Cara Mengejar Kebenaran (18)

Beberapa hari yang lalu, sebuah peristiwa yang serius terjadi di mana para antikristus mengganggu pekerjaan penyebarluasan Injil. Apakah engkau semua tahu mengenai hal ini? (Ya.) Setelah peristiwa ini terjadi, reorganisasi pekerjaan penginjilan di rumah Tuhan dimulai, dan ada orang-orang yang mulai dipindahtugaskan atau dipindahkan, dan ada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan penginjilan yang juga disesuaikan, bukan? (Ya.) Peristiwa besar seperti ini terjadi di rumah Tuhan, dan para antikristus bermunculan di sekitarmu. Apakah engkau semua dapat memetik pelajaran dari menghadapi peristiwa penting seperti itu? Sudahkah engkau semua mencari kebenaran? Sudahkah engkau melihat esensi dari beberapa masalah, dan mampu memetik pelajaran dari peristiwa besar seperti itu? Ketika sesuatu terjadi, bukankah kebanyakan orang hanya memetik sedikit pelajaran darinya secara dangkal, dan memahami beberapa doktrin, tanpa menyelidiki esensinya, dan tanpa belajar bagaimana memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak berdasarkan kebenaran? Ada orang-orang yang hanya merenung berdasarkan pikiran dan perhitungan mereka sendiri, apa pun yang terjadi pada mereka. Mereka sama sekali tidak memiliki prinsip-prinsip kebenaran, dan juga tidak memiliki kecerdasan serta hikmat. Mereka hanya merangkum beberapa pelajaran, dan kemudian mengambil keputusan: "Ketika hal-hal ini terjadi lagi kelak, aku harus berhati-hati dan memperhatikan hal-hal apa saja yang tidak boleh kukatakan, hal-hal apa saja yang tidak boleh kulakukan, serta orang-orang seperti apa yang harus kuwaspadai, dan orang-orang seperti apa yang harus terus dekat denganku." Apakah ini termasuk memetik pelajaran dan memperoleh pengalaman? (Tidak.) Jadi, ketika hal-hal seperti ini terjadi, entah itu peristiwa besar atau kecil, bagaimana orang harus mengalaminya, memperlakukannya, dan masuk secara mendalam ke dalamnya sehingga mereka dapat memetik pelajaran, dan memahami beberapa kebenaran serta bertumbuh dalam tingkat pertumbuhan saat menghadapi lingkungan seperti ini? Kebanyakan orang tidak merenungkan hal-hal ini, bukan? (Ya.) Jika mereka tidak merenungkan hal-hal ini, apakah mereka adalah orang-orang yang mencari kebenaran? Apakah mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Apakah menurutmu engkau semua adalah orang yang mengejar kebenaran? Berdasarkan hal-hal apa engkau yakin bahwa engkau bukanlah orang yang mengejar kebenaran? Dan berdasarkan hal-hal apa terkadang engkau menganggap bahwa engkau adalah orang yang mengejar kebenaran? Ketika engkau menanggung sedikit penderitaan dan membayar sedikit harga dalam tugasmu, dan terkadang sedikit lebih serius terhadap pekerjaanmu, atau menyumbangkan sedikit uang, atau meninggalkan keluargamu, mengundurkan diri dari pekerjaanmu, tidak menyelesaikan studimu, dan meninggalkan pernikahan agar dapat mengorbankan dirimu untuk Tuhan, atau menahan diri agar tidak mengikuti tren duniawi, atau menghindari orang-orang jahat yang kaujumpai, dan sebagainya—ketika engkau semua mampu melakukan hal-hal ini, apakah engkau merasa bahwa engkau adalah orang yang mengejar kebenaran dan orang percaya sejati? Bukankah engkau semua berpikir demikian? (Ya.) Sekarang, berdasarkan apa engkau semua berpikir demikian? Apakah pemikiranmu itu didasarkan pada firman Tuhan dan kebenaran? (Tidak.) Itu hanyalah angan-angan; itu adalah pendapatmu sendiri. Ketika engkau terkadang mematuhi beberapa aturan dan melakukan sesuatu sesuai dengan aturan, dan memperlihatkan beberapa perwujudan kemanusiaan yang baik, ketika engkau mampu bersikap sabar dan toleran, ketika engkau terlihat rendah hati, sederhana, tidak sombong, dan tidak congkak, dan ketika engkau mampu memiliki sedikit tekad atau pola pikir yang bertanggung jawab dalam pekerjaan rumah Tuhan, engkau menganggap bahwa engkau telah benar-benar mengejar kebenaran dan bahwa engkau benar-benar adalah orang yang mengejar kebenaran. Jadi, apakah perwujudan ini termasuk mengejar kebenaran? (Tidak.) Tepatnya, tindakan, perilaku, dan perwujudan lahiriah ini bukanlah mengejar kebenaran. Jadi, mengapa orang selalu menganggap bahwa perwujudan tersebut adalah mengejar kebenaran? Mengapa mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran? (Dalam pemahaman mereka, orang mengira bahwa jika mereka mengerahkan upaya dan berkorban sedikit, ini adalah perwujudan dari mengejar kebenaran. Jadi, ketika mereka membayar sedikit harga atau sedikit menderita dalam tugasnya, mereka menganggap bahwa mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran, tetapi mereka belum pernah mencari tahu apa yang firman Tuhan katakan tentang hal ini, atau bagaimana Tuhan menilai apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak. Oleh karena itu, mereka selalu hidup di dalam gagasan dan imajinasi mereka, menganggap bahwa mereka hebat.) Orang-orang tidak pernah melepaskan gagasan mereka, dan jika menyangkut hal penting untuk menentukan apakah mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran atau tidak, mereka selalu mengandalkan gagasan dan imajinasi mereka sendiri, serta angan-angan mereka. Mengapa mereka bertindak dengan cara seperti ini? Bukankah itu karena mereka merasa tenang ketika berpikir dan bertindak dengan cara seperti ini, meyakini bahwa mereka tidak perlu benar-benar membayar harga untuk mengejar kebenaran, dan pada akhirnya mereka tetap bisa menerima manfaat dan diberkati? Ada alasan lain, yaitu yang disebut sebagai perilaku baik orang, seperti meninggalkan keluarga dan pekerjaan, menderita, membayar harga, dan sebagainya, adalah hal-hal yang mampu mereka lakukan dan capai, bukan? (Ya.) Sangat mudah bagi orang-orang untuk meninggalkan keluarga dan pekerjaan mereka, tetapi tidak mudah bagi mereka untuk benar-benar mengejar kebenaran, menerapkan kebenaran, atau bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan tidak mudah bagi mereka untuk mencapai hal-hal ini. Sekalipun engkau memahami sedikit kebenaran, akan sangat sulit bagimu untuk memberontak terhadap ide, gagasan, atau watak rusakmu sendiri, dan sangat sulit bagimu untuk berpaut pada prinsip kebenaran. Jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, mengapa engkau tampaknya tidak mengalami kemajuan apa pun dalam berbagai aspek kebenaran selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan? Entah engkau telah membayar harga atau belum, atau apa pun yang telah kautinggalkan atau lepaskan, apakah hasil akhir yang telah kaucapai adalah hasil yang dicapai dengan mengejar dan menerapkan kebenaran? Berapa pun harga yang telah kaubayar, sebanyak apa pun penderitaan yang telah kaualami, atau sebanyak apa pun hal-hal duniawi yang telah kautinggalkan, apa yang pada akhirnya telah kauperoleh? Sudahkah engkau memperoleh kebenaran? Sudahkah engkau memperoleh sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran? Sudahkah engkau mengalami kemajuan dalam jalan masuk kehidupanmu? Sudahkah engkau mengubah watak rusakmu? Apakah engkau memiliki ketundukan sejati kepada Tuhan? Kita tidak akan membahas pelajaran atau penerapan yang mendalam seperti ketundukan kepada Tuhan, tetapi kita hanya akan membahas hal yang paling sederhana. Engkau telah meninggalkan segalanya, menderita dan membayar harga selama bertahun-tahun. Mampukah engkau melindungi kepentingan rumah Tuhan? Terutama ketika para antikristus dan orang-orang jahat melakukan hal-hal jahat untuk mengganggu pekerjaan gereja, apakah engkau berpura-pura tidak melihatnya, menjaga kepentingan orang-orang jahat itu, dan melindungi dirimu sendiri, ataukah engkau berdiri di pihak Tuhan, menjaga kepentingan rumah-Nya? Sudahkah engkau melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? Jika belum, penderitaanmu dan harga yang telah kaubayar tidak ada bedanya dengan penderitaan dan harga yang telah dibayar Paulus. Semua itu dilakukan hanya demi mendapatkan berkat, dan semua itu sia-sia. Itu sama seperti yang Paulus katakan tentang telah melakukan pertandingan yang baik dan menyelesaikan perlombaan yang seharusnya dia selesaikan, dan pada akhirnya memperoleh berkat dan upah—sama sekali tidak ada bedanya. Engkau sedang menempuh jalan Paulus; engkau tidak sedang mengejar kebenaran. Engkau menganggap bahwa pelepasan, pengorbanan, penderitaan, dan harga yang telah kaubayar adalah menerapkan kebenaran, jadi berapa banyak kebenaran yang telah kaupahami selama bertahun-tahun ini? Berapa banyak kenyataan kebenaran yang kaumiliki? Dalam berapa banyak hal engkau telah melindungi kepentingan rumah Tuhan? Dalam berapa banyak hal engkau telah berpihak pada kebenaran dan Tuhan? Berapa banyak tindakan yang pernah kaulakukan untuk menahan diri agar tidak melakukan kejahatan atau mengikuti kehendakmu sendiri karena engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan? Semua ini adalah hal-hal yang harus orang pahami dan selidiki. Jika mereka tidak menyelidiki hal-hal ini, makin lama mereka percaya kepada Tuhan, dan khususnya, makin lama mereka melaksanakan tugas, makin mereka akan menganggap bahwa mereka telah memberikan kontribusi yang patut dipuji, bahwa mereka pasti akan diselamatkan, dan bahwa mereka menjadi milik Tuhan. Jika suatu hari mereka diberhentikan, disingkapkan, dan disingkirkan, mereka akan berkata: "Sekalipun aku belum memberikan pelayanan yang patut dipuji, setidaknya aku telah bekerja keras, dan sekalipun aku belum bekerja keras, setidaknya aku sudah lelah karena melakukan pelayananku. Atas dasar penderitaan dan harga yang telah kubayar selama bertahun-tahun, rumah Tuhan seharusnya tidak memberhentikanku, atau memperlakukanku seperti ini. Rumah Tuhan tidak seharusnya membuangku begitu saja setelah aku bekerja untuk rumah Tuhan!" Jika engkau benar-benar adalah orang yang mengejar kebenaran, engkau seharusnya tidak mengatakan hal-hal ini. Jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, berapa kali engkau telah melaksanakan pengaturan kerja rumah Tuhan secara menyeluruh dan secara tepat? Berapa banyak darinya yang sudah kaulaksanakan? Berapa banyak pekerjaan yang sudah ditindaklanjuti? Berapa banyak darinya yang sudah kauperiksa? Dalam lingkup tanggung jawab dan tugasmu, dan dalam jangkauan kualitas, kemampuan pemahaman, dan pengertianmu akan kebenaran, seberapa banyak engkau telah mengerahkan segenap kemampuanmu? Tugas manakah yang telah kaulaksanakan dengan baik? Berapa banyak perbuatan baik yang telah kaupersiapkan? Inilah standar untuk menguji apakah seseorang adalah orang yang mengejar kebenaran atau tidak. Jika engkau telah mengacaukan semua hal ini, dan tidak mendapatkan hasil apa pun, itu membuktikan bahwa engkau telah menderita dan membayar harga selama bertahun-tahun dengan harapan menerima berkat, dan bahwa engkau tidak menerapkan kebenaran serta tunduk kepada Tuhan; segala sesuatu yang telah kaulakukan adalah demi dirimu sendiri, demi status dan berkat, dan itu tidak mengikuti jalan Tuhan. Jadi, apa saja yang telah kaulakukan? Bukankah kesudahan akhir bagi orang-orang semacam ini sama dengan kesudahan akhir Paulus? (Ya.) Orang-orang ini semuanya menempuh jalan Paulus, dan tentu saja, kesudahan mereka akan sama seperti kesudahan Paulus. Jangan mengira bahwa engkau telah memberikan kontribusi yang patut dipuji hanya karena engkau percaya kepada Tuhan, dan telah meninggalkan pekerjaan, keluargamu, atau dalam beberapa kasus bahkan meninggalkan anak-anakmu yang masih kecil. Engkau belum memberikan kontribusi yang patut dipuji, engkau hanyalah makhluk ciptaan, semua yang kaulakukan adalah untuk dirimu sendiri, dan hal-hal yang seharusnya kaulakukan. Apakah engkau mampu menderita dan membayar harga jika bukan demi menerima berkat? Mampukah engkau meninggalkan keluargamu dan melepaskan pekerjaanmu? Jangan menganggap meninggalkan keluarga, meninggalkan pekerjaan, menderita, dan membayar harga sama dengan mengejar kebenaran dan mengorbankan diri untuk Tuhan. Itu hanya mengelabui dirimu sendiri.

Mereka yang sama sekali tidak menerima kebenaran atau tidak menerima diri mereka dipangkas, disingkapkan dan dikeluarkan satu per satu setiap kali rumah Tuhan melakukan pembersihan besar-besaran. Ada orang-orang, yang masalahnya tidak terlalu serius, diizinkan tetap berada di dalam rumah Tuhan di bawah pengawasan, dan mereka diberi kesempatan untuk bertobat setelah mereka disingkapkan. Ada orang-orang yang masalahnya terlalu serius, mereka tetap tidak mau berubah meskipun telah dikritik berulang kali, mereka melakukan hal yang sama dan melakukan kesalahan yang sama berulang kali, dan mereka mengganggu, mengacaukan, dan menghancurkan pekerjaan gereja, sehingga pada akhirnya mereka dikeluarkan dan diusir berdasarkan prinsip-prinsip, dan tidak diberi kesempatan lagi. Ada orang-orang yang berkata: "Aku merasa kasihan kepada mereka karena mereka tidak diberi kesempatan lagi." Bukankah mereka sudah cukup diberi kesempatan? Ketika mereka percaya kepada Tuhan, mereka tidak mau mendengarkan firman-Nya, tidak mau menerima hajaran dan penghakiman firman-Nya, atau tidak mau menerima pentahiran dan penyelamatan-Nya, tetapi justru mengurus urusan mereka sendiri. Setelah mereka mulai melakukan pekerjaan gereja atau melaksanakan berbagai tugas, mereka mulai melakukan segala macam pelanggaran, mengganggu dan mengacaukan, menyebabkan kerusakan serius pada pekerjaan gereja, serta kerugian serius terhadap kepentingan rumah Tuhan. Setelah memberi mereka kesempatan berulang kali, dan secara berangsur-angsur menyingkirkan mereka dari berbagai kelompok pelaksanaan tugas, rumah Tuhan mengatur agar mereka melaksanakan tugas mereka di tim penginjilan, tetapi setelah orang-orang tersebut tiba di sana, mereka tidak bekerja keras dalam tugas mereka, dan mereka tetap melakukan berbagai macam pelanggaran, tanpa ada pertobatan atau perubahan sedikit pun. Seperti apa pun cara rumah Tuhan mempersekutukan kebenaran, atau pengaturan kerja macam apa pun yang rumah Tuhan buat, dan meskipun rumah Tuhan memberi orang-orang ini kesempatan, peringatan, dan bahkan memangkas mereka, semua ini sia-sia. Mereka bukannya terlalu mati rasa, mereka justru terlalu keras kepala. Tentu saja, sikap keras kepala ini dilihat dari sudut pandang watak mereka yang rusak. Di dalam esensinya, mereka bukanlah manusia, mereka adalah setan-setan. Ketika mereka masuk ke dalam gereja, selain bertindak sebagai setan-setan, mereka tidak melakukan apa pun yang bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan dan pekerjaan gereja. Mereka hanya melakukan hal-hal yang buruk; mereka hanya datang untuk mengganggu dan menghancurkan pekerjaan gereja. Setelah memenangkan hanya beberapa orang ketika memberitakan Injil, mereka merasa memiliki modal dan telah memberikan kontribusi yang patut dipuji, dan mereka mulai berpuas diri dengan kesuksesan masa lalu mereka, menganggap bahwa mereka dapat memerintah sebagai raja-raja atas rumah Tuhan, bahwa mereka dapat memberi perintah dan mengambil keputusan dalam segala aspek pekerjaan, serta memaksa orang-orang untuk menerapkan dan melakukannya. Seperti apa pun cara Yang di Atas mempersekutukan kebenaran atau mengatur pekerjaan, orang-orang ini tidak menganggapnya serius. Di hadapanmu, mereka mengatakan hal-hal yang terdengar cukup menyenangkan: "Pengaturan kerja di rumah tuhan dilakukan dengan baik, itu tepat seperti yang kita butuhkan, mereka telah memperbaiki segala sesuatu tepat pada waktunya, jika tidak, kita tidak akan tahu seberapa jauh kita telah menyimpang." Ketika mereka memalingkan kepala mereka, mereka berubah, dan mulai menyebarluaskan gagasan-gagasan mereka sendiri. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang seperti ini benar-benar manusia? (Tidak.) Jika mereka bukan manusia, lalu apakah mereka? Di luarnya, mereka mengenakan lapisan kulit manusia, tetapi pada dasarnya, mereka tidak melakukan hal-hal yang manusia lakukan. Mereka adalah setan-setan! Peran yang mereka mainkan di gereja adalah khususnya mengganggu berbagai pekerjaan di rumah Tuhan. Mereka mengganggu pekerjaan apa pun yang sedang rumah Tuhan lakukan, dan mereka tidak pernah mencari kebenaran ataupun prinsip, memperhatikan pengaturan kerja, atau bertindak berdasarkan pengaturan kerja. Begitu mereka memiliki sedikit kekuasaan, mereka memamerkannya dan memperlihatkan kekuatan mereka di depan umat pilihan Tuhan. Mereka semua memiliki wajah setan, dan tidak memiliki keserupaan dengan manusia. Mereka tidak pernah menjunjung tinggi kepentingan rumah Tuhan, mereka hanya melindungi kepentingan dan status mereka sendiri. Tingkat kepemimpinan apa pun yang mereka jalankan, atau jenis pekerjaan apa pun yang mereka awasi, begitu pekerjaan tersebut dipercayakan kepada mereka, pekerjaan itu menjadi milik mereka, merekalah yang menjadi penentu keputusan, dan orang lain sebaiknya tidak berpikir untuk memeriksanya, mengawasinya, atau menindaklanjutinya, dan terlebih lagi, orang lain tidak boleh berpikir untuk melakukan intervensi. Bukankah mereka benar-benar antikristus? (Ya.) Dan orang-orang ini tetap ingin memperoleh berkat! Aku punya tujuh kata untuk orang-orang ini: tidak masuk akal dan tidak dapat diselamatkan. Mereka yang tidak mengejar kebenaran bisa saja tersandung pada rintangan apa pun, dan mereka tidak akan bisa melangkah jauh. Dahulu, Aku selalu berkata kepadamu: "Jika engkau mampu berjerih payah sampai akhir, dan menjadi orang yang berjerih payah yang setia, itu juga cukup bagus." Ada orang-orang yang tidak mencintai kebenaran, dan mereka tidak mau mengejarnya. Apa yang harus dilakukan mengenai hal ini? Mereka harus menjadi orang yang berjerih payah. Jika engkau dapat bekerja keras dalam berjerih payah, dan tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan apa pun, atau melakukan kejahatan apa pun yang menyebabkan engkau dikeluarkan, dan engkau dapat menjamin bahwa engkau tidak akan melakukan kejahatan, dan terus berjerih payah sampai akhir, engkau akan mampu bertahan. Meskipun engkau tidak bisa menerima banyak berkat, setidaknya engkau telah berjerih payah selama masa pekerjaan Tuhan, engkau akan menjadi orang yang berjerih payah yang setia, dan pada akhirnya, Tuhan tidak akan memperlakukanmu dengan tidak adil. Namun saat ini, ada orang-orang yang berjerih payah yang benar-benar tidak mampu berjerih payah sampai akhir. Mengapa demikian? Karena mereka tidak memiliki roh manusia. Kita tidak akan memeriksa roh macam apa yang bersemayam dalam diri mereka, tetapi setidaknya, melihat perilaku mereka dari awal hingga akhir, esensi mereka adalah esensi setan, bukan esensi manusia. Mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, dan bahkan makin jauh dari mengejar kebenaran.

Sepuluh tahun yang lalu, ketika setiap aspek kebenaran belum dipersekutukan secara mendetail, orang-orang tidak memahami apa yang dimaksud dengan mengejar kebenaran atau menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Ada orang-orang yang bertindak berdasarkan kehendak, imajinasi, dan gagasan mereka sendiri, atau mengikuti aturan. Hal ini dapat dimaklumi, karena mereka tidak memahaminya. Namun sekarang ini, 10 tahun kemudian, meskipun persekutuan kita mengenai berbagai aspek kebenaran belum selesai, berbagai kebenaran mendasar yang berkaitan dengan orang yang mengerjakan dan melaksanakan tugas, setidaknya, telah diterangkan dengan jelas dalam bentuk prinsip-prinsip. Apa pun jenis tugas yang sedang mereka laksanakan, orang-orang yang memiliki hati dan roh, yang mencintai kebenaran dan mampu mengejarnya, harus mampu menerapkan sebagian dari prinsip-prinsip kebenaran dengan mengandalkan hati nurani dan nalar mereka. Manusia tidak mampu dan gagal mencapai kebenaran yang lebih tinggi dan lebih dalam, dan mereka tidak dapat memahami yang sebenarnya tentang esensi beberapa masalah, atau esensi yang berkaitan dengan kebenaran, tetapi mereka harus mampu menerapkan kebenaran yang mampu mereka jangkau, dan yang telah ditetapkan dengan jelas. Setidaknya, mereka harus mampu memegang, melaksanakan, dan mendistribusikan pengaturan kerja yang telah ditetapkan dengan jelas oleh rumah Tuhan. Namun, mereka yang adalah setan-setan bahkan tidak mampu melakukan hal-hal ini. Mereka adalah jenis orang yang bahkan tidak mampu berjerih payah sampai akhir. Ketika orang bahkan tidak mampu berjerih payah sampai akhir, ini berarti bahwa mereka akan terlempar keluar dari kereta di tengah perjalanan. Mengapa mereka terlempar keluar dari kereta? Jika mereka duduk dengan tenang di dalam kereta, tidur, berdiam diri, atau bahkan bersenang-senang, selama mereka tidak mengganggu semua orang atau mengganggu arah kereta, siapa yang tega melemparkan mereka keluar dari kereta? Tidak ada seorang pun yang akan melakukannya. Jika mereka benar-benar mampu berjerih payah, Tuhan juga tidak akan melemparkan mereka keluar dari kereta. Namun, menggunakan orang-orang ini untuk berjerih payah sekarang akan menimbulkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan. Berbagai aspek pekerjaan rumah Tuhan telah mengalami kerugian yang terlalu besar akibat gangguan orang-orang tersebut. Merekalah yang menyebabkan terlalu banyak kekhawatiran! Mereka tidak memahami kebenaran, seperti apa pun cara kebenaran itu dipersekutukan, dan setelahnya, mereka tetap melakukan hal-hal buruk. Berinteraksi dengan orang-orang ini berarti terlibat dalam pembicaraan yang tidak pernah berakhir, dan mengalami kemarahan yang tidak pernah berakhir. Hal yang sangat penting adalah bahwa orang-orang ini telah melakukan terlalu banyak kejahatan, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap pekerjaan penyebarluasan Injil di rumah Tuhan. Sekecil apa pun tugas yang mereka laksanakan, mereka hanya menimbulkan gangguan dan kekacauan, dan kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan rumah Tuhan tidak dapat diperbaiki. Orang-orang ini melakukan segala macam hal buruk. Sementara di antara anggota gereja biasa, mereka melakukan apa yang mereka suka, mereka memboroskan uang persembahan, mereka membesar-besarkan jumlah orang yang telah mereka menangkan saat memberitakan Injil, dan mereka memanfaatkan orang lain secara tidak pantas. Mereka secara eksklusif memanfaatkan orang-orang jahat, orang-orang yang kacau, dan orang-orang yang tindakannya tidak terkendali untuk melakukan hal-hal jahat. Mereka tidak mendengarkan saran siapa pun, dan mereka menindas serta menghukum siapa pun yang mengutarakan pendapat. Dalam lingkungan mereka, firman Tuhan, tuntutan Tuhan, dan pengaturan kerja Tuhan tidak dilaksanakan, tetapi justru dikesampingkan. Orang-orang ini menjadi penindas dan penganiaya setempat; mereka menjadi tiran. Katakan kepada-Ku, dapatkah orang-orang semacam ini dipertahankan? (Tidak.) Saat ini, ada orang-orang yang telah diberhentikan, dan setelah diberhentikan, mereka berbicara tentang "tunduk pada pengaturan rumah tuhan" untuk memperlihatkan bahwa mereka begitu luhur, sangat tunduk, dan orang yang mengejar kebenaran. Dengan mengatakan ini, mereka bermaksud bahwa tidak ada apa pun yang bisa mereka katakan tentang apa pun yang rumah Tuhan lakukan, dan bahwa mereka bersedia tunduk pada pengaturannya. Mereka berkata bahwa mereka bersedia untuk tunduk pada pengaturan rumah Tuhan. Jadi, mengapa mereka melakukan begitu banyak kejahatan, yang menyebabkan gereja memberhentikan mereka? Mengapa mereka tidak memahami hal ini? Mengapa mereka tidak mempertanggungjawabkan hal ini? Mereka membawa berbagai macam masalah dan kerugian pada pekerjaan rumah Tuhan saat mereka bekerja. Bukankah mereka harus membuka diri dan menyingkapkan diri mereka mengenai hal ini? Apakah masalahnya akan selesai jika mereka tidak menyebutkannya? Mereka berkata bahwa mereka ingin tunduk pada pengaturan rumah Tuhan, memperlihatkan betapa luhur dan agungnya mereka. Ini sepenuhnya merupakan kepura-puraan dan tipu muslihat! Jika mereka sedang belajar untuk tunduk pada pengaturan rumah Tuhan, mengapa mereka tidak tunduk pada pengaturan kerja rumah Tuhan yang sebelumnya? Mengapa mereka tidak menerapkannya? Apa yang mereka lakukan saat itu? Siapa sebenarnya yang mereka patuhi? Mengapa mereka tidak mempertanggungjawabkan hal ini? Siapakah tuan mereka? Apakah mereka melaksanakan setiap aspek pekerjaan yang diatur oleh rumah Tuhan? Apakah mereka memperoleh hasil? Dapatkah pekerjaan mereka tahan terhadap pemeriksaan yang saksama? Bagaimana mereka akan mengganti kerugian akibat perbuatan jahat yang mereka lakukan terhadap pekerjaan rumah Tuhan? Tidakkah hal ini perlu dikomentari? Dapatkah mereka hanya mengatakan bahwa mereka akan tunduk pada pengaturan rumah Tuhan, dan hanya itu? Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang seperti ini memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Mereka tidak memiliki kemanusiaan, nalar, serta hati nurani, dan mereka tidak memiliki rasa malu! Mereka tidak merasa bahwa mereka telah melakukan begitu banyak kejahatan, dan menyebabkan kerugian yang begitu besar terhadap rumah Tuhan. Mereka telah menyebabkan begitu banyak gangguan dan kekacauan tanpa merasa menyesal, tanpa merasa berutang, ataupun mengakui hal ini. Jika engkau mencoba meminta pertanggungjawaban mereka, mereka akan berkata, "Bukan aku saja yang melakukan hal itu." Mereka punya alasan sendiri. Yang mereka maksudkan adalah bahwa hukuman tidak dapat ditegakkan jika semua orang adalah pelakunya, dan karena semua orang melakukan kejahatan, sebagai individu, mereka tidak seharusnya diminta pertanggungjawaban. Ini salah. Mereka harus mempertanggungjawabkan kejahatan yang mereka lakukan. Setiap orang harus mempertanggungjawabkan kejahatan apa pun yang mereka lakukan. Mereka harus tunduk pada pengaturan rumah Tuhan, dan menangani masalah mereka sendiri dengan benar. Jika mereka memiliki sikap ini, mereka dapat memiliki kesempatan lagi dan tetap dipertahankan, tetapi mereka tidak boleh selalu melakukan kejahatan! Jika tidak ada kesadaran di dalam hati nurani mereka, jika mereka tidak bisa merasa berutang kepada Tuhan dalam hal apa pun, dan mereka sama sekali tidak bertobat, dari sudut pandang manusia, mereka boleh diberi kesempatan, dibiarkan tetap melaksanakan tugas mereka, dan tidak diminta pertanggungjawaban, tetapi bagaimana Tuhan memandang hal ini? Jika orang tidak meminta pertanggungjawaban mereka, akankah Tuhan juga tidak meminta pertanggungjawaban mereka? (Tidak.) Tuhan memperlakukan semua orang dan segala sesuatu dengan prinsip-prinsip. Tuhan tidak akan berkompromi denganmu dan mempermudah segala sesuatunya, Dia tidak akan menjadi penyenang manusia sepertimu. Tuhan memiliki prinsip, Dia memiliki watak yang benar. Jika engkau melanggar prinsip dan ketetapan administratif rumah Tuhan, gereja dan rumah Tuhan harus menanganimu berdasarkan prinsip dan ketentuan ketetapan administratif. Mengenai akibat dari perbuatanmu yang menyinggung Tuhan, sebenarnya di dalam hatimu, engkau tahu bagaimana Tuhan memandang atau memperlakukanmu. Jika engkau benar-benar memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan, engkau seharusnya datang ke hadapan-Nya untuk mengaku, mengakui dosa-dosamu, dan bertobat. Jika engkau tidak memiliki sikap ini, itu artinya engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya, engkau adalah setan, engkau adalah musuh Tuhan, dan engkau harus dikutuk! Jadi, apa gunanya engkau mendengarkan khotbah? Engkau seharusnya keluar; engkau tidak layak mendengarkan khotbah! Kebenaran diucapkan untuk didengar oleh manusia normal yang rusak; meskipun orang-orang semacam itu memiliki watak yang rusak, mereka memiliki tekad dan bersedia untuk menerima kebenaran, mereka mampu merenungkan diri mereka sendiri setiap kali sesuatu menimpa mereka, dan mereka dapat mengaku, bertobat, dan berbalik ketika mereka melakukan sesuatu yang salah. Orang-orang semacam itu dapat diselamatkan, dan kepada merekalah kebenaran diungkapkan. Orang yang tidak memiliki sikap pertobatan, apa pun yang menimpanya, bukanlah manusia biasa yang rusak, mereka adalah sesuatu yang sama sekali berbeda; esensi mereka adalah esensi setan, bukan esensi manusia. Meskipun mereka mungkin juga tidak mengejar kebenaran, manusia biasa yang rusak biasanya mampu menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal buruk berdasarkan hati nurani mereka, sedikit rasa malu yang dimiliki oleh kemanusiaan normal mereka, serta sedikit nalar yang mereka miliki, dan mereka tidak mempunyai niat untuk dengan sengaja melakukan hal-hal buruk yang menyebabkan gangguan dan kekacauan. Dalam keadaan normal, orang-orang semacam itu mampu berjerih payah dan mengikuti sampai akhir, serta mampu bertahan hingga akhir. Namun, ada jenis orang yang tidak memiliki hati nurani atau nalar, yang sama sekali tidak memiliki rasa hormat atau rasa malu, yang tidak memiliki penyesalan sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan, dan yang tanpa malu bersembunyi di dalam rumah Tuhan, tetap berharap untuk menerima berkat, dan tidak tahu bagaimana caranya untuk bertobat. Ketika seseorang berkata, "Kau menyebabkan gangguan dan kekacauan dengan melakukan hal itu," mereka berkata, "Benarkah? Kalau begitu, aku telah melakukan kesalahan. Lain kali, tidak akan kuulangi." Orang lain itu menjawab, "Kalau begitu, kau harus mengetahui watak rusakmu," dan mereka berkata, "Mengetahui watak rusak apa? Aku hanya bersikap cuek dan bodoh. Lain kali, tidak akan kuulangi." Mereka tidak memiliki pemahaman yang mendalam, dan mereka hanya menjawab seadanya. Dapatkah orang-orang dengan sikap seperti ini bertobat? Mereka bahkan tidak punya rasa malu. Mereka bukan manusia! Ada orang-orang yang berkata: "Jika dia bukan manusia, apakah dia binatang buas?" Mereka adalah binatang buas, tetapi mereka bahkan lebih rendah daripada anjing. Coba renungkan, ketika seekor anjing melakukan sesuatu yang buruk atau berperilaku buruk, jika engkau menegurnya sekali saja, dia akan langsung merasa tidak enak, dan dia akan tetap bersikap baik kepadamu, yang artinya dia berkata: "Kumohon jangan membenciku, aku tidak akan pernah mengulanginya lagi." Ketika hal seperti itu terjadi lagi, anjing tersebut akan dengan sengaja menatapmu untuk memberitahumu: "Aku tidak akan melakukannya, jangan khawatir." Entah anjing itu takut dipukuli, atau berusaha memenangkan hati tuannya, seperti apa pun caramu memandang hal ini, ketika dia tahu bahwa tuannya tidak menyukai atau mengizinkan sesuatu, anjing tersebut tidak akan melakukannya. Dia mampu menahan dirinya; dia memiliki rasa malu. Bahkan binatang pun punya rasa malu, tetapi tidak dengan orang-orang itu. Jadi, apakah mereka masih manusia? Mereka bahkan lebih rendah daripada binatang, jadi mereka tidak manusiawi dan bukan makhluk hidup, mereka benar-benar setan. Mereka tidak pernah merenungkan diri mereka sendiri atau mengakui sebesar apa pun kejahatan yang mereka lakukan, dan mereka tentu saja tidak tahu bagaimana caranya untuk bertobat. Ada orang-orang yang merasa malu menghadapi saudara-saudari mereka karena mereka melakukan sedikit kejahatan, dan jika saudara-saudari tersebut memilih mereka saat pemilihan, mereka akan berkata: "Aku tidak akan mengambil tugas ini, aku tidak layak. Di masa lalu, aku melakukan beberapa hal bodoh yang menyebabkan kerugian pada pekerjaan gereja. Aku tidak pantas menerima jabatan ini." Orang-orang semacam ini memiliki rasa malu, dan mereka memiliki hati nurani serta nalar. Namun, orang-orang jahat itu tidak memiliki rasa malu. Jika engkau meminta mereka menjadi pemimpin, mereka akan langsung berdiri dan berkata: "Lihat! Apa pendapatmu tentang hal ini? Rumah Tuhan tidak bisa beroperasi tanpa diriku. Aku adalah orang yang hebat, aku sangat cakap!" Katakan kepada-Ku, bukankah sulit membuat orang-orang ini merasa malu? Seberapa sulitkah itu? Itu lebih sulit daripada memanjat tembok Jalan Shanhai di Tiongkok. Mereka tidak tahu malu! Sebesar apa pun kejahatan yang mereka lakukan, mereka tetap bermalas-malasan di gereja tanpa tahu malu. Mereka tidak pernah bersikap rendah hati dalam berinteraksi dengan saudara-saudari, mereka tetap hidup seperti biasanya, dan mereka bahkan terkadang membual tentang "prestasi besar" mereka, tentang tindakan mereka yang meninggalkan segala sesuatu, pengorbanan, penderitaan mereka, dan harga yang telah mereka bayar, serta tentang "kemuliaan dan kebesaran" mereka di masa lalu. Begitu ada kesempatan, mereka akan langsung berdiri untuk pamer dan menyombongkan diri mereka sendiri, berbicara tentang modal mereka dan memamerkan kualifikasi mereka, tetapi mereka tidak pernah berbicara tentang berapa banyak kejahatan yang telah mereka lakukan, berapa banyak uang persembahan milik Tuhan yang mereka boroskan, atau berapa banyak kerugian yang telah mereka timbulkan terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Mereka bahkan tidak mengaku ketika berdoa kepada Tuhan secara pribadi, dan mereka tidak pernah meneteskan air mata karena kesalahan yang telah mereka lakukan atau kerugian yang telah mereka timbulkan di rumah Tuhan. Begitulah keras kepala dan tidak tahu malunya mereka. Bukankah mereka benar-benar tidak masuk akal dan tidak dapat diselamatkan? (Ya.) Mereka tidak dapat ditebus, dan tidak dapat diselamatkan. Seperti apa pun caramu memberi mereka kesempatan, itu seperti berbicara dengan tembok, atau memaksa bebek hinggap di tempat elang bertengger, atau meminta setan dan Iblis untuk menyembah Tuhan. Jadi, mengenai orang-orang ini, pada akhirnya sikap rumah Tuhan adalah menyerah terhadap mereka. Jika mereka mau melaksanakan tugas, mereka boleh melakukannya, rumah Tuhan akan memberi mereka sedikit kesempatan. Jika mereka tidak bersedia melaksanakan tugas, dan berkata: "Aku akan berangkat kerja, mencari uang, dan menjalani hari-hariku; aku akan mengurus bisnisku sendiri," silakan saja, pintu rumah Tuhan terbuka, mereka dapat segera pergi! Aku tidak mau melihat wajah mereka lagi, mereka sangat menjijikkan! Untuk apa mereka berpura-pura? Sedikit penderitaan yang telah mereka tanggung, sedikit harga yang telah mereka bayar, sedikit pelepasan dan pengorbanan mereka, hanyalah prasyarat yang mereka persiapkan agar mereka bisa melakukan kejahatan. Jika mereka tetap tinggal di rumah Tuhan, pelayanan apa yang dapat mereka berikan untuk rumah Tuhan? Manfaat apa sajakah yang dapat mereka berikan kepada pekerjaan rumah Tuhan? Tahukah engkau seberapa besar gangguan dan kekacauan yang dapat ditimbulkan oleh perbuatan jahat dan hal-hal buruk yang dilakukan oleh satu orang jahat, seorang antikristus, dalam waktu enam bulan terhadap pekerjaan gereja? Katakan kepada-Ku, berapa banyak saudara-saudari yang harus bekerja untuk menebusnya? Bukankah menggunakan orang jahat itu, antikristus itu, untuk memberikan sedikit pelayanan tidak ada gunanya? (Ya.) Kita tidak akan membahas tentang besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan oleh sekelompok antikristus yang bersatu untuk melakukan hal-hal buruk, tetapi seberapa besar kerugian yang dapat ditimbulkan pada pekerjaan gereja oleh satu kekeliruan dan pernyataan jahat yang diucapkan oleh seorang antikristus atau oleh satu perintah tidak masuk akal yang dikeluarkan oleh seorang antikristus? Katakan kepada-Ku, berapa banyak orang yang akan harus bekerja, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menebusnya? Siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugian ini? Tak seorang pun bisa bertanggung jawab! Dapatkah kerugian ini ditebus? (Tidak.) Ada orang-orang yang berkata: "Jika kami mendapatkan lebih banyak orang untuk membantu, dan saudara-saudari menanggung lebih banyak penderitaan, kami mungkin dapat menebusnya." Meskipun engkau mungkin dapat menebus sebagian darinya, berapa banyak tenaga kerja dan sumber daya materiel yang harus dikeluarkan oleh rumah Tuhan? Secara khusus, siapa yang dapat mengganti waktu yang hilang, dan kerugian yang diderita umat pilihan Tuhan dalam hal jalan masuk kehidupan mereka? Tak seorang pun bisa melakukannya. Oleh karena itu, kesalahan yang dilakukan antikristus tidak dapat diampuni! Ada orang-orang yang berkata: "Antikristus berkata, 'Kami akan mengganti uang yang hilang.'" Tentu saja mereka harus menggantinya! "Antikristus berkata, 'Kami akan mendatangkan lebih banyak orang untuk mengganti orang-orang yang hilang.'" Setidaknya itulah yang harus mereka lakukan. Mereka harus menebus kejahatan yang mereka lakukan! Namun, siapa yang akan mengganti waktu yang hilang? Dapatkah mereka menggantinya? Waktu tidak mungkin bisa diganti. Jadi, kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang ini adalah dosa yang paling keji! Mereka tidak dapat diampuni. Katakan kepada-Ku, bukankah benar demikian? (Ya.)

Ketika ada orang-orang melihat bahwa rumah Tuhan menangani antikristus dengan sangat keras—tidak memberi mereka kesempatan dan langsung mengusir mereka—mereka berpikir dalam hati: "Bukankah rumah Tuhan berkata bahwa rumah Tuhan memberi kesempatan kepada orang? Ketika orang melakukan kesalahan kecil, apakah rumah Tuhan tidak lagi menginginkan mereka? Apakah rumah Tuhan tidak memberi mereka kesempatan? Rumah Tuhan seharusnya memberi mereka kesempatan, rumah Tuhan sangat tidak penuh kasih!" Katakan kepada-Ku, berapa banyak kesempatan yang telah diberikan kepada orang-orang tersebut? Berapa banyak khotbah yang telah mereka dengarkan? Apakah mereka diberi kesempatan yang terlalu sedikit? Ketika mereka sedang bekerja, tidak tahukah mereka bahwa mereka sedang melaksanakan tugas? Tidak tahukah mereka bahwa mereka sedang memberitakan Injil dan melakukan pekerjaan rumah Tuhan? Apakah mereka tidak mengetahui hal-hal ini? Apakah mereka sedang menjalankan bisnis, perusahaan, atau pabrik? Apakah mereka sedang mengelola perusahaan mereka sendiri? Berapa banyak kesempatan yang telah rumah Tuhan berikan kepada orang-orang ini? Masing-masing dari mereka telah menikmati banyak kesempatan. Bagi mereka yang dipindahkan dari berbagai kelompok ke tim penginjilan, adakah di antara mereka yang diberhentikan setelah berada di tim penginjilan selama beberapa hari saja? Tak seorang pun dari mereka, kecuali jika kejahatan yang telah mereka lakukan terlalu mengerikan, maka mereka diberhentikan. Masing-masing dari mereka telah diberi kesempatan yang cukup, hanya saja mereka tidak tahu bagaimana menghargainya atau bertobat. Mereka menempuh jalan mereka sendiri, selalu menempuh jalan Paulus. Mereka mengucapkan kata-kata yang terdengar sangat menyenangkan dan jelas, tetapi mereka tidak bertindak seperti manusia. Haruskah orang semacam ini tetap diberi kesempatan? (Tidak.) Ketika mereka diberi kesempatan, mereka sedang diperlakukan seperti manusia, padahal mereka bukan manusia. Mereka tidak melakukan hal-hal yang dilakukan manusia, jadi maaf, pintu rumah Tuhan terbuka. Mereka boleh pergi. Rumah Tuhan tidak akan lagi menggunakan mereka. Rumah Tuhan mempunyai kebebasan dalam hal menggunakan orang, dan mempunyai hak ini. Bolehkah rumah Tuhan tidak menggunakan mereka? Jika mereka ingin percaya, mereka bisa melakukannya di luar rumah Tuhan. Bagaimanapun juga, rumah Tuhan tidak akan menggunakan mereka. Tidak bisa, mereka menyebabkan terlalu banyak kekhawatiran! Mereka telah menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap rumah Tuhan, dan tak ada seorang pun yang mampu membayarnya. Mereka tidak sanggup membayarnya! Bukan karena mereka tidak beruntung, bukan karena rumah Tuhan tidak memberi mereka kesempatan, bukan karena rumah Tuhan tidak penuh kasih, dan terlalu keras terhadap mereka, dan tentu saja bukan karena rumah Tuhan membuang mereka setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka. Hal ini terjadi karena orang-orang ini bertindak terlalu jauh, mereka tidak bisa lagi ditoleransi, dan mereka tidak dapat mempertanggungjawabkan hal-hal yang telah mereka lakukan. Untuk setiap jenis pekerjaan, rumah Tuhan telah menyediakan prinsip-prinsip kerja, dan Yang di Atas secara pribadi telah memberikan bimbingan, pemeriksaan, dan koreksi. Ini bukan hanya masalah rumah Tuhan dan Yang di Atas mengadakan beberapa pertemuan, atau mengucapkan beberapa kalimat; mereka telah mengucapkan banyak kalimat dan mengadakan banyak pertemuan, dengan sungguh-sungguh menasihati orang, dan pada akhirnya, apa yang mereka dapatkan sebagai balasannya adalah tipu daya, dan pada akhirnya, pekerjaan gereja mengalami gangguan dan kekacauan, serta menjadi berantakan. Katakan kepada-Ku, siapakah yang masih bersedia memberikan kesempatan kepada orang-orang tersebut? Siapakah yang bersedia mempertahankan mereka? Mereka boleh melakukan kejahatan, tetapi rumah Tuhan tidak boleh menangani mereka berdasarkan prinsip? Menangani mereka dengan cara seperti ini tidak boleh disebut tidak penuh kasih, tetapi seharusnya disebut memiliki prinsip. Kasih diberikan kepada orang yang bisa dikasihi, kepada orang bodoh yang bisa dimaafkan; kasih tidak diberikan kepada orang jahat, setan, atau orang yang dengan sengaja menyebabkan gangguan dan kekacauan, kasih tidak diberikan kepada antikristus. Antikristus hanya pantas dikutuk! Mengapa mereka hanya pantas dikutuk? Karena, sebesar apa pun kejahatan yang mereka lakukan, mereka tidak bertobat, mengaku, atau berbalik, mereka bersaing dengan Tuhan hingga akhir. Mereka datang ke hadapan Tuhan dan berkata, "Jika aku mati, aku akan mati sambil berdiri. Aku tak akan tunduk. Ketika aku datang ke hadapanmu, aku tidak akan berlutut ataupun bersujud. Aku tidak akan mengaku kalah!" Hal macam apa ini? Bahkan ketika mereka akan mati, mereka masih berkata, "Aku akan terus menentang rumah tuhan hingga akhir. Aku tidak akan mengakui dosa-dosaku. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun!" Baiklah, jika mereka tidak melakukan kesalahan apa pun, mereka boleh pergi. Rumah Tuhan tidak akan menggunakan mereka. Bolehkah rumah Tuhan tidak menggunakan mereka? Tentu saja sangat boleh! Ada orang-orang yang berkata, "Jika rumah tuhan tidak mau menggunakanku, tak ada seorang pun yang dapat digunakannya." Orang-orang ini harus mencari tahu apakah benar-benar tidak ada seorang pun yang bisa digunakan oleh rumah Tuhan. Adakah pekerjaan di rumah Tuhan yang mengandalkan manusia? Tanpa pekerjaan Roh Kudus dan tanpa perlindungan Tuhan, siapakah yang masih bisa mencapai posisi mereka saat ini? Jenis pekerjaan apa yang masih dapat dipertahankan hingga saat ini? Apakah orang-orang ini mengira bahwa mereka berada di dunia sekuler? Tidak ada kelompok mana pun di dunia ini yang mampu menyelesaikan pekerjaannya jika kehilangan perlindungan dari tim yang terdiri dari orang-orang berbakat atau berkarunia. Namun, tidak demikian halnya dengan pekerjaan rumah Tuhan. Tuhan-lah yang melindungi, memimpin, dan membimbing pekerjaan di rumah Tuhan. Jangan mengira bahwa pekerjaan rumah Tuhan bergantung pada dukungan siapa pun. Hal ini tidaklah benar, dan ini adalah sudut pandang pengikut yang bukan orang percaya. Apakah menurutmu pantas bagi rumah Tuhan untuk meninggalkan orang-orang jahat seperti antikristus dan para pengikut yang bukan orang percaya? (Ya.) Mengapa itu pantas? Karena kerugian yang ditimbulkan dengan menggunakan orang-orang tersebut untuk melaksanakan pekerjaan terlalu besar, orang-orang tersebut memboroskan tenaga kerja dan juga sumber daya keuangan tanpa kendali, dan mereka sama sekali tidak memiliki prinsip. Mereka tidak mendengarkan firman Tuhan, dan mereka bertindak sepenuhnya berdasarkan ambisi dan keinginan mereka sendiri. Mereka sama sekali tidak menghormati firman Tuhan atau pengaturan pekerjaan rumah Tuhan, tetapi ketika antikristus mengatakan sesuatu, mereka sangat menghormatinya, dan menerapkannya berdasarkan perkataannya. Aku pernah mendengar ada orang bodoh yang tinggal di Eropa, tetapi mengerjakan tugas yang berbasis di Asia. Rumah Tuhan berkata akan memindahkan dia untuk bekerja memberitakan Injil di Eropa, untuk membantunya agar terhindar dari perbedaan waktu, tetapi dia tidak menyetujuinya, dan dia tidak mau kembali untuk mengerjakan tugas-tugas di Eropa, meskipun rumah Tuhan yang mengaturnya, karena antikristus yang dipujanya berada di Asia, dan dia tidak mau meninggalkan tuannya. Bukankah dia orang bodoh? (Ya.) Katakan pada-Ku, apakah dia layak melaksanakan tugasnya? Apakah kita menginginkan dia? Pengaturan kerja yang dibuat rumah Tuhan sudah tepat. Jika engkau berada di Eropa, engkau seharusnya mengerjakan tugas yang berbasis di Eropa dan bukan di Asia. Di benua mana pun engkau berada, engkau seharusnya mengerjakan tugas di sana, dan dengan demikian, engkau dapat menghindari perbedaan waktu. Itu adalah hal yang sangat bagus! Namun, orang ini tidak menyetujuinya. Perkataan rumah Tuhan tidak didengarnya; rumah Tuhan tidak bisa membuatnya pindah, dia membutuhkan tuannya yang menjadi penentu keputusan. Jika tuannya berkata, "Kembalilah untuk mengerjakan tugas di Eropa," dia akan kembali ke Eropa untuk mengerjakan tugas tersebut. Jika tuannya berkata, "Kau tidak boleh kembali untuk mengerjakan tugas di Eropa, aku membutuhkanmu mengerjakan sesuatu di sini," dia akan berkata, "Kalau begitu, aku tidak bisa kembali." Untuk siapa dia memberikan pelayanan? (Untuk tuannya.) Dia memberikan pelayanan untuk tuannya—seorang antikristus. Jika demikian, bukankah dia seharusnya dikeluarkan bersama tuannya? Bukankah seharusnya dia diusir? (Ya.) Mengapa aku begitu marah terhadap orang-orang semacam ini? Karena mereka melakukan terlalu banyak kejahatan; siapa pun akan marah mendengarnya. Orang-orang ini berusaha menipu Tuhan dengan sadar sepenuhnya atas apa yang bisa terjadi. Itu sangat jahat! Katakan kepada-Ku, mengapa aku begitu marah kepada orang semacam ini? (Mereka berkata bahwa mereka percaya kepada Tuhan, tetapi sebenarnya, mereka mendengarkan tuan mereka. Mereka tidak benar-benar mengikuti dan tunduk kepada Tuhan.) Mereka telah mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengikuti setan dan Iblis. Mereka yang berkata bahwa mereka mengikuti Tuhan hanyalah sebuah kedok. Mereka mengikuti dan melayani Iblis dengan kedok mengikuti Tuhan serta mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, dan pada akhirnya, mereka tetap ingin memperoleh upah dan berkat dari Tuhan. Bukankah itu benar-benar tidak tahu malu? Bukankah itu sama sekali tidak masuk akal dan orang-orang ini tidak dapat diselamatkan? (Ya.) Katakan kepada-Ku, apakah rumah Tuhan akan mempertahankan orang-orang semacam ini? (Tidak.) Lalu bagaimana cara yang tepat untuk menangani mereka? (Keluarkan mereka bersama tuan mereka.) Mereka suka mengikuti tuan mereka, dan mereka bertekad untuk bekerja sampai mati demi tuan mereka; mereka tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan saat melaksanakan tugas mereka, mereka tidak melaksanakan tugas mereka saat hidup di hadapan Tuhan, mereka melayani tuan mereka di dalam kelompok antikristus. Inilah esensi pekerjaan mereka. Oleh karena itu, apa pun yang mereka lakukan, itu tidak akan diingat. Orang-orang semacam ini seharusnya dikeluarkan, mereka bahkan tidak layak untuk memberikan pelayanan! Jadi menurutmu, apakah orang-orang seperti mereka menjadi seperti ini hanya karena mereka bertemu dengan orang jahat ataukah karena mereka melakukan pekerjaan semacam ini? Apakah mereka dipengaruhi oleh lingkungan mereka, ataukah ada orang jahat yang menyesatkan mereka? (Tidak keduanya.) Lalu mengapa mereka seperti ini? (Esensi natur mereka adalah esensi natur orang-orang semacam ini.) Orang-orang ini memiliki esensi natur yang sama dengan tuan antikristus mereka. Mereka adalah jenis orang yang sama. Mereka memiliki hobi, pemikiran, dan pandangan, serta cara dan metode yang sama dalam melakukan segala sesuatu; mereka memiliki bahasa yang sama dan jalan pengejaran yang sama, dan mereka memiliki keinginan, motif, serta metode penerapan yang sama untuk mengkhianati Tuhan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Coba pikirkan, mereka memiliki sikap yang sama mengenai pengaturan kerja rumah Tuhan, yaitu berbohong kepada atasan mereka dan menyembunyikan segala sesuatu dari bawahan mereka. Mereka memiliki kebijakan untuk orang-orang yang posisinya berada di atas mereka dan memiliki strategi untuk orang-orang yang posisinya berada di bawah mereka. Kepada orang-orang yang posisinya berada di atas mereka, mereka bertindak sangat patuh di luarnya, dan kepada orang-orang yang posisinya berada di bawah mereka, mereka melakukan kejahatan. Mereka memiliki cara dan metode yang sama. Ketika Yang di Atas memangkas mereka, mereka berkata, "Aku telah melakukan kesalahan, aku salah, aku jahat, aku tidak taat, aku setan!" Kemudian mereka berbalik dan berkata: "Aku tidak mau melaksanakan pengaturan kerja dari yang di atas!" Setelah itu, mereka hanya melakukan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Mereka benar-benar bersikap asal-asalan ketika mereka memberitakan Injil, membesar-besarkan jumlah orang yang mereka menangkan, dan menipu rumah Tuhan. Inilah cara-cara gerombolan antikristus ini. Mereka selalu memiliki strategi dan metode tersendiri terhadap pengaturan kerja. Bukankah wajah setan mereka telah diperlihatkan? Apakah mereka manusia? Tidak, mereka bukan manusia, mereka adalah setan-setan! Kita tidak berurusan dengan setan, jadi ayo cepat keluarkan mereka dari sini. Aku tidak ingin melihat wajah setan mereka; mereka harus keluar! Mereka yang bersedia berjerih payah dapat dikirim ke kelompok B, mereka yang tidak mau berjerih payah boleh dikeluarkan. Apakah tindakan ini benar? (Ya.) Itu adalah tindakan yang paling tepat! Mereka memiliki esensi yang sama, jadi ketika mereka berbicara dan bertindak bersama-sama, mereka melakukannya dengan sangat lancar, dan ketika mereka melakukan sesuatu bersama-sama, mereka bekerja secara harmonis dan saling pengertian satu sama lain. Begitu tuan-tuan itu membuka mulut mereka, hal-hal jahat apa pun yang mereka katakan, para pengikut mereka akan segera menggemakannya, dan di dalam hati mereka, para pengikut ini bahkan akan merasa bangga, berpikir, "Kau benar, ayo kita lakukan dengan cara seperti itu! Pengaturan kerja dari yang di atas terlalu rumit, kita tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu." Betapa pun bagus atau spesifiknya pengaturan kerja yang diucapkan oleh Yang di Atas, orang-orang ini tidak akan melaksanakannya, dan betapa pun menyimpang atau tidak masuk akalnya hal-hal yang dikatakan oleh setan dan Iblis, mereka akan mendengarkannya. Jadi, untuk siapa mereka memberikan pelayanan? Dapatkah orang-orang semacam ini berjerih payah di rumah Tuhan sampai akhir? (Tidak.) Mereka tidak dapat berjerih payah sampai akhir. Entah Tuhan menunjukkan kesabaran terhadap seseorang, atau terhadap perbuatan setan, selalu ada batasnya. Dia menunjukkan toleransi semaksimal mungkin kepada manusia, tetapi ketika sampai pada titik tertentu, Dia akan menyingkapkan orang-orang yang seharusnya disingkapkan, dan menyingkirkan orang-orang yang seharusnya disingkirkan. Ketika titik ini tercapai, artinya jalan orang-orang tersebut telah berakhir. Hal ini bukan semata-mata karena mereka tidak mengejar atau mencintai kebenaran, melainkan karena esensi natur mereka bertentangan dengan kebenaran. Renungkanlah, setiap kali engkau berbicara tentang hal-hal positif, pemahaman yang murni, atau prinsip-prinsip yang sesuai dengan kebenaran, mereka tidak mendengarkan. Makin murni perkataanmu, makin buruk perasaan mereka. Begitu engkau mulai membahas prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak bisa duduk diam, dan mereka mencari cara untuk membuat alasan untuk mengganti topik pembicaraan, mengalihkan fokus, atau mereka sekadar menuangkan air untuk minum. Begitu engkau mempersekutukan kebenaran atau membahas tentang mengenal dirimu sendiri, mereka merasa jijik, dan tidak mau mendengarkan. Entah mereka harus pergi ke kamar mandi, atau mereka haus atau lapar, atau mengantuk, atau mereka harus menerima telepon atau mengurus sesuatu. Mereka selalu punya alasan, dan mereka tidak bisa duduk diam. Jika engkau menggunakan cara mereka, dan membahas pernyataan serta pendekatan mereka yang secara khusus menyebabkan gangguan dan kekacauan, mereka akan menjadi bersemangat, dan mampu berbicara panjang lebar tanpa henti. Jika pendapatmu berbeda dengan pendapat mereka, mereka akan merasa muak terhadapmu dan menghindarimu. Ini adalah tipikal setan! Ada orang-orang yang, sampai saat ini, tetap tidak dapat mengenali yang sebenarnya mengenai iblis semacam ini, dan menganggap bahwa orang-orang ini sama sekali tidak mengejar kebenaran. Bagaimana mereka bisa begitu bodoh? Bagaimana mereka bisa mengatakan hal-hal yang sebodoh itu? Apakah orang-orang tersebut tidak mengejar kebenaran? Tidak, mereka adalah setan jahat, dan mereka sangat muak akan kebenaran. Orang-orang itu berperilaku sangat baik di pertemuan, tetapi semua itu palsu. Sebenarnya, apakah mereka benar-benar mendengarkan isi persekutuan atau firman Tuhan yang dibacakan di pertemuan? Berapa banyak firman yang benar-benar mereka dengarkan? Berapa banyak yang mereka terima? Berapa banyak yang mampu mereka patuhi? Mereka bahkan tidak mampu menjelaskan doktrin yang paling sederhana dan paling sering dibahas. Mengenai orang-orang semacam itu, betapa pun lamanya mereka bekerja, atau pada tingkat pemimpin atau pengawas apa mereka menjabat, mereka tidak mampu berkhotbah, atau berbicara tentang pengalaman mereka sendiri. Jika seseorang berkata, "Bahaslah sedikit dari pemahamanmu mengenai sesuatu. Kau tidak perlu mengalaminya terlebih dahulu, bahas saja pengetahuan dan pemahaman yang kaumiliki mengenai hal tersebut," mereka tidak akan mampu membuka mulut mereka, seolah-olah mulut mereka tertutup rapat, dan mereka bahkan tidak akan mampu membahas beberapa doktrin. Jika mereka berhasil mengucapkan beberapa kata yang dipaksakan tentang hal itu, mereka akan terdengar canggung dan aneh. Ada saudara-saudari yang berkata: "Mengapa ketika beberapa pemimpin sedang berkhotbah, mereka terdengar seperti guru yang sedang membacakan sebuah ayat kepada beberapa anak? Mengapa itu terdengar sangat canggung dan aneh?" Inilah yang disebut tidak bisa berkhotbah. Dan mengapa mereka tidak bisa berkhotbah? Itu karena mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran. Mengapa mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran? Karena mereka tidak menerima kebenaran, hati mereka muak akan kebenaran, dan mereka bersikap menentang terhadap prinsip atau pernyataan kebenaran apa pun. Jika dikatakan bahwa mereka bersikap menentang, mungkin engkau tidak akan dapat melihatnya dari luar, lalu bagaimana engkau bisa tahu bahwa mereka bersikap menentang? Seperti apa pun cara rumah Tuhan mempersekutukan kebenaran, mereka akan menyangkal dan menolaknya di dalam hati mereka, dan sangat muak dengannya. Seperti apa pun cara orang lain mempersekutukan pemahaman mereka tentang kebenaran, mereka akan berpikir, "Kau mungkin memercayainya, tetapi aku tidak." Bagaimana mereka menilai apakah sesuatu adalah kebenaran atau bukan? Asalkan itu adalah sesuatu yang mereka yakini baik dan benar, mereka akan menganggapnya sebagai kebenaran. Jika mereka tidak menyukai suatu pernyataan, betapa pun benarnya pernyataan tersebut, mereka tidak akan menganggapnya sebagai kebenaran. Oleh karena itu, jika kita melihat sumber masalah ini, di lubuk hati mereka, mereka menentang kebenaran, muak akan kebenaran, dan membenci kebenaran. Kebenaran sama sekali tidak mendapat tempat di hati mereka. Mereka membenci kebenaran. Ada orang-orang yang mungkin tidak memahami hal ini, dan berkata, "Aku biasanya tidak melihat mereka mengatakan apa pun yang menghina Tuhan, menghujat kebenaran, atau melanggar prinsip-prinsip kebenaran." Jadi, ada satu fakta yang bisa mereka lihat: setiap detail spesifik yang ditetapkan dalam pengaturan kerja rumah Tuhan semuanya diperlukan, dan disampaikan agar dapat melindungi kepentingan pekerjaan Tuhan, kemajuan hidup umat pilihan Tuhan, dan tatanan normal kehidupan bergereja, serta perluasan pekerjaan penginjilan yang normal. Tujuan dari pengaturan kerja di setiap periode waktu, dan penerapan, pengorganisasian, dan modifikasi spesifik dari setiap aspek pekerjaan adalah untuk melindungi kemajuan normal dari pekerjaan rumah Tuhan, dan bahkan lebih dari itu, tujuannya adalah membantu saudara-saudari untuk memahami dan masuk ke dalam prinsip-prinsip kebenaran. Lebih tepatnya, dapat dikatakan bahwa hal-hal ini membawa saudara-saudari ke hadapan Tuhan dan membantu mereka masuk ke dalam kenyataan kebenaran, bahwa hal-hal ini memimpin dan menarik setiap orang untuk maju, memegang tangan mereka saat mengajar, menyokong, dan membekali mereka. Mengenai pelaksanaan pengaturan kerja, baik mempersekutukannya secara khusus selama pertemuan, atau menyebarkannya dari mulut ke mulut, tujuannya adalah agar umat pilihan Tuhan dapat mengalami pekerjaan Tuhan serta memperoleh jalan masuk kehidupan yang sejati, dan itu selalu bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Tidak ada satu pun pengaturan yang merugikan pekerjaan rumah Tuhan atau jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan tidak ada satu pun pengaturan yang menimbulkan gangguan atau kehancuran. Namun, para antikristus tidak pernah menghormati pengaturan kerja ini atau melaksanakannya. Sebaliknya, mereka membencinya, menganggapnya terlalu sederhana dan biasa-biasa saja, bahwa itu tidak mengesankan seperti cara mereka bekerja, dan bahwa melakukan pekerjaan ini tidak akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi gengsi, status, dan reputasi mereka. Akibatnya, mereka tidak pernah mendengarkan atau menerima pengaturan kerja, apalagi melaksanakannya. Sebaliknya, mereka melakukan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Berdasarkan hal ini, katakan kepada-Ku, bukankah para antikristus tidak mengejar kebenaran? Berdasarkan hal ini, engkau dapat melihat dengan jelas bahwa mereka membenci kebenaran. Jika dikatakan bahwa mereka membenci kebenaran, engkau tidak akan mampu memahami hal ini, tetapi dengan melihat bagaimana para antikristus itu memperlakukan pelaksanaan pengaturan kerja, engkau akan mampu memperoleh pemahaman mengenai hal ini. Sangat jelas bahwa dalam hal bagaimana pemimpin dan pekerja palsu memperlakukan pengaturan kerja, paling-paling, mereka hanya bersikap asal-asalan, dan hanya membahas pengaturan kerja itu satu kali. Mereka tidak menindaklanjuti dan memantau, atau melakukan pekerjaan spesifik tersebut dengan benar. Inilah pemimpin palsu. Setidaknya, pemimpin palsu tetap mampu melaksanakan pengaturan kerja, menjalani prosesnya, dan mempertahankannya. Para antikristus bahkan tidak mampu mempertahankan pengaturan kerja, mereka sama sekali tidak mau menerima atau melaksanakannya, dan malah melakukan segala sesuatunya dengan cara mereka sendiri. Apa yang mereka pikirkan? Yang mereka pikirkan adalah status, ketenaran, dan gengsi mereka sendiri. Mereka memikirkan apakah Yang di Atas menghargai mereka atau tidak, berapa banyak saudara-saudari yang mendukung mereka, berapa banyak hati orang yang mereka tempati, berapa banyak hati orang yang mereka kuasai, berapa banyak orang yang mereka kendalikan, dan berapa banyak orang yang ada dalam genggaman mereka. Mereka memedulikan hal-hal itu. Mereka tidak pernah memikirkan cara menyirami atau membekali saudara-saudari untuk membangun dasar di jalan yang benar, dan tentu saja mereka tidak memikirkan bagaimana jalan masuk kehidupan saudara-saudari, bagaimana saudara-saudari melaksanakan tugas mereka, entah itu memberitakan Injil atau tugas-tugas lainnya, atau apakah mereka dapat bertindak berdasarkan prinsip atau tidak, dan mereka tidak pernah peduli tentang cara membawa saudara-saudari ke hadapan Tuhan. Mereka tidak peduli tentang hal-hal itu. Bukankah semua fakta ini berada tepat di depan matamu? Bukankah ini adalah perwujudan yang sering engkau semua lihat dalam diri antikristus? Bukankah fakta-fakta ini adalah bukti yang cukup bahwa orang-orang ini membenci kebenaran? (Ya.) Hal-hal yang selalu dipedulikan oleh antikristus hanyalah status, ketenaran, dan gengsi. Katakanlah engkau menugaskan antikristus untuk memimpin kehidupan bergereja, untuk memungkinkan saudara-saudari menjalani kehidupan bergereja yang benar, dan untuk membantu mereka memahami kebenaran serta membangun dasar saat menjalani kehidupan bergereja, untuk memiliki kepercayaan yang sejati kepada Tuhan, untuk datang ke hadapan Tuhan, dan memperoleh kemampuan untuk hidup mandiri serta iman untuk melaksanakan tugas mereka. Dengan demikian, pekerjaan penyebarluasan Injil di rumah Tuhan akan memiliki beberapa kekuatan cadangan, dan lebih banyak penginjil yang berbakat dapat terus-menerus disediakan untuk melaksanakan tugas mereka dalam penyebarluasan Injil. Begitukah cara berpikir antikristus? Mereka sama sekali tidak akan berpikir seperti ini. Mereka akan berkata: "Apa pentingnya kehidupan bergereja? Jika semua orang menjalani kehidupan bergereja dengan sepenuh hati, dan membaca firman tuhan, dan jika mereka semua memahami kebenaran, siapa yang akan mendengarkan perintahku? Siapa yang akan peduli kepadaku? Siapa yang akan memperhatikanku? Aku tidak boleh membiarkan semua orang selalu berfokus pada kehidupan bergereja atau menjadi terobsesi dengan hal itu. Jika semua orang selalu membaca firman tuhan, dan jika semua orang telah datang ke hadapan tuhan, lalu siapakah yang akan berada di sekitarku?" Bukankah ini sikap antikristus? (Ya.) Mereka berpikir bahwa jika mereka berfokus untuk membekali saudara-saudari untuk memperoleh kebenaran dan hidup, hal ini akan mengganggu pengejaran mereka akan gengsi, keuntungan, dan status. Mereka berpikir: "Jika aku menghabiskan seluruh waktuku melakukan berbagai hal untuk saudara-saudari, akankah aku masih punya waktu untuk mengejar gengsi, keuntungan, dan status? Jika semua saudara-saudari memuji nama tuhan dan mengikuti tuhan, tidak akan ada lagi orang yang tersisa untuk menaatiku. Itu akan sangat aneh bagiku!" Inilah wajah antikristus. Para antikristus bukan saja tidak mau mengejar kebenaran; mereka juga sangat muak akan kebenaran. Dalam kesadaran subjektif mereka, mereka tidak berkata: "Aku membenci kebenaran, aku membenci tuhan, dan aku membenci semua pengaturan kerja, pernyataan, dan penerapan yang bermanfaat bagi saudara-saudari." Mereka tidak akan mengatakan ini. Mereka hanya menggunakan beberapa pendekatan dan perilaku untuk menentang pengaturan kerja rumah Tuhan. Jadi, esensi dari pendekatan dan perilaku ini adalah melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri, dan membuat orang lain mengindahkan mereka dan taat kepada mereka. Akibatnya, apa pun yang rumah Tuhan lakukan, mereka tidak akan menghormatinya. Bukankah ini yang terjadi? (Ya.) Kita sudah cukup sering mempersekutukan perwujudan antikristus ini di masa lalu. Tingkat pertumbuhanmu rendah, dan pemahamanmu akan kebenaran dangkal; para antikristus telah melakukan begitu banyak kejahatan tepat di hadapanmu, tetapi engkau semua telah gagal mengenali hal ini. Engkau bodoh dan menyedihkan, mati rasa dan dungu, miskin dan buta. Inilah perwujudan dan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya. Antikristus menyebabkan begitu banyak masalah, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar pada pekerjaan rumah Tuhan, dan masih ada orang-orang yang berkata bahwa mereka harus digunakan untuk melakukan pelayanan. Memakai mereka telah menimbulkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan, tetapi engkau tidak tahu cara memberhentikan atau menangani mereka. Berapa tahun yang dibutuhkan agar tingkat pertumbuhan dan gagasan-gagasanmu ini berubah? Ada orang-orang yang selalu membual, "Aku adalah orang yang mengejar kebenaran," tetapi mereka tidak mampu mengenali antikristus ketika mereka bertemu dengan mereka, dan bahkan mungkin mereka mengikuti para antikristus tersebut. Di manakah perwujudan dari pengejaran mereka akan kebenaran? Mereka sudah banyak mendengarkan khotbah, tetapi mereka tetap tidak memiliki kemampuan untuk mengenali. Baiklah, Aku akan mengakhiri persekutuan kita mengenai topik ini di sini, selanjutnya kita akan membahas topik utama kita.

Pada pertemuan yang sebelumnya, kita bersekutu tentang topik yang berkaitan dengan pengharapan orang tua dalam "melepaskan beban yang berasal dari keluarga". Kita telah selesai mempersekutukan prinsip-prinsip yang relevan dan topik-topik utama yang berkaitan dengan hal ini. Selanjutnya, kita akan bersekutu tentang aspek lain dari melepaskan beban yang berasal dari keluarga—melepaskan pengharapan terhadap anak-anak. Kali ini, kita akan bertukar peran. Mengenai pembahasan yang berkaitan dengan memperlakukan pengharapan orang tua, ada beberapa hal yang seharusnya orang lakukan dari sudut pandang seorang anak. Mengenai bagaimana anak-anak harus memperlakukan dan menangani berbagai pengharapan yang orang tua mereka miliki terhadap mereka, dan berbagai pendekatan yang orang tua mereka gunakan terhadap mereka, serta prinsip-prinsip apa yang harus mereka terapkan, ini adalah tentang memperlakukan dengan benar berbagai masalah yang berasal dari orang tua dari sudut pandang seorang anak. Hari ini, kita akan mempersekutukan topik "melepaskan pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka", yaitu tentang menangani berbagai masalah yang orang hadapi terkait anak-anak mereka dari sudut pandang orang tua. Ada pelajaran yang harus dipetik dan prinsip-prinsip yang harus dipatuhi di sini. Sebagai seorang anak, yang terpenting adalah bagaimana engkau harus menghadapi pengharapan orang tuamu, sikap seperti apa yang harus kaumiliki terhadap pengharapan tersebut, serta cara apa yang harus kauikuti, dan prinsip penerapan apa yang harus kaumiliki dalam situasi ini. Secara alami, setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi orang tua, atau mereka mungkin sudah menjadi orang tua; hal ini berkaitan dengan pengharapan dan sikap yang orang miliki terhadap anak-anak mereka. Entah engkau adalah orang tua atau anak, engkau harus memiliki prinsip-prinsip yang berbeda untuk menangani pengharapan satu sama lain. Anak-anak memiliki prinsip-prinsip yang harus mereka patuhi dalam hal memperlakukan pengharapan orang tua mereka, dan tentu saja, orang tua juga memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang harus mereka patuhi dalam hal memperlakukan pengharapan anak-anak mereka. Jadi, pikirkanlah terlebih dahulu, prinsip-prinsip apa saja yang dapat engkau semua lihat atau pikirkan saat ini yang harus dipatuhi orang tua dalam memperlakukan anak-anak mereka? Jika kita berbicara tentang prinsip, ini mungkin agak asing bagimu, dan topiknya mungkin agak terlalu luas dan mendalam, jadi mari kita membahas pengharapan apa saja yang ingin kaumiliki terhadap anak-anakmu seandainya engkau adalah orang tua. (Tuhan, seandainya suatu hari nanti aku menjadi orang tua, yang pertama, aku berharap anak-anakku sehat, dan dapat bertumbuh dewasa dengan sehat. Yang kedua, aku berharap mereka bisa memiliki impian mereka sendiri, dan mereka akan berambisi untuk mewujudkan impian mereka dalam hidup, dan memiliki masa depan yang baik. Inilah dua hal utama yang kuharapkan.) Apakah engkau berharap anak-anakmu menjadi pejabat tinggi atau menjadi sangat kaya? (Aku juga mengharapkan hal-hal tersebut. Aku berharap mereka bisa, setidaknya, unggul di dunia, menjadi lebih baik daripada orang lain, dan dihormati oleh orang lain.) Tuntutan paling mendasar yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka adalah agar anak-anak mereka sehat secara jasmani, agar anak-anak mereka sukses dalam karier mereka, unggul di dunia, dan segala sesuatunya berjalan dengan baik dalam hidup mereka. Apakah ada pengharapan berbeda yang dimiliki orang tua terhadap anak-anak mereka? Siapa pun yang punya anak-anak, silakan bicara. (Aku berharap anak-anakku sehat, dan segala sesuatunya berjalan dengan lancar dalam hidup mereka, dan hidup mereka damai serta aman. Aku berharap mereka hidup rukun dengan keluarga mereka, dan mereka dapat menghormati orang yang lanjut usia dan mengasihi orang muda.) Ada lagi? (Seandainya suatu hari nanti aku menjadi orang tua, selain pengharapan yang baru saja dikatakan, aku juga berharap anak-anakku patuh dan bijaksana, mereka berbakti kepadaku, dan aku bisa mengandalkan mereka untuk merawatku di masa tuaku.) Pengharapan ini cukup penting. Pengharapan orang tua agar anak-anak mereka berbakti kepada mereka adalah pengharapan yang relatif tradisional yang orang miliki dalam gagasan dan alam bawah sadar mereka. Ini merupakan hal yang cukup representatif.

Melepaskan pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka merupakan bagian yang sangat penting dari melepaskan beban yang berasal dari keluarga. Semua orang tua menaruh pengharapan tertentu terhadap anak-anak mereka. Entah itu besar atau kecil, untuk saat ini atau kelak, pengharapan-pengharapan ini adalah sikap yang orang tua miliki terhadap perilaku, tindakan, kehidupan anak-anak mereka, atau cara anak-anak mereka memperlakukan mereka. Itu juga merupakan semacam tuntutan spesifik. Dari sudut pandang anak-anak mereka, tuntutan spesifik ini adalah hal-hal yang harus mereka lakukan, karena berdasarkan gagasan tradisional, anak-anak tidak boleh melanggar perintah orang tua mereka. Jika mereka melakukannya, artinya mereka tidak berbakti. Akibatnya, banyak orang yang menanggung beban yang besar dan berat sehubungan dengan hal ini. Jadi, tidakkah seharusnya orang memahami apakah pengharapan spesifik yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka itu masuk akal atau tidak, dan apakah orang tua mereka harus memiliki pengharapan tersebut atau tidak, serta yang manakah dari pengharapan-pengharapan ini yang masuk akal dan yang tidak masuk akal, mana yang dapat dibenarkan, dan mana yang dipaksakan serta tidak dapat dibenarkan? Selain itu, ada prinsip-prinsip kebenaran yang harus orang pahami dan patuhi jika berkenaan dengan bagaimana mereka harus memperlakukan pengharapan orang tua, bagaimana mereka harus menerima atau menolaknya, dan sikap serta perspektif apa yang harus mereka gunakan untuk memandang serta memperlakukan pengharapan ini. Jika hal-hal ini belum diselesaikan, orang tua sering kali memikul beban semacam ini, menganggap bahwa sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban mereka untuk memiliki pengharapan terhadap anak-anak dan keturunan mereka, dan, tentu saja, menganggap bahwa hal-hal tersebut adalah hal-hal yang harus mereka miliki. Mereka beranggapan bahwa jika mereka tidak memiliki pengharapan terhadap anak-anak mereka, itu sama saja dengan tidak memenuhi tanggung jawab atau kewajiban mereka terhadap anak-anak mereka, dan itu sama saja dengan tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan orang tua. Mereka menganggap bahwa hal ini akan membuat mereka menjadi orang tua yang buruk, orang tua yang tidak memenuhi tanggung jawab mereka. Oleh karena itu, jika berkenaan dengan pengharapan yang mereka miliki terhadap anak-anak mereka, orang tanpa sadar memunculkan berbagai tuntutan terhadap anak-anak mereka. Mereka memiliki tuntutan yang berbeda terhadap anak-anak yang berbeda pada waktu yang berbeda dan dalam keadaan yang berbeda. Karena mereka memiliki pandangan dan beban seperti ini terhadap anak-anak mereka, orang tua melakukan hal-hal yang harus mereka lakukan berdasarkan aturan-aturan yang tidak tertulis ini, entah aturan tersebut benar atau salah. Orang tua mengajukan tuntutan terhadap anak-anak mereka sembari memperlakukan pendekatan-pendekatan ini sebagai semacam kewajiban, serta sebagai semacam tanggung jawab, dan pada saat yang sama, mereka memaksakan hal-hal tersebut kepada anak-anak mereka, membuat anak-anak mereka mencapainya. Kita akan membaginya menjadi beberapa tahap dalam persekutuan kita; dengan begitu, hal-hal ini akan menjadi lebih jelas.

Sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, orang tua telah mengajukan berbagai tuntutan terhadap mereka. Tentu saja, dalam berbagai tuntutan tersebut, mereka juga menaruh berbagai macam pengharapan terhadap anak-anak mereka. Jadi, ketika orang tua menaruh berbagai pengharapan terhadap anak-anak mereka, mereka secara pribadi membayar berbagai harga dan menghasilkan berbagai macam pendekatan untuk mewujudkan pengharapan-pengharapan tersebut. Oleh karena itu, sebelum anak-anak menjadi dewasa, orang tua mendidik mereka dengan berbagai cara, dan memiliki berbagai tuntutan terhadap mereka. Sebagai contoh, sejak kecil, mereka memberi tahu anak-anak mereka: "Kau harus belajar dengan baik dan belajar lebih banyak. Kau hanya akan menjadi lebih baik daripada orang lain dan tidak dipandang rendah oleh orang lain setelah kau berhasil dalam studimu." Ada juga orang tua yang mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk berbakti kepada orang tua setelah mereka dewasa, sampai-sampai ketika anak-anak mereka baru berusia dua atau tiga tahun, mereka selalu bertanya kepada anak-anak mereka: "Maukah kau merawat ayahmu setelah kau dewasa?" Dan anak-anak mereka berkata: "Ya." Mereka bertanya: "Maukah kau merawat ibumu?" "Ya." "Apakah kau lebih mencintai ayahmu atau ibumu?" "Aku mencintai ayahku." "Tidak, kau harus berkata bahwa kau mencintai ibumu terlebih dahulu, baru kemudian berkata bahwa kau mencintai ayahmu." Jadi, anak-anak mereka belajar hal-hal ini dari mereka. Didikan dari orang tua mereka, baik melalui perkataan maupun melalui teladan, memiliki pengaruh yang mendalam terhadap pikiran anak-anak. Tentu saja, didikan ini juga menanamkan sejumlah pengetahuan mendasar dalam diri mereka, mengajarkan mereka bahwa orang tua mereka adalah orang-orang yang paling mencintai dan menyayangi mereka di dunia, dan orang-orang yang harus mereka taati dan berikan bakti. Dengan sendirinya, gagasan bahwa "Karena orang tuaku adalah orang yang terdekat denganku di dunia, aku harus selalu mematuhi mereka" tertanam dalam benak anak-anak mereka. Pada saat yang sama, muncul sebuah pemikiran di benak anak-anak mereka, yaitu karena orang tua mereka adalah orang yang terdekat dengan mereka, segala sesuatu yang orang tua mereka lakukan pasti bertujuan agar anak-anak mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Akibatnya, mereka berpikir bahwa mereka harus menerima tindakan orang tua mereka tanpa syarat; cara apa pun yang orang tua mereka gunakan, entah itu manusiawi atau tidak, mereka meyakini bahwa mereka harus menerimanya. Di usia di mana mereka masih belum memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, didikan orang tua mereka, melalui perkataan atau teladan, menanamkan gagasan seperti ini di dalam diri mereka. Di bawah arahan gagasan seperti ini, orang tua bisa menuntut agar anak-anak mereka melakukan berbagai hal, dengan dalih menginginkan yang terbaik untuk diri mereka. Meskipun beberapa dari hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kemanusiaan, ataupun bakat, kualitas, atau kesukaan anak-anak mereka, dalam keadaan seperti ini, di mana anak-anak tidak memiliki hak untuk bertindak atas inisiatif mereka sendiri atau atas otonomi mereka sendiri, mereka tidak punya pilihan dan tidak memiliki kemampuan untuk menentang apa yang disebut pengharapan dan tuntutan orang tua mereka. Yang bisa mereka lakukan hanyalah mematuhi setiap perkataan orang tua mereka, membiarkan orang tua mereka melakukan apa yang mereka inginkan, menyerahkan diri mereka pada belas kasihan orang tua mereka, dan diarahkan oleh orang tua mereka ke jalan seperti apa pun. Oleh karena itu, sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, segala sesuatu yang orang tua lakukan, baik yang tidak disengaja maupun berasal dari niat yang baik, akan sedikit banyak memberikan dampak positif atau negatif terhadap perilaku dan tindakan anak-anak mereka. Dengan kata lain, segala sesuatu yang mereka lakukan akan menanamkan berbagai gagasan dan pandangan dalam diri anak-anak mereka, dan gagasan serta pandangan tersebut bahkan mungkin terkubur jauh di dalam alam bawah sadar anak-anak mereka, sehingga setelah anak-anak mereka menjadi dewasa, gagasan dan pandangan tersebut akan tetap sangat memengaruhi cara mereka memandang orang dan hal-hal, berperilaku dan bertindak, serta bahkan memengaruhi jalan yang mereka tempuh.

Sebelum menjadi dewasa, anak-anak belum memiliki daya tahan terhadap lingkungan hidup, warisan, atau didikan yang orang tua mereka berikan kepada mereka, karena mereka belum dewasa dan belum memahami segala sesuatu dengan sangat baik. Ketika Aku berbicara tentang masa sebelum seorang anak menjadi dewasa, yang Kumaksudkan adalah ketika seorang anak tidak dapat berpikir atau menilai mana yang benar dan mana yang salah secara mandiri. Dalam keadaan seperti ini, anak-anak hanya bisa menyerahkan diri mereka pada belas kasihan orang tua mereka. Justru karena orang tualah yang mengambil keputusan dalam segala sesuatu sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, pada zaman yang jahat ini, orang tua akan menggunakan metode didikan, gagasan, dan pandangan yang sesuai berdasarkan tren sosial, untuk mendorong anak-anak mereka melakukan hal-hal tertentu. Sebagai contoh, persaingan di tengah masyarakat saat ini sangatlah ketat. Orang tua telah dipengaruhi oleh iklim berbagai tren sosial dan opini masyarakat, sehingga mereka menerima informasi bahwa persaingan sangatlah ketat, dan segera menyampaikannya kepada anak-anak mereka. Yang mereka terima adalah fenomena dan tren persaingan di tengah masyarakat yang sangat ketat, tetapi yang mereka rasakan justru semacam tekanan. Ketika mereka merasakan tekanan ini, mereka segera memikirkan anak-anak mereka, dan berkata: "Persaingan di tengah masyarakat sangat ketat saat ini. Ketika kami masih muda, keadaannya tidak seperti ini. Jika anak-anak kami belajar, bekerja, dan memperlakukan masyarakat, serta berbagai orang dan hal-hal dengan cara yang sama seperti kami, mereka akan segera tersingkir dari masyarakat. Jadi, kami harus memanfaatkan fakta bahwa mereka masih muda, kami harus mulai mempersiapkan mereka sekarang. Kami tidak boleh membiarkan anak-anak kami terlambat memulai pendidikan mereka." Saat ini, persaingan di tengah masyarakat sangatlah ketat, dan semua orang menaruh pengharapan yang sangat besar terhadap anak-anak mereka, sehingga mereka segera meneruskan tekanan yang mereka terima dari masyarakat ini kepada anak-anak mereka. Jadi, apakah anak-anak mereka menyadari hal ini? Karena mereka belum dewasa, mereka sama sekali tidak menyadarinya. Mereka tidak tahu apakah tekanan yang berasal dari orang tua mereka ini benar atau salah, atau apakah mereka harus menolaknya atau menerimanya. Ketika orang tua melihat anak-anak mereka bertingkah seperti ini, mereka menegur anak-anak mereka: "Bagaimana kau bisa sebodoh itu? Persaingan di tengah masyarakat saat ini sangatlah ketat, dan kau masih belum memahami apa pun. Cepat masuk Taman Kanak-Kanak!" Pada usia berapa anak-anak masuk Taman Kanak-Kanak? Ada di antara mereka yang memulai pada usia tiga atau empat tahun. Mengapa demikian? Di tengah masyarakat saat ini, beredar sebuah ungkapan: anak-anak tidak boleh terlambat memulai pendidikan mereka, pendidikan harus dimulai sejak usia dini. Lihat, anak-anak yang masih sangat kecil menderita dan mulai masuk Taman Kanak-Kanak pada usia tiga atau empat tahun. Dan Taman Kanak-Kanak seperti apa yang dipilih orang-orang? Di Taman Kanak-Kanak biasa, para guru sering memainkan permainan seperti "Elang dan Ayam" dengan anak-anak, sehingga orang tua berpikir bahwa mereka tidak boleh memilih Taman Kanak-Kanak yang seperti itu. Mereka meyakini bahwa mereka harus memilih Taman Kanak-Kanak yang mahal dan yang mengajar dengan dua bahasa. Dan bagi mereka, mempelajari satu bahasa saja tidaklah cukup. Ketika anak-anak masih belum bisa berbahasa ibu dengan baik, mereka diharuskan belajar bahasa kedua. Bukankah ini menyulitkan anak-anak? Namun, apa yang dikatakan orang tua? "Kami tidak boleh membiarkan anak-anak kami terlambat memulai pendidikan mereka. Saat ini, ada anak-anak berusia satu tahun yang diajar oleh pengasuh di rumah. Orang tua anak-anak tersebut berbicara bahasa ibu mereka, dan pengasuh anak-anak tersebut berbicara bahasa kedua, mengajari anak-anak bahasa Inggris, Spanyol, atau Portugis. Anak-anak kami sudah berumur empat tahun, mereka sudah agak besar. Jika kami tidak mulai mengajari mereka sekarang, nanti akan terlambat. Kami harus mulai menyekolahkan mereka sedini mungkin dan mencari Taman Kanak-Kanak yang mengajar dalam dua bahasa, yang gurunya bergelar sarjana dan master." Orang-orang berkata: "Sekolah seperti itu terlalu mahal." Mereka menjawab: "Tidak masalah. Kami memiliki rumah yang besar; kami bisa pindah ke rumah yang lebih kecil. Kami akan menjual rumah kami yang memiliki tiga kamar tidur dan menukarnya dengan rumah yang memiliki dua kamar tidur. Kami akan menyimpan uang kelebihannya dan menggunakannya untuk menyekolahkan anak-anak kami ke Taman Kanak-Kanak yang bagus." Memilih Taman Kanak-Kanak yang bagus saja tidak cukup, mereka merasa harus mencari tutor untuk membantu anak-anak mereka belajar untuk olimpiade matematika di waktu luang mereka. Sekalipun anak-anak mereka pada dasarnya tidak suka belajar matematika, mereka tetap harus melakukannya, dan jika mereka gagal mempelajarinya, mereka akan belajar seni tari. Jika mereka tidak pandai menari, mereka akan belajar seni suara. Jika mereka tidak pandai menyanyi, dan orang tua mereka melihat bahwa mereka memiliki bentuk tubuh yang bagus, serta postur yang tinggi, orang tua mereka akan berpikir bahwa mungkin mereka bisa menjadi model. Kemudian mereka akan memasukkan mereka ke sekolah seni untuk belajar modeling. Dengan demikian, anak-anak mulai dimasukkan ke sekolah berasrama pada usia empat atau lima tahun, dan rumah keluarga mereka berubah dari rumah dengan tiga kamar tidur menjadi rumah dengan dua kamar tidur, dari rumah dengan dua kamar tidur menjadi rumah dengan satu kamar tidur, dari rumah dengan satu kamar tidur menjadi rumah kontrakan. Jumlah sesi bimbingan belajar yang anak-anak mereka ikuti sebagai ekstrakurikuler makin bertambah, dan rumah mereka makin kecil. Bahkan ada orang tua yang memindahkan seluruh keluarga mereka ke selatan, ke utara, sering berpindah-pindah, agar anak-anak mereka bisa bersekolah di sekolah yang bagus, dan pada akhirnya, mereka tidak tahu lagi ke mana mereka harus pindah, anak-anak mereka tidak tahu di mana kampung halaman mereka, dan semuanya kacau balau. Orang tua mengeluarkan berbagai biaya sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa demi masa depan anak-anak mereka, agar anak-anak mereka tidak terlambat memulai pendidikan mereka, dan agar anak-anak mereka mampu beradaptasi dengan masyarakat yang makin kompetitif ini, serta memiliki pekerjaan yang baik dan penghasilan yang stabil di kemudian hari. Ada orang tua yang sangat berkecukupan, mereka menjalankan bisnis besar atau menjabat sebagai pejabat tinggi, dan mereka melakukan investasi yang sangat besar pada anak-anak mereka. Ada orang tua yang tidak begitu berkecukupan, tetapi sama seperti orang lain, mereka ingin menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah mahal, mengikuti berbagai kelas ekstrakurikuler, kelas tari, kelas seni, belajar berbagai bahasa dan musik, memberikan banyak tekanan dan penderitaan kepada anak-anak mereka. Anak-anak mereka kemudian berpikir: "Kapan aku akan diizinkan untuk bermain sebentar? Kapan aku akan dewasa dan dapat mengambil keputusan seperti yang dilakukan orang dewasa? Kapan aku tidak perlu bersekolah lagi, seperti orang dewasa? Kapan aku bisa menonton TV sebentar, menenangkan pikiranku, dan berjalan-jalan seorang diri ke suatu tempat, tanpa dikendalikan oleh orang tuaku?" Namun, orang tua mereka sering berkata: "Jika kau tidak belajar, kelak kau harus mengemis untuk mendapatkan makanan. Lihatlah betapa sedikitnya kemampuan yang kaumiliki! Belum waktunya kau bermain, kau boleh bermain jika kau sudah lebih besar! Jika kau bermain sekarang, kau tidak akan sukses di masa depan; jika kau bermain nanti, kau bisa bersenang-senang lebih banyak, kau bisa berkeliling dunia. Bukankah kau pernah melihat orang-orang kaya di dunia? Apakah mereka bermain ketika mereka masih kecil? Mereka hanya belajar." Orang tua mereka hanya membohongi mereka. Apakah orang tua mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa orang-orang kaya itu hanya belajar dan tidak pernah bermain? Apakah mereka memahami hal ini? Ada orang-orang kaya dan terkaya di dunia yang tidak melanjutkan pendidikan mereka ke universitas. Itu adalah fakta. Terkadang ketika orang tua berbicara, mereka hanya menipu anak-anak mereka. Sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, orang tua menyampaikan segala macam kebohongan demi mendapatkan masa depan anak-anak mereka yang lebih baik, dan mengendalikan anak-anak mereka serta membuat mereka patuh. Tentu saja, mereka juga menanggung segala macam penderitaan, dan membayar segala macam harga untuk hal ini. Inilah yang disebut "kasih sayang orang tua yang patut dipuji".

Agar dapat mewujudkan pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka, orang tua menaruh banyak harapan pada anak-anak mereka. Oleh karena itu, mereka bukan saja mendidik, membimbing, dan memengaruhi anak-anak mereka dengan perkataan mereka, tetapi pada saat yang sama, mereka juga menggunakan tindakan nyata untuk mengatur anak-anak mereka, dan membuat anak-anak mereka mematuhi mereka, bertindak dan hidup berdasarkan jalur yang mereka tentukan serta arah yang telah mereka tetapkan. Entah anak-anak mereka bersedia melakukan hal ini atau tidak, pada akhirnya orang tua hanya mengatakan satu hal: "Jika kau tidak mendengarkanku, kau akan menyesal! Jika sekarang kau tidak mematuhiku atau menganggap serius pendidikanmu, dan suatu hari kau menyesalinya, jangan datang kepadaku, dan jangan berkata bahwa aku tidak memperingatkanmu!" Suatu kali, kami pergi ke sebuah gedung untuk mengurus sesuatu, dan melihat beberapa kuli angkut sedang mengerahkan tenaga mereka untuk memindahkan beberapa perabot menaiki tangga. Mereka berpapasan dengan seorang ibu yang sedang menuntun putranya menuruni tangga. Jika orang normal melihat pemandangan ini, dia akan berkata: "Ada orang-orang yang sedang memindahkan perabot, ayo kita minggir." Orang-orang yang sedang turun ke bawah akan harus segera menyingkir agar tidak tersenggol perabot tersebut, atau mengganggu para kuli angkut yang sedang memindahkan perabot tersebut. Namun, ketika sang ibu melihat pemandangan ini, dia mengambil kesempatan itu untuk mulai menerapkan didikan situasional tertentu. Aku masih ingat dengan sangat jelas perkataannya. Apa yang dia katakan? Dia berkata: "Lihatlah betapa beratnya barang-barang yang sedang mereka pindahkan, dan betapa melelahkannya. Mereka tidak menganggap serius studi mereka ketika mereka masih kecil, dan sekarang mereka tidak dapat menemukan pekerjaan yang baik, sehingga mereka harus memindahkan perabot dan bekerja sangat keras. Apa kau mengerti?" Anaknya tampak sedikit mengerti, dan yakin bahwa apa yang dikatakan ibunya adalah benar. Ekspresi ketakutan, kengerian, dan keyakinan yang sungguh-sungguh terlihat di matanya, dan dia menganggukkan kepalanya, melihat lagi ke arah para kuli angkut tersebut. Sang ibu memanfaatkan kesempatan ini untuk segera menceramahi putranya sambil berkata kepadanya: "Apa kau mengerti? Jika kau tidak menganggap serius studimu saat kau masih muda, saat kau besar nanti, kau harus memindahkan perabot dan bekerja sangat keras seperti ini untuk mencari nafkah." Apakah pernyataan-pernyataan ini benar? (Tidak.) Dalam hal apa pernyataan ini salah? Ibu ini memanfaatkan setiap kesempatan untuk menceramahi putranya. Menurutmu, bagaimana pola pikir putranya setelah mendengar perkataannya? Mampukah dia membedakan apakah pernyataan-pernyataan ini benar atau salah? (Tidak.) Jadi, apa yang dia pikirkan? ("Jika aku tidak menganggap serius studiku, kelak aku harus bekerja keras seperti ini.") Dia berpikir: "Oh tidak, semua orang yang harus bekerja sangat keras tidak menganggap serius studi mereka. Aku harus mendengarkan ibuku, dan berhasil dalam studiku. Ibuku benar, semua orang yang tidak belajar harus bekerja sangat keras." Gagasan-gagasan yang dia terima dari ibunya menjadi kebenaran seumur hidup di dalam hatinya. Katakan kepada-Ku, bukankah orang tua ini bodoh? (Ya, dia bodoh.) Dalam hal apa dia bodoh? Jika dia menggunakan hal ini untuk memaksa putranya belajar, akankah putranya pasti menjadi orang sukses? Akankah ini menjamin bahwa putranya tidak perlu bekerja sangat keras atau harus berpeluh di masa depan? Apakah baik baginya menggunakan hal ini, adegan ini, untuk menakut-nakuti putranya? (Ini adalah hal yang buruk.) Ini akan membayangi putranya seumur hidup. Ini bukanlah hal yang baik. Sekalipun anak ini memperoleh sedikit pemahaman tentang perkataan ini setelah dia dewasa, tetap akan sulit untuk menghilangkan teori yang diungkapkan ibunya ini dari hatinya dan dari alam bawah sadarnya. Pada taraf tertentu, perkataan itu akan menyesatkan dan mengikat pemikirannya, serta membingungkan pandangannya tentang segala sesuatu. Pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka sebelum menjadi dewasa sebagian besar adalah agar anak-anak mereka kelak bisa banyak belajar, berusaha keras, rajin, dan tidak mengecewakan pengharapan mereka. Oleh karena itu, sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, berapa pun biayanya, orang tua melakukan segalanya demi anak-anak mereka, mereka mengorbankan masa muda, tahun-tahun, dan waktu mereka, serta kesehatan dan kehidupan normal mereka sendiri. Ada orang tua yang bahkan mengorbankan pekerjaan mereka sendiri, cita-cita lama mereka, atau bahkan keyakinan mereka sendiri, untuk mendidik anak-anak mereka dan membantu mereka belajar sembari mereka bersekolah. Di dalam gereja, tidak sedikit orang yang menghabiskan seluruh waktu mereka bersama anak-anak mereka, mendidik anak-anak mereka, agar mereka bisa mendampingi anak-anak mereka hingga dewasa, sehingga anak-anak mereka bisa sukses dalam karier mereka dan memiliki pekerjaan yang mapan di kemudian hari, serta agar pekerjaan anak-anak mereka berjalan dengan lancar. Orang tua ini tidak pergi ke pertemuan atau melaksanakan tugas. Mereka memiliki tuntutan tertentu mengenai keyakinan mereka sendiri di dalam hati mereka, dan mereka memiliki sedikit tekad dan cita-cita, tetapi karena mereka tidak mampu melepaskan pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka, mereka memilih untuk mendampingi anak-anak mereka selama masa ini sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, meninggalkan tugas mereka sendiri sebagai makhluk ciptaan, dan meninggalkan pengejaran mereka sendiri sehubungan dengan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Ini adalah hal yang paling tragis. Ada orang tua yang membayar harga yang mahal agar dapat mendidik anak-anak mereka menjadi aktor, seniman, penulis, atau ilmuwan, dan agar anak-anak mereka mampu memenuhi pengharapan mereka. Mereka meninggalkan pekerjaan, karier mereka, dan bahkan terlebih lagi, mereka meninggalkan impian dan kesenangan mereka sendiri agar dapat mendampingi anak-anak mereka. Bahkan ada orang tua yang mengorbankan kehidupan pernikahan mereka demi anak-anak mereka. Setelah mereka bercerai, mereka menanggung beban berat membesarkan dan mendidik anak-anak mereka seorang diri, mempertaruhkan nyawa mereka untuk anak-anak mereka, dan mengabdikan diri mereka untuk masa depan anak-anak mereka, hanya agar mereka dapat mewujudkan pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka. Ada juga orang tua yang melakukan banyak hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, membayar banyak harga yang tidak perlu, mengorbankan waktu, kesehatan tubuh, dan pengejaran mereka sendiri sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, agar kelak anak-anak mereka bisa unggul di dunia, dan memiliki kedudukan yang bagus di tengah masyarakat. Di satu sisi, bagi orang tua, ini adalah pengorbanan yang tidak perlu. Di sisi lain, bagi anak-anak mereka, pendekatan ini memberikan tekanan dan beban yang sangat besar kepada mereka sebelum mereka menjadi dewasa. Ini karena orang tua mereka telah membayar harga yang terlalu mahal, baik dalam hal uang, waktu, maupun tenaga, orang tua mereka telah berkorban terlalu banyak. Namun, sebelum anak-anak ini menjadi dewasa, dan saat mereka masih belum mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mereka tidak punya pilihan; mereka hanya bisa membiarkan orang tua mereka bertindak seperti ini. Sekalipun mereka memiliki beberapa pemikiran di lubuk hati mereka, mereka tetap menuruti tindakan orang tua mereka. Dalam keadaan seperti ini, anak-anak tanpa sadar mulai berpikir bahwa orang tua mereka telah membayar harga yang sangat mahal untuk mendidik mereka, dan bahwa mereka tidak akan mampu membayar kembali atau membalas budi orang tua mereka dalam kehidupan ini. Akibatnya, selama orang tua mereka mendidik dan mendampingi mereka, mereka berpikir bahwa satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan, satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan untuk membalas budi orang tua mereka adalah dengan membahagiakan orang tua mereka, mencapai prestasi besar untuk memuaskan mereka, dan tidak mengecewakan mereka. Sedangkan bagi para orang tua, selama masa ini sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, setelah mereka membayar harga-harga tersebut, dan seiring dengan makin besarnya pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka, pola pikir mereka lambat laun berubah menjadi tuntutan terhadap anak-anak mereka. Dengan kata lain, setelah orang tua membayar apa yang disebut dengan harga ini dan melakukan apa yang disebut pengorbanan ini, mereka menuntut agar anak-anak mereka harus berhasil, dan mencapai hal-hal besar untuk membalas budi mereka. Oleh karena itu, entah kita memandangnya dari sudut pandang orang tua atau anak-anak, dalam hubungan "berkorban" dan "dikorbankan" ini, pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka makin tinggi. "Pengharapan mereka makin tinggi" adalah cara yang bagus untuk mengatakannya. Sebenarnya, di dalam lubuk hati orang tua, makin banyak mereka mengeluarkan uang dan berkorban, makin mereka merasa bahwa anak-anak mereka harus membalas budi mereka dengan kesuksesan, dan pada saat yang sama, makin mereka merasa bahwa anak-anak mereka berutang kepada mereka. Makin besar pengorbanan orang tua, dan makin banyak harapan yang mereka miliki, makin tinggi pula pengharapan mereka, dan makin besar pula pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka untuk membalas budi mereka. Pengharapan yang dimiliki orang tua terhadap anak-anak mereka sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, dari "Mereka harus belajar banyak hal, mereka tidak boleh terlambat memulai pendidikan mereka" hingga "Setelah mereka dewasa, mereka harus unggul di dunia, dan memiliki kedudukan yang bagus di tengah masyarakat", lambat laun berubah menjadi semacam tuntutan yang mereka buat terhadap anak-anak mereka. Tuntutannya adalah: setelah engkau dewasa dan memiliki kedudukan yang bagus di tengah masyarakat, jangan lupakan dari mana kau berasal, jangan lupakan orang tuamu, orang tuamu adalah orang yang harus kaubalas budinya terlebih dahulu, engkau harus berbakti pada mereka, dan bantulah mereka untuk menjalani kehidupan yang baik, karena mereka adalah penyokongmu di dunia ini, mereka adalah orang-orang yang mendidikmu; engkau sudah memiliki kedudukan yang bagus di tengah masyarakat sekarang, serta segala sesuatu yang kaunikmati, dan segala sesuatu yang kaumiliki, dibeli dengan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tuamu, jadi engkau harus menggunakan sisa hidupmu untuk membalas budi mereka, membalas kebaikan mereka, dan berbuat baik kepada mereka. Pengharapan yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa—yaitu agar anak-anak mereka kelak memiliki kedudukan yang bagus di tengah masyarakat dan unggul di dunia—berkembang menjadi seperti ini, lambat laun berubah dari pengharapan yang sangat normal dari orang tua terhadap anak-anaknya menjadi semacam tuntutan dan permintaan yang dibuat orang tua terhadap anak-anak mereka. Jika anak-anak mereka tidak mendapatkan nilai yang bagus pada masa sebelum menjadi dewasa; misalkan mereka memberontak, mereka tidak mau belajar atau menaati orang tua mereka, dan mereka tidak menaati orang tua mereka, orang tua mereka akan berkata: "Apakah menurutmu yang kulakukan ini mudah bagiku? Menurutmu, untuk siapa aku melakukan semua ini? Aku melakukan ini demi kebaikanmu sendiri, bukan? Semua yang kulakukan adalah untukmu, dan kau tidak menghargainya. Apakah kau bodoh?" Mereka akan menggunakan perkataan ini untuk mengintimidasi anak-anak mereka dan mengendalikan mereka. Apakah pendekatan seperti ini benar? (Tidak.) Ini tidak benar. Ini adalah bagian yang "luhur" sekaligus bagian yang tercela dari orang tua. Apa sebenarnya yang salah dengan perkataan ini? (Pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka dan mendidik anak-anak mereka adalah usaha yang dilakukan secara sepihak. Mereka memberikan tekanan tertentu pada anak-anak mereka, menyuruh mereka belajar ini dan itu, agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang baik, membawa kehormatan bagi orang tua mereka, dan berbakti di masa depan. Sebenarnya, semua yang dilakukan orang tua adalah untuk diri mereka sendiri.) Jika kita mengesampingkan fakta bahwa orang tua mementingkan diri sendiri dan egois, serta hanya membahas gagasan yang mereka tanamkan ke dalam diri anak-anak mereka sebelum menjadi dewasa, dan tekanan yang mereka berikan kepada anak-anak mereka, menuntut anak-anak mereka belajar ini dan itu, agar mereka menggeluti karier ini dan itu setelah mereka dewasa, dan mencapai kesuksesan ini dan itu, apa natur dari pendekatan ini? Untuk sekarang ini, kita tidak akan menilai mengapa orang tua melakukan hal-hal tersebut, atau apakah pendekatan ini tepat atau tidak. Kita akan terlebih dahulu mempersekutukan dan menganalisis natur dari pendekatan-pendekatan ini, serta mencari jalan penerapan yang lebih akurat berdasarkan analisis kita terhadap esensi pendekatan-pendekatan tersebut. Jika kita mempersekutukan dan mulai memahami aspek kebenaran ini dari sudut pandang itu, maka itu akan akurat.

Pertama-tama, apakah tuntutan dan pendekatan yang orang tua miliki terhadap anak-anaknya ini benar atau salah? (Salah.) Jadi, pada akhirnya, dari manakah asal penyebab utama pendekatan yang orang tua gunakan terhadap anak-anak mereka? Bukankah itu berasal dari pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka? (Ya.) Dalam kesadaran subjektif orang tua, mereka membayangkan, merencanakan, dan menentukan berbagai hal tentang masa depan anak-anak mereka, dan sebagai akibatnya, mereka memunculkan pengharapan-pengharapan tersebut. Di bawah dorongan pengharapan-pengharapan ini, orang tua menuntut agar anak-anak mereka mempelajari berbagai keterampilan, belajar seni peran dan seni tari, atau seni lukis, dan sebagainya. Mereka menuntut agar anak-anak mereka menjadi orang yang berbakat, dan kemudian menjadi atasan, bukan bawahan. Mereka menuntut agar anak-anak mereka menjadi pejabat tinggi, dan bukan prajurit biasa; mereka menuntut agar anak-anak mereka menjadi manajer, CEO, dan eksekutif, bekerja untuk perusahaan Fortune Global 500, dan sebagainya. Semua ini adalah gagasan subjektif orang tua. Jadi, sebelum anak-anak menjadi dewasa, apakah mereka sudah memiliki konsep tentang isi pengharapan orang tua mereka? (Tidak.) Mereka sama sekali tidak memiliki konsep apa pun mengenai hal-hal ini, mereka tidak memahaminya. Apa yang dipahami oleh anak-anak kecil? Mereka hanya mengerti bahwa mereka pergi ke sekolah untuk belajar membaca, belajar dengan giat, dan menjadi anak yang baik serta berperilaku baik. Ini sudah cukup bagus. Pergi ke sekolah untuk mengikuti kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan, dan pulang untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Inilah hal-hal yang dipahami anak-anak, selebihnya hanya bermain, makan, berkhayal, bermimpi, dan sebagainya. Sebelum mereka menjadi dewasa, anak-anak sama sekali tidak memiliki konsep tentang semua hal yang tidak diketahui dalam jalan hidup mereka, dan mereka juga tidak membayangkan apa pun tentang hal-hal tersebut. Semua pengharapan dan definisi tentang kedewasaan ini berasal dari orang tua mereka. Oleh karena itu, pengharapan keliru yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka tidak ada hubungannya dengan anak-anak mereka. Anak-anak hanya perlu memahami esensi yang sebenarnya dari pengharapan orang tua mereka. Berdasarkan pada apakah pengharapan orang tua ini? Dari manakah pengharapan-pengharapan ini berasal? Semua itu berasal dari masyarakat dan dunia. Tujuan dari semua pengharapan orang tua ini adalah untuk memungkinkan agar anak-anak beradaptasi dengan dunia dan masyarakat ini, agar mereka tidak tersingkir oleh dunia atau masyarakat, dan agar mereka memiliki kedudukan yang bagus di tengah masyarakat, mendapatkan pekerjaan yang mapan, keluarga yang stabil, serta masa depan yang stabil, jadi orang tua memiliki pengharapan subjektif yang berbeda-beda terhadap anak-anak mereka. Sebagai contoh, saat ini menjadi sarjana teknik komputer merupakan hal yang sangat populer. Ada orang-orang yang berkata: "Anakku kelak akan menjadi sarjana teknik komputer. Mereka bisa menghasilkan banyak uang di bidang ini, membawa komputer sepanjang hari, dan mengerjakan jaringan komputer. Ini juga akan membuatku terlihat baik sebagai orang tua!" Dalam keadaan seperti ini, ketika anak-anak sama sekali tidak memiliki konsep apa pun, orang tua merekalah yang menentukan masa depan mereka. Bukankah ini salah? (Ya.) Orang tua mereka menaruh pengharapan kepada anak-anak mereka sepenuhnya berdasarkan cara orang dewasa memandang segala sesuatu, serta berdasarkan pandangan, sudut pandang, dan kesukaan orang dewasa tentang hal-hal dunia. Bukankah ini bersifat subjektif? (Ya.) Sederhananya, engkau dapat mengatakan bahwa itu bersifat subjektif, tetapi apa itu sebenarnya? Apa arti lain dari subjektivitas ini? Bukankah itu artinya keegoisan? Bukankah itu pemaksaan? (Ya.) Engkau menyukai pekerjaan ini dan karier itu, engkau suka hidup mapan, menjalani kehidupan yang glamor, menjabat sebagai pejabat, atau menjadi orang kaya di tengah masyarakat, jadi engkau membuat anak-anakmu melakukan hal-hal itu juga, menjadi orang yang seperti itu juga, dan menempuh jalan seperti itu. Namun, akankah mereka suka hidup dalam lingkungan tersebut dan menggeluti pekerjaan tersebut di masa depan? Apakah mereka cocok dengan pekerjaan itu? Apa takdir mereka? Apa pengaturan dan ketetapan Tuhan mengenai mereka? Apakah engkau mengetahui hal-hal ini? Ada orang-orang yang berkata: "Aku tidak peduli dengan hal-hal itu, yang penting adalah hal-hal yang aku sukai sebagai orang tua mereka. Aku akan menaruh pengharapan kepada mereka berdasarkan kesukaanku sendiri." Bukankah itu sangat egois? (Ya.) Itu sangat egois! Sederhananya, itu sangat subjektif, itu artinya mereka sendiri yang membuat semua keputusannya, tetapi apa sebenarnya itu? Itu sangat egois! Orang tua seperti ini tidak memikirkan kualitas ataupun bakat anak-anak mereka, mereka tidak peduli dengan pengaturan Tuhan terhadap takdir dan kehidupan setiap orang. Mereka tidak memikirkan hal-hal ini, mereka hanya memaksakan kesukaan, niat, dan rencana mereka sendiri kepada anak-anak mereka melalui angan-angan. Ada orang-orang yang berkata: "Aku harus memaksakan hal ini kepada anakku. Mereka masih terlalu muda untuk memahaminya, dan pada waktu mereka memahaminya, semuanya sudah terlambat." Benarkah demikian? (Tidak.) Jika memang sudah terlambat, berarti itu adalah nasib mereka, bukan tanggung jawab orang tua mereka. Jika engkau memaksakan hal-hal yang kaupahami kepada anak-anakmu, akankah mereka memahaminya lebih cepat hanya karena engkau memahaminya? (Tidak.) Cara orang tua mendidik anak-anak mereka tidak ada hubungannya dengan kapan anak-anak tersebut memahami hal-hal seperti jalan hidup seperti apa yang harus dipilih, karier seperti apa yang harus dipilih, dan seperti apa kehidupan mereka nantinya. Mereka punya jalan mereka sendiri, kecepatan mereka sendiri, dan hukum mereka sendiri. Coba pikirkan, ketika anak-anak masih kecil, seperti apa pun cara orang tua mereka mendidik mereka, pengetahuan mereka tentang masyarakat benar-benar nol. Ketika mereka sudah dewasa, mereka akan merasakan persaingan, kerumitan, dan kegelapan masyarakat, serta berbagai ketidakadilan yang ada di tengah masyarakat. Ini bukanlah sesuatu yang bisa diajarkan orang tua kepada anak-anak mereka sejak kecil. Sekalipun orang tua mengajarkan anak-anak mereka sejak kecil, "Kau harus berhati-hati ketika berinteraksi dengan orang," mereka hanya akan menganggapnya sebagai semacam doktrin. Mereka hanya akan benar-benar dapat bertindak berdasarkan nasihat orang tua mereka ketika mereka benar-benar memahaminya. Ketika mereka tidak memahami nasihat orang tua mereka, seperti apa pun cara orang tua mereka berusaha mengajar mereka, tetap saja itu hanya akan menjadi semacam doktrin bagi mereka. Oleh karena itu, apakah gagasan yang orang tua miliki, bahwa, "Dunia ini sangat penuh persaingan, dan orang-orang hidup di bawah tekanan yang sangat besar; jika aku tidak mulai mengajar anak-anakku sejak kecil, mereka akan menanggung penderitaan dan kesakitan di masa depan," dapat dipertahankan? (Tidak.) Engkau sedang membuat anak-anakmu memikul tekanan itu sejak dini agar penderitaan mereka berkurang di masa depan, dan mereka harus menanggung tekanan itu mulai dari usia di mana mereka masih belum memahami apa pun. Dengan melakukannya, bukankah berarti engkau sedang menyakiti anak-anakmu? Apakah engkau benar-benar melakukannya demi kebaikan mereka sendiri? Lebih baik mereka tidak memahami hal-hal ini, sehingga mereka dapat hidup selama beberapa tahun dengan nyaman, bahagia, murni, dan sederhana. Jika mereka memahami hal-hal tersebut sejak dini, apakah itu menjadi berkat atau kemalangan? (Itu akan menjadi kemalangan.) Ya, itu akan menjadi kemalangan.

Apa yang orang harus lakukan dalam setiap kelompok umur didasarkan pada usia dan kedewasaan mereka, bukan didasarkan pada pendidikan yang mereka terima dari orang tua mereka. Sebelum mereka menjadi dewasa, anak-anak seharusnya hanya bermain, belajar sedikit pengetahuan sederhana dan menerima sedikit pendidikan dasar, mempelajari berbagai hal, belajar cara berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan cara bergaul dengan orang dewasa, serta belajar bagaimana menangani hal-hal di sekitar mereka yang tidak mereka pahami. Selama masa kanak-kanak, orang seharusnya melakukan hal-hal yang sesuai dengan usia mereka. Mereka tidak boleh menanggung tekanan, aturan permainan, atau hal rumit apa pun yang harus ditanggung orang dewasa. Hal-hal seperti itu menimbulkan kerugian psikologis bagi orang yang belum menjadi dewasa, dan bukan merupakan berkat. Makin dini orang mengetahui tentang hal-hal dewasa ini, makin besar dampaknya terhadap pikiran mereka yang masih muda. Hal-hal dewasa ini bukan saja tidak akan membantu orang-orang sama sekali dalam kehidupan atau keberadaan mereka setelah mereka menjadi dewasa; sebaliknya, karena mereka mempelajari atau menghadapi hal-hal ini terlalu dini, hal-hal ini berubah menjadi semacam beban atau menimbulkan bayangan tak terlihat dalam pikiran mereka yang masih muda, sampai-sampai hal-hal tersebut dapat menghantui mereka sepanjang hidup mereka. Coba pikirkan, ketika orang masih sangat muda, jika mereka mendengar tentang sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang tidak dapat mereka terima, hal-hal dewasa yang tidak dapat mereka bayangkan atau pahami, maka pemandangan atau hal itu, atau bahkan orang, hal-hal, dan perkataan yang ada di dalamnya, akan mengikuti mereka sepanjang hidup mereka. Hal ini akan memberikan semacam bayangan dalam diri mereka, sehingga berdampak pada kepribadian mereka dan cara mereka berperilaku dalam kehidupan. Sebagai contoh, anak-anak menjadi sedikit nakal pada usia enam atau tujuh tahun. Misalkan seorang anak dimarahi oleh gurunya di kelas karena berbisik kepada teman sekelasnya, dan guru tersebut bukan hanya memarahinya karena perbuatannya, tetapi juga menyerangnya secara pribadi, memarahinya karena memiliki wajah seperti wajah musang, dan mata seperti mata tikus, bahkan memarahinya dengan berkata: "Lihatlah betapa sedikitnya kemampuan yang kaumiliki. Kau akan gagal seumur hidupmu! Jika kau tidak belajar dengan rajin, kau hanya akan menjadi buruh. Kelak, kau harus mengemis untuk meminta makanan! Kau terlihat mirip seperti pencuri; kau punya bakat menjadi pencuri!" Meskipun anak tersebut tidak memahami perkataan ini, dan tidak tahu mengapa gurunya mengatakan hal-hal ini, atau apakah hal-hal ini benar atau tidak, perkataan yang menyerangnya secara pribadi ini akan menjadi semacam kekuatan jahat yang tidak terlihat di dalam hatinya, menghunjam harga dirinya, dan menyakitinya. "Wajahmu seperti wajah musang, matamu seperti mata tikus, dan kepalamu kecil!" Perkataan yang diucapkan oleh gurunya dan menyerangnya secara pribadi ini akan membayanginya seumur hidupnya. Ketika dia memilih karier, ketika dia menghadapi atasan serta rekan kerjanya, dan ketika dia menghadapi saudara-saudari, perkataan yang diucapkan oleh gurunya dan menyerangnya secara pribadi itu akan meledak dari waktu ke waktu, memengaruhi emosi dan kehidupannya. Tentu saja, beberapa pengharapan tidak pantas yang orang tuamu miliki terhadapmu, dan beberapa emosi, informasi, perkataan, pemikiran, pandangan, dan sebagainya yang mereka sampaikan kepadamu juga telah membayangi pikiranmu yang masih muda. Dipandang dari kesadaran subjektif orang tuamu, mereka tidak memiliki niat buruk apa pun, tetapi karena ketidaktahuan mereka, karena mereka adalah manusia yang rusak, dan mereka tidak memiliki metode yang tepat yang sesuai dengan prinsip untuk bagaimana memperlakukanmu, mereka hanya bisa mengikuti tren dunia dalam cara mereka memperlakukanmu, dan hasil akhir dari hal ini adalah mereka menyampaikan berbagai informasi serta emosi negatif kepadamu. Dalam keadaan di mana engkau tidak memiliki kemampuan untuk membedakan, semua hal yang orang tuamu katakan, dan semua gagasan keliru yang ditanamkan serta disampaikan oleh orang tuamu, menjadi dominan dalam dirimu karena engkau telah terlebih dahulu terpapar olehnya. Itu menjadi tujuan pengejaran dan perjuangan seumur hidupmu. Meskipun berbagai pengharapan yang orang tuamu sampaikan kepadamu sebelum engkau menjadi dewasa merupakan semacam pukulan dan kehancuran bagi pikiranmu yang masih muda, engkau tetap hidup di bawah pengharapan orang tuamu, serta di bawah berbagai harga yang mereka bayarkan untukmu, engkau memahami kehendak mereka, dan menerima serta bersyukur atas berbagai tindakan kebaikan mereka. Setelah engkau menerima berbagai harga yang mereka bayarkan dan berbagai pengorbanan yang mereka lakukan untukmu, engkau merasa berutang budi kepada orang tuamu dan malu menghadapi mereka di lubuk hatimu, dan engkau merasa bahwa engkau harus membalas mereka setelah engkau dewasa. Membalas apa? Membalas pengharapan mereka yang tidak masuk akal terhadapmu? Membalas kehancuran yang mereka timbulkan kepadamu sebelum engkau menjadi dewasa? Bukankah ini membingungkan? Sebenarnya, jika dilihat dari sumber dan esensi masalahnya, pengharapan orang tuamu terhadapmu hanyalah bersifat subjektif, hanya angan-angan. Hal-hal tersebut sama sekali bukan hal-hal yang seharusnya dimiliki, diterapkan, atau dijalani oleh seorang anak, dan hal-hal tersebut bukanlah sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang anak. Agar dapat mengikuti tren dunia, beradaptasi dengan dunia, dan mengikuti kemajuan dunia, orang tuamu membuatmu mengikuti mereka, mereka membuatmu menanggung tekanan ini seperti mereka, dan mereka membuatmu menerima serta mengikuti tren jahat ini. Oleh karena itu, di bawah pengharapan orang tua mereka yang sangat bersemangat, ada banyak anak yang bekerja keras mempelajari berbagai keterampilan, berbagai kursus, dan berbagai macam ilmu. Mereka berubah dari berupaya untuk memuaskan pengharapan orang tua mereka menjadi secara proaktif mengejar tujuan yang diharapkan dari pengharapan orang tua mereka. Dengan kata lain, sebelum mereka menjadi dewasa, orang-orang secara pasif menerima pengharapan orang tua mereka, dan setelah mereka berangsur-angsur menjadi dewasa, mereka secara proaktif menerima pengharapan dari kesadaran subjektif orang tua mereka, dan bersedia menerima tekanan seperti ini serta menerima penyesatan, kendali dan ikatan yang berasal dari masyarakat ini. Singkatnya, mereka secara perlahan-lahan berubah dari partisipan yang pasif menjadi partisipan yang aktif. Dengan begitu, orang tua mereka merasa puas. Anak-anak juga merasakan kedamaian batin dan merasa bahwa mereka tidak mengecewakan orang tua mereka, bahwa mereka akhirnya memberikan apa yang diinginkan orang tua mereka, dan bahwa mereka telah bertumbuh—tidak sekadar bertumbuh menjadi dewasa, tetapi menjadi orang-orang yang berbakat di mata orang tua mereka, dan memenuhi pengharapan orang tua mereka. Meskipun orang-orang ini berhasil menjadi orang-orang yang berbakat di mata orang tua mereka setelah mereka menjadi dewasa, dan dari luar, tampaknya seakan-akan harga yang dibayar oleh orang tua mereka telah lunas, dan pengharapan orang tua mereka terhadap mereka tidak sia-sia, bagaimana kenyataannya? Anak-anak ini telah berhasil menjadi boneka orang tua mereka, mereka telah berhasil berutang banyak kepada orang tua mereka, mereka telah berhasil menggunakan sisa hidup mereka untuk mewujudkan pengharapan orang tua mereka, untuk terlihat baik bagi orang tua mereka, membawa kehormatan dan gengsi kepada orang tua mereka, dan mereka telah berhasil memuaskan orang tua mereka, membuat orang tua mereka bangga dan bahagia. Di mana pun orang tua mereka berada, mereka akan menyebut anak-anak mereka: "Putriku adalah manajer perusahaan itu." "Putriku adalah desainer untuk merek terkenal itu." "Putriku berada pada level itu dalam bahasa asing ini, dia bisa berbahasa asing dengan fasih, dia adalah penerjemah bahasa itu." "Putriku adalah sarjana teknik komputer." Anak-anak ini telah berhasil membuat orang tua mereka bangga dan bahagia, dan mereka telah berhasil menjadi bayang-bayang orang tua mereka. Ini karena mereka akan menggunakan cara yang sama dalam mendidik dan melatih anak-anak mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa orang tua mereka telah berhasil dalam mendidik mereka, sehingga mereka akan meniru cara orang tua mereka mendidik mereka dalam mendidik anak-anak mereka sendiri. Dengan demikian, anak-anak mereka harus menanggung kesengsaraan, penderitaan yang tragis, dan kehancuran yang sama seperti yang mereka alami dari orang tua mereka.

Segala sesuatu yang dilakukan orang tua untuk mewujudkan pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka sebelum menjadi dewasa adalah bertentangan dengan hati nurani, nalar, dan hukum alam. Terlebih lagi, hal ini bertentangan dengan ketetapan dan kedaulatan Tuhan. Meskipun anak-anak belum memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, atau berpikir secara mandiri, nasib mereka tetap berada di bawah kedaulatan Tuhan, mereka tidak dikendalikan oleh orang tua mereka. Oleh karena itu, selain memiliki pengharapan terhadap anak-anak mereka dalam kesadaran mereka, orang tua yang bodoh juga melakukan lebih banyak tindakan, pengorbanan, dan membayar harga dalam hal perilaku mereka, melakukan apa pun yang mereka inginkan dan bersedia melakukannya untuk anak-anak mereka, entah ini berarti mengorbankan uang, waktu, tenaga, atau hal-hal lainnya. Meskipun orang tua melakukan hal-hal tersebut secara sukarela, hal-hal tersebut tidak manusiawi, dan hal-hal tersebut bukanlah tanggung jawab yang seharusnya dipenuhi oleh orang tua; mereka telah melampaui lingkup kemampuan dan tanggung jawab mereka. Mengapa Kukatakan demikian? Karena orang tua mulai berusaha merencanakan dan mengendalikan masa depan anak-anak mereka sebelum menjadi dewasa, dan juga berusaha menentukan masa depan anak-anak mereka. Bukankah itu bodoh? (Ya.) Sebagai contoh, katakanlah Tuhan telah menetapkan bahwa seseorang akan menjadi pekerja biasa, dan dalam kehidupan ini, dia hanya akan mampu memperoleh upah standar untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, tetapi orang tuanya bersikeras agar dia menjadi seorang selebritas, orang kaya, pejabat tinggi, merencanakan dan mengatur masa depannya sebelum dia menjadi dewasa, membayar berbagai macam harga, berusaha mengendalikan kehidupan dan masa depannya. Bukankah itu bodoh? (Ya.) Meskipun anak mereka mendapat nilai yang sangat bagus, masuk universitas, mempelajari berbagai keterampilan setelah dia menjadi dewasa, dan memiliki beberapa keterampilan, ketika dia pada akhirnya pergi mencari pekerjaan, seperti apa pun caranya mencari pekerjaan, dia akhirnya tetap menjadi pekerja biasa. Paling-paling dia beruntung dan menjadi mandor, yang mana itu sudah bagus. Pada akhirnya, dia hanya mendapatkan gaji standar, dan dia tidak pernah mampu mendapatkan gaji pejabat tinggi atau orang kaya seperti yang dituntut orang tuanya. Orang tuanya selalu ingin dia sukses di dunia, mendapatkan banyak uang, menjadi pejabat tinggi, sehingga dia bisa mendapatkan keuntungan karena koneksi orang tuanya. Mereka tidak menyangka bahwa, meskipun dia berprestasi di sekolah dan sangat patuh, meskipun mereka membayar harga yang mahal untuknya, dan meskipun dia masuk universitas setelah dia dewasa, dalam kehidupan ini, dia tetap ditakdirkan untuk menjadi pekerja biasa. Jika mereka mampu mengantisipasi hal ini, mereka tidak akan terlalu menyiksa diri mereka sendiri pada waktu itu. Namun, bisakah orang tua menghindarkan diri agar tidak menyiksa diri mereka sendiri? (Tidak.) Orang tua menjual rumah, tanah, harta keluarga mereka, dan bahkan ada yang menjual ginjal mereka agar anak-anak mereka bisa masuk universitas ternama. Ketika sang anak tidak setuju dengan hal ini, sang ibu berkata: "Aku punya dua ginjal. Jika aku kehilangan satu, aku masih punya satu lagi. Aku sudah tua, aku hanya butuh satu ginjal." Bagaimana perasaan anak mereka setelah mendengar perkataan ini? "Sekalipun itu berarti bahwa aku tidak akan melanjutkan ke universitas, aku tidak bisa membiarkanmu menjual ginjalmu." Dan sang ibu berkata: "Kau tidak mau melanjutkan ke universitas? Kau adalah anak yang tidak patuh dan tidak berbakti! Mengapa aku menjual ginjalku? Bukankah agar kau bisa sukses di masa depan?" Anak itu merasa terharu setelah mendengar perkataan ibunya, dan berpikir, "Kalau begitu, Ibu boleh menjual ginjalnya. Aku tidak akan mengecewakannya." Pada akhirnya, sang ibu benar-benar melakukannya—dia menukarkan ginjalnya dengan masa depan anaknya—dan pada akhirnya, anaknya hanya menjadi pekerja, dan tidak sukses. Jadi, sang ibu menjual satu ginjalnya, dan yang dia dapatkan sebagai gantinya hanyalah seorang pekerja. Apakah itu pantas? (Tidak.) Pada akhirnya, sang ibu memahami hal ini dan berkata: "Kau hanya ditakdirkan untuk menjadi pekerja. Jika aku mengetahui hal itu lebih awal, aku tidak akan menjual ginjalku untuk memasukkanmu ke universitas. Kau bisa saja terus maju dan menjadi pekerja, bukan? Apa gunanya kau masuk universitas?" Sudah terlambat! Siapa yang membuatnya bertindak sangat bodoh saat itu? Siapa yang membuatnya menikmati gagasan bahwa anaknya bisa menjadi pejabat tinggi dan menghasilkan banyak uang? Dia dibutakan oleh keserakahan, dia pantas menerimanya! Dia membayar begitu banyak harga untuk anaknya, tetapi apakah anaknya berutang apa pun kepadanya? Tidak. Dia membayar harga tersebut atas kehendaknya sendiri, dan dia mendapatkan apa yang pantas diterimanya! Sekalipun dia menjual kedua ginjalnya, itu dilakukan secara sukarela. Untuk memasukkan anak-anak mereka ke universitas bergengsi, ada orang-orang yang menjual kornea mata mereka, ada yang menjual darah mereka, ada yang mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki dan menjual harta benda keluarga mereka, dan apakah itu sepadan? Seolah-olah mereka berpikir bahwa menjual sedikit darah atau organ dapat menentukan masa depan seseorang dan mengubah nasibnya. Bisakah? (Tidak.) Manusia sungguh bodoh! Mereka mencari keuntungan yang cepat, mereka dibutakan oleh gengsi dan keuntungan. Mereka selalu berpikir, "Yah, memang begitulah hidupku," sehingga mereka menaruh pengharapan mereka pada anak-anak mereka. Apakah itu berarti bahwa nasib anak-anak mereka pasti akan lebih baik daripada nasib mereka? Bahwa anak-anak mereka akan bisa sukses di dunia? Bahwa mereka akan berbeda? Bagaimana orang-orang bisa begitu bodoh? Apakah mereka berpikir bahwa hanya karena mereka memiliki pengharapan yang tinggi terhadap anak-anak mereka, anak-anak mereka pasti akan lebih unggul daripada orang lain dan memenuhi pengharapan mereka? Nasib orang tidak ditentukan oleh orang tua mereka, tetapi ditentukan oleh Tuhan. Tentu saja, tidak ada orang tua yang ingin melihat anak-anak mereka menjadi pengemis. Meskipun demikian, mereka tidak perlu bersikeras agar anak-anak mereka bisa sukses di dunia dan menjadi pejabat tinggi atau orang terkemuka di tengah masyarakat kelas atas. Apa bagusnya berada di tengah masyarakat kelas atas? Apa bagusnya bisa sukses di dunia? Semua itu adalah posisi yang berbahaya, itu bukanlah hal yang baik. Apakah menjadi selebritas, tokoh hebat, manusia super, atau orang yang memiliki kedudukan dan status itu baik? Hidup yang paling nyaman adalah hidup sebagai orang biasa. Apa salahnya menjalani kehidupan yang sedikit lebih miskin, lebih sulit, melelahkan, dengan makanan dan pakaian yang sedikit lebih buruk? Setidaknya, ada satu hal yang pasti, karena engkau tidak hidup di tengah tren sosial masyarakat kelas atas, setidaknya engkau akan lebih sedikit berbuat dosa dan melakukan lebih sedikit hal yang menentang Tuhan. Sebagai orang biasa, engkau tidak akan menghadapi pencobaan yang begitu besar dan sering. Meskipun hidupmu akan sedikit lebih sulit, setidaknya jiwamu tidak akan lelah. Coba pikirkan, sebagai seorang pekerja, yang perlu kaukhawatirkan hanyalah memastikan agar engkau bisa makan tiga kali sehari. Lain halnya jika engkau adalah seorang pejabat. Engkau harus berjuang, dan engkau tidak akan tahu kapan tiba hari di mana kedudukanmu tidak lagi aman. Dan bukan itu saja, orang-orang yang telah kausinggung akan mencarimu untuk membalas, dan engkau akan dihukum oleh mereka. Hidup ini sangat melelahkan bagi para selebritas, orang-orang hebat, dan orang-orang kaya. Orang kaya selalu takut kalau kelak mereka tidak akan sekaya sekarang, dan takut kalau mereka tidak akan mampu melanjutkan hidup jika hal itu terjadi. Para selebritas selalu khawatir kalau pancaran kemuliaan mereka akan lenyap, dan mereka selalu ingin melindungi pancaran kemuliaan mereka, karena takut kalau mereka akan tersingkir oleh era dan tren ini. Hidup mereka sangat melelahkan! Para orang tua tidak pernah memahami hal-hal ini, dan selalu ingin mendorong anak-anak mereka ke dalam pusat perjuangan ini, mengirim mereka ke dalam sarang singa dan rawa-rawa. Apakah orang tua memang punya niat baik? Jika Aku berkata bahwa mereka tidak memiliki niat baik, engkau semua tidak akan mau mendengarnya. Jika Aku berkata bahwa pengharapan orang tuamu memengaruhimu secara negatif dalam banyak hal, apakah engkau bersedia mengakuinya? (Ya.) Mereka sangat merugikanmu, bukan? Ada dari antaramu yang tidak mau mengakui hal ini, engkau berkata: "Orang tuaku menginginkan apa yang baik untukku." Engkau berkata bahwa orang tuamu menginginkan apa yang baik untukmu. Jadi, di manakah hal-hal yang baik itu? Orang tuamu menginginkan apa yang baik untukmu, tetapi berapa banyak hal positif yang telah berusaha mereka jelaskan agar dapat kaupahami? Orang tuamu menginginkan apa yang baik untukmu, tetapi berapa banyak pemikiran dan pandanganmu yang salah dan tidak diinginkan yang telah mereka koreksi? (Tak satu pun.) Jadi, dapatkah engkau memahami yang sebenarnya mengenai hal-hal ini sekarang? Engkau dapat merasakan bahwa pengharapan orang tua tidak realistis, bukan?

Dengan menganalisis esensi dari pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka, kita dapat melihat bahwa pengharapan-pengharapan tersebut bersifat egois, bertentangan dengan kemanusiaan, dan selain itu, semua itu tidak ada hubungannya dengan tanggung jawab orang tua. Ketika orang tua memaksakan berbagai harapan dan tuntutan terhadap anak-anak mereka, mereka tidak sedang memenuhi tanggung jawab mereka. Jadi, apa "tanggung jawab" mereka? Tanggung jawab paling mendasar yang harus dipenuhi oleh orang tua adalah mengajari anak-anak mereka berbicara, mendidik mereka untuk bersikap baik dan tidak menjadi orang jahat, serta membimbing mereka ke arah yang positif. Ini adalah tanggung jawab mereka yang paling mendasar. Selain itu, mereka harus mendampingi anak-anak mereka dalam mempelajari segala jenis ilmu, bakat, dan lain-lain yang sesuai dengan usia, kemampuan, serta kualitas dan minat mereka. Orang tua yang sedikit lebih baik akan membantu anak-anak mereka memahami bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan bahwa Tuhan itu ada di alam semesta ini, membimbing anak-anak mereka untuk berdoa dan membaca firman Tuhan, menceritakan kepada mereka beberapa kisah dari Alkitab, dan berharap bahwa mereka akan mengikuti Tuhan dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan setelah mereka dewasa, dan bukan mengikuti tren duniawi, terjebak dalam berbagai hubungan antarpribadi yang rumit, dan dihancurkan oleh berbagai tren dunia dan masyarakat ini. Tanggung jawab yang harus dipenuhi orang tua tidak ada hubungannya dengan pengharapan mereka. Tanggung jawab yang harus mereka penuhi dalam peran mereka sebagai orang tua adalah memberikan bimbingan positif dan bantuan yang tepat kepada anak-anak mereka sebelum mereka menjadi dewasa, serta segera merawat mereka dalam kehidupan jasmaniah mereka sehubungan dengan makanan, pakaian, rumah, atau terkadang ketika mereka jatuh sakit. Jika anak-anak mereka jatuh sakit, orang tua harus mengobati penyakit apa pun yang perlu diobati; mereka tidak boleh mengabaikan anak-anak mereka atau berkata kepada mereka, "Teruslah bersekolah, teruslah belajar. Kau tidak boleh tertinggal di kelasmu. Jika kau tertinggal terlalu jauh, kau tidak akan mampu mengejarnya." Ketika anak-anak mereka perlu istirahat, orang tua harus membiarkan mereka beristirahat; ketika anak-anak mereka sakit, orang tua harus merawat mereka sampai sembuh. Inilah tanggung jawab orang tua. Di satu sisi, mereka harus menjaga kesehatan jasmaniah anak-anak mereka; di sisi lain, mereka harus mendampingi, mendidik, dan membantu anak-anak mereka dalam hal kesehatan mental mereka. Inilah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua, dan bukan memaksakan pengharapan atau tuntutan yang tidak realistis terhadap anak-anak mereka. Orang tua harus memenuhi tanggung jawab mereka baik dalam hal kebutuhan mental anak-anak mereka maupun hal-hal yang dibutuhkan anak-anak mereka dalam kehidupan jasmaniah mereka. Orang tua tidak boleh membiarkan anak-anak mereka kedinginan di musim dingin, mereka harus mengajari anak-anak mereka beberapa pengetahuan umum tentang kehidupan, seperti dalam keadaan apa mereka akan masuk angin, bahwa mereka harus memakan makanan yang hangat, bahwa perut mereka akan sakit jika mereka memakan makanan yang dingin, dan bahwa mereka tidak boleh dengan sembarangan membiarkan diri mereka terkena angin atau menanggalkan pakaian di tempat yang berangin saat cuaca dingin, membantu mereka belajar menjaga kesehatan mereka sendiri. Selain itu, jika ada gagasan yang kekanak-kanakan dan belum dewasa mengenai masa depan mereka, atau ada pemikiran-pemikiran ekstrem yang muncul di pikiran anak-anak mereka, orang tua harus segera memberi mereka bimbingan yang benar segera setelah mereka mengetahui hal ini, dan bukan menekan mereka secara paksa; mereka seharusnya mengajarkan anak-anak mereka untuk mengutarakan dan menyampaikan gagasan mereka, sehingga masalahnya benar-benar dapat terselesaikan. Inilah yang dimaksud dengan memenuhi tanggung jawab mereka. Memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua berarti, di satu sisi, merawat anak-anak mereka, lalu di sisi lain, mengarahkan dan mengoreksi anak-anak mereka, serta memberi mereka bimbingan mengenai pemikiran dan pandangan yang benar. Tanggung jawab yang harus dipenuhi orang tua sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pengharapan mereka terhadap anak-anak mereka. Engkau boleh berharap bahwa anak-anakmu akan sehat secara jasmani serta memiliki kemanusiaan, hati nurani, dan nalar setelah mereka menjadi dewasa, atau engkau boleh berharap bahwa anak-anakmu akan berbakti kepadamu, tetapi engkau tidak seharusnya berharap bahwa anak-anakmu akan menjadi selebritas atau orang hebat setelah menjadi dewasa, apalagi jika engkau sering berkata kepada anak-anakmu: "Lihatlah betapa patuhnya Xiaoming, tetangga kita!" Anak-anakmu adalah anak-anakmu. Tanggung jawab yang seharusnya kaupenuhi bukanlah berkata kepada anak-anakmu betapa hebatnya tetangga mereka, Xiaoming, atau membuat mereka belajar dari tetangga mereka, Xiaoming. Ini bukanlah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Setiap orang berbeda. Setiap orang berbeda dalam hal pemikiran, pandangan, minat, hobi, kualitas, kepribadian, dan apakah esensi kemanusiaan mereka baik atau jahat. Ada orang-orang yang terlahir sebagai orang yang cerewet, sementara yang lain pada dasarnya tertutup, dan tidak akan merasa kesal jika mereka menjalani sepanjang hari tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Oleh karena itu, jika orang tua ingin memenuhi tanggung jawab mereka, mereka harus berusaha memahami kepribadian, watak, minat, kualitas anak-anak mereka, serta kebutuhan kemanusiaan mereka, dan bukan mengubah pengejaran mereka sebagai orang dewasa akan dunia, gengsi, dan keuntungan menjadi pengharapan bagi anak-anak mereka, memaksakan hal-hal yang berasal dari masyarakat seperti gengsi, keuntungan, dan dunia ini kepada anak-anak mereka. Para orang tua menyebut hal-hal ini dengan sebutan yang terdengar menyenangkan, yaitu "pengharapan terhadap anak-anak mereka", tetapi bukan itu yang sebenarnya. Jelas bahwa mereka berusaha mendorong anak-anak mereka ke dalam lubang api dan mengirim mereka ke pelukan setan. Jika engkau benar-benar orang tua yang baik, engkau seharusnya memenuhi tanggung jawabmu dalam hal kesehatan jasmaniah dan mental anak-anakmu, dan bukan memaksakan kehendakmu kepada mereka sebelum mereka menjadi dewasa, memaksa pikiran mereka yang masih muda untuk menanggung hal-hal yang tidak seharusnya mereka tanggung. Jika engkau benar-benar mencintai serta menyayangi mereka dan engkau benar-benar ingin memenuhi tanggung jawabmu terhadap mereka, engkau harus menjaga tubuh jasmaniah mereka dan memastikan bahwa mereka sehat secara jasmani. Tentu saja, ada anak-anak yang terlahir dengan tubuh yang lemah dan kesehatan yang buruk. Jika orang tua mereka benar-benar mampu, mereka dapat memberi anak-anak mereka lebih banyak suplemen makanan, atau berkonsultasi dengan sinse atau ahli gizi, menunjukkan sedikit perhatian ekstra kepada anak-anak ini. Selain itu, di setiap usia sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, mulai dari bayi dan masa kanak-kanak hingga remaja, orang tua harus lebih memperhatikan perubahan dalam kepribadian dan minat anak-anak mereka, dan kebutuhan mereka sehubungan dengan eksplorasi mereka terhadap kemanusiaan mereka, menunjukkan kepada mereka sedikit kepedulian lagi. Mereka juga harus memberi anak-anak mereka bimbingan, bantuan, dan pembekalan yang positif dan manusiawi sehubungan dengan perubahan psikologis dan kesalahpahaman mereka, dan beberapa hal yang tidak diketahui yang berkaitan dengan kebutuhan kemanusiaan mereka, dengan menggunakan wawasan praktis, pengalaman, dan pelajaran yang mereka petik sendiri saat mengalami hal yang sama. Kemudian, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk bertumbuh dengan lancar di setiap usia, dan mencegah agar anak-anak mereka tidak mengambil jalan memutar atau jalan yang salah, ataupun menyimpang ke arah yang ekstrem. Ketika pikiran mereka yang masih muda dan bingung itu terluka atau terkena dampak, mereka harus segera menerima perawatan, serta perhatian, kasih sayang, perlindungan, dan bimbingan dari orang tua mereka. Inilah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua. Mengenai apa pun rencana anak-anak mereka untuk masa depan mereka, apakah mereka ingin menjadi guru, seniman, atau pejabat, dan sebagainya, jika rencana mereka masuk akal, orang tua dapat mendorong mereka, dan memberi mereka pertolongan serta bantuan dalam jumlah tertentu berdasarkan keadaan, pendidikan, kualitas, kemanusiaan, keadaan keluarga mereka, dan sebagainya. Namun, orang tua tidak boleh melampaui kemampuan mereka sendiri, tidak boleh menjual mobil, rumah, ginjal, atau darah mereka. Tidak perlu melakukan hal ini, bukan? (Ya.) Mereka seharusnya memberikan bantuan kepada anak-anak mereka sebatas kemampuan mereka sebagai orang tua. Jika anak-anak mereka berkata, "Aku ingin kuliah," orang tua dapat berkata, "Jika kau ingin kuliah, aku akan mendukungmu, dan aku tidak akan menentangmu, tetapi kondisi keuangan keluarga kita tidak begitu baik. Mulai sekarang, aku harus menabung setiap hari untuk membayar biaya kuliahmu selama satu tahun. Jika, ketika saatnya tiba, tabunganku sudah cukup, engkau bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Jika tabunganku belum cukup, engkau harus mencari solusimu sendiri." Orang tua harus mencapai kesepakatan seperti ini dengan anak-anak mereka, menyetujui serta mencapai mufakat bersama, dan kemudian menyelesaikan masalah kebutuhan anak-anak mereka yang berkaitan dengan masa depan mereka. Tentu saja, jika orang tua tidak dapat mewujudkan rencana dan niat yang anak-anak mereka miliki untuk masa depan mereka, mereka tidak perlu merasa bersalah, berpikir: "Aku telah mengecewakan anak-anakku, aku tidak cakap, dan anak-anakku harus menderita karenanya. Anak-anak orang lain makan enak, mengenakan pakaian merek-merek terkenal, dan mengendarai mobil ke kampus, lalu ketika mereka pulang, mereka pulang dengan naik pesawat. Anak-anakku harus pulang dengan kereta api dan duduk di kursi penumpang yang keras. Aku bahkan tidak mampu membelikan mobil untuk mereka. Aku telah mengecewakan anak-anakku!" Mereka tidak perlu merasa bersalah, memang beginilah keadaan mereka, dan sekalipun mereka menjual ginjal mereka, mereka tidak akan mampu menyediakan hal-hal tersebut, jadi mereka harus menerima nasib mereka. Tuhan mengatur lingkungan seperti ini untuk mereka, jadi orang tua tersebut tidak perlu merasa bersalah terhadap anak-anak mereka dalam keadaan apa pun, dengan berkata: "Aku telah mengecewakanmu. Jika kelak kau tidak berbakti kepadaku, aku tidak akan mengeluh. Aku tidak cakap, dan aku tidak memberimu lingkungan hidup yang baik." Mereka tidak perlu mengatakan ini. Orang tua hanya perlu memenuhi tanggung jawab mereka dengan hati nurani yang bersih, berusaha semaksimal mungkin, dan membuat anak-anak mereka sehat secara jasmani dan juga pikiran. Itu sudah cukup. "Kesehatan" di sini hanya berarti bahwa orang tua berusaha sekuat tenaga untuk memastikan anak-anak mereka memiliki pemikiran yang positif, serta pemikiran dan sikap yang aktif, bersemangat, dan optimistis terhadap kehidupan dan keberadaan mereka sehari-hari. Ketika ada sesuatu yang membuat mereka kesal, anak-anak tidak boleh mengamuk, mencoba bunuh diri, membuat masalah bagi orang tua mereka, atau memarahi orang tua mereka karena tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak mampu mencari uang, dengan berkata: "Lihatlah orang tua orang lain. Mereka mengendarai mobil yang bagus, tinggal di rumah mewah, naik kapal pesiar mewah, dan melakukan perjalanan ke Eropa. Sekarang lihatlah kita, kita bahkan belum pernah meninggalkan kampung halaman kita atau naik kereta berkecepatan tinggi!" Jika mereka mengamuk seperti ini, bagaimana seharusnya engkau menjawabnya? Engkau harus menjawab: "Kau benar, seperti itulah betapa tidak cakapnya kami. Kau dilahirkan dalam keluarga ini, dan kau harus menerima nasibmu. Jika kau cakap, kau bisa menghasilkan uang sendiri di masa depan. Jangan bersikap kasar kepada kami, dan jangan menuntut kami melakukan sesuatu untukmu. Kami telah memenuhi tanggung jawab kami terhadapmu, dan kami tidak berutang apa pun kepadamu. Suatu hari kelak, kau akan menjadi orang tua, dan kau juga harus melakukan hal yang sama." Ketika mereka mempunyai anak sendiri, mereka akan belajar bahwa tidaklah mudah bagi orang tua untuk mendapatkan uang untuk menafkahi diri mereka sendiri dan semua orang di keluarga mereka, baik yang tua maupun yang muda. Singkatnya, engkau harus mengajari mereka beberapa prinsip tentang cara berperilaku. Jika anak-anakmu dapat menerimanya, engkau harus menyampaikan persekutuan kepada mereka tentang kepercayaan kepada Tuhan dan menempuh jalan mengejar kebenaran untuk memperoleh keselamatan, serta beberapa pemikiran dan pandangan yang benar yang telah kaupahami dari Tuhan. Jika anak-anakmu bersedia menerima pekerjaan Tuhan dan percaya kepada Tuhan bersamamu, itu jauh lebih baik. Jika anak-anakmu tidak memiliki kebutuhan seperti ini, sudah cukup bagimu hanya memenuhi tanggung jawabmu terhadap mereka; engkau tidak perlu terus mengoceh atau menyampaikan beberapa kata dan doktrin mengenai kepercayaan kepada Tuhan untuk berkhotbah kepada mereka. Tidak perlu melakukan hal ini. Sekalipun anak-anakmu tidak percaya kepada Tuhan, asalkan mereka mendukungmu, engkau semua tetap bisa menjadi teman baik, dan membahas serta mendiskusikan apa pun bersama-sama. Engkau tidak boleh menjadi musuh, ataupun merasa kesal terhadap mereka. Bagaimanapun juga, ada ikatan darah di antara engkau semua. Jika anak-anakmu bersedia memenuhi tanggung jawab mereka terhadapmu, berbakti kepadamu, dan mematuhimu, berarti engkau dapat mempertahankan hubungan kekeluargaanmu dengan mereka, dan berinteraksi dengan mereka secara normal. Engkau tidak perlu selalu memaki atau memarahi anak-anakmu karena mereka berbeda pendapat dan pandangan denganmu mengenai iman kepada Tuhan. Tidak perlu melakukan hal itu. Engkau tidak perlu menjadi orang yang gampang marah, atau menganggap bahwa ketidakpercayaan anak-anakmu kepada Tuhan adalah masalah yang sangat besar, seolah-olah engkau telah kehilangan nyawa dan jiwamu. Ini tidak seserius itu. Jika mereka tidak percaya kepada Tuhan, wajar saja kalau mereka memiliki jalan sendiri yang telah mereka pilih untuk ditempuh. Engkau juga memiliki jalan yang harus kautempuh dan tugas yang harus kaulaksanakan, dan hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan anak-anakmu. Jika anak-anakmu tidak percaya kepada Tuhan, engkau tidak perlu memaksakannya. Mungkin waktu yang tepat belum tiba, atau Tuhan memang belum memilih mereka. Jika Tuhan tidak memilih mereka, dan engkau bersikeras memaksa mereka untuk percaya kepada Tuhan, itu artinya engkau bodoh dan memberontak. Tentu saja, jika Tuhan telah memilih mereka, tetapi waktu yang tepat belum tiba, dan engkau menuntut mereka untuk percaya kepada Tuhan sekarang, itu masih terlalu dini. Jika Tuhan ingin bertindak, tak ada seorang pun yang mampu melepaskan diri dari kedaulatan-Nya. Jika Tuhan telah mengatur agar anak-anakmu percaya kepada-Nya, Dia dapat mewujudkannya dengan sepatah kata atau satu pemikiran. Jika Tuhan belum mengatur agar mereka percaya kepada-Nya, mereka tidak akan tergerak, dan jika mereka tidak tergerak, sebanyak apa pun engkau berbicara, tidak akan ada gunanya. Jika anak-anakmu tidak percaya kepada Tuhan, engkau tidak berutang kepada mereka; jika anak-anakmu percaya kepada Tuhan, ini bukanlah suatu penghargaan untukmu. Bukankah demikian? (Ya.) Entah engkau memiliki tujuan yang sama dengan anak-anakmu mengenai kepercayaan kepada Tuhan atau jika engkau berpikiran sama dalam hal ini, bagaimanapun juga, engkau hanya perlu memenuhi tanggung jawabmu terhadap mereka. Jika engkau telah memenuhi tanggung jawab tersebut, ini bukan berarti bahwa engkau telah menunjukkan kebaikan kepada mereka, dan jika anak-anakmu tidak percaya kepada Tuhan, ini bukan berarti bahwa engkau berutang kepada mereka, karena engkau telah memenuhi tanggung jawabmu, dan memang itulah yang terjadi. Hubunganmu tetap tidak berubah, dan engkau dapat terus berinteraksi dengan anak-anakmu seperti sebelumnya. Jika anak-anakmu menghadapi kesulitan, engkau harus membantu mereka sebatas kemampuanmu. Jika engkau memiliki kemampuan materiel untuk membantu anak-anakmu, engkau harus membantu mereka; jika engkau mampu mengoreksi pemikiran dan pandangan anak-anakmu pada taraf psikologis atau mental, serta memberi mereka sejumlah bimbingan dan bantuan, sehingga memungkinkan mereka untuk keluar dari dilema mereka, itu sudah cukup baik. Singkatnya, yang harus orang tua lakukan sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa adalah memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua, mengetahui apa yang ingin anak-anak mereka lakukan, serta apa minat dan cita-cita anak-anak mereka. Jika anak-anak mereka ingin membunuh orang, membakar sesuatu, dan melakukan kejahatan, orang tua mereka harus dengan serius mendisiplinkan atau bahkan menghukum mereka. Namun, jika mereka adalah anak-anak yang penurut, tidak ada bedanya dengan anak-anak pada umumnya, dan mereka berperilaku baik di sekolah, melakukan apa pun yang orang tua mereka perintahkan, orang tua tinggal memenuhi tanggung jawab mereka terhadap anak-anak mereka. Selain memenuhi tanggung jawab mereka, apa yang disebut pengharapan, tuntutan, dan pemikiran tentang masa depan mereka semuanya tidak berguna. Mengapa Kukatakan bahwa semua itu tidak berguna? Karena nasib setiap orang ditentukan oleh Tuhan dan tidak dapat ditentukan oleh orang tua mereka. Apa pun pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka, tidak mungkin semuanya bisa diwujudkan di masa depan. Pengharapan-pengharapan ini tidak dapat menentukan masa depan atau kehidupan anak-anak mereka. Sebesar apa pun pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka, atau sebesar apa pun pengorbanan atau harga yang mereka bayarkan untuk pengharapan tersebut, semuanya sia-sia; hal-hal ini tidak dapat memengaruhi masa depan ataupun kehidupan anak-anak mereka. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh melakukan hal-hal bodoh. Mereka tidak boleh melakukan pengorbanan yang tidak perlu untuk anak-anak mereka sebelum mereka menjadi dewasa, dan tentu saja mereka tidak boleh merasa terlalu stres mengenai hal ini. Membesarkan anak adalah tentang belajar sekaligus memperoleh berbagai macam pengalaman dengan melewati berbagai lingkungan, dan kemudian secara berangsur-angsur memungkinkan anak-anak mereka memperoleh manfaat dari lingkungan tersebut. Itulah yang perlu dilakukan semua orang tua. Mengenai masa depan dan jalan hidup anak-anak di masa depan, hal-hal tersebut tidak ada hubungannya dengan pengharapan orang tua mereka. Dengan kata lain, pengharapan orang tuamu tidak bisa menentukan masa depanmu. Jika orang tuamu mempunyai pengharapan yang tinggi terhadapmu, atau mengharapkan hal-hal besar darimu, bukan berarti engkau bisa sejahtera serta menjalani hidup dengan baik, dan jika orang tuamu tidak memiliki pengharapan terhadapmu, bukan berarti engkau akan menjadi pengemis. Tidak ada hubungan di antara hal-hal ini. Katakan kepada-Ku, apakah topik-topik yang telah Kupersekutukan ini mudah untuk dipahami? Apakah mudah bagi orang-orang untuk mencapai hal-hal ini? Apakah itu sulit? Orang tua hanya perlu memenuhi tanggung jawab mereka terhadap anak-anak mereka, merawat mereka, dan membesarkan mereka hingga menjadi dewasa. Mereka tidak perlu membesarkan anak-anak mereka menjadi orang yang berbakat. Apakah ini mudah dicapai? (Ya.) Ini adalah hal yang mudah untuk dicapai. Engkau tidak perlu memikul tanggung jawab apa pun atas masa depan atau kehidupan anak-anakmu, atau membuat rencana apa pun untuk mereka, atau berandai-andai mereka akan menjadi orang seperti apa, kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani di masa depan, di lingkungan sosial mana mereka akan berada di kemudian hari, bagaimana kualitas hidup mereka di dunia ini kelak, atau status seperti apa yang akan mereka miliki di tengah masyarakat. Engkau tidak perlu berandai-andai atau mengendalikan hal-hal ini; engkau hanya perlu memenuhi tanggung jawabmu sebagai orang tua. Sesederhana itu. Ketika anak-anakmu mencapai usia sekolah, engkau harus mencari sekolah dan mendaftarkan mereka di sana, membayar uang sekolah mereka jika diperlukan, dan membayar apa pun yang mereka butuhkan di sekolah. Memenuhi tanggung jawab ini saja sudah cukup. Mengenai apa yang mereka makan dan kenakan sepanjang tahun, engkau hanya perlu menjaga tubuh jasmaniah mereka berdasarkan keadaan. Jangan biarkan penyakit yang belum tersembuhkan tetap ada dalam diri mereka sebelum mereka menjadi dewasa, ketika mereka belum mengerti cara merawat tubuh mereka sendiri. Segera perbaiki kekurangan dan kebiasaan buruk mereka, bantu mereka membangun kebiasaan hidup yang baik, dan kemudian nasihati dan bimbinglah pikiran mereka, dan pastikan bahwa mereka tidak menyimpang ke arah yang ekstrem. Jika mereka menyukai hal-hal jahat di dunia, tetapi engkau dapat melihat bahwa mereka adalah anak-anak yang baik, dan bahwa mereka baru saja dipengaruhi oleh tren jahat dunia ini, engkau harus segera mengoreksi mereka, dan membantu mereka untuk memperbaiki kekurangan dan kebiasaan buruk mereka. Ini adalah tanggung jawab yang harus orang tua penuhi dan fungsi yang harus mereka jalankan. Orang tua seharusnya tidak mendorong anak-anak mereka ke arah tren di tengah masyarakat, dan mereka tidak boleh membuat anak-anak mereka menanggung berbagai macam tekanan terlalu dini, yang hanya perlu ditanggung oleh orang dewasa, saat mereka masih belum menjadi dewasa. Orang tua tidak boleh melakukan hal-hal ini. Ini adalah hal-hal yang sederhana untuk dicapai, tetapi ada orang-orang yang tidak mampu mencapainya. Karena orang-orang tersebut tidak dapat melepaskan pengejaran mereka akan gengsi dan keuntungan duniawi, atau tren jahat dunia, dan karena mereka takut disingkirkan oleh dunia, sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, mereka membuat anak-anak mereka berbaur dengan masyarakat sejak dini dan beradaptasi dengan masyarakat secara mental dengan sangat cepat. Jika anak-anak memiliki orang tua seperti ini, mereka kurang beruntung. Apa pun cara atau dalih yang digunakan orang tua untuk mencintai, menyayangi, dan membayar harga untuk mereka, bagi anak-anak dari keluarga seperti ini, itu belum tentu merupakan hal yang baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa itu adalah semacam bencana. Hal ini karena, di balik pengharapan orang tua, yang dibawa orang tua tersebut ke dalam pikiran anak-anak mereka adalah kehancuran. Atau dengan kata lain, pengharapan orang tua tersebut sebenarnya bukan agar anak-anak mereka memiliki pikiran dan tubuh yang sehat, melainkan hanya pengharapan agar anak-anak mereka memiliki pengaruh di tengah masyarakat, dan agar tidak disingkirkan oleh masyarakat. Tujuan pengharapan mereka adalah agar anak-anak mereka bisa menjalani hidup yang baik, atau menjadi unggul daripada orang lain, agar tidak menjadi pengemis, terhindar dari diskriminasi atau penindasan oleh orang lain, serta agar tidak berbaur dengan tren jahat dan kelompok masyarakat yang jahat. Apakah ini hal-hal yang baik? (Tidak.) Oleh karena itu, engkau semua tidak perlu merasa terganggu dengan pengharapan orang tua yang seperti ini. Jika orang tuamu pernah memiliki pengharapan seperti ini terhadapmu, atau jika mereka membayar harga yang mahal untuk mewujudkan pengharapan mereka terhadapmu, agar engkau merasa berutang kepada mereka, dan berniat menggunakan seluruh hidupmu untuk membayar kembali harga yang telah mereka bayarkan untukmu—jika engkau memiliki gagasan dan keinginan seperti ini, engkau harus melepaskannya hari ini. Engkau tidak berutang apa pun kepada mereka, sebaliknya, orang tuamulah yang telah menghancurkan dan melumpuhkanmu. Mereka bukan saja telah gagal memenuhi tanggung jawab mereka sebagai orang tua, tetapi mereka juga telah menyakitimu, menimbulkan berbagai luka pada pikiranmu yang masih muda, dan meninggalkan berbagai kenangan serta jejak negatif. Singkatnya, orang tua seperti ini bukanlah orang tua yang baik. Jika, sebelum engkau menjadi dewasa, dalam cara mereka mendidik, memberi pengaruh, dan berbicara kepadamu, orang tuamu selalu berharap agar engkau giat belajar, berhasil, dan tidak berakhir menjadi seorang buruh, bahwa engkau pasti akan memiliki prospek yang baik di masa depan, membuat mereka bangga dan bahagia, serta membawa kehormatan dan kemuliaan bagi mereka, mulai hari ini, engkau harus melepaskan dirimu dari apa yang mereka sebut kebaikan, dan engkau tidak perlu lagi merasa terganggu. Bukankah benar demikian? (Ya.) Inilah pengharapan-pengharapan yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka sebelum mereka menjadi dewasa.

Natur pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka tetap sama setelah anak-anak mereka menjadi orang dewasa. Meskipun anak-anak mereka yang sudah dewasa mampu berpikir secara mandiri, berkomunikasi, berbicara, dan mendiskusikan segala sesuatu dengan mereka dari sudut pandang orang dewasa, orang tua masih memiliki pengharapan yang sama terhadap anak-anak mereka dari sudut pandang orang tua. Pengharapan mereka berubah dari pengharapan terhadap anak yang belum dewasa menjadi pengharapan terhadap orang dewasa. Meskipun pengharapan orang tua terhadap orang dewasa berbeda dengan pengharapan terhadap anak yang belum menjadi dewasa, sebagai orang biasa yang rusak, dan sebagai anggota masyarakat dan dunia, orang tua tetap memiliki pengharapan yang sama terhadap anak-anak mereka. Mereka berharap segala sesuatunya akan berjalan dengan lancar bagi anak-anak mereka di tempat kerja, bahwa mereka akan memiliki pernikahan yang bahagia dan keluarga yang sempurna, menerima kenaikan gaji dan promosi, mendapatkan pengakuan dari atasan mereka, dan semuanya akan berjalan dengan sangat baik bagi mereka dalam pekerjaan mereka, tanpa mereka menghadapi kesulitan apa pun. Apa gunanya pengharapan-pengharapan ini? (Semuanya tidak berguna.) Semuanya berlebihan dan tidak berguna. Orang tua mengira bahwa mereka dapat membaca pikiranmu karena mereka membesarkan dan menafkahimu, dan akibatnya, mereka yakin bahwa mereka tahu segalanya tentang apa yang sedang kaupikirkan, apa yang kauinginkan, dan seperti apa kepribadianmu, meskipun kini engkau sudah dewasa. Dan meskipun engkau adalah orang dewasa yang mandiri, dan engkau mampu menghasilkan uang untuk menafkahi dirimu sendiri, mereka merasa bahwa mereka masih dapat mengendalikanmu, dan bahwa mereka tetap memiliki hak untuk berbicara, terlibat, memutuskan, ikut campur, atau bahkan mendominasi dalam hal apa pun tentang dirimu. Dengan kata lain, mereka merasa bahwa mereka dapat menjadi penentu keputusan. Sebagai contoh, dalam hal pernikahan, jika engkau sedang berkencan dengan seseorang, orang tuamu akan langsung berkata: "Itu tidak baik, dia tidak memiliki tingkat pendidikan yang sama denganmu, dia tidak begitu cantik, dan keluarganya tinggal di pedesaan. Setelah kau menikahinya, kerabatnya dari pedesaan akan datang berbondong-bondong, mereka tidak akan tahu cara menggunakan kamar mandi, dan mereka akan membuat semuanya menjadi kotor. Itu pasti bukan kehidupan yang baik bagimu. Itu tidak bagus, aku tidak setuju kau menikahinya!" Bukankah ini namanya ikut campur? (Ya.) Bukankah itu berlebihan dan menjijikkan? (Itu berlebihan.) Anak laki-laki dan perempuan tetap harus mendapatkan izin orang tua ketika mereka mencari pasangan. Akibatnya, kini ada anak-anak yang bahkan tidak memberi tahu orang tua mereka bahwa mereka telah menemukan pasangan, hanya untuk menghindari campur tangan orang tua mereka. Saat orang tua mereka bertanya, "Apakah kau punya pasangan?" mereka hanya berkata, "Tidak, ini masih terlalu dini, aku masih muda, tidak perlu terburu-buru," padahal sebenarnya mereka sudah memiliki pasangan selama dua atau tiga tahun, hanya saja mereka belum memberi tahu orang tua mereka tentang hal ini. Dan mengapa mereka tidak memberi tahu orang tua mereka tentang hal itu? Karena orang tua mereka sangat cerewet dan ingin ikut campur dalam segala hal, sehingga mereka tidak menceritakan pasangan mereka kepada orang tua mereka. Ketika mereka sudah siap untuk menikah, mereka tinggal membawa pasangan mereka langsung ke rumah orang tua mereka dan bertanya, "Apakah kalian merestui pernikahanku? Aku akan menikah besok. Beginilah caraku menangani hal ini, entah kalian setuju atau tidak. Jika kalian tidak merestuinya, kami akan tetap menikah dan punya anak." Orang tua ini terlalu mencampuri urusan anak-anak mereka, bahkan ikut campur dalam pernikahan mereka. Selama pasangan yang anak-anak mereka temukan tidak sesuai dengan pengharapan mereka, jika mereka tidak akur dengan pasangan anak mereka, atau jika mereka tidak menyukainya, mereka akan berusaha memisahkan mereka. Jika anak-anak mereka tidak menyetujui hal ini, mereka akan menangis, membuat keributan, dan mengancam akan bunuh diri, sampai-sampai anak-anak mereka tidak tahu harus menangis atau tertawa. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Ada juga putra dan putri yang berkata bahwa mereka sudah tua dan tidak mau menikah, dan orang tua mereka berkata kepada mereka: "Itu tidak baik. Sejak dahulu, aku berharap kau menjadi dewasa, menikah, dan punya anak. Aku sudah melihatmu menjadi dewasa, dan sekarang aku ingin melihatmu menikah dan punya anak, lalu aku bisa mati dengan tenang. Jika kau tidak menikah, aku tidak akan pernah bisa memenuhi keinginan ini. Aku tidak akan bisa mati, dan jika aku mati, aku tidak akan mati dengan tenang. Kau harus menikah, cepatlah mencari pasangan. Tidak masalah sekalipun kau hanya mencari pasangan sementara, dan biarkan aku melihatnya." Bukankah ini namanya ikut campur? (Ya.) Ketika anak-anak mereka yang sudah dewasa memilih pasangan hidup, orang tua dapat memberikan nasihat yang sesuai, mereka dapat mengingatkan anak-anak mereka, atau membantu memeriksa pasangan anak-anak mereka, tetapi mereka tidak boleh ikut campur, mereka tidak boleh membantu anak-anak mereka mengambil keputusan. Anak-anak mereka memiliki perasaan mereka sendiri mengenai apakah mereka menyukai pasangan mereka atau tidak, apakah mereka akur atau tidak, apakah mereka memiliki minat yang sama atau tidak, dan apakah mereka akan bahagia bersama di masa depan atau tidak. Orang tua belum tentu mengetahui hal-hal ini, dan sekalipun mereka tahu, mereka hanya bisa memberikan saran, mereka tidak boleh secara terang-terangan menghalangi atau secara serius ikut campur dalam hal tersebut. Bahkan ada orang tua yang berkata: "Jika putra atau putriku mendapatkan pasangan, status sosial mereka harus setara dengan status sosial keluargaku. Jika tidak, dan mereka memiliki motif tertentu terhadap putra atau putriku, aku tidak akan membiarkan mereka menikah, aku harus mengganggu rencana mereka. Jika mereka ingin memasuki rumahku, aku tidak akan membiarkan mereka!" Apakah pengharapan ini tepat? Apakah itu masuk akal? (Itu tidak masuk akal.) Ini adalah hal penting dalam kehidupan anak-anak mereka, tidaklah masuk akal jika orang tua ikut campur di dalamnya. Namun, dari sudut pandang orang tua ini, bahkan ada lebih banyak alasan untuk ikut campur dalam urusan penting kehidupan anak-anak mereka. Jika anak-anak mereka dengan sembarangan mencari teman lawan jenis untuk berkomunikasi, mereka tidak akan ikut campur, tetapi jika itu ada hubungannya dengan hal yang besar seperti pernikahan, mereka akan berpikir bahwa mereka harus ikut campur. Bahkan ada orang tua yang berusaha keras untuk memata-matai anak-anak mereka, melihat nomor kontak serta informasi tentang teman lawan jenis di ponsel dan komputer anak-anak mereka, mengganggu dan menguntit anak-anak mereka, sampai-sampai anak-anak mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena mereka tidak dapat melawan, membantah, atau menghindari rintangan ini. Apakah ini cara bertindak yang pantas bagi orang tua? (Tidak.) Jika orang tua membuat anak-anak mereka muak terhadap mereka, ini disebut merepotkan, bukan? Yang harus dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka yang sudah dewasa adalah tetap melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai orang tua, membantu mereka dalam jalan kehidupan mereka di masa depan, dan memberi mereka nasihat, dorongan, serta teguran yang masuk akal dan berharga, agar mereka terhindar dari penipuan di tempat kerja atau ketika mereka berinteraksi dengan berbagai macam orang, peristiwa, dan hal-hal, serta agar mereka tidak mengambil jalan memutar, menghadapi masalah yang tidak perlu, atau bahkan dituntut di pengadilan. Orang tua harus berdiri dari sudut pandang orang yang berpengalaman, dan memberikan beberapa nasihat serta sumber acuan yang berguna dan berharga kepada anak-anak mereka. Mengenai apakah anak-anak mereka mendengarkan atau tidak, itu urusan mereka sendiri. Yang harus orang tua lakukan hanyalah memenuhi tanggung jawab mereka. Orang tua tidak dapat memengaruhi seberapa besar penderitaan yang akan dialami anak-anak mereka, seberapa besar rasa sakit yang akan mereka tanggung, atau seberapa banyak berkat yang akan mereka nikmati. Jika anak-anak mereka harus menanggung beberapa kesengsaraan dalam hidup ini, dan mereka sudah mengajari anak-anak mereka segala sesuatu yang perlu diajarkan, tetapi jika sesuatu terjadi kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka tetap sangat keras kepala, berarti anak-anak mereka pantas menderita, itu adalah nasib anak-anak mereka, dan mereka tidak perlu menyalahkan diri mereka sendiri, bukankah benar demikian? (Ya.) Dalam beberapa kasus, pernikahan orang tidak berjalan dengan baik, hubungan mereka dengan pasangan mereka tidak baik, dan mereka memutuskan untuk bercerai, lalu setelah mereka bercerai, timbul perselisihan mengenai siapa yang akan membesarkan anak-anak mereka. Orang tua dari orang-orang tersebut berharap bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dalam pekerjaan mereka, bahwa mereka akan memiliki pernikahan yang bahagia, dan bahwa tidak ada perpecahan atau masalah yang akan muncul, tetapi pada akhirnya, tidak ada yang berjalan sesuai keinginan mereka. Akibatnya, para orang tua ini mengkhawatirkan anak-anak mereka, menangis, mengeluhkannya kepada tetangga mereka, dan membantu putra-putri mereka mencari pengacara untuk memperjuangkan hak asuh atas anak-anak mereka sendiri. Bahkan ada orang tua yang melihat putrinya telah diperlakukan tidak adil, dan berdiri untuk melawan demi kepentingan mereka, pergi ke rumah suami mereka dan berteriak, "Mengapa kau memperlakukan putriku dengan tidak adil seperti ini? Aku tidak akan membiarkan penghinaan ini berlalu begitu saja!" Mereka bahkan membawa serta keluarga besar mereka untuk melampiaskan kemarahan mereka demi putri mereka, dan hal ini pun berubah menjadi pertengkaran fisik. Akibatnya, mereka menimbulkan keributan besar. Seandainya seluruh keluarga tidak datang untuk membuat keributan, dan ketegangan antara suami dan istri perlahan mereda, maka setelah mereka tenang, kemungkinan besar mereka tidak akan bercerai. Namun, karena para orang tua ini membuat keributan, hal itu berubah menjadi masalah besar; pernikahan mereka yang rusak tidak dapat diperbaiki, dan keretakan pun terbentuk. Pada akhirnya, mereka membuat keributan yang begitu besar sehingga pernikahan anak-anak mereka tidak berjalan mulus, dan para orang tua ini pun harus mengkhawatirkan hal ini. Katakan kepada-Ku, apakah ini sepadan dengan masalahnya? Apa gunanya mereka terlibat dalam hal-hal itu? Entah itu berkaitan dengan pernikahan atau pekerjaan anak-anak mereka, semua orang tua berpikir bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang besar: "Aku harus terlibat, aku harus memantau dan mengamati hal ini dengan saksama." Mereka mengamati apakah pernikahan anak-anak mereka bahagia atau tidak, apakah ada masalah dalam hal kasih sayang mereka atau tidak, dan apakah anak atau menantu mereka berselingkuh atau tidak. Ada orang tua yang ikut campur, mengkritik, atau bahkan membuat rencana mengenai berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka untuk memenuhi pengharapan mereka terhadap pernikahan anak-anak mereka atau berbagai hal lainnya, dan ini sangat memengaruhi tatanan normal kehidupan serta pekerjaan anak-anak mereka. Bukankah para orang tua yang seperti ini menjijikkan? (Ya.) Bahkan ada orang tua yang ikut campur dalam gaya hidup dan kebiasaan hidup anak-anak mereka, dan ketika sedang tidak ada kegiatan, mereka pergi ke rumah anak-anak mereka untuk melihat bagaimana keadaan menantu perempuan mereka, untuk memeriksa apakah menantu mereka secara diam-diam mengirimkan hadiah atau uang kepada keluarga mereka sendiri, atau apakah menantu mereka berhubungan dengan pria lain. Anak-anak mereka menganggap tindakan ini sangat menjijikkan dan memuakkan. Jika orang tua terus-menerus seperti ini, anak-anak mereka akan merasa bahwa tindakan mereka itu menjijikkan dan memuakkan, sehingga jelas sekali bahwa tindakan tersebut tidak masuk akal. Tentu saja, jika dilihat dari sudut pandang lain, tindakan tersebut juga tidak bermoral dan tidak manusiawi. Apa pun pengharapan yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka, setelah anak-anak mereka menjadi dewasa, orang tua tidak boleh terlibat dalam kehidupan atau lingkungan kerja, ataupun keluarga anak-anak mereka, dan terlebih lagi, mereka tidak boleh berusaha mencampuri atau mengendalikan berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka. Bahkan ada orang tua yang sangat mencintai uang, dan mereka berkata kepada anak-anak mereka: "Untuk menghasilkan lebih banyak uang dengan cepat, kau harus memperbesar bisnismu. Lihatlah anak si itu, dia memperluas bisnisnya. Dia mengubah toko kecilnya menjadi toko besar, lalu dia mengubah toko besar itu menjadi waralaba, dan sekarang orang tuanya bisa makan dan minum enak bersama dengannya. Kau harus mendapatkan lebih banyak uang. Hasilkan lebih banyak uang dan buka lebih banyak toko, maka kami bisa menikmati kejayaanmu bersama-sama." Apa pun kesulitan atau keinginan anak-anak mereka, mereka hanya ingin memuaskan kesukaan dan keinginan egois mereka sendiri; mereka hanya ingin memanfaatkan anak-anak mereka untuk mendapatkan banyak uang demi mencapai tujuan mereka, yaitu menikmati kesenangan daging. Semua ini adalah hal-hal yang tidak boleh dilakukan orang tua. Hal-hal ini tidak bermoral dan tidak manusiawi, dan orang tua seperti itu tidak memenuhi tanggung jawab mereka. Ini bukanlah sikap yang seharusnya dimiliki orang tua terhadap anak-anak mereka yang sudah dewasa. Sebaliknya, para orang tua ini memanfaatkan senioritas mereka, ikut campur dalam kehidupan, pekerjaan, pernikahan anak-anak mereka yang sudah dewasa, dan sebagainya, dengan kedok menunjukkan tanggung jawab terhadap anak-anak mereka. Betapa pun cakapnya anak-anak mereka yang sudah dewasa, seperti apa pun kualitas mereka, status apa pun yang mereka miliki di tengah masyarakat, atau berapa pun penghasilan mereka, ini adalah takdir yang telah Tuhan tetapkan bagi mereka. Ini berada di bawah kedaulatan Tuhan. Orang tua tidak boleh mencampuri kehidupan anak-anak mereka, kecuali jika mereka tidak menempuh jalan yang benar, atau mereka melanggar hukum, di mana dalam hal ini orang tua harus mendisiplinkan mereka dengan ketat. Namun, dalam keadaan normal, jika anak-anak mereka telah memiliki pemikiran yang waras, dan memiliki kemampuan untuk hidup serta bertahan hidup secara mandiri, sebaiknya orang tua mereka mundur, karena anak-anak mereka sudah dewasa. Jika anak-anak mereka baru beranjak dewasa, dan mereka baru berusia 20 atau 21 tahun, dan mereka masih belum mengetahui berbagai situasi rumit di tengah masyarakat, atau bagaimana cara berperilaku dalam kehidupan, dan mereka tidak memahami cara bersosialisasi, dan mereka memiliki keterampilan bertahan hidup yang buruk, maka orang tua tersebut harus memberikan mereka bantuan yang sesuai, sehingga memungkinkan mereka untuk secara berangsur-angsur beralih ke titik di mana mereka dapat hidup secara mandiri. Ini disebut memenuhi tanggung jawab mereka. Namun, begitu mereka telah menempatkan anak-anak mereka di jalan yang benar, dan anak-anak mereka memiliki kemampuan untuk bertahan hidup secara mandiri, para orang tua ini harus menarik diri. Mereka tidak boleh terus-menerus memperlakukan anak-anak mereka seolah-olah mereka belum dewasa, atau seolah-olah mereka memiliki gangguan mental. Mereka tidak boleh memiliki pengharapan yang tidak realistis terhadap anak-anak mereka, atau mencampuri kehidupan pribadi anak-anak mereka ataupun sikap, sudut pandang, dan tindakan mereka mengenai pekerjaan, keluarga, pernikahan, orang-orang, dan peristiwa, dengan kedok memiliki pengharapan apa pun terhadap mereka. Jika mereka melakukan hal-hal tersebut, berarti mereka tidak sedang memenuhi tanggung jawab mereka.

Ketika putra dan putri mereka mampu bertahan hidup secara mandiri, yang harus dilakukan orang tua hanyalah menunjukkan perhatian dan kepedulian yang diperlukan dalam pekerjaan, kehidupan, dan keluarga anak-anak mereka, atau memberikan kepada mereka beberapa bantuan yang sesuai dalam situasi-situasi di mana mereka tidak mampu mengerjakan atau mengurus sesuatu dengan menggunakan kemampuan mereka sendiri. Sebagai contoh, katakanlah putra atau putrimu mempunyai bayi, dan mereka serta pasangan mereka sangat sibuk dengan pekerjaan. Bayinya masih sangat kecil, dan terkadang tidak ada seorang pun yang merawatnya. Dalam keadaan seperti ini, engkau dapat membantu anakmu untuk merawat bayi mereka. Ini adalah tanggung jawab orang tua, karena bagaimanapun juga, mereka adalah darah dan dagingmu, dan akan lebih aman jika engkau merawat bayi mereka daripada orang lain yang melakukannya. Jika anakmu memercayaimu untuk merawat bayi mereka, engkau harus merawatnya. Jika mereka merasa tidak tenang untuk memercayakan bayi mereka kepadamu dan tidak ingin engkau merawatnya, atau jika mereka tidak mengizinkanmu merawatnya karena mereka menyayangimu, karena mereka memikirkanmu, dan mereka takut tubuhmu tidak cukup sehat untuk melakukannya, engkau tidak boleh mencari-cari kesalahan dalam hal ini. Bahkan ada putra dan putri yang sama sekali tidak memercayai orang tua mereka, mereka menganggap orang tua mereka tidak memiliki kemampuan untuk merawat bayi, bahwa mereka hanya tahu cara memanjakan anak kecil, dan tidak tahu cara mendidiknya, dan bahwa mereka tidak berhati-hati dalam hal makanan yang mereka makan. Jika putra atau putrimu tidak memercayaimu, dan tidak ingin engkau merawat bayi mereka, itu jauh lebih baik. Dengan demikian, engkau punya lebih banyak waktu luang. Hal ini disebut persetujuan bersama: baik orang tua maupun anak tidak saling ikut campur, dan pada saat yang sama, mereka memikirkan satu sama lain. Ketika anak-anak mereka membutuhkan bantuan, perhatian, dan perawatan, orang tua hanya perlu memberikan perhatian, perawatan, serta dukungan finansial yang sesuai dan diperlukan pada taraf emosional atau dalam hal lainnya. Sebagai contoh, katakanlah orang tua mempunyai tabungan, atau mereka cakap dalam pekerjaan mereka dan mempunyai sumber penghasilan. Ketika anak-anak mereka membutuhkan sejumlah uang, mereka dapat membantu sedikit jika mereka mampu. Jika mereka tidak mampu, mereka tidak perlu memberikan seluruh harta benda mereka atau meminjam uang kepada rentenir untuk membantu anak-anak mereka. Mereka hanya perlu memenuhi tanggung jawab mereka dalam kerangka kekerabatan sesuai kemampuan mereka. Mereka tidak perlu menjual semua yang mereka miliki, ataupun menjual ginjal atau darah mereka, atau bekerja mati-matian untuk membantu anak-anak mereka. Hidupmu adalah milikmu, itu diberikan kepadamu oleh Tuhan, dan engkau mempunyai misimu sendiri. Engkau memiliki kehidupan ini agar engkau dapat memenuhi misi-misi tersebut. Anak-anakmu juga memiliki kehidupan mereka agar mereka dapat menyelesaikan jalan hidup mereka dan menyelesaikan misi mereka dalam kehidupan, bukan agar mereka dapat berbakti kepadamu. Oleh karena itu, entah anak-anak mereka sudah dewasa atau belum, nyawa orang tua hanya milik orang tua itu sendiri, bukan milik anak-anak mereka. Tentu saja, orang tua bukanlah pengasuh cuma-cuma atau budak bagi anak-anak mereka. Apa pun pengharapan yang orang tua miliki terhadap anak-anak mereka, tidak perlu bagi mereka untuk membiarkan anak-anak mereka menyuruh-nyuruh mereka dengan sewenang-wenang dan secara cuma-cuma, ataupun menjadi pembantu atau budak anak-anak mereka. Apa pun perasaan yang kaumiliki terhadap anak-anakmu, engkau tetaplah orang yang mandiri. Engkau tidak boleh mengambil tanggung jawab atas kehidupan anak-anakmu yang sudah dewasa seolah-olah itu adalah tindakan yang benar, hanya karena mereka adalah anak-anakmu. Tidak perlu melakukan hal ini. Mereka sudah dewasa; engkau telah memenuhi tanggung jawabmu untuk membesarkan mereka. Mengenai apakah mereka akan hidup dengan baik atau buruk di masa depan, apakah mereka akan menjadi orang kaya atau miskin, dan apakah mereka akan hidup bahagia atau tidak, itu urusan mereka sendiri. Hal-hal ini tidak ada hubungannya denganmu. Sebagai orang tua, engkau tidak memiliki kewajiban untuk mengubah hal-hal tersebut. Jika hidup mereka tidak bahagia, engkau tidak berkewajiban untuk berkata: "Kau tidak bahagia. Aku akan memikirkan cara untuk memperbaikinya, aku akan menjual semua yang kumiliki, dan akan kugunakan semua tenaga hidupku untuk membuatmu bahagia." Tidak perlu melakukan hal ini. Engkau hanya perlu memenuhi tanggung jawabmu, itu saja. Jika engkau ingin membantu mereka, engkau dapat bertanya kepada mereka mengapa mereka tidak bahagia, dan bantulah mereka memahami masalahnya pada tingkat teoretis dan psikologis. Jika mereka menerima bantuanmu, itu jauh lebih baik. Jika tidak, engkau hanya perlu memenuhi tanggung jawabmu sebagai orang tua, dan hanya itu. Jika anak-anakmu ingin menderita, itu urusan mereka. Engkau tidak perlu khawatir atau merasa sedih mengenai hal ini, atau tidak nafsu makan ataupun tidak bisa tidur. Melakukan hal tersebut merupakan tindakan yang berlebihan. Mengapa berlebihan? Karena mereka adalah orang dewasa. Mereka harus belajar mengurus segala sesuatu yang mereka hadapi dalam hidup mereka. Jika engkau merasa khawatir terhadap mereka, itu hanyalah kasih sayang; jika engkau tidak merasa khawatir terhadap mereka, itu bukan berarti bahwa engkau tidak berperasaan, atau engkau belum memenuhi tanggung jawabmu. Mereka adalah orang dewasa, dan orang dewasa harus menghadapi masalah orang dewasa serta menangani segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Mereka tidak boleh bergantung pada orang tua mereka dalam segala hal. Tentu saja, orang tua tidak boleh mengambil alih tanggung jawab atas apakah segala sesuatunya berjalan lancar dengan pekerjaan, karier, keluarga, atau pernikahan anak-anak mereka setelah mereka menjadi dewasa. Engkau boleh merasa khawatir tentang hal-hal ini, dan engkau boleh menanyakannya, tetapi engkau tidak perlu mengambil kendali penuh atas hal-hal tersebut, mengikat anak-anakmu di sisimu, membawa mereka ke mana pun engkau pergi, mengawasi mereka di mana pun engkau berada, dan memikirkan mereka: "Apakah mereka makan makanan yang bergizi hari ini? Apakah mereka bahagia? Apakah pekerjaan mereka berjalan dengan lancar? Apakah atasan mereka menghargai mereka? Apakah pasangan mereka mencintai mereka? Apakah anak-anak mereka patuh? Apakah anak-anak mereka mendapat nilai bagus di sekolah?" Apa hubungannya hal-hal ini denganmu? Anak-anakmu dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri, engkau tidak perlu terlibat. Mengapa Aku bertanya apa hubungan hal-hal ini dengan dirimu? Karena hal-hal tersebut tidak ada hubungannya denganmu. Engkau telah memenuhi tanggung jawabmu terhadap anak-anakmu, engkau telah membesarkan mereka hingga menjadi dewasa, jadi engkau harus mundur. Setelah engkau mundur, bukan berarti bahwa engkau tidak akan memiliki apa pun untuk dikerjakan. Masih ada banyak hal yang harus kaulakukan. Mengenai misi yang harus kauselesaikan dalam hidup ini, selain membesarkan anak-anakmu hingga menjadi dewasa, engkau juga memiliki misi lain yang harus diselesaikan. Selain menjadi orang tua bagi anak-anakmu, engkau juga adalah makhluk ciptaan. Engkau harus datang ke hadapan Tuhan, dan menerima tugasmu dari-Nya. Apa tugasmu? Sudahkah engkau menyelesaikannya? Sudahkah engkau mengabdikan dirimu untuk tugasmu? Sudahkah engkau memulai jalan menuju keselamatan? Inilah hal-hal yang seharusnya kaupikirkan. Mengenai ke mana anak-anakmu nanti setelah menjadi dewasa, bagaimana kehidupan mereka nanti, seperti apa keadaan mereka nanti, apakah mereka akan merasa bahagia dan gembira atau tidak, semua itu tidak ada hubungannya denganmu. Anak-anakmu sudah mandiri, baik secara lahiriah maupun batiniah. Engkau harus membiarkan mereka menjadi mandiri, engkau harus melepaskan, dan engkau tidak boleh berusaha mengendalikan mereka. Baik dari segi lahiriah, hubungan kasih sayang, atau kekerabatan, engkau telah memenuhi tanggung jawabmu, dan tidak ada lagi hubungan antara dirimu dan anak-anakmu. Tidak ada hubungan antara misi mereka dan misimu, dan tidak ada hubungan antara jalan hidup yang mereka tempuh dan pengharapanmu. Pengharapanmu terhadap mereka dan tanggung jawabmu terhadap mereka telah berakhir. Tentu saja, engkau tidak seharusnya menaruh pengharapan kepada mereka. Mereka adalah mereka, dan engkau adalah engkau. Jika anak-anakmu tidak menikah, dalam hal nasibmu dan nasib anak-anakmu serta misimu dan misi anak-anakmu, engkau semua adalah individu yang terpisah dan sama sekali tidak terhubung. Jika anak-anakmu akhirnya menikah dan memulai keluarga, berarti keluargamu dan keluarga anak-anakmu sama sekali tidak terhubung. Anak-anakmu memiliki kebiasaan hidup dan gaya hidup mereka sendiri, mereka memiliki kebutuhan mereka sendiri yang berkaitan dengan kualitas hidup, dan engkau memiliki kebiasaan hidup dan kebutuhanmu sendiri yang berkaitan dengan kualitas hidup. Engkau memiliki jalan hidupmu sendiri dan mereka memiliki jalan hidup mereka sendiri. Engkau memiliki misimu sendiri, dan mereka memiliki misi mereka sendiri. Tentu saja, engkau memiliki keyakinanmu sendiri, dan mereka memiliki keyakinan mereka sendiri. Jika keyakinan mereka terletak pada uang, gengsi, dan keuntungan, berarti engkau dan mereka adalah orang yang sama sekali berbeda. Jika mereka memiliki keyakinan yang sama denganmu, jika mereka mengejar kebenaran dan menempuh jalan keselamatan, tentu saja engkau dan mereka pun merupakan individu yang sama sekali berbeda. Engkau adalah engkau, dan mereka adalah mereka. Engkau tidak boleh ikut campur jika menyangkut jalan yang mereka tempuh. Engkau dapat mendukung, membantu, dan membekali mereka, engkau dapat mengingatkan dan menasihati mereka, tetapi engkau tidak perlu ikut campur atau terlibat. Tak ada seorang pun yang dapat menentukan jalan seperti apa yang akan orang lain tempuh, akan menjadi orang seperti apa mereka nantinya, atau pengejaran hidup seperti apa yang akan mereka miliki. Renungkanlah, atas dasar apa Aku duduk di sini, mengobrol dengan engkau semua dan berbicara kepadamu tentang semua hal ini? Aku duduk di sini dan berbicara atas dasar kesediaanmu untuk mendengarkan. Aku berbicara karena engkau semua bersedia mendengarkan nasihat-Ku yang sungguh-sungguh. Jika engkau semua tidak mau mendengarkan, atau engkau semua pergi, Aku tidak akan berbicara lagi. Banyaknya perkataan yang Kuucapkan tergantung pada apakah engkau semua bersedia mendengarkannya atau tidak, dan apakah engkau semua bersedia meluangkan waktu serta tenagamu untuk mendengarkannya atau tidak. Jika engkau berkata, "Aku tidak mengerti apa yang sedang Engkau katakan, dapatkah Engkau menjelaskannya secara lebih detail?" Aku akan berupaya sebaik mungkin untuk menjelaskannya secara lebih detail, agar engkau dapat mengerti dan memahami firman-Ku. Ketika Aku telah menempatkanmu di jalan yang benar, membawamu ke hadapan Tuhan dan kebenaran, serta memungkinkanmu untuk memahami kebenaran dan mengikuti jalan Tuhan, berarti tugas-Ku akan selesai. Namun, mengenai apakah engkau bersedia untuk menerapkan firman-Ku setelah engkau mendengarnya, atau jalan seperti apa yang akan kautempuh, kehidupan seperti apa yang akan kaupilih, atau apa yang akan kaukejar, hal-hal ini bukanlah urusan-Ku. Jika engkau berkata, "Aku mempunyai pertanyaan mengenai aspek kebenaran itu, aku ingin mencarinya," Aku akan dengan sabar menjawab pertanyaanmu. Jika engkau tidak pernah ingin mencari kebenaran, akankah Aku memangkasmu karena hal itu? Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak akan memaksamu untuk mencari kebenaran, atau mengejek dan mengolok-olokmu, dan tentu saja Aku tidak akan memperlakukanmu dengan sikap dingin. Aku akan bertindak seperti sebelumnya. Jika engkau melakukan kesalahan dalam tugasmu atau dengan sengaja menyebabkan gangguan atau kekacauan, Aku memiliki prinsip-prinsip-Ku dan cara-cara-Ku untuk menanganimu. Namun, engkau mungkin berkata: "Aku tidak ingin mendengar-Mu berbicara tentang hal-hal ini, dan aku tidak bersedia menerima pandangan-Mu tersebut. Aku akan terus melaksanakan tugasku seperti biasa." Jadi, engkau tidak boleh melanggar prinsip atau ketetapan administratif. Jika engkau memang melanggar ketetapan administratif, Aku akan menanganimu. Namun, jika engkau tidak melanggar ketetapan administratif, dan engkau dapat berperilaku baik selama menjalani kehidupan bergereja, Aku tidak akan ikut campur, sekalipun engkau tidak mengejar kebenaran. Aku tidak akan ikut campur dalam kehidupan pribadimu, apa yang ingin kaumakan, kenakan, atau dengan siapa engkau ingin berinteraksi. Aku memberimu kebebasan dalam hal ini. Mengapa demikian? Aku telah berbicara dengan jelas kepadamu tentang semua prinsip dan pembahasan mengenai hal-hal ini. Selebihnya terserah padamu untuk memilih dengan bebas. Jalan yang kaupilih untuk ditempuh jelas bergantung pada orang seperti apa dirimu. Jika engkau bukan orang yang mencintai kebenaran, siapa yang dapat memaksamu untuk mencintai kebenaran? Pada akhirnya, setiap orang akan bertanggung jawab atas jalan yang mereka tempuh, dan hasil yang mereka peroleh. Aku tidak perlu bertanggung jawab atas hal ini. Jika engkau mengejar kebenaran, engkau melakukannya secara sukarela. Jika engkau tidak mengejar kebenaran, engkau juga melakukannya secara sukarela. Tak ada seorang pun yang menghalangimu. Jika engkau memang mengejar kebenaran, tak ada seorang pun yang akan mendorongmu, dan engkau tidak akan diberikan anugerah khusus atau berkat materiel. Aku hanya melaksanakan dan memenuhi tanggung jawab-Ku, memberitahukan kepadamu semua kebenaran yang harus kaupahami dan perlu kaumasuki. Mengenai bagaimana engkau semua menjalani hidupmu secara pribadi, Aku tidak pernah menanyakan hal ini, ataupun menyelidikinya. Inilah sikap yang Kumiliki. Orang tua seharusnya juga bersikap seperti ini terhadap anak-anak mereka. Orang dewasa memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apakah mereka memilih yang benar atau yang salah, apakah mereka memilih hitam atau putih, apakah mereka memilih hal positif atau hal negatif, itu adalah urusan mereka. Ini tergantung pada kebutuhan batin mereka. Jika esensi seseorang itu jahat, dia tidak akan memilih hal-hal yang positif. Jika seseorang berusaha untuk menjadi baik, dan dia memiliki kemanusiaan, kepekaan hati nurani, serta rasa malu, dia akan memilih hal-hal yang positif; meskipun mereka agak lamban dalam melakukannya, pada akhirnya mereka akan menempuh jalan yang benar. Hal ini tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, para orang tua harus memiliki sikap seperti ini terhadap anak-anak mereka, dan tidak ikut campur pada pilihan anak-anak mereka. Tuntutan yang dimiliki para orang tua terhadap anak-anak mereka adalah: "Anak-anak kami harus menempuh jalan yang benar, mereka harus percaya kepada Tuhan, meninggalkan dunia sekuler, dan melepaskan pekerjaan mereka. Jika tidak, saat kami masuk ke dalam Kerajaan, mereka tidak akan bisa masuk, dan kami akan terpisah dari mereka. Alangkah indahnya jika seluruh keluarga kami dapat masuk ke dalam Kerajaan bersama-sama! Kami dapat hidup bersama-sama di surga, sama seperti saat kami berada di bumi. Saat kami berada di dalam Kerajaan, kami tidak boleh meninggalkan satu sama lain, kami harus tetap bersama di sepanjang zaman!" Kemudian, ternyata anak-anak mereka tidak percaya kepada Tuhan, dan malah mengejar hal-hal duniawi, berusaha mendapatkan banyak uang dan menjadi sangat kaya; mereka mengenakan apa pun yang modis, mereka melakukan dan membicarakan apa pun yang sedang tren, dan mereka tidak memenuhi keinginan orang tua mereka. Akibatnya, para orang tua ini merasa sedih, mereka berdoa dan berpuasa karenanya, berpuasa selama seminggu, 10 hari, atau dua minggu, dan berupaya sekuat tenaga demi anak-anak mereka dalam hal ini. Sering kali mereka merasa sangat lapar hingga mereka merasa pusing, dan mereka sering berdoa di hadapan Tuhan sambil menangis. Namun, sekeras apa pun mereka berdoa, atau sebesar apa pun upaya yang mereka kerahkan, anak-anak mereka tidak tergerak dan tidak tersadarkan. Makin anak-anak mereka menolak untuk percaya kepada Tuhan, makin para orang tua ini berpikir: "Oh tidak, aku telah gagal, aku telah mengecewakan anak-anakku. Aku belum bisa memberitakan Injil kepada mereka, dan aku belum membawa mereka ke jalan keselamatan. Dasar orang-orang bodoh. Itu adalah jalan menuju keselamatan!" Mereka bukanlah orang bodoh; mereka hanya tidak memiliki kebutuhan ini. Para orang tua inilah yang bodoh karena berusaha memaksa anak-anak mereka ke jalan ini, bukan? Jika anak-anak mereka memiliki kebutuhan ini, perlukah para orang tua ini membicarakan hal-hal ini? Anak-anak mereka akan percaya kepada Tuhan dengan sendirinya. Para orang tua ini selalu berpikir: "Aku telah mengecewakan anak-anakku. Aku mendorong mereka untuk kuliah sejak usia muda, dan sejak mereka kuliah, mereka tidak pernah berbalik. Mereka tidak mau berhenti mengejar hal-hal duniawi, dan setiap kali mereka pulang, mereka hanya berbicara tentang pekerjaan, menghasilkan uang, tentang siapa yang mendapatkan promosi atau membeli mobil, siapa yang menikah dengan orang kaya, siapa yang pergi ke Eropa untuk melanjutkan studi atau mengikuti program pertukaran pelajar, dan mengatakan betapa hebatnya kehidupan orang lain. Setiap kali mereka pulang ke rumah, mereka membicarakan hal-hal itu, dan aku tidak ingin mendengarnya, tetapi tidak ada yang dapat kulakukan. Apa pun yang kukatakan untuk membuat mereka percaya kepada Tuhan, mereka tetap tidak mau mendengarkan." Akibatnya, mereka bertengkar dengan anak-anak mereka. Setiap kali mereka bertemu dengan anak-anak mereka, wajah mereka muram; setiap kali mereka berbicara dengan anak-anak mereka, ekspresi mereka masam. Ada anak-anak yang tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan mereka berpikir: "Aku tidak tahu apa yang salah dengan orang tuaku. Jika aku tidak percaya kepada Tuhan, itu artinya aku tidak percaya kepada-Nya. Mengapa mereka selalu memperlakukanku dengan sikap seperti ini? Kupikir makin orang percaya kepada Tuhan, makin mereka menjadi orang yang lebih baik. Mengapa orang-orang yang percaya kepada Tuhan memiliki kasih sayang yang sangat sedikit terhadap keluarga mereka?" Para orang tua ini sangat khawatir tentang anak-anak mereka hingga pembuluh darah mereka hampir pecah, dan mereka berkata: "Mereka bukan anak-anakku! Aku memutuskan hubungan dengan mereka, aku tidak mengakui mereka!" Mereka mengatakan itu, tetapi sebenarnya bukan itu yang mereka rasakan. Bukankah orang tua yang seperti ini bodoh? (Ya.) Mereka selalu ingin mengendalikan dan memegang kendali atas segala sesuatu, mereka selalu ingin menguasai masa depan anak-anak mereka, keyakinan mereka, dan jalan yang mereka tempuh. Ini sangat bodoh! Itu tidak pantas. Khususnya, ada anak-anak yang mengejar hal-hal duniawi, dipromosikan ke posisi manajerial, dan menghasilkan banyak uang. Mereka membawa banyak ginseng, anting-anting emas, dan kalung emas ke rumah orang tua mereka sebagai hadiah, dan orang tua mereka berkata: "Aku tidak menginginkan barang-barang ini, aku hanya berharap engkau semua sehat, dan mengikutiku untuk percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan adalah hal yang indah!" Dan anak-anak mereka berkata: "Jangan menyinggung tentang hal itu. Aku telah dipromosikan, dan engkau bahkan belum memberi selamat kepadaku. Ketika orang tua orang lain mendengar bahwa anak-anak mereka telah dipromosikan, mereka akan membuka sampanye dan pergi makan-makan di restoran, tetapi ketika aku membelikanmu kalung dan anting-anting, engkau tidak senang. Dalam hal apa aku telah mengecewakanmu? Kalian hanya merajuk karena aku tidak percaya kepada Tuhan." Pantaskah para orang tua ini merajuk seperti ini? Orang-orang memiliki pengejaran yang berbeda-beda, mereka menempuh jalan yang berbeda, dan mereka sendiri yang memilih jalan tersebut. Orang tua harus memperlakukan hal ini dengan benar. Jika anak-anakmu tidak mengakui keberadaan Tuhan, engkau tidak boleh menuntut mereka untuk percaya kepada Tuhan. Memaksakan segala sesuatu tidak akan pernah berhasil. Jika mereka tidak mau percaya kepada Tuhan, dan mereka bukan orang yang seperti itu, makin sering engkau menyinggung tentang hal tersebut, makin mereka akan mengganggumu, dan engkau juga akan mengganggu mereka. Engkau berdua akan merasa terganggu. Namun, yang penting bukanlah engkau berdua merasa terganggu, tetapi yang terpenting adalah Tuhan akan membencimu, dan Dia akan mengatakan bahwa kasih sayangmu terlalu kuat. Karena engkau mampu membayar harga yang begitu mahal hanya karena anak-anakmu tidak percaya kepada Tuhan, dan engkau sangat sedih karena mereka mengejar hal-hal duniawi, jika suatu hari nanti Tuhan mengambil nyawa mereka, lalu apa yang akan kaulakukan? Apakah engkau akan mengeluh terhadap Tuhan? Jika di dalam hatimu, anak-anakmu adalah segala-galanya bagimu, jika mereka adalah masa depanmu, harapanmu, dan hidupmu, apakah engkau masih orang yang percaya kepada Tuhan? Bukankah Tuhan akan membenci tindakanmu yang seperti ini? Caramu bertindak sangat tidak bijaksana, tidak sesuai dengan prinsip, dan Tuhan tidak akan puas dengan hal itu. Oleh karena itu, jika engkau bijaksana, engkau tidak akan melakukan hal-hal seperti ini. Jika anak-anakmu tidak percaya kepada Tuhan, biarkan saja. Engkau telah menyampaikan semua argumen yang seharusnya kausampaikan, dan engkau telah mengatakan apa yang seharusnya kaukatakan, jadi biarkan mereka menentukan pilihan mereka sendiri. Tetaplah mempertahankan hubunganmu dengan anak-anakmu sebelumnya. Jika mereka ingin berbakti kepadamu, jika mereka ingin menyayangi dan merawatmu, engkau tidak perlu menolaknya. Jika mereka ingin mengajakmu bepergian ke Eropa, tetapi hal itu menghalangi pelaksanaan tugasmu, dan engkau tidak ingin pergi, maka jangan pergi. Namun, jika engkau memang ingin pergi, dan engkau punya waktu, pergilah. Tidak ada salahnya memperluas wawasanmu. Tanganmu tidak akan kotor karenanya, dan Tuhan tidak akan mengutuknya. Jika anak-anakmu membelikanmu beberapa barang yang bagus, makanan yang enak atau pakaian yang bagus, dan engkau menganggap bahwa itu pantas untuk dikenakan atau digunakan oleh orang kudus, nikmatilah semua itu, dan anggaplah itu sebagai anugerah dari Tuhan. Jika engkau membenci hal-hal itu, jika engkau tidak menikmatinya, jika engkau menganggap bahwa semua itu menyusahkan dan menjijikkan, dan jika engkau tidak ingin menikmatinya, engkau dapat menolaknya, dengan berkata: "Aku sudah senang bertemu dengan kalian, kalian tidak perlu membawakanku hadiah atau mengeluarkan uang untukku, aku tidak membutuhkan barang-barang itu. Aku hanya ingin kalian aman dan bahagia." Bukankah itu indah? Jika engkau mengucapkan perkataan ini, dan engkau meyakini hal-hal ini di dalam hatimu, jika engkau benar-benar tidak menuntut anak-anakmu untuk memberimu kenyamanan materiel apa pun, atau membantumu untuk menikmati keberhasilan mereka, anak-anakmu akan mengagumimu, bukan? Mengenai kesulitan apa pun yang mereka hadapi dalam pekerjaan atau kehidupan mereka, berupayalah sebaik mungkin untuk membantu mereka kapan pun kaubisa. Jika membantu mereka akan memengaruhi pelaksanaan tugasmu, engkau dapat menolak. Itu adalah hakmu. Karena engkau tidak lagi berutang apa pun kepada mereka, karena engkau tidak lagi memiliki tanggung jawab apa pun terhadap mereka, dan mereka sudah dewasa serta mandiri, mereka dapat mengurus kehidupan mereka sendiri. Engkau tidak perlu melayani mereka tanpa syarat ataupun setiap saat. Jika mereka meminta bantuanmu, dan engkau tidak bersedia membantu mereka, atau jika hal itu akan menghambat pelaksanaan tugasmu, engkau dapat menolaknya. Itu adalah hakmu. Meskipun engkau memiliki hubungan darah dengan mereka, dan engkau adalah orang tua mereka, ini hanyalah hubungan formalitas, darah, dan kasih sayang. Dalam hal tanggung jawabmu, engkau telah terbebas dari hubungan tersebut dengan mereka. Jadi, jika para orang tua bijaksana, mereka tidak akan memiliki pengharapan, tuntutan, atau standar apa pun terhadap anak-anak mereka setelah menjadi dewasa, dan mereka tidak akan menuntut anak-anak mereka untuk bertindak dengan cara tertentu atau melakukan hal-hal tertentu dari sudut pandang atau kedudukan orang tua, karena anak-anak mereka sudah mandiri. Ketika anak-anakmu sudah mandiri, itu berarti bahwa engkau telah memenuhi semua tanggung jawabmu terhadap mereka. Jadi, apa pun yang kaulakukan untuk anak-anakmu ketika keadaannya memungkinkan, entah engkau menunjukkan perhatian atau kepedulian kepada mereka, itu hanyalah kasih sayang, dan itu tidak ada gunanya. Atau jika anak-anakmu memintamu untuk melakukan sesuatu, itu juga tidak ada gunanya, itu bukanlah sesuatu yang wajib kaulakukan. Engkau harus memahami hal ini. Apakah hal-hal ini jelas? (Ya.)

Misalkan salah seorang darimu berkata: "Aku tidak akan pernah bisa melepaskan anak-anakku. Mereka dilahirkan dengan tubuh yang lemah, dan mereka pada dasarnya pengecut dan penakut. Mereka juga tidak memiliki kualitas yang baik dan selalu dirundung oleh orang lain di masyarakat. Aku tidak bisa melepaskan mereka." Engkau tidak bisa melepaskan anak-anakmu bukan berarti bahwa engkau belum memenuhi tanggung jawabmu terhadap mereka, itu hanyalah efek dari perasaanmu. Engkau mungkin berkata: "Aku selalu khawatir dan berpikir apakah anak-anakku makan dengan baik, atau apakah mereka mengalami masalah perut. Jika mereka tidak makan secara teratur dan terus memesan makanan dari luar dalam jangka panjang, akankah mereka mengalami masalah perut? Akankah mereka terkena suatu penyakit? Dan jika mereka jatuh sakit, akankah ada orang yang merawat mereka, menunjukkan kasih kepada mereka? Apakah pasangan mereka menunjukkan kepedulian terhadap mereka dan menjaga mereka?" Kekhawatiranmu hanya muncul dari perasaanmu dan ikatan darah yang kaumiliki dengan anak-anakmu, tetapi ini bukanlah tanggung jawabmu. Tanggung jawab yang telah Tuhan berikan kepada orang tua hanyalah tanggung jawab untuk membesarkan dan merawat anak-anak mereka sebelum menjadi dewasa. Setelah anak-anak mereka menjadi dewasa, orang tua tidak lagi memiliki tanggung jawab apa pun terhadap mereka. Ini artinya melihat tanggung jawab yang harus dipenuhi orang tua dari sudut pandang penetapan Tuhan. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Sekuat apa pun perasaanmu, atau kapan pun nalurimu sebagai orang tua muncul, ini bukanlah memenuhi tanggung jawabmu, ini hanyalah efek dari perasaanmu. Efek perasaanmu bukan berasal dari nalar kemanusiaan, atau prinsip-prinsip yang telah Tuhan ajarkan kepada manusia, ataupun berasal dari ketundukan manusia pada kebenaran, dan tentu saja bukan berasal dari tanggung jawab manusia, melainkan berasal dari perasaan manusia. Semua ini disebut perasaan. Hanya ada sedikit kasih sayang orang tua dan kekeluargaan yang bercampur di dalamnya. Karena mereka adalah anak-anakmu, engkau selalu mengkhawatirkan mereka, bertanya-tanya apakah mereka sedang menderita di luar sana, dan apakah mereka sedang ditindas. Engkau bertanya-tanya apakah pekerjaan mereka berjalan dengan baik, dan apakah mereka makan secara teratur atau tidak. Engkau bertanya-tanya apakah mereka tertular suatu penyakit, dan apakah mereka mampu membayar biaya pengobatan jika mereka sakit. Engkau sering kali memikirkan hal-hal ini, dan hal-hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan tanggung jawabmu sebagai orang tua. Jika engkau tidak mampu melepaskan kekhawatiran ini, hanya dapat dikatakan bahwa engkau hidup berdasarkan perasaanmu, dan tidak mampu melepaskan dirimu dari perasaan tersebut. Engkau hanya hidup berdasarkan perasaanmu, memperlakukan anak-anakmu berdasarkan perasaanmu, dan bukan hidup berdasarkan definisi Tuhan tentang tanggung jawab sebagai orang tua. Engkau tidak hidup berdasarkan firman Tuhan, engkau hanya merasakan, memandang, dan menangani semua hal ini berdasarkan perasaanmu. Ini berarti bahwa engkau tidak sedang mengikuti jalan Tuhan. Ini jelas sekali. Tanggung jawabmu sebagai orang tua—seperti yang diajarkan Tuhan kepadamu—berakhir saat anak-anakmu telah menjadi dewasa. Bukankah metode penerapan yang Tuhan ajarkan kepadamu mudah dan sederhana? (Ya.) Jika engkau melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan, engkau tidak akan melakukan tindakan yang sia-sia, dan engkau akan memberi anak-anakmu kebebasan tertentu, serta kesempatan untuk mengembangkan diri mereka, tanpa menyebabkan kesulitan atau gangguan tambahan apa pun kepada mereka, atau memberikan beban tambahan apa pun pada mereka. Selain itu, karena mereka sudah dewasa, melakukan hal tersebut akan memungkinkan mereka untuk menghadapi dunia, kehidupan mereka, dan berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan serta hidup mereka sehari-hari, dengan sudut pandang orang dewasa, dengan cara orang dewasa yang mandiri dalam menangani segala sesuatu serta memandang hal-hal, dan dengan pandangan dunia dari orang dewasa yang mandiri. Ini adalah kebebasan serta hak anak-anakmu, dan terlebih dari itu, semua itu adalah hal-hal yang harus mereka lakukan sebagai orang dewasa, dan hal-hal ini tidak ada hubungannya denganmu. Jika engkau selalu ingin terlibat dalam hal-hal ini, itu sangat memuakkan. Jika engkau selalu ingin dengan sengaja melibatkan dirimu ke dalam hal-hal ini dan ikut campur di dalamnya, engkau akan menyebabkan gangguan serta kehancuran, dan pada akhirnya, hal-hal tersebut bukan saja akan menjadi bertentangan dengan keinginanmu, bahkan terlebih dari itu, engkau akan membuat anak-anakmu merasa muak terhadapmu, dan hidupmu juga akan sangat melelahkan. Pada akhirnya, engkau akan penuh dengan keluhan, dan mengeluh bahwa anak-anakmu tidak berbakti, tidak patuh, dan tidak pengertian terhadapmu; engkau akan mengeluh bahwa mereka tidak tahu berterima kasih, tidak menghargai, dan tidak peduli. Sejumlah orang tua yang kasar dan tidak rasional juga akan menangis, marah, dan mengancam akan bunuh diri, dengan menggunakan tipu daya apa pun yang mereka bisa. Ini jauh lebih menjijikkan, bukan? (Ya.) Jika engkau bijaksana, engkau akan membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya, menjalani hidupmu dengan tenang, dan hanya memenuhi tanggung jawabmu sebagai orang tua. Jika engkau berkata bahwa engkau ingin merawat anak-anakmu dan menunjukkan perhatian kepada mereka demi kasih sayang, berarti menunjukkan perhatian kepada mereka diperbolehkan. Aku tidak berkata bahwa orang tua harus memutuskan hubungan dengan anak-anak mereka segera setelah anak-anak menjadi dewasa dan orang tua telah memenuhi tanggung jawab mereka. Orang tua tidak boleh sepenuhnya mengabaikan anak-anak mereka yang sudah dewasa, tidak boleh menyuruh anak-anak mereka pergi begitu saja, atau mengabaikan mereka betapa pun besarnya kesulitan yang anak-anak mereka hadapi—bahkan jika kesulitan-kesulitan itu membuat anak-anak mereka berada di ambang kematian—atau tidak mau memberikan bantuan kepada anak-anak mereka ketika mereka membutuhkan orang tua mereka. Ini juga salah. Ini ekstrem. Ketika anak-anakmu perlu mencurahkan isi hati mereka kepadamu, engkau harus mendengarkan mereka, dan setelah mendengarkan, engkau harus menanyakan apa yang sedang mereka pikirkan dan apa yang ingin mereka lakukan. Engkau juga dapat memberikan saranmu sendiri. Jika mereka memiliki pemikiran serta rencana mereka sendiri, dan mereka tidak menerima saranmu, katakan saja: "Baiklah. Karena kau sudah mengambil keputusan, konsekuensi apa pun yang timbul dari hal ini kelak akan menjadi tanggung jawabmu sendiri. Ini adalah hidupmu. Kau harus menempuh dan menyelesaikan jalan hidupmu sendiri. Tidak ada orang lain yang dapat mengambil tanggung jawab atas hidupmu. Jika kau sudah mengambil keputusan, aku akan mendukungmu. Jika kau membutuhkan uang, aku bisa memberimu sedikit. Jika kau membutuhkan bantuanku, aku dapat membantumu sebatas kemampuanku. Bagaimanapun juga, aku adalah orang tuamu, jadi tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Namun, jika kau berkata bahwa kau tidak membutuhkan bantuanku ataupun uangku, dan kau hanya membutuhkanku untuk mendengarkanmu, itu jauh lebih mudah." Dengan demikian, engkau telah mengatakan apa yang harus kaukatakan, mereka telah mengatakan apa yang harus mereka katakan; semua keluhan mereka telah tersampaikan, semua kemarahan mereka telah terlampiaskan. Mereka akan menghapus air mata mereka, mereka akan pergi dan melakukan apa yang perlu mereka lakukan, dan engkau telah memenuhi tanggung jawabmu sebagai orang tua. Hal ini dilakukan demi kasih sayang; ini disebut kasih sayang. Dan mengapa disebut kasih sayang? Karena, sebagai orang tua, engkau tidak memiliki niat jahat apa pun terhadap anak-anakmu. Engkau tidak akan mencelakakan mereka, bersekongkol melawan mereka, atau mengejek mereka, dan engkau tentu saja tidak akan mengolok-olok mereka karena lemah dan tidak cakap. Anak-anakmu dapat menangis, melampiaskan emosi, dan mengeluh di depanmu tanpa segan, seolah-olah mereka adalah anak-anak kecil; mereka bisa menjadi manja, merajuk, atau keras kepala. Namun, setelah mereka selesai melampiaskan emosi mereka dan merajuk serta bersikap keras kepala, mereka harus melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, dan menangani apa pun yang ada di hadapan mereka. Jika mereka dapat mencapainya tanpa engkau melakukan apa pun untuk mereka atau memberi mereka bantuan apa pun, itu sangat bagus, dan engkau akan memiliki lebih banyak waktu luang, bukan? Dan karena anak-anakmu telah mengatakan hal-hal tersebut, engkau harus memiliki kesadaran diri. Anak-anakmu sudah dewasa, mereka sudah mandiri. Mereka hanya ingin berbicara denganmu tentang hal itu, mereka tidak meminta bantuanmu. Jika engkau tidak berakal sehat, engkau mungkin berpikir: "Ini adalah hal yang penting. Dengan memberitahuku tentang hal tersebut, itu memperlihatkan bahwa kau menghormatiku, jadi bukankah sebaiknya aku memberimu nasihat tentang hal itu? Haruskah aku membantumu mengambil keputusan?" Ini disebut melebih-lebihkan kemampuan dirimu sendiri. Anak-anakmu hanya berbicara kepadamu tentang hal itu, tetapi engkau benar-benar memperlakukan dirimu sendiri seperti tokoh penting. Ini tidak tepat. Anak-anakmu memberitahukan hal itu kepadamu karena engkau adalah orang tua mereka, dan mereka menghormati serta memercayaimu. Sebenarnya, mereka telah memiliki gagasan mereka sendiri tentang hal itu selama beberapa waktu, tetapi sekarang engkau tetap ingin ikut campur. Itu tidak tepat. Anak-anakmu memercayaimu, dan engkau harus layak menerima kepercayaan itu. Engkau harus menghormati keputusan mereka, dan tidak terlibat atau ikut campur dalam hal tersebut. Jika mereka ingin engkau terlibat, engkau dapat melakukannya. Dan misalkan, jika engkau benar-benar terlibat, engkau menyadari: "Oh, ini sungguh merepotkan! Ini akan memengaruhi pelaksanaan tugasku. Aku benar-benar tidak boleh terlibat dalam hal ini; sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, aku tidak boleh melakukan hal-hal ini." Jika demikian, engkau harus segera melepaskan diri dari hal itu. Misalkan mereka masih ingin engkau ikut campur, dan engkau berpikir: "Aku tidak akan ikut campur. Kau harus menanganinya sendiri. Aku sudah berbaik hati mendengarkanmu melampiaskan keluhan dan semua sampah ini. Aku sudah memenuhi tanggung jawabku sebagai orang tua. Aku sama sekali tidak boleh ikut campur dalam hal ini. Itu adalah lubang api yang menyala-nyala, dan aku tidak akan melompat ke dalamnya. Jika kau mau, silakan saja dan lompatlah ke dalamnya sendiri." Bukankah ini pantas? Ini disebut memiliki pendirian. Engkau tidak boleh melepaskan prinsip atau pendirianmu. Inilah hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua. Sudahkah engkau memahami hal ini? Apakah hal-hal ini mudah dicapai? (Ya.) Sebenarnya, hal-hal tersebut mudah untuk dicapai, tetapi jika engkau selalu bertindak berdasarkan perasaanmu, dan jika engkau selalu terjebak di dalam perasaanmu, akan sangat sulit bagimu untuk mencapai hal-hal tersebut. Engkau akan merasa bahwa melepaskan dirimu dari hal itu sangatlah menyayat hati, bahwa engkau tidak dapat meninggalkan hal itu, dan bahwa engkau juga tidak mampu menanggungnya, atau bergerak maju ataupun mundur. Kata apa yang bisa digunakan untuk menggambarkan hal ini? "Terjebak". Engkau akan terjebak di sana. Engkau ingin mendengarkan firman Tuhan dan menerapkan kebenaran, tetapi engkau tidak mampu melepaskan perasaanmu; engkau sangat menyayangi anak-anakmu, tetapi merasa bahwa hal itu tidak pantas untuk dilakukan, karena hal itu bertentangan dengan ajaran Tuhan dan firman Tuhan. Engkau berada dalam masalah. Engkau harus membuat pilihan. Engkau dapat melepaskan pengharapanmu terhadap anak-anakmu, dan tidak lagi berusaha mengatur anak-anakmu, tetapi engkau harus membiarkan mereka bebas, karena mereka adalah orang dewasa yang mandiri, atau engkau dapat mengikuti mereka. Engkau harus memilih salah satu dari dua pilihan tersebut. Jika engkau memilih untuk mengikuti jalan Tuhan dan mendengarkan firman Tuhan, dan engkau melepaskan kekhawatiran serta perasaanmu terhadap anak-anakmu, berarti engkau harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan orang tua, tetap teguh pada pendirian dan prinsip-prinsipmu, serta menahan diri agar tidak melakukan hal-hal yang menurut Tuhan memuakkan dan menjijikkan. Mampukah engkau melakukannya? (Ya.) Sebenarnya, melakukan hal-hal ini mudah. Segera setelah engkau melepaskan sedikit kasih sayang yang kausimpan, engkau akan mampu mencapai hal-hal ini. Cara yang paling sederhana adalah dengan tidak ikut campur dalam kehidupan anak-anakmu dan biarkan saja mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Jika mereka ingin berbicara kepadamu tentang kesulitan mereka, dengarkanlah mereka. Sudah cukup bagimu untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Setelah mereka selesai berbicara, beri tahu mereka: "Aku mendengarmu. Apakah ada hal lain yang ingin kausampaikan kepadaku? Jika kau ingin makan sesuatu, aku bisa memasakkannya untukmu. Jika tidak, kau boleh pulang. Jika kau membutuhkan uang, aku bisa memberimu sedikit. Jika kau memerlukan bantuan, aku akan melakukan apa yang kubisa. Jika aku tidak dapat membantu, kau harus mencari solusinya sendiri." Jika mereka bersikeras agar engkau membantu mereka, engkau dapat berkata: "Kami telah memenuhi tanggung jawab kami terhadapmu. Kami hanya memiliki kemampuan ini, kau dapat melihatnya. Kami tidak seterampil dirimu. Jika kau ingin mencari kesuksesan di dunia, itu urusanmu sendiri, jangan coba-coba melibatkan kami di dalamnya. Kami sudah sangat tua, dan waktu itu sudah berlalu bagi kami. Tanggung jawab kami sebagai orang tua hanyalah membesarkanmu menjadi dewasa. Mengenai jalan apa yang kautempuh, dan bagaimana kau menyiksa dirimu sendiri, jangan libatkan kami dalam hal-hal ini. Kami tidak akan menyiksa diri kami sendiri bersama denganmu. Kami telah menyelesaikan misi kami sehubungan denganmu. Kami memiliki masalah kami sendiri, cara hidup kami sendiri, dan misi kami sendiri. Misi kami bukan tentang melakukan segala sesuatu untukmu, dan kami tidak membutuhkan bantuanmu untuk menyelesaikannya. Kami akan menyelesaikan misi kami sendiri. Jangan minta kami untuk terlibat dengan kehidupan sehari-harimu atau hidupmu. Itu tidak ada hubungannya dengan kami." Ekspresikan dirimu dengan jelas, itu saja; kemudian engkau dapat berkomunikasi, berhubungan, dan mengobrol dengan mereka sesuai kebutuhan. Sesederhana itu! Apa manfaat bertindak dengan cara seperti ini? (Ini membuat hidup menjadi sangat mudah.) Setidaknya, engkau telah menangani masalah kasih kedagingan dan kekeluargaan ini dengan tepat dan benar. Dunia mental dan rohanimu akan tenang, engkau tidak akan melakukan pengorbanan yang tidak perlu, atau membayar harga tambahan apa pun; engkau akan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, serta membiarkan Dia menangani semua hal ini. Engkau akan memenuhi setiap tanggung jawab yang seharusnya orang lakukan, dan engkau tidak akan melakukan hal-hal apa pun yang tidak boleh orang lakukan. Engkau tidak akan ikut campur untuk terlibat dalam hal-hal yang tidak boleh orang lakukan, dan engkau akan hidup sesuai perintah Tuhan. Cara hidup yang Tuhan perintahkan kepada manusia adalah jalan terbaik, yang dapat membuat mereka menjalani kehidupan yang sangat tenang, bahagia, sukacita, dan damai. Namun, yang terpenting, hidup dengan cara ini tidak hanya akan memberimu lebih banyak waktu luang dan tenaga untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, dan untuk menunjukkan pengabdian pada tugasmu, tetapi engkau juga akan memiliki lebih banyak tenaga dan waktu untuk berusaha keras mengejar kebenaran. Sebaliknya, jika tenaga dan waktumu terjerat dan disibukkan oleh perasaanmu, kedaginganmu, anak-anakmu, dan kasihmu terhadap keluargamu, engkau tidak akan punya tenaga ekstra untuk mengejar kebenaran. Bukankah benar demikian? (Ya.)

Ketika orang-orang menggeluti karier di dunia, yang mereka pikirkan hanyalah mengejar hal-hal seperti tren duniawi, gengsi dan keuntungan, serta kenikmatan daging. Apa maksudnya? Maksudnya, tenaga, waktu, dan masa mudamu semuanya disibukkan dan dihabiskan oleh hal-hal ini. Apakah semua itu ada artinya? Pada akhirnya, apa yang akan kauperoleh dari semua itu? Sekalipun engkau memperoleh gengsi dan keuntungan, itu tetap saja hampa. Bagaimana jika engkau mengubah cara hidupmu? Jika waktu, tenaga, dan pikiranmu hanya disibukkan oleh kebenaran dan prinsip-prinsip, dan jika engkau hanya memikirkan hal-hal yang positif, seperti cara melaksanakan tugasmu dengan baik, dan cara untuk datang ke hadapan Tuhan, dan jika engkau mencurahkan tenaga dan waktumu untuk hal-hal positif tersebut, apa yang kauperoleh akan berbeda. Apa yang kauperoleh akan memberimu manfaat yang paling nyata. Engkau akan mengetahui cara menjalani hidup, cara berperilaku, cara menghadapi segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal. Setelah engkau mengetahui cara menghadapi segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal, ini akan secara signifikan membuatmu tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan secara alami. Ketika engkau secara alami mampu tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, maka bahkan tanpa kausadari, engkau akan menjadi jenis orang yang diterima dan dikasihi oleh Tuhan. Renungkanlah, bukankah itu hal yang baik? Mungkin engkau belum memahami hal ini, tetapi selama engkau menjalani hidupmu, dan selama engkau menerima firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran, engkau tanpa sadar akan menjadi hidup, memandang orang dan hal-hal, dan berperilaku serta bertindak berdasarkan firman Tuhan. Ini berarti bahwa engkau tanpa sadar akan tunduk pada firman Tuhan, dan tunduk pada tuntutan-Nya serta melakukannya. Kemudian bahkan tanpa kausadari, engkau sudah menjadi jenis orang yang diterima, dipercaya, dan dikasihi oleh Tuhan. Bukankah itu sangat bagus? (Ya.) Oleh karena itu, jika engkau mencurahkan tenaga dan waktumu untuk mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasmu dengan baik, yang kauperoleh pada akhirnya adalah hal yang paling berharga. Sebaliknya, jika engkau selalu hidup demi perasaanmu, dagingmu, anak-anakmu, pekerjaanmu, dan gengsi serta keuntunganmu, jika engkau selalu terjerat dalam hal-hal ini, apa yang akan kauperoleh pada akhirnya? Hanya kehampaan. Engkau sama sekali tidak akan memperoleh apa pun, dan engkau akan makin menjauh dari Tuhan, dan akhirnya ditolak sepenuhnya oleh Tuhan. Kemudian, hidupmu akan berakhir, dan engkau akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Oleh karena itu, orang tua harus melepaskan seluruh kekhawatiran, kasih sayang, dan keterikatan emosional mereka terhadap anak-anak mereka yang sudah dewasa, apa pun pengharapan yang mereka miliki terhadap anak-anak mereka. Mereka tidak boleh menaruh pengharapan apa pun kepada anak-anak mereka pada tingkat emosional dari status atau posisi sebagai orang tua. Jika engkau mampu mencapai hal-hal ini, itu bagus sekali! Setidaknya, engkau telah memenuhi tanggung jawabmu sebagai orang tua, dan engkau akan menjadi orang yang layak—yang kebetulan adalah orang tua—di mata Tuhan. Dari perspektif manusia mana pun engkau memandang hal ini, ada prinsip-prinsip untuk hal-hal yang harus orang lakukan dan sudut pandang serta pendirian yang harus mereka miliki, dan Tuhan memiliki standar mengenai hal-hal ini, bukan? (Ya.) Mari kita akhiri persekutuan kita di sini tentang pengharapan orang tua terhadap anak-anak mereka dan prinsip-prinsip yang harus mereka terapkan saat anak-anak mereka menjadi dewasa. Selamat tinggal!

21 Mei 2023

Sebelumnya: Cara Mengejar Kebenaran (17)

Selanjutnya: Cara Mengejar Kebenaran (19)

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini