watak rusak Iblis dalam dirinya.) Benar. Jadi, apa sebenarnya yang ada dalam ketakutan ini? Mari kita menganalisisnya. Mengapa mereka takut? Ketakutan mereka berasal dari kekhawatiran bahwa jika kesalahan mereka terungkap, mereka akan diberhentikan dan digantikan sehingga kehilangan status dan penghidupan mereka. Oleh karena itu, mereka berbohong, berdebat dan bersikeras menolak untuk mengakui kesalahan mereka. Berdasarkan sikap ini, tersingkaplah apakah mereka termasuk orang-orang yang menerima kebenaran, orang-orang yang congkak dan merasa paling benar, dan apakah mereka termasuk orang-orang yang licik. Bukankah mereka setan? Mereka akhirnya menunjukkan sifat aslinya. Pada saat seperti apa orang paling tersingkap? Ketika sesuatu menimpa mereka, khususnya ketika kelakuan buruk mereka disingkapkan, lihatlah bagaimana sikap mereka—saat-saat inilah mereka paling tersingkap. Kepicikan, kelicikan, tipu muslihat, dan penolakan keras mereka untuk mengakui kesalahan, dan tindakan sejenisnya—semua watak mereka yang rusak ini muncul secara bersamaan. Bukankah ini saat yang paling mudah untuk mengenali orang? Ada orang-orang yang tidak yakin bahwa rumah Tuhan mampu memperlakukan orang dengan adil. Mereka tidak yakin bahwa Tuhan berkuasa di rumah-Nya, bahwa kebenaran berkuasa di sana. Mereka yakin bahwa tugas apa pun yang dikerjakan, jika masalah muncul dalam tugas itu, rumah Tuhan akan segera menanganinya, mencabut haknya dalam melaksanakan tugas, mengusir mereka, atau bahkan mengeluarkan mereka dari gereja. Benarkah seperti itu? Tentu saja tidak. Rumah Tuhan memperlakukan setiap orang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Tuhan itu benar dalam memperlakukan setiap orang. Dia tidak hanya melihat bagaimana orang berperilaku dalam satu kali peristiwa; Dia melihat esensi natur orang itu, melihat niatnya, sikapnya, dan Dia terutama melihat apakah orang itu mampu merenungkan dirinya sendiri ketika melakukan kesalahan, apakah mereka menyesal, apakah mereka mampu memahami esensi masalahnya berdasarkan firman-Nya, memahami kebenaran, membenci dirinya sendiri, dan sungguh-sungguh bertobat. Jika seseorang tidak memiliki sikap yang benar ini, dan sepenuhnya dipalsukan oleh niat pribadi, dipenuhi dengan rencana licik dan penyingkapan watak yang rusak, dan berpura-pura ketika masalah muncul, menyesatkan, dan membenarkan diri sendiri, serta dengan keras kepala menolak untuk mengakui perbuatannya, artinya orang tersebut tidak dapat diselamatkan. Mereka sama sekali tidak menerima kebenaran dan telah tersingkap sepenuhnya. Orang yang tidak benar dan orang yang tidak bisa menerima kebenaran sedikit pun pada hakikatnya adalah orang yang tidak beriman dan hanya bisa diusir. Bagaimana mungkin pengikut yang bukan orang percaya yang menjadi pemimpin dan pekerja, tidak disingkapkan dan disingkirkan? Pengikut yang bukan orang percaya, apa pun tugas yang mereka laksanakan, paling cepat tersingkap karena watak rusak yang mereka miliki terlalu banyak dan terlalu kentara. Terlebih lagi, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran dan bertindak sembarangan dan sewenang-wenang. Pada akhirnya, ketika mereka disingkirkan dan kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasnya, mereka mulai khawatir, dan berpikir, "Aku sudah selesai. Jika aku tidak diizinkan melaksanakan tugasku, aku tidak bisa diselamatkan. Apa yang harus kulakukan?" Kenyataannya, Surga akan selalu memberikan jalan keluar bagi manusia. Ada satu jalan terakhir, yaitu dengan sungguh-sungguh bertobat, segera menyebarkan Injil dan memenangkan orang-orang, serta memperbaiki kesalahan mereka dengan melakukan perbuatan baik. Jika mereka tidak mengambil jalan ini, mereka benar-benar tamat. Jika mereka memiliki nalar dan mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai bakat apa pun, mereka harus membekali diri mereka dengan kebenaran dan berlatih untuk menyebarkan Injil—ini juga merupakan pelaksanaan tugas. Hal ini sepenuhnya bisa dilakukan. Jika seseorang mengakui bahwa dirinya disingkirkan karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, namun tetap tidak menerima kebenaran dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun, dan justru membiarkan dirinya putus asa, bukankah itu bodoh dan tolol? Katakan pada-Ku, jika seseorang melakukan kesalahan, tetapi mampu memiliki pemahaman yang benar dan mau bertobat, apakah rumah Tuhan tidak akan memberinya kesempatan? Karena rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun akan segera berakhir, ada begitu banyak tugas yang harus dilaksanakan. Namun, jika orang tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan melalaikan tugas mereka, jika mereka telah memperoleh kesempatan untuk melaksanakan tugas tetapi tidak tahu bahwa mereka harus menghargainya, tidak sedikit pun mengejar kebenaran, membiarkan waktu yang optimal berlalu begitu saja, maka mereka akan disingkapkan. Jika engkau selalu bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk ketika menghadapi dirimu dipangkas, akankah rumah Tuhan tetap memakaimu untuk melaksanakan tugas? Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, bukan Iblis. Tuhan-lah yang menjadi penentu keputusan atas segalanya. Dialah yang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, Dialah yang berdaulat atas segala sesuatu. Tidak perlu bagimu untuk menganalisis apa yang benar dan apa yang salah; tugasmu hanyalah mendengarkan dan tunduk. Ketika menghadapi dirimu dipangkas, engkau harus menerima kebenaran dan mampu memperbaiki kesalahanmu. Jika engkau melakukannya, rumah Tuhan tidak akan mencabut hakmu dalam melaksanakan tugas. Jika engkau selalu takut disingkirkan, selalu mencari-cari alasan, selalu membenarkan dirimu, itu berarti masalah. Jika engkau membiarkan orang lain melihat bahwa engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, dan engkau tidak mau menerima penalaran apa pun, engkau berada dalam masalah. Gereja akan berkewajiban untuk menanganimu. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu dan selalu takut dirimu disingkapkan dan disingkirkan, artinya ketakutanmu ini dinodai oleh niat manusia dan watak Iblis yang rusak dalam dirimu, dan oleh kecurigaan, sikap waspada, dan kesalahpahaman. Orang tidak boleh memiliki satu pun dari sikap-sikap ini. Engkau harus mulai dengan menyelesaikan ketakutanmu, juga kesalahpahamanmu tentang Tuhan. Bagaimana kesalahpahaman seseorang tentang Tuhan muncul? Ketika seseorang merasa segala sesuatunya berjalan lancar baginya, dia pasti tidak akan salah paham terhadap Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhan itu baik, bahwa Tuhan itu mulia, bahwa Tuhan itu benar, bahwa Tuhan itu penyayang dan penuh kasih, bahwa Tuhan itu benar dalam segala sesuatu yang Dia lakukan. Namun, ketika dia dihadapkan pada sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasannya, dia berpikir, "Tampaknya Tuhan tidak terlalu benar, setidaknya dalam hal ini." Apakah ini bukan kesalahpahaman? Bagaimana mungkin Tuhan tidak lagi benar? Apa yang menyebabkan kesalahpahamanmu ini? Apa yang membuatmu memiliki pendapat dan pemahaman bahwa Tuhan itu tidak benar? Dapatkah engkau mengatakan alasannya dengan pasti? Kalimat yang mana? Dalam hal apa? Situasi seperti apa? Katakanlah, agar semua orang dapat membedakannya dan melihat apakah engkau mampu membuktikannya. Dan ketika seseorang salah paham terhadap Tuhan atau menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasannya, sikap apa yang seharusnya dia miliki? (Sikap yang mencari kebenaran dan tunduk.) Dia harus terlebih dahulu tunduk dan merenungkan: "Aku tidak mengerti, tetapi aku akan tunduk karena inilah yang telah Tuhan lakukan dan bukan sesuatu yang harus dianalisis manusia. Selain itu, aku tidak boleh meragukan firman Tuhan atau pekerjaan-Nya karena firman Tuhan adalah kebenaran." Bukankah inilah sikap yang seharusnya orang miliki? Jika engkau memiliki sikap seperti ini, apakah kesalahpahamanmu tetap akan menjadi masalah? (Tidak akan.) Itu tidak akan lagi memengaruhi atau mengganggu pelaksanaan tugasmu. Apakah menurutmu orang yang menyimpan kesalahpahaman saat melaksanakan tugasnya bisa setia? Atau apakah orang yang tidak memiliki kesalahpahaman yang bisa setia? (Orang yang tidak menyimpan kesalahpahaman dalam pelaksanaan tugasnya yang bisa setia.) Ini berarti engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap yang tunduk. Terlebih dari itu, engkau setidaknya harus percaya bahwa Tuhan adalah kebenaran, bahwa Tuhan itu benar, dan bahwa semua yang Tuhan lakukan adalah benar. Inilah prasyarat yang menentukan apakah engkau dapat setia dalam melaksanakan tugasmu. Jika engkau memenuhi kedua prasyarat ini, dapatkah kesalahpahaman di hatimu mempengaruhi pelaksanaan tugasmu? (Tidak.) Keduanya tidak berpengaruh. Ini berarti engkau tidak akan membawa kesalahpahaman ini ke dalam pelaksanaan tugasmu. Pertama, engkau harus menyelesaikannya sejak awal, memastikan kesalahpahaman hanya berada dalam tahap awal. Apa yang harus engkau lakukan selanjutnya? Selesaikan sampai ke akar-akarnya. Bagaimana cara mengatasinya? Mari kita baca bersama beberapa bagian firman Tuhan yang terkait dengan masalah ini. Lalu bersekutulah tentang mengapa Tuhan bertindak sedemikian rupa, apa maksud Tuhan, dan apa hasil yang dapat dicapai dari Tuhan yang bekerja dengan cara ini. Bersekutulah secara menyeluruh mengenai hal ini, maka engkau semua akan memiliki pemahaman tentang Tuhan dan mampu tunduk kepada-Nya. Jika engkau tidak menyelesaikan kesalahpahamanmu tentang Tuhan dan membawa gagasan ke dalam pelaksanaan tugasmu dengan mengatakan, "Dalam hal ini, tuhan bertindak salah dan aku tidak akan tunduk. Aku akan menentang masalah ini dan aku akan berdebat dengan rumah tuhan. Aku tidak percaya ini perbuatan tuhan"—watak apakah ini? Ini adalah watak khas Iblis. Kata-kata seperti itu tidak boleh diucapkan oleh manusia; itu bukanlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Jika engkau mampu melawan Tuhan dengan cara ini, apakah engkau layak melaksanakan tugas ini? Engkau tidak layak. Engkau adalah setan dan engkau tidak memiliki kemanusiaan, maka engkau tidak layak melaksanakan tugas. Bagi orang yang memiliki nalar, ketika timbul kesalahpahaman tentang Tuhan dalam dirinya, mereka akan berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran dalam firman Tuhan, dan cepat atau lambat, mereka akan memahami masalahnya dengan jelas. Inilah yang harus dilakukan orang-orang.
Ada banyak hal yang tidak dapat dipahami atau diterima oleh manusia dalam prosesnya mengalami pekerjaan Tuhan. Asalkan mereka memiliki hati yang tunduk, permasalahan ini akan terselesaikan secara bertahap, dan mereka akan menemukan jawabannya dalam firman Tuhan. Bahkan jika mereka tidak mampu memahaminya pada saat ini, mereka akan menemukan jawabannya secara alami setelah memiliki pengalaman selama bertahun-tahun. Jika, setiap kali seseorang menghadapi masalah selalu tidak bisa menerima dan selalu berselisih dengan para pemimpin dan pekerja, atau berdebat dengan rumah Tuhan, apakah dia termasuk orang yang bernalar? Untuk mengikuti Tuhan, seseorang setidaknya harus memiliki nalar kemanusiaan yang normal dan juga dasar iman, barulah mereka akan mudah untuk tunduk kepada Tuhan. Jika engkau selalu menentang Tuhan dan menempatkan dirimu melawan-Nya, kemudian engkau tidak mencari kebenaran atau memiliki hati yang bertobat, maka engkau tidak layak untuk melaksanakan tugas atau mengikuti Tuhan, dan engkau tidak layak untuk menerima amanat-Nya. Jika engkau tidak memiliki iman yang sejati, tetapi engkau masih melaksanakan tugas dan mengikuti Tuhan, engkau tidak akan dapat memiliki pijakan yang kokoh, dan engkau pasti akan disingkirkan. Bukankah ini hanya menimbulkan masalah bagimu? Ini yang disebut mempermalukan diri sendiri. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan kesalahpahaman tentang Tuhan, sikap yang harus dimiliki manusia adalah tunduk terlebih dahulu, dan percaya bahwa apa pun yang dikerjakan Tuhan adalah benar. Jangan mempercayai pandangan dan penilaianmu sendiri—jika engkau selalu mempercayai penilaian dan pandanganmu sendiri, itu artinya masalah. Engkau bukanlah Tuhan; engkau tidak memiliki kebenaran. Engkau adalah orang yang wataknya rusak; engkau semua bisa membuat kesalahan, dan engkau masih belum memahami kebenaran. Jika engkau tidak memahami kebenaran, apakah Tuhan menghukummu? Tuhan tidak menghukummu, tapi engkau harus mencari kebenaran. Tuhan memberimu kesempatan dan waktu untuk mencari, dan Dia sedang menunggu. Menunggu apa? Menunggu engkau untuk mencari kebenaran selama periode ini. Begitu engkau memahami dan tunduk, segalanya akan baik-baik saja, dan Tuhan tidak akan mengingat hal ini atau menghukummu. Namun, jika engkau terus melakukan kesalahan lama yang sama, engkau benar-benar tamat dan tidak dapat ditebus.
Kutipan 57
Sekarang engkau semua sudah sedikit mampu mengenali watak rusak yang kauperlihatkan. Setelah engkau mampu mengetahui dengan jelas hal-hal rusak apa yang masih cenderung kauperlihatkan secara teratur, dan hal-hal apa yang masih cenderung kaulakukan yang bertentangan dengan kebenaran, akan menjadi mudah mentahirkan watak rusakmu. Mengapa, dalam banyak hal, orang tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri? Karena setiap saat, dan dalam segala hal, mereka dikendalikan oleh watak rusak mereka, yang membatasi dan mengganggu mereka dalam segala hal. Ketika segala sesuatunya berjalan baik, dan mereka tidak tersandung atau menjadi negatif, beberapa orang selalu merasa diri mereka memiliki tingkat pertumbuhan, dan tidak memikirkannya ketika mereka melihat orang jahat, pemimpin palsu, atau antikristus yang disingkapkan dan disingkirkan. Mereka bahkan akan menyombongkan diri di depan semua orang dengan berkata, "Orang lain bisa tersandung, tetapi aku tidak. Orang lain mungkin tidak mengasihi Tuhan, tetapi aku mengasihi Tuhan." Mereka mengira mereka mampu tetap teguh dalam kesaksian mereka dalam situasi atau keadaan apa pun. Dan hasilnya? Ketika tiba saatnya mereka diuji, mereka pun mengeluh dan mengomel tentang Tuhan. Bukankah ini kegagalan, bukankah ini berarti tersandung? Tidak ada yang lebih menyingkapkan orang daripada ketika mereka diuji. Tuhan memeriksa lubuk hati manusia, dan kapan pun itu, manusia sama sekali tidak boleh membanggakan diri. Apa pun yang mereka banggakan, dalam hal itulah mereka, cepat atau lambat, akan tersandung suatu hari nanti. Ketika mereka melihat orang lain tersandung dan gagal dalam keadaan tertentu, mereka tidak memikirkannya, dan bahkan berpikir bahwa mereka sendiri tidak mungkin melakukan kesalahan, bahwa mereka akan mampu tetap teguh—tetapi mereka juga akhirnya tersandung dan gagal dalam keadaan yang sama. Bagaimana ini bisa terjadi? Itu karena manusia tidak sepenuhnya memahami esensi natur mereka sendiri; pengetahuan mereka tentang masalah esensi natur mereka sendiri masih kurang dalam, jadi menerapkan kebenaran sangat berat bagi mereka. Sebagai contoh, ada orang-orang yang sangat curang, dan tidak jujur dalam perkataan dan perbuatan mereka, tetapi jika engkau bertanya kepada mereka dalam hal apa watak rusak mereka paling parah, mereka berkata, "Aku sedikit licik." Mereka hanya mengatakan bahwa mereka sedikit licik, tetapi mereka tidak mengatakan bahwa natur mereka sendiri licik, dan mereka tidak mengatakan bahwa mereka adalah orang yang licik. Pengenalan mereka akan keadaan rusak mereka sendiri tidak sedalam itu, dan mereka tidak memandangnya dengan serius, atau memandangnya seteliti orang lain. Dari sudut pandang orang lain, orang ini sangat licik dan sangat bengkok, dan terdapat tipu muslihat dalam semua yang mereka katakan, dan perkataan serta tindakan mereka tidak pernah jujur—tetapi orang seperti itu tidak mampu mengenal diri mereka sendiri sedalam itu. Pengetahuan apa pun yang kebetulan mereka miliki hanyalah pengetahuan yang dangkal. Setiap kali mereka berbicara dan bertindak, mereka memperlihatkan sebagian dari natur mereka, tetapi mereka tidak menyadari hal ini. Jadi, mereka yakin bahwa tindakan mereka bukanlah perwujudan kerusakan, mereka mengira mereka telah menerapkan kebenaran—tetapi bagi orang-orang yang mengamati, orang ini sangat bengkok dan licik, dan perkataan serta tindakan mereka sangat tidak jujur. Dengan kata lain, manusia memiliki pemahaman yang sangat dangkal mengenai natur mereka sendiri, dan ada perbedaan yang sangat besar antara pemahaman ini dan firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkapkan diri mereka. Ini bukan berarti ada kekeliruan dalam apa yang Tuhan singkapkan, tetapi ini berarti kurangnya pemahaman manusia yang mendalam akan natur mereka sendiri. Manusia tidak memiliki pemahaman yang mendasar atau esensial tentang diri mereka sendiri; sebaliknya, mereka berfokus dan mencurahkan upaya mereka untuk mengetahui tindakan dan perwujudan lahiriah mereka. Sekalipun beberapa orang kadang kala mampu mengatakan sedikit tentang pengenalan mereka akan diri sendiri, itu tidak akan terlalu mendalam. Tak seorang pun pernah berpikir bahwa mereka adalah jenis orang tertentu atau bahwa mereka memiliki jenis natur tertentu karena mereka memang telah melakukan jenis hal tertentu atau telah memperlihatkan satu hal tertentu. Tuhan telah menyingkapkan natur dan esensi manusia, tetapi yang orang pahami adalah bahwa cara mereka melakukan segala sesuatu dan cara mereka berbicara cacat dan rusak; akibatnya, adalah tugas yang relatif berat bagi mereka untuk menerapkan kebenaran. Orang mengira bahwa kesalahan mereka hanyalah perwujudan sesaat yang terlihat secara tidak sengaja, bukan tersingkapnya natur mereka. Ketika orang berpikir seperti ini, sangat sulit bagi mereka untuk benar-benar mengenal diri sendiri, dan sangat sulit bagi mereka untuk memahami dan menerapkan kebenaran. Karena mereka tidak memahami kebenaran dan tidak haus akan kebenaran, ketika menerapkan kebenaran, mereka hanya mengikuti peraturan secara asal-asalan. Manusia tidak menganggap natur mereka sendiri sangatlah buruk, dan yakin bahwa mereka tidak buruk hingga mencapai taraf mereka harus dimusnahkan atau dihukum. Padahal menurut standar Tuhan, manusia sudah dirusak sedemikian dalamnya, mereka masih sangat jauh dari standar untuk menerima keselamatan, karena mereka hanya memiliki pendekatan tertentu yaitu untuk di luarnya mereka tidak terlihat melanggar kebenaran, padahal sebenarnya, mereka tidak menerapkan kebenaran dan tidak tunduk kepada Tuhan.
Adanya perubahan pada perilaku atau tingkah laku orang bukan berarti adanya perubahan dalam natur mereka. Alasannya adalah karena perubahan pada tingkah laku orang tidak dapat secara mendasar mengubah penampilan asli mereka, apalagi mengubah natur mereka. Hanya jika orang memahami kebenaran, mengenal esensi natur mereka sendiri, dan mampu menerapkan kebenaran, barulah penerapan mereka akan cukup mendalam dan menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar mematuhi seperangkat aturan. Cara orang menerapkan kebenaran sekarang ini masih belum memenuhi standar, dan tidak dapat sepenuhnya mencapai semua yang menjadi tuntutan kebenaran. Orang hanya menerapkan sebagian kebenaran, dan hanya pada saat mereka berada dalam keadaan dan situasi tertentu barulah mereka mampu menerapkan sedikit kebenaran; ini bukan berarti mereka mampu menerapkan kebenaran dalam semua keadaan dan semua situasi. Terkadang, ketika orang merasa bahagia dan keadaan mereka baik, atau ketika mereka bersekutu dengan orang lain dan mereka memiliki jalan penerapan di dalam hati mereka, mereka untuk sementara waktu mampu melakukan beberapa hal yang sesuai dengan kebenaran. Namun, ketika mereka hidup dengan orang-orang yang negatif dan tidak mengejar kebenaran, dan mereka dipengaruhi oleh orang-orang ini, di dalam hatinya, mereka kehilangan jalan mereka, dan mereka tak mampu menerapkan kebenaran. Ini memperlihatkan bahwa tingkat pertumbuhan mereka terlalu kecil, dan bahwa mereka masih belum benar-benar memahami kebenaran. Ada beberapa orang yang, jika dibimbing dan dituntun oleh orang yang tepat, mampu menerapkan kebenaran; tetapi jika mereka disesatkan dan diganggu oleh pemimpin palsu atau antikristus, mereka bukan saja tidak mampu menerapkan kebenaran, mereka juga cenderung disesatkan hingga mau mengikuti orang-orang tersebut. Orang-orang semacam itu masih berada dalam bahaya, bukan? Orang semacam ini, dengan tingkat pertumbuhan seperti ini, tidak mungkin mampu menerapkan kebenaran dalam segala hal dan situasi. Sekalipun mereka benar-benar menerapkan kebenaran, itu hanya akan terjadi ketika mereka berada dalam suasana hati yang baik atau dibimbing oleh orang lain; tanpa adanya orang baik untuk menuntun mereka, akan ada kalanya mereka mampu melakukan hal-hal yang melanggar kebenaran, dan mereka akan menyimpang dari firman Tuhan. Dan mengapa ini terjadi? Ini terjadi karena engkau hanya mengetahui sedikit tentang keadaanmu, dan engkau tidak mengenal esensi naturmu sendiri, dan engkau belum mencapai tingkat pertumbuhan yang mampu memberontak terhadap daging dan menerapkan kebenaran; dengan demikian, engkau tidak memiliki kendali atas apa yang akan kaulakukan di masa depan, dan tidak dapat menjamin bahwa engkau akan mampu tetap teguh dalam keadaan atau ujian apa pun. Ada kalanya engkau berada dalam suatu keadaan dan engkau mampu menerapkan kebenaran, dan engkau tampak telah sedikit berubah, tetapi, dalam keadaan yang berbeda, engkau tidak mampu menerapkan kebenaran. Ini adalah sesuatu yang tak mampu kaukendalikan. Terkadang engkau mampu menerapkan kebenaran dan terkadang engkau tak mampu. Di satu waktu, engkau paham, dan di waktu berikutnya, engkau bingung. Saat ini, engkau tidak melakukan sesuatu yang buruk, tetapi mungkin tak lama kemudian, engkau akan melakukannya. Hal ini membuktikan bahwa hal-hal rusak masih ada di dalam dirimu, dan jika engkau tidak mampu benar-benar mengenal dirimu sendiri, hal-hal tersebut tidak akan mudah untuk diselesaikan. Jika engkau tidak bisa memperoleh pemahaman menyeluruh tentang watak rusakmu sendiri, dan pada akhirnya dapat melakukan hal-hal yang menentang Tuhan, engkau berada dalam bahaya. Jika engkau mampu benar-benar mengenal naturmu, dan membencinya, engkau akan mampu mengendalikan dirimu sendiri, memberontak terhadap dirimu sendiri, dan menerapkan kebenaran.
Orang-orang pada zaman sekarang tidak memprioritaskan diri mereka untuk menerapkan dan masuk ke dalam kebenaran, mereka hanya berfokus memahami dan mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin, mereka mengira itu sudah cukup untuk memuaskan kebutuhan psikologis mereka sendiri, dan untuk tidak merasa kesal atau negatif. Sekalipun persekutuan tentang kebenaran sangat membantumu pada saat itu, engkau tidak menerapkan kebenaran tersebut setelahnya—apa masalahnya di sini? Masalahnya adalah perhatianmu hanya tertuju pada memahami atau mendengarkan kebenaran, tetapi engkau tidak berfokus untuk menerapkannya. Adakah di antaramu yang sudah meringkaskan bagaimana cara menerapkan unsur kebenaran tertentu, atau berapa banyak keadaan yang berkaitan dengan unsur kebenaran tersebut? Tidak ada! Bagaimana agar engkau dapat meringkaskan hal-hal ini? Engkau harus telah mengalaminya sendiri untuk mampu meringkaskan hal-hal ini; mempersekutukan beberapa kata dan doktrin saja tidak ada gunanya. Inilah kesulitan terbesar manusia—tidak merasa tertarik untuk menerapkan kebenaran. Apakah orang mampu menerapkan kebenaran atau tidak, itu tergantung pada pengejaran mereka. Ada orang-orang yang memperlengkapi diri mereka dengan kebenaran untuk mengabarkan Injil, ada juga yang melengkapi diri mereka dengan kebenaran untuk memberitahukan dan memamerkannya kepada orang lain, bukan untuk menerapkan kebenaran tersebut dan bukan untuk mengubah diri mereka. Orang-orang yang menaruh perhatian pada hal-hal ini sulit untuk menerapkan kebenaran. Ini adalah kesulitan manusia lainnya. Ada orang-orang yang berkata: "Aku merasa bahwa aku sekarang mampu menerapkan beberapa kebenaran; bukan seolah-olah aku sama sekali tak mampu menerapkan kebenaran apa pun. Dalam keadaan tertentu, aku mampu melakukan hal-hal sesuai dengan kebenaran, yang berarti aku termasuk orang yang menerapkan dan memiliki kebenaran." Dibandingkan sebelumnya atau ketika engkau pertama kali mulai percaya kepada Tuhan, keadaanmu telah sedikit berubah. Di masa lalu, engkau tidak memahami apa pun, engkau juga tidak mengetahui apa artinya kebenaran atau apa artinya watak yang rusak. Sekarang engkau telah mengetahui beberapa hal tentangnya, dan engkau memiliki beberapa pendekatan yang baik, tetapi ini berarti hanya sebagian kecil dari dirimu yang berubah; ini bukanlah perubahan watakmu yang sesungguhnya, karena engkau tidak mampu menerapkan kebenaran yang lebih jauh dan lebih mendalam, yang berkaitan dengan naturmu. Dibandingkan dengan masa lalumu, engkau memang sudah agak berubah, tetapi perubahan ini hanyalah perubahan kecil dalam kemanusiaanmu; jika dibandingkan dengan perubahan watak, engkau masih jauh. Ini berarti engkau belum mencapai sasaran dalam hal menerapkan kebenaran. Terkadang, orang berada dalam keadaan di mana mereka tidak merasa negatif, dan mereka memiliki tenaga, tetapi mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki jalan untuk mengetahui dan menerapkan kebenaran, dan mereka tidak tertarik untuk mencari tahu bagaimana cara menerapkan kebenaran. Bagaimana ini bisa terjadi? Terkadang engkau tidak mampu memahami jalan tersebut, jadi engkau hanya mengikuti aturan, dan menganggap dirimu sedang menerapkan kebenaran, dan akibatnya engkau masih saja tidak mampu mengatasi kesulitan-kesulitanmu. Engkau merasa dalam hatimu bahwa engkau sedang menerapkan kebenaran dan sedang menunjukkan kesetiaanmu, dan engkau heran mengapa masalah-masalah masih saja muncul. Ini karena engkau bertindak berdasarkan niat baikmu, dan menggunakan upaya-upaya subjektifmu—engkau tidak mencari tahu maksud Tuhan, engkau tidak bertindak berdasarkan tuntutan kebenaran, atau mematuhi prinsip-prinsip kebenaran. Akibatnya, engkau selalu merasa berada jauh di bawah standar Tuhan, hatimu merasa gelisah, dan engkau menjadi negatif tanpa menyadarinya. Keinginan subjektif dan upaya subjektif seseorang jauh dari tuntutan kebenaran, dan itu juga berbeda naturnya. Cara-cara lahiriah manusia tidak bisa menggantikan kebenaran, dan cara-cara tersebut tidak dilakukan sepenuhnya sesuai dengan keinginan Tuhan, sedangkan kebenaran adalah pengungkapan maksud Tuhan yang sesungguhnya. Ada orang-orang yang mengabarkan Injil berpikir, "Aku telah banyak menderita dan membayar harga, dan aku sibuk sepanjang hari memberitakan Injil. Bagaimana mungkin Engkau mengatakan bahwa aku tidak menerapkan kebenaran?" Kalau begitu, Aku bertanya kepadamu: berapa banyak kebenaran yang kaumiliki di dalam hatimu? Berapa banyak hal yang kaulakukan yang sesuai dengan kebenaran ketika engkau memberitakan Injil? Apakah engkau memahami maksud Tuhan? Engkau bahkan tidak mampu mengatakannya apakah engkau hanya sedang melakukan tindakan ataukah engkau sedang menerapkan kebenaran, karena engkau hanya berfokus menggunakan tindakan-tindakanmu untuk memuaskan Tuhan, dan untuk mendapatkan perkenanan Tuhan, dan engkau tidak menggunakan standar "memuaskan Tuhan dengan mencari maksud-Nya agar sesuai dengan kebenaran dalam segala hal" untuk mengukur dirimu. Jika engkau mengatakan bahwa engkau sedang menerapkan kebenaran, sudah sebanyak apakah perubahan watakmu selama periode ini? Sudah bertumbuh sebanyak apakah kasihmu kepada Tuhan? Dengan mengukur dirimu seperti ini, hatimu akan tahu dengan jelas apakah engkau sedang menerapkan kebenaran atau tidak.
Kutipan 58
Apa yang engkau semua ketahui tentang perubahan watak? Perubahan watak pada dasarnya berbeda dengan perubahan perilaku, dan keduanya juga berbeda dalam penerapannya—semuanya pada dasarnya berbeda. Kebanyakan orang memberikan penekanan khusus pada perilaku dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, sebagai akibatnya terjadi perubahan tertentu dalam perilaku mereka. Setelah mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka berhenti merokok dan mabuk-mabukan, dan mereka tidak lagi bertengkar dengan orang lain, lebih memilih untuk bersabar ketika mereka menderita kerugian. Mereka mengalami beberapa perubahan perilaku. Beberapa orang merasa bahwa begitu mereka percaya kepada Tuhan, mereka memahami kebenaran dengan membaca firman Tuhan; mereka telah mengalami pekerjaan Roh Kudus, dan mereka memiliki kenikmatan sejati di dalam hati mereka, dan itu membuat mereka sangat bersemangat, dan tidak ada satu pun yang tidak mampu mereka tinggalkan atau derita. Meskipun demikian, setelah percaya selama delapan, sepuluh, atau bahkan dua puluh atau tiga puluh tahun, karena tidak ada perubahan dalam watak hidup mereka, pada akhirnya, mereka kembali jatuh ke jalan-jalan mereka yang lama; kecongkakan dan kesombongan mereka semakin terasa, mereka mulai bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan keuntungan, mereka mengingini uang gereja, mereka merasa iri kepada orang-orang yang memanfaatkan rumah Tuhan. Mereka menjadi parasit dan hama di dalam rumah Tuhan, dan beberapa bahkan disingkapkan dan disingkirkan sebagai pemimpin palsu dan antikristus. Dan fakta ini membuktikan apa? Sekadar perubahan pada perilaku tidak akan bertahan; jika tidak ada perubahan dalam watak hidup orang, maka cepat atau lambat, mereka akan memperlihatkan diri mereka yang sebenarnya. Ini karena perubahan perilaku muncul karena mereka bersemangat, dan dengan adanya sedikit pekerjaan Roh Kudus pada waktu itu, menjadi sangat mudah bagi mereka untuk menjadi bersemangat, atau memiliki niat yang baik untuk waktu yang singkat. Sebagaimana dikatakan orang-orang tidak percaya, "Melakukan satu perbuatan baik itu mudah, yang sulit adalah melakukan perbuatan baik seumur hidup." Mengapa manusia tidak mampu melakukan perbuatan baik seumur hidup mereka? Karena pada dasarnya, manusia itu jahat, egois, dan rusak. Perilaku manusia diarahkan oleh natur mereka; apa pun natur mereka, seperti itulah perilaku yang mereka perlihatkan dan hanya apa yang orang perlihatkan secara alamilah yang merepresentasikan natur orang tersebut. Hal-hal yang palsu tidak akan bertahan. Ketika Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia, itu bukanlah untuk menghiasi manusia dengan perilaku yang baik—pekerjaan Tuhan adalah untuk mengubah watak manusia, membuat mereka lahir kembali menjadi manusia baru. Penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian Tuhan terhadap manusia semuanya bertujuan untuk mengubah watak mereka sehingga mereka mencapai ketundukan dan kesetiaan mutlak kepada Tuhan, dan menyembah Tuhan secara normal. Inilah tujuan pekerjaan Tuhan. Memiliki perilaku yang baik tidak sama dengan menaati Tuhan, apalagi menjadi serupa dengan Kristus. Perubahan dalam perilaku didasarkan pada doktrin dan lahir dari semangat—bukan didasarkan pada pengenalan yang benar akan Tuhan, atau kebenaran, dan perubahan itu tidak didasarkan pada bimbingan Roh Kudus. Walaupun ada waktu-waktu di mana sebagian dari apa yang manusia lakukan dicerahkan atau dibimbing oleh Roh Kudus, ini bukanlah penyingkapan hidup mereka. Mereka belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan watak hidup mereka sama sekali belum berubah. Sebaik apa pun perilaku seseorang, itu tidak membuktikan mereka tunduk kepada Tuhan atau mereka menerapkan kebenaran. Perubahan perilaku tidak merepresentasikan perubahan dalam watak hidup dan itu tidak bisa dianggap sebagai penyingkapan hidup. Jadi, ketika engkau semua melihat ada orang-orang yang mampu melakukan sesuatu untuk gereja selama masa-masa mereka bersemangat, dan bahkan mampu melepaskan beberapa hal, jangan memuji atau menyanjung mereka, jangan menganggap mereka orang-orang yang memiliki kenyataan kebenaran atau orang-orang yang mengasihi Tuhan. Menganggap mereka seperti ini adalah keliru, menyesatkan dan berbahaya bagi mereka. Namun, engkau juga jangan memadamkan semangat mereka; bimbing saja mereka menuju kebenaran dan menempuh jalan mengejar hidup. Mereka yang sering kali bersemangat biasanya memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk maju. Kebanyakan dari mereka merindukan kebenaran dan merupakan orang-orang yang telah Tuhan tentukan sejak semula dan Tuhan pilih. Mereka yang berapi-api dan yang rela mengorbankan diri bagi Tuhan kebanyakan adalah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam mengorbankan diri bagi Tuhan dan tidak bersedia melaksanakan tugas mereka bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Mereka yang suam-suam kuku dalam iman mereka dan mudah menjadi negatif kebanyakan adalah orang yang tidak mampu tetap teguh. Ketika menghadapi sedikit kesulitan, mereka mundur, dan ketika menghadapi penganiayaan dan kesengsaraan, mereka kabur dan melepaskan iman mereka. Hanya mereka yang memiliki iman yang besar dan penuh semangat yang dapat bertahan dalam waktu yang lama, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, dan yang secara berangsur masuk ke jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan. Sedangkan mereka yang memiliki sedikit iman dan kurang bersemangat, akan sulit bagi mereka untuk mengikuti Tuhan sampai akhir.
Jika orang memiliki banyak perilaku baik, itu bukan berarti mereka memiliki kenyataan kebenaran. Hanya jika engkau menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai prinsip, barulah engkau dapat memiliki kenyataan kebenaran. Hanya jika engkau takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, barulah engkau dapat memiliki kenyataan kebenaran. Beberapa orang memiliki semangat, mampu membicarakan doktrin, mengikuti aturan, dan melakukan banyak perbuatan baik, tetapi yang dapat dikatakan tentang mereka hanyalah bahwa mereka memiliki sedikit kemanusiaan. Mereka yang mampu membicarakan doktrin dan selalu mengikuti aturan belum tentu menerapkan kebenaran. Meskipun apa yang mereka katakan itu benar dan terdengar seperti bebas dari masalah, mereka tidak mengatakan apa pun dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan esensi kebenaran. Oleh karena itu, sebanyak apa pun doktrin yang mampu orang katakan, itu bukan berarti mereka memahami kebenaran, dan sebanyak apa pun doktrin yang mereka pahami, mereka tidak mampu menyelesaikan masalah apa pun. Semua ahli teori agama mampu menjelaskan Alkitab, tetapi pada akhirnya, mereka semua jatuh, karena mereka tidak menerima seluruh kebenaran yang telah Tuhan ungkapkan. Orang-orang yang telah mengalami perubahan dalam watak mereka berbeda; mereka telah memahami kebenaran, mereka mampu membedakan segala sesuatu, mereka tahu cara bertindak sesuai dengan maksud Tuhan, cara bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran, dan cara bertindak agar menyenangkan Tuhan, dan mereka memahami sifat dari kerusakan yang mereka singkapkan. Ketika ide-ide dan gagasan mereka sendiri disingkapkan, mereka mampu bersikap arif dan memberontak terhadap daging. Dengan cara demikianlah perubahan watak mereka diwujudkan. Perwujudan utama dari orang yang telah mengalami perubahan watak adalah mereka mulai dapat dengan jelas memahami kebenaran, dan ketika melakukan sesuatu, mereka melakukan kebenaran dengan cukup akurat dan mereka tidak sering menyingkapkan kerusakan. Secara umum, mereka yang wataknya telah berubah tampak sangat berakal sehat dan arif, dan karena pemahaman mereka akan kebenaran, mereka tidak menyingkapkan terlalu banyak sikap yang membenarkan diri sendiri atau kecongkakan. Mereka dapat melihat banyak kerusakan yang telah disingkapkan di dalam diri mereka dengan jelas dan membedakannya, sehingga mereka tidak menjadi congkak. Mereka mampu memiliki pemahaman yang saksama tentang di mana manusia harus menempatkan dirinya dan tentang hal-hal yang harus mereka lakukan yang masuk akal, tentang cara menjadi taat, tentang apa yang boleh dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan, dan tentang apa yang harus dikatakan serta apa yang harus dilakukan dan kepada siapa itu dikatakan dan dilakukan. Oleh karena itu, orang-orang yang wataknya telah berubah relatif masuk akal, dan hanya orang-orang semacam itulah yang benar-benar hidup dalam keserupaan dengan manusia. Karena mereka memahami kebenaran, mereka mampu berbicara dan melihat segala sesuatu sesuai dengan kebenaran, dan mereka berprinsip dalam segala sesuatu yang mereka lakukan; mereka tidak tunduk pada pengaruh orang, peristiwa, atau hal-hal dan mereka semua memiliki pandangan mereka sendiri dan dapat mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran. Watak mereka relatif stabil, mereka tidak terombang-ambing, dan apa pun keadaan yang mereka hadapi, mereka mengerti cara melakukan tugas-tugas mereka dengan benar dan cara berperilaku untuk kepuasan Tuhan. Mereka yang wataknya telah berubah tidak berfokus pada apa yang harus dilakukan secara lahiriah untuk membuat orang lain berpikir baik tentang mereka; di lubuk hatinya mereka telah memahami dengan jelas apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Oleh karena itu, di luarnya, mereka mungkin tidak tampak sangat bersemangat atau telah melakukan sesuatu yang sangat penting, tetapi segala sesuatu yang mereka lakukan bermakna, bernilai, dan membuahkan hasil yang nyata. Mereka yang wataknya telah berubah pasti memiliki banyak kenyataan kebenaran, dan ini dapat ditegaskan melalui cara pandang mereka tentang berbagai hal dan prinsip-prinsip yang mendasari cara mereka bertindak. Mereka yang belum memperoleh kebenaran sama sekali belum mencapai perubahan dalam watak hidupnya. Bagaimana sebenarnya cara mencapai perubahan dalam watak? Manusia telah sangat dirusak oleh Iblis, mereka semua menentang Tuhan, dan mereka semua memiliki natur yang menentang Tuhan. Tuhan menyelamatkan manusia dengan mengubah mereka yang memiliki natur yang menentang Tuhan dan yang bisa menentang Tuhan menjadi orang yang tunduk dan takut akan Tuhan. Inilah artinya menjadi orang yang wataknya telah berubah. Betapapun rusaknya orang atau sebanyak apa pun watak rusak yang mereka miliki, selama mereka mampu menerima kebenaran, menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, dan menerima berbagai ujian dan pemurnian, mereka akan memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan, dan pada saat yang sama mereka akan mampu melihat dengan jelas esensi natur mereka sendiri. Ketika mereka benar-benar mengenal diri mereka sendiri, mereka akan mampu membenci diri mereka sendiri dan membenci Iblis, dan mereka akan bersedia memberontak terhadap Iblis, dan sepenuhnya tunduk kepada Tuhan. Begitu orang memiliki tekad ini, mereka akan mampu mengejar kebenaran. Jika manusia memiliki pengetahuan yang benar tentang Tuhan, jika watak Iblis dalam diri mereka dimurnikan, dan firman Tuhan berakar di dalam diri mereka, dan telah menjadi hidup dan dasar keberadaan mereka, jika mereka hidup berdasarkan firman Tuhan, dan telah sepenuhnya berubah dan menjadi manusia baru—maka ini bisa dianggap sebagai perubahan dalam watak hidup mereka. Perubahan dalam watak bukan berarti memiliki kemanusiaan yang dewasa dan berpengalaman, juga bukan berarti watak lahiriah orang menjadi lebih lembut daripada sebelumnya, bahwa mereka dahulu congkak tetapi sekarang dapat berkomunikasi dengan pantas, atau mereka dahulu tidak mau mendengarkan siapa pun tetapi sekarang dapat sedikit mendengarkan orang lain; perubahan-perubahan lahiriah semacam ini tidak dapat dikatakan sebagai perubahan watak. Tentu saja, perubahan watak memang mencakup perwujudan seperti itu, tetapi unsur yang paling penting adalah bahwa secara batin, hidup mereka telah berubah. Ini sepenuhnya karena firman Tuhan dan kebenaran telah berakar di dalam diri mereka, memerintah di dalam diri mereka, dan telah menjadi hidup mereka. Pandangan mereka tentang segala sesuatu juga telah berubah. Mereka dapat mengetahui yang sebenarnya mengenai apa yang sedang terjadi di dunia dan dengan umat manusia, bagaimana Iblis merusak umat manusia, bagaimana si naga merah yang sangat besar menentang Tuhan, dan esensi si naga merah yang sangat besar. Mereka mampu membenci si naga merah yang sangat besar dan Iblis di dalam hati mereka, dan mereka dapat sepenuhnya berbalik dan mengikut Tuhan. Ini berarti watak hidup mereka telah berubah, dan mereka telah didapatkan oleh Tuhan. Perubahan dalam watak hidup merupakan perubahan yang mendasar, sedangkan perubahan dalam perilaku bersifat lahiriah. Hanya orang yang telah mencapai perubahan dalam watak hidup adalah orang yang telah memperoleh kebenaran, dan hanya merekalah yang telah didapatkan oleh Tuhan.
Semua manusia yang rusak hidup untuk kepentingan mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Manusia percaya kepada Tuhan demi kepentingan mereka sendiri; ketika mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, tujuannya adalah untuk diberkati, dan ketika mereka loyal kepada-Nya, tujuannya adalah untuk mendapatkan upah. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan untuk diberkati, diberi upah, dan masuk ke dalam kerajaan surga. Di tengah masyarakat, orang bekerja untuk keuntungan diri mereka sendiri, dan di rumah Tuhan, mereka melaksanakan tugas dengan tujuan untuk diberkati. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: tidak ada bukti yang lebih kuat mengenai natur Iblis dalam diri manusia dibandingkan hal ini. Orang-orang yang wataknya telah berubah berbeda, mereka merasa bahwa hidup yang bermakna adalah hidup berdasarkan kebenaran, bahwa dasar menjadi manusia adalah tunduk kepada Tuhan, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, bahwa menerima amanat Tuhan adalah tanggung jawab yang sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan, bahwa hanya orang yang melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan yang layak disebut manusia—dan jika mereka tidak mampu mengasihi Tuhan dan membalas kasih-Nya, mereka tidak layak disebut manusia. Mereka merasa bahwa hidup untuk kepentingan mereka sendiri adalah hampa dan tidak bermakna, bahwa manusia haruslah hidup untuk memuaskan Tuhan, untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan untuk menjalani kehidupan yang bermakna sehingga meskipun sudah tiba waktunya untuk mereka mati, mereka akan merasa puas dan tidak akan memiliki penyesalan sedikit pun, dan bahwa hidup yang telah mereka jalani tidaklah sia-sia. Dengan membandingkan kedua keadaan yang berbeda ini, orang dapat melihat bahwa yang disebutkan terakhir adalah orang yang wataknya telah berubah. Jika watak hidup orang telah berubah, pandangan mereka tentang hidup ini pasti telah berubah juga. Sekarang, setelah memiliki nilai-nilai yang berbeda, mereka tidak akan pernah lagi hidup demi kepentingan mereka sendiri, dan mereka tidak akan pernah lagi percaya kepada Tuhan dengan tujuan untuk mendapatkan berkat. Orang semacam itu akan mampu berkata, "Mengenal Tuhan sungguh berharga. Jika aku mati setelah mengenal Tuhan, itu tentunya luar biasa! Jika aku dapat mengenal Tuhan dan tunduk kepada Tuhan, dan aku mampu menjalani kehidupan yang bermakna, itu berarti aku tidak akan hidup sia-sia dan aku juga tidak akan mati dengan penyesalan; aku tidak akan punya keluhan." Pandangan orang ini tentang kehidupan telah berubah. Penyebab utama perubahan dalam watak hidup seseorang adalah karena orang itu memiliki kenyataan kebenaran, telah memiliki kebenaran, dan pengenalan akan Tuhan; oleh karena itulah, pandangan seseorang tentang hidup menjadi berubah, dan nilai-nilai yang dimilikinya menjadi berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu dimulai dari lubuk hatinya, dan dari dalam kehidupannya; perubahan itu tentunya bukan perubahan yang hanya terlihat di luarnya. Beberapa orang yang baru percaya, setelah mereka mulai percaya kepada Tuhan, meninggalkan perkara-perkara duniawi. Ketika kemudian mereka berjumpa dengan orang-orang tidak percaya, orang-orang percaya ini tidak banyak bicara, dan mereka jarang menghubungi kerabat dan teman-teman mereka yang tidak percaya. Orang-orang tidak percaya itu berkata, "Orang ini telah berubah." Orang percaya itu lalu berpikir, "Watak hidupku telah berubah; orang-orang tidak percaya ini mengatakan bahwa aku telah berubah." Sebenarnya, sudahkah watak orang tersebut berubah? Belum. Yang mereka wujudkan hanyalah perubahan lahiriah. Belum ada perubahan yang nyata dalam hidup mereka, dan natur Iblis dalam diri mereka tetap berakar di dalam hati mereka, sama sekali tak tersentuh. Terkadang, semangat manusia menyala-nyala oleh karena pekerjaan Roh Kudus; beberapa perubahan lahiriah mungkin terjadi, dan mereka mungkin melakukan beberapa perbuatan yang baik. Namun, hal ini tidak sama dengan mencapai perubahan watak. Jika engkau tidak memiliki kebenaran dan pandanganmu tentang segala sesuatu belum berubah, bahkan sampai tidak berbeda dari pandangan orang-orang tidak percaya, dan jika pandangan hidupmu dan nilai-nilaimu juga belum berubah, dan engkau bahkan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan—hal yang setidaknya harus kaumiliki—itu berarti engkau sama sekali belum mencapai perubahan dalam watakmu. Untuk mencapai perubahan watak, hal yang paling penting adalah engkau harus mengejar pemahaman tentang Tuhan dan memiliki pemahaman yang benar tentang Dia. Ambil contoh Petrus. Ketika Tuhan ingin menyerahkannya kepada Iblis, dia berkata, "Sekalipun Engkau menyerahkan aku kepada Iblis, Engkau tetaplah Tuhan. Engkau mahakuasa, dan segala sesuatu ada di tangan-Mu. Bagaimana mungkin aku tidak memuji-Mu atas segala sesuatu yang Kaulakukan? Namun, jika aku dapat mengenal-Mu sebelum aku mati, bukankah itu lebih baik?" Dia merasa bahwa dalam kehidupan manusia, mengenal Tuhan adalah yang paling penting; setelah mengenal Tuhan, tidak masalah mengalami kematian dengan cara apa pun, dan bagaimanapun cara Tuhan menanganinya, itu tidak masalah. Dia merasa mengenal Tuhan adalah hal yang paling penting; jika dia tidak mendapatkan kebenaran, dia tidak akan pernah merasa puas, tetapi dia juga tidak akan mengeluh terhadap Tuhan. Dia hanya akan membenci kenyataan bahwa dia tidak mengejar kebenaran. Melihat semangat Petrus, usahanya yang sungguh-sungguh untuk mengenal Tuhan menunjukkan bahwa pandangannya tentang hidup ini dan nilai-nilainya telah berubah. Kerinduannya yang mendalam untuk mengenal Tuhan membuktikan bahwa dia benar-benar telah mengenal Tuhan. Jadi, dari pernyataan ini, kita dapat melihat bahwa watak Petrus telah berubah; dia adalah orang yang wataknya telah berubah. Di akhir pengalamannya, Tuhan berkata bahwa dia adalah orang yang paling mengenal Tuhan; dia adalah orang yang benar-benar mengasihi Tuhan. Tanpa kebenaran, watak hidup seseorang tidak akan pernah benar-benar berubah. Jika engkau semua benar-benar mampu mengejar kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, barulah engkau akan mampu mencapai perubahan dalam watak hidupmu.