b. Kerugian dan akibat yang orang alami jika manusia yang rusak memegang kekuasaan

Firman Tuhan Yang Mahakuasa pada Akhir Zaman

Sejak manusia menemukan ilmu-ilmu sosial, pikiran manusia telah menjadi disibukkan dengan ilmu dan pengetahuan. Kemudian ilmu dan pengetahuan telah menjadi alat yang digunakan untuk memerintah umat manusia, dan tidak ada lagi ruang yang cukup bagi manusia untuk menyembah Tuhan, dan tidak ada lagi suasana yang mendukung penyembahan kepada Tuhan. Kedudukan Tuhan telah turun semakin rendah di hati manusia. Tanpa Tuhan di dalam hatinya, dunia batin manusia gelap, tanpa pengharapan dan hampa. Selanjutnya banyak ilmuwan sosial, ahli sejarah, dan politisi telah bermunculan untuk mengungkapkan teori-teori ilmu sosial, teori evolusi manusia, serta teori-teori lainnya yang bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan menciptakan manusia, untuk memenuhi hati dan pikiran manusia. Dan dengan demikian, mereka yang percaya bahwa Tuhan yang menciptakan segalanya telah menjadi semakin sedikit, dan mereka yang percaya pada teori evolusi menjadi semakin banyak jumlahnya. Semakin lama semakin banyak orang yang memperlakukan catatan tentang pekerjaan Tuhan dan firman-Nya pada zaman Perjanjian Lama sebagai mitos dan legenda. Di dalam hati mereka, orang menjadi acuh tak acuh pada martabat dan kebesaran Tuhan, pada prinsip bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa atas segala sesuatu. Kelangsungan hidup umat manusia dan nasib negara-negara serta bangsa-bangsa tidak penting lagi bagi mereka, dan manusia hidup dalam dunia hampa yang hanya mengurusi makan, minum, dan mengejar kesenangan. ... Hanya sedikit orang yang menyadari kewajibannya untuk mencari tempat di mana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya saat ini, atau mencari tahu bagaimana Dia mengendalikan dan mengatur tempat tujuan manusia. Dengan demikian, tanpa sepengetahuan manusia, peradaban manusia menjadi semakin tidak mampu memenuhi keinginan manusia, dan bahkan banyak orang yang merasa bahwa, dengan hidup di dunia seperti itu, mereka merasa tidak lebih berbahagia dibandingkan orang-orang yang sudah meninggal. Bahkan orang-orang yang berasal dari negara-negara yang tadinya berperadaban tinggi pun mengutarakan keluhan seperti ini. Karena tanpa tuntunan Tuhan, berapa banyak pun penguasa dan ahli sosiologi yang memeras otak mereka untuk melestarikan peradaban manusia, semuanya sia-sia saja. Tak seorang pun dapat mengisi kehampaan dalam hati manusia, karena tak seorang pun dapat menjadi hidup manusia, dan tidak ada teori sosial yang dapat membebaskan manusia dari kehampaan yang dideritanya. Ilmu, pengetahuan, kebebasan, demokrasi, kesenangan, hiburan: semua ini hanya memberikan penghiburan yang sementara bagi manusia. Bahkan dengan hal-hal ini, manusia pasti tetap berbuat dosa dan meratapi ketidakadilan yang ada di masyarakat. Hal-hal ini tidak dapat mengekang keinginan dan hasrat manusia untuk mencari. Ini karena manusia diciptakan oleh Tuhan dan pengorbanan serta pencarian manusia yang sia-sia hanya dapat membawa manusia pada semakin banyak kesedihan dan hanya dapat menyebabkan manusia berada dalam keadaan ketakutan, tidak akan tahu cara menghadapi masa depan umat manusia, atau cara menghadapi perjalanan yang terbentang di depan. Manusia bahkan akhirnya menjadi takut terhadap ilmu pengetahuan dan pengetahuan, dan bahkan lebih takut lagi terhadap perasaan hampa. Di dunia ini, entah engkau tinggal di negara yang menganut kebebasan atau di negara yang tidak mengakui hak asasi manusia, engkau sama sekali tak dapat meluputkan diri dari nasib umat manusia. Apakah engkau adalah yang memerintah atau yang diperintah, engkau sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari keinginan untuk menyelidiki nasib, misteri, dan tempat tujuan umat manusia, apalagi melepaskan dirimu dari perasaan hampa yang membingungkan. Fenomena seperti ini, yang lazim dialami oleh semua umat manusia, disebut fenomena sosial oleh para ahli sosiologi, tetapi belum ada satu pun orang hebat yang mampu memecahkan masalah tersebut. Manusia, bagaimanapun juga, hanyalah manusia, dan kedudukan serta kehidupan Tuhan tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Umat manusia tidak hanya membutuhkan masyarakat yang adil, tempat di mana setiap orang mendapat cukup makanan dan diperlakukan dengan setara serta mendapat kebebasan, yang dibutuhkan umat manusia adalah keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka. Ketika manusia menerima keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka, barulah kerinduan untuk mencari, dan kehampaan rohani manusia dapat terpenuhi. Jika rakyat suatu negara atau suatu bangsa tidak dapat menerima keselamatan dan pemeliharaan Tuhan, maka negara atau bangsa semacam itu akan berada di jalan menuju kemunduran, menuju kegelapan, dan akan dimusnahkan oleh Tuhan.

Mungkin negaramu saat ini makmur, tetapi bila engkau biarkan rakyatmu menyimpang dari Tuhan, negaramu dengan sendirinya akan semakin tidak memperoleh berkat-berkat Tuhan. Peradaban negaramu akan semakin terinjak-injak, dan tak lama kemudian, rakyat akan bangkit melawan Tuhan dan mengutuk Surga. Demikianlah, tanpa sepengetahuan manusia, nasib suatu negara akan dibawa pada kehancuran. Tuhan akan membangkitkan negara-negara yang kuat untuk melawan negara-negara yang telah dikutuk Tuhan, dan bahkan mungkin melenyapkan mereka dari muka bumi. Kebangkitan dan kejatuhan suatu negara atau bangsa didasarkan pada apakah para penguasanya menyembah Tuhan atau tidak, dan apakah mereka memimpin rakyatnya untuk mendekat kepada Tuhan dan menyembah-Nya atau tidak. Namun, di zaman terakhir ini, karena orang yang sungguh-sungguh mencari dan menyembah Tuhan semakin jarang, Tuhan melimpahkan perkenanan khusus pada negara-negara yang menjadikan Kristen sebagai agama negara. Dia mengumpulkan negara-negara itu bersama-sama untuk membentuk kumpulan yang relatif adil di dunia, sementara negara-negara ateis atau negara-negara yang tidak menyembah Tuhan yang sejati menjadi lawan terhadap kumpulan yang adil ini. Dengan demikian, Tuhan bukan hanya mendapat tempat di tengah-tengah umat manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya, tetapi juga mendapatkan negara-negara yang dapat menjalankan otoritas yang adil, menjatuhkan sanksi dan pembatasan untuk diberlakukan pada negara-negara yang menentang Dia. Namun meskipun demikian, tetap tidak ada lagi orang-orang yang maju untuk menyembah Tuhan, karena manusia sudah menyimpang terlalu jauh dari-Nya, dan manusia telah terlalu lama melupakan Tuhan. Yang tersisa di bumi hanyalah negara-negara yang menjalankan keadilan dan menentang ketidakadilan. Namun, hal ini jauh dari keinginan Tuhan, karena tidak ada penguasa negara yang akan mengizinkan Tuhan untuk memimpin rakyatnya, dan tidak ada partai politik yang akan mengumpulkan rakyatnya untuk menyembah Tuhan; Tuhan telah kehilangan tempatnya yang sah di hati setiap negara, bangsa, golongan penguasa, dan bahkan di hati setiap orang. Meskipun kekuatan orang adil memang ada di dunia ini, jika Tuhan tidak mempunyai tempat dalam hati manusia, kuasa pemerintahan sangatlah rapuh. Tanpa berkat Tuhan, arena politik akan menjadi kacau dan akhirnya tidak mampu menahan satu serangan pun. Bagi umat manusia, berada dalam keadaan tanpa berkat Tuhan adalah seperti tanpa matahari. Betapapun tekunnya para penguasa berusaha memberikan kontribusi kepada rakyatnya, sebanyak apa pun konferensi keadilan yang diadakan oleh umat manusia, tak satu pun dari upaya ini yang akan membalikkan arus atau mengubah nasib umat manusia. Manusia beranggapan bahwa suatu negara yang rakyatnya mendapat cukup makanan dan pakaian, yang hidup bersama dengan damai, adalah negara yang baik dan memiliki kepemimpinan yang baik. Namun, Tuhan tidak berpikir demikian. Dia beranggapan bahwa suatu negara yang di dalamnya tak seorang pun yang menyembah Dia adalah negara yang akan dimusnahkan-Nya. Cara berpikir manusia sangat bertentangan dengan cara berpikir Tuhan. Jadi, bila seorang kepala negara tidak menyembah Tuhan, nasib negaranya akan tragis, dan negara itu tidak akan memiliki tempat tujuan.

Tuhan tidak berpartisipasi dalam politik manusia, tetapi mengendalikan nasib suatu negara atau bangsa, dan mengendalikan dunia ini dan seluruh alam semesta. Nasib manusia dan rencana Tuhan sangat erat berkaitan, dan tidak ada manusia, negara, atau bangsa yang terbebas dari kedaulatan Tuhan. Jika manusia ingin mengetahui nasibnya, dia harus datang ke hadapan Tuhan. Tuhan akan membuat orang-orang yang mengikuti dan menyembah-Nya menjadi makmur dan akan membuat orang-orang yang menentang dan menolak-Nya menjadi merosot dan punah.

Coba ingatlah peristiwa di dalam Alkitab ketika Tuhan melakukan pemusnahan atas Sodom, dan renungkan juga bagaimana istri Lot menjadi tiang garam. Coba ingat kembali bagaimana orang Niniwe bertobat dari dosa-dosa mereka dengan mengenakan kain kabung dan abu, dan ingatlah peristiwa apa yang terjadi setelah orang Yahudi memakukan Yesus di kayu salib 2.000 tahun yang lalu. Orang Yahudi dibuang dari Israel dan melarikan diri ke berbagai negara di seluruh dunia. Banyak yang terbunuh, dan seluruh bangsa Yahudi dihadapkan pada penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemusnahan negara mereka. Mereka telah memakukan Tuhan di kayu salib—melakukan dosa yang sangat keji—dan memprovokasi watak Tuhan. Mereka harus membayar apa yang telah mereka lakukan dan harus menanggung semua akibat dari perbuatan mereka. Mereka mengutuk Tuhan, menolak Tuhan, dan karena itu mereka hanya dapat memiliki satu nasib: dihukum oleh Tuhan. Inilah akibat pahit dan bencana yang ditimbulkan penguasa mereka atas negara dan bangsa mereka.

Sekarang ini, Tuhan telah datang kembali ke dunia untuk melakukan pekerjaan-Nya. Perhentian pertama-Nya adalah contoh khas dari pemerintahan yang diktator: Tiongkok, benteng ateisme yang kokoh. Tuhan telah mendapatkan sekelompok orang melalui hikmat dan kuasa-Nya. Selama periode ini, Dia telah diburu oleh partai yang berkuasa di Tiongkok dengan segala cara dan dihadapkan pada penderitaan besar, tanpa tempat untuk meletakkan kepala-Nya dan tanpa tempat untuk berteduh. Meskipun demikian, Tuhan masih terus melanjutkan pekerjaan yang ingin dilakukan-Nya: Dia memperdengarkan suara-Nya dan mengabarkan Injil. Tak seorang pun yang mampu menyelami kemahakuasaan Tuhan. Di Tiongkok, negara yang menganggap Tuhan sebagai musuh, Tuhan tak pernah berhenti bekerja. Sebaliknya, semakin banyak orang telah menerima pekerjaan dan firman-Nya karena Tuhan menyelamatkan setiap umat manusia semaksimal mungkin. Kita percaya bahwa tidak ada negara atau kuasa apa pun yang dapat menghalangi apa yang ingin dicapai Tuhan. Orang-orang yang menghalangi pekerjaan Tuhan, menentang firman Tuhan dan mengganggu serta merusak rencana Tuhan pada akhirnya akan dihukum oleh-Nya. Orang yang menentang pekerjaan Tuhan pasti akan dikirim ke neraka; setiap negara yang menentang pekerjaan Tuhan akan dimusnahkan; setiap bangsa yang bangkit untuk menentang pekerjaan Tuhan akan dihapuskan dari bumi ini, dan akan lenyap.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"

Pengetahuan tentang budaya dan sejarah kuno yang mencakup beberapa ribu tahun telah menutup pemikiran dan gagasan serta pandangan mental manusia dengan begitu rapat sehingga sukar ditembus dan tidak dapat diuraikan.[1] Manusia hidup di dalam lingkaran neraka tingkat ke-18, di mana, seolah-olah mereka telah dibuang oleh Tuhan ke dalam penjara bawah tanah, mungkin tidak akan pernah melihat terang. Pemikiran feodal telah menekan manusia sedemikian rupa sehingga mereka nyaris tidak bisa bernapas dan sesak napas. Mereka tidak memiliki kekuatan sedikit pun untuk melawan; satu-satunya hal yang mereka lakukan adalah menanggungnya dan menangungnya dalam keheningan…. Tidak pernah ada siapa pun yang berani berjuang atau membela kebenaran dan keadilan; manusia hanya menjalani sebuah kehidupan yang lebih buruk daripada kehidupan binatang, di bawah pukulan dan perlakuan kejam etika feodal, hari demi hari, dan tahun demi tahun. Manusia tidak pernah berpikir untuk mencari Tuhan untuk menikmati kebahagiaan di dunia manusia. Seolah-olah manusia telah dipukuli sampai pada titik di mana mereka seperti daun yang berguguran di musim gugur, layu, kering, dan berwarna kuning kecoklatan. Manusia sudah lama kehilangan ingatan mereka; mereka hidup tak berdaya di neraka yang disebut dunia manusia, menunggu datangnya akhir zaman sehingga mereka bisa binasa bersama-sama dengan neraka ini, seolah-olah akhir zaman yang mereka rindukan adalah hari ketika manusia akan menikmati kedamaian yang tenang. Etika feodal telah membawa kehidupan manusia ke dalam "dunia orang mati", yang semakin melemahkan kekuatan manusia untuk melawan. Berbagai macam tekanan memaksa manusia, selangkah demi selangkah, untuk jatuh lebih dalam ke dalam dunia orang mati, semakin jauh dari Tuhan, hingga sekarang dia telah menjadi orang yang sama sekali asing bagi Tuhan dan bergegas untuk menghindari-Nya saat mereka bertemu. Manusia tidak mengindahkan-Nya dan membiarkan-Nya berdiri sendirian di satu sisi, seolah-olah manusia tidak pernah mengenal Dia, tidak pernah melihat Dia sebelumnya. ... Pengetahuan tentang budaya kuno telah secara diam-diam mencuri manusia dari hadirat Tuhan dan menyerahkannya kepada raja setan dan keturunannya. Empat Buku dan Lima Klasik[a] (buku-buku yang memuat ajaran Konfusius) telah membawa pemikiran dan gagasan manusia ke dalam zaman pemberontakan lainnya, menyebabkan manusia memberikan sanjungan yang jauh lebih besar daripada mereka yang menyusun buku-buku itu, dan sebagai akibatnya memperburuk gagasannya tentang Tuhan. Tanpa sepengetahuan manusia, raja setan dengan kejam mengusir Tuhan dari hati manusia dan kemudian menguasainya sendiri dengan kegembiraan penuh kemenangan. Sejak saat itu, manusia memiliki jiwa yang buruk serta memiliki wajah si raja setan. Kebencian terhadap Tuhan memenuhi dadanya, dan kejahatan raja setan menyebar dalam diri manusia hari demi hari sampai manusia sepenuhnya dikuasai. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan sedikit pun dan tidak mungkin membebaskan diri dari perangkap raja setan. Manusia tidak punya pilihan selain langsung ditawan, menyerah, dan tunduk di hadapannya. Dahulu kala, ketika hati dan jiwa manusia masih dalam masa pertumbuhan, raja setan menanamkan benih tumor ateisme, mengajar manusia berbagai kekeliruan seperti "belajar ilmu pengetahuan dan teknologi; menyadari Empat Modernisasi; tidak ada Tuhan di dunia". Tidak hanya itu, dia berteriak di setiap kesempatan: "Mari kita mengandalkan kerja keras kita untuk membangun tanah air yang indah," meminta semua orang untuk bersiap sejak kanak-kanak untuk memberikan pelayanan setia kepada negara mereka. Manusia, tanpa sadar, dibawa ke hadapannya, di mana dia tanpa ragu mengambil semua pujian (yang berarti mengambil pujian kepada Tuhan karena memegang seluruh umat manusia di tangan-Nya) untuk dirinya sendiri. Dia tidak pernah memiliki rasa malu. Bahkan, dia tanpa tahu malu menangkap umat Tuhan dan menyeret mereka kembali ke dalam rumahnya, di mana dia melompat ke atas meja seperti seekor tikus dan menyuruh manusia untuk menyembahnya sebagai Tuhan. Sungguh penjahat nekat! Dia meneriakkan hal-hal yang memalukan dan mengejutkan, seperti: "Tidak ada yang namanya Tuhan di dunia. Angin berasal dari perubahan menurut hukum alam; hujan turun ketika air menguap, bertemu dengan suhu yang dingin, mengembun menjadi tetesan air yang jatuh ke bumi; gempa bumi adalah goncangan pada permukaan bumi karena adanya perubahan geologis; kekeringan terjadi karena kekeringan di udara yang disebabkan oleh gangguan nukleonik di permukaan matahari. Semua ini adalah fenomena alam. Di manakah, dalam semua ini, perbuatan Tuhan?" Bahkan ada orang-orang yang menyerukan pernyataan seperti berikut ini, pernyataan yang seharusnya tidak boleh diucapkan: "Manusia berevolusi dari kera pada zaman purbakala dan dunia pada zaman sekarang ini berasal dari perubahan masyarakat primitif yang dimulai dari sekitar satu miliar tahun yang lalu. Entah sebuah negara berkembang atau menurun sepenuhnya berada di tangan warga negaranya." Di latar belakangnya, dia membuat manusia menggantungnya di tembok atau menempatkannya di atas meja untuk memberi penghormatan dan memberi persembahan kepadanya. Pada saat yang sama dia berseru, "Tidak ada Tuhan," dia menetapkan dirinya sendiri sebagai Tuhan, dengan begitu saja mendorong Tuhan keluar dari batas-batas bumi, sambil berdiri di posisi Tuhan dan mengambil peran sebagai raja setan. Betapa sangat tidak masuk akal! Ini membuat orang sangat membencinya. Tampaknya Tuhan dan dia adalah musuh bebuyutan, dan keduanya tidak dapat hidup berdampingan. Dia membuat rencana kotor untuk mengusir Tuhan sementara dia berkeliaran dengan bebas, di luar jangkauan hukum.[2] Benar-benar raja setan dia! Bagaimana keberadaannya bisa ditoleransi? Dia tidak akan beristirahat sampai dia telah mengacaukan pekerjaan Tuhan dan meninggalkan semuanya dalam keadaan kacau balau,[3] seolah-olah dia ingin menentang Tuhan sampai akhir, sampai dia atau Tuhan yang mati, dengan sengaja menentang Tuhan dan mendesak semakin dekat. Wajahnya yang mengerikan telah lama disingkapkan sepenuhnya, kini telah penuh memar dan babak belur[4], dan dalam kondisi yang memprihatinkan, tetapi dia tetap tidak akan mengalah dalam kebenciannya kepada Tuhan, seolah-olah hanya dengan menelan Tuhan dalam sekali telan barulah dia bisa meredakan kebencian yang terpendam di dalam hatinya. Bagaimana bisa kita menoleransi musuh Tuhan ini! Hanya pemusnahan dan pembasmian total dirinya yang akan membuat harapan hidup kita tercapai. Bagaimana bisa dia dibiarkan terus merajalela? Dia sudah merusak manusia sedemikian rupa sehingga manusia tidak lagi mengenal matahari surga dan telah menjadi mati rasa dan tanpa perasaan. Manusia telah kehilangan nalar manusia normal. Mengapa tidak menyerahkan seluruh keberadaan kita untuk memusnahkannya dan membakarnya untuk menyingkirkan semua kekhawatiran akan masa depan dan membiarkan pekerjaan Tuhan mencapai kemuliaan seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan lebih cepat? Gerombolan bajingan ini telah datang ke dalam dunia manusia dan mengubahnya menjadi kekacauan. Mereka telah membawa seluruh umat manusia ke tepi jurang, diam-diam berencana untuk mendorong mereka ke jurang agar hancur berkeping-keping sehingga mereka dapat memakan mayat mereka. Mereka dengan sia-sia berharap untuk menghancurkan rencana Tuhan dan masuk ke dalam pertandingan dengan Dia, mempertaruhkan segalanya dalam satu lemparan dadu.[5] Itu sama sekali tidak mudah. Lagipula, salib telah dipersiapkan untuk si raja setan, yang bersalah atas kejahatan paling kejam. Salib bukan tempat Tuhan dan Dia telah meninggalkannya untuk si setan. Tuhan telah lama muncul sebagai pemenang dan tidak lagi merasa sedih karena dosa umat manusia, tetapi akan membawa keselamatan kepada seluruh umat manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (7)"

Catatan kaki:

1. "Tidak dapat diuraikan" dimaksudkan sebagai sindiran, yang berarti manusia itu kaku dalam pengetahuan, budaya dan pandangan spiritual mereka.

2. "Berkeliaran dengan bebas, di luar jangkauan hukum" menunjukkan bahwa Iblis kehilangan kendali dan mengamuk.

3. "Keadaan kacau balau" mengacu pada bagaimana perilaku kejam setan tak tertahankan untuk dilihat.

4. "Memar dan babak belur" mengacu pada wajah buruk raja setan.

5. "Mempertaruhkan segalanya dalam satu lemparan dadu" berarti menaruh semua uang seseorang pada satu taruhan dengan harapan mendapatkan kemenangan pada akhirnya. Ini adalah kiasan untuk rencana kotor setan yang jahat dan keji. Ungkapan ini digunakan sebagai ejekan.

a. Empat Buku dan Lima Klasik adalah buku-buku resmi Konfusianisme di Tiongkok.


Setelah kerusakan selama beberapa ribu tahun, manusia menjadi mati rasa dan dungu; manusia telah menjadi setan yang menentang Tuhan, sampai ke taraf pemberontakan manusia terhadap Tuhan telah didokumentasikan dalam buku-buku sejarah, dan bahkan manusia itu sendiri tidak mampu menceritakan dengan lengkap tentang perilakunya yang suka memberontak—karena manusia telah begitu dalam dirusak oleh Iblis, dan telah disesatkan oleh Iblis sampai sedemikian rupa hingga dia tidak tahu ke mana harus berpaling. Bahkan sekarang pun, manusia masih mengkhianati Tuhan: ketika manusia melihat Tuhan, dia mengkhianati-Nya, dan ketika dia tidak dapat melihat Tuhan, dia juga mengkhianati-Nya. Bahkan ada orang-orang yang, setelah menyaksikan kutukan Tuhan dan murka Tuhan, tetap saja mengkhianati-Nya. Jadi, Aku katakan bahwa akal manusia telah kehilangan fungsi aslinya, dan hati nurani manusia juga telah kehilangan fungsi aslinya. Manusia yang kulihat adalah binatang liar dalam wujud manusia, dia adalah ular berbisa, dan tidak peduli seberapa menyedihkan dia berusaha menampilkan dirinya di depan-Ku, Aku tidak akan pernah berbelas kasihan terhadapnya, karena manusia tidak memahami perbedaan antara hitam dan putih, perbedaan antara kebenaran dan yang bukan kebenaran. Akal manusia begitu kebas, tetapi dia masih ingin mendapatkan berkat; kemanusiaannya begitu rendah, tetapi dia masih ingin memiliki kedaulatan seorang raja. Dia akan menjadi raja untuk siapa, dengan akal seperti itu? Bagaimana mungkin manusia dengan kemanusiaan seperti itu duduk di atas takhta? Manusia benar-benar tidak punya rasa malu! Dia adalah makhluk celaka yang sombong! Bagi engkau semua yang ingin mendapatkan berkat, Kusarankan agar engkau semua mencari cermin terlebih dahulu dan memandang cerminan buruk dirimu sendiri—apakah engkau memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang raja? Apakah engkau memiliki wajah seorang yang bisa memperoleh berkat? Belum ada sedikit pun perubahan dalam watakmu dan engkau belum menerapkan kebenaran apa pun, tetapi engkau masih mengharapkan hari esok yang luar biasa. Engkau menipu dirimu sendiri! Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah dirusak teramat parah oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di "institusi pendidikan tinggi." Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang jahat, falsafah yang menjijikkan tentang cara berinteraksi dengan orang lain, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak ada seorang pun yang akan rela tunduk kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah kuasa Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur. Bahkan ketika mereka mendengar kebenaran, mereka yang hidup dalam kegelapan tidak berpikir untuk menerapkan kebenaran tersebut, mereka juga tidak ingin mencari Tuhan bahkan sekalipun mereka telah melihat penampakan-Nya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu bejat memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu merosot martabatnya hidup dalam terang?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"

Manusia tidak lain adalah musuh-Ku. Manusia adalah si jahat yang menentang dan memberontak terhadap-Ku. Manusia tidak lain adalah keturunan si jahat yang Kukutuk. Manusia tidak lain adalah keturunan penghulu malaikat yang mengkhianati-Ku. Manusia tidak lain adalah warisan Iblis yang sejak dahulu Kutolak, dan sejak itu telah menjadi musuh-Ku yang tidak terdamaikan. Karena langit di atas seluruh umat manusia mendung dan gelap, tanpa ada kesan kejernihan sedikit pun, dan dunia manusia terjerumus ke dalam kegelapan yang pekat, sehingga dia yang tinggal di dalamnya bahkan tidak bisa melihat tangannya yang terjulur di depan wajahnya ataupun melihat matahari ketika dia menengadahkan kepalanya. Jalan yang dia lalui berlumpur dan penuh lubang, juga sangat berliku-liku; seluruh daratan bergelimang mayat. Sudut-sudut gelap dipenuhi dengan jasad manusia, dan di sudut-sudut yang dingin dan temaram, kerumunan setan telah tinggal di sana. Dan di mana-mana di dunia manusia, setan-setan datang dan pergi secara bergerombol. Keturunan dari segala macam binatang, berlumur kenajisan, sedang terjebak dalam peperangan sengit, dengan suara yang menimbulkan kengerian di hati. Pada saat seperti itu, dalam dunia yang demikian, seperti "surga duniawi", ke mana orang mencari kebahagiaan hidup? Ke mana orang dapat pergi untuk menemukan tempat tujuan hidupnya? Umat manusia, yang telah lama diinjak-injak oleh Iblis, sejak awal telah menjadi aktor yang menyandang gambar Iblis—bahkan, manusia adalah jelmaan Iblis, dan berfungsi sebagai bukti yang menjadi kesaksian untuk Iblis, dengan lantang dan jelas. Bagaimana bisa umat manusia yang sedemikian bobrok dan keturunan dari keluarga manusia yang sedemikian rusak menjadi saksi bagi Tuhan? Dari manakah asalnya kemuliaan-Ku? Di manakah orang dapat mulai menyuarakan kesaksian-Ku? Karena musuh yang, setelah merusak manusia, berdiri melawan-Ku, telah merebut umat manusia—umat manusia yang Kuciptakan dahulu kala dan yang dipenuhi dengan kemuliaan dan cara hidup-Ku—dan mengotori mereka. Dia telah merenggut kemuliaan-Ku, dan semua yang telah dia tanamkan kepada manusia adalah racun yang dipenuhi keburukan Iblis, dan esensi dari buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Pada mulanya, Aku menciptakan umat manusia; dengan kata lain, Aku menciptakan nenek moyang manusia, Adam. Dia dikaruniai dengan rupa dan gambar-Ku, penuh dengan kekuatan, penuh dengan kegagahan, dan selain itu, dia dikaruniai dengan penyertaan kemuliaan-Ku. Itulah hari yang mulia ketika Aku menciptakan manusia. Setelah itu, Hawa diciptakan dari tubuh Adam, dan dia juga adalah nenek moyang manusia, sehingga manusia yang Kuciptakan dipenuhi dengan napas dan kemuliaan-Ku. Adam lahir dari tangan-Ku dan merupakan representasi dari gambar-Ku. Dengan demikian, makna asli dari "Adam" adalah diciptakan oleh-Ku, dikaruniai dengan daya hidup-Ku, dikaruniai dengan kemuliaan-Ku, memiliki rupa dan gambar-Ku, juga roh dan napas-Ku. Dia adalah satu-satunya makhluk ciptaan yang memiliki roh, yang mampu merepresentasikan-Ku, menyandang gambar-Ku, dan menerima napas-Ku. Pada awalnya, Hawa adalah manusia kedua yang dikaruniai dengan napas-Ku, yang penciptaannya telah Kutentukan dari semula, sehingga makna asli dari "Hawa" adalah makhluk ciptaan yang akan meneruskan kemuliaan-Ku, dipenuhi dengan daya hidup-Ku, dan terlebih lagi dikaruniai dengan kemuliaan-Ku. Hawa berasal dari Adam sehingga dia juga menyandang gambar-Ku, karena dia adalah manusia kedua yang diciptakan menurut gambar-Ku. Makna asli dari "Hawa" adalah manusia yang hidup dengan roh, daging, dan tulang, kesaksian-Ku yang kedua, juga gambar-Ku yang kedua di antara umat manusia. Mereka merupakan nenek moyang umat manusia, harta paling murni dan berharga, dan sejak awal, mereka adalah makhluk hidup yang dikaruniai dengan roh. Namun, si jahat menginjak-injak dan menawan keturunan nenek moyang umat manusia itu, menjerumuskan dunia manusia ke dalam kegelapan total, dan membuatnya sedemikian rupa sehingga keturunan manusia itu tidak lagi percaya akan keberadaan-Ku. Bahkan yang lebih keji lagi adalah, bahkan ketika si jahat merusak dan menginjak-injak manusia, dia juga dengan kejamnya merenggut kemuliaan-Ku, kesaksian-Ku, daya hidup yang Kuanugerahkan kepada mereka, napas dan kehidupan yang Kuembuskan kepada mereka, seluruh kemuliaan-Ku di dunia manusia, dan darah yang telah Kucurahkan untuk umat manusia. Umat manusia tidak lagi berada dalam terang, mereka telah kehilangan segala yang Kuanugerahkan kepada mereka, dan mereka telah membuang kemuliaan yang Kuberikan. Bagaimana bisa mereka mengakui bahwa Akulah Tuhan atas segala makhluk ciptaan? Bagaimana bisa mereka terus percaya akan keberadaan-Ku di surga? Bagaimana bisa mereka menemukan perwujudan kemuliaan-Ku di atas bumi? Bagaimana bisa cucu laki-laki dan perempuan ini menganggap Tuhan yang ditakuti nenek moyang mereka sebagai Tuhan yang menciptakan mereka? Cucu laki-laki dan perempuan yang menyedihkan ini telah dengan murah hati "mempersembahkan" kemuliaan, gambar, kesaksian yang Kuanugerahkan kepada Adam dan Hawa, serta kehidupan yang Kuanugerahkan kepada umat manusia dan tempat mereka bergantung untuk bertahan hidup kepada si jahat; dan mereka sama sekali tidak memedulikan kehadiran si jahat, dan memberikan seluruh kemuliaan-Ku kepadanya. Bukankah ini sumber sebenarnya dari sebutan "sampah"? Bagaimana manusia setan-setan jahat, mayat hidup, sosok Iblis, dan musuh-musuh-Ku yang semacam itu dapat dipenuhi kemuliaan-Ku? Aku akan mengambil kembali kemuliaan dan kesaksian-Ku yang ada di antara manusia, dan mengambil kembali segala yang pernah Kumiliki dan yang pernah Kuberikan kepada umat manusia sejak dahulu—Aku akan sepenuhnya menaklukkan umat manusia. Akan tetapi, engkau harus tahu bahwa manusia yang Kuciptakan adalah orang-orang kudus yang menyandang gambar dan kemuliaan-Ku. Mereka bukan milik Iblis ataupun tempat pijakannya, tetapi mereka adalah perwujudan murni diri-Ku dan sama sekali bebas dari racun Iblis. Karena itu, Aku memberi tahu umat manusia bahwa Aku hanya menginginkan ciptaan tangan-Ku, yang kudus, yang Kukasihi, dan yang bukan berasal dari entitas lain. Selain itu, Aku akan menikmatinya dan menganggapnya sebagai kemuliaan-Ku. Akan tetapi, yang Kuinginkan bukanlah umat manusia yang telah dirusak oleh Iblis, yang saat ini dimiliki oleh Iblis, dan yang tidak lagi menjadi ciptaan asli-Ku. Karena Aku berniat untuk mengambil kembali kemuliaan-Ku yang ada di dunia manusia, Aku akan sepenuhnya menaklukkan mereka yang selamat di antara umat manusia, sebagai bukti dari Kemuliaan-Ku dalam mengalahkan Iblis. Aku hanya akan mengambil kesaksian-Ku sebagai perwujudan dari diri-Ku, sebagai objek kesukaan-Ku. Inilah maksud-Ku.

Dibutuhkan waktu puluhan ribu tahun sejarah bagi umat manusia untuk sampai ke tempat sekarang ini, tetapi umat manusia yang Kuciptakan pada mulanya telah lama mengalami kemerosotan. Manusia bukan lagi manusia yang Kuinginkan, dan dengan demikian, di mata-Ku, manusia tidak lagi layak disebut umat manusia. Sebaliknya, mereka adalah sampah manusia yang telah ditawan Iblis, mayat hidup busuk yang dihuni oleh Iblis dan menjadi pakaian Iblis itu sendiri. Manusia sama sekali tidak memercayai keberadaan-Ku, ataupun menyambut kedatangan-Ku. Umat manusia hanya menanggapi permintaan-Ku dengan enggan, menyetujuinya sementara waktu, dan tidak dengan tulus berbagi suka dan duka kehidupan bersama-Ku. Karena orang-orang memandang-Ku sebagai sosok yang misterius, mereka memberi-Ku senyuman mereka yang penuh gerutu, memberi-Ku sikap mereka yang berusaha mengambil hati sosok yang berkuasa, karena manusia tidak memiliki pengetahuan tentang pekerjaan-Ku, apalagi maksud-maksud-Ku saat ini. Aku akan bersikap jujur kepada engkau semua: apabila waktunya tiba, penderitaan setiap orang yang menyembah-Ku akan menjadi lebih ringan daripada penderitaanmu. Tingkat imanmu kepada-Ku sesungguhnya tidak melebihi iman Ayub—bahkan iman orang Farisi Yahudi melebihi iman engkau semua—dan dengan demikian, jika hari kiamat tiba, penderitaan engkau semua akan lebih besar daripada penderitaan orang Farisi ketika ditegur oleh Yesus, lebih besar daripada penderitaan 250 pemimpin yang menentang Musa, dan lebih besar daripada penderitaan Sodom yang terpanggang api kemusnahannya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Makna Menjadi Seorang Pribadi Sejati"

Mereka yang berasal dari Iblis semuanya hidup bagi diri mereka sendiri. Pandangan dan prinsip-prinsip hidup mereka sebagian besar berasal dari pepatah Iblis, seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Manusia mati demi mendapatkan kekayaaan sama seperti burung mati demi mendapatkan makanan," dan kekeliruan lainnya. Semua perkataan yang diucapkan oleh raja-raja setan, orang-orang terkemuka, dan para filsuf ini telah menjadi hidup manusia. Khususnya, kebanyakan dari perkataan Konfusius, yang diagungkan oleh masyarakat Tiongkok sebagai "orang bijak", telah menjadi hidup manusia. Ada juga kata-kata peribahasa Buddhisme dan Taoisme serta pepatah klasik yang seringkali dikutip oleh berbagai tokoh ternama. Semuanya ini adalah gabungan dari falsafah dan natur Iblis. Semua ini juga merupakan gambaran dan penjelasan terbaik tentang natur Iblis. Racun-racun yang telah ditanamkan ke dalam hati manusia ini semuanya berasal dari Iblis, dan tak satu pun dari semua ini yang berasal dari Tuhan. Perkataan jahat seperti itu juga bertentangan langsung dengan firman Tuhan. Sangat jelas bahwa kenyataan dari semua hal positif berasal dari Tuhan, dan semua hal negatif yang meracuni manusia berasal dari Iblis. Oleh karena itu, engkau dapat mengetahui natur seseorang dan milik siapakah mereka dengan cara melihat pandangan dan nilai-nilai hidup mereka. Iblis merusak manusia melalui pendidikan dan pengaruh pemerintah nasional serta melalui orang-orang terkenal dan hebat. Perkataan jahat mereka telah menjadi natur dan hidup manusia. "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" adalah pepatah Iblis terkenal yang telah ditanamkan dalam diri semua orang, dan ini telah menjadi hidup manusia. Ada falsafah lain tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang juga seperti ini. Iblis menggunakan budaya tradisional setiap negara untuk mendidik, menyesatkan, dan merusak manusia, menyebabkan manusia jatuh dan ditelan oleh jurang kebinasaan yang tak berdasar, dan pada akhirnya, manusia dimusnahkan oleh Tuhan karena mereka melayani Iblis dan menentang Tuhan.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"

Selain menggunakan segala macam penemuan dan kesimpulan ilmu pengetahuan untuk menyesatkan manusia, Iblis juga menggunakan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk melakukan penghancuran tak terkendali serta mengeksploitasi lingkungan hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Iblis melakukan ini dengan dalih bahwa jika manusia melakukan penelitian ilmiah, lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia akan terus meningkat, dan lebih jauh lagi, bahwa tujuan pengembangan ilmu pengetahuan adalah untuk memenuhi kebutuhan materiel sehari-hari manusia yang semakin meningkat serta kebutuhan mereka untuk terus meningkatkan kualitas hidup mereka. Inilah landasan teoretis pengembangan ilmu pengetahuan Iblis. Namun, apa yang telah didatangkan ilmu pengetahuan bagi umat manusia? Bukankah lingkungan hidup kita—dan lingkungan hidup seluruh umat manusia—sudah tercemar? Bukankah udara yang manusia hirup sudah tercemar? Bukankah air yang kita minum sudah tercemar? Apakah makanan yang kita santap masih organik dan alami? Sebagian besar biji-bijian dan sayuran dimodifikasi secara genetik, semua itu telah diberi pupuk, dan beberapa varian dibuat dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Bahkan sayuran dan buah-buahan yang kita makan tidak lagi alami. Bahkan telur yang alami tidak lagi mudah ditemukan, dan telur tidak lagi terasa seperti sebelumnya setelah diproses oleh apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan Iblis. Secara garis besar, seluruh atmosfer telah rusak dan tercemar; gunung, danau, hutan, sungai, lautan, dan segala sesuatu yang di atas dan di bawah tanah semuanya telah dirusak oleh apa yang disebut sebagai pencapaian ilmu pengetahuan. Singkatnya, seluruh lingkungan alam, lingkungan hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia, telah dihancurkan dan dirusak oleh apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan. Meskipun ada banyak orang yang telah memperoleh apa yang selalu mereka harapkan dalam hal kualitas hidup yang mereka cari, yang memuaskan baik keinginan mereka maupun daging mereka, lingkungan di mana manusia hidup pada dasarnya telah dihancurkan dan dirusak oleh berbagai "pencapaian" yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan. Sekarang, kita tidak lagi punya hak untuk menghirup udara bersih. Bukankah ini adalah penderitaan umat manusia? Masih adakah kebahagian yang tersisa bagi manusia, jika mereka harus hidup di ruang semacam ini? Ruang dan lingkungan hidup tempat manusia hidup ini, sejak semula, diciptakan oleh Tuhan bagi manusia. Air yang manusia minum, udara yang manusia hirup, berbagai makanan yang manusia makan, serta tanaman dan makhluk hidup, dan bahkan gunung-gunung, danau, dan lautan—setiap bagian dari lingkungan hidup ini dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia; semua itu alami, berjalan sesuai dengan hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia pasti tetap mengikuti cara-cara yang Tuhan berikan kepada mereka, mereka pasti dapat menikmati semua yang murni dan alami, dan mereka pasti merasa bahagia. Namun, sekarang, semua ini telah dihancurkan dan dirusak oleh Iblis; ruang hidup mendasar manusia tidak lagi murni. Namun, tak seorang pun mampu mengetahui apa yang menyebabkan hal ini atau bagaimana hal ini terjadi, dan lebih banyak orang menggunakan ilmu pengetahuan dan memahaminya melalui gagasan yang ditanamkan Iblis dalam diri mereka. Bukankah ini benar-benar menjijikkan dan menyedihkan? Dengan Iblis yang sekarang telah mengambil ruang tempat manusia ada, juga lingkungan hidup mereka, dan merusak keduanya sampai pada keadaan ini, dan dengan umat manusia yang terus berkembang dengan cara ini, perlukah bagi Tuhan untuk secara pribadi menghancurkan orang-orang ini? Jika manusia terus berkembang dengan cara ini, arah mana yang mereka tuju? (Mereka akan dimusnahkan.) Bagaimana mereka akan dimusnahkan? Selain pencarian manusia yang tamak akan ketenaran dan keuntungan, mereka terus-menerus melakukan penyelidikan ilmiah dan menyelam jauh ke dalam riset, kemudian tanpa henti bertindak sedemikian rupa untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan materiel mereka sendiri; lalu apa akibatnya bagi manusia? Pertama-tama, keseimbangan ekologis rusak, dan ketika ini terjadi, tubuh manusia, organ internal mereka, tercemar dan dirusak oleh lingkungan yang tidak seimbang ini, dan berbagai penyakit menular dan wabah menyebar ke seluruh dunia. Bukankah benar bahwa sekarang ini merupakan situasi yang tak dapat dikendalikan oleh manusia? Sekarang setelah engkau semua memahami hal ini, jika umat manusia tidak mengikuti Tuhan, tetapi selalu mengikuti Iblis dengan cara ini—menggunakan pengetahuan untuk terus memperkaya diri sendiri, menggunakan ilmu pengetahuan untuk tanpa henti meneliti masa depan kehidupan manusia, menggunakan cara seperti ini untuk terus hidup—dapatkah engkau mengetahui bagaimana semua ini akan berakhir bagi umat manusia? Umat manusia tentu saja akan punah: selangkah demi selangkah, umat manusia maju menuju kehancuran, menuju kehancuran mereka sendiri! Bukankah hal ini sedang membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri? Dan bukankah inilah konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan? Sekarang ini, tampaknya seolah-olah ilmu pengetahuan adalah semacam ramuan ajaib yang telah Iblis siapkan bagi manusia sehingga ketika engkau semua mencoba untuk membedakan banyak hal, engkau melakukannya dengan pandangan yang berkabut; sekeras apa pun engkau melihat, engkau tidak mampu melihat segala sesuatunya dengan jelas, dan sekeras apa pun engkau berusaha, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimanapun, Iblis menggunakan nama ilmu pengetahuan untuk membangkitkan minatmu dan mengendalikan dirimu sepenuhnya, setapak demi setapak, menuju jurang maut dan kematian. Dengan demikian, orang akan dengan jelas melihat bahwa sebenarnya, kehancuran manusia dilakukan oleh tangan Iblis—Iblis adalah biang keladinya.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Lagu Pujian Terkait

Tuhan Mengendalikan Nasib Setiap Bangsa dan Setiap Suku Bangsa

Mereka yang Memprovokasi Watak Tuhan Harus Dihukum

Sebelumnya: a. Iblis menyesatkan dan merusak manusia adalah akar kegelapan dan kejahatan di dunia

Selanjutnya: c. Bagaimana Tuhan mengakhiri zaman gelap kekuasaan Iblis pada akhir zaman

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini