52. Melepaskan Cara-Caraku yang Sewenang-Wenang

Oleh Saudari Kylie, Prancis

Pada tahun 2020, aku ditugaskan untuk menyirami para petobat baru. Awalnya, aku mengelola dua gereja seorang diri. Kemudian, karena beberapa alasan, pemimpin mengatur agar aku dan Saudari Lillian memimpin hanya salah satu dari gereja-gereja tersebut. Setelah melihat pengaturan seperti itu, aku merasa sedikit kesal. "Dahulu aku mengelola dua gereja seorang diri, sekarang aku hanya mengelola satu gereja, tetapi mereka memberiku rekan sekerja. Apakah itu benar-benar diperlukan? Prestasi apa pun yang diperoleh pasti akan terlihat dicapai oleh dua orang, dan aku pasti tidak menjadi pusat perhatian dan tidak seorang pun yang akan menghormatiku. Jika aku menanganinya sendiri, maka saudara-saudari akan memandangku sebagai orang yang cakap karena menangani begitu banyak hal seorang diri. Mereka pasti akan melihatku sebagai orang yang cakap dalam pekerjaan itu, sebagai orang yang sangat dibutuhkan dalam tugas itu. Itu akan sangat mengagumkan. Selain itu, jika bersama rekan sekerja, aku tidak bisa menjadi penentu keputusan, maka bukankah itu berarti kekuasaanku hanya separuh? Aku harus meminta pendapat rekan sekerjaku tentang segala hal dan akan terlihat tidak kompeten." Pemikiran itu membuatku sangat menentang pengaturan itu dan bertanya-tanya apakah pemimpin telah melakukan kesalahan, atau apakah dia memandang rendah diriku. Aku tahu semua gereja lainnya memiliki dua orang yang memimpin, tetapi aku merasa sangat kompeten, jadi aku seharusnya aku tidak diperlakukan sama seperti yang lain. Aku benar-benar mengesampingkan Lillian, bahkan tidak memberitahunya tentang banyak hal yang kukerjakan.

Pada satu titik, dua kelompok harus bergabung karena di kedua grup itu anggotanya terlalu sedikit. Kupikir aku bisa melakukan hal yang sederhana itu sendiri. Aku telah menangani semua hal itu sendiri sebelumnya, jadi tidak perlu ada diskusi dengan Lillian, dan aku langsung menggabungkan mereka. Saat Lillian bertanya, kukatakan kepadanya dengan percaya diri bahwa aku telah mengurusnya. Di lain waktu, pemimpin ingin kami melihat petobat baru mana yang bisa dilatih untuk memberitakan Injil, jadi aku langsung membentuk sekelompok calon yang baik. Saat mereka mempelajari prinsip-prinsip untuk menginjil, aku melihat salah seorang dari mereka cenderung sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa mendiskusikannya dengan siapa pun, aku mengeluarkan dia dari kelompok itu dan tidak mengizinkannya ikut serta dalam memberitakan Injil. Saat saudara yang memimpin pekerjaan penginjilan mengetahuinya, dia memangkasku, mengatakan aku bersikap semaunya dan sewenang-wenang, membuat keputusan tanpa melibatkan rekan sekerjaku. Pada waktu itu aku hanya berkata dia benar, tetapi di dalam hati aku tidak percaya bahwa kerusakanku separah itu.

Setelah hal-hal seperti itu terjadi berkali-kali, suatu hari Lillian mencariku dan berkata, "Kita adalah rekan sekerja. Meskipun engkau bisa melakukan sesuatu sendiri, engkau harus melibatkanku agar aku juga tahu kemajuan pekerjaan kita. Setiap kali suatu masalah muncul, Reese selalu berusaha mendiskusikan segala sesuatunya dengan rekan sekerjanya. Mereka membicarakan semuanya bersama-sama." Kupikir, "Jika aku memberitahumu, engkau hanya akan menerima saranku, jadi perlukah kita menjalani formalitas itu? Reese selalu bertanya karena dia tidak tahu cara melakukan sesuatu. Untuk apa repot-repot berdiskusi jika aku bisa mengurusnya dengan baik? Memiliki rekan sekerja sangat merepotkan, harus membicarakan segala hal denganmu. Akan terlihat sepertinya aku adalah seorang bawahan yang melapor kepada atasan, membuatku terlihat tidak kompeten." Kemudian, dia menyinggung masalah ini kepadaku beberapa kali lagi, tetapi aku terus melakukan segala sesuatunya seperti sebelumnya. Terkadang dia bertanya kepadaku tentang hal-hal spesifik dalam tugas kami, tetapi aku menampiknya, berpikir dia sedang bertanya tentang hal-hal yang baru kami diskusikan. Dalam diskusi kerja kami, terkadang aku mendengar Lillian menghela napas berulang kali, dan aku bertanya-tanya apakah dia merasa terkekang olehku. Aku memang merasa sedikit menyesal. Namun kemudian menurutku aku tidak melakukan apa pun terhadapnya, jadi aku tidak menganggapnya serius. Suatu hari, dia bertanya kepadaku apakah aku mampu mengelola gereja ini seorang diri. Pada waktu itu aku tidak memahami apa maksud dia menanyakan hal itu dan aku bertanya-tanya apakah dia akan dipindahkan. Kupikir bagus jika dia dipindahkan, jadi aku tidak perlu melaporkan segala sesuatu kepadanya, dan aku bisa menjadi pemimpin. Jadi, aku hanya menjawab bahwa aku mampu. Setelah mendengar hal itu, Lillian tidak mengatakan sepatah kata pun. Belakangan, aku mengetahui dia benar-benar merasa terkekang olehku, dia tidak bisa melakukan apa pun dan bahkan dia ingin mengundurkan diri. Pada waktu itu, aku hanya mengakui bahwa sikapku tidak baik terhadapnya, tetapi aku tidak merenungkan diri.

Pemimpin meminta Lillian memfokuskan sebagian upayanya pada proyek lain, jadi aku bertanggung jawab untuk lebih banyak pekerjaan gereja. Aku diam-diam merasa senang, berpikir bahwa akhirnya sekarang aku bisa menunjukkan keterampilanku dan bisa menjadi penentu keputusan. Namun, segala sesuatunya ternyata sama sekali tidak seperti itu. Tugasku menjadi jauh lebih sulit, dan saat saudara-saudari menghadapi masalah dalam tugas-tugas mereka, aku tidak bisa melihat esensinya, jadi aku tidak mampu menyelesaikan sumber penyebab masalah itu. Setelah beberapa waktu, semakin banyak petobat baru yang tidak berkumpul secara teratur, dan pemimpin mengatakan bahwa kinerjaku adalah yang terburuk. Lillian juga sering menunjukkan masalahku, mengatakan aku suka bekerja sendiri dan tidak berkonsultasi dengan orang lain, juga tidak mencari kebenaran dalam segala sesuatu. Pada waktu itu, aku benar-benar keras kepala dan tidak menerimanya atau merenungkan diriku. Keadaanku semakin memburuk setelah itu dan aku selalu merasa kebingungan. Suatu hari, pemimpin berkata dia ingin berbicara denganku mengenai keadaanku dan mengatur pertemuan dengan saudari lainnya. Aku mendengar bahwa perilaku saudari itu buruk, jadi aku mengartikan bahwa pemimpin itu merasa aku sama seperti saudari tersebut. Ketika aku memikirkan hal ini, aku merasa agak takut. Apakah masalahku benar-benar seburuk itu? Apa aku akan diberhentikan? Semuanya baik-baik saja saat aku telah mengelola dua gereja sebelumnya, lalu sekarang hanya mengelola satu gereja, melakukan pekerjaan yang sudah familier, yang pernah kulakukan sebelumnya, mengapa aku tidak melakukannya dengan baik? Pasti ada yang salah denganku. Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa, memohon Dia membimbingku untuk merenungkan dan memahami masalahku.

Lalu suatu hari, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Ketika dua orang bertanggung jawab atas sesuatu, dan salah satunya memiliki esensi antikristus, apa yang diperlihatkan dalam diri orang ini? Dalam hal apa pun, mereka sendirilah yang memulai, yang mengajukan pertanyaan, yang menyelesaikan masalah, dan yang memberikan solusi. Dan sering kali, mereka merahasiakannya dari rekan sekerja mereka. Apa pandangan antikristus terhadap rekan sekerja mereka? Di mata antikristus, orang-orang itu bukan wakil mereka, melainkan hanya hiasan. Di mata antikristus, rekan sekerja mereka sama sekali dianggap tidak ada. Setiap kali ada masalah, antikristus memikirkannya, dan begitu mereka memutuskan suatu tindakan, mereka memberi tahu semua orang bahwa dengan cara inilah hal tersebut harus dilakukan, dan tak seorang pun diizinkan untuk mempertanyakannya. Apa esensi dari kerjasama mereka dengan orang lain? Esensinya adalah untuk menjadi penentu keputusan, tidak pernah mendiskusikan masalah dengan orang lain, menjadi satu-satunya penanggung jawab pekerjaan, dan menjadikan rekan sekerja mereka hanya sebagai hiasan. Mereka selalu bertindak sendiri dan tidak pernah bekerja sama dengan siapa pun. Mereka tidak pernah mendiskusikan atau membicarakan pekerjaan mereka dengan orang lain, mereka sering kali membuat keputusan sendiri dan menangani masalah seorang diri, dan dalam banyak hal, orang lain baru mengetahui bagaimana masalah diselesaikan atau ditangani setelah masalah itu selesai. Orang lain memberi tahu mereka, 'Semua masalah harus didiskusikan dengan kami. Kapan engkau menangani orang itu? Bagaimana caramu menangani dia? Mengapa kami tidak mengetahuinya?' Mereka tidak memberikan penjelasan ataupun memperhatikan; bagi mereka, rekan sekerja mereka sama sekali tidak ada gunanya dan hanya merupakan dekorasi atau hiasan. Ketika sesuatu terjadi, mereka memikirkannya, mengambil keputusan sendiri, dan bertindak sesuka hati mereka. Sebanyak apa pun orang-orang yang ada di sekitar mereka, seakan-akan orang-orang ini tidak ada di sana. Bagi antikristus, orang-orang ini bisa dianggap angin lalu. Oleh karena hal ini, adakah sesuatu aspek nyata dari kerja sama mereka dengan orang lain? Sama sekali tidak, mereka hanya bersikap asal-asalan dan berpura-pura. Orang lain berkata kepada mereka, 'Mengapa engkau tidak bersekutu dengan orang lain ketika engkau menemukan masalah?' Mereka menjawab, 'Apa yang mereka ketahui? Aku pemimpin tim, terserah aku untuk memutuskan.' Yang lain berkata, 'Dan mengapa engkau tidak bersekutu dengan rekan sekerjamu?' Mereka menjawab, 'Kukatakan kepadanya, dia tidak memiliki pendapat.' Mereka menggunakan orang lain yang tidak memiliki pendapat atau tidak dapat berpikir sendiri sebagai alasan untuk mengaburkan fakta bahwa mereka sedang bertindak sekehendak mereka sendiri. Dan setelah beralasan seperti ini, mereka sama sekali tidak memeriksa diri mereka sendiri. Tidaklah mungkin bagi orang seperti ini untuk menerima kebenaran. Inilah masalah dengan natur antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka Akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)"). Firman Tuhan menggambarkan keadaanku dengan sempurna. Setiap kata terasa seperti Tuhan sedang secara langsung menyingkapkanku. Aku akhirnya menyadari bahwa selalu ingin menjadi penentu keputusan dalam segala hal, memperlakukan Lillian seolah dia tidak ada, tidak berkonsultasi dengannya dengan dalih aku bisa melakukannya, bertindak semaunya dan menempuh jalan antikristus. Mengingat masa lalu, selama ini aku telah melakukan tugasku seperti itu. Ketika tiba saatnya untuk menggabungkan kedua kelompok, aku melakukannya tanpa berdiskusi dengan Lillian, aku juga bahkan tidak memberitahunya terlebih dahulu. Saat aku melihat seorang petobat baru sibuk dengan pekerjaannya, aku tidak mendiskusikan tindakan yang terbaik dengan Lillian, tetapi langsung mengeluarkan petobat baru itu dari grup dan mencabut tugasnya. Saat Lillian menanyakan kemajuan beberapa pekerjaan dan para petobat baru, alih-alih meresponi dengan sabar, aku menjadi kesal dan menentang, berpikir itu seperti melapor kepada atasan, seolah-olah posisiku berada di bawahnya, jadi aku mengabaikannya. Aku selalu ingin menjadi penentu keputusan, aku ingin punya otoritas. Aku bertindak semaunya dan sewenang-wenang dalam tugasku, tidak mau bekerja dengan siapa pun, dan aku juga menghambat Lillian. Bagaimana itu bisa disebut melakukan tugasku? Itu artinya mengganggu pekerjaan gereja dan bertindak sebagai antek Iblis.

Kemudian, aku menemukan bagian lain firman Tuhan: "Meskipun para pemimpin dan pekerja memiliki rekan sekerja, dan semua orang yang melakukan tugas apa pun memiliki rekan sekerja, antikristus yakin bahwa mereka memiliki kualitas yang baik dan lebih baik daripada orang kebanyakan sehingga orang kebanyakan tidak layak menjadi rekan sekerja mereka, dan semuanya lebih rendah daripada mereka. Inilah sebabnya antikristus suka menjadi penentu keputusan dan tidak suka mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain. Mereka pikir melakukan hal itu membuat mereka terlihat seperti seorang inkompeten yang tidak berguna. Sudut pandang macam apa ini? Watak macam apa ini? Apakah ini watak yang congkak? Mereka menganggap bekerja sama dan mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain, bertanya kepada mereka dan mencari dari mereka, adalah tidak bermartabat dan merendahkan, suatu penghinaan terhadap harga diri mereka. Jadi, untuk melindungi harga dirinya, mereka tidak memiliki transparansi dalam apa pun yang mereka lakukan, mereka juga tidak memberi tahu orang lain tentang hal itu, apalagi mendiskusikannya dengan mereka. Menurut mereka berdiskusi dengan orang lain berarti memperlihatkan diri mereka tidak kompeten; menurut mereka selalu meminta pendapat orang lain berarti mereka bodoh dan tidak mampu berpikir sendiri; menurut mereka bekerja bersama orang lain dalam menyelesaikan sebuah tugas atau menyelesaikan beberapa masalah membuat mereka tampak tidak berguna. Bukankah ini adalah mentalitas mereka yang congkak dan absurd? Bukankah ini adalah watak rusak mereka? Kecongkakan dan sikap merasa diri benar di dalam diri mereka terlalu jelas; mereka telah kehilangan semua nalar manusia normal, dan mereka tidak sehat secara mental. Mereka selalu berpikir bahwa mereka memiliki kemampuan, mampu menyelesaikan segala sesuatu seorang diri, dan tidak perlu bekerja sama dengan orang lain. Karena mereka memiliki watak yang rusak seperti itu, mereka tak mampu mencapai kerja sama yang harmonis. Mereka yakin bahwa bekerja sama dengan orang lain berarti melemahkan dan memecah-belah kekuasaan mereka, bahwa ketika pekerjaan dibagi dengan orang lain, kekuasaan mereka sendiri berkurang dan mereka tak bisa memutuskan sendiri segala sesuatunya, yang berarti mereka tidak memiliki kekuasaan nyata, yang bagi mereka merupakan kerugian besar. Jadi, apa pun yang terjadi pada diri mereka, jika mereka yakin bahwa mereka mengerti dan bahwa mereka tahu cara yang tepat untuk menanganinya, mereka tidak akan mendiskusikannya dengan orang lain, dan mereka yang akan mengambil semua keputusan. Mereka akan lebih memilih melakukan kesalahan daripada membiarkan orang lain tahu, mereka akan lebih memilih untuk salah daripada berbagi kekuasaan dengan orang lain, dan mereka akan lebih memilih diberhentikan daripada membiarkan orang lain ikut campur dalam pekerjaan mereka. Inilah antikristus itu. Mereka lebih suka merugikan kepentingan rumah Tuhan, lebih suka mempertaruhkan kepentingan rumah Tuhan, daripada berbagi kekuasaan dengan orang lain. Menurut mereka, saat mereka sedang melakukan suatu pekerjaan atau menangani suatu masalah, ini bukanlah pelaksanaan tugas, melainkan kesempatan untuk memamerkan diri dan untuk lebih menonjol daripada orang lain, dan kesempatan untuk menunjukkan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun mereka berkata bahwa mereka akan bekerja sama secara harmonis dengan orang lain dan mereka akan mendiskusikan masalah apa pun yang muncul bersama orang lain, sebenarnya, di lubuk hatinya, mereka tidak rela menyerahkan kekuasaan atau status mereka. Menurut mereka asalkan mereka memahami beberapa doktrin dan mampu melakukannya seorang diri, mereka tidak perlu bekerja sama dengan siapa pun; menurut mereka, tugas itu haruslah dilaksanakan dan diselesaikan seorang diri, dan hanya inilah yang membuat mereka cakap. Apakah pandangan ini benar? Mereka tidak tahu jika mereka melanggar prinsip, mereka tidak melakukan tugas mereka, mereka tidak mampu melaksanakan amanat Tuhan, dan mereka hanya mengerahkan tenaga. Alih-alih mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika melakukan tugasnya, mereka menggunakan kekuasaan sesuai dengan pemikiran dan niat mereka, pamer, dan memamerkan diri mereka sendiri. Siapa pun rekan sekerja mereka atau apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak pernah mau mendiskusikan segala sesuatu, mereka selalu ingin bertindak sendiri, dan selalu ingin menjadi penentu keputusan. Mereka jelas bermain-main dengan kekuasaan dan menggunakan kekuasaan untuk melakukan segala sesuatu. Antikristus semuanya menyukai kekuasaan, dan ketika mereka memiliki status, mereka menginginkan lebih banyak kekuasaan. Ketika mereka memiliki kekuasaan, antikristus cenderung menggunakan status mereka untuk pamer dan memamerkan diri mereka sendiri, sehingga membuat orang lain mengagumi mereka dan mencapai tujuan mereka untuk terlihat paling menonjol. Oleh karena itu, antikristus sangat mementingkan kekuasaan dan status, dan tidak akan pernah melepaskan kekuasaan mereka, selamanya" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka Akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)"). Saat membaca ini, aku merenungkan bahwa alasan aku telah begitu sewenang-wenang dan tidak mau bekerja dengan orang lain adalah karena khawatir jika lebih banyak orang terlibat dalam pekerjaan gereja, kekuasaanku akan terbagi dan aku tidak akan menjadi satu-satunya pemimpin, menjadi penentu keputusan, atau mendapatkan kekaguman orang lain. Sebelumnya, aku bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, dan kupikir aku sudah berpengalaman, punya keterampilan untuk itu, dan kompeten. Aku memanfaatkan ini dan menjadi congkak, berpikir diriku istimewa dan lebih unggul dari yang lain. Rekan sekerjaku, Lillian, ingin aku mendiskusikan segala sesuatu dengannya sebelum melakukan apa pun, tetapi aku merasa berdiskusi dengannya akan membuatku terlihat tidak kompeten, jadi aku hanya melakukan semuanya sendiri. Terkadang aku bertanya-tanya apa sebaiknya aku berkonsultasi dengannya, tetapi untuk pamer dan mendapatkan kekaguman orang lain, aku berdalih, berpikir dia selalu tidak punya pendapat untuk disampaikan, dan meskipun akhirnya aku berdiskusi dengannya, dia hanya akan setuju denganku. Aku menggunakan ini sebagai alasan untuk tidak bekerja bersama Lillian. Gereja telah mengatur agar kami melakukan pekerjaan gereja bersama-sama. Dia berhak mengambil bagian dalam setiap pekerjaan, mengetahui detail dan kemajuannya, tetapi aku mengesampingkan dia untuk melakukan semuanya sendiri, merampas haknya untuk mengetahui segala sesuatu dan bicara, hanya menjadikan dia boneka. Aku memegang semua pekerjaan seorang diri, tidak membiarkannya berpartisipasi. Bukankah dengan melakukan hal ini, aku pada dasarnya sama dengan antikristus yang mendirikan kerajaannya sendiri? Aku teringat kediktatoran si naga merah yang sangat besar dan tangan besinya di mana orang-orang harus mutlak mendengarkannya. Adapun aku, aku ingin memimpin dalam semua yang kulakukan, sewenang-wenang dan tidak mau berdiskusi dengan orang lain. Aku bertindak semaunya di gereja dan memegang kendali. Apa bedanya aku dengan si naga merah yang sangat besar? Semakin kupikirkan, semakin aku menyadari betapa seriusnya masalahku yang tidak mau bekerja sama dengan orang lain, dan aku merasa agak takut. Kristus dan kebenaran berkuasa di gereja. Apa pun yang terjadi, kita harus mencari kebenaran dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip. Namun, aku selalu ingin menjadi penentu keputusan di gereja yang kukelola. Bukankah aku hanya ingin menjadi penguasa? Aku tidak memikirkan cara menerapkan kebenaran dan melindungi kepentingan gereja, melainkan hanya memikirkan apakah hasrat pribadiku akan terpenuhi. Pada akhirnya, pekerjaan gereja menjadi sama sekali berantakan karena diriku, dan, aku justru mengganggu dan menghalangi. Karena anugerah Tuhan-lah aku bisa melakukan tugas itu. Kehendak Tuhan adalah agar aku sungguh-sungguh mengejar kebenaran, bekerja dengan baik bersama saudara-saudari dan menyirami para petobat baru dengan benar agar mereka dapat meletakkan dasar di jalan yang benar. Namun, aku menggunakannya sebagai kesempatan untuk pamer, menggunakan kekuasanku, dan membuat orang lain menghormatiku. Aku selalu angkuh, memamerkan keterampilanku. Ini tidak hanya menghalangi pekerjaan gereja, tetapi juga merugikan saudara-saudari dan merugikan hidupku sendiri.

Aku menonton video pembacaan firman Tuhan yang mengubah pandanganku yang keliru. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Kerjasama yang harmonis melibatkan banyak hal. Setidaknya, salah satu dari banyak hal ini adalah membiarkan orang lain berbicara dan memberikan saran yang berbeda. Jika engkau benar-benar masuk akal, apa pun pekerjaan yang kaulakukan, engkau harus terlebih dahulu belajar mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan engkau juga harus berinisiatif untuk mencari pendapat orang lain. Asalkan engkau menanggapi setiap saran dengan serius, dan kemudian menyelesaikan masalah dengan sehati dan sepikir, pada dasarnya engkau akan mencapai kerja sama yang harmonis. Dengan cara ini, engkau akan menghadapi kesulitan yang jauh lebih sedikit dalam tugasmu. Apa pun masalah yang muncul, akan mudah untuk menyelesaikan dan menanganinya. Inilah efek dari kerjasama yang harmonis. Terkadang ada perselisihan karena hal-hal sepele, tetapi selama semua ini tidak memengaruhi pekerjaan, hal-hal itu tidak akan menjadi masalah. Namun, mengenai hal-hal penting dan hal-hal besar yang melibatkan pekerjaan gereja, engkau harus mencapai permufakatan dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Sebagai seorang pemimpin atau pekerja, jika engkau selalu menganggap dirimu lebih unggul daripada orang lain, dan bersenang-senang dalam tugasmu seperti itu adalah jabatan dalam pemerintahan, selalu menikmati manfaat dari statusmu itu, selalu membuat rencanamu sendiri, selalu memikirkan dan menikmati ketenaran, keuntungan dan statusmu sendiri, selalu mengurus urusanmu sendiri, dan selalu berusaha untuk mendapatkan status yang lebih tinggi, mengatur atau mengendalikan lebih banyak orang, dan memperluas lingkup kekuasaanmu, ini adalah masalah. Memperlakukan tugas penting sebagai kesempatan untuk menikmati kedudukanmu seolah-olah engkau adalah pejabat pemerintah adalah sangat berbahaya. Jika engkau selalu bertindak seperti ini, tidak mau bekerja sama dengan orang lain, tidak mau melemahkan kekuasaanmu dan membaginya dengan orang lain, tidak mau orang lain lebih unggul daripada dirimu, mencuri pusat perhatian, jika engkau hanya ingin menikmati kekuasaan seorang diri, itu berarti engkau adalah antikristus. Namun, jika engkau sering mencari kebenaran, menerapkan pemberontakan terhadap dagingmu, terhadap motivasi dan gagasanmu sendiri, dan mampu mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan orang lain, membuka hatimu untuk berkonsultasi dan mencari bersama orang lain, dengan penuh perhatian mendengarkan gagasan dan saran orang lain, serta menerima saran yang benar dan yang sesuai dengan kebenaran, dari siapa pun itu berasal, itu artinya engkau sedang melakukan penerapan dengan cara yang bijak dan benar, dan engkau dapat menghindarkan dirimu agar tidak menempuh jalan yang salah, di mana ini merupakan perlindungan bagimu. Engkau harus melepaskan gelar kepemimpinanmu, melepaskan simbol statusmu, memperlakukan dirimu sebagai orang biasa, berdiri setara dengan orang lain, dan memiliki sikap yang bertanggung jawab terhadap tugasmu. Jika engkau selalu memperlakukan tugasmu sebagai gelar dan status resmi, atau semacam kehormatan, dan membayangkan bahwa orang lain ada di sana untuk bekerja dan melayani kedudukanmu, ini menyusahkan, dan Tuhan akan benci dan muak terhadapmu. Jika engkau percaya bahwa engkau setara dengan orang lain, bahwa engkau hanya memiliki sedikit lebih banyak amanat dan tanggung jawab dari Tuhan, jika engkau dapat belajar menempatkan dirimu setara dengan mereka, dan bahkan dapat merendahkan diri untuk meminta pendapat orang lain, dan jika engkau dapat dengan sungguh-sungguh, saksama, dan penuh perhatian mendengarkan apa yang mereka katakan, maka engkau akan bekerja sama dengan harmonis dengan orang lain. Efek apa yang akan dicapai oleh kerjasama yang harmonis seperti ini? Efeknya sangat besar. Engkau akan mendapatkan hal-hal yang belum pernah kaudapatkan sebelumnya, yaitu terang kebenaran dan kenyataan hidup; engkau akan menemukan kebajikan orang lain dan belajar dari kelebihan mereka. Ada hal lainnya: engkau mungkin menganggap orang lain bodoh, dungu, tolol, lebih rendah daripada dirimu, tetapi ketika engkau mendengarkan pendapat mereka, atau orang lain membuka diri kepadamu, tanpa disadari engkau akan mendapati bahwa tak seorang pun sebiasa seperti yang kaupikirkan, bahwa semua orang dapat memberikan pemikiran dan ide yang berbeda, dan bahwa semua orang memiliki kecakapannya sendiri. Jika engkau belajar untuk bekerja sama secara harmonis, selain membantumu belajar dari kelebihan orang lain, ini dapat menyingkapkan kecongkakan dan sikapmu yang merasa diri benar, dan membuatmu berhenti menganggap dirimu cerdas. Ketika engkau tidak lagi menganggap dirimu lebih cerdas dan lebih baik daripada orang lain, engkau akan berhenti hidup dalam keadaan narsistik dan menghargai diri sendiri ini. Dan itu akan melindungimu, bukan? Itulah pelajaran yang seharusnya engkau petik dan manfaat yang seharusnya engkau peroleh dari bekerja sama dengan orang lain" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka Akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)"). Saat aku melihat bagian ini, aku sadar alasan aku tidak mau bekerja sama dengan Lillian—dan mengapa aku takut membagi kekuasaanku—adalah karena aku tidak memandang tugas yang Tuhan berikan sebagai tanggung jawabku. Aku malah menganggapnya sebagai jabatan resmiku, seolah-olah itu adalah kedudukan dan mahkotaku. Aku tidak mau bekerja sama dengan orang lain dan selalu merasa tinggi dan kuat, ingin menonjol sendiri. Itu adalah jalan yang salah. Sebenarnya, yang periode waktu itu singkapkan adalah aku memiliki pemahaman yang dangkal tentang kebenaran dan pendekatan yang keliru terhadap masalah. Aku juga tidak mempertimbangkan pekerjaan kami secara keseluruhan dan hampir tidak melakukan pekerjaan nyata. Membantu saudara-saudari dengan masalah dalam jalan masuk kehidupan adalah pergumulan, dan banyak pekerjaan yang tidak bisa kulakukan sendiri. Aku membutuhkan orang lain di sana untuk bekerja bersama, berdiskusi, dan mendapatkan umpan balik, belajar dari kelebihan mereka untuk melengkapi kekuranganku. Aku teringat Tuhan yang berinkarnasi mengungkapkan begitu banyak kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Dia tidak menunjukkan kesombongan sedikit pun. Dia mendengarkan saran orang dalam banyak hal dan tidak pernah pamer. Dia selalu secara diam-diam mengungkapkan kebenaran untuk menyirami dan membekali umat manusia. Esensi Tuhan sangat baik dan indah. Namun, aku telah dirusak oleh Iblis, penuh dengan watak iblis, dan tidak memahami kebenaran. Ada banyak hal yang tidak mampu kupahami. Namun meskipun demikian, aku tetap merasa tinggi dan kuat, berpikir diriku istimewa, bahwa aku mampu mengerjakan banyak pekerjaan seorang diri tanpa rekan sekerja, sama sekali tidak memedulikan orang lain. Aku sangat congkak dan irasional. Sebenarnya, mendiskusikan segala sesuatu dan bersekutu lebih banyak dalam tugas kita itu masuk akal dan bijaksana, itu bukan cerminan ketidakmampuan. Itu berarti mendapatkan sesuatu dari orang lain yang tidak bisa kita lihat atau pahami, dan menghindari jalan yang salah karena kesombongan kita. Ini adalah satu-satunya cara untuk melakukan tugas dengan baik dan mendapatkan perlindungan Tuhan. Sekarang aku memahami kehendak Tuhan. Berdiskusi, bersikap kooperatif, dan saling melengkapi kekurangan adalah satu-satunya cara untuk melakukan tugas dengan baik dan menyenangkan Tuhan.

Kemudian, aku menemukan bagian lain firman Tuhan, yang membuatku menemukan jalan untuk kuikuti. Firman Tuhan katakan: "Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara? (Aku sedikit mampu sekarang. Sebelumnya, aku sering tidak mau mendengar saran saudara-saudari dan selalu bersikeras melakukan semuanya dengan caraku sendiri. Baru kemudian, setelah fakta membuktikan aku salah, aku sadar bahwa kebanyakan saran mereka itu benar, bahwa itu adalah hasil dari pembahasan semua orang yang sebenarnya sesuai, dan bahwa dengan mengandalkan pandanganku sendiri, aku tak mampu memahami segala sesuatu dengan jelas dan bahwa aku memiliki kekurangan. Setelah mengalami hal ini, aku sadar betapa pentingnya kerja sama yang harmonis itu.) Dan apa yang bisa kaupahami dari hal ini? Setelah mengalami hal ini, apakah engkau menerima manfaat dan memahami kebenaran? Apakah menurutmu ada orang yang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapapun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta, dan ini adalah sikap yang seharusnya orang miliki agar mampu memperlakukan kekuatan dan kelebihan atau kesalahan mereka dengan cara yang benar; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja bersama mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan mampu menerapkan aspek kenyataan kebenaran ini, engkau akan dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, mampu memanfaatkan kelebihan mereka untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Benar. Betapa pun hebat dan kompetennya dirimu, engkau bukan orang yang sempurna. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan, dan itu harus diperlakukan dengan benar. Kita harus belajar mendengarkan saran orang lain dan saling mendukung. Hanya dengan memiliki akal sehat seperti itulah kita bisa bekerja sama dengan orang lain dengan baik. Sebelumnya, aku hanya selalu memperhatikan tugas menyirami para petobat baru, sedangkan Lillian menangani pekerjaan penginjilan. Jika aku yang memimpin semua pekerjaan itu, tidak mungkin aku mampu mengelolanya atau melakukannya dengan baik. Dan sudut pandangku terbatas dalam banyak hal dalam tugasku. Aku gegabah. Setiap kali pemimpin kami menanyakan tentang pekerjaanku, dia menunjukkan banyak kesalahan dan hal-hal yang tidak dilakukan dengan benar. Aku sadar aku tidak mampu memenuhi tugasku dengan baik tanpa seorang rekan sekerja. Aku tidak pernah memahami hal itu sebelumnya, dan tidak mengenal diriku. Aku congkak, selalu ingin memimpin, dan tidak bisa bekerja dengan orang lain. Ini menghambat pekerjaan gereja. Menyadari hal ini, aku merasa sangat bersalah, jadi aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, berkata aku tidak mau hidup dalam kerusakan lagi, dan siap bekerja dengan baik bersama Lillian dalam tugasku.

Dalam pekerjaan kami bersama setelah itu, aku melihat Lillian punya banyak kelebihan. Dia lebih peka daripada diriku dan mencari prinsip-prinsip kebenaran saat ada masalah. Dia terperinci dalam mempersekutukan kebenaran. Aku belum lama menjadi pemimpin, jadi aku hanya punya gagasan yang samar tentang cara mengelola pekerjaan gereja. Dalam hal detail tentang bagaimana melakukan pekerjaan dan bagaimana mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, aku agak kurang jelas. Aku bukan tandingannya dalam hal itu. Dan dia juga lebih pengasih daripadaku; saat membantu para petobat baru, dia selalu berulang-ulang menyampaikan persekutuannya. Saat kupikir dia sudah bekerja dengan baik, dia selalu berkata bahwa dia harus menjadi lebih baik. Aku teringat tentang bagaimana selama ini aku tidak bekerja sama dengannya, justru menganggapnya tidak berguna. Terkadang dia bersikap negatif, tetapi dengan cepat dia mengubah keadaannya dan terus melakukan tugasnya secara aktif. Meskipun aku selalu mengabaikannya, dia terus mengajukan pertanyaan. Dia penuh kasih dan sabar, serta dengan tulus bertanggung jawab atas tugasnya. Semua ini adalah kualitas yang tidak kumiliki. Aku merasa bersalah saat menyadari hal itu. Aku menyadari betapa watak rusakku telah menyakiti Lillian dan merugikan pekerjaan gereja. Jika saja aku sangat ingin bekerja sama dengannya dari sejak awal, mendiskusikan semuanya dengan dia, segala sesuatunya tidak akan menjadi seperti itu. Aku penuh penyesalan, dan datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Tuhan, aku bisa melihat kerusakan dan kekuranganku, sekarang aku memahami kehendak-Mu. Mulai sekarang aku akan bekerja sama dengan Lillian dan hidup dalam keserupaan dengan manusia."

Dalam pekerjaanku dengan Lillian setelah itu, aku pastikan bertanya kepadanya hal-hal seperti, "Apakah menurutmu ini baik? Apakah engkau punya saran lain?" Suatu kali saat kami sedang mendiskusikan pekerjaan kami, dia menanyakan kemajuan penyiraman petobat baru. Aku berpikir dalam hati, "Kita baru membicarakannya beberapa hari lalu, kenapa membahasnya lagi? Jika ada masalah, aku bisa mengatasinya." Aku ingin menepis dia lagi. Lalu aku sadar masalah lamaku muncul kembali, aku ingin menjadi pemimpin. Aku segera berdoa, memohon Tuhan membimbingku agar aku tidak bertindak dari watak rusakku. Setelah berdoa, aku teringat semua kegagalanku selama ini, bagaimana aku bertindak semaunya dan sewenang-wenang, selalu ingin melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri dan pamer. Itu sepenuhnya adalah pengungkapan Iblis. Aku harus menyangkali diriku, menerapkan firman Tuhan, dan bekerja sama dengan Lillian. Jadi, aku dengan sungguh-sungguh menyampaikan semua yang kuketahui tentang pekerjaanku bersamanya, dan ketika aku sudah selesai bicara, Lillian memberikan pendapatnya. Aku belajar beberapa hal dari persekutuannya dan merasa itu adalah cara yang bagus untuk melakukan tugas.

Setelah itu, ketika aku menghadapi masalah dalam tugasku, aku selalu mencari Lillian untuk mendiskusikannya, dan kami selalu mencari kebenaran dan bersekutu tentang masalah-masalah ini bersama-sama. Setelah beberapa waktu melakukan hal ini, keadaanku membaik dan kinerjaku dalam tugas meningkat. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Dan aku juga mengerti bahwa hanya dengan menyangkal diri dalam tugasku, bekerja bersama orang lain dengan baik, dan saling melengkapi kekurangan masing-masing, barulah aku dapat menerima bimbingan Tuhan.

Sebelumnya: 51. Aku Telah Menyambut Kedatangan Tuhan Kembali!

Selanjutnya: 54. Keegoisan Itu Keji

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

44. Aku Telah Pulang

Oleh Saudara Chu Keen Pong, MalaysiaAku telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun dan melayani di gereja selama dua tahun,...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini