Bagaimana Mengenali Esensi Natur Paulus

Engkau semua telah cukup lama mempersekutukan bagian firman Tuhan yang berjudul "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani". Masalah apa dan kebenaran apa yang dibahas? (Tentang jalan yang manusia tempuh sebagai orang percaya.) Topik utamanya berkisar pada jalan yang ditempuh oleh Petrus dan Paulus, bukan? Setelah sedemikian lama mempersekutukannya, Aku yakin engkau semua telah memetik pelajaran darinya—mungkin ada banyak. Engkau semua harus merangkum inti dari khotbah-khotbah yang telah kaudengar selama periode waktu ini, kemudian menarik benang merah dari khotbah-khotbah ini, dan mengalaminya sesuai dengan cara berpikir, dan hal-hal penting serta benang merah yang telah kaurangkumkan tersebut. Ini akan membantumu untuk mengalami pekerjaan Tuhan, untuk melaksanakan tugasmu dengan baik dan benar, dan untuk bersaksi dengan baik dalam kehidupan nyata. Kuharap setelah engkau semua selesai merangkumkannya, jalan masuk kehidupan dan tingkat pertumbuhan rohanimu akan mengalami banyak kemajuan. Jadi, ketika engkau merangkum kenyataan kebenaran yang seharusnya kaupahami dari bab itu, akankah engkau memulainya dengan merangkum pengalaman Paulus, atau pengalaman Petrus? (Pengalaman Paulus.) Mengapa? (Dengan merenungkan diri kami sendiri berdasarkan penyebab gagalnya Paulus, kami akan tahu apakah kami sedang menempuh jalan Paulus atau tidak. Kemudian, kami akan mengamati jalan seperti apa yang ditempuh Petrus, agar kami memiliki tujuan dan arah untuk dikejar.) Sebenarnya, memang inilah yang harus kaulakukan. Petiklah pelajaran dan rangkumlah pengalaman dari semua yang Paulus alami serta jalan yang dia tempuh. Pahamilah jalan apa yang ditempuhnya, mengapa Tuhan menuntut orang percaya untuk menempuh jalan yang benar, dan apa yang dimaksud dengan jalan yang benar. Jika engkau mampu menempuh jalan mengejar kebenaran, engkau akan mampu menghindarkan dirimu tersesat dalam situasi kehidupan nyata, serta saat engkau sedang mengalami pekerjaan Tuhan selama pelaksanaan tugasmu. Engkau juga akan menghindarkan dirimu mengacaukan pekerjaan Tuhan, terjerumus ke jalan yang salah, atau pada akhirnya membuat dirimu sendiri dihukum, seperti yang Paulus alami.

Sekarang, berdasarkan pengalaman Paulus, mari kita rangkumkan ciri dari jalan yang dia tempuh, cara dia percaya kepada Tuhan, dan tujuan serta arah yang dia kejar. Kita akan terlebih dahulu menelaah kualitas kemanusiaan Paulus dan wataknya dari sudut pandang ini. Dilihat dari kehidupan Paulus dan kisah-kisah tentang apa yang terjadi padanya, ada beberapa aspek dalam watak Paulus: kecongkakan, merasa diri benar, kelicikan, kebencian terhadap kebenaran, kejahatan, dan kekejaman. Sebanyak apa pun aspek utama dari watak Paulus yang dapat orang pahami atau rangkumkan, jika engkau hanya membahas aspek-aspek dari wataknya ini, engkau mungkin akan merasa pembahasan itu sangat kosong, bukan? Saat engkau menyebutkan aspek-aspek dari wataknya ini, apakah aspek-aspek tersebut berkaitan dengan pengejarannya, arah hidupnya, dan jalan yang ditempuhnya sebagai orang percaya? Ketika engkau membahas tentang kecongkakannya, apakah engkau memiliki fakta untuk mendukungnya? Apa yang membuatmu menganggapnya congkak? Apa yang membuatmu menganggapnya licik? Apa yang membuatmu menganggapnya membenci kebenaran? Jika kita hanya merangkum esensi dari aspek-aspek wataknya dan tidak membahas tentang pengejarannya, arah hidupnya, dan jalan yang ditempuhnya sebagai orang percaya, maka semua itu hanyalah kata-kata kosong, dan tidak akan memiliki manfaat positif atau manfaat apa pun bagi orang-orang pada zaman sekarang. Adalah lebih baik untuk membahasnya dari sudut pandang pengejaran Paulus dan jalan yang ditempuhnya. Memahami esensi seseorang bukanlah hal yang mudah. Esensi natur seseorang tidak dapat disimpulkan jika dia tidak melakukan apa pun, atau hanya melakukan beberapa hal yang tidak penting. Engkau harus menelaah bagaimana dia biasanya memperlihatkan dirinya, dan niat serta motivasi di balik tindakannya, yang berarti engkau harus menelaah pengejaran, keinginan, dan jalan yang dia tempuh. Aspek yang jauh lebih penting adalah engkau harus menelaah bagaimana cara seseorang menangani situasi tertentu yang telah Tuhan atur baginya, atau ketika Tuhan melakukan sesuatu terhadapnya secara pribadi, seperti ketika Tuhan mengujinya, memurnikannya, dan memangkasnya, atau ketika Tuhan secara pribadi menerangi dan membimbingnya. Tuhan terutama menelaah aspek-aspek ini. Berkaitan dengan apakah aspek-aspek ini? Aspek-aspek ini berkaitan dengan prinsip prinsip yang orang gunakan untuk bertindak, hidup, berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain, serta berkaitan dengan tujuan dan arah yang mereka kejar, jalan yang mereka tempuh, cara mereka hidup, apa yang mereka jalani, dan landasan dari kelangsungan hidup mereka. Berkaitan dengan inilah aspek-aspek tersebut. Itulah sebabnya Kukatakan bahwa jika kita menghindari semua hal ini dan hanya membahas tentang esensi natur Paulus, tidak soal seberapa banyak atau seberapa menyeluruh kita membahasnya, semua itu hanyalah kata-kata kosong. Jika kita ingin mengetahui esensi Paulus dari setiap aspek dirinya, dan membantu orang-orang pada zaman sekarang, atau memberi mereka cermin untuk melihat diri mereka sendiri, maka kita harus terlebih dahulu merangkum jalan yang Paulus tempuh, tujuan yang dia kejar, landasan dari kelangsungan hidupnya, dan sikapnya terhadap Tuhan. Jika kita menelaah setiap aspek wataknya dengan memandangnya dari sudut pandang ini, bukankah kita memiliki dasar? Cara bersekutu dan merangkum seperti ini, sebagian bertujuan agar engkau mampu memahami Paulus dengan lebih jelas, tetapi tujuan yang utama adalah agar orang-orang zaman sekarang, ketika menghadapi keselamatan dan kedaulatan Tuhan, mereka akan tahu bagaimana memperlakukan hal-hal tersebut, dan bagaimana mereka harus mengejar kebenaran, agar mereka tidak mengikuti jejak langkah Paulus dan agar mereka pada akhirnya tidak dihukum seperti Paulus. Ini adalah cara yang paling efektif.

Setelah engkau menelaah semua cara Paulus menampilkan dirinya, engkau seharusnya mampu mengetahui esensi natur dirinya, dan mampu sepenuhnya menyimpulkan bahwa arah, tujuan, sumber, dan motivasi pengejarannya salah, dan bahwa hal-hal tersebut memberontak dan menentang Tuhan, tidak memperkenan Dia, dan dibenci oleh Tuhan. Apa cara utama pertama Paulus menampilkan dirinya? (Dia berjerih payah dan bekerja demi untuk mendapatkan mahkota.) Melalui apa engkau melihatnya menampilkan dirinya dengan cara seperti ini, atau melihat bahwa dia sedang berada dalam keadaan seperti ini? (Melalui perkataannya.) Melalui perkataannya yang terkenal. Biasanya, perkataan yang terkenal bersifat positif, berguna dan bermanfaat bagi mereka yang memiliki tekad, harapan, dan cita-cita; perkataan itu mampu mendorong dan memotivasi orang-orang semacam itu, tetapi apa fungsi perkataan Paulus yang terkenal itu? Ada banyak perkataannya yang terkenal. Dapatkah engkau membacakan salah satu perkataannya yang paling terkenal? ("Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8).) Aspek dari esensi natur Paulus yang manakah yang diwakili oleh perkataan ini? Bagaimana kita mendefinisikannya berdasarkan kebenaran? (Aspek kecongkakan, merasa diri benar, dan bertransaksi dengan Tuhan.) Naturnya yang congkaklah yang mendorong dia untuk mengucapkan perkataan ini—dia tidak akan menyelesaikan perlombaan, bekerja, atau bahkan percaya kepada Tuhan jika tidak mendapatkan mahkota pada akhirnya. Setelah mendengarkan begitu banyak khotbah, orang-orang zaman sekarang seharusnya mampu mengenali perwujudan dan keadaan yang Paulus perlihatkan ini, tetapi dapatkah engkau semua mendefinisikannya? Saat kita berkata "merangkum", yang kita maksud adalah mendefinisikan sesuatu; kata-kata yang kaugunakan untuk mendefinisikan sesuatu adalah pemahamanmu yang sebenarnya. Jika engkau mampu mendefinisikan sesuatu secara akurat, itu membuktikan bahwa engkau mampu memahami hal itu dengan jelas; jika engkau tidak mampu mendefinisikan sesuatu dan hanya meniru definisi orang lain, itu membuktikan bahwa engkau tidak benar-benar memahaminya. Pola pikir atau keadaan apa yang mendorong Paulus mengucapkan perkataan tersebut pada waktu itu? Apa niat yang membuatnya mengucapkan perkataan tersebut? Apa esensi dari pengejarannya yang diperlihatkan oleh perkataan ini kepadamu? (Untuk memperoleh berkat.) Dia berlari sekuat tenaga, mengorbankan dirinya dan memberikan begitu banyak dari dirinya karena niatnya adalah untuk memperoleh berkat. Itulah esensi natur dirinya, dan apa yang ada di lubuk hatinya. Baru saja, saat engkau semua menelaah masalah ini, engkau berkata bahwa Paulus sedang bertransaksi dengan Tuhan. Sikap Paulus yang manakah yang diwakili oleh tindakan tersebut? Saat ini kita sedang berusaha merangkum sikap Paulus yang sebenarnya terhadap mahkota, memperoleh berkat, dan kepercayaan kepada Tuhan; kita tidak sedang berusaha merangkum apakah Paulus bertransaksi dengan Tuhan atau tidak dan apakah dia adalah orang percaya sejati atau bukan. Katakan kepada-Ku sekali lagi. (Dia tidak mencintai kebenaran dan muak akan kebenaran.) Ini bukanlah suatu sikap; ini adalah bagian dari wataknya. Saat ini, kita sedang membahas tentang sikapnya. (Dia serakah.) Ini adalah salah satu aspek dari esensi natur dirinya, sama seperti niatnya untuk memperoleh berkat, dan keinginannya. Apa yang dimaksud dengan sikap? Sebagai contoh, Aku berkata bahwa sering memakan makanan yang pedas buruk untuk perut, dan seseorang menjawab, "Aku tahu makan makanan yang pedas itu buruk, tetapi aku suka makan makanan yang pedas! Bagaimana aku bisa makan jika makanannya tidak pedas?" Aku menjawab, "Demi kesehatanmu, asalkan kau tidak makan sesuatu yang pedas, Aku akan memberimu seratus ribu rupiah setiap kali makan untuk membeli makanan lain." Jadi, dia sangat senang dan berkata, "Baiklah kalau begitu, aku tidak akan makan makanan yang pedas!" Persetujuan telah dibuat dan dia menepatinya. Namun, mengapa dia mampu menahan dirinya untuk tidak makan makanan yang pedas? Sebenarnya itu karena uang. Jika Aku tidak memberinya uang, dia tidak akan mampu mengendalikan dirinya; dia akan terus makan makanan yang pedas seperti sebelumnya. Dia berhenti makan makanan yang pedas hanya karena ada sesuatu yang bisa didapatkannya, yaitu uang. Inilah sikapnya. Inilah yang tersembunyi di lubuk hatinya. Apakah dia berhenti makan makanan yang pedas karena dia sedang menerapkan kebenaran, melakukan apa yang diperintahkan, atau melakukannya untuk menyenangkan Tuhan? (Tidak.) Tidak, dia tidak melakukannya karena alasan-alasan tersebut. Dia menahan diri untuk tidak makan makanan yang pedas bukan karena dia sedang menerapkan kebenaran, atau demi kesehatannya; sikapnya asal-asalan dan dangkal; dia memandangnya sebagai sebuah transaksi, dan melakukannya untuk menjilat. Jika dia tidak mencapai tujuannya dan tidak menerima uang, dia akan kembali makan apa yang dia inginkan, dan bahkan mungkin makan jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Ini mungkin bukan contoh yang paling tepat, tetapi apa persamaannya jika kita bandingkan dengan Paulus? ( Itu sama dengan bagaimana Paulus termotivasi oleh keinginannya untuk memperoleh berkat dan bertransaksi dengan Tuhan.) Paulus memandang melakukan pertandingan yang baik, berlari dalam perlombaan, bekerja, mengorbankan dirinya, dan bahkan menyirami gereja, sebagai alat tukar yang dapat dia gunakan untuk memperoleh mahkota kebenaran sebagai imbalan, dan sebagai cara untuk memperoleh mahkota tersebut. Jadi, sekalipun dia menderita, mengorbankan dirinya, atau menyelesaikan perlombaan, sebanyak apa pun dia menderita, satu-satunya tujuan yang ada di benaknya adalah memperoleh mahkota kebenaran. Dia menganggap mengejar mahkota kebenaran dan mengejar berkat sebagai tujuan yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan, dan menganggap menderita, mengorbankan diri, bekerja, dan menyelesaikan perlombaan sebagai cara untuk memperolehnya. Semua perilaku baiknya secara lahiriah dilakukan untuk pamer; dia melakukannya untuk memperoleh berkat sebagai imbalan pada akhirnya. Ini adalah dosa besar Paulus yang pertama.

Segala sesuatu yang Paulus katakan dan lakukan, apa yang diperlihatkannya, maksud serta tujuan dari pekerjaan dan perlombaan yang dilakukannya, serta sikapnya terhadap kedua hal ini—adakah dari hal-hal ini yang sesuai dengan kebenaran? (Tidak.) Tidak ada apa pun dalam dirinya yang sesuai dengan kebenaran, dan tidak ada apa pun yang dia lakukan yang sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus perintahkan untuk orang-orang lakukan, tetapi apakah dia merenungkan hal ini? (Tidak.) Dia sama sekali tidak pernah merenungkannya, dan dia juga tidak mencari, jadi apa dasar yang dia miliki untuk menganggap bahwa pemikirannya benar? (Gagasan dan imajinasinya.) Ada masalah dalam hal ini; bagaimana dia bisa membuat sesuatu yang dia bayangkan menjadi tujuan yang dikejarnya di sepanjang hidupnya? Apakah dia pernah memikirkannya atau bertanya pada dirinya sendiri, "Apakah pemikiranku benar? Orang lain tidak berpikir seperti ini, hanya aku. Apakah ini sebuah masalah?" Dia bukan saja tidak memiliki keraguan ini, melainkan dia juga menuliskan pemikirannya tersebut dalam surat dan mengirimkannya ke semua gereja, agar semua orang dapat membacanya. Apa natur dari perilaku ini? Ada masalah dalam hal ini; mengapa dia tidak pernah bertanya apakah pemikirannya sesuai dengan kebenaran atau tidak, mengapa dia tidak mencari kebenaran, atau membandingkannya dengan apa yang Tuhan Yesus katakan? Sebaliknya, dia memperlakukan apa yang dia bayangkan, dan apa yang menurutnya benar dalam gagasannya sebagai tujuan yang harus dia kejar. Apa masalahnya di sini? Dia memperlakukan apa yang dia bayangkan dan apa yang dianggapnya benar sebagai kebenaran, dan sebagai tujuan yang harus dikejar. Bukankah ini sangat congkak dan merasa diri benar? Apakah Tuhan masih punya tempat di hatinya? Apakah dia masih mampu memperlakukan firman Tuhan sebagai kebenaran? Jika dia tidak mampu memperlakukan firman Tuhan sebagai kebenaran, lalu bagaimana sikapnya terhadap Tuhan? Apakah dia juga ingin menjadi Tuhan? Jika tidak, dia tidak akan menganggap apa yang dia bayangkan dalam pemikiran dan gagasannya sendiri sebagai tujuan yang harus dia kejar, dan dia juga tidak akan mengejar gagasannya atau apa yang dia bayangkan seolah-olah itu adalah kebenaran. Dia yakin bahwa apa yang dipikirkannya adalah kebenaran, dan sesuai dengan kebenaran serta kehendak Tuhan. Dia juga membagikan apa yang dia anggap benar kepada saudara-saudari di gereja, dan menanamkannya dalam diri mereka, membuat semua orang mematuhi hal-hal konyol yang dia katakan; dia mengganti perkataan Tuhan Yesus dengan perkataannya sendiri, dan menggunakan perkataan konyolnya ini untuk bersaksi bahwa baginya hidup adalah Kristus. Bukankah ini dosa besar kedua yang Paulus miliki? Masalah ini sangat parah!

Ada banyak orang di sepanjang zaman yang mirip dengan Paulus, jadi mengapa kita menggunakan Paulus sebagai contoh klasik? Karena dia tercatat di dalam Alkitab, dan karena kebohongan dan kekeliruan yang dia katakan, serta dirinya sendiri, berdampak besar pada semua orang Kristen. Dapat dikatakan kerugian yang dia timbulkan terlalu besar. Banyak sekali orang yang telah disesatkan dan diracuni olehnya. Dia tidak hanya meracuni banyak generasi, tetapi racunnya juga sangat dalam. Seberapa dalam? (Semua orang Kristen menganggapnya panutan dan menirunya; mereka menerapkan perkataannya seolah-olah itu adalah firman Tuhan.) Jika engkau mempersekutukan firman Kristus dan firman Tuhan, tak ada seorang pun yang menganggapnya serius. Namun, saat engkau mempersekutukan perkataan Paulus, mereka langsung duduk dan mendengarkan. Apa artinya ini? (Ini berarti mereka memperlakukan Paulus seperti Kristus.) Ketika orang memperlakukan Paulus seperti Kristus, dia telah mengambil tempat Tuhan Yesus Kristus di dalam hati mereka. Bukankah ini dosa yang sangat besar? (Ya.) Paulus adalah antikristus terbesar dalam sejarah! Maksud dari perkataannya sangat jelas; tujuan dan kelicikannya jelas diperlihatkan; esensi dirinya sangat berbahaya dan beracun. Natur hal ini sangat bermasalah! Itu sebabnya Aku harus membahas dan menelaah hal ini. Jika tidak, orang-orang akan terus disesatkan olehnya. Namun, jika Aku akan menelaah masalah Paulus, Aku harus menjadikannya contoh yang lebih baik bagi orang-orang pada zaman sekarang, sebagai contoh tentang apa yang tidak boleh dilakukan. Kita baru saja merangkum dua dosa Paulus. Apakah dosa yang pertama? (Paulus menganggap bekerja dan menyelesaikan perlombaan sebagai alat tukar yang dapat dia gunakan untuk memperoleh mahkota. Dia memandang memperoleh berkat dan mahkota sebagai tujuan yang benar yang harus dikejarnya.) Benar. Masalah terbesar Paulus adalah dia menganggap hal-hal ini sebagai tujuan yang harus dikejarnya. Sejak awal, ini adalah transaksi yang mengandung natur yang memberontak dan jahat, tetapi Paulus memperlakukannya sebagai tujuan yang benar untuk dikejarnya. Ini adalah masalah yang paling parah. Apakah dosa yang kedua? (Paulus menganggap hal-hal yang dia bayangkan, dan yang dia anggap benar dalam gagasannya, sebagai kebenaran. Dia tidak pernah merenungkan atau mencari tentang hal ini; sebaliknya, dia menyesatkan orang, dan membuat saudara-saudari mematuhi perkataan dan teorinya yang tidak masuk akal, membuat orang memperlakukan dia seperti Kristus.) Ini adalah masalah yang sangat serius. Buatlah catatan yang akurat tentang masalah-masalah ini; setelah kita selesai merangkumnya, engkau harus membandingkan dirimu terhadapnya. Saat kita membahas suatu topik, kita harus terlebih dahulu membahas aspek kebenaran tertentu, lalu membuat perbandingan. Menelaah cara Paulus memperlihatkan dirinya berfungsi sebagai peringatan bagi semua orang, juga untuk memberi tahu orang bahwa mereka harus memilih jalan yang benar, kemudian menemukan jalan penerapan yang akurat dan menghindarkan diri agar tidak mengikuti jejak langkah Paulus. Setelah itu, barulah engkau akan menjadi efektif sepenuhnya.

Paulus memiliki dosa serius lainnya, yaitu dia melakukan pekerjaannya sepenuhnya berdasarkan kualitas mental, pengetahuan akademis, pengetahuan teologis, dan teori yang dimilikinya. Ini​ adalah sesuatu yang berkaitan dengan esensi natur dirinya. Engkau semua harus merangkumnya, lalu periksalah bagaimana sikapnya terhadap hal-hal tersebut. Ini adalah dosa yang sangat krusial dan penting, dan dosa yang harus orang pahami. Renungkan sejenak perwujudan Paulus yang mana yang berkaitan dengan dosa ini; lihatlah esensi natur dirinya melalui perwujudan ini, dan dapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang dia anggap penting di lubuk hatinya, apa tujuannya. Niat dan tujuannya adalah sumber penyebab mengapa dia memulai di jalan yang salah. Ini adalah hal terpenting yang harus kaupahami dengan jelas. Karunia apa yang Paulus miliki? (Paulus memiliki pemahaman yang baik tentang banyak pengetahuan Alkitab dari Zaman Hukum Taurat.) Pada waktu itu hanya ada Perjanjian Lama. Paulus sudah terbiasa dengan kitab suci ini, dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentangnya, seperti para guru teologi, pendeta, pengkhotbah, dan para pater zaman sekarang. Pengetahuan teologisnya mungkin jauh lebih luas daripada mereka, tetapi dia mempelajarinya setelah dia dilahirkan ke dalam dunia. Apa yang Paulus miliki sejak lahir? (Kemampuan bawaannya.) Paulus secara alami cerdas, fasih berbicara, mengekspresikan dirinya dengan baik, dan tidak demam panggung. Sekarang, mari kita berfokus untuk membahas tentang kemampuan bawaan, karunia, kecerdasan, kecakapan, serta pengetahuan yang dia pelajari di sepanjang hidupnya. Apa arti fakta bahwa dia fasih berbicara? Dengan cara apa Dia memperlihatkan dan menampilkan diri-Nya? Dia suka membahas tentang teori yang muluk-muluk; dia selalu membahas doktrin rohani yang mendalam, teori dan pengetahuan, serta tulisan dan ucapannya yang terkenal yang sering orang sebutkan. Apa satu kata yang merangkum perkataan Paulus? (Kosong.) Apakah perkataan kosong mendidik kerohanian orang? Ketika mendengar perkataan itu, mereka merasa berani, tetapi setelah beberapa waktu, semangat mereka memudar. Hal-hal yang Paulus bicarakan samar dan bersifat ilusi, hal-hal yang tidak dapat kauterapkan secara nyata. Dalam teori-teori yang dia bahas, engkau tidak dapat menemukan jalan penerapan, atau arah untuk menerapkan; engkau tidak dapat menemukan apa pun yang dapat diterapkan secara akurat dalam kehidupan nyata—baik teori maupun landasan, tidak ada yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Itulah sebabnya Kukatakan bahwa teori agama dan doktrin rohani yang dia bicarakannya hanyalah perkataan kosong dan tidak nyata. Apa tujuan Paulus membahas hal-hal ini? Ada orang-orang yang berkata, "Dia selalu membicarakan hal-hal ini karena dia ingin menarik lebih banyak orang, dan membuat mereka menghormati dan mengaguminya. Dia ingin menggantikan Tuhan Yesus dan memenangkan lebih banyak orang, sehingga dia akan diberkati." Inikah topik yang ingin kita bahas hari ini? (Bukan.) Sangatlah normal bagi seseorang yang belum pernah dipangkas, belum pernah dihakimi atau dihajar, belum pernah mengalami ujian atau pemurnian, yang memiliki karunia seperti miliknya, dan memiliki esensi natur seorang antikristus untuk pamer seperti ini dan memperlihatkan perilaku yang dia lakukan, jadi kita tidak akan menyelidiki hal ini. Apa yang akan kita selidiki? Esensi dari masalah dirinya, sumber penyebab dan motivasi di balik dia melakukan hal-hal tersebut, dan apa yang mendorongnya untuk bertindak seperti itu. Entah orang-orang zaman sekarang ini menganggap semua hal yang dia bicarakan sebagai doktrin, teori, pengetahuan teologis, bakat bawaan, atau penafsirannya sendiri tentang berbagai hal, secara umum, masalah terbesar Paulus adalah dia memperlakukan hal-hal yang berasal dari kehendak manusia sebagai kebenaran. Itulah sebabnya dia memiliki keberanian untuk menggunakan teori-teori teologis ini secara meyakinkan, berani, dan terbuka untuk menarik perhatian orang dan mengajar mereka. Inilah esensi masalahnya. Apakah ini masalah serius? (Ya.) Hal-hal apa yang dia perlakukan sebagai kebenaran? Karunia bawaannya, serta pengetahuan dan teori teologis yang dia pelajari di sepanjang hidupnya. Teori-teori teologisnya dipelajari dari para guru, dari membaca kitab suci, dan juga dihasilkan dari apa yang dia pahami dan bayangkan. Dia memperlakukan gagasan dan imajinasi dari pemahaman manusianya sebagai kebenaran, tetapi ini bukanlah masalah yang paling serius, ada masalah yang jauh lebih besar. Dia memperlakukan hal-hal itu sebagai kebenaran, tetapi apakah pada waktu itu dia menganggap bahwa hal-hal itu adalah kebenaran? Apakah dia memiliki konsep tentang apa yang dimaksud dengan kebenaran? (Tidak.) Jadi, dia memperlakukan hal-hal itu sebagai apa? (Sebagai hidupnya.) Dia memperlakukan semua hal itu sebagai hidup. Dia menganggap bahwa makin banyak atau makin muluk-muluk khotbah yang dapat dia sampaikan, makin luar biasa pula hidupnya. Dia memperlakukan hal-hal itu sebagai hidup. Apakah ini masalah serius? (Ya, ini serius.) Apa pengaruhnya? (Ini memengaruhi jalan yang dia tempuh.) Ini adalah salah satu sisinya. Apa lagi? (Dia menganggap bahwa memperoleh hal-hal ini akan memberinya keselamatan dan memungkinkan dirinya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.) Ini tetap ada hubungannya dengan memperoleh berkat; dia menganggap bahwa makin besar hidupnya, makin besar pula kesempatannya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga dan naik ke surga. Apa yang dimaksud dengan "naik ke surga"? (Untuk memerintah dan berkuasa bersama Tuhan.) Tujuannya masuk ke dalam Kerajaan Surga adalah untuk memerintah dan berkuasa bersama Tuhan, tetapi ini bukanlah tujuan utamanya, dia memiliki satu tujuan lagi. Dia membahasnya. Bagaimana dia mengatakannya? ("Sebab bagiku hidup adalah Kristus dan mati berarti untung" (Filipi 1:21).) Dia berkata baginya hidup adalah Kristus, dan mati berarti untung. Apa artinya ini? Bahwa dia akan berubah menjadi Tuhan setelah dia mati? Ambisinya tidak mengenal batas! Masalahnya sangat parah! Jadi, salahkah jika kita menelaah kasus Paulus? Sama sekali tidak. Dia seharusnya tidak pernah menganggap karunia dan pengetahuan yang dia pelajari sebagai hidup. Ini adalah dosa besarnya yang ketiga. Engkau dapat melihat esensi natur Paulus dalam salah satu dari ketiga dosa ini. Ciri dari esensi naturnya tersingkap dalam setiap dosanya; tidak ada lagi yang tersembunyi atau tersisa. Esensi natur dirinya direpresentasikan dalam semua dosa tersebut.

Selanjutnya, kita akan menelaah masalah Paulus yang paling penting dan paling parah, yang paling merepresentasikan dirinya. Dalam surat-surat yang Paulus tulis, perkataan apa yang sering dia gunakan? Coba lihat apa yang dikatakan dalam teks asli Alkitab, dan kita akan menganalisis dan menelaahnya, untuk mengetahui apa yang sebenarnya ada di benaknya, dan mengapa Tuhan jijik dan membenci dirinya. Mengapa seseorang yang terkenal dan berperan penting dalam pekerjaan gereja mula-mula seperti Paulus pada akhirnya dihukum? Bagaimana Tuhan menilai Paulus dalam pikiran-Nya? Bagaimana Tuhan memandang Paulus? Mengapa Tuhan mengevaluasi dirinya dengan cara seperti ini, dan menilainya seperti yang Dia lakukan? Berdasarkan apa Tuhan pada akhirnya mendefinisikan Paulus dan menentukan kesudahannya? Tuliskan semua hal ini agar orang mampu memahami fakta tentang bagaimana dia menentang Tuhan, sehingga mereka tidak akan menganggap bahwa dia telah dihukum tanpa alasan. Jika orang tidak memahami kebenaran, kemungkinan besar mereka akan mendefinisikan orang berdasarkan apa yang orang itu perlihatkan di luarnya. Berdasarkan apa orang mendefinisikan orang lain menurut apa yang orang itu perlihatkan di luarnya? Di satu sisi, berdasarkan budaya tradisional dan ajaran masyarakat. Di sisi lain, berdasarkan didikan di rumah, gagasan dan konsep tentang hitam dan putih, serta gagasan dan konsep tentang yang benar dan yang salah. Selain itu, berdasarkan pendidikan di sekolah. Secara keseluruhan, hal-hal ini seluruhnya merupakan sistem didikan Iblis. Akibat dari Iblis menanamkan hal-hal ini ke dalam diri manusia adalah manusia mendefinisikan sesuatu sebagai hal yang baik, hal yang buruk, hal yang benar, dan hal yang salah berdasarkan gagasan dan preferensi mereka sendiri. Berdasarkan apa semua definisi yang 0rang lakukan? Sebenarnya, semua definisi yang dibuat ini adalah berdasarkan teori dan falsafah Iblis; dasar yang orang gunakan sama sekali bukan berasal dari Tuhan atau kebenaran. Itulah sebabnya manusia yang rusak itu salah, seperti apa pun cara mereka mendefinisikan seseorang atau peristiwa—itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran, dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan; itu tidak ada kaitannya dengan Tuhan atau firman-Nya. Tuhan menilai manusia dan peristiwa berdasarkan watak dan esensi diri-Nya. Apa watak dan esensi Tuhan? Watak dan esensi Tuhan adalah kebenaran. Kebenaran adalah ungkapan dari semua hal positif, dan kenyataan dari semua hal positif. Tuhan menilai segala sesuatu yang ada, dan semua orang, peristiwa, dan hal-hal yang bersentuhan dengan manusia, berdasarkan kebenaran. Tuhan mendasarkan penilaian-Nya terhadap manusia berdasarkan esensi natur mereka, apa yang memotivasi tindakan mereka, jalan yang mereka tempuh, dan sikap mereka terhadap hal-hal positif dan kebenaran. Inilah dasar penilaian Tuhan. Tuhan menilai segala sesuatu berdasarkan kebenaran. Berdasarkan apa Iblis mendefinisikan segala sesuatu? (Berdasarkan cara berpikirnya sendiri.) Berdasarkan falsafah dan cara berpikir Iblis, yang sepenuhnya bertolak belakang dengan kebenaran. Semua manusia telah dirusak oleh Iblis. Manusia tidak memiliki kebenaran; mereka merepresentasikan dan mewujudkan Iblis. Mereka mendefinisikan segala sesuatu berdasarkan falsafah dan cara berpikir Iblis. Oleh karena itu, kesimpulan apa yang mereka peroleh ketika mendefinisikan segala sesuatu? Kesimpulan yang sepenuhnya bertolak belakang dan bertentangan dengan kebenaran. Pernahkah engkau semua menemukan kata-kata yang sering Paulus gunakan dalam surat-suratnya? Bacakanlah. ("Dari Paulus, yang dipanggil untuk menjadi rasul Yesus Kristus oleh kehendak Tuhan" (1 Korintus 1:1).) Terlihat, bukan? Beginilah cara Paulus memeringkat Tuhan dan Kristus: "Dari Paulus, yang dipanggil untuk menjadi rasul Yesus Kristus oleh kehendak Tuhan". Di manakah posisi Paulus dalam peringkat ini? (Posisi ketiga.) Di benak Paulus, siapakah yang nomor satu? (Tuhan.) Dan nomor dua? (Tuhan Yesus.) Yesus Kristus. Siapa yang ketiga? (Paulus sendiri.) Yang ketiga adalah dirinya sendiri. "Dari Paulus, yang dipanggil untuk menjadi rasul Yesus Kristus oleh kehendak Tuhan". Paulus sering menggunakan ungkapan ini, dan ini adalah ungkapan yang mengandung banyak informasi. Yang pertama, kita tahu bahwa Paulus adalah rasul Tuhan Yesus Kristus. Jadi, dari sudut pandang Paulus, siapakah Tuhan Yesus Kristus? Dia adalah Anak Manusia, dan yang lebih rendah daripada Tuhan yang di Surga. Sekalipun dia memanggil Tuhan Yesus Kristus dengan sebutan Tuan atau Tuhan, dari sudut pandang Paulus, Kristus yang di Bumi bukanlah Tuhan, melainkan seorang manusia yang mampu mengajar orang dan menyuruh mereka mengikuti Dia. Apa fungsi Paulus sebagai rasul dari manusia semacam ini? Untuk memberitakan Injil, mengunjungi gereja-gereja, menyampaikan khotbah, dan menulis surat. Dia beranggapan bahwa dia melakukan hal-hal ini atas nama Tuhan Yesus Kristus. Dalam hatinya, dia berpikir, "Aku akan membantu-Mu dengan pergi ke tempat-tempat yang tidak dapat Engkau datangi, dan aku akan mewakili-Mu melihat tempat-tempat yang tidak ingin Engkau datangi." Inilah konsep Paulus tentang seorang rasul. Pemeringkatan yang ada di benaknya adalah dia dan Tuhan Yesus adalah manusia biasa. Dia menganggap dirinya dan Tuhan Yesus Kristus setara, sebagai manusia. Di benaknya, pada dasarnya tidak terdapat perbedaan dalam kedudukan mereka, juga tidak terdapat perbedaan dalam identitas mereka, apalagi dalam pelayanan mereka. Hanya nama, usia, keadaan keluarga dan latar belakang mereka yang berbeda, dan mereka memiliki karunia dan pengetahuan lahiriah yang berbeda. Di benak Paulus, dia sama seperti Tuhan Yesus Kristus dalam segala hal, dan dapat juga disebut Anak Manusia. Satu-satunya alasan dia berada di urutan kedua setelah Tuhan Yesus Kristus adalah karena dia adalah rasul dari Tuhan Yesus; dia menggunakan kuasa Tuhan Yesus Kristus, dan diutus untuk mengunjungi gereja-gereja serta melakukan pekerjaan gereja oleh Tuhan Yesus Kristus. Inilah yang Paulus yakini mengenai kedudukan dan identitasnya sebagai seorang rasul—begitulah cara dia menafsirkannya. Selain itu, kata keempat di awal frasa, "Dari Paulus, yang dipanggil untuk menjadi rasul Yesus Kristus oleh kehendak Tuhan" adalah "dipanggil". Dari kata ini, kita dapat melihat pola pikir Paulus. Mengapa dia menggunakan empat kata "dipanggil ... oleh kehendak Tuhan"? Menurutnya, dia bukan dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi rasul-Nya; menurutnya, "Tuhan Yesus Kristus tidak mempunyai kuasa untuk memerintahkanku melakukan apa pun. Aku tidak sedang melakukan apa yang Dia perintahkan; Aku tidak sedang melakukan apa pun untuk Dia. Sebaliknya, aku melakukan hal-hal ini oleh kehendak Tuhan yang di Surga. Aku sama seperti Tuhan Yesus Kristus." Ini menunjukkan hal lain—Paulus menganggap dirinya Anak Manusia, sama seperti Tuhan Yesus Kristus. Empat kata "dipanggil ... oleh kehendak Tuhan" ini menyingkapkan bagaimana Paulus menyangkal dan meragukan identitas Tuhan Yesus Kristus di lubuk hatinya. Paulus berkata bahwa dia adalah rasul Tuhan Yesus Kristus oleh kehendak Tuhan, bahwa Tuhanlah yang mengutusnya, bahwa dia ditentukan dan ditetapkan oleh Tuhan, dan bahwa dia menjadi rasul Tuhan Yesus Kristus karena Tuhan memanggil dirinya dan menghendakinya. Di benak Paulus, itulah hubungan antara dirinya dan Tuhan Yesus Kristus. Namun, ini bukanlah bagian terburuknya. Apa bagian terburuknya? Bahwa Paulus menganggap dirinya rasul Tuhan Yesus Kristus oleh kehendak Tuhan, bukan oleh kehendak Tuhan Yesus Kristus, bahwa bukan Tuhan Yesus yang memanggilnya, melainkan Tuhan yang di Surga yang menyuruhnya untuk melakukannya. Menurutnya, tak seorang pun memiliki kuasa atau memenuhi syarat untuk menjadikannya rasul Tuhan Yesus Kristus, bahwa hanya Tuhan yang di Surga yang memiliki kuasa tersebut, dan bahwa dia dibimbing langsung oleh Tuhan yang di Surga. Jadi, apa yang ditunjukkan oleh hal ini? Bahwa di lubuk hatinya, Paulus yakin bahwa Tuhan yang di Surga adalah yang nomor satu, dan dirinya sendiri adalah yang nomor dua. Lalu di mana dia meletakkan Tuhan Yesus? (Di posisi yang sama dengan dirinya.) Inilah masalahnya. Dengan bibirnya, dia menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, tetapi dia tidak mengakui bahwa esensi Kristus adalah Tuhan; dia tidak memahami hubungan antara Kristus dan Tuhan. Ketidakmengertian inilah yang menimbulkan masalah yang begitu parah. Dalam hal apa itu parah? (Dia tidak mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi. Dia menyangkal Tuhan Yesus.) Ya, dan ini sangat parah. Dia menyangkal bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi daging, bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah daging Tuhan ketika Dia turun dari Surga ke Bumi, dan bahwa Tuhan Yesus adalah daging inkarnasi Tuhan. Bukankah ini berarti Paulus menyangkal keberadaan Tuhan yang di Bumi? (Ya.) Jika dia menyangkal keberadaan Tuhan yang di Bumi, mungkinkah dia mengakui perkataan Tuhan Yesus? (Tidak.) Jika dia tidak mengakui perkataan-Nya, mungkinkah dia menerimanya? (Tidak.) Dia tidak menerima perkataan, ajaran, atau identitas Tuhan Yesus Kristus, jadi dapatkah dia menerima pekerjaan Tuhan Yesus Kristus? (Tidak.) Dia tidak menerima pekerjaan yang Tuhan Yesus Kristus lakukan, atau kenyataan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan, tetapi ini bukanlah bagian terburuknya. Apa bagian terburuknya? Dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus datang ke Bumi untuk melakukan pekerjaan yang terbesar—pekerjaan penebusan pada Zaman Kasih Karunia, di mana Dia berinkarnasi dan menjadi serupa dengan daging yang berdosa, dan disalibkan sebagai korban penghapus dosa bagi semua manusia. Apakah ini sebuah pekerjaan besar? (Ya.) Pekerjaan itu adalah menebus semua manusia, dan itu dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, tetapi Paulus dengan keras kepala menyangkalnya. Dia menyangkal bahwa pekerjaan penebusan yang dilakukan Tuhan Yesus dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, yang berarti menyangkal fakta bahwa Tuhan telah menyelesaikan pekerjaan penebusan. Apakah ini masalah serius? Ini sangat serius! Paulus bukan hanya tidak berupaya memahami fakta penyaliban Tuhan Yesus Kristus, melainkan dia juga tidak mengakuinya, dan tidak mengakuinya berarti menyangkalnya. Dia tidak mengakui bahwa Tuhanlah yang disalibkan dan menebus semua manusia, dia juga tidak mengakui bahwa Tuhan menjadi korban penghapus dosa bagi semua manusia. Ini menyiratkan bahwa dia tidak mengakui bahwa semua manusia ditebus setelah Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, atau bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni. Pada saat yang sama, dia menganggap bahwa dosanya belum diampuni. Dia tidak mengakui fakta bahwa Tuhan Yesus telah menebus manusia. Dari sudut pandangnya, semua itu telah terhapus. Ini adalah masalah yang paling serius. Barusan Aku menyebutkan bahwa Paulus adalah antikristus terbesar dalam dua ribu tahun terakhir; fakta ini telah disingkapkan. Jika fakta-fakta ini tidak dicatat dalam Alkitab, dan Tuhan berkata bahwa Paulus menentang Tuhan dan dia adalah antikristus, akankah orang-orang memercayainya? Mereka sama sekali tidak akan memercayainya. Syukurlah, Alkitab mencatat surat-surat Paulus, dan ada bukti faktual di dalam surat-surat tersebut; jika tidak, tidak akan ada apa pun yang mendukung apa yang Kukatakan, dan engkau semua mungkin tidak menerimanya. Saat sekarang kita menelaah perkataan Paulus dan membacanya, bagaimana Paulus memandang semua hal yang Tuhan Yesus katakan? Dia menganggap hal-hal yang Tuhan Yesus katakan tidak setara bahkan dengan salah satu doktrin agamawi Paulus sendiri. Jadi, setelah Tuhan Yesus meninggalkan dunia ini, meskipun Paulus memberitakan Injil, bekerja, berkhotbah, dan menggembalakan gereja-gereja, dia tidak pernah memberitakan firman Tuhan Yesus, apalagi menerapkan atau mengalaminya. Sebaliknya, dia mengkhotbahkan pemahamannya sendiri tentang Perjanjian Lama, yang sudah ketinggalan zaman dan merupakan kata-kata kosong. Selama dua ribu tahun terakhir, mereka yang percaya kepada Tuhan melakukannya berdasarkan Alkitab, dan semua yang mereka terima hanyalah teori kosong Paulus. Akibatnya, manusia telah berada dalam kegelapan selama dua ribu tahun. Jika hari ini engkau berkata kepada sekelompok umat beragama bahwa Paulus salah, mereka akan memprotes dan tidak akan menerimanya, karena mereka semua mengagumi Paulus. Paulus adalah idola dan leluhur mereka, dan mereka adalah para putra dan keturunan Paulus yang berbakti. Sampai sejauh mana mereka telah disesatkan? Mereka sudah berdiri di pihak yang sama dengan Paulus dalam menentang Tuhan; mereka memiliki pandangan yang sama dengan Paulus, esensi natur yang sama, dan cara pengejaran yang sama. Mereka telah dibaurkan sepenuhnya oleh Paulus. Inilah dosa besar Paulus yang keempat. Paulus menyangkal identitas Tuhan Yesus Kristus, dan dia menyangkal pekerjaan yang Tuhan lakukan pada Zaman Kasih Karunia setelah Zaman Hukum Taurat. Ini adalah hal yang paling serius. Hal serius lainnya adalah dia menempatkan dirinya setara dengan Tuhan Yesus Kristus. Pada zaman Paulus hidup, dia bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus, tetapi tidak memandang-Nya sebagai Tuhan; sebaliknya, dia memperlakukan Tuhan Yesus Kristus sebagai manusia biasa, seolah-olah Dia hanyalah salah seorang dari antara umat manusia; seorang manusia yang memiliki esensi natur yang sama dengan manusia yang rusak. Paulus sama sekali tidak memperlakukan Tuhan Yesus sebagai Kristus, apalagi memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Ini adalah masalah yang sangat serius. Lalu mengapa Paulus melakukan hal ini? (Dia tidak menyadari bahwa Tuhan yang berinkarnasi memiliki esensi Tuhan, jadi dia tidak memperlakukan Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan.) (Dia tidak menganggap firman yang Tuhan Yesus ucapkan sebagai kebenaran, juga tidak memahami bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah perwujudan kebenaran.) (Di luarnya, Paulus mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi sebenarnya yang dia percayai adalah Tuhan yang samar yang di Surga.) (Dia tidak mencari kebenaran, sehingga dia tidak mampu menyadari bahwa Kristus adalah kebenaran dan hidup.) Teruskan. (Paulus berkata bahwa baginya hidup adalah Kristus. Dia ingin menjadi Tuhan dan menggantikan Tuhan Yesus.) Semua yang telah kaukatakan sesuai dengan fakta. Setiap cara di mana Paulus mewujudkan dirinya sendiri, dan setiap dosanya, lebih parah daripada yang dilakukannya sebelumnya.

Mari kita menganalis ungkapan Paulus ini: "Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran". Ini adalah perkataan yang mengesankan. Lihatlah kata-kata yang Dia pilih: "mahkota kebenaran". Biasanya, menggunakan kata "mahkota" itu sendiri sudah sangat berani, tetapi siapa yang berani menggunakan "kebenaran" sebagai ungkapan atributif untuk mendefinisikan mahkota? Hanya Paulus yang berani menggunakan kata ini. Mengapa dia menggunakannya? Kata ini memiliki asal-usul, dan dipilih dengan cermat; ada makna yang mendalam di balik perkataannya! Makna apa? (Dia berusaha memeras Tuhan dengan kata ini.) Keinginan untuk memeras Tuhan adalah salah satu aspeknya. Niatnya adalah jelas untuk bertransaksi, dan juga ada unsur dia berusaha bernegosiasi dengan Tuhan. Selain itu, adakah tujuan di balik mengapa dia selalu berkhotbah tentang mahkota kebenaran ini? (Dia ingin menyesatkan orang, dan membuat mereka menganggap jika dia tidak mendapatkan mahkota, maka Tuhan tidak adil.) Ada sifat yang menghasut dan menyesatkan dalam khotbahnya tentang hal ini, dan ini ada hubungannya dengan keinginan dan ambisi Paulus. Agar pada akhirnya dapat mewujudkan dan memenuhi keinginannya untuk memperoleh mahkota kebenaran, dia menggunakan taktik dengan mengkhotbahkannya di mana-mana. Di satu sisi, tujuannya dalam mengkhotbahkan perkataan ini adalah untuk menghasut dan menyesatkan orang; untuk menanamkan pemikiran tertentu ke dalam diri mereka yang mendengarkan, yaitu, "Seseorang seperti aku yang banyak mengorbankan dirinya sendiri, yang sering bepergian, dan mengejar dengan cara seperti yang kulakukan akan dapat memperoleh mahkota kebenaran." Setelah mendengarkan perkataan ini, orang tentu saja merasa bahwa Tuhan baru adil jika orang seperti Paulus menerima mahkota. Mereka merasa bahwa mereka harus mengejar, bepergian, dan mengorbankan diri mereka seperti yang Paulus lakukan, bahwa mereka tidak perlu mendengarkan Tuhan Yesus, dan bahwa Paulus adalah tolok ukur, dia adalah Tuhan, dan dia adalah arah dan sasaran yang harus orang tempuh. Mereka juga mengira jika orang melakukan hal-hal seperti yang Paulus lakukan, mereka akan mendapatkan mahkota, kesudahan, dan tempat tujuan yang sama seperti dia. Di satu sisi, Paulus sedang menghasut dan menyesatkan orang. Di sisi lain, dia memiliki tujuan yang sangat jahat. Di lubuk hatinya, dia berpikir, "Dalam keadaan yang tidak terduga, jika aku tidak mendapatkan mahkota, di mana itu ternyata hanya imajinasi dan angan-anganku sendiri, ini berarti setiap orang yang percaya kepada Kristus, termasuk diriku, telah disesatkan dalam iman mereka. Itu berarti Tuhan yang di Bumi tidak ada, dan aku pun akan menyangkal keberadaan-Mu di Surga, Tuhan, dan Engkau tidak akan dapat berbuat apa-apa!" Maksud perkataannya adalah: "Jika aku tidak mendapatkan mahkota ini, saudara-saudariku tidak hanya akan menyangkal-Mu, tetapi aku pun akan menghalangi-Mu agar tidak mendapatkan semua orang yang telah kuhasut dan yang mengetahui perkataan ini. Aku juga akan menghalangi agar mereka tidak mendapatkan-Mu, dan Aku juga sekaligus akan menyangkal keberadaan-Mu sebagai Tuhan yang di Surga. Engkau tidak adil. Jika aku, Paulus, tidak bisa mendapatkan mahkota, maka tak seorang pun boleh mendapatkannya!" Ini adalah bagian yang jahat dari Paulus. Bukankah ini adalah perilaku antikristus? Ini adalah perilaku setan antikristus: menghasut, menyesatkan, dan membujuk orang, serta secara terang-terangan menuntut Tuhan dan melawan-Nya. Di lubuk hatinya, Paulus berpikir, "Jika aku tidak mendapatkan mahkota, Tuhan tidak adil. Jika aku mendapat mahkota, barulah mahkota itu merupakan mahkota kebenaran, dan hanya pada saat itulah kebenaran Tuhan benar-benar adil." Inilah asal-usul "mahkota kebenaran"-nya. Apa yang sedang dia lakukan? Dia sedang secara terang-terangan menghasut dan menyesatkan orang-orang yang mengikuti Tuhan. Pada saat yang sama, dia menggunakan cara ini untuk secara terang-terangan menuntut dan melawan Tuhan. Dengan kata lain, perilakunya merupakan pemberontakan. Apa natur dari perilakunya? Di luarnya, kata-kata yang Paulus gunakan terdengar sopan dan pantas, dan sepertinya tidak ada yang salah dengan kata-kata itu—siapa yang tidak mau percaya kepada Tuhan agar mendapatkan mahkota kebenaran dan diberkati? Bahkan orang-orang yang tidak memiliki kualitas, setidaknya, mereka percaya kepada Tuhan, agar bisa masuk ke dalam Surga. Mereka akan senang sekalipun mereka diminta untuk menyapu jalan atau menjaga pintu gerbang di sana. Memiliki maksud dan tujuan ini dalam kepercayaan orang kepada Tuhan dapat dianggap wajar dan dapat dimaklumi. Namun, itu bukan satu-satunya tujuan Paulus. Dia mengerahkan banyak upaya, menghabiskan banyak tenaga, dan membesar-besarkan ketika dia berkhotbah tentang mahkota kebenarannya. Perkataan Paulus menyingkapkan natur jahat dirinya, serta hal-hal gelap yang tersembunyi di dalam dirinya. Pada waktu itu, Paulus sangat terkenal dan ada banyak orang yang memujanya. Dia pergi ke mana-mana mengajarkan teori dan gagasan yang terdengar muluk ini, mengajarkan gagasan dan imajinasinya, serta hal-hal yang telah dia pelajari dalam studinya, dan hal-hal yang telah dia simpulkan dengan menggunakan pikirannya. Ketika Paulus mengkhotbahkan hal-hal ini di mana-mana, seberapa besar pengaruhnya terhadap orang-orang pada waktu itu, dan seberapa parah hal itu merusak dan meracuni lubuk hati mereka? Selain itu, seberapa besar pengaruhnya terhadap generasi selanjutnya yang mempelajari hal-hal ini dari surat-suratnya? Orang-orang yang telah membaca perkataannya tidak dapat melepaskan diri mereka dari hal-hal ini seberapa pun lamanya mereka berusaha—mereka telah sedemikian dalamnya diracuni! Seberapa dalam? Sebuah fenomena telah muncul, yang disebut "Efek Paulus". Apa yang dimaksud dengan Efek Paulus? Ada fenomena dalam agama di mana orang-orang dipengaruhi oleh pemikiran, pandangan, argumen Paulus, dan watak rusak yang dia perlihatkan. Hal ini khususnya memengaruhi orang-orang yang keluarganya telah percaya kepada Tuhan selama beberapa generasi—keluarga-keluarga yang telah mengikuti Kristus selama beberapa dekade. Mereka berkata, "Keluarga kami telah percaya kepada Tuhan selama beberapa generasi, dan tidak mengikuti tren duniawi. Kami telah menjauhkan diri dari dunia sekuler, dan telah meninggalkan keluarga serta karier kami untuk mengorbankan diri kami bagi Tuhan. Segala sesuatu yang kami lakukan sama seperti yang Paulus lakukan. Jika kami tidak menerima mahkota atau masuk ke dalam Surga, kami akan berargumen dengan Tuhan ketika Dia datang." Bukankah orang-orang membuat argumen seperti ini? (Ya.) Dan tren ini sangat signifikan. Dari mana tren ini berasal? (Dari apa yang Paulus khotbahkan.) Itulah akibat ganas dari "tumor" yang Paulus tanam. Jika Paulus tidak menghasut orang-orang seperti ini, dan tidak selalu berkata, "Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" dan "Bagiku hidup adalah Kristus", maka tanpa latar belakang zaman sejarah itu, orang-orang zaman sekarang tidak akan memiliki pengetahuan apa pun mengenai hal-hal tersebut. Sekalipun mereka memiliki cara berpikir seperti itu, mereka tidak akan memiliki kelancangan Paulus. Semua itu karena dorongan dan hasutan Paulus. Jika ada hari ketika mereka tidak diberkati, orang-orang ini akan memiliki keberanian untuk menantang Tuhan Yesus secara terang-terangan, dan bahkan ingin naik ke tingkat yang ketiga dari Surga dan memperdebatkan hal ini dengan Tuhan. Bukankah dunia keagamaan sedang memberontak terhadap Tuhan Yesus? Jelas bahwa dunia keagamaan telah sangat dipengaruhi oleh Paulus! Sekarang, setelah Aku membahas hal ini, engkau dapat menyimpulkan apa dosa Paulus yang kelima, bukan? Saat merangkum asal-usul "mahkota kebenaran" yang Paulus bicarakan, fokusnya ada pada kata "kebenaran". Mengapa dia menyebutkan "kebenaran"? Di Bumi, itu karena dia ingin menghasut dan menyesatkan umat pilihan Tuhan, agar mereka berpikir seperti dia. Di Surga, dia ingin memeras Tuhan dengan perkataan ini, dan menuntut Dia. Inilah tujuan Paulus. Meskipun dia tidak pernah menyuarakan hal ini dengan lantang, kata "kebenaran" telah sepenuhnya menyingkapkan tujuan dan keinginannya untuk menuntut Tuhan. Itu sudah disuarakan secara terbuka; semua ini adalah fakta. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapatkah esensi natur Paulus dirangkum sebagai esensi natur yang congkak, merasa diri benar, licik, dan tidak mencintai kebenaran? (Tidak.) Istilah-istilah ini tidak dapat merangkumkannya. Dengan Aku mengemukakan fakta-fakta ini dan menelaah, menganalisis, serta mendefinisikannya, engkau seharusnya dapat melihat esensi natur Paulus dengan lebih jelas dan menyeluruh. Inilah hasil yang dicapai dengan menganalisis suatu esensi berdasarkan fakta. Ketika Paulus menuntut Tuhan, dia tidak sedang mengalami momen emosional yang kecil, memiliki sedikit watak yang memberontak, atau ketidakmampuan untuk tunduk, secara pribadi. Ini bukanlah masalah biasa seperti memperlihatkan watak yang rusak; sebaliknya, ini telah meningkat menjadi secara terang-terangan menggunakan segala macam cara untuk menghasut dan menyesatkan orang melalui surat-surat dan di tempat umum, sehingga semua orang bangkit bersama-sama dalam kemarahan untuk melawan dan menuntut Tuhan. Paulus tidak hanya menuntut Tuhan, tetapi dia juga menghasut semua orang untuk ikut menuntut Tuhan—dia tidak hanya congkak, tetapi dia adalah setan! Dosa ini lebih serius dari dosa-dosa sebelumnya. Apakah hal yang baik atau buruk jika kita membahas dosa yang makin serius? (Hal yang baik.) Mengapa baik? (Karena kita makin mengetahui yang sebenarnya tentang Paulus.) Setelah engkau makin mengetahui yang sebenarnya, engkau akan mampu menggalinya secara menyeluruh dan melihat dengan jelas berbagai perwujudan Paulus, kerusakan yang diperlihatkannya, dan dirinya yang sebenarnya. Dengan melakukannya, apakah engkau telah mencapai tujuan kita? (Belum.) Engkau harus mengambil semua perwujudan Paulus yang telah kita rangkum, serta pembahasan utama, tema, dan esensi dari semua itu, dan membandingkannya terhadap dirimu sendiri dan orang-orang di sekitarmu. Jika engkau telah melihat dengan jelas betapa besarnya perbedaan antara jalan yang kautempuh dan esensimu sendiri bila dibandingkan dengan jalan dan esensi Paulus, maka engkau sudah mencapai hasil sepenuhnya, dan tujuan kita untuk menelaah Paulus sudah tercapai. Ada orang-orang yang berkata, "Di dalam diriku, tidak ada perwujudan pengejaran Paulus untuk memperoleh mahkota kebenaran." Perwujudanmu dan esensimu mungkin tidak separah perwujudan dan esensi Paulus, tetapi ada beberapa esensimu yang sama dengan esensi Paulus. Dia memiliki perwujudan seperti ini, dan engkau memiliki keadaan seperti ini. Dapat dikatakan bahwa perwujudan Paulus berada pada skala 10 atau 12, lalu bagaimana denganmu? (Aku pada skala tujuh atau delapan.) Paulus selalu memperlihatkan hal-hal ini, dan selalu dipenuhi dengan hal-hal ini. Meskipun engkau tidak selalu memperlihatkan hal-hal ini, engkau tetap sering memperlihatkannya. Engkau mungkin menghabiskan separuh hidupmu untuk melakukan hal-hal ini, dan hidup dalam keadaan-keadaan ini. Terutama ketika Tuhan menempatkanmu dalam ujian, ketika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasanmu, ketika Dia memangkasmu, dan ketika lingkungan yang Dia atur untukmu tidak sesuai harapanmu, hal ini mungkin memunculkan keadaan yang seperti ini di dalam dirimu; engkau mungkin menuntut Tuhan dan melawan-Nya. Pada saat seperti itu, analisis kita tentang bagaimana Paulus menghasut dan menyesatkan orang mungkin berguna bagimu. Mengapa? Karena sekarang, pikiranmu menyadari betapa parahnya natur dari perwujudan Paulus; itu bukanlah penyingkapan sederhana dari watak yang rusak, melainkan esensi natur jahat yang melawan Tuhan. Ketika keadaan-keadaan seperti ini muncul dalam dirimu, engkau akan memahami betapa seriusnya masalah ini. Engkau kemudian harus berbalik, bertobat, dan meninggalkan keadaan yang salah ini. Engkau harus menjauh darinya, mencari kebenaran, dan mencari jalan ketundukan kepada Tuhan. Itulah jalan sejati yang harus manusia tempuh, dan hukum yang harus dipatuhi oleh makhluk ciptaan. Persekutuan seperti ini bermanfaat bagi orang.

Paulus memiliki ungkapan terkenal lainnya—apakah itu? ("Sebab bagiku hidup adalah Kristus dan mati berarti untung" (Filipi 1:21).) Dia tidak mengakui identitas Tuhan Yesus Kristus, yaitu bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah inkarnasi Tuhan yang hidup di Bumi, ataupun fakta bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah perwujudan Tuhan. Sebaliknya, Paulus menganggap dirinya sendiri adalah Kristus. Bukankah itu menjijikkan? (Ya.) Ini menjijikkan, dan esensi masalah ini sangat parah. Di benak Paulus, siapa sebenarnya Kristus? Apa identitas-Nya? Bagaimana Paulus bisa begitu terobsesi ingin menjadi Kristus? Jika, di benak Paulus, Kristus adalah seorang manusia biasa yang berwatak rusak, atau seorang manusia tak berarti yang memainkan peran yang biasa-biasa saja, yang tidak memiliki kuasa, tidak memiliki identitas yang mulia, dan tidak memiliki kemampuan atau keterampilan yang melampaui manusia biasa, akankah Paulus tetap ingin menjadi Kristus? (Tidak.) Tentu saja tidak. Dia menganggap dirinya terpelajar, dan tidak ingin menjadi manusia biasa, dia ingin menjadi manusia super, manusia hebat, dan mengungguli orang lain—bagaimana mungkin dia ingin menjadi Kristus yang dipandang rendah dan tak berarti oleh orang lain? Dengan demikian, status dan peran seperti apa yang Kristus miliki dalam hati Paulus? Identitas dan status apa yang harus orang miliki, serta otoritas, kuasa, dan sikap seperti apa yang harus mereka perlihatkan agar dapat menjadi Kristus? Ini menyingkapkan apa yang Paulus bayangkan tentang Kristus, dan apa yang dia ketahui tentang Kristus, yang berarti dengan cara inilah dia mendefinisikan Kristus. Itulah sebabnya Paulus memiliki ambisi dan keinginan untuk menjadi Kristus. Ada alasan tertentu mengapa Paulus ingin menjadi Kristus, dan alasan tersebut sebagian terungkapkan dalam surat-suratnya. Mari kita analisis beberapa hal. Ketika Tuhan Yesus melakukan pekerjaan-Nya, Dia melakukan beberapa hal yang merepresentasikan identitas-Nya sebagai Kristus. Di mata Paulus, hal-hal ini adalah simbol dan konsep identitas Kristus. Apa sajakah hal-hal ini? (Mengadakan tanda-tanda dan mukjizat.) Tepat sekali. Hal-hal tersebut adalah Kristus menyembuhkan orang-orang dari penyakit mereka, mengusir setan, dan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat. Meskipun Paulus mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, itu hanya karena tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan-Nya. Oleh karena itu, ketika Paulus memberitakan Injil Tuhan Yesus, dia tidak pernah berbicara tentang firman yang Tuhan Yesus ucapkan, atau apa yang Dia khotbahkan. Di mata Paulus, seorang yang tidak percaya ini, bahwa Kristus mampu mengucapkan begitu banyak hal, berkhotbah begitu banyak, melakukan begitu banyak pekerjaan, dan membuat begitu banyak orang mengikuti-Nya, adalah fakta yang memberikan suatu kehormatan tertentu pada identitas dan status Tuhan Yesus; karena Dia memiliki kemuliaan dan keagungan yang tak terbatas, itu menjadikan status Tuhan Yesus di antara manusia menjadi sangat agung dan terhormat. Inilah yang Paulus lihat. Dari apa yang Tuhan Yesus Kristus wujudkan dan perlihatkan saat melakukan pekerjaan, serta identitas dan esensi diri-Nya, yang Paulus lihat bukanlah esensi Tuhan, bukanlah kebenaran, jalan, atau hidup yang Tuhan miliki, juga bukan keindahan atau hikmat yang Tuhan miliki. Apa yang Paulus lihat? Bahasa modernnya, yang dia lihat adalah gemerlap ketenaran, dan dia ingin menjadi penggemar Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus berfirman atau melakukan pekerjaan, ada begitu banyak orang yang mendengarkan—betapa mulianya hal itu! Ini adalah sesuatu yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh Paulus, dia mendambakan tibanya momen ini. Dia merindukan hari di mana dia dapat berkhotbah dengan fasih seperti Tuhan Yesus, yang membuat begitu banyak orang memandang Dia dengan penuh perhatian, dengan kekaguman dan kerinduan di mata mereka, ingin mengikuti Dia. Paulus terpesona akan cara bertindak Tuhan Yesus yang mengesankan. Sebenarnya, dia tidak terlalu terkesan akan hal itu; sebaliknya, dia merasa iri karena dia juga ingin memiliki identitas dan cara bertindak yang akan membuat orang menghormati, memperhatikan, memuja, dan mengagumi dirinya. Inilah yang membuatnya iri. Lalu, bagaimana caranya agar dia bisa memilikinya? Dia tidak percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus memperoleh hal-hal ini melalui esensi dan identitas diri-Nya, sebaliknya dia percaya bahwa itu diperoleh-Nya karena gelar-Nya. Oleh karena itu, Paulus ingin sekali menjadi seorang tokoh, dan memiliki peran, di mana dia dapat menyandang nama Kristus. Paulus benar-benar mengerahkan banyak upaya untuk mendapatkan peran seperti itu, bukan? (Ya.) Upaya apa yang dia lakukan? Dia berkhotbah di mana-mana, dan bahkan mengadakan mukjizat. Pada akhirnya, dia menggunakan sebuah ungkapan untuk mendefinisikan dirinya yang memuaskan keinginan dan ambisi batinnya. Ungkapan apa yang dia gunakan untuk mendefinisikan dirinya sendiri? ("Sebab bagiku hidup adalah Kristus dan mati berarti untung".) Hidup adalah Kristus. Ini adalah hal utama yang ingin dia capai; keinginan utamanya adalah menjadi Kristus. Apa hubungan keinginan ini dengan pengejaran pribadinya dan jalan yang dia tempuh? (Dia memuja kekuasaan, dan berusaha agar orang-orang menghormati dirinya.) Ini adalah sebuah teori; engkau harus memberikan beberapa fakta. Paulus mewujudkan keinginannya untuk menjadi Kristus dengan cara-cara yang nyata; definisi-Ku tentang dia tidak hanya berdasarkan satu kalimat yang dia ucapkan. Dari gaya, cara, dan prinsip tindakannya, kita dapat melihat bahwa semua yang dia lakukan berkisar pada tujuannya untuk menjadi Kristus. Inilah sumber dan esensi mengapa Paulus mengatakan dan melakukan begitu banyak hal. Paulus ingin menjadi Kristus, dan keinginan ini memengaruhi pengejarannya, jalan yang ditempuh dalam hidupnya, dan keyakinannya. Dengan cara apa pengaruh keinginannya ini diwujudkan? (Paulus pamer dan bersaksi tentang dirinya sendiri dalam semua pekerjaan dan khotbahnya.) Ini adalah salah satu caranya; Paulus pamer di setiap kesempatan. Dia menjelaskan kepada orang-orang betapa dia menderita, bagaimana dia melakukan berbagai hal, dan apa niatnya, sehingga ketika orang-orang mendengarnya, mereka merasa dia sangat mirip dengan Kristus, dan benar-benar ingin memanggilnya Kristus. Itulah tujuannya. Jika orang benar-benar memanggilnya Kristus, akankah dia menyangkalnya? Akankah dia menolaknya? (Tidak.) Dia pasti tidak akan menolaknya—dia pasti akan sangat gembira. Pengaruh keinginan Paulus terhadap pengejarannya diwujudkan salah satunya dengan cara ini. Dengan cara apa lagi? (Dia menulis surat.) Ya, dia menulis beberapa surat agar surat-surat itu dapat diturunkan selama berabad-abad. Dalam surat-suratnya, dalam pekerjaannya, dan di sepanjang proses penggembalaannya di gereja-gereja, dia tidak pernah sekali pun menyebut nama Tuhan Yesus Kristus, atau melakukan sesuatu dalam nama Tuhan Yesus Kristus, atau meninggikan nama Tuhan Yesus Kristus. Apa pengaruh negatif yang ditimbulkan dari selalu bekerja dan berbicara dengan cara seperti ini? Bagaimana pengaruhnya terhadap mereka yang mengikuti Tuhan Yesus? Hal ini membuat orang-orang menyangkal Tuhan Yesus Kristus, dan Paulus menggantikan tempat-Nya. Dia rindu untuk orang-orang bertanya, "Siapakah Tuhan Yesus Kristus? Aku belum pernah mendengar tentang Dia. Kami percaya kepada Paulus sang Kristus." Jika itulah yang terjadi, dia akan bahagia. Inilah tujuannya, dan salah satu hal yang dia upayakan. Salah satu cara pengaruh itu diwujudkan adalah melalui caranya bekerja; dia berbicara tentang gagasan-gagasan kosong, dan berbicara tanpa henti tentang teori-teori kosong untuk membuat orang melihat betapa cakap dan menariknya dia dalam pekerjaannya, seberapa banyaknya dia membantu orang-orang, dan bahwa dia memiliki cara bertindak tertentu, seolah-olah Tuhan Yesus Kristus telah kembali menampakkan diri. Cara lain pengaruh tersebut diwujudkan adalah dengan tidak pernahnya dia meninggikan Tuhan Yesus Kristus, dan dia tentu saja tidak meninggikan nama-Nya, juga tidak bersaksi tentang perkataan dan pekerjaan Tuhan Yesus Kristus, atau bagaimana orang mendapat manfaat dari hal-hal tersebut. Apakah Paulus menyampaikan khotbah tentang bagaimana seharusnya orang bertobat? Dia tentu saja tidak melakukan hal itu. Paulus tidak pernah berkhotbah tentang pekerjaan yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus, firman yang Dia ucapkan, atau semua kebenaran yang Dia ajarkan kepada orang-orang—Paulus menyangkal hal-hal ini di dalam hatinya. Paulus tidak hanya menyangkal firman Tuhan Yesus Kristus dan kebenaran yang Dia ajarkan kepada orang-orang, tetapi dia juga memperlakukan perkataan, pekerjaan, dan ajarannya sendiri sebagai kebenaran. Dia menggunakan hal-hal ini untuk menggantikan firman Tuhan Yesus, dan membuat orang-orang menerapkan dan mematuhi perkataannya seolah-olah itu adalah kebenaran. Apa yang mendorongnya mewujudkan dan memperlihatkan hal-hal tersebut? (Keinginannya untuk menjadi Kristus.) Semua itu didorong oleh niat, keinginan, dan ambisinya untuk menjadi Kristus. Hal ini berkaitan erat dengan penerapan dan pengejarannya. Inilah dosa Paulus yang keenam. Apakah dosa ini serius? (Ya.) Sebenarnya, semua dosanya serius. Semua dosanya mengakibatkan kematian.

Sekarang, Aku akan mempersekutukan dosa Paulus yang ketujuh. Dosa ini jauh lebih serius. Sebelum Paulus dipanggil oleh Tuhan, dia adalah orang yang percaya pada Yudaisme. Yudaisme adalah kepercayaan kepada Tuhan Yahweh. Apa konsep Tuhan bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yahweh? Ini adalah tentang hal-hal yang nenek moyang mereka alami ketika Tuhan Yahweh memimpin mereka keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian Kanaan: bagaimana Tuhan Yahweh menampakkan diri kepada Musa, bagaimana Dia menimpakan sepuluh tulah ke Mesir, bagaimana Dia menggunakan tiang awan dan tiang api untuk memimpin bangsa Israel, dan bagaimana Dia memberikan hukum-hukum-Nya kepada mereka, dan sebagainya. Apakah orang-orang yang percaya pada Yudaisme pada waktu itu menganggap semua ini hanyalah khayalan, gagasan, dan legenda, ataukah mereka menganggapnya sebagai fakta? Pada waktu itu, umat pilihan Tuhan, dan mereka yang merupakan para pengikut sejati, percaya dan mengakui bahwa Tuhan yang di Surga itu ada dan nyata. Mereka berpikir, "Fakta bahwa Tuhan menciptakan manusia adalah benar. Seberapapun lamanya itu telah terjadi, fakta ini tetap benar. Kita bukan saja harus memercayainya, tetapi kita juga harus yakin, dan membagikan fakta ini. Ini adalah tanggung jawab dan kewajiban kita." Namun, sekelompok orang yang adalah orang tidak percaya merasa bahwa hal-hal tersebut kemungkinan besar hanyalah legenda. Tak seorang pun yang berusaha membuktikan kisah-kisah itu atau menyelidiki apakah semuanya itu nyata ataukah fiksi, mereka hanya setengah memercayainya. Ketika mereka membutuhkan Tuhan, mereka berharap Dia nyata dan dapat mengabulkan apa yang mereka kejar, doakan, dan dambakan; ketika berdoa kepada Tuhan mereka berharap untuk mendapatkan sesuatu, mereka berharap Tuhan ini ada. Dengan melakukan hal ini, mereka hanya memperlakukan Tuhan seperti sebuah penopang psikologis. Mereka tidak melihat fakta bahwa Tuhan menyelamatkan manusia, dan mereka juga tidak menerima kebenaran yang Tuhan ungkapkan. Ini bukanlah kepercayaan yang sejati kepada Tuhan; mereka sudah merupakan orang-orang tidak percaya. Bagaimana jenis orang yang paling rendah seperti ini mewujudkan diri mereka? Yang mereka lakukan hanyalah melayani Tuhan di gereja, memberikan persembahan kepada-Nya, mengikuti semua ritual, dan bahkan memercayai segala macam legenda. Namun, Tuhan tidak ada di dalam hati mereka, dan Tuhan yang ada dalam gagasan dan imajinasi mereka samar-samar dan kosong. Apa yang orang semacam ini percayai? Materialisme. Mereka hanya percaya pada hal-hal yang dapat mereka lihat. Di mata mereka, hal-hal yang bersifat legenda, hal-hal yang samar, dan apa pun di alam roh yang tangan mereka tak dapat menyentuhnya, mata mereka tak dapat melihatnya, atau telinga mereka tak dapat mendengarnya, mereka anggap tidak ada. Ada orang-orang yang berkata, "Kalau begitu, apakah mereka percaya akan keberadaan hal-hal yang tidak dapat mereka lihat, seperti mikroorganisme?" Mereka sangat memercayai hal-hal tersebut. Mereka sangat percaya akan sains, elektron, mikrobiologi, dan kimia. Orang-orang tidak percaya sangat yakin akan keberadaan hal-hal tersebut. Mereka benar-benar para materialis. Kita membahas hal ini agar dapat menganalisis ketiga jenis orang ini: orang yang benar-benar percaya, orang yang setengah percaya, dan para materialis yang sama sekali tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Ada orang-orang yang berkata, "Apakah Tuhan itu benar-benar ada? Di manakah Dia? Seperti apa rupa-Nya? Kudengar Tuhan berada di tingkat yang ketiga dari Surga. Jadi, seberapa tinggikah tingkat yang ketiga dari Surga itu? Seberapa jauhkah jaraknya, dan seberapa besarkah? Orang-orang juga mengatakan Surga itu ada, dan jalannya terbuat dari emas, ubinnya dari batu giok, dan dindingnya pun dari emas. Bagaimana mungkin ada tempat yang begitu indah? Itu omong kosong! Kudengar pada Zaman Hukum Taurat, Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya kepada umat pilihan-Nya, dan loh batu bertuliskan hukum Taurat itu masih ada. Semua itu mungkin hanya legenda, sesuatu yang digunakan kelas penguasa untuk mengendalikan rakyat." Apakah kelompok orang seperti ini benar-benar percaya kepada Tuhan? (Tidak.) Mereka tidak percaya bahwa Tuhan benar-benar ada, atau fakta bahwa Dia menciptakan manusia dan memimpin umat manusia hingga saat ini. Lalu, mengapa mereka masih melayani di gereja? (Karena mereka memperlakukan pelayanan bagi Tuhan sebagai pekerjaan dan sumber penghasilan.) Benar. Mereka memandangnya sebagai pekerjaan dan sumber penghasilan. Jadi, jenis orang seperti apakah Paulus itu? (Jenis orang ketiga.) Ini ada kaitannya dengan esensi natur dirinya. Paulus suka membicarakan tentang teori-teori kosong. Dia menyukai hal-hal yang kosong, hal-hal yang samar dan hal-hal yang bersifat khayalan. Dia menyukai hal-hal yang bersifat mendalam dan sulit dipahami, serta yang tidak dapat dijelaskan secara nyata. Dia suka berpikir secara berlebihan, dia berprasangka buruk dan keras kepala, dan dia memiliki pemahaman yang menyimpang. Orang seperti ini bukanlah manusia. Dia adalah jenis orang seperti ini. Melihat watak dan esensi natur Paulus, serta preferensi, harapan, pengejaran, dan cita-citanya, meskipun dia melayani di gereja dan merupakan murid dari seorang guru terkenal, pengetahuan yang dia pelajari hanyalah alat baginya untuk memuaskan keinginan, ambisi, dan kesombongannya sendiri, dan untuk mendapatkan sumber penghasilan, status, dan kedudukan di tengah masyarakat. Melihat esensi natur dan pengejaran Paulus, seberapa besarkah imannya kepada Yahweh? Imannya bukanlah sebuah janji, hanya kata-kata kosong. Dia adalah orang tidak percaya, seorang ateis, dan seorang materialis. Ada orang-orang yang bertanya, "Jika Paulus adalah orang tidak percaya, mengapa dia menjadi rasul Tuhan Yesus Kristus dan memberitakan Injil Zaman Kasih Karunia?" Katakan kepada-Ku, bagaimana dia bisa menempuh jalan ini? Apa yang mendorongnya? Apa titik balik baginya yang membuatnya mengambil peran ini, dan membuat orang tidak percaya seperti dirinya bisa menempuh jalan seperti ini, dan berubah haluan? Apa yang Kumaksud ketika Aku berbicara tentang "berubah haluan"? Ketika Paulus dipukul jatuh dalam perjalanan menuju Damsyik—itu adalah perubahan haluan dalam hidupnya. Dia mengalami dua macam perubahan: pertama, dia berubah dari tidak percaya kepada Tuhan menjadi percaya bahwa Tuhan itu pasti ada karena Tuhan Yesus yang awalnya dia aniaya menampakkan diri kepadanya di jalan menuju Damyik. Paulus berseru, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Sebenarnya, di lubuk hatinya, Paulus tidak percaya bahwa Tuhan ini ada, tetapi saat itu dia tak mampu melakukan apa pun selain berseru, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Apa yang Tuhan Yesus katakan? ("Akulah Yesus, yang engkau aniaya itu" (Kisah Para Rasul 9:5).) Saat Tuhan Yesus mengatakan itu, Paulus diyakinkan akan sebuah fakta: Tuhan telah menampakkan diri, Tuhan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, yang tidak mampu dia bayangkan, dan yang lebih berkuasa dari yang dapat dia bayangkan. Bagaimana dia bisa diyakinkan bahwa Tuhan lebih berkuasa daripada yang dapat dia bayangkan? Karena saat Paulus tidak menduganya, Yesus itu, yang sama sekali tidak dia percayai sebagai Tuhan menampakkan diri tepat di hadapannya. Seberapa berkuasakah Tuhan Yesus? Paulus diyakinkan akan kebesaran kuasa-Nya ketika matanya dibutakan oleh terang-Nya. Lalu, dapatkah hal itu membuatnya yakin bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan? (Tidak.) Mengapa tidak? (Karena sejak awal. Paulus tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.) Benar, karena dia sama sekali tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Saat ini, engkau semua memiliki iman dan landasan di dalam hatimu, jadi seandainya Tuhan menampakkan diri kepadamu, meskipun itu hanya suara-Nya atau punggung-Nya, dan jika Dia berbicara kepadamu atau memanggil namamu, engkau akan diyakinkan mengenai sebuah fakta: "Inilah Tuhan yang kupercayai. Aku telah melihat-Nya dan aku telah mendengar-Nya. Tuhan telah menghampiriku." Engkau akan diyakinkan karena engkau percaya kepada-Nya di dalam hatimu, engkau telah memimpikan momen ini, dan engkau tidak takut. Namun, inikah yang Paulus pikirkan? (Tidak.) Di dalam hatinya, dia tidak pernah percaya. Apa yang pertama kali dia rasakan? (Rasa takut.) Dia merasa takut karena Pribadi ini mampu memukulnya hingga jatuh dan membunuhnya! Ini membuatnya takut dan ini lebih menakutkan baginya daripada neraka, yang tidak dapat dilihatnya. Dia sangat ketakutan. Hatinya sama sekali tidak percaya kepada Tuhan—dapat dikatakan bahwa dia tidak memiliki konsep tentang Tuhan. Oleh karena itu, ketika Tuhan Yesus melakukan pekerjaan-Nya, entah itu mengadakan tanda-tanda dan mukjizat atau berkhotbah, sebanyak apa pun orang yang mengikuti-Nya, betapapun mengesankannya Dia, atau semegah apa pun pemandangannya, di benak Paulus, Tuhan Yesus tidak lebih daripada seorang manusia biasa. Dia memandang rendah Tuhan Yesus dan tidak menganggap-Nya serius. Namun sekarang, Anak Manusia biasa yang dia pandang rendah berdiri tepat di hadapannya, bukan lagi dalam tubuh manusia biasa, dan bukan hanya dengan suara, melainkan seberkas cahaya! Baginya, itu adalah momen yang tidak akan pernah dia lupakan selamanya. Terang itu membutakan matanya! Bagaimana Tuhan memukul jatuh Paulus? Ketika Tuhan menghampiri Paulus, Paulus menjadi buta dalam sekejap dan jatuh tersungkur. Apa yang sedang terjadi? Apakah dia jatuh atas keinginan dan atas kemauannya sendiri, atau dia sudah siap akan hal itu? (Tidak, dia sama sekali tidak dapat menahan tubuhnya.) Tubuh manusia hanyalah daging; tubuh tidak dapat menahan pukulan seperti ini. Ketika Tuhan benar-benar menghampirimu, Dia tidak akan berada dalam tubuh jasmaniah biasa seperti yang kaulihat dikenakan oleh Tuhan Yesus—begitu menyenangkan dan dapat didekati, begitu rendah hati dan biasa, terdiri dari darah dan daging, seseorang yang tampaknya biasa-biasa saja bagimu, dan yang tidak kauanggap serius. Ketika Tuhan benar-benar menghampirimu, sekalipun Dia tidak memukul jatuh dirimu, engkau tidak akan mungkin tahan! Di lubuk hati Paulus, hal pertama yang dia rasakan adalah, "Aku telah dihampiri oleh Tuhan Yesus yang dahulu kuaniaya dan kupandang rendah. Terang ini sangat kuat!" Apakah Tuhan menyuruhnya untuk bersujud? Apakah Dia berkata, "Engkau harus bersujud"? (Tidak.) Jadi, mengapa Paulus tertelungkup di tanah? (Karena dia takut.) Bukan karena itu. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan mereka sangat kecil dan lemah sehingga ketika terang Tuhan menyentuh daging mereka, mereka pasti akan jatuh tersungkur. Tuhan itu sangat besar dan kuat; Dia terlalu besar untuk ditanggung oleh kapasitas dan keberanian mereka. Paulus tidak mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan, jadi mengapa dia bersujud atas kemauannya sendiri? Dia telah jatuh tertelungkup; dia sepenuhnya tidak berdaya dan lumpuh. Kebanggaan, kecongkakan, keangkuhan, sikap merasa diri benar, dan sikap merasa diri penting dalam dirinya lenyap dalam sekejap. Tuhan bahkan tidak menampakkan diri kepada Paulus dalam wujud nyata diri-Nya; hanya terang-Nya yang menyinari dirinya, dan ketika Paulus melihatnya, inilah hasilnya; sebesar inilah dampaknya terhadap dirinya. Inilah perubahan haluan dalam hidup Paulus. Jika tidak ada latar belakang yang unik di balik perubahan ini, atau jika ini bukan kasus khusus, maka bagi orang biasa yang memiliki kemanusiaan dan hati nurani, yang mengejar hal-hal positif dan mengejar kebenaran, itu akan menjadi hal yang baik karena ketika seseorang melihat Tuhan, itu memengaruhi seluruh pengejaran hidup mereka. Berdasarkan dari apa yang tercatat dalam Alkitab, selama berabad-abad, jarang ada orang yang mendengar Tuhan berbicara. Ayub mendengar Tuhan berbicara kepadanya dalam angin ribut setelah mengujinya. Ayub menghabiskan seluruh hidupnya berusaha tunduk pada pengaturan Tuhan, dan memahami kedaulatan Tuhan, tetapi Ayub tidak pernah melihat Tuhan sampai dia berusia tujuh puluh tahun; dia hanya mengalami kedaulatan-Nya, tetapi Ayub memiliki iman bahwa dia telah melihat-Nya. Ketika dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya dengan telinganya sendiri, bukankah itu merupakan perubahan haluan yang sangat besar dalam imannya? (Ya.) Perubahan ini merupakan suatu peningkatan, suatu titik di mana imannya menjadi jauh lebih meningkat. Hal ini makin lebih menegaskan kepadanya bahwa semua pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan yang kepada-Nya dia percaya dan tunduk dalam diri manusia adalah benar dan baik, dan bahwa manusia harus tunduk kepada-Nya. Ini bukanlah perubahan haluan kecil seperti yang dialami kebanyakan orang, di mana mereka perlahan-lahan berpindah dari iman yang penuh keraguan menjadi iman sejati yang bebas dari keraguan. Sebaliknya, ini adalah suatu peningkatan, yang melaluinya imannya mencapai tahap yang lebih tinggi. Mengenai Paulus, perubahan haluan apa yang seharusnya ditimbulkan oleh penampakan Tuhan yang memukul jatuh dirinya? Tentu saja bukan peningkatan, karena sebelum penampakan itu, dia tidak pernah percaya kepada Tuhan, jadi ini tidak bisa disebut peningkatan. Jadi, apa dampak penampakan itu terhadap dirinya? Hal ini sekali lagi berkaitan dengan pengejarannya. Katakan kepada-Ku. (Agar dapat mempertahankan nyawanya, Paulus ingin menebus dosa-dosanya dengan memberitakan Injil dan memberikan pelayanan.) Tepat sekali. Dia juga takut mati, dan dia sangat licin. Ketika dia mengetahui bahwa Yesus yang dia aniaya sebenarnya adalah Tuhan, dia sangat ketakutan, dan berpikir, "Apa yang harus kulakukan? Yang dapat kulakukan hanyalah mendengarkan perintah Tuhan, kalau tidak aku akan mati!" Sejak saat itu, dia menerima amanat Tuhan dan mulai memberitakan Injil dan memberikan pelayanan agar dapat menebus dosa-dosanya. Dia berpikir, "Jika aku benar-benar berhasil dalam memberitakan Injil dan Tuhan Yesus merasa puas, aku mungkin akan memperoleh mahkota dan upah!" Itulah perhitungan yang ada di lubuk hatinya. Dia mengira akhirnya dia menemukan kesempatan yang lebih baik untuk memperoleh berkat. Paulus menerima amanat Tuhan agar dapat menebus dosa-dosanya dan menyelamatkan nyawanya; itulah niat dan tujuan di balik dia memercayai dan menerima Tuhan. Sejak dia bertemu dengan Tuhan Yesus di jalan menuju Damsyik dan dipukul jatuh, dia mengalami perubahan haluan yang menandai awal baru dalam pengejaran dan kehidupan percayanya kepada Tuhan. Apakah awal baru ini positif ataukah negatif? (Negatif.) Dia tidak mengakui kebenaran Tuhan, dan dia menerima amanat Tuhan Yesus dengan menggunakan cara bertransaksi yang bahkan lebih licin, tak terkatakan, dan licik hanya karena dia takut akan kemegahan Tuhan dan telah dipukul jatuh. Ini jauh lebih menjijikkan. Namun, itu bukan inti persekutuan-Ku hari ini. Dari perubahan Paulus setelah bertemu dengan terang Tuhan yang besar, dan berbagai cara dia mewujudkan dirinya, kita dapat melihat dengan jelas jalan apa yang Paulus tempuh, dan orang seperti apa yang diperlihatkan oleh esensi natur dirinya. Hal-hal ini sangat jelas.

Sejak dipukul jatuh, Paulus percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus itu ada, dan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan. Tuhan yang dia percayai telah langsung berubah dari Tuhan yang di Surga menjadi Tuhan Yesus Kristus—kepercayaannya telah berganti menjadi Tuhan yang di Bumi. Sejak saat itu, dia tidak bisa menolak amanat Tuhan Yesus, dan mulai melakukan pelayanan bagi Tuhan yang berinkarnasi—Tuhan Yesus—dengan segenap hati. Tentu saja, di satu sisi, tujuan pelayanannya adalah agar dosa-dosanya diampuni, tetapi di sisi lain, tujuannya juga adalah demi memuaskan keinginannya untuk diberkati, dan untuk memperoleh tempat tujuan yang dia inginkan. Ketika Paulus berkata "oleh kehendak Tuhan", apakah "Tuhan" yang dimaksud mengacu pada Yahweh atau Yesus? Dia menjadi sedikit bingung, dan berpikir, "Aku percaya kepada Yahweh, jadi mengapa aku dipukul jatuh oleh Yesus? Mengapa Yahweh tidak menghentikan Yesus ketika Dia memukul jatuh diriku? Sebenarnya yang mana di antara Mereka yang adalah Tuhan?" Dia tidak bisa mengetahuinya. Meskipun demikian, dia tidak akan pernah menganggap Tuhan Yesus sebagai Tuhannya. Sekalipun dia mengakui-Nya secara lisan, masih ada keraguan di dalam hatinya. Seiring berjalannya waktu, lambat laun dia kembali meyakini bahwa "hanya Yahweh yang adalah Tuhan", jadi dalam semua surat Paulus setelah itu, ketika dia menulis "oleh kehendak Tuhan", "Tuhan" yang dia maksudkan itu kemungkinan besar adalah Tuhan Yahweh. Karena Paulus tidak pernah secara jelas menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Yahweh, selalu menganggap Tuhan Yesus sebagai Anak Tuhan, menyebut-Nya sebagai Anak, dan tidak pernah mengatakan sesuatu seperti "Anak dan Bapa adalah satu", itu membuktikan bahwa Paulus tidak pernah mengakui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan yang benar; dia merasa ragu dan hanya setengah percaya. Berdasarkan pandangannya tentang Tuhan yang seperti ini, dan cara pengejarannya, Paulus bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Dia tidak pernah memahami misteri inkarnasi, dan tidak pernah mengakui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan yang benar. Berdasarkan hal ini, tidak sulit untuk mengatakan bahwa Paulus adalah orang yang memuja kekuasaan, orang yang licin dan licik. Seperti apakah kepercayaan Paulus yang terlihat dari fakta bahwa dia memuja kejahatan, kekuasaan, dan status? Apakah dia orang yang benar-benar percaya? (Tidak.) Karena dia bukan orang yang benar-benar percaya, apakah Tuhan yang dia definisikan di dalam hatinya benar-benar ada? (Tidak.) Lalu, mengapa dia tetap bepergian, mengorbankan dirinya, dan melakukan pekerjaan untuk Tuhan Yesus Kristus? (Dia dikendalikan oleh niatnya untuk diberkati.) (Dia takut dihukum.) Kita kembali melihat alasannya yang sebenarnya. Alasannya adalah karena dia takut dihukum, dan karena dia memiliki duri dalam dagingnya yang tidak mampu dia singkirkan, jadi dia selalu harus bepergian dan melakukan pekerjaan, jangan sampai duri dalam dagingnya lebih menyakitkan daripada yang mampu ditanggungnya. Dari apa yang dia wujudkan, dari perkataannya, reaksinya terhadap apa yang terjadi di jalan menuju Damsyik, dan dampak dirinya dipukul jatuh di jalan menuju Damsyik setelah menyadari fakta tersebut, kita dapat melihat bahwa di dalam hatinya, dia sama sekali tidak percaya; pada dasarnya dapat dipastikan bahwa dia adalah seorang tidak percaya dan seorang ateis. Perspektifnya adalah, "Siapa pun yang memiliki kekuasaan, aku akan percaya kepadanya. Siapa pun yang memiliki kekuasaan dan mampu menundukkanku, aku akan melaksanakan tugas dan berusaha sekuat tenaga untuknya. Siapa pun yang dapat memberiku tempat tujuan, mahkota, dan memuaskan keinginanku untuk diberkati, dialah yang akan kuikuti. Aku akan mengikutinya sampai akhir." Siapakah Tuhan yang ada di dalam hatinya? Siapa pun bisa menjadi Tuhannya, asalkan mereka lebih berkuasa daripadanya dan mampu menaklukkannya. Bukankah ini esensi natur Paulus? (Ya.) Jadi, siapakah Pribadi yang akhirnya dia percayai yang mampu memukul jatuh dirinya di jalan menuju Damsyik? (Tuhan Yesus Kristus.) "Tuhan Yesus Kristus" adalah nama yang dia gunakan, tetapi Pribadi yang sebenarnya dia percayai adalah Tuhan yang ada di dalam hatinya. Di manakah Tuhannya? Jika engkau bertanya kepadanya, "Di manakah Tuhanmu? Apakah Dia yang ada di Surga? Apakah Dia termasuk di antara semua makhluk ciptaan? Apakah Dia yang berdaulat atas semua manusia?" dia akan berkata, "Tidak, Tuhanku adalah yang di jalan menuju Damsyik." Itulah Tuhannya yang sebenarnya. Apakah alasan Paulus mampu beralih dari menganiaya Tuhan Yesus Kristus menjadi bekerja, mengorbankan dirinya, dan bahkan mengorbankan nyawanya untuk Tuhan Yesus Kristus—apakah alasan dia mampu melakukan perubahan haluan yang begitu besar—karena ada perubahan dalam kepercayaannya? Apakah karena hati nuraninya sudah disadarkan? (Tidak.) Lalu apa penyebabnya? Apa yang berubah? Penopang psikologisnya yang berubah. Sebelumnya, penopang psikologisnya adalah yang di Surga; itu adalah hal yang kosong dan samar. Jika penopang psikologis itu diganti dengan Yesus Kristus, Paulus menganggap-Nya terlalu remeh—Yesus hanyalah manusia biasa, Dia tidak mungkin menjadi penopang psikologis—dan Paulus tidak menghargai tokoh rohani ternama sekalipun. Paulus hanya ingin menemukan seseorang yang bisa dia andalkan, yang mampu menundukkan dirinya dan membuatnya diberkati. Dia menganggap Pribadi yang dia jumpai di jalan menuju Damsyik adalah yang terkuat, dan bahwa Pribadi itulah yang harus dia percayai. Penopang psikologisnya berubah bersamaan dengan perubahan kepercayaannya. Berdasarkan hal ini, apakah Paulus benar-benar percaya kepada Tuhan atau tidak? (Tidak.) Sekarang, mari kita rangkum dalam satu kalimat apa yang memengaruhi pengejaran Paulus dan jalan yang dia tempuh. (Penopang psikologisnya.) Jadi, bagaimana seharusnya kita mendefinisikan dosa Paulus yang ketujuh? Dalam segala hal, kepercayaan Paulus adalah penopang psikologis; kepercayaannya kosong dan samar. Dia sepenuhnya adalah orang tidak percaya dan seorang ateis. Mengapa seorang atheis dan orang tidak percaya seperti dia tidak meninggalkan dunia keagamaan? Di satu sisi, dalam imajinasinya yang samar, ada masalah tentang tempat tujuan. Di sisi lain, ada masalah tentang memiliki sumber penghasilan dalam hidupnya. Ketenaran, keuntungan, status, dan sumber penghasilan adalah pengejaran dalam hidupnya, dan gagasan memiliki tempat tujuan setelah kematian merupakan penghiburan baginya. Hal-hal ini merupakan sumber dan penopang di balik semua yang dikejar dan diperlihatkan oleh orang-orang semacam ini, dan jalan yang mereka tempuh. Dari perspektif ini, siapakah Paulus? (Orang tidak percaya. Dia percaya kepada Tuhan yang samar.) (Seorang ateis.) Tepatnya dapat dikatakan bahwa dia adalah seorang ateis, orang tidak percaya dan seorang oportunis yang mengintai dalam Kekristenan. Jika engkau hanya menyebut dia orang Farisi, bukankah itu pernyataan yang meremehkan? Jika engkau membaca surat-surat yang Paulus tulis, dan melihat bahwa di permukaannya itu tertulis "oleh kehendak Tuhan", engkau mungkin beranggapan bahwa Paulus memandang Tuhan yang di Surga sebagai yang tertinggi, dan bahwa hanya karena gagasan manusia, atau karena dia tidak mengerti dan tidak memahami Tuhan, maka dia membagi Tuhan menjadi tiga tingkatan: Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan bahwa itu hanyalah kebodohan manusia, dan bahwa itu bukanlah masalah yang sangat serius, karena seluruh dunia keagamaan pun menganggapnya demikian. Namun sekarang, setelah menganalisisnya, benarkah demikian? (Tidak.) Paulus bahkan tidak mengakui bahwa Tuhan itu ada. Dia adalah seorang ateis dan orang tidak percaya, dan dia harus ditempatkan dalam kategori yang sama dengan para ateis dan orang tidak percaya.

Aku telah selesai merangkum ketujuh dosa Paulus. Katakan kepada-Ku rangkuman singkat tentang apa sajakah dosa tersebut. (Dosa pertama, Paulus menganggap mengejar mahkota kebenaran dan mengejar berkat sebagai tujuan yang benar; dosa kedua, Paulus menganggap imajinasinya dan hal-hal yang menurutnya benar dalam gagasannya sendiri sebagai kebenaran, dan mengkhotbahkannya ke mana-mana, menyesatkan orang; dosa ketiga, Paulus menganggap karunia dan pengetahuan yang dimilikinya sebagai hidup; dosa keempat, Paulus menyangkal identitas dan esensi Tuhan Yesus Kristus, dan menyangkal pekerjaan penebusan Tuhan Yesus; dosa kelima, Paulus berkhotbah "Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran," dan secara terang-terangan menghasut dan menyesatkan orang, membuat mereka berusaha mengancam Tuhan, menuntut-Nya, dan melawan-Nya; dosa keenam, Paulus meyakini bahwa baginya hidup adalah Kristus. Dia menyangkal kebenaran yang Tuhan Yesus ungkapkan, mengganti perkataan Tuhan Yesus dengan perkataannya sendiri, dan menyuruh orang menerapkan dan menaati perkataannya. Dosa Paulus yang ketujuh adalah dia memperlakukan kepercayaan kepada Tuhan sebagai penopang psikologis, dan dia sepenuhnya adalah seorang ateis dan orang tidak percaya.) Analisis kita mengenai masalah yang Paulus miliki ini sangat mendetail, sehingga dapat membuat setiap orang yang memuja Paulus menjadi sadar. Ini bermakna. Dari watak dan esensi yang Paulus perlihatkan dan wujudkan, serta cara pengejaran pribadinya, manakah di antara semua ini yang jelas ada kaitannya dengan dirimu? (Semuanya.) Dosa pertama adalah menganggap pengejaran akan mahkota kebenaran dan berkat sebagai tujuan yang benar. Mengapa Kukatakan bahwa pengejaran seperti ini salah, dan bahwa orang harus merenungkannya dan mengubahnya? Ketika Paulus mengejar mahkota kebenaran, mengejar berkat, dan berupaya untuk masuk ke dalam kerajaan Surga, dia menganggap pengejaran akan manfaat-manfaat ini sebagai hal yang benar. Lalu, apa yang engkau semua perlihatkan dan wujudkan dalam kehidupan nyata yang menunjukkan bahwa engkau berada dalam keadaan yang sama? (Terkadang aku berusaha melakukan pekerjaan yang penting dan berkontribusi untuk rumah Tuhan. Aku mengira dengan mengejar hal-hal ini, Tuhan pada akhirnya akan menyempurnakanku. Aku menganggap pekerjaan yang kulakukan dan tugas-tugas yang kulaksanakan sebagai daftar pencapaian.) Ini adalah salah satunya aspeknya. Menganggap tugas-tugas yang kaulaksanakan sebagai daftar pencapaian adalah sama seperti mengejar mahkota kebenaran; itu adalah hal yang sama; itu adalah keadaan yang sama. Untuk itulah engkau bekerja dan menderita. Itulah yang mengarahkan sumber penderitaanmu, dan motivasimu untuk menderita. Jika engkau tidak memiliki hal-hal yang mengarahkanmu ini, engkau sama sekali tidak akan bertenaga; engkau akan kehabisan tenaga. Apakah ada lagi? (Menganggap kejadian masa lalu ketika aku meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan diriku, menderita, ditangkap dan masuk penjara, dan hal-hal semacam itu sebagai modal pribadi, dan sebagai dasar serta alasan untuk diberkati.) Ini hanyalah sebuah gambaran. Apa keadaan yang mendasarinya di sini? Situasi seperti apa yang membuatmu terjerumus dalam keadaan seperti ini? Engkau tidak akan berpikir seperti ini tanpa alasan. Tidak mungkin engkau selalu memikirkan hal ini ketika engkau sedang makan, tidur, atau melakukan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Engkau harus mengetahui apa latar belakang dan situasi yang membuatmu berada dalam keadaan ini. Katakan kepada-Ku. (Saat aku memperoleh sedikit hasil dalam tugasku, aku merasa telah banyak bepergian untuk Tuhan, mengorbankan diriku bagi-Nya, bekerja keras dan melakukan banyak hal bagi-Nya. Sama seperti Paulus, aku merasa bahwa aku telah melakukan pertandingan yang baik untuk Tuhan, dan telah berkontribusi. Pada saat inilah aku memperlihatkan ambisi dan keinginanku yang sebenarnya.) Sebenarnya, engkau pada awalnya bukannya tidak memiliki ambisi dan keinginan; keduanya tersembunyi di dalam hatimu sejak awal, dan sekarang keduanya muncul ke permukaan dan muncul dengan sendirinya. Ketika ini terjadi, engkau tidak lagi rendah hati, perkataanmu belat-belit, dan engkau menjadi congkak. Pandangan Paulus yang salah adalah sumber dari semua tindakannya. Karena pandangan yang mendasari kepercayaannya kepada Tuhan itu salah, maka dapat dipastikan bahwa sumber dari tindakannya pun salah. Namun, dia tidak menyadarinya, dan bahkan menganggapnya benar, jadi dia mengejar arah yang salah. Ini menyebabkan hasil pengejarannya menjadi bertolak belakang dengan apa yang dia inginkan; dia tidak mendapatkan hasil yang baik, dan dia tidak memperoleh kebenaran. Sama halnya dengan orang-orang zaman sekarang. Jika pandangan dan arah yang membimbing pengejaranmu selalu salah, tetapi engkau masih menganggapnya sebagai cara mengejar yang benar, apa yang pada akhirnya akan kauperoleh? Kemungkinan besar hasilnya akan mengecewakanmu atau membesar-besarkan naturmu. Sebagai contoh, jika Tuhan memberkatimu dengan cara yang istimewa, atau menganugerahkan sesuatu hanya kepadamu, engkau akan berpikir, "Lihat, Tuhan itu bermurah hati kepadaku. Ini membuktikan bahwa Tuhan berkenan atas semua yang telah kulakukan. Tuhan telah menerimanya. Pengorbanan dan upayaku tidak sia-sia. Tuhan tidak memperlakukan manusia dengan tidak adil." Beginilah caramu memahami Tuhan yang tidak memperlakukan manusia dengan tidak adil, dan caramu memahami berkat dan penerimaan-Nya, tetapi pemahaman ini salah dan menyimpang. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana mengubah niat, pandangan, dan pengejaran yang salah dan menyimpang ini menjadi pandangan dan pemikiran yang benar dan murni. Hanya dengan melakukan segala sesuatu berdasarkan pemikiran dan pandangan yang benar, barulah engkau akan mampu menerapkan kebenaran, dan itulah satu-satunya cara engkau dapat memperoleh kebenaran. Inilah yang terpenting.

Dengan sering mendengarkan khotbah, orang-orang kini mulai merenungkan diri mereka sendiri, dan membandingkan diri mereka terhadap firman Tuhan. Mereka mulai mengenali masalah yang mereka miliki dalam pelaksanaan tugas mereka, dan mampu mendeteksi keadaan yang tidak normal, keinginan yang berlebihan, dan kerusakan yang mereka perlihatkan dalam diri mereka. Mereka bukannya sama sekali tidak menyadarinya. Satu-satunya masalah adalah, ketika mereka mendeteksi bahwa mereka sedang berada dalam keadaan yang salah, atau sedang memperlihatkan kerusakan, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengekangnya, dan tidak mencari kebenaran untuk membereskannya. Terkadang, mereka hidup berdasarkan falsafah Iblis, tidak ingin menyinggung siapa pun, dan menganggap diri mereka cukup baik. Namun, mereka belum berubah secara nyata; mereka hanya membuang-buang hari-hari mereka, dan sebagai akibatnya, mereka tidak memiliki kesaksian pengalaman yang nyata untuk disampaikan bahkan setelah percaya kepada Tuhan selama sepuluh tahun, dan merasa malu karenanya. Masalah utama yang harus diselesaikan saat ini adalah bagaimana mengubah arah pengejaranmu yang salah. Engkau tahu dengan jelas bahwa jalan mengejar kebenaran adalah jalan yang benar, tetapi engkau bersikeras mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Bagaimana masalah ini dapat diselesaikan agar engkau mampu menempuh jalan mengejar kebenaran? Ini adalah masalah nyata yang orang percaya harus selesaikan. Engkau semua harus sering bersekutu tentang bagaimana engkau mengalami pekerjaan Tuhan, dan melihat siapa yang memiliki kesaksian pengalaman dalam hal mengejar kebenaran, dan kesaksian pengalaman siapa yang baik, kemudian menerimanya serta meneladaninya, sehingga engkau mendapatkan manfaat darinya dan membebaskan diri dari kekangan watak rusakmu. Menempuh jalan mengejar kebenaran bukanlah hal yang mudah—engkau harus mengenal dirimu sendiri, dan bukan hanya memahami pelanggaranmu; hal yang terpenting adalah memahami watak rusakmu, apa yang salah dengan preferensi dan pengejaranmu, dan apa konsekuensi yang dapat diakibatkannya. Ini adalah hal yang terpenting. Mayoritas orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Setiap hari, mereka berpikir tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin, bagaimana membuat orang lain mengagumi mereka, bagaimana mereka bisa pamer, dan bagaimana menjalani kehidupan yang bermartabat. Jika orang tidak mampu merenungkan hal-hal ini, tidak mampu melihat dengan jelas esensi dari hidup seperti ini, dan terus berada dalam keadaan bingung hingga entah berapa tahun kemudian ketika mereka menemui jalan buntu, tersandung dan akhirnya sadar, bukankah itu akan menunda hal penting dari pertumbuhan hidup mereka? Hanya setelah melihat dengan jelas watak rusak mereka dan jalan yang mereka pilih, barulah orang bisa masuk ke jalan mengejar kebenaran. Jika ini adalah dampak yang ingin mereka capai, bukankah penting untuk mengenal diri mereka sendiri? Ada orang-orang yang sama sekali tidak mengenal diri mereka sendiri, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat jelas tentang detail terkecil dari masalah orang lain, dan sangat mengenal diri orang lain yang sebenarnya. Lalu, saat mereka memeriksa diri orang lain yang sebenarnya, mengapa mereka tidak menggunakannya sebagai cermin untuk memeriksa diri mereka sendiri? Jika engkau selalu mengatakan orang lain congkak, merasa diri benar, licik, dan tidak tunduk pada kebenaran, tetapi tidak mampu melihat bahwa engkau pun demikian, berarti engkau berada dalam masalah. Jika engkau tidak pernah melihat masalahmu sendiri, dan sebanyak apa pun khotbah tentang kebenaran yang kaudengar, meskipun engkau memahami apa yang kaudengar, engkau tidak membandingkan dirimu sendiri terhadapnya, tidak mau memeriksa keadaanmu, dan tidak mampu menangani serta menyelesaikan masalahmu sendiri secara serius, maka engkau tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan. Jika orang selalu tidak mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, bukankah akan ada perasaan kosong di dalam hati mereka? Mereka tidak akan merasakan pekerjaan apa yang telah Tuhan lakukan dalam diri mereka, seolah-olah mereka tidak memiliki kesadaran. Mereka akan selalu berada dalam keadaan yang tidak jelas, dan pengejaran mereka tidak akan diarahkan pada tujuan atau arah yang benar. Mereka hanya akan mengejar berdasarkan preferensi mereka sendiri, dan menempuh jalan mereka sendiri. Ini sama seperti Paulus, yang hanya berfokus untuk mengejar upah dan mahkota, dan sama sekali tidak menerima atau menerapkan kebenaran. Jika pikiranmu selalu dalam keadaan samar, dan engkau tidak memiliki jalan pengejaran yang benar, itu berarti engkau belum memperoleh hasil apa pun setelah mendengarkan khotbah selama beberapa tahun, dan jalan yang benar tidak pernah berakar di dalam hatimu. Meskipun engkau mungkin tahu bagaimana mengkhotbahkan banyak doktrin, itu sama sekali tidak mampu membereskan keadaan negatif atau watak rusakmu. Ketika engkau menghadapi kesulitan apa pun, doktrin yang kaupahami tidak akan membantumu mengatasinya, atau melewatinya dengan lancar; itu tidak akan membantumu mengubah atau memperbaiki keadaanmu, tidak akan membiarkanmu hidup dengan kepekaan hati nurani, tidak akan memberimu kebebasan dan kemerdekaan, ataupun menghentikanmu agar tidak dikekang oleh apa pun. Engkau belum pernah berada dalam keadaan seperti ini sebelumnya, jadi ini membuktikan bahwa engkau pada dasarnya belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika engkau ingin masuk ke dalam kenyataan kebenaran, memahami firman Tuhan, memperoleh iman sejati kepada Tuhan, mengenal Tuhan, dan yakin bahwa Tuhan itu benar-benar ada, maka engkau harus membandingkan keadaanmu terhadap firman Tuhan, dan kemudian mencari jalan untuk menerapkan dan masuk ke dalam firman Tuhan. Ada orang-orang yang membaca firman Tuhan dan ingin membandingkan diri mereka terhadap firman Tuhan, tetapi sekeras apa pun mereka berusaha, mereka tidak mampu. Sebagai contoh, ketika Tuhan menyingkapkan bahwa watak manusia sangatlah congkak, mereka berpikir, "Aku sangat rendah hati dan tidak suka menonjol. Aku tidak congkak." Apa yang Tuhan maksud dengan kecongkakan? Ini adalah semacam watak, bukan perwujudan dari kepribadian yang angkuh, atau berbicara dengan suara lantang atau dengan cara yang sangat sombong. Sebaliknya, ini mengacu pada sesuatu di dalam watakmu—ini adalah watak di mana engkau tidak tunduk pada apa pun, dan meremehkan, memandang rendah, serta tidak memedulikan apa pun. Engkau congkak, sombong, merasa diri benar, selalu menganggap dirimu cakap, dan tidak mendengarkan siapa pun. Sekalipun engkau mendengar firman kebenaran, engkau tidak memedulikannya dan menganggap kebenaran tidak penting. Ketika engkau memperlihatkan watak yang rusak, engkau merasa itu bukan masalah dan bahkan menganggap tak seorang pun mampu menandingi dirimu, selalu menganggap dirimu lebih baik daripada orang lain, dan menuntut agar orang lain menuruti perkataanmu. Seperti inilah orang yang congkak dan merasa diri benar. Orang-orang semacam ini tidak memiliki jalan masuk kehidupan, dan tidak memiliki kenyataan kebenaran.

Bagaimana seharusnya orang menilai apakah seseorang memiliki kenyataan kebenaran atau tidak? Tentu saja, penilaian yang akurat harus dilakukan berdasarkan firman Tuhan. Pertama, lihatlah apakah engkau benar-benar mengenal dirimu sendiri, dan apakah engkau benar-benar memahami watak rusakmu atau tidak. Sebagai contoh, apakah watakmu congkak? Apakah engkau memperlihatkan watak congkak ketika melakukan sesuatu? Jika engkau tidak tahu, itu berarti engkau adalah orang yang tidak mengenal dirinya sendiri. Jika seseorang tidak mampu memahami keadaannya dengan jelas, tidak memiliki pemahaman sedikit pun tentang kerusakan yang dirinya perlihatkan, tidak mendasarkan perkataan dan perbuatannya pada kebenaran, tidak mengetahui yang sebenarnya tentang situasi yang dia hadapi, dan secara membabi buta mematuhi aturan ketika memandang segala hal, tetapi dengan tidak mengetahui apakah itu benar atau salah, berarti dia adalah orang yang tidak memahami kebenaran. Jika engkau memahami kebenaran, engkau akan mampu mengenal dirimu sendiri, tahu bahwa engkau memiliki watak yang congkak, mampu mengenali keadaanmu yang sebenarnya, sungguh-sungguh bertobat dan berubah, dan tahu cara menerapkan kebenaran. Namun, jika engkau tidak mengejar kebenaran, tidak memahami sisi nyata dari kebenaran firman Tuhan, tidak merenungkan esensi rusak manusia yang Tuhan singkapkan, atau membandingkan dirimu sendiri terhadap firman Tuhan, maka engkau akan selamanya menjadi orang yang bingung. Hanya kebenaran yang dapat membuatmu mampu mengetahui yang sebenarnya, dan membuatmu mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang hitam dan yang putih; hanya kebenaran yang dapat membuatmu menjadi cerdas dan rasional, memberimu hikmat, serta memberimu kemampuan untuk membedakan dengan jelas antara hal-hal yang positif dan hal-hal yang negatif. Jika engkau tidak mampu membedakan hal-hal ini dengan jelas, engkau akan selamanya menjadi orang yang bingung; engkau akan selalu berada dalam keadaan kacau, tidak tahu apa-apa, dan bingung. Orang-orang semacam ini tidak mungkin memahami kebenaran, dan sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, mereka tetap tidak mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika pelayanan mereka tidak sesuai dengan standar, mereka tidak punya pilihan selain diusir. Sebagai contoh, seseorang yang sangat terkenal melakukan sesuatu, dan kebanyakan orang melihatnya sebagai hal yang baik, tetapi jika seseorang yang memahami kebenaran melihatnya, dia akan mengetahui yang sebenarnya tentang hal tersebut, dan meyakini bahwa ada niat jahat yang tersembunyi di dalam tindakan orang terkenal tersebut—bahwa itu adalah kebaikan yang palsu, tipu daya, dan penipuan, dan hanya orang jahat atau raja setan yang dapat melakukan hal seperti itu. Apa dasar mengatakannya seperti ini? Esensi "hal baik" ini ditentukan berdasarkan kebenaran. Apa pun yang orang lain katakan, hanya dengan menggunakan kebenaran untuk menilainya, barulah engkau mampu melihat esensi hal tersebut dengan jelas: jika itu adalah hal yang baik, maka itu baik; jika itu adalah hal yang jahat, maka itu jahat. Menilainya berdasarkan firman Tuhan pasti akan akurat. Namun, jika engkau tidak memahami kebenaran, gagasan akan muncul dalam dirimu, dan engkau akan berkata, "Mengapa dia disingkapkan dan dihukum karena melakukan sesuatu yang baik? Dia tidak diperlakukan dengan adil!" Dengan cara seperti inilah engkau akan menilainya. Engkau tidak menggunakan kebenaran sebagai dasarmu dalam menilai hal ini, tetapi menggunakan imajinasi di dalam pikiranmu. Jika engkau selalu memandang hal-hal berdasarkan gagasan dan imajinasi manusia, engkau tidak akan pernah mampu melihat esensi masalahnya dengan jelas; engkau hanya akan disesatkan oleh apa yang kaulihat di luarnya. Jika engkau tidak memiliki kebenaran, apa pun yang kaulihat, pandanganmu akan selalu kacau, kabur, berkabut, dan tidak jelas, tetapi engkau merasa memiliki wawasan dan pemikiran yang mendalam. Ini berarti engkau tidak mengenal dirimu sendiri. Sebagai contoh, jika Tuhan mengatakan seseorang itu jahat dan harus dihukum, tetapi engkau berkata bahwa dia adalah orang yang baik dan telah melakukan hal-hal yang baik, bukankah perkataanmu sangat berlawanan dan bertentangan dengan firman Tuhan? Inilah yang terjadi jika orang tidak memahami kebenaran dan tidak mampu mengetahui yang sebenarnya. Ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi tidak memahami kebenaran. Mereka tidak teliti dalam hal apa pun, dan ada banyak hal yang tidak mampu mereka pahami dengan jelas. Mereka dengan mudah disesatkan oleh para pemimpin palsu dan antikristus; keadaan apa pun yang terjadi, asalkan ada orang jahat yang menyebabkan gangguan, mereka akan menjadi bingung dan tanpa sadar akan berbicara seperti yang akan dilakukan orang jahat tersebut. Hanya setelah orang jahat itu diungkapkan dan disingkapkan, barulah mereka sadar. Orang-orang semacam ini sering kali hidup dalam keadaan yang tidak tahu apa-apa dan esensi mereka adalah orang yang bingung. Orang-orang semacam ini tidak memiliki kualitas sedikit pun; mereka bukan saja tidak memahami kebenaran, melainkan mereka juga bisa disesatkan setiap saat, sehingga mereka tidak mungkin masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Ada orang-orang semacam ini di setiap gereja. Ketika seorang pemimpin palsu melakukan pekerjaan, mereka akan mengikutinya; ketika antikristus menyesatkan orang, mereka mengikutinya. Singkatnya, mereka akan mengikuti pemimpin siapa pun orangnya; mereka seperti wanita yang mengikuti suaminya dalam apa pun yang dilakukannya. Jika pemimpinnya orang yang baik, itu berarti mereka mengikuti orang yang baik; jika pemimpinnya orang yang jahat, itu berarti mereka mengikuti orang yang jahat. Mereka tidak memiliki pendapat atau pendirian sendiri. Oleh karena itu, jangan berharap orang semacam ini mampu memahami kebenaran atau masuk ke dalam kenyataan. Sudah bagus jika mereka bisa memberikan sedikit pelayanan. Roh Kudus bekerja dalam diri orang-orang yang mencintai kebenaran. Orang yang mencintai kebenaran semuanya adalah orang-orang berkualitas yang setidaknya mampu memahami firman Tuhan, dan memahami khotbah dan persekutuan rumah Tuhan. Sebanyak apa pun kebohongan dan kekeliruan yang ditaburkan dan disebarkan oleh dunia keagamaan, dan betapapun jahatnya kekuatan jahat antikristus dalam memfitnah, mengutuk, dan menganiaya gereja, orang-orang yang mencintai kebenaran tetap yakin bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan percaya bahwa khotbah, persekutuan, dan kesaksian pengalaman rumah Tuhan sesuai dengan kebenaran dan merupakan kesaksian yang nyata. Itulah yang dimaksud dengan memiliki kemampuan untuk memahami. Jika engkau menyadari bahwa semua firman yang Tuhan ucapkan adalah kebenaran dan kenyataan hidup yang harus manusia miliki, kesadaran ini membuktikan bahwa engkau telah memahami sebagian dari kebenaran tersebut. Jika engkau memahami bahwa semua kebenaran yang Tuhan ungkapkan adalah hal-hal yang positif dan merupakan kenyataan kebenaran, dan engkau yakin bahwa itu benar dan mengakui seratus persen bahwa memang benar demikian, itu berarti engkau telah memahami pekerjaan Tuhan. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami kebenaran; ini adalah sesuatu yang hanya dapat dicapai oleh orang yang dicerahkan oleh Roh Kudus. Orang yang benar-benar memahami kebenaran telah mengakui di lubuk hati mereka bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah positif, bahwa semua itu adalah kebenaran, dan semua itu sangat berharga bagi manusia. Orang yang benar-benar memahami kebenaran mampu melihat dengan jelas bahwa segala sesuatu di dunia orang-orang tidak percaya adalah negatif, dan bertentangan dengan kebenaran. Sebagus apa pun teori yang mereka sampaikan, semua itu menyesatkan dan merugikan manusia. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah positif, merupakan kebenaran, dan merupakan keselamatan bagi manusia. Segala sesuatu yang Iblis dan setan lakukan adalah negatif, keliru, dan tidak masuk akal, serta menyesatkan dan merugikan manusia; semua itu adalah kebalikan dari apa yang Tuhan lakukan. Jika engkau sepenuhnya memahami hal ini, berarti engkau mampu mengetahui yang sebenarnya. Jika engkau juga mampu mengejar kebenaran, menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, mengenal dirimu sendiri melalui firman Tuhan serta membandingkan dirimu sendiri terhadap firman Tuhan, melihat kerusakanmu sebagaimana adanya, membereskan watak rusak yang kauperlihatkan dalam setiap keadaan yang Tuhan atur untukmu, dan pada akhirnya mampu tidak hanya mengenal dirimu sendiri, tetapi juga mengetahui diri orang lain yang sebenarnya, dan mampu membedakan siapa di antara mereka yang benar-benar percaya kepada Tuhan, siapa yang adalah orang tidak percaya, siapa yang adalah pemimpin palsu, siapa yang adalah antikristus, dan siapa yang menyesatkan orang—jika engkau mampu menilai dan membedakan hal-hal ini secara akurat—itu berarti engkau memahami kebenaran dan memiliki kenyataan. Sebagai contoh, katakanlah kerabat atau orang tuamu adalah orang yang percaya kepada Tuhan, dan karena melakukan kejahatan, menimbulkan gangguan, atau tidak menerima kebenaran, mereka dikeluarkan. Namun, engkau tidak tahu yang sebenarnya mengenai mereka, tidak tahu mengapa mereka dikeluarkan, merasa sangat kesal, dan selalu mengeluh bahwa rumah Tuhan tidak memiliki kasih dan tidak adil terhadap orang. Engkau seharusnya berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, jadi menilai orang macam apa sebenarnya kerabatmu ini berdasarkan firman Tuhan. Jika engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan mampu menilai mereka secara akurat, dan engkau akan memahami bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah benar, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang adil. Dengan demikian, engkau tidak akan memiliki keluhan, engkau akan mampu tunduk pada pengaturan Tuhan, dan tidak akan berusaha membela kerabat atau orang tuamu. Intinya di sini bukanlah untuk memutuskan hubungan kekerabatanmu; ini hanya bertujuan untuk mengetahui orang macam apa mereka, sehingga engkau mengetahui yang sebenarnya mengenai mereka, dan mengetahui mengapa mereka dikeluarkan. Jika engkau benar-benar memahami hal-hal ini, dan pandanganmu benar dan selaras dengan kebenaran, engkau akan mampu berdiri di pihak Tuhan, dan pandanganmu tentang hal ini akan sepenuhnya sesuai dengan firman Tuhan. Jika engkau tidak mampu menerima kebenaran atau tidak memandang orang berdasarkan firman Tuhan, dan masih memandang orang berdasarkan hubungan kekerabatan dan dari perspektif lahiriah, maka engkau tidak akan pernah mampu menyingkirkan hubungan jasmani ini, dan akan tetap memperlakukan orang-orang ini sebagai kerabatmu—bahkan lebih dekat daripada saudara-saudarimu di gereja, dan jika itulah yang terjadi, akan ada pertentangan antara firman Tuhan dan pandanganmu terhadap keluargamu dalam hal ini—bahkan akan ada konflik, dan dalam keadaan seperti itu, mustahil bagimu untuk berdiri di pihak Tuhan, dan engkau akan memiliki gagasan dan kesalahpahaman tentang Tuhan. Oleh karena itu, jika orang ingin mencapai kesesuaian dengan Tuhan, pertama-tama, pandangan mereka tentang segala hal harus sesuai dengan firman Tuhan; mereka harus mampu memandang orang dan hal-hal berdasarkan firman Tuhan, menerima bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan mampu mengesampingkan gagasan tradisional tentang manusia. Siapa pun atau masalah apa pun yang kauhadapi, engkau harus mampu mempertahankan perspektif dan pandangan yang sama dengan Tuhan, dan perspektif serta pandanganmu harus selaras dengan kebenaran. Dengan demikian, pandanganmu dan caramu memperlakukan orang tidak akan bertentangan dengan Tuhan, dan engkau akan mampu tunduk kepada Tuhan dan sesuai dengan Tuhan. Orang-orang semacam itu tidak akan pernah bisa lagi menentang Tuhan; merekalah orang-orang yang ingin Tuhan dapatkan.

Langkah pertama untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan merenungkan dirimu sendiri berdasarkan firman Tuhan, dan membandingkan semua dari beragam keadaanmu terhadap firman-Nya. Jika engkau ingin masuk lebih dalam, engkau harus menelaah dan memahami watak rusakmu secara lebih mendalam. Apa yang harus kaulakukan setelah engkau memahaminya? Engkau harus mencari cara untuk melakukan penerapan secara nyata, dan memikirkan bagaimana engkau dapat menerapkan kebenaran dan membuang watak rusakmu; inilah jalan yang benar. Ada orang-orang yang menjadi negatif setelah mengenal diri mereka sendiri; mereka menangis tersedu-sedu karena mereka telah diusir dan karena merupakan pelaku pelayanan dan kontras, dan bahkan tidak mau melaksanakan tugas mereka. Orang-orang macam apa mereka ini? Mereka adalah orang-orang yang tidak masuk akal dan terlalu emosional. Jadi, bagaimana cara terbaik memperbaiki sikap seperti ini? Setidaknya, mereka tidak boleh menangis atau membuat keributan, dan terlebih lagi, mereka tidak boleh menyerah atau mengeluh tentang Tuhan. Hal terpenting yang harus mereka lakukan adalah mencari kebenaran dan memahami apa sebenarnya kehendak Tuhan, tindakan apa yang paling bernalar, dan jalan apa yang harus mereka pilih; hal-hal ini adalah yang terpenting untuk mereka lakukan. Orang paling mudah kehilangan nalar mereka ketika mereka selalu dikendalikan oleh niat untuk diberkati. Orang yang tidak bernalar adalah orang yang paling menyedihkan, sedangkan orang yang dalam segala hal memilih untuk tunduk kepada Tuhan dan hanya berusaha untuk memuaskan Tuhan adalah orang yang paling bernalar dan paling berhati nurani. Ketika orang disingkapkan oleh Tuhan, bagaimana seharusnya mereka menghadapinya, dan pilihan apa yang harus mereka ambil? Mereka harus mencari kebenaran, dan dalam keadaan apa pun, mereka tidak boleh menjadi bingung. Mengalami penghakiman dan hajaran Tuhan, serta menyadari kerusakanmu sebagaimana adanya adalah baik bagimu, jadi mengapa engkau bersikap negatif? Tuhan menyingkapkanmu agar engkau mengenal dirimu sendiri, dan untuk menyelamatkan dirimu. Sebenarnya, watak rusak yang kauperlihatkan berasal dari naturmu. Bukan berarti Tuhan ingin menyingkapkanmu, tetapi jika Dia tidak menyingkapkanmu, bukankah engkau akan tetap memperlihatkan watak yang rusak? Sebelum engkau percaya kepada Tuhan, Dia selama itu tidak menyingkapkanmu, jadi bukankah engkau sepenuhnya hidup berdasarkan watak rusak Iblis dalam dirimu? Engkau adalah orang yang hidup berdasarkan watak Iblis. Engkau seharusnya tidak terlalu terkejut dengan hal-hal ini. Ketika engkau memperlihatkan sedikit kerusakan, itu membuatmu sangat ketakutan, dan engkau mengira semuanya sudah berakhir bagimu, bahwa Tuhan tidak menginginkanmu, dan semua yang telah kaulakukan sia-sia. Jangan terlalu berlebihan. Manusia yang rusaklah yang Tuhan selamatkan, bukan robot. Apa yang Kumaksud dengan manusia yang rusak? Yang Kumaksud adalah orang-orang yang memperlihatkan watak rusak Iblis, yang congkak dan merasa diri benar, tidak menerima kebenaran, mampu menentang dan memberontak terhadap Tuhan, bermusuhan terhadap-Nya, dan yang mampu mengikuti jejak langkah Paulus. Manusia seperti inilah yang Tuhan selamatkan. Jika engkau ingin menerima penyelamatan Tuhan dan memperoleh keselamatan, engkau harus menghadapi watak rusak yang ada di dalam hatimu, menghadapi watak rusak yang kauperlihatkan setiap hari, dan setiap hari engkau harus mencari kebenaran dan merenungkan dirimu sendiri, membandingkan dirimu terhadap firman Tuhan, berlatih untuk mengenali dan menelaah watak rusak yang kauperlihatkan, dan melawannya. Ada orang-orang yang melawannya beberapa kali tetapi selalu kalah, lalu berkata, "Mengapa aku selalu memperlihatkan kecongkakan? Mengapa orang lain tidak?" Sebenarnya, semua orang memperlihatkan kecongkakan. Ketika orang lain memperlihatkannya, engkau tidak mengetahuinya, tetapi mereka mengetahuinya. Atau, mungkin saja mereka sendiri tidak tahu kapan mereka memperlihatkan kecongkakan, tetapi Tuhan tahu. Selain itu, ada hal lain yang harus orang ingat: Tuhan membereskan watak rusak manusia; Dia bukan membereskan cara mereka melakukan segala sesuatu. Tuhan tidak membenci niat sesaat yang kaumiliki ketika melakukan sesuatu, atau cara tertentu dalam melakukan sesuatu, atau jika engkau terkadang malas atau tidak mau membayar harga; ini bukanlah hal-hal yang Tuhan benci. Yang Tuhan benci adalah watak rusakmu. Setiap kali engkau merasa sedang memperlihatkan watak yang rusak, engkau harus menyadarinya sendiri sebelum Tuhan mendisiplinkanmu. Engkau tidak boleh menebak-nebak apakah Tuhan membencimu atau telah mengusirmu; engkau harus menyadari masalahmu, lalu mencari cara bagaimana engkau harus bertobat, dan cara menerapkan kebenaran seperti apa yang akan menghasilkan perubahan. Inilah yang diwujudkan orang yang memiliki nalar normal. Hal pertama yang harus kausadari adalah, "Perkataanku ini tidak masuk akal dan memperlihatkan kecongkakan. Aku tidak mampu melaksanakan tugas ini, tetapi aku menyombongkan diriku sendiri dan berkata bahwa aku mampu, jadi bukankah itu hanyalah bualan? Berbual dan menyombongkan diriku sendiri menunjukkan bahwa aku memiliki watak yang congkak." Tuhan tidak menghukummu karena berbual, tetapi apakah itu berarti engkau boleh membiarkannya begitu saja? Tidak, engkau tidak boleh membiarkannya begitu saja. Engkau harus menelaah hal ini, dan berkata, "Mengapa aku begitu pandai menyombongkan diri dan berbual? Mengapa aku berbual tentang hal-hal yang tidak mampu kulakukan, atau hal-hal yang bahkan aku sendiri pun tidak tahu apakah aku mampu melakukannya? Mengapa aku memiliki kelemahan ini?" Ini bukanlah suatu kelemahan. Kelemahan adalah kebiasaan buruk di tingkat permukaan. Berbual adalah salah satu cara watak congkak memperlihatkan dirinya; watak Iblis dalam dirimulah yang mengendalikanmu untuk hidup dalam keadaan seperti ini—engkau sepenuhnya dikendalikan oleh watakmu. Jika engkau mampu menekannya, dan tidak memperlihatkan watak yang congkak, apakah itu berarti engkau tidak lagi memiliki watak yang congkak? Apakah itu berarti watak congkakmu sudah tidak ada lagi? Hal ini tentu tidak sesederhana itu. Yang membuatmu tidak congkak bukanlah hanya dengan mengubah caramu melakukan sesuatu, secara lahiriah menaati aturan dan berperilaku baik, tidak bersikap sombong, dan berbudaya. Semua itu hanyalah topeng, dan menambah masalah baru selain bersikap congkak, dan akibatnya malah lebih merepotkan. Jika engkau ingin membereskan watak congkakmu, dan membereskan segala macam watak rusakmu, engkau harus mencari kebenaran untuk membereskannya saat engkau melaksanakan tugasmu. Inilah cara yang benar. Sebagai contoh, misalkan pemimpin mengatur agar engkau melaksanakan tugas tertentu, dan setelah mendengarkan, engkau berkata dengan angkuh, "Aku sudah pernah melaksanakan tugas seperti ini sebelumnya. Ini akan sangat mudah!" Namun tak lama kemudian, engkau menyadari bahwa engkau memperlihatkan kecongkakan, dan bahwa cara berpikir seperti ini salah, lalu segera berdoa dan menyesuaikan pemikiranmu, berkata, "Ya Tuhan! Aku telah kembali memperlihatkan kecongkakan. Kumohon pangkaslah aku; aku bersedia melaksanakan tugasku dengan baik." Inilah hal pertama yang harus kaulakukan. Lalu, bagaimana seharusnya engkau memperlakukan tugasmu? Engkau berpikir, "Aku melakukan ini untuk Tuhan, dan aku melakukannya di dalam hadirat-Nya, jadi aku harus menanganinya dengan hati-hati. Aku tidak boleh mengacaukannya. Jika aku mengacaukannya, itu akan sangat memalukan!" Kemudian, engkau merenungkannya, dan berpikir, "Tidak, itu tidak benar. Mengapa aku harus takut mempermalukan diriku sendiri?" Keadaan ini juga tidak benar; engkau sudah mulai tersesat. Bagaimana seharusnya engkau memperbaikinya? Arah benar mana yang harus kautuju? Sekali lagi, ini ada hubungannya dengan menerapkan kebenaran untuk membereskan masalah. Engkau seharusnya berpikir, "Aku tidak takut mempermalukan diriku sendiri. Yang terpenting aku tidak boleh merugikan pekerjaan gereja," dan keadaanmu telah berbalik. Namun, jika engkau kemudian berpikir, "Bagaimana jika aku merugikan pekerjaan gereja dan dipangkas? Aku akan kehilangan harga diriku," keadaanmu akan salah lagi. Bagaimana hal ini dapat dibereskan? Dalam hatimu, engkau harus berpikir, "Aku tidak pernah menganggap penting tugasku, aku malas mengerjakannya, dan aku sangat congkak. Aku pantas untuk dipangkas. Aku harus berdoa kepada Tuhan dan membiarkan Dia bekerja. Aku ini orang yang sulit ditangani, tetapi Tuhan itu mahakuasa dan tidak ada yang mustahil bagi-Nya, jadi aku akan mengandalkan Tuhan." Ini sikap yang benar; cara penerapan seperti ini benar. Tuhan telah mengaruniakan bakat-bakat tertentu kepadamu, dan membiarkanmu memperoleh beberapa pengetahuan, tetapi memperoleh pengetahuan ini bukan berarti engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan baik. Bukankah inilah kenyataannya? (Ya.) Bagaimana seseorang sampai pada kesimpulan ini? (Melalui pengalaman.) Pengalaman seperti ini memberimu pelajaran, dan memberimu wawasan, yaitu bahwa apa yang Tuhan karuniakan kepada manusia bukanlah sesuatu yang mereka miliki secara bawaan, dan juga bukan modal mereka; Tuhan dapat mengambil apa yang telah Dia berikan kepada mereka setiap saat. Jika Tuhan ingin menyingkapkan dirimu, betapapun berbakatnya dirimu dalam suatu hal, engkau akan lupa dan tidak mampu menggunakannya—engkau tidak akan menjadi apa-apa. Jika, pada saat ini, engkau berdoa, "Tuhan, aku bukan apa-apa. Aku memiliki kemampuan ini hanya karena Engkau yang mengaruniakannya kepadaku. Kumohon berilah aku kekuatan! Berkati dan bimbinglah aku, agar aku tidak merugikan pekerjaan-Mu." Apakah ini cara berdoa yang benar? (Tidak.) Perubahan apa yang harus kaulakukan pada saat ini? Katakanlah dalam doamu, "Ya Tuhan! Aku bersedia tunduk pada pengaturanmu. Aku tidak boleh selalu merasa bahwa aku benar. Meskipun aku mengetahui beberapa hal tentang bidang pekerjaan ini, dan memiliki beberapa keahlian dalam bidang tersebut, bukan berarti aku mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik. Karena gangguan dari watak rusakku, aku terbiasa melakukan segala sesuatunya dengan asal-asalan dan ceroboh, dan tidak melaksanakan tugasku dengan serius. Aku tidak mampu mengendalikan diriku sendiri, tak mampu mengendalikan tindakan dan perasaanku. Kumohon agar Engkau melindungi dan membimbingku. Aku bersedia tunduk kepada-Mu, berupaya sebaik mungkin, dan memuliakan-Mu." Jika engkau melaksanakan tugasmu dengan baik, dan memberikan delapan puluh persen pujian kepada Tuhan dan dua puluh persen pada dirimu sendiri, apakah itu benar? (Tidak.) Pembagian seperti ini tidak masuk akal. Jika Tuhan tidak bekerja, mungkinkah engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan baik? Sama sekali tidak, karena engkau bukan saja tidak memiliki kebenaran, melainkan engkau juga memiliki watak yang rusak. Keadaan rusak seperti apa pun yang ada di dalam hati manusia, mereka harus selalu merenungkan diri mereka sendiri, dan mencari kebenaran untuk membereskannya. Setelah watak rusak mereka dibereskan, keadaan mereka akan menjadi normal.

Terkadang, pemikiran atau gagasan yang keliru akan muncul di dalam hati manusia, dan itu mengganggu hati mereka. Mereka terjebak dalam keadaan itu, dan tidak mampu keluar darinya selama satu atau dua hari. Apa yang harus orang lakukan pada saat seperti ini? Engkau harus mencari kebenaran untuk membereskan situasi tersebut. Pertama, engkau harus memahami dengan jelas bagaimana pemikiran atau gagasan yang keliru itu muncul, bagaimana itu menguasaimu, menjadikanmu negatif dan depresi, dan membuatmu memperlihatkan segala macam pemberontakan dan keburukan. Kemudian, setelah engkau menyadari bahwa hal-hal ini dikendalikan oleh watak rusakmu, dan bahwa Tuhan membencinya, engkau harus menenangkan dirimu sendiri di hadapan Tuhan dan berdoa, "Tuhan, kumohon disiplinkanlah aku dan biarlah aku memetik pelajaran yang perlu kupetik. Aku tidak takut disingkapkan, dan aku juga tidak takut dipermalukan atau kehilangan muka. Yang kutakutkan hanyalah jika tindakanku akan melanggar ketetapan administratif-Mu, dan tidak berkenan bagi-Mu." Inilah jalan yang benar, tetapi apakah engkau memiliki tingkat pertumbuhan untuk menempuh jalan ini? (Tidak.) Jika engkau tidak memiliki tingkat pertumbuhan, apakah itu berarti engkau tidak dapat mendoakan hal ini? Karena ini adalah jalan yang benar, engkau seharusnya mendoakan hal ini. Sekarang ini, tingkat pertumbuhan manusia rendah, mereka harus sering datang ke hadapan Tuhan, mengandalkan Tuhan, dan membiarkan Tuhan makin melindungi mereka dan makin mendisiplinkan mereka. Setelah tingkat pertumbuhan mereka bertumbuh, dan mereka mampu memikul beban serta melaksanakan lebih banyak tugas, Tuhan tidak perlu terlalu mengkhawatirkan mereka, dan tidak perlu selalu melindungi, mendisiplinkan, menguji, atau mengawasi mereka. Ini adalah masalah hati, dan Tuhan melihat hati manusia. Tuhan tidak peduli seberapa baik perilakumu atau seberapa taat engkau secara lahiriah; Dia melihat sikapmu. Mungkin engkau tidak mengatakan apa pun sepanjang hari, tetapi sikap apa yang ada di dalam hatimu? "Aku telah diberi tugas ini, jadi aku bertanggung jawab untuk melaksanakannya dengan baik, tetapi aku punya kebiasaan tak mampu mengendalikan diriku, dan aku selalu melakukan apa yang kusuka. Aku tahu aku punya masalah ini, tetapi aku tidak mampu mengendalikan diriku. Aku ingin Tuhan mengatur lingkunganku, dan menyingkirkan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarku yang dapat menggangguku, memengaruhi pelaksanaan tugasku, atau memengaruhiku dalam menerapkan kebenaran, sehingga aku tidak akan jatuh ke dalam pencobaan, mampu menerima ujian dari Tuhan, dan mampu menerima pendisiplinan-Nya." Engkau harus memiliki hati yang bersedia tunduk. Jika pemikiran-pemikiran seperti ini ada di dalam hatimu, bagaimana mungkin Tuhan tidak melihatnya? Bagaimana mungkin Dia tidak memedulikannya? Jadi, Tuhan pasti bertindak. Terkadang, ketika engkau berdoa seperti ini sekali atau dua kali, Tuhan tidak mengindahkanmu. Ketika Dia menguji pekerjaan dan ketulusan seseorang, Dia tidak akan mengatakan apa pun, tetapi ini bukan berarti apa yang kaulakukan itu salah. Dalam situasi apa pun, engkau tidak boleh mencobai Tuhan. Jika engkau selalu mencobai Tuhan dan berkata, "Apakah tindakanku benar? Apakah Engkau melihatnya, Tuhan?" maka engkau berada dalam masalah. Ini adalah keadaan yang salah. Engkau hanya perlu berfokus untuk mengambil tindakan. Entah Tuhan sedang mendisiplinkanmu, menuntunmu, mengujimu, atau membimbingmu, jangan perhatikan hal itu. Engkau hanya perlu berfokus untuk berusaha menerapkan kebenaran yang kaupahami, dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Itu sudah cukup. Seperti apa pun hasilnya, sering kali itu bukan tanggung jawabmu. Apa tanggung jawabmu? Melaksanakan tugas yang seharusnya kaulaksanakan, menggunakan waktu yang seharusnya kaugunakan, dan membayar harga yang seharusnya kaubayarkan. Itu sudah cukup. Apa pun yang berkaitan dengan kebenaran harus kautelaah, dan engkau harus berupaya lebih keras untuk memahaminya. Yang penting, manusia haruslah menempuh jalan yang seharusnya mereka tempuh. Ini sudah cukup. Inilah yang seharusnya orang lakukan. Sedangkan mengenai sampai sejauh mana tingkat pertumbuhanmu, ujian apa yang harus kaulalui, pendisiplinan apa yang harus kaualami, situasi apa yang harus kaualami, dan bagaimana Tuhan berdaulat, engkau tidak perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Tuhan akan melakukannya. Jika engkau berkata, "Tingkat pertumbuhanku kecil. Jangan membuatku menjalani ujian apa pun ya Tuhan, aku takut!" Akankah Tuhan mengabulkan doa seperti ini? (Tidak.) Tidak perlu bagimu untuk khawatir. Jika engkau berkata, "Tingkat pertumbuhanku sangat besar, dan aku memiliki iman yang besar. Tuhan, mengapa Engkau tidak memberiku beberapa ujian? Ujilah aku seperti yang Engkau lakukan terhadap Ayub dan ambillah semua milikku!" Tuhan tidak akan melakukan hal itu. Engkau tidak mengetahui tingkat pertumbuhanmu sendiri, tetapi Tuhan tahu betul dan itu sangat jelas bagi-Nya; Dia dapat melihat hati setiap orang. Dapatkah manusia melihat hati Tuhan? (Tidak.) Manusia tidak dapat melihat hati Tuhan, jadi bagaimana mereka dapat memahami Tuhan dan bekerja sama dengan-Nya? (Melalui firman-Nya.) Dengan memahami firman-Nya, melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan berdiri di posisi yang benar sebagai manusia. Apakah yang dimaksud dengan tugas manusia? Tugas manusia adalah pekerjaan yang harus manusia laksanakan dan yang mampu dilaksanakannya. Ini adalah tugas-tugas yang telah Tuhan berikan kepadamu. Apa sajakah tugas yang telah diberikan kepadamu? Di satu sisi, tugas yang diberikan adalah bidang pekerjaan yang engkau sudah terbiasa dengannya, tugas-tugas yang gereja berikan kepadamu, tugas-tugas yang harus kaulaksanakan, dan tugas-tugas yang berada dalam lingkup kemampuanmu untuk melaksanakannya. Di sisi lain, tugas itu berkaitan dengan masalah jalan masuk kehidupan. Engkau harus mampu menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Engkau hanya perlu berfokus untuk melakukan penerapan dan masuk ke dalam kebenaran. Jangan memperhatikan penilaian orang lain terhadapmu atau bagaimana Tuhan memandangmu. Engkau tidak perlu memperhatikan hal-hal ini, juga tidak perlu bagimu untuk menaruh perhatian pada hal-hal ini—ini bukanlah hal-hal yang harus kaukhawatirkan. Manusia tidak memiliki hak untuk menentukan nasib baik, kemalangan, umur panjang, semua hal yang mereka alami dalam hidup mereka, keberuntungan mereka, atau kehidupan mereka; tak seorang pun mampu mengubah hal-hal ini. Engkau harus memahami hal ini dengan jelas. Tuhan berdaulat atas hal-hal ini. Manusia mutlak harus mengenali dan memahami hal ini dengan jelas di dalam hati mereka. Jangan mewakili Tuhan mengkhawatirkan dirimu dengan apa pun; jangan berusaha memutuskan apa yang Tuhan ingin lakukan. Engkau hanya perlu berfokus menangani apa yang harus kaulakukan secara efektif, apa yang harus kaumasuki, dan jalan yang harus kautempuh. Itu sudah cukup. Mengenai apa tempat tujuanmu kelak, apakah engkau yang menentukannya? (Tidak.) Jadi, bagaimana engkau dapat menyelesasikan masalah ini? Di satu sisi, dengan melakukan semua yang seharusnya kaulakukan setiap hari dengan baik, dan melaksanakan tugasmu sebagai manusia. Inilah amanat yang Tuhan berikan kepada semua orang. Engkau datang ke dunia ini, dan Tuhan telah menuntunmu selama ini—entah Dia telah memberimu berbagai macam karunia, atau membinamu dan memberimu bakat atau kemampuan tertentu, ini menunjukkan bahwa Tuhan telah memberimu amanat. Jelas sekali amanat apa yang telah Tuhan berikan kepadamu, dan Tuhan tidak perlu memberitahukannya kepadamu secara langsung. Sebagai contoh, jika engkau memahami bahasa Inggris, maka Tuhan pasti memiliki tuntutan terhadapmu di bidang ini. Ini adalah tugasmu. Tuhan tidak perlu berseru dari Surga dan berkata kepadamu secara langsung, "Tugasmu adalah menerjemahkan, dan jika engkau tidak melakukannya, Aku akan menghukummu." Tidak perlu mengatakan ini. Hal ini sudah sangat jelas bagimu karena Tuhan telah memberimu akal sehat, proses berpikir dan pemikiran, serta kemampuan untuk memahami bahasa ini. Itu sudah cukup. Yang telah Tuhan berikan kepadamu adalah apa yang Dia perintahkan kepadamu untuk kaulakukan, dan ini sangat jelas bagimu di dalam hatimu. Selama proses melaksanakan tugasmu, dan selama proses menerima amanat Tuhan, engkau harus menerima segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan kepadamu, termasuk bimbingan, penyiraman, dan perbekalan positif yang telah Dia berikan kepadamu. Misalnya, dengan sering makan dan minum firman Tuhan, mendengarkan khotbah, menjalani kehidupan bergereja, mempersekutukan kebenaran, dan bekerja sama secara harmonis dengan orang lain saat melaksanakan tugas. Di sisi lain, melalui jalan masuk kehidupanmu sendiri─inilah yang terpenting. Ada orang-orang yang selalu ingin tahu apakah mereka memiliki hidup atau tidak, dan apakah mereka efektif atau tidak. Merenungkan sejenak hal-hal ini adalah baik, tetapi jangan berfokus pada hal-hal ini. Ini seperti menanam tanaman setiap tahun—tidak ada petani yang mengatakan berapa banyak hasil yang harus dihasilkan pada tahun itu, dan jika mereka tidak mencapai hasil tersebut, mereka akan mati. Mereka tidak sebodoh ini. Mereka semua menabur benih pada musimnya, lalu menyiraminya, memupuknya, dan merawatnya seperti biasa. Jadi, jika musimnya tepat, mereka dijamin bisa panen. Engkau harus memiliki iman seperti ini; inilah iman yang sejati kepada Tuhan. Jangan terlalu perhitungan dengan Tuhan dan berkata, "Aku sudah berusaha keras selama ini, akankah Tuhan memberiku upah?" Tidak boleh selalu meminta upah, seperti pegawai kantor yang meminta gaji di akhir bulan. Selalu meminta upah tidak dapat diterima. Iman manusia terlalu lemah, dan mereka tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Setelah engkau memahami dengan jelas bahwa jalan mengikuti Tuhan adalah jalan menuju keselamatan, dan merupakan kehidupan yang sejati, bahwa inilah jalan yang benar yang harus orang tempuh, dan kehidupan yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan, engkau hanya perlu berfokus mengejar kebenaran dan berusaha masuk ke dalam kenyataan, mendengarkan firman Tuhan, dan berjalan serta bertindak ke arah yang Tuhan tunjukkan kepadamu. Inilah yang benar. Jangan selalu bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, berapa lama lagi aku harus mengikutimu sampai akhir? Kapan aku akan diselamatkan? Kapan aku akan diberi upah dan mendapatkan mahkota? Kapan hari Tuhan akan tiba?" Semua ini adalah keadaan yang manusia alami, tetapi apakah ini berarti hal itu benar? (Tidak.) Ada orang-orang yang berkata, "Hukum tidak dapat ditegakkan jika semua orang adalah pelakunya", tetapi pepatah ini adalah sebuah kekeliruan, itu tidak masuk akal, dan tidak sesuai dengan kebenaran. Fakta bahwa semua orang mengalami keadaan ini membuktikan bahwa semua orang memiliki watak yang rusak, jadi mereka harus membereskan masalah ini dan mengatasi rintangan ini. Engkau harus selalu memeriksa dirimu sendiri di dalam hatimu, tidak berfokus memeriksa keadaan orang lain, dan ketika engkau memeriksa dirimu sendiri, engkau harus membereskan keadaan rusak apa pun yang kaumiliki. Pikiran manusia bersifat dinamis, dan selalu aktif berpikir—suatu saat mereka condong ke kiri, dan pada saat lainnya mereka condong ke kanan; cara berpikir mereka selalu agak melenceng. Mereka tidak menempuh jalan yang benar. Mereka bersikeras mengikuti orang lain, mengikuti tren jahat di dunia, dan menempuh jalan yang salah. Ini adalah esensi natur manusia, dan mereka tidak mampu mengendalikannya sekalipun mereka menginginkannya. Jika engkau tidak mampu mengendalikannya, maka jangan mengendalikannya. Ketika muncul niat atau pandangan yang salah, maka luruskanlah itu. Dengan demikian, kerusakan yang kauperlihatkan akan secara berangsur berkurang. Jadi, bagaimana caramu membereskannya? Dengan berdoa, dan terus-menerus memperoleh pemahaman serta membalikkan keadaanmu. Terkadang, bagaimanapun engkau berusaha membalikkan keadaanmu, hal-hal itu muncul, jadi abaikan semua itu, dan lakukan saja apa yang seharusnya kaulakukan. Ini adalah cara yang termudah. Jadi, apa yang harus orang lakukan? Melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan terus melaksanakan tugas mereka. Engkau tidak boleh menolak amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu; engkau harus menyelesaikannya dengan baik. Selain itu, dalam hal jalan masuk kehidupan masing-masing orang, engkau harus berusaha sebaik mungkin untuk berjuang mengejar kebenaran sembari melaksanakan tugasmu, dan bekerja keras untuk mencapai tingkat jalan masuk apa pun yang kaubisa. Apakah pada akhirnya engkau sesuai standar yang diharapkan atau tidak, itu akan ditentukan oleh Tuhan. Perasaan dan keputusan manusia tidak ada gunanya. Manusia tidak dapat menentukan nasib mereka sendiri, dan tidak mampu menilai perilaku mereka, atau menentukan seperti apa kesudahan akhir mereka kelak. Hanya Tuhan yang dapat menilai dan menentukan hal-hal ini. Engkau harus percaya bahwa Tuhan itu adil. Meminjam perkataan orang tidak percaya, engkau harus berani bertindak, berani mempertanggungjawabkan perbuatanmu, berani menghadapi kenyataan, dan mampu bertanggung jawab. Orang yang berhati nurani dan bernalar seharusnya melaksanakan tugas mereka dengan baik dan bertanggung jawab.

Sangatlah penting bagi manusia untuk sering memeriksa diri mereka sendiri, dan sangatlah penting bagi manusia untuk menerima pemeriksaan Tuhan. Selain itu, sangatlah penting bagi manusia untuk mencari kebenaran, membalikkan keadaan dan pandangan mereka, dan keluar darinya saat mereka memeriksa diri mereka sendiri dan mendapati bahwa mereka memiliki keadaan yang salah atau pandangan yang keliru. Dengan cara ini, tanpa kausadari, engkau akan makin jarang mengalami keadaan yang salah, dan engkau akan makin mengenali keadaan yang sedang kaualami. Setelah engkau membalikkan keadaanmu yang salah, hal-hal positif di dalam dirimu akan bertambah, dan engkau akan melaksanakan tugasmu dengan kemurnian yang makin besar. Meskipun di luarnya, cara bicaramu dan kepribadianmu akan tetap sama seperti sebelumnya, watak hidupmu telah berubah. Dalam hal apa perubahan ini akan terlihat? Engkau akan mampu mengikuti prinsip-prinsip kebenaran ketika melakukan sesuatu dan ketika melaksanakan tugasmu, dan engkau akan mampu memikul tanggung jawab dalam hal-hal tersebut; ketika engkau melihat orang lain melakukan sesuatu dengan asal-asalan, engkau akan marah, dan ketika engkau melihat fenomena yang jahat, serta perbuatan yang pasif, negatif, tidak pantas, dan jahat yang memperlihatkan watak-watak yang rusak, engkau akan membencinya. Makin sering engkau melihat hal-hal ini, makin engkau akan merasa tidak suka, dan makin engkau akan mampu mengenalinya. Ketika engkau melihat ada orang-orang yang sudah sangat lama percaya kepada Tuhan, dan yang mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin dengan sangat jelas, tetapi tidak melakukan pekerjaan nyata dan tidak memiliki prinsip, engkau akan marah dan membencinya. Khususnya, ketika engkau melihat para pemimpin dan pekerja yang tidak melakukan pekerjaan nyata, yang selalu mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin, dan yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tetapi tidak pernah berubah, engkau akan mampu mengenali mereka, engkau akan mampu menyingkapkan dan melaporkan mereka, dan engkau akan memiliki rasa keadilan. Engkau bukan saja akan membenci dirimu sendiri, tetapi engkau juga akan merasa benci ketika hal-hal yang jahat dan tidak adil ini terjadi. Ini akan membuktikan bahwa telah terjadi perubahan dalam dirimu. Engkau akan mampu menelaah masalah dan memperlakukan orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarmu dari perspektif kebenaran, dengan berpihak pada Tuhan, dan dari perspektif hal-hal yang positif—ini akan memperlihatkan bahwa telah terjadi perubahan dalam dirimu. Jadi, akankah engkau masih membutuhkan Tuhan untuk menilai dirimu? Tidak—engkau sendiri yang akan mampu merasakannya. Sebagai contoh, sebelumnya, jika engkau melihat seseorang melakukan sesuatu dengan asal-asalan, engkau berpikir, "Itu normal. Aku pun demikian. Jika dia tidak melakukan segala sesuatu dengan cara seperti itu, maka itu akan membuatku terlihat sepertinya aku sedang melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan." Semua orang melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, jadi engkau merasa engkau sudah cukup baik. Pada saat ini, engkau tidak akan lagi berpikir seperti itu. Engkau akan berpikir, "Melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan tidak dapat diterima. Pekerjaan rumah Tuhan itu penting. Sebelumnya aku sudah cukup memberontak karena melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan—mengapa engkau semua bersikap seperti aku, dan melakukan segala sesuatu dengan cara seperti itu juga?" Engkau akan menganggap bahwa sebelumnya engkau begitu bodoh dan tidak dewasa, bahwa caramu memandang segala sesuatu begitu hina dan memalukan, dan tidak mungkin engkau dapat mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan, dan hati nuranimu tidak akan mampu melupakannya. Fakta bahwa engkau akan mampu memiliki pemikiran dan perasaan seperti ini akan membuktikan bahwa kebenaran dan firman Tuhan telah berakar dan bertunas di dalam dirimu. Perspektif yang kaugunakan dalam memandang berbagai hal, dan standar yang kaugunakan untuk menilai segala sesuatu akan berubah. Engkau sudah menjadi orang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya, saat engkau hidup dalam watak rusakmu. Engkau sudah berubah secara nyata. Apakah engkau semua sudah sedikit berubah sekarang? (Sedikit.) Sekarang engkau sudah sedikit berubah, dan terkadang, ketika engkau melihat orang-orang melakukan sesuatu dengan asal-asalan, tidak mau menerapkan kebenaran, dan selalu memanjakan diri dalam kenyamanan daging, engkau menganggap itu bukanlah hal yang baik. Namun, jika engkau diminta untuk membantu dan menyokong mereka, falsafah Iblis masih akan mengekangmu. Meskipun engkau menemukan masalah ini dalam diri orang lain, engkau tidak berani mengatakan apa pun karena takut menyinggung mereka, dan bahkan berpikir, "Tak seorang pun memilihku untuk menjadi ketua kelompok, jadi aku tidak perlu ikut campur dalam urusan orang lain." Jika saat menghadapi hal-hal yang tidak adil dan negatif ini, engkau tidak mampu berpihak pada kebenaran dalam perkataan dan tindakanmu, atau memikul tanggung jawab; engkau hanya berpura-pura tidak melihatnya, dan mengira bahwa itu adalah cara yang bagus untuk berperilaku, menjauhkan dirimu dari perselisihan. Engkau berpikir, "Jika ada sesuatu yang salah, itu tidak ada hubungannya denganku. Aku sedang menghindari situasi yang buruk." Jika engkau masih memiliki pandangan seperti ini, akankah engkau mampu menerapkan kebenaran? Akankah engkau memiliki jalan masuk kehidupan? Jika engkau memiliki pandangan seperti ini di dalam hatimu, engkau adalah orang tidak percaya, dan tidak mampu menerima kebenaran. Itu sebabnya pandangan seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa diluruskan. Jika engkau ingin memperoleh jalan masuk kehidupan, di satu sisi, engkau harus mampu mengawasi dirimu sendiri. Di sisi lain, engkau terutama harus menerima pemeriksaan Tuhan. Jika engkau merasa ada teguran di dalam hatimu, engkau harus merenungkan dirimu sendiri, dan mencari tahu dari mana teguran ini berasal. Jika engkau dapat merasakan bahwa Tuhan sedang memeriksa dirimu, dan engkau yakin bahwa Tuhan sedang memeriksa dirimu, maka engkau harus menerima pemeriksaan-Nya. Hanya dengan sering merasa menyesal, gelisah di dalam hatimu, dan merasa engkau berutang kepada Tuhan karena berada dalam keadaan seperti itu, barulah engkau akan memiliki motivasi untuk menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kebenaran. Ada beberapa standar dan perwujudan nyata untuk dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Sampai sejauh mana engkau semua telah masuk ke dalamnya sekarang? (Ketika terjadi situasi tertentu, aku dapat melihat banyak kekurangan dalam diriku, tetapi aku menghabiskan banyak waktu terjebak dalam keadaan itu. Aku tidak tahu bagaimana menggunakan perspektif kebenaran untuk menelaah atau memahami masalah apa yang kumiliki; aku tidak memiliki kemampuan untuk mengenal diriku sendiri; aku tidak mampu melihat diriku sendiri dengan jelas, dan aku juga sering kali tidak mampu melihat keadaan orang lain dengan jelas.) Jika engkau tidak mampu melihat dirimu sendiri dengan jelas, engkau tidak akan mampu melihat orang lain dengan jelas. Pernyataan ini benar. Ketika orang lain memiliki masalah, engkau mengira itu tidak ada hubungannya denganmu, padahal sebenarnya, keadaan itu konsisten dan sama. Jika engkau tidak mampu melihat keadaanmu sendiri dengan jelas, engkau tidak akan mampu menyelesaikan masalahmu, apalagi menyelesaikan masalah orang lain. Setelah engkau menyelesaikan masalahmu, engkau akan mampu melihat masalah orang lain dengan sangat jelas, dan segera menyelesaikannya. Jika engkau ingin memperoleh jalan masuk kehidupan, engkau harus mematuhi dua hal berikut: pertama, engkau harus melaksanakan tugasmu dengan baik, dan kedua, ketika engkau melaksanakan tugasmu, engkau harus sering memeriksa dirimu sendiri, mencari kebenaran untuk membalikkan berbagai pandangan, pemikiran, sikap, niat, dan keadaanmu yang salah, dan keluar dari segala macam keadaan yang salah. Jika engkau memiliki kekuatan untuk keluar dari semua itu, engkau akan mengalahkan Iblis dan menyingkirkan watak rusakmu. Itu artinya, engkau telah membalikkan keadaanmu. Engkau telah keluar dari keadaan pasif dan negatifmu, dan tidak akan dibatasi atau dikendalikan oleh keadaan-keadaan ini. Ini sendiri merupakan sebuah langkah maju. Engkau semua harus menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu. Keadaan negatif atau pasif apa yang engkau semua miliki? Ada orang-orang yang berpikir, "Aku memang seperti itu. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk membereskan watak congkakku. Bagaimanapun juga, Tuhan mengetahuinya, dan kurasa Dia telah menggolongkanku. Aku sudah berusaha berubah berkali-kali, tetapi aku tetap sama. Aku memang seperti itu." Engkau memiliki pandangan yang buruk tentang dirimu sendiri, tetapi ini adalah keadaan negatif; ini semacam pola pikir yang membiarkan dirimu dikendalikan sepenuhnya oleh keputusasaan. Engkau belum mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, jadi mengapa engkau merasa tidak punya harapan? Orang sering kali hidup dalam keadaan seperti ini; satu penyingkapan kerusakan sesaat dan mereka menganggap bahwa mereka telah digolongkan, dan bahwa orang semacam inilah mereka. Ini adalah keadaan negatif; keadaan ini harus dibalikkan, dan engkau harus keluar dari keadaan ini. Keadaan negatif atau pasif apa lagi yang engkau semua alami? (Aku sering hidup dalam keadaan di mana aku melakukan segala sesuatu berdasarkan bakat dan kualitasku, dan tidak memiliki jalan masuk kehidupan. Keadaan ini sangat parah.) Ketika orang melakukan segala sesuatu berdasarkan bakat dan kualitasnya, mereka selalu suka bersaing dengan orang lain, berpikir, "Mengapa engkau mampu menyelesaikan tugas ini tetapi aku tidak? Aku harus bekerja keras dan berupaya lebih keras dalam tugas ini, berusaha melakukannya lebih baik daripadamu!" Dalam hal ini, natur jahatmu telah muncul. Apa yang harus kaulakukan mengenai hal ini? Jika, ketika engkau melakukan sesuatu, engkau memiliki motivasi atau titik awal ini, jangan pedulikan itu. Ini adalah penyingkapan yang sesaat, atau pemikiran bodoh yang sesaat. Jangan bertindak berdasarkan hal itu, dan engkau akan baik-baik saja. Engkau harus melakukan segala sesuatunya dengan cara yang praktis dan realistis, dan dengan cara yang sebagaimana mestinya. Jika engkau menghadapi kesulitan, berinisiatiflah untuk melihat bagaimana cara orang lain menanganinya. Jika mereka telah menanganinya dengan baik, bicaralah dengan mereka dan belajarlah dari mereka. Dengan cara ini, engkau akan membalikkan keadaanmu yang salah. Jika engkau memiliki pemikiran seperti itu dan memperlihatkan kerusakan di dalam dirimu, tetapi tidak bertindak dengan cara seperti itu, maka watakmu yang rusak akan digagalkan. Namun, jika engkau memiliki pemikiran seperti itu dan bertindak dengan cara seperti itu, dan tindakanmu bahkan lebih parah daripada pemikiranmu, maka ini berarti masalah, dan akan membuat keadaan menjadi kacau. Watak rusak manusia adalah hal yang paling Tuhan benci.

Cara Tuhan menangani watak rusakmu adalah dengan tidak membuatmu menyembunyikannya, menutupinya, atau menyamarkannya. Sebaliknya, Dia membiarkanmu memperlihatkannya, menyingkapkan dirimu dan membuatmu memperoleh pengetahuan tentang watak rusakmu. Setelah engkau memiliki pemahaman tentang watak rusakmu, apakah hanya sampai di situ? Tidak. Setelah engkau memiliki pemahaman tentang watak rusakmu, dan memahami bahwa melakukan segala sesuatu berdasarkan watak rusakmu adalah salah, dan bahwa ini adalah jalan buntu, engkau harus datang ke hadapan Tuhan, dan berdoa kepada-Nya serta mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakmu. Tuhan akan mencerahkanmu, dan memberimu jalan penerapan yang benar. Firman Tuhan berbicara tentang apa yang harus orang lakukan, tetapi orang memiliki watak yang rusak, dan terkadang tidak mau melakukan apa yang Tuhan firmankan; mereka ingin melakukan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Jadi, apa yang Tuhan lakukan? Tuhan memberimu kebebasan, dan membiarkanmu bertindak dengan caramu sendiri untuk sementara waktu. Saat engkau terus bertindak dengan caramu sendiri, engkau akan menemui hambatan dan engkau merasa telah melakukan kesalahan. Kemudian, engkau akan kembali kepada Tuhan dan mencari apa yang harus kaulakukan. Tuhan akan berkata: "Di dalam hatimu, engkau memahami tuntutan-Ku. Jadi, mengapa engkau tidak mendengarkan?" Dan engkau akan berkata, "Jika demikian, kumohon disiplinkanlah aku, Tuhan." Tuhan akan mendisiplinkanmu, dan itu akan menyakitkan, sehingga engkau akan berpikir, "Tuhan tidak mengasihiku. Bagaimana Dia bisa begitu kejam terhadapku? Dia sangat tidak berperasaan." Tuhan akan berkata, "Baiklah, kalau begitu Aku tidak akan lagi mendisiplinkanmu. Teruslah melakukan segala sesuatu sesuai keinginanmu," dan engkau akan kembali ke jalan yang kautempuh sebelumnya. Engkau akan melakukan sesuatu, menemui hambatan lagi, dan merenung, "Sepertinya ada sesuatu yang salah dengan tindakanku. Aku harus kembali dan mengakui dosa-dosaku. Aku berutang kepada Tuhan." Engkau akan kembali kepada Tuhan dan berdoa serta mencari, memahami bahwa apa yang Tuhan katakan adalah benar, dan kemudian melakukan apa yang Tuhan firmankan. Namun, ketika engkau sedang menerapkan firman-Nya, engkau akan berpikir, "Menerapkan firman-Nya akan melukai harga diriku. Mungkin aku akan menjaga harga diriku terlebih dahulu." Lalu engkau akan kembali berada dalam masalah, dan gagal lagi. Engkau akan terus-menerus mengalami hal seperti ini berulang kali seiring berjalannya waktu. Jika orang mampu merenungkan diri mereka sendiri, selalu mengenali penyimpangan dalam diri mereka, merenungkan dan memahami watak rusak mereka, dan kemudian mencari kebenaran untuk membereskannya, maka selama pengalaman ini, tingkat pertumbuhan mereka juga akan terus bertumbuh. Bagi orang-orang yang memiliki hati yang tulus, bersedia menerapkan kebenaran dan mencintai hal-hal positif, hambatan dan kegagalan yang mereka alami lambat laun akan berkurang, bagian dari diri mereka yang tunduk kepada Tuhan akan bertambah, dan bagian dari diri mereka yang mencintai kebenaran akan bertambah. Itulah sebabnya Tuhan mengizinkanmu untuk gagal dan memberontak saat engkau mengalami dan menerapkan kebenaran; Dia tidak melihat hal-hal ini. Bukan berarti Tuhan tidak lagi menginginkanmu, atau Dia akan mengirimmu ke neraka, atau menghukum mati dirimu karena tidak mendengarkan Dia pada satu kesempatan. Tuhan tidak melakukan hal ini. Mengapa dikatakan kasih Tuhan sangat besar ketika Dia menyelamatkan manusia? Di sinilah kasih Tuhan diwujudkan. Kasih-Nya diwujudkan dalam toleransi dan kesabaran-Nya terhadap manusia. Dia selalu menoleransimu, tetapi tidak memanjakanmu. Toleransi Tuhan adalah tentang Dia yang mengetahui tingkat pertumbuhan manusia, mengetahui kapasitas bawaan mereka, mengetahui apa yang orang perlihatkan dalam keadaan tertentu, dan apa yang mampu mereka capai berdasarkan tingkat pertumbuhan mereka, serta membiarkanmu memperlihatkan hal-hal ini, memberimu kebebasan tertentu, dan menerimamu ketika engkau kembali kepada-Nya dan bertobat dengan sungguh-sungguh, sementara Dia juga mengenali kesungguhan dalam pertobatanmu. Oleh karena itu, ketika engkau kembali dan bertanya kepada Tuhan apakah bertindak dengan cara seperti itu benar atau tidak, Tuhan akan terus memberitahumu dan memberimu jawaban. Tuhan akan dengan sabar memberitahumu bahwa bertindak dengan cara seperti itu adalah benar, dan memberimu peneguhan. Namun, jika engkau berubah pikiran lagi, dan berkata, "Tuhan, aku tidak ingin melakukannya. Itu tidak bermanfaat bagiku, dan itu membuatku tidak bahagia dan tidak nyaman—aku tetap merasa aku harus melakukan segala sesuatu dengan caraku, dengan melakukannya seperti itu, aku tidak akan kehilangan muka, aku akan merasa nyaman, serta akan mampu memuaskan diriku sendiri dalam segala hal—aku akan memuaskan keinginan pribadiku terlebih dahulu," Tuhan akan berkata, "Engkau boleh saja melakukannya dengan caramu sendiri, tetapi dengan melakukan itu, engkaulah yang pada akhirnya akan mengalami kerugian, bukan Aku." Saat Tuhan menyelamatkanmu, terkadang Dia membiarkanmu bersikap keras kepala seperti ini; inilah toleransi-Nya dan inilah belas kasihan yang Dia tunjukkan kepada manusia. Namun, manusia tidak boleh memanjakan diri mereka sendiri ketika mereka melihat belas kasihan-Nya, dan memperlakukan kesabaran dan toleransi-Nya sebagai semacam kelemahan, atau menganggapnya sebagai alasan untuk memberontak terhadap-Nya dan tidak mengindahkan firman-Nya. Ini adalah pemberontakan dan kejahatan di pihak manusia. Orang harus memahami hal ini dengan jelas. Toleransi dan kesabaran yang Tuhan tunjukkan kepadamu terbentang tanpa batas. Jika engkau mampu merasakan maksud Tuhan yang sungguh-sungguh, itu adalah hal yang baik. Bukan berarti Tuhan tidak mampu menggunakan cara yang ekstrem untuk menyelamatkanmu—engkau harus memahami bahwa Tuhan selalu bertindak berdasarkan prinsip. Dia melakukan segala sesuatu dengan banyak cara, tetapi Dia tidak menggunakan cara yang ekstrem. Mengapa demikian? Tuhan mengizinkanmu mengalami segala macam kesukaran, perasaan frustrasi, dan kesengsaraan, serta banyak kegagalan dan kemunduran. Pada akhirnya, selama proses mengizinkanmu mengalami hal-hal ini, Tuhan membuatmu menyadari bahwa semua yang telah Dia katakan adalah benar dan merupakan kebenaran. Pada saat yang sama, Dia akan membuatmu menyadari bahwa apa yang kaupikirkan dan bayangkan, serta gagasan, pengetahuan, teori-teori filosofis, falsafah, dan hal-hal yang kaupelajari di dunia dan apa yang orang tuamu ajarkan kepadamu semuanya salah, dan bahwa hal-hal ini tidak dapat membimbingmu ke jalan yang benar dalam hidup ini, dan tidak dapat menuntunmu untuk memahami kebenaran ataupun datang ke hadapan Tuhan. Jika engkau masih hidup berdasarkan hal-hal ini, artinya engkau sedang menempuh jalan kegagalan, juga jalan penentangan dan pengkhianatan terhadap Tuhan. Pada akhirnya, Tuhan akan membuatmu melihat hal ini dengan jelas. Proses ini adalah sesuatu yang harus kaualami, dan hanya dengan cara inilah hasil dapat dicapai, tetapi itu juga merupakan hal yang menyakitkan bagi Tuhan untuk dilihat. Manusia suka memberontak dan memiliki watak yang rusak, jadi mereka harus sedikit menderita kesukaran, dan mengalami kemunduran ini. Tanpa penderitaan ini, mereka sama sekali tidak akan disucikan. Jika orang benar-benar memiliki hati yang mencintai kebenaran, dan benar-benar mau menerima berbagai cara Tuhan dalam menyelamatkan manusia dan mau membayar harga, tidak perlu bagi mereka untuk untuk menderita sebanyak itu. Tuhan sebenarnya tidak ingin membuat manusia menderita sebanyak itu, dan tidak ingin mereka mengalami begitu banyak kemunduran dan kegagalan. Namun, manusia terlalu memberontak; mereka tidak mau melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka, tidak mau tunduk, dan tidak mampu menempuh jalan yang benar atau hanya mau mengambil jalan pintas; mereka hanya menempuh jalan mereka sendiri, memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya. Manusia adalah makhluk yang rusak. Tuhan hanya dapat menyerahkan mereka kepada Iblis dan menempatkan mereka dalam berbagai keadaan untuk terus-menerus menempa mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan segala macam pengalaman dan memetik segala macam pelajaran dan akhirnya memahami esensi dari segala macam hal jahat. Setelah itu, jika manusia kembali dan mengingat kembali semuanya, mereka akan menyadari bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, mengakui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan mengakui bahwa Tuhan adalah kenyataan dari semua hal positif, dan Pribadi yang benar-benar mengasihi, mengkhawatirkan, dan mampu menyelamatkan manusia. Tuhan tidak ingin manusia begitu menderita, tetapi manusia terlalu memberontak, ingin menempuh jalan yang salah, dan ingin mengalami penderitaan ini. Tuhan tak punya pilihan selain menempatkan manusia dalam berbagai keadaan untuk terus-menerus menempa mereka. Sampai sejauh mana manusia ditempa pada akhirnya? Sampai engkau berkata, "Aku telah mengalami segala macam keadaan, dan kini aku akhirnya mengerti bahwa selain Tuhan, tidak ada orang, peristiwa, atau hal apa pun yang dapat membuatku memahami kebenaran, yang dapat membuatku menikmati kebenaran, atau yang bisa membuatku masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika aku mampu dengan taat menerapkan firman Tuhan, dengan taat tetap pada tempatku sebagai manusia, bertindak sesuai status dan tugas makhluk ciptaan, dengan taat menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan, tidak lagi ada keluhan atau menginginkan hal-hal yang berlebihan dari Tuhan, dan mampu benar-benar tunduk di hadapan Sang Pencipta, baru setelah itulah aku akan menjadi orang yang benar-benar tunduk kepada Tuhan." Ketika orang mencapai taraf ini, mereka benar-benar tunduk di hadapan Tuhan, dan Tuhan tidak perlu lagi mengatur keadaan apa pun untuk mereka alami. Jadi, jalan mana yang ingin kautempuh? Tak seorang pun, dalam keinginan subjektifnya, mau menderita, dan tak seorang pun ingin mengalami kemunduran, kegagalan, kesulitan, perasaan frustrasi, atau kesengsaraan, tetapi tidak ada cara lain. Manusia memiliki natur Iblis dalam diri mereka; mereka terlalu memberontak, dan pemikiran serta pandangan mereka terlalu rumit. Setiap hari, hatimu selalu penuh pertentangan, pergumulan, dan kegelisahan. Engkau memahami sedikit kebenaran, jalan masuk kehidupanmu dangkal, dan engkau tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi gagasan, imajinasi, dan watak rusak dagingmu. Satu-satunya yang mampu kaulakukan adalah mengalami apa yang biasanya manusia alami: terus-menerus mengalami kegagalan dan perasaan frustrasi, terus-menerus jatuh, diombang-ambing oleh kesukaran, dan bergolak dalam kotoran, sampai tiba saatnya ketika engkau berkata, "Aku lelah. Aku muak. Aku tidak ingin hidup seperti ini. Aku tidak mau mengalami kegagalan ini. Aku mau datang ke hadapan Sang Pencipta dengan ketaatan; aku akan mendengarkan apa yang Tuhan katakan, dan melakukan apa yang Dia katakan. Hanya inilah jalan hidup yang benar." Hanya pada hari ketika engkau sepenuhnya diyakinkan dan mengakui kekalahan, barulah engkau akan mampu datang ke hadapan Tuhan. Sudahkah engkau memahami sesuatu tentang watak Tuhan dari hal ini? Bagaimana sikap Tuhan terhadap manusia? Apa pun yang Tuhan lakukan, Dia mengharapkan yang terbaik untuk manusia. Keadaan apa pun yang Dia tentukan atau apa pun yang Dia minta untuk engkau lakukan, Dia selalu ingin melihat hasil yang terbaik. Katakanlah engkau menghadapi sesuatu dan mengalami kemunduran dan kegagalan. Tuhan tidak ingin melihatmu berkecil hati ketika engkau gagal, lalu menganggap dirimu sudah tamat, dan telah direnggut oleh Iblis, kemudian menganggap dirimu sendiri sudah tidak ada harapan, tak pernah mampu memulihkan dirimu, dan terpuruk dalam kesedihan—Tuhan tidak ingin melihat hasil seperti ini. Hasil apa yang ingin Tuhan lihat? Bahwa meskipun engkau mungkin telah gagal dalam hal ini, engkau mampu mencari kebenaran dan merenungkan dirimu, menemukan alasan kegagalanmu, menerima pelajaran yang kegagalan ini ajarkan kepadamu, mengingatnya di masa depan, tahu bahwa bertindak seperti itu salah dan bahwa hanya melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhanlah yang benar, serta menyadari, "Aku orang yang jahat. Aku memiliki watak rusak Iblis di dalam diriku. Ada pemberontakan di dalam diriku. Aku jauh dari orang-orang benar yang Tuhan bicarakan, dan aku tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan." Engkau telah melihat fakta ini dengan jelas; engkau telah mengetahui yang sebenarnya dari masalah ini, dan melalui kemunduran ini, kegagalan ini, engkau menjadi berakal sehat dan dewasa. Inilah yang ingin Tuhan lihat. Apa yang dimaksud dengan kedewasaan? Ini berarti Tuhan bisa mendapatkanmu, engkau dapat diselamatkan, engkau mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan engkau telah mulai menempuh jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan berharap melihat orang menempuh jalan yang benar. Tuhan melakukan segala sesuatu dengan maksud yang sungguh-sungguh, dan semua ini adalah kasih-Nya yang tersembunyi, tetapi orang sering tidak menyadarinya. Manusia berpikiran sempit dan sangat picik. Saat mereka tidak dapat menikmati kasih karunia dan berkat Tuhan, mereka mengeluh tentang Tuhan, menjadi negatif dan bertindak dalam kemarahan mereka, tetapi Tuhan tidak marah terhadap mereka. Dia hanya memperlakukan mereka seakan-akan mereka anak bodoh dan tidak mencari-cari kesalahan mereka. Dia mengatur keadaan yang membuat manusia mengetahui bagaimana kasih karunia dan berkat diperoleh dan membiarkan mereka memahami apa arti kasih karunia bagi manusia, dan apa yang dapat manusia pelajari darinya. Misalkan, engkau suka makan sesuatu yang Tuhan katakan buruk bagi kesehatanmu jika dimakan berlebihan. Engkau tidak mendengarkan, dan bersikeras memakannya, dan Tuhan membiarkanmu untuk membuat pilihan itu dengan bebas. Akibatnya, engkau jatuh sakit. Setelah mengalami ini beberapa kali, engkau menyadari bahwa firman yang Tuhan ucapkan sungguh-sungguh benar, bahwa semua yang Dia katakan adalah benar, bahwa engkau harus melakukan penerapan sesuai dengan firman-Nya, dan bahwa ini adalah jalan yang benar. Jadi, apa hasil dari kemunduran, kegagalan, dan penderitaan yang kaualami? Di satu sisi, engkau dapat merasakan maksud Tuhan yang bersungguh-sungguh. Di sisi lain, itu membuatmu percaya dan yakin bahwa firman Tuhan adalah benar, dan bahwa semuanya itu nyata, dan imanmu kepada Tuhan bertumbuh. Selain itu, dengan mengalami masa kegagalan ini, engkau akhirnya menyadari ketepatan dan keakuratan firman Tuhan, engkau memahami bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan engkau memahami prinsip menerapkan kebenaran. Dengan demikian, adalah baik bagimu untuk mengalami kegagalan—meskipun itu juga sesuatu yang membuatmu menderita, dan sesuatu yang menempamu. Namun jika ditempa seperti itu pada akhirnya membuatmu kembali ke hadapan Tuhan, membuatmu memahami firman-Nya dan menerimanya di dalam hatimu sebagai kebenaran, dan membuatmu akhirnya mengenal Tuhan, maka tempaan, kemunduran dan kegagalan yang kaualami tidak akan sia-sia. Inilah hasil yang ingin Tuhan lihat. Namun, ada orang-orang yang berkata, "Karena Tuhan sangat toleran terhadap manusia, aku akan bertindak dengan bebas, melakukan apa pun sekehendak hatiku, dan hidup dengan cara yang kuinginkan." Apakah ini benar? (Tidak.) Yang harus makhluk ciptaan lakukan adalah melakukan penerapan berdasarkan jalan yang benar yang telah Tuhan tunjukkan kepada mereka, dan tidak menyimpang darinya. Jika mereka tidak mampu sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan, asalkan mereka tidak bertentangan dengan kebenaran, dan mampu menerima pemeriksaan Tuhan, itu tidak masalah. Ini adalah standar minimal. Jika engkau menyimpang dari kebenaran, tidak berdoa, dan tidak mencari, itu artinya engkau telah menyimpang terlalu jauh dari Tuhan, serta telah menyeberang ke wilayah yang berbahaya. Ketika engkau terlalu jauh dari Tuhan, tidak melaksanakan tugasmu di gereja, dan telah meninggalkan ruang di mana Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia, Roh Kudus tidak akan lagi bekerja dalam dirimu, dan engkau tidak akan memiliki kesempatan, dan tidak dapat diselamatkan. Bagimu, kasih Tuhan hanyalah kata-kata kosong.

Saat engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus terlebih dahulu memahami Tuhan, memahami kehendak-Nya, dan sikap-Nya terhadap manusia. Dengan melakukannya, engkau akan mengetahui kebenaran apa yang pada akhirnya Tuhan ingin agar engkau pahami dan masuki, serta memahami jalan apa yang harus kautempuh. Setelah engkau mengetahui hal-hal ini, engkau harus berusaha sekuat tenaga untuk bekerja sama dengan apa yang ingin Tuhan lakukan, dan apa yang ingin Dia capai dalam dirimu. Jika engkau benar-benar tidak mampu bekerja sama dan tenaga serta kekuatanmu terkuras habis, maka memang begitulah adanya; Tuhan tidak akan memaksa manusia. Namun, manusia zaman sekarang tidak mengerahkan segenap kekuatan mereka untuk hal-hal ini. Jika engkau tidak mengerahkan segenap kekuatanmu untuk menerapkan kebenaran, tetapi mengerahkan segenap kekuatanmu untuk memperoleh berkat dan mahkota kebenaran, itu artinya engkau telah tersesat dari jalan yang benar. Engkau harus berusaha dengan segenap kekuatanmu untuk menerapkan kebenaran, dan bekerja sama untuk melaksanakan misi dan tugas yang Tuhan berikan kepadamu; engkau harus mengabdikan dirimu dan mengorbankan dirimu untuk hal-hal ini dengan segenap hatimu. Dengan demikian, barulah engkau akan sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan tidak mengindahkan orang yang tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik dan benar, tetapi tidak mengindahkan mereka bukan berarti tidak ada prinsip di balik tindakan-Nya. Ketika Tuhan tidak mengindahkan mereka, itu menunjukkan bahwa Dia menoleransi, menerima, dan bersabar terhadap mereka. Dia tahu hal-hal apa saja yang harus orang alami dalam hidup mereka, apa yang mampu dicapai dan apa yang tidak mampu dicapai oleh makhluk ciptaan ini, apa yang mampu dicapai oleh jenis orang tertentu pada usia tertentu, dan apa yang tidak mampu mereka capai. Tuhanlah yang paling tahu jelas mengenai hal-hal ini, jauh lebih jelas daripada orang itu sendiri. Namun, hanya karena Tuhan tahu jelas tentang hal-hal ini, bukan berarti engkau boleh berkata, "Baiklah, kalau begitu, lakukan saja apa yang Engkau kehendaki, ya Tuhan. Aku tidak perlu memikirkan apa pun. Aku hanya akan duduk diam sepanjang hari dan menunggu manna jatuh dari langit. Akan kubiarkan Tuhan yang menangani segala sesuatunya." Orang haruslah berusaha sekuat tenaga untuk bekerja sama ketika melaksanakan tanggung jawab mereka, hal-hal yang harus mereka lakukan, hal-hal yang harus mereka masuki, hal-hal yang harus mereka terapkan, dan hal-hal yang berada dalam kemampuan bawaan orang untuk mencapainya. Apa yang dimaksud dengan berusaha sekuat tenaga untuk bekerja sama? Itu artinya engkau harus meluangkan waktu dan tenaga untuk melaksanakan tugasmu, menderita dan membayar harga untuk itu. Terkadang, engkau harus kehilangan harga diri, kesombongan, dan kepentingan pribadimu, dan engkau harus sepenuhnya melepaskan kerinduanmu akan suatu tempat tujuan, dan keinginanmu untuk diberkati. Hal-hal ini seharusnya dilepaskan, jadi engkau harus melepaskannya. Sebagai contoh, Tuhan berfirman, "Jangan mengingini kenyamanan daging, karena hal itu tidak bermanfaat bagi pertumbuhan hidupmu." Engkau tidak mampu tunduk kepada-Nya, dan setelah mengalami beberapa kegagalan, engkau berpikir, "Tuhan itu benar. Mengapa aku tidak mampu menerapkannya dan memberontak terhadap daging? Apakah aku tidak mampu berubah? Apakah Tuhan juga akan memandangku seperti ini? Apakah Dia tidak akan menyelamatkanku? Aku sudah tidak ada harapan, jadi aku hanya akan menjadi pelaku pelayanan, dan memberikan pelayanan sampai akhir." Bolehkah berpikir seperti ini? (Tidak.) Manusia sering berada dalam keadaan seperti ini. Entah mereka hanya mengejar berkat dan mahkota, atau setelah mengalami beberapa kali kegagalan mereka lalu menganggap mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas, dan mengira Tuhan juga telah menganggap mereka seperti itu. Ini salah. Jika engkau dapat membalikkan keadaan pada waktunya, mengubah hati dan pikiranmu, melepaskan kejahatan yang dilakukan oleh tanganmu, kembali ke hadapan Tuhan, mengaku dan bertobat kepada Tuhan, mengakui bahwa tindakan dan jalan yang kautempuh salah, dan mengakui kegagalanmu sendiri, kemudian melakukan penerapan berdasarkan jalan yang telah Tuhan tunjukkan kepadamu, tanpa menyerah dalam mengejar kebenaran, betapapun tercemarnya dirimu, itu artinya engkau sedang melakukan hal yang benar. Selama proses mengalami perubahan watak dan diselamatkan, orang pasti akan menghadapi banyak kesulitan, misalnya, tidak mampu tunduk pada keadaan yang Tuhan atur, berbagai pemikiran, pandangan, imajinasi, watak rusak, pengetahuan, dan karunia mereka, atau berbagai masalah dan kesalahan mereka sendiri. Engkau harus berperang melawan segala macam kesulitan. Setelah engkau mengatasi berbagai kesulitan dan keadaan ini, dan peperangan di hatimu telah berakhir, engkau akan memiliki kenyataan kebenaran, engkau tidak akan lagi diikat oleh hal-hal ini, dan engkau akan dibebaskan serta dilepaskan. Satu masalah yang sering kali orang hadapi selama proses ini adalah bahwa sebelum menemukan masalah dalam diri mereka, mereka menganggap mereka lebih baik daripada semua orang lainnya, dan akan diberkati sekalipun tidak ada orang lain yang diberkati, sama seperti Paulus. Ketika mereka menemukan kesulitan dalam diri mereka, mereka menganggap diri mereka bukan siapa-siapa, dan bahwa segalanya sudah berakhir bagi mereka. Selalu ada dua ekstrem ini. Engkau harus mengatasi kedua ekstrem ini, sehingga engkau tidak membelok ke ekstrem yang satu maupun ke ekstrem lainnya. Ketika engkau menghadapi kesulitan, meskipun engkau sudah menyadari bahwa masalahnya sangat sulit diselesaikan dan akan sulit untuk dibereskan, engkau harus menghadapinya dengan baik dan benar, datang ke hadapan Tuhan dan memohon agar Dia menolongmu untuk membereskannya, dan dengan mencari kebenaran bereskanlah masalah tersebut sedikit demi sedikit bagaikan semut yang menggerogoti sepotong tulang, serta membalikkan keadaan ini. Engkau harus bertobat kepada Tuhan. Pertobatan adalah bukti bahwa engkau memiliki hati yang menerima kebenaran dan sikap yang mau tunduk, yang berarti masih ada harapan bagimu untuk memperoleh kebenaran. Dan jika di tengah-tengah hal ini muncul kesulitan lainnya, jangan takut. Segeralah berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia; Tuhan sedang mengawasimu secara diam-diam dan menunggumu, dan selama engkau tidak meninggalkan pengaturan, aliran, dan ruang lingkup pekerjaan pengelolaan-Nya, masih ada harapan bagimu—engkau sama sekali tidak boleh menyerah. Jika yang kauperlihatkan hanyalah watak rusak yang normal, maka asalkan engkau mampu memahaminya dan menerima kebenaran, serta menerapkan kebenaran, akan tiba saatnya ketika masalah-masalah ini dapat kauatasi. Engkau harus yakin akan hal ini. Tuhan adalah kebenaran—mengapa engkau harus takut masalah kecilmu ini tidak dapat diselesaikan? Semua ini dapat diselesaikan, jadi mengapa harus bersikap negatif? Tuhan tidak menganggapmu sudah tidak ada harapan, jadi mengapa engkau sendiri menyerah? Engkau tidak boleh menyerah, dan engkau tidak boleh bersikap negatif. Engkau harus menghadapi masalah tersebut dengan benar. Engkau harus mengetahui aturan normal untuk memiliki jalan masuk kehidupan, dan mampu memandang ungkapan dan perwujudan watak yang rusak, serta sikap negatif, kelemahan, dan kebingungan yang terkadang terjadi, sebagai hal yang normal. Proses orang mengubah wataknya merupakan proses yang panjang dan berulang-ulang. Jika engkau memahami hal ini dengan jelas, engkau akan mampu menghadapi masalah dengan baik dan benar. Terkadang, engkau dengan sendirinya memperlihatkan watak rusakmu yang sangat parah, dan membuat siapa pun yang melihatnya merasa jijik, dan engkau membenci dirimu sendiri. Atau terkadang, engkau terlalu lalai dan didisiplinkan oleh Tuhan. Ini bukan alasan untuk takut. Selama Tuhan mendisiplinkanmu, selama Dia tetap menjaga dan melindungimu, masih bekerja di dalam dirimu, dan selalu menyertaimu, ini membuktikan bahwa Tuhan tidak menganggapmu sudah tidak ada harapan. Sekalipun ada kalanya engkau merasa Tuhan telah meninggalkanmu, dan engkau telah terjerumus ke dalam kegelapan, jangan takut: selama engkau masih hidup dan tidak berada di neraka, engkau masih punya kesempatan. Namun, jika engkau seperti Paulus, yang dengan keras kepala menempuh jalan antikristus, dan pada akhirnya bersaksi bahwa baginya hidupnya itu adalah Kristus, maka semuanya sudah berakhir bagimu. Jika engkau dapat menjadi sadar akan hal ini, engkau masih punya kesempatan. Kesempatan apa yang kaumiliki? Kesempatan untuk datang ke hadapan Tuhan, dan masih dapat berdoa kepada-Nya dan mencari, dengan berkata, "Ya Tuhan! Kumohon cerahkan aku agar aku memahami aspek kebenaran ini, dan jalan penerapan dalam aspek ini." Asalkan engkau adalah salah satu pengikut Tuhan, engkau mempunyai harapan untuk diselamatkan, dan mampu bertahan sampai akhir. Apakah perkataan ini cukup jelas? Apakah engkau semua masih cenderung bersikap negatif? (Tidak.) Jika manusia memahami kehendak Tuhan, jalan mereka akan lebar. Jika mereka tidak memahami kehendak-Nya, jalan mereka akan sempit, ada kegelapan di hati mereka, dan mereka tidak memiliki jalan keluar. Orang yang tidak memahami kebenaran adalah sebagai berikut: mereka berpikiran sempit, selalu berdebat, dan mereka selalu mengeluh dan salah paham terhadap Tuhan. Akibatnya, makin jauh mereka berjalan, makin banyak jalan mereka yang hilang. Sebenarnya, manusia tidak memahami Tuhan. Jika Tuhan memperlakukan manusia seperti yang mereka bayangkan, manusia sudah lama dibinasakan.

Ketujuh dosa Paulus merepresentasikan perwujudan khas yang diperlihatkan kemanusiaan yang rusak, tetapi Paulus adalah kasus yang paling parah. Esensi natur dirinya sudah dapat dipastikan—itulah dirinya yang sebenarnya. Namun, watak-watak rusak ini lazim dimiliki oleh semua manusia yang rusak; setiap orang memilikinya pada taraf berbeda. Semua keadaan ini berasal dari watak yang rusak. Meskipun engkau bukan jenis orang yang sama seperti Paulus, engkau juga memiliki watak-watak-watak rusak ini; hanya saja, engkau tidak memperlihatkannya separah yang dia perlihatkan. Saat ini, di mata Tuhan, keadaan yang diperlihatkan oleh sebagian besar darimu ini adalah perwujudan watak yang rusak. Namun, Paulus bukan saja memperlihatkan watak rusak tertentu; dia juga menempuh jalan menentang Tuhan, dan dengan keras kepala tidak mau bertobat. Dia pun dihukum dan dikutuk karenanya. Dia memiliki natur yang jahat, dan natur jahatnya yang membenci kebenaran ini tidak dapat ditolong. Setelah ini, engkau semua harus mempersekutukan bagian firman ini, dan membandingkan dirimu terhadapnya. Tujuannya adalah untuk mengenali betapa parahnya kesalahan-kesalahan yang Paulus lakukan, kemudian mengungkapkan semua keadaan rusak yang kaumiliki seperti yang Paulus miliki, dan membereskannya selangkah demi selangkah. Tujuan membereskan watak yang rusak ini adalah untuk membuat orang mampu hidup makin serupa dengan manusia dan makin sesuai dengan Tuhan. Hanya dengan membereskan watak-watak yang rusak ini, barulah manusia dapat benar-benar datang ke hadapan Tuhan, menjadi sesuai dengan-Nya, menjadi makhluk ciptaan sejati, dan membuat Tuhan memandang mereka dengan kepuasan. Apakah engkau semua membandingkannya dengan dirimu sendiri? (Kami agak kurang dalam hal ini.) Hal yang paling tidak kaumiliki adalah kebenaran. Kebenaranlah yang harus engkau semua masuki. Engkau semua memiliki cukup banyak hal di dalam dirimu sekarang, tetapi sebagian besar dari hal-hal ini rusak dan buruk. Engkau semua memiliki pengetahuan yang tidak masuk akal, terlalu picik, selalu berpikir untuk bertransaksi dan melakukan pertukaran, memiliki sangat banyak hal negatif, dan menjadi negatif ketika engkau tidak melaksanakan tugas dengan baik, atau melihat kesulitan. Ketika engkau melihat bahwa pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan keinginanmu, emosi negatif muncul dalam dirimu, dan engkau menentang pekerjaan-Nya dan melawannya. Ketika engkau memperoleh sedikit hasil dalam pekerjaanmu, hal itu membuatmu bangga dan engkau menjadi lupa diri. Engkau menjadi congkak dan tidak mengetahui tempatmu yang seharusnya di alam semesta, menganggap dirimu lebih baik daripada orang lain, dan ingin Tuhan memberimu mahkota dan upah sebagai imbalannya; engkau juga berani menyatakan keinginan tersebut di depan umum. Singkatnya, keadaan-keadaan ini sama dengan keadaan Paulus—keduanya sama, dan Tuhan membencinya.

Kita telah merangkumkan dan mendefinisikan ketujuh dosa besar Paulus. Paulus pada akhirnya menjadi objek penghukuman. Apakah Tuhan menentukan kesudahan Paulus hanya berdasarkan pada salah satu dosanya? (Tidak.) Dengan mempertimbangkan semua dosanya, inilah kesudahan yang harus dia dapatkan; inilah akhir hidupnya yang seharusnya. Faktanya ada di hadapanmu; engkau tidak dapat menyangkalnya. Jika ada di antaramu yang menempuh jalan seperti jalan Paulus dari awal hingga akhir, mewujudkan semua tujuh dosa Paulus, dan tidak mampu mencari kebenaran untuk membereskannya, apa yang akan menjadi kesudahan akhirmu? (Sama seperti kesudahan Paulus.) Engkau akan menjadi si setan antikristus seperti halnya Paulus, dan harus dihukum. Jika engkau dihukum, jangan menuduh Tuhan tidak adil. Sebaliknya, engkau harus memuji keadilan Tuhan, dan berkata, "Tuhan itu adil! Tuhan menyingkapkan ketujuh dosa Paulus, dan firman-Nya menjelaskan semuanya. Akulah yang tidak masuk ke dalam firman-Nya!" Sekarang ini segala sesuatunya berbeda dibandingkan dua ribu tahun yang lalu; Tuhan memberi tahu manusia tentang setiap kebenaran dengan jelas dan transparan, dan ini ditulis untukmu, agar engkau mendengar dan memahaminya, dan engkau memahami bahwa begitulah juga cara Tuhan bekerja dan menyelesaikan segala sesuatunya dalam kehidupan nyata. Jika engkau tetap tidak mampu masuk ke dalam kebenaran, dan tidak mampu membereskan watak rusakmu berdasarkan firman Tuhan, jangan salahkan Tuhan karena menghukummu berdasarkan watak benar-Nya. Dalam Kitab Wahyu, Tuhan berkata, "Upah-Ku akan Kubawa bersama-Ku, untuk Kuberikan kepada setiap orang sesuai perbuatannya" (Wahyu 22:12). Tuhan membalas manusia sesuai perbuatan mereka. Inilah watak benar Tuhan. Mereka yang percaya kepada Tuhan harus merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri berdasarkan firman Tuhan, dan berdasarkan ketujuh dosa Paulus yang Tuhan singkapkan, dan mencapai pertobatan sejati. Inilah yang diperkenan Tuhan.

14 Juni 2018

Sebelumnya: Hanya Dengan Memahami Kebenaran, Orang Bisa Mengetahui Perbuatan Tuhan

Selanjutnya: Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini