Hanya di dalam Menerapkan Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan
Dari manakah seseorang harus memulai ketika mengambil langkah pertama ke dalam jalan masuk kehidupan? Apa yang perlu orang miliki agar dapat memperoleh jalan masuk kehidupan? Hal-hal apa yang paling krusial dan penting yang harus orang kejar dan peroleh agar dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Pernahkah engkau semua memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini? Apa yang dimaksud dengan jalan masuk kehidupan? Jalan masuk kehidupan adalah perubahan di dalam kehidupan sehari-hari seseorang, dalam tindakan mereka, dalam arah hidup mereka, dan dalam tujuan pengejaran mereka. Orang yang dahulu bodoh dan bebal serta selalu bertindak berdasarkan pemikiran, gagasan, dan imajinasi daging, melalui penyingkapan Tuhan, penyiraman, dan pembekalan Tuhan, sekarang dapat memahami bahwa mereka harus bertindak sesuai dengan firman Tuhan. Selain itu, orang ini telah mengalami perubahan sebagai hasil dari firman Tuhan, dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal pandangan dan cara mereka berperilaku, serta dalam arah dan tujuan hidup mereka. Inilah arti jalan masuk kehidupan. Apa yang menjadi dasar jalan masuk kehidupan? (Firman Tuhan.) Itu benar. Jalan masuk kehidupan tidak dapat dipisahkan dari firman Tuhan; itu tidak dapat dipisahkan dari kebenaran; setiap firman yang diucapkan Tuhan adalah kebenaran. Apa yang terwujud dalam diri orang yang telah memperoleh jalan masuk kehidupan? (Mereka mampu bergantung pada firman Tuhan untuk hidup.) Itu benar. Mereka mampu bergantung pada firman Tuhan untuk hidup. Tindakan, perkataan, pemikiran mereka tentang masalah, pandangan, pendirian, dan sudut pandang mereka, semuanya bergantung pada firman Tuhan dan kebenaran. Semua ini adalah perwujudan dari mendapatkan jalan masuk kehidupan. Jadi, dengan apakah jalan masuk kehidupan ini terutama terhubung? (Firman Tuhan.) Jalan masuk kehidupan berkaitan dengan firman Tuhan dan kebenaran. Lalu sekarang, dapatkah orang mendefinisikan orang yang memiliki jalan masuk kehidupan sebagai orang yang mengejar kebenaran, dan orang yang benar-benar mengejar kebenaran sebagai orang yang memiliki jalan masuk kehidupan? (Ya.) Apa tujuan dari mendefinisikan hal-hal dengan cara ini? Ke arah manakah kita harus mengarahkan persekutuan kita? (Ke arah mengejar kebenaran.) Mengejar kebenaran adalah topik utama yang ingin Kupersekutukan hari ini. Saat ini, engkau semua belum begitu jelas mengenai hubungan antara jalan masuk kehidupan dan mengejar kebenaran. Hal ini tidak begitu jelas bagimu. Aku selalu bersekutu tentang jalan masuk kehidupan dan perubahan watak, dan menelaah jalan Paulus. Apa topik utama yang menjadi inti dari semua ini? Topik utamanya adalah mengejar kebenaran. Entah Aku menelaah jalan yang Paulus tempuh, atau membahas jalan menuju kesempurnaan yang Petrus tempuh, apa pun yang Kubahas, pada akhirnya, jalan seperti apa yang menjadi tujuan-Ku agar semua orang menempuhnya? (Jalan mengejar kebenaran.) Jika manusia mampu mengejar kebenaran, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, hidup berdasarkan firman Tuhan, memahami maksud Tuhan, dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip firman Tuhan, bukankah tujuan yang orang kejar, dan jalan yang mereka tempuh menjadi jelas? (Ya.) Mengejar kebenaran adalah topik yang tidak mungkin dihindari orang ketika mereka percaya kepada Tuhan, mengejar perubahan watak mereka, dan mengejar keselamatan. Hanya mereka yang mengejar kebenaran yang merupakan orang percaya sejati dan dapat memperoleh keselamatan. Ada orang-orang yang memiliki semangat dan bersedia mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, tetapi mereka belum tentu orang yang mengejar kebenaran. Meskipun semua orang bersedia mengejar kebenaran, ada orang-orang yang memiliki kualitas yang buruk, mereka tidak memiliki kemampuan memahami dan tidak mampu memahami kebenaran. Ada orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani; seperti apa pun mereka mendengarkan khotbah, mereka tidak pernah mengerti, dan mereka juga tidak mengerti ketika mereka membaca firman Tuhan. Mereka selalu memahami segala sesuatu dengan cara yang menyimpang, dan berusaha mematuhi aturan. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Ada orang-orang di gereja yang memiliki pemahaman rohani, dan ada yang tidak memiliki pemahaman rohani. Ada orang-orang dengan kualitas buruk yang tidak memiliki kemampuan memahami, dan ada orang-orang dengan kualitas baik yang memiliki pemahaman murni akan firman Tuhan. Ada orang-orang yang mengejar kebenaran dan ada yang tidak. Berbagai jenis orang ini memiliki keadaan dan perwujudan yang berbeda-beda, dan engkau harus mampu mengenalinya dengan jelas.
Mari kita mulai dengan membahas jenis orang pertama, yaitu orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Contohnya, kita bersekutu tentang satu aspek kebenaran, dan setelah kita selesai bersekutu tentang aspek kebenaran ini dan keadaan, sikap, niat, dan perwujudan orang, ada orang-orang yang tidak memahami apa yang dikatakan, tidak memahami apa yang dipersekutukan, yang tidak mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri, dan tidak tahu hubungan apa yang dimiliki antara perilaku dan perwujudan mereka, watak rusak mereka, serta esensi natur mereka dengan kebenaran yang dipersekutukan. Mereka juga tidak tahu apa hubungan hal ini dengan hal-hal yang mereka kejar dalam hidup mereka, atau mengapa khotbah ini disampaikan. Yang mereka pahami darinya hanyalah doktrin dan mereka membaca aturan-aturan di dalamnya. Ketika seseorang bertanya kepada mereka apa yang mereka pahami, mereka berkata, "Meskipun banyak topik yang dipersekutukan hari ini, hal utamanya sama: jika sesuatu terjadi, lebih banyaklah berdoa." Ada orang lain yang berkata, "Aku mengerti. Tuhan membuat manusia menjadi baik, tidak berbuat jahat, dan banyak berbuat baik. Tuhan menyukai hal ini." Masih ada orang lain yang berkata, "Tuhan memberi tahu manusia bahwa mereka harus mengorbankan diri mereka untuk Tuhan dan membayar harga lebih banyak." Sudahkah mereka memahami firman Tuhan? (Tidak.) Orang-orang ini mengira bahwa mereka telah memahami firman-Nya, tetapi sebenarnya mereka meraba-raba dalam kegelapan, dan hanya terpaku pada satu kalimat dari firman-Nya. Pemahaman mereka terlalu sepihak dan mereka sama sekali tidak memahami apa yang Tuhan maksudkan. Bagi orang yang tidak memahami firman Tuhan, sebanyak apa pun Tuhan berfirman, yang mereka lihat hanyalah aturan, doktrin, satu jenis teori, satu jenis perspektif, atau satu jenis pernyataan. Ketika harus menerapkannya, bagaimana mereka menerapkannya? Contohnya, ketika kita membahas tentang kebenaran tunduk kepada Tuhan, setelah mendengarkan, mereka berkata, "Aku akan melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan. Inilah yang dimaksud dengan mendengarkan firman-Nya dan tunduk kepada-Nya." Bukankah ini terlalu sederhana? Hanya itulah yang mampu mereka pahami. Mereka tidak memahami cara menerapkan firman Tuhan yang merupakan ketundukan sejati kepada-Nya, cara mencari maksud Tuhan dan mencapai ketundukan kepada Tuhan, cara mengikuti tuntunan Roh Kudus, dan cara menerapkan kebenaran berdasarkan firman Tuhan, apalagi memahami cara berdiri di pihak Tuhan serta melindungi pekerjaan gereja. Makin banyak sesuatu ada kaitannya dengan kebenaran yang merupakan kunci untuk tunduk kepada Tuhan, makin mereka tidak mampu memahaminya. Yang mereka tahu hanyalah mengikuti aturan. Inilah yang dimaksud dengan tidak memiliki pemahaman rohani. Selain mengikuti aturan dan terjebak dalam kebiasaan berpikirnya sendiri, orang yang tidak memiliki pemahaman rohani juga tidak bernalar. Apa ungkapan utama dari orang yang tidak memiliki pemahaman rohani? (Mengikuti aturan.) Mengikuti aturan. Mereka sering mengambil kalimat atau peristiwa dan menetapkannya sebagai aturan atau metode untuk diikuti. Lalu, apakah orang-orang ini memperlakukan kebenaran dengan cara yang sama? (Ya.) Mereka yang tidak memiliki pemahaman rohani mengingat satu aspek dari perwujudan kebenaran yang engkau persekutukan hari ini; mereka menetapkan perkataan dan perilaku itu sebagai aturan yang harus diterapkan, mereka mengingat setiap aturan itu tanpa terkecuali. Kemudian, lain kali, saat menghadapi situasi yang berbeda, jika tidak ada yang bersekutu, mereka akan menerapkan metode dan aturan yang sebelumnya tanpa pandang bulu dan menerapkannya. Ini adalah perwujudan nyata dari orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Bagaimana perasaan orang seperti itu ketika mereka mengikuti aturan? (Lelah.) Mereka tidak merasa lelah; jika mereka merasa lelah, mereka tidak akan mengikuti aturan itu. Mereka merasa mereka sedang menerapkan kebenaran; mereka tidak merasa bahwa mereka mengikuti seperangkat aturan dan juga tidak merasa tidak memahami pemahaman rohani. Terlebih lagi, mereka tidak merasa tidak memahami kebenaran ataupun merasa bahwa mereka tidak memiliki pemahaman akan apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kebenaran. Sebaliknya, mereka menganggap bahwa mereka telah memahami sisi nyata dari kebenaran, serta prinsip-prinsip dari aspek kebenaran tersebut; pada saat yang sama, mereka menganggap bahwa mereka telah memahami maksud Tuhan, dan bahwa, jika mereka dapat bertindak sesuai dengan aturan mereka, mereka akan masuk ke dalam aspek kenyataan kebenaran tersebut, memuaskan maksud Tuhan, dan menerapkan kebenaran. Bukankah ini yang dipikirkan oleh orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani? (Ya.) Apakah cara berpikir seperti ini sesuai dengan standar yang dituntut oleh Tuhan? Apakah melakukan penerapan dengan mengikuti aturan sebenarnya merupakan perwujudan dari mengejar kebenaran? (Tidak.) Mengapa tidak? (Karena ketika sesuatu terjadi, mereka tidak mencari kebenaran, dan tidak berusaha keras untuk merenungkan masalah tersebut; mereka hanya dengan keras kepala berpaut pada cara yang selalu mereka lakukan.) Inilah cara bertindak dari jenis orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Mereka dengan keras kepala berpaut pada cara-cara lama, malas, tidak mencari kebenaran ketika sesuatu terjadi, dan tidak memikirkan atau menyelidikinya. Selain itu, sekalipun mereka menyelidikinya, apakah mereka mampu memahami maksudnya? (Tidak.) Mengapa mereka tidak memahaminya? (Karena mereka tidak memiliki pemahaman rohani.) Benar. Kesimpulannya, orang-orang semacam ini tidak memiliki pemahaman rohani dan tidak akan pernah memahami kebenaran.
Sebenarnya, di dalam hati mereka, orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani bersedia mengejar kebenaran, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang salah. Tepatnya, mereka terutama mengandalkan kepatuhan pada aturan, bertindak sesuai aturan, dan mematuhi doktrin, atau menerapkan cara orang lain dalam melakukan segala sesuatu, dan meniru perkataan mereka. Jadi, apa esensi dari orang semacam ini? Mengapa mereka memperlakukan kepatuhan pada aturan sebagai menerapkan kebenaran, dan menganggap bahwa melakukan penerapan dengan cara ini berarti mengejar kebenaran? Mengapa masalah ini terjadi? Ada sumber penyebabnya. Dapatkah engkau semua melihatnya? (Mereka memperlakukan pandangan, gagasan, dan imajinasi mereka sebagai kebenaran. Mereka tidak memahami firman Tuhan dan belum benar-benar memahami maksud Tuhan.) Ini adalah sebagian dari itu. Apa lagi? (Mereka congkak dan merasa diri benar, dan ketika sesuatu terjadi, mereka tidak mencari kebenaran. Mereka memperlakukan hal-hal yang mereka anggap benar sebagai kebenaran.) Inilah cara orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani, tetapi ini bukanlah sumber masalahnya. Apa yang membuat orang-orang semacam ini berperilaku dengan cara seperti ini? Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani dan suka mematuhi aturan mendengarkan khotbah dengan sangat sungguh-sungguh, terutama jika itu menyangkut penerapan mereka. Contohnya, bagaimana melaksanakan tugas mereka, dan bagaimana melakukan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan dengan baik. Mereka memperhatikan, tetapi masalah utamanya adalah mereka tidak mampu membandingkan antara keadaan mereka dan apa yang mereka dengar dalam khotbah. Contohnya, jika berbicara tentang pemberontakan orang, setelah mereka mendengarkan, mereka berpikir, "Memberontak? Bukan aku! Jika orang tidak diperbolehkan untuk memberontak, maka jika nantinya aku menghadapi situasi seperti ini, aku tidak boleh berbicara. Aku harus menahan diri dan membaca nada bicara serta ekspresi orang-orang. Aku akan melihat apa yang dikatakan orang-orang di sekitarku, dan bagaimana mereka melakukan hal-hal, dan mengikutinya. Dengan demikian, aku tidak akan memberontak, bukan?" Setelah mereka mendengarkan khotbah, kesimpulan yang mereka ambil hanyalah sekumpulan logika dan metode penerapan mereka sendiri. Mereka tidak menanggapi semua keadaan yang disingkapkan dalam khotbah tersebut dan tidak mampu membandingkan apa pun terhadap diri mereka sendiri. Pikiran mereka kacau. Apa yang Kumaksud dengan "kacau"? Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya dibicarakan dalam khotbah tersebut. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Apa yang sedang dipersekutukan? Mengapa itu tidak disampaikan dengan lebih sederhana? Hari ini mempersekutukan ini dan besok mempersekutukan hal lain." Dari perspektif mereka, menerapkan kebenaran itu mudah: lakukan saja apa yang diminta. Mengenai semua keadaan dan watak rusak yang disingkapkan dalam khotbah, mereka tidak mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri. Mereka tidak jelas dan tidak tahu apa pun jika menyangkut pemikiran, gagasan, dan berbagai watak rusak yang orang perlihatkan dalam setiap keadaan selama proses masuk ke dalam jalan masuk kehidupan. Mereka tidak mampu membedakan antara detail-detailnya atau membandingkannya terhadap diri mereka sendiri. Bagaimana perasaan orang-orang yang tidak mampu membandingkan diri mereka sendiri setelah mendengarkan kebenaran? (Mereka menganggap bahwa itu sedang membicarakan orang lain dan tidak ada hubungannya dengan diri mereka sendiri.) Benar. Inilah ciri utamanya; mereka tidak mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri. Ketika mereka membaca firman yang menyingkapkan keadaan buruk orang, mereka menganggap bahwa itu hanya membicarakan orang lain. Mereka dapat mengakuinya ketika masalah-masalah biasa atau masalah-masalah umum yang orang miliki disingkapkan, tetapi dalam hal firman yang berkaitan dengan watak rusak atau esensi manusia, mereka dengan tegas tidak menerimanya; mereka tidak akan mengakuinya dalam keadaan apa pun, seolah-olah mengakui hal itu berarti mereka dihukum. Ini adalah masalah umum yang dimiliki semua orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Ketika mereka dihadapkan dengan penyingkapan Tuhan atas segala jenis keadaan dan perwujudan yang dimiliki manusia, dan setiap cara esensi natur mereka tersingkap dengan sendirinya, mereka tidak menerima satu pun dari hal itu, juga tidak membandingkannya terhadap diri mereka sendiri atau merenungkannya. Sebaliknya, mereka sering kali mengambil firman dan masalah ini dan mengarahkannya kepada orang lain, karena menganggap bahwa itu tidak ada hubungannya dengan diri mereka sendiri. Orang-orang semacam ini bukan saja tidak menerima kebenaran, tetapi mereka juga tidak memiliki proses berpikir yang normal. Kata-kata mereka bersifat mengelak dan berbelit-belit, dan pertanyaan yang mereka jawab bukanlah pertanyaan yang kautanyakan. Contohnya, jika engkau bertanya kepada mereka apakah mereka sudah makan, mereka menjawab mereka tidak mau minum; jika engkau bertanya kepada mereka apakah mereka merasa mengantuk, mereka menjawab bahwa mereka tidak haus. Mereka sering kali berada dalam keadaan yang kacau seperti ini dan memiliki kerangka berpikir yang bercampur aduk. Seperti inilah perwujudan orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Ada orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani di setiap gereja. Meskipun mereka memiliki masalah yang sama satu sama lain, ada juga perbedaan yang tidak kentara. Adakah orang yang sama sekali tidak memiliki pemahaman rohani? (Ada.) Orang yang telah percaya kepada Tuhan selama kurang dari tiga tahun sangat bingung dalam hal-hal seperti percaya kepada Tuhan, jalan masuk kehidupan, mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak mereka, dan disempurnakan. Mereka hanya mengandalkan semangat untuk melaksanakan tugas mereka, melakukan ini atau itu untuk Tuhan, dan berada pada tahap berusaha keras dan berjerih payah. Mereka tidak memahami hal-hal yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan dan mereka sama sekali tidak memiliki konsep tentang jalan masuk kehidupan serta mengejar kebenaran. Mereka hanya suka melakukan hal-hal yang terlihat dari luar, dan mengandalkan semangat mereka untuk melakukannya. Mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak memiliki pemahaman rohani. Dapatkah seseorang yang sama sekali tidak memiliki pemahaman rohani pada tahap ini digolongkan sebagai seseorang yang tidak mengejar kebenaran? (Tidak.) Mereka belum cukup lama percaya kepada Tuhan, jadi mereka belum bisa digolongkan. Karena mereka masih berada pada tahap bersemangat, mereka tidak memahami apa pun tentang tujuan rencana pengelolaan Tuhan, jalan manusia menuju keselamatan, atau berbagai jalan yang ditempuh setiap jenis orang, sehingga dapat dimaklumi jika mereka tidak memiliki pemahaman rohani; ini adalah hal yang normal. Namun, bagi mereka yang sudah memahami apa artinya jalan masuk kehidupan, dan sudah mulai mengenal seluruh kebenaran yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan dan perubahan watak, adakah di antara mereka yang sama sekali tidak memiliki pemahaman rohani? (Ya, ada.) Mereka masih ada. Sekalipun seseorang yang sama sekali tidak memiliki pemahaman rohani bersedia di dalam hatinya untuk mengejar kebenaran, dia tidak dapat memperolehnya, sehingga dapat dikatakan dengan pasti bahwa tidak mungkin orang yang sama sekali tidak memiliki pemahaman rohani adalah orang yang mengejar kebenaran, dan sama sekali tidak mungkin perwujudannya adalah perwujudan dari orang yang mengejar kebenaran.
Apa perbedaan cara antara orang yang memiliki pemahaman rohani dan orang yang tidak memiliki pemahaman rohani dalam mewujudkan dirinya? Orang yang tidak memiliki pemahaman rohani pada dasarnya tidak menyadari dan tidak mengetahui kebenaran yang telah Tuhan persekutukan, serta tidak mengetahui keadaan, konteks, dan petunjuk firman-Nya, dan mereka tidak mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri. Orang yang memiliki pemahaman rohani justru sebaliknya. Contohnya, jika Aku bersekutu tentang pemberontakan manusia, dan bahwa di dalam pemberontakan terdapat sikap keras kepala, egoisme, dan kebodohan yang keras kepala, serta kesalahpahaman tentang Tuhan, dan penentangan serta perlawanan terhadap-Nya. Ketika Aku membahas tentang keadaan-keadaan yang berkaitan dengan topik ini, entah Aku memberi contoh, membahas suatu aspek kebenaran, menyinggung keadaan yang ada di hatimu, atau mempersekutukan topik tentang prinsip-prinsip kebenaran, jika engkau benar-benar memahami apa yang kaudengar, itu berarti engkau adalah orang yang memiliki pemahaman rohani. Jika engkau memahami apa yang kaudengar dan mampu menerapkannya, itu berarti engkau adalah orang yang menerapkan kebenaran. Ketika orang yang memiliki pemahaman rohani mendengar firman Tuhan, mereka mampu memahami secara murni, dan bahkan mampu memahami kebenaran. Apa pun yang Tuhan bicarakan, mereka mampu mengikutinya, dan mampu membandingkan antara keadaan mereka dan firman Tuhan, serta mampu menemukan jalan untuk melakukan penerapan. Inilah perwujudan dari orang yang memiliki pemahaman rohani. Setelah orang yang memiliki pemahaman rohani membaca firman Tuhan, hati mereka dicerahkan dan mereka memperoleh sesuatu darinya. Roh mereka sangat bebas dan mereka merasa ada jalan yang dapat mereka ikuti. Oleh karena itu, setiap kali mereka mendengarkan khotbah, mereka memperoleh sesuatu darinya, dan setiap kali mereka membaca firman Tuhan, mereka diperkaya. Beginilah cara pemahaman rohani terwujud dengan sendirinya. Apa pun yang Tuhan persekutukan, setelah mereka yang memiliki pemahaman rohani mendengarnya, gambaran akan muncul di benak mereka, dan ketika Tuhan menyingkapkan keadaan manusia, mereka mampu membandingkannya. Ketika Dia membahas kesalahpahaman tentang Tuhan, mereka menerapkannya pada keadaan mereka, dan menyadari, "Tuntutanku ini dan imajinasi yang kumiliki sebenarnya adalah kesalahpahaman tentang Tuhan." Mereka telah memahaminya. Ketika Dia membahas tentang penentangan dan perlawanan terhadap Tuhan, jika mereka memiliki emosi yang sama, hidup dalam keadaan yang sama, dan memiliki watak dan esensi ini di dalam diri mereka, mereka mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri. Hal-hal apa saja yang dapat mereka gunakan untuk membandingkan diri mereka? Pemikiran, gagasan, atau tindakan dan perilaku yang mereka perlihatkan; semua ini dapat digunakan untuk membandingkan diri mereka. Jika orang mampu memahami apa yang Tuhan firmankan, dan memahami apa yang sebenarnya Dia bicarakan, dan mengetahui perilaku, penyingkapan, perwujudan, keadaan, dan esensi mereka yang sesuai dengan keadaan yang telah Tuhan singkapkan, dan yang dibahas dalam khotbah-khotbah, itu berarti mereka telah mewujudkan pemahaman rohani. Dapatkah engkau semua mengetahui apakah engkau memiliki pemahaman rohani atau tidak? (Terkadang, aku mengetahuinya, dan terkadang tidak.) Hal ini dapat diatasi, tetapi jika engkau sama sekali tidak mengetahuinya, maka ini akan menimbulkan masalah. Jika engkau sering memahami apa yang dibahas oleh firman Tuhan, meskipun engkau tidak mampu membandingkan apa pun terhadap dirimu sendiri, tetapi engkau tahu bahwa engkau memiliki keadaan seperti ini, atau telah memperhatikannya pada diri orang lain, dan mengetahui aspek kebenaran ini, dan bagaimana engkau masuk ke dalamnya, maka itu sudah dianggap memiliki pemahaman rohani. Namun, apakah orang semacam ini mampu mewujudkan pemahaman rohani setiap kali dia mendengar khotbah? Tidak, terkadang dia memiliki pemahaman rohani, dan terkadang tidak. Karena jalan masuk kehidupan berkaitan dengan banyak aspek kebenaran. Ada beberapa kebenaran yang kaupahami dan telah kaumasuki, dan ada kebenaran yang belum kaupahami dan belum kaumasuki. Ada beberapa kebenaran yang sama sekali belum pernah kaujumpai, dan bahkan belum pernah kaudengar. Sekarang engkau telah mendengarnya, tetapi sulit untuk mengatakan apakah engkau mampu memahaminya atau tidak, dan engkau bahkan mungkin memiliki gagasan atau kesalahpahaman tentangnya. Namun, ini normal. Jika ada beberapa aspek kebenaran yang kaupahami, itu adalah aspek di mana engkau memiliki pemahaman rohani. Jika ada beberapa aspek kebenaran yang tidak kaupahami, maka aspek tersebut adalah aspek di mana engkau tidak memiliki pemahaman rohani. Jika ada beberapa aspek kebenaran yang belum pernah kaudengar dan masih sangat asing bagimu, atau yang bahkan engkau miliki gagasan tentangnya, maka itu adalah aspek-aspek di mana engkau lebih tidak memiliki pemahaman rohani. Engkau harus melewati periode pengalaman sampai engkau memahami kebenaran sebelum engkau memperoleh pemahaman rohani dalam aspek-aspek tersebut. Contohnya, ada orang-orang yang memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan, tetapi dia masih berpikir, "Aku tidak salah paham terhadap Tuhan; aku tidak pernah salah paham terhadap Tuhan. Aku sangat mengasihi Tuhan! Jadi bagaimana mungkin aku salah paham terhadap-Nya?" Ini adalah perkataan yang diucapkan oleh orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Jika engkau berkata, "Manusia sering kali salah paham terhadap Tuhan, tetapi mereka tidak dapat mengendalikannya; kesalahpahaman dapat muncul kapan saja dan di mana saja. Namun, hingga saat ini, sepertinya aku tidak menyadari aspek apa pun yang membuatku salah paham terhadap Tuhan, atau bertentangan dengan-Nya. Aku harus menyelidiki segala sesuatunya dengan saksama, mendapatkan pengalaman, dan berdoa kepada Tuhan serta memohon agar Dia mengatur situasi untuk menyingkapkan hal-hal ini kepadaku." Inilah idealnya. Ini adalah keinginan yang harus kaupikirkan. Engkau harus terus berjuang untuk menjadi lebih baik. Jika seseorang berkata, "Aku tidak pernah salah paham terhadap Tuhan. Ini berbicara tentang orang lain," fakta bahwa mereka dapat mengatakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal memperlihatkan bahwa mereka tidak memiliki pemahaman rohani. Watak apa yang terutama disingkapkan oleh orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani? Kecongkakan dan kebodohan yang keras kepala. Apakah yang dimaksud dengan kebodohan yang keras kepala? Itu berarti engkau bodoh dan keras kepala. Bagaimana hal itu terwujud secara nyata? (Mereka tidak menyadari watak rusak yang dapat dilihat orang lain dan menganggap bahwa mereka tidak memiliki watak tersebut. Mereka juga sangat merasa diri benar dan menganggap bahwa mereka sepenuhnya benar.) Mereka tidak hanya menganggap bahwa mereka tidak memiliki aspek kerusakan ini, mereka juga menganggap bahwa mereka baik-baik saja. Mereka dikendalikan dari dalam oleh watak congkak mereka dan mengira bahwa mereka tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Apa pun yang orang lain katakan, selama mereka sendiri belum menyadari, melihat, atau mengalami sesuatu, mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu merenungkan dan memahami, atau menerimanya. Inilah kebodohan yang keras kepala. Apa cara lain untuk menggambarkan kebodohan yang keras kepala? Itu adalah saat engkau tidak bernalar. Adakah istilah lainnya? (Kebebalan.) Ya, kebodohan yang keras kepala sebagian besar berkaitan dengan kebebalan—keduanya bodoh dan keras kepala. Contohnya, orang lain berkata, "Kau harus berhati-hati. Selalu minum air dingin dapat memperlambat proses pencernaan dan membuatmu sakit perut." Dan dia menjawab, "Tubuhku dalam keadaan sehat. Tidak ada yang salah denganku. Kekhawatiranmu tidak beralasan." Bukankah ini kebodohan yang keras kepala? (Ya.) Dia tampak sangat keras kepala dan bodoh karena dia belum mengalami sesuatu, tetapi dia sangat merasa dirinya benar. Mengapa Kukatakan dia keras kepala dan bodoh? Karena dia tidak memiliki pengalaman, tetapi berani membantah perkataan orang yang berpengalaman. Dia tidak mengonfirmasi keakuratan perkataan ini atau memetik pelajaran darinya; sebaliknya, dia menganggap dirinya paling benar, dan tidak menerima apa yang orang lain katakan. Ini adalah keras kepala dan bodoh, serta congkak dan merasa diri benar. Dalam jalan masuk kehidupannya, Petrus mampu belajar dari kegagalan orang lain. Apa yang firman Tuhan katakan? (Tuhan berkata Petrus "menerima hal-hal baik dari masa lalu, dan menolak hal-hal yang buruk" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Kenyataan").) Orang yang keras kepala dan bodoh bahkan tidak dapat menerima apa yang terjadi di depan matanya, dan dia tidak memetik pelajaran darinya. Orang menganggap ini sebagai kebodohan, tetapi sebenarnya ini adalah masalah dengan wataknya. Ini disebabkan oleh watak yang congkak.
Mari kita kembali ke topik tentang perwujudan dari orang yang memiliki pemahaman rohani dan perwujudan dari orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Kita baru saja membahas tentang perwujudan utama dari orang-orang yang memiliki pemahaman rohani. Apa sajakah itu? Katakan kepada-Ku. (Mereka yang memiliki pemahaman rohani mampu memahami keadaan manusia manakah yang sedang disingkapkan oleh firman Tuhan, dan mampu membandingkannya terhadap pemikiran, gagasan, tindakan, dan perilaku mereka sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mampu memahami apa yang Tuhan firmankan.) Engkau telah menyebutkan sebagian besar dari hal yang utama. Ketika orang yang memiliki pemahaman rohani membaca firman penyingkapan Tuhan, dia mampu membandingkannya terhadap dirinya sendiri, dan mengetahui kebenaran apa yang firman Tuhan sedang bicarakan, apa yang harus manusia masuki, watak manusia apa yang sedang disingkapkan oleh firman-Nya, dan apa keadaan dan perwujudan manusia yang sedang disingkapkan oleh firman-Nya. Dia mampu membandingkan dirinya sendiri terhadap semua hal ini dan menyadarinya. Seperti inilah perwujudan dari pemahaman rohani. Sebelumnya, ketika Aku bersekutu tentang perwujudan dari orang yang memiliki pemahaman rohani, kita mengajukan sebuah pertanyaan, yaitu apakah orang yang memiliki pemahaman rohani memiliki pemahaman rohani dalam segala hal? (Tidak. Dalam beberapa hal, dia mampu membandingkan keadaan yang firman Tuhan singkapkan terhadap dirinya sendiri, dan dengan demikian dia mewujudkan pemahaman rohani; sedangkan dalam hal-hal yang belum dia alami, dia tidak mampu membandingkannya terhadap dirinya sendiri, jadi dia tidak memiliki pemahaman rohani.) Jika dia belum mengalami sesuatu dan tidak mampu membandingkannya terhadap dirinya sendiri, itu berarti dia tidak memiliki pemahaman rohani. Lalu, bagaimana jika ada hal-hal yang telah dia alami, tetapi dia tidak memahami kebenaran yang terkandung di dalamnya, sehingga dia tidak menerimanya, atau tidak mengakuinya sebagai kebenaran, apakah itu dianggap memiliki pemahaman rohani? (Tidak.) Ini pun berarti dia tidak memiliki pemahaman rohani. Bagaimana jika dia tidak memahami bahwa hal-hal yang dia dengar adalah kebenaran, apakah ini dianggap memiliki pemahaman rohani? (Tidak.) Apakah ada di antaramu yang mewujudkan dirinya dengan cara-cara ini? Contohnya, mengenai kebenaran tentang ketundukan, ada orang-orang yang berkata, "Kita harus tunduk dalam hal ini. Manusia tidak memiliki apa pun untuk dibanggakan dan sudah menjadi tugas serta kewajiban mereka untuk tunduk." Setelah mendengar perkataan ini, engkau berpikir, "Kebenaran macam apa ini? Menjadi tunduk juga dalam hal ini? Menurutku, tidak perlu ada ketundukan di sini!" Bukankah engkau tidak memiliki pemahaman rohani dalam hal ini? (Ya.) Sebenarnya, ini tidak ada hubungannya dengan seberapa dalam atau dangkalnya pengalamanmu; ini murni pertanyaan tentang apakah engkau memiliki pemahaman rohani atau tidak. Aku akan memberikan sebuah contoh. Ketika Ayub diuji, apa yang dia katakan? ("Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21).) Setelah orang-orang mendengar perkataannya, mampukah mereka memahami kebenaran di dalamnya? (Tidak.) Jadi, apakah manusia memiliki pemahaman rohani mengenai hal ini? (Tidak.) Mereka tidak memilikinya. Setiap orang mampu mengalami dua hal yaitu Tuhan memberi dan mengambil, bukan? (Ya.) Engkau pernah mengalaminya, tetapi engkau tidak memahami kebenaran yang terkandung di dalamnya, jadi apakah engkau memiliki pemahaman rohani mengenai hal-hal ini? (Tidak.) Engkau tidak memilikinya. Kebenaran apa yang terkandung dalam perkataan Ayub? (Bahwa Tuhan berdaulat dan mengendalikan segala sesuatu.) Tuhan berdaulat atas segala hal dan segala sesuatu, dan keputusan untuk memberi atau mengambil berada di tangan-Nya. Jadi, apa yang harus diterapkan manusia? (Ketundukan.) Benar. Mereka harus tunduk, menerima, dan memuji kedaulatan Tuhan. Ketika manusia memahami firman ini dan kebenaran yang terkandung di dalamnya, mereka memiliki pemahaman rohani mengenai hal ini. Jika orang tidak memahami kebenaran yang terkandung dalam firman ini, mereka tidak memiliki pemahaman rohani mengenai hal ini. Pada saat ini, apakah engkau semua memiliki pemahaman rohani dari perkataan Ayub? (Tidak.) Jika yang kaupahami adalah doktrin, engkau berkata, "Ayub memiliki pengalaman yang baik. Tuhan berfirman bahwa Ayub adalah orang yang benar, jadi segala sesuatu yang dilakukannya pasti sesuai dengan kebenaran, dan mampu memuaskan maksud Tuhan." Engkau memahami doktrin tersebut. Jadi, kapan doktrin ini akan menjadi kenyataan kebenaranmu? (Ketika Tuhan benar-benar mengatur keadaan di mana segala sesuatunya diambil dariku, dan aku mampu bersyukur dan memuji Tuhan, tunduk kepada Tuhan, serta tidak mengeluh, dan dengan demikian menerapkan aspek kebenaran ini.) Engkau mampu menerapkannya, tetapi apakah penerapanmu mengikuti aturan dan meniru orang lain, ataukah engkau memiliki pemahaman yang benar di lubuk hatimu tentang kedaulatan Tuhan? Ada perbedaan di sini, bukan? Manakah yang masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Sekarang, setelah melihat teladan yang ditunjukkan Ayub, ada banyak orang yang dapat mengucapkan perkataan yang sama seperti Ayub, tetapi ketika mereka mengucapkannya, apakah mereka hanya menirunya, atau apakah perkataan mereka, seperti perkataan Ayub, diucapkan setelah menyadari, setelah pengalaman beberapa dekade, kebenaran dan fakta bahwa Tuhan berdaulat atas manusia? Manakah yang merupakan kenyataan kebenaran? (Yang berasal dari pengalaman adalah kenyataan.) Hanya hal-hal yang kaurasakan dan pahami melalui pengalamanlah yang merupakan kenyataan kebenaran; meniru perkataan orang lain bukanlah kenyataan. Perkataan yang diucapkan Ayub memiliki aspek kenyataan di dalamnya, tetapi ketika perkataan yang sama diucapkan oleh orang-orang yang meniru perkataannya, itu menjadi slogan yang mereka gunakan untuk mengemas dan menyamarkan diri mereka sebagai orang yang rohani. Orang-orang ini adalah penipu agama. Ada orang-orang yang dipilih untuk menjadi pemimpin di gereja dan yang memiliki tanggung jawab serta status sering menyampaikan persekutuan kepada saudara-saudari tentang perkataan Ayub: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh." Apa yang dirasakan orang-orang yang mendengarnya? Yang mereka rasakan adalah, "Perkataan ini berasal dari Tuhan. Perkataan ini, diucapkan melalui pencerahan Roh Kudus dan bimbingan Tuhan. Perkataan itu sangat nyata." Kurang dari setahun kemudian, para pemimpin tersebut diberhentikan karena tidak melakukan pekerjaan nyata, karena menunda jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan karena menunda kemajuan pekerjaan gereja, dan setelah itu dia menjadi negatif dan mengeluh. Orang semacam ini mengucapkan perkataan yang sama seperti Ayub, tetapi belum mengalami hal-hal yang dialami Ayub, dan tidak memiliki pengertian, pengalaman, atau pemahaman yang mendalam tentang perkataan tersebut. Oleh karena itu, ketika dia berbicara, apakah dia sedang meniru atau berbicara dengan tulus? (Dia sedang meniru.) Ketika menyangkut apa yang dia pikirkan di lubuk hatinya, ketika dia berbicara, perkataannya mengandung perasaan pribadinya, dan tulus. Dia memiliki keinginan, yaitu ketika Tuhan memberinya sesuatu, dia selalu mampu memuji-Nya dan mensyukuri berkat dan karunia yang telah Dia berikan kepadanya, dan ketika Tuhan mengambil sesuatu darinya, dia sama sekali tidak akan mengeluh, tetapi akan mampu memuji Tuhan seperti yang Ayub lakukan, dan bersyukur kepada Tuhan atas bimbingan dan kedaulatan-Nya. Namun, ini hanyalah sebuah keinginan dan belum pernah dia alami. Ketika kedudukan dan gelarnya hilang, dan dia hanyalah orang percaya biasa, apakah dia menjalankan apa yang dia katakan? (Tidak.) Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia sama sekali tidak melakukan apa yang dikatakannya; itu tergantung pada jenis orangnya. Orang-orang yang mengejar kebenaran menggunakan perkataan ini untuk mengevaluasi perilaku mereka sendiri, dan menggunakannya sebagai panduan untuk pengalaman mereka, dan mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri, serta menemukan jalan penerapan di dalamnya. Mereka tidak terlalu sedih atau negatif, dan mampu melaksanakan tugas mereka dengan normal. Sebaliknya, orang-orang yang tidak mengejar kebenaran dan malah mengucapkan slogan-slogan berada dalam masalah, dan perwujudan mereka berbeda. Apa perwujudan paling jelas yang pernah kaulihat dari orang-orang tipe ini dalam menyingkapkan diri mereka? (Setelah diberhentikan, beberapa pemimpin tidak berusaha mengenal diri mereka sendiri, dan tidak tunduk. Mereka menganggap bahwa pemberhentian mereka tidak adil, lalu menjadi negatif dan mengeluh. Saat pemilihan berikutnya, mereka berjuang untuk mendapatkan kembali kekuasaan, dan pada akhirnya menjadi antikristus dan diusir.) Ini adalah kasus yang paling parah. Apa lagi perwujudan lainnya? (Ada orang-orang yang langsung bekerja di pekerjaan biasa setelah diberhentikan, dan tidak melaksanakan tugas.) Orang macam apa dia ini? Mengapa dia sebelumnya menyombongkan diri dan mengucapkan slogan-slogan? Dia mengucapkan hal-hal untuk didengar orang lain, dan menggunakan slogan-slogan, doktrin, dan perkataan yang terdengar menyenangkan untuk melebih-lebihkan dirinya sendiri, memenangkan hati orang, dan membuat orang menghormatinya. Itulah tujuannya. Apa lagi perwujudan lainnya? (Sebelum mereka diberhentikan, beberapa pemimpin dan pekerja terlihat di luarnya tampak mengejar dengan keras, dan berkata, "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil," tetapi setelah mereka diberhentikan, mereka menjadi negatif dan tidak mampu bangkit, serta bahkan menyerang dan marah kepada orang lain, menganggap bahwa apa yang mereka korbankan dan berikan sebelumnya semuanya sia-sia, seolah-olah rumah Tuhan berutang kepada mereka.) Orang-orang yang mengatakan hal-hal ini dan bertindak seperti ini memiliki masalah yang parah. Pertama-tama, orang harus mengenali natur mereka yang sebenarnya ketika mengatakan hal-hal ini. Mereka tidak mengejar kebenaran; mereka meniru perkataan Ayub; mereka membuat mahkota yang indah untuk kepala mereka, dan menyamar sebagai orang yang rohani untuk pamer dan menyesatkan orang. Bukankah ini merupakan perwujudan dari mempermainkan kebenaran dan menghujat Tuhan? Katakan kepada-Ku, tipe orang apa yang bereaksi sangat keras ketika dia kehilangan ketenaran, keuntungan, dan status, terjerumus ke dalam hal-hal negatif, berhenti melaksanakan tugasnya, memperburuk situasi dengan menganggap dirinya sudah tidak ada harapan, dan bahkan berhenti percaya? (Orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk dan orang jahat.) Benar. Orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk dan orang jahat pasti bukan orang yang mengejar kebenaran, tetapi jika orang yang memiliki kemanusiaan yang baik tidak mengejar kebenaran, akankah dia juga berperilaku seperti itu? Dia pasti akan berperilaku seperti itu. Selain orang jahat yang berperilaku seperti itu, ada situasi lain yang berhubungan langsung dengan apa yang orang kejar dan jalan yang dia tempuh. Sekalipun di luar tampaknya orang-orang yang tidak mencintai kebenaran memiliki sedikit kemanusiaan, tidak ada kebaikan yang akan dihasilkan darinya, dan mereka semua memiliki esensi jahat, mampu melanggar kebenaran dan menentang Tuhan, dan jika mereka memiliki status, mereka mampu melakukan kejahatan. Ada masalah lain yang paling parah, yaitu orang-orang semacam ini sangat tertarik mengejar status. Jika mereka tidak diperbolehkan untuk memiliki status atau tidak memperbolehkan untuk menjadi pemimpin, seolah-olah hidup mereka telah direnggut. Dapatkah mereka menerimanya? Ketika mereka memiliki status, sebesar apa pun penderitaan mereka atau sebanyak apa pun perlakuan tidak adil yang mereka alami, mereka bersedia menerimanya. Namun, kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran hanya karena mereka bersedia menerimanya, atau karena mereka menanggung penderitaan dan membayar harga. Itu salah. Yang mereka kejar adalah ketenaran, keuntungan, dan status; yang mereka kejar adalah manfaat status. Dalam hal apa hal ini serupa dengan Paulus? (Dia mengejar mahkota.) Benar. Dia mengejar mahkota dan itu adalah mahkota kebenaran. Inilah yang dikejar oleh orang-orang seperti Paulus, mereka menganggap pengejaran mahkota sebagai pengejaran yang benar dan sebagai mengejar kebenaran. Setelah ini, akankah engkau semua mengetahui yang sebenarnya mengenai orang-orang semacam ini? (Ya.) Misalkan seseorang menyerang dan marah kepada orang setelah diberhentikan dan kehilangan statusnya, serta tidak memperhatikan atau berbicara dengan saudara-saudari yang dia jumpai, dan ketika dia diminta untuk memberitakan Injil, dia berkata, "Aku tidak akan memberitakan Injil. Aku tidak akan melakukan pelayanan untukmu! Kau memikirkanku saat kau membutuhkanku, tetapi mengesampingkanku dan memberhentikanku saat kau tidak membutuhkanku. Aku tak sebodoh itu!" Perkataan macam apa ini? Apakah ini mudah dikenali? Bagaimana dia bisa disebut orang percaya? Dia bukanlah orang percaya sejati, ataupun orang yang baik. Orang macam apa yang bereaksi paling keras setelah diberhentikan? (Orang yang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status.) Engkau semua baru saja berkata bahwa orang-orang semacam ini memiliki kemanusiaan yang buruk, atau mereka tidak mengejar kebenaran atau jalan masuk kehidupan. Apakah itu ada hubungannya dengan esensi masalah ini? (Tidak.) Apa yang kaukatakan tampaknya masuk akal, tetapi itu tidak ada hubungannya dengan esensi masalah ini. Itu bukanlah esensi masalah ini. Engkau semua baru saja berkata bahwa alasan mengapa ada orang-orang yang mengeluh dan menganggap dirinya sudah tidak ada harapan setelah diberhentikan adalah karena dia memiliki kemanusiaan yang buruk. Mengapa Kukatakan ini adalah doktrin? Itu karena ada orang-orang yang memiliki kemanusiaan yang cukup baik, dan dengan tulus mengabdikan diri dan mengorbankan diri mereka, hanya saja mereka tidak mengejar kebenaran, dan selalu mengejar reputasi dan status. Akibatnya, ketika akhirnya mereka diberhentikan, mereka bereaksi sangat keras. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku mereka bukan sekadar masalah kemanusiaan yang buruk, tetapi masalah dengan watak mereka. Watak mereka sudah sangat rusak! Ada orang-orang yang menyimpulkannya dalam satu kalimat, dan berkata, "Orang ini tidak mengejar kebenaran. Itulah alasannya." Pernyataan ini terlalu luas. Ada banyak perwujudan dari tidak mengejar kebenaran: mengeluh, tidak setia dalam melaksanakan tugas, dan lain-lain adalah contohnya. Kita tidak boleh menjelaskan setiap masalah hanya dengan satu frasa "mereka tidak mengejar kebenaran". Ini terlalu luas dan tidak spesifik. Itu adalah penjelasan berdasarkan doktrin.
Sekarang, Aku akan bersekutu tentang perwujudan dari orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Sikap apa yang dimiliki oleh orang yang tidak memiliki pemahaman rohani terhadap kebenaran? Bagaimana dia memperlakukan keadaannya, perwujudannya, dan kerusakan yang dia perlihatkan? Mampukah dia memiliki perwujudan dari seseorang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Apa masalah terbesar di sini? (Dia tidak memahami aspek mana dari keadaan atau perwujudan manusia yang sedang disingkapkan oleh firman Tuhan dan tidak mampu menggunakan hal-hal ini untuk membandingkan dirinya sendiri.) Hal ini terutama karena dia tidak mampu membandingkannya terhadap dirinya sendiri. Dapatkah dia dikatakan memahami kebenaran jika dia tidak mampu membandingkannya terhadap dirinya sendiri? (Tidak.) Engkau membicarakan satu hal, tetapi dia selalu membicarakan sesuatu yang sama sekali berlawanan dengan pembicaraanmu; dia selalu berselisih paham denganmu dan berdebat denganmu. Tidak ada kesamaan fokus dalam masalah yang engkau dan dia perdebatkan, dan itu bukanlah hal yang sama, tetapi dia tetap menganggap dirinya dibenarkan. Seperti inilah perwujudan orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani tidak mampu memahami kebenaran. Mampukah mereka mengejar kebenaran? (Tidak.) Ini sangat menyusahkan. Jika mereka tidak mampu mengejar kebenaran, dapatkah mereka memperoleh jalan masuk kehidupan? (Tidak.) Mereka yang tidak mengejar kebenaran tidak mungkin memiliki jalan masuk kehidupan; ini adalah hal yang mutlak. Jika seseorang sudah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun tetapi sama sekali tidak memahami kebenaran, apakah dia adalah orang yang mengejar kebenaran? Tentu saja tidak. Ada orang-orang yang berkata, "Tidak selalu demikian. Meskipun sebagian orang tidak memahami kebenaran, mereka sangat bersemangat, dan meninggalkan segalanya untuk mengorbankan diri bagi Tuhan. Bagaimana mungkin mereka tidak menjadi seseorang yang mengejar kebenaran?" Apakah pandangan ini benar? Ketika menilai apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak, kita tidak boleh hanya melihat apakah mereka meninggalkan segalanya untuk mengorbankan diri bagi Tuhan atau tidak. Hal utama yang harus dilihat adalah apa yang dianggap penting oleh hatinya. Jika yang dianggap penting oleh hatinya adalah menerapkan kebenaran, masuk ke dalam kebenaran, dan memperoleh kebenaran, serta efektif dalam jalan masuk kehidupan, itu berarti dia adalah orang yang mengejar kebenaran. Jika dia meninggalkan dan mengorbankan dirinya agar dapat memperoleh mahkota dan upah, serta telah meninggalkan dan mengorbankan dirinya selama bertahun-tahun, sangat menderita, tetapi belum mampu memahami kebenaran atau masuk ke dalam kenyataan, dan belum mampu memahami Tuhan, maka apakah semua yang ditinggalkan dan dikorbankannya sebenarnya adalah mengejar kebenaran? Jelas terlihat bahwa dia bukanlah orang yang mengejar kebenaran, karena semua yang ditinggalkan dan dikorbankannya tidak membuatnya memahami kebenaran atau masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Oleh karena itu, fakta bahwa dia meninggalkan dan mengorbankan dirinya bukan berarti dia mengejar kebenaran. Orang seperti ini sama seperti Paulus. Paulus menghabiskan separuh hidupnya untuk berkhotbah dan bekerja untuk Tuhan, tetapi dia tidak memperoleh kebenaran, dan juga tidak mendapatkan Tuhan. Jadi, dapatkah engkau berkata bahwa Paulus adalah orang yang mengejar kebenaran? Mengenai apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak, sangat penting bagi seseorang untuk melihat apakah tujuan yang dia kejar, dan niatnya, berfokus pada memperoleh kebenaran atau tidak. Jika dia benar-benar berfokus pada mengerahkan upaya untuk mengejar kebenaran, dan telah efektif dalam hal-hal seperti menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan, barulah dia disebut sebagai orang yang mengejar kebenaran. Setiap orang yang benar-benar mengejar kebenaran mampu menerapkan kebenaran, dan hanya mereka yang menerapkan kebenaranlah yang memiliki jalan masuk kehidupan. Jika seseorang berkata bahwa dia adalah orang yang mengejar kebenaran, tetapi dia tidak menerapkan kebenaran, akankah engkau semua berkata bahwa orang tersebut memiliki jalan masuk kehidupan? Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak menerapkan kebenaran memperoleh jalan masuk kehidupan? Ini sama sekali tidak mungkin. Jika dia menganggap dirinya adalah orang yang mengejar kebenaran dan memiliki jalan masuk kehidupan, maka engkau harus bertanya kepadanya, "Apa bukti jalan masuk kehidupanmu?" Tidaklah cukup hanya dengan memercayai perkataan mereka. Jika tidak ada bukti, apa yang dia katakan tidak masuk akal. Jika engkau berkata bahwa engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, berapa banyak kebenaran yang kaupahami? Berapa banyak kebenaran yang telah kauterapkan? Aspek kenyataan kebenaran manakah yang telah kaumasuki? Dapatkah engkau berbicara tentang kesaksian pengalamanmu? Jika engkau tidak dapat berbicara tentang kesaksian pengalamanmu, maka engkau sedang menipu dan menyesatkan orang dengan berkata bahwa engkau adalah orang yang mengejar kebenaran. Mengapa Kukatakan bahwa Paulus bukanlah orang yang mengejar kebenaran? Itu karena surat-surat yang Paulus tulis sama sekali tidak memuat kesaksian pengalaman hidup; dia tidak mampu berbicara tentang pengenalan yang benar tentang Tuhan, apalagi berbicara tentang kasih atau ketundukan kepada Tuhan Yesus. Dia bahkan tidak memiliki pemahaman tentang watak rusaknya sendiri. Dia hanya berkata bahwa dia adalah orang yang paling berdosa. Dia mengatakan ini berdasarkan fakta bahwa dia dihukum karena menentang Tuhan Yesus. Dengan berkata bahwa dia adalah orang yang paling berdosa, dia hanya mengakui fakta bahwa dia telah berbuat dosa karena secara gila-gilaan menentang Tuhan Yesus. Apakah ini berarti dia benar-benar memahami watak dan esensinya yang rusak? (Tidak.) Itulah sebabnya Kukatakan bahwa jika menyangkut apa yang dimaksud dengan mengejar kebenaran, dan orang seperti apa yang memiliki jalan masuk kehidupan, itu harus ditentukan berdasarkan apakah dia memahami kebenaran dan menerapkan kebenaran atau tidak, bukan hanya berdasarkan perkataannya. Apakah engkau memahami apa yang sedang Kukatakan sekarang? Mengapa kita bersekutu dengan sangat mendetail? Perlukah itu? (Ya.) Mengapa ini perlu? Aku bersekutu dengan cara seperti ini untuk menelaah pandangan-pandanganmu yang keliru, mengoreksi hal-hal yang secara keliru kauanggap benar, membantumu menemukan jalan keluar, melepaskan hal-hal yang secara keliru kauanggap benar, dan kemudian memasuki jalan mengejar kebenaran yang sejati. Dengan demikian, orang akan benar-benar memiliki jalan masuk kehidupan, dan mampu memperoleh pengejaran kebenaran yang sejati. Orang yang tidak memiliki pemahaman rohani tidak memahami hal-hal tentang jalan masuk kehidupan atau perubahan watak. Dia menganggap bahwa dia telah mengubah banyak aspek dalam dirinya dan telah memperoleh jalan masuk kehidupan. Contohnya, dia telah mengubah beberapa kebiasaan buruk: dia tidak makan terlalu banyak, tidak tidur terlalu banyak, tidak malas, dan lebih rajin daripada sebelumnya, sehingga mereka menganggap bahwa ini berarti mereka memiliki jalan masuk kehidupan. Ada orang lain yang menganggap bahwa dahulu dia selalu memarahi orang, tetapi sekarang tidak; dia mampu mengatakan hal-hal yang baik dan membangun kepada orang lain, serta terkadang mampu membantu orang. Karena dia dapat melakukan hal-hal ini, dia menganggap bahwa dia telah menerapkan kebenaran dan telah mengalami perubahan. Ada orang-orang yang menganggap bahwa dia memiliki jalan masuk kehidupan karena dia mampu melepaskan pengejaran akan ketenaran, keuntungan, status, dan kesenangan fisik. Ini adalah masalah yang umum terjadi pada semua orang. Dia telah menerapkan apa yang dia pahami, apa yang dia anggap benar dan baik menurut gagasannya, dan dia telah mengatasi banyak kebiasaan buruk dan sifat-sifat daging yang bermasalah, atau telah mengubah pola hidupnya karena percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Pada saat yang sama, dia telah meninggalkan banyak keuntungan daging, meninggalkan keluarga dan pekerjaannya, serta meninggalkan pernikahan dan dunia sekuler. Dia menganggap bahwa dia telah berubah dan diselamatkan, dan berkata, "Mampukah aku melepaskan semua ini jika aku tidak percaya kepada Tuhan? Dapatkah aku mengalami perubahan sebesar itu?" Bukankah ini kesalahpahaman terbesar yang dimiliki orang percaya? (Ya, benar.) Entah orang-orang memiliki pemahaman rohani atau tidak, mereka semua memiliki kesalahpahaman ini. Mengapa Kukatakan ini adalah kesalahpahaman? Mengapa Kukatakan ada masalah serius di sini? Itu terutama karena manusia percaya kepada Tuhan, tetapi tidak memahami maksud-Nya, artinya mereka tidak memahami apa sebenarnya yang Tuhan tuntut dari manusia. Sebaliknya, mereka berpikir berdasarkan gagasan dan imajinasi manusia, meyakini bahwa mampu melepaskan keluarga, pekerjaan, perasaan, dunia sekuler, keterikatan daging, dan bahkan harta benda mereka, berarti mereka memiliki jalan masuk kehidupan. Ini adalah kesalahpahaman. Sebenarnya, maksud Tuhan adalah ketika manusia percaya kepada Tuhan, mereka harus membereskan watak mereka yang rusak, membereskan masalah mereka dalam menentang Tuhan, dan menyelesaikan sumber dosa yang mereka lakukan. Untuk melakukan hal ini, manusia harus memahami kebenaran dan memahami watak Tuhan sebelum mereka mampu membuang watak rusak mereka dan mencapai ketundukan sejati kepada Tuhan. Inilah yang Tuhan tuntut dari manusia, dan juga pekerjaan yang Dia lakukan untuk menyelamatkan manusia. Manusia tidak tahu apa-apa tentang pekerjaan Tuhan; mereka tidak melihat tujuan dan dampak yang ingin Dia capai melalui pekerjaan ini, jadi mereka mengganti kebenaran dengan gagasan dan imajinasi manusia, serta menganggap pengejaran manusia dan apa yang mampu mereka capai sebagai maksud Tuhan dan tuntutan-Nya terhadap manusia. Inilah kesalahpahaman yang dimiliki orang-orang ketika percaya kepada Tuhan. Hal-hal yang mampu mereka capai ini hanya menunjukkan hasrat mereka, dan ketika mereka meninggalkan segala sesuatu, mereka sebenarnya ingin bertransaksi dengan Tuhan. Hal ini dilakukan dengan imbalan upah dan mahkota. Mereka menganggap transaksi seperti ini sangat berharga dan mereka merasa telah mendapatkan keuntungan. Itulah alasan mengapa mereka meninggalkan segalanya. Meninggalkan segala sesuatu bukan berarti mereka memiliki kenyataan kebenaran, juga bukan berarti mereka mampu tunduk kepada Tuhan. Meskipun mereka meninggalkan segalanya dan mengorbankan diri, apakah mereka benar-benar memahami kebenaran? (Tidak, mereka tidak memahaminya.) Jika mereka tidak memahami kebenaran, apakah semua yang telah mereka tinggalkan dan korbankan ternoda? Tentu saja. Lalu apa sebenarnya yang mereka kejar dengan berkorban dan menderita seperti ini? Orang-orang semacam ini tidak pernah peduli tentang apa yang dimaksud dengan kebenaran, atau apa tuntutan Tuhan; mereka selalu menganggap hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Dalam hati mereka, apa pun yang mereka anggap benar, apa pun yang mereka anggap baik, dan apa pun yang mereka anggap sebagai jalan masuk kehidupan, itulah yang mereka terapkan, dan setelah menerapkannya, mereka mengira Tuhan telah mengingatnya. Mereka memperlakukan hal-hal ini sebagai sesuatu yang dapat ditukar dan dijadikan modal. Apakah ini perwujudan dari mengejar kebenaran? (Tidak.) Ini adalah kesalahpahaman yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengejar kebenaran. Ini adalah salah satu cara orang yang salah memahami jalan masuk kehidupan menafsirkan segala sesuatu. Jadi, bagaimana orang mengevaluasi dan membuktikan bahwa hal-hal ini bukanlah perwujudan dari mereka yang mengejar kebenaran, dan bahwa mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan? Fakta apa yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa hal-hal yang mereka katakan itu salah? (Mereka bertindak tanpa prinsip-prinsip kebenaran.) Ini adalah bagian darinya. Mereka bertindak berdasarkan apa yang mereka bayangkan. Dari luar, mereka tampak seperti orang percaya sejati; mereka mampu meninggalkan segala sesuatu dan mengorbankan diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak berprinsip dalam tindakan mereka. Mengapa tindakan mereka tidak berprinsip? Karena mereka tidak mengejar kebenaran. Perspektif yang mereka gunakan dalam memandang hal-hal masih merupakan gagasan dan imajinasi yang sama seperti saat mereka memulainya. Ada satu masalah terbesar yang dimiliki orang-orang semacam ini: apakah mereka tunduk pada lingkungan yang Tuhan atur? Apakah mereka memahami mengapa Tuhan mengatur lingkungan ini? (Tidak.) Apakah ini cukup untuk membuktikan bahwa mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan yang sejati? (Ya.) Mereka telah melakukan banyak perubahan pada kebiasaan buruk dan sifat-sifat mereka yang bermasalah, serta telah banyak berkorban. Pada akhirnya, ketika mereka diuji, mereka bukan saja tidak memahami maksud Tuhan, tetapi mereka masih mampu mengeluh dan tidak dapat tunduk. Masalah apa ini? Masalahnya adalah mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan. Orang yang tidak memiliki jalan masuk kehidupan tidak memiliki kenyataan kebenaran, bukankah itu benar? (Ya.) Ketika sesuatu terjadi, mereka sepenuhnya mengandalkan gagasan, imajinasi, dan kesukaan alami mereka sendiri. Ketika engkau benar-benar serius dengan mereka dan meminta mereka untuk tunduk, mereka sama sekali tidak tunduk; mereka hanya mengandalkan nalar, alasan, dan imajinasi manusia, serta mencari berbagai cara untuk membela diri mereka sendiri, dan mencapai tujuan mereka untuk tidak tunduk kepada Tuhan, dan penyangkalan terhadap pekerjaan Tuhan. Bahkan ada orang-orang yang sangat serius sehingga mereka bukan saja tidak mampu untuk tunduk, tetapi juga tetap berusaha dan memikirkan segala cara untuk membuktikan bahwa gagasan dan imajinasi mereka benar, bahwa metode dan jalan yang mereka pikirkan adalah benar, dan bahwa tindakan dan pengaturan Tuhan belum tentu benar. Ini menyingkapkan bahwa mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan; segala sesuatu yang mereka lakukan dan semua penyerahan diri mereka atau perubahan yang terjadi dalam diri mereka bukanlah jalan masuk kehidupan, itu hanyalah kebiasaan-kebiasaan jahat yang sudah tidak ada lagi. Kebiasaan pribadi, aturan hidup sehat, dan cara hidup mereka telah sedikit berubah, dan sifat beberapa orang bahkan mungkin telah berubah; mereka berbicara dengan lebih lembut dan dengan cara yang lebih berbudaya, serta perilaku lahiriah mereka mungkin lebih standar, tetapi ketika mereka melakukan sesuatu, mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan tidak pernah melakukan segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan atau kebenaran; semua itu hanyalah imajinasi dan keinginan pribadi mereka. Mereka tidak memiliki pengenalan yang nyata tentang Tuhan; mereka hanya tahu bagaimana berbicara tentang sedikit teori rohani, dan telah terjebak dalam gagasan, imajinasi, dan perasaan manusia. Bagaimana menurutmu, apakah orang-orang ini menyedihkan? (Ya.) Dan apakah ada banyak orang yang seperti ini? (Ya.) Bagaimana engkau semua tahu bahwa ada banyak orang yang seperti ini? (Karena aku adalah salah satu dari mereka.) Ini sangat menyentuh hatimu, bukan? Kalau begitu, ceritakan pengalamanmu dalam hal ini. (Aku akan berbagi pengalaman. Seorang saudara menunjukkan kekuranganku di depan banyak saudara-saudari lainnya dan pada saat itu aku merasa dipermalukan. Untuk mendapatkan kembali harga diriku, aku berusaha membela diri dan membenarkan diriku sendiri. Aku tidak menerima komentar saudara itu.) Engkau dikekang oleh harga dirimu. Mengapa manusia selalu dikekang oleh harga diri? Apakah karena orang yang bermartabat semuanya sensitif terhadap kritik? (Tidak.) Sebenarnya, orang membela diri dan membenarkan diri mereka sendiri karena ingin mempertahankan citra yang sempurna di mata orang lain. Mereka peduli dengan status mereka dan ingin menampilkan diri mereka dengan cara yang sempurna, bebas dari kekurangan. Mereka ingin meninggalkan kesan yang sempurna di benak orang-orang dan tidak membiarkan orang lain melihat kebenaran tentang diri mereka yang sebenarnya. Inilah akibat dari watak yang congkak. Apakah masalah ini sekarang sudah dibereskan? (Belum. Aku masih sering memperlihatkannya.) Jika seseorang mampu merenungkan dirinya sendiri dan mengenali watak rusaknya, maka akan mudah untuk berubah. Jika dia tidak merenungkan dirinya sendiri, tidak mampu mengenali watak rusaknya, dan mati rasa terhadap masalahnya serta tidak memiliki kesadaran, maka akan sulit untuk berubah. Jika dia sudah memiliki kesadaran dan merasa watak congkaknya sangat parah, pengejarannya menyimpang, dan masih jauh dari mengejar kebenaran, tetapi ketika dia dipangkas, dia bersikap negatif selama beberapa hari, dan selalu mencari cara untuk mendapatkan kembali harga dirinya dalam setiap situasi, lalu dapatkah orang seperti ini berubah? Sulit baginya untuk berubah. Jadi, bagaimana seharusnya dia menyelesaikan masalah ini? Dengan hanya menerima kebenaran dan merenungkan dirinya sendiri, dia masih memiliki harapan untuk menyelesaikan masalah. Jika dia tidak mampu menerima kebenaran, maka dia tidak mungkin menyelesaikan masalahnya. Yang penting adalah orang harus memiliki tekad dan keinginan untuk mengejar kebenaran. Ketika dia memiliki hati yang sangat haus akan kebenaran, dia akan mampu mencintai kebenaran dan menerimanya, dan dia akan memiliki kekuatan untuk menerapkan kebenaran dan memberontak terhadap daging. Hanya dengan menerima kebenaran, barulah orang mampu sepenuhnya membereskan masalah watak yang rusak, dan setelah watak rusaknya telah dibereskan, dia akan mampu menerapkan kebenaran, dan setelah itu, dia akan memiliki jalan masuk kehidupan.
Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani, serta yang selalu salah menafsirkan kebenaran dan jalan masuk kehidupan menganggap bahwa mengejar kebenaran itu mudah, bahwa mengejar kebenaran hanyalah tentang mengubah sedikit kebiasaan buruk atau sifat-sifat yang bermasalah, atau terkadang melepaskan hal-hal yang ada dalam kepentingan mereka sendiri, beranggapan bahwa asalkan mereka tidak melakukan kejahatan, dan bertekun dalam iman mereka hingga akhir, mereka telah memperoleh hidup, dan dapat menukarnya dengan upah dan berkat Tuhan. Apakah orang-orang yang mendasarkan kepercayaan mereka kepada Tuhan pada pandangan seperti ini adalah orang-orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Apakah orang-orang yang tidak mengejar kebenaran mampu memiliki jalan masuk kehidupan? (Tidak.) Ada banyak orang yang sama sekali tidak jelas tentang apa yang dimaksud dengan jalan masuk kehidupan. Mereka menganggap orang akan memiliki jalan masuk kehidupan hanya dengan berusaha keras, melaksanakan beberapa tugas, mengubah beberapa kebiasaan buruk dan sifat-sifat yang bermasalah, melakukan apa yang diperintahkan, dan sedikit tunduk. Mereka memandang jalan masuk kehidupan dengan cara yang terlalu sederhana. Ketika percaya kepada Tuhan dengan cara seperti ini, akankah mereka mengubah watak hidup mereka? (Tidak, mereka hanya mengubah diri mereka secara lahiriah, esensi mereka belum berubah.) Engkau semua telah berubah sedikit sekarang, tetapi adakah perubahan pada perilaku lahiriahmu, atau adakah perubahan pada watak hidupmu? Sudahkah engkau semua menemukan jalan keluar dari pandanganmu yang keliru tentang jalan masuk kehidupan, dan mulai memperoleh jalan masuk kehidupan? Apakah engkau semua mampu mengevaluasi bagian mana dari dirimu yang telah berubah, dan bagian mana yang belum berubah? Jika engkau diberi tugas untuk dilaksanakan dan awalnya engkau tidak mampu tunduk, sejauh mana engkau mampu tunduk sekarang? Contohnya, engkau adalah seorang saudara, dan jika engkau diminta untuk memasak makanan dan mencuci piring untuk saudara-saudari lainnya setiap hari, akankah engkau tunduk? (Kurasa mungkin.) Mungkin engkau dapat melakukannya dalam jangka pendek, tetapi jika engkau diminta melaksanakan tugas ini dalam jangka panjang, akankah engkau tunduk? (Terkadang aku dapat tunduk, tetapi seiring berjalannya waktu, aku mungkin tidak akan mampu.) Ini berarti engkau belum tunduk. Apa yang menyebabkan orang tidak tunduk? (Itu karena orang memiliki gagasan tradisional di dalam hati mereka. Mereka menganggap pria harus bekerja di luar rumah, dan wanita harus mengurus pekerjaan rumah tangga, bahwa memasak adalah pekerjaan wanita dan pria kehilangan muka jika memasak. Itulah sebabnya tidak mudah untuk tunduk.) Benar. Ada diskriminasi gender dalam hal pembagian kerja. Pria berpikir, "Kami, para pria, seharusnya berada di luar sana untuk mencari nafkah. Hal-hal seperti memasak dan mencuci sebaiknya dilakukan oleh wanita. Kami tidak seharusnya dipaksa melakukan hal itu." Namun, sekarang ini adalah keadaan khusus, dan engkau sedang diminta untuk melakukannya, lalu apa yang kaulakukan? Kendala apa yang harus kauselesaikan sebelum engkau dapat tunduk? Inilah inti masalahnya. Engkau harus melupakan diskriminasi gendermu. Tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh pria, dan tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh wanita. Jangan membagi pekerjaan dengan cara seperti ini. Tugas yang dilakukan orang tidak boleh ditentukan berdasarkan jenis kelamin mereka. Engkau dapat membagi pekerjaan dengan cara seperti ini di rumah dan kehidupanmu sehari-hari, tetapi sekarang, ini ada hubungannya dengan tugasmu, jadi bagaimana seharusnya engkau menafsirkannya? Engkau harus menerima bahwa tugas ini adalah dari Tuhan dan menerimanya, serta mengubah pandangan keliru yang ada dalam dirimu. Engkau seharusnya berkata, "Memang benar bahwa aku adalah seorang pria, tetapi aku adalah anggota gereja dan makhluk ciptaan di mata Tuhan. Aku akan melakukan apa pun yang ditugaskan gereja kepadaku; segala sesuatunya tidak dibagi berdasarkan jenis kelamin." Pertama, engkau harus melepaskan pandanganmu yang keliru, lalu menerima tugasmu. Apakah menerima tugasmu merupakan ketundukan sejati? (Tidak.) Pada hari-hari selanjutnya, jika seseorang berkata bahwa makananmu terlalu asin, atau rasanya kurang enak, atau berkata bahwa engkau tidak memasak makanan dengan baik dan mereka tidak ingin memakannya, atau menyuruhmu memasak makanan yang baru, mampukah engkau menerimanya? Pada saat itu, engkau akan merasa tidak nyaman, dan engkau akan berpikir, "Aku adalah seorang pria yang bermartabat, dan aku telah merendahkan diriku untuk memasak makanan bagi semua saudara-saudari ini, tetapi mereka tetap menunjukkan semua masalah ini. Aku sama sekali tidak memiliki harga diri lagi." Pada saat ini, engkau tidak ingin tunduk, bukan? (Ya.) Ini adalah suatu kesulitan. Setiap kali engkau tidak dapat tunduk, itu disebabkan oleh watak rusak yang tersingkap dengan sendirinya dan menyebabkan masalah, serta membuatmu tidak mampu menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Pada saat ini, engkau mulai merasakan pergumulan dalam batinmu, pemikiranmu mengendalikanmu dan membuatmu menganggap bahwa engkau telah kehilangan muka, dan hatimu merasa kesal. Apa yang harus kaulakukan pada saat ini? (Mencari kebenaran.) Bagaimana caranya engkau mencari kebenaran? Engkau harus berdoa, "Tuhan, apa pun yang orang lain minta dariku, aku akan menganggapnya sebagai tugasku. Siapa pun yang kulayani atau lakukan untuknya secara lahiriah, aku akan menerima semuanya dari Tuhan. Ini adalah tugasku dan aku harus tunduk; aku tidak membutuhkan harga diriku. Di rumah Tuhan, tugas-tugas tidak dibagi menjadi tugas tingkat tinggi dan tingkat rendah, tugas berstatus tinggi dan berstatus rendah, tugas untuk pria, tugas untuk wanita, tugas untuk orang tua, dan tugas untuk anak muda. Yang ada hanyalah tugas-tugas mana yang dilaksanakan dengan baik dan tidak, yang mana dilaksanakan dengan kesetiaan atau tidak." Setelah engkau melepaskan harga diri, status, kedudukan, dan martabatmu, sudahkah engkau sepenuhnya mengesampingkan dirimu sendiri? (Belum.) Engkau masih akan bereaksi. Terkadang, orang-orang akan tidak menghormatimu, menganggapmu bodoh, dan memperlakukanmu sebagai orang yang lebih rendah, dengan berkata, "Pria yang senang memasak tidak akan berarti apa-apa! Aku tidak akan pernah melakukan itu." Mereka akan menuntunmu ke arah yang salah, menanamkan pemikiran dan gagasan yang salah ke dalam dirimu, dan memengaruhi tindakanmu. Mereka memandang hal-hal positif seperti engkau mementingkan jalan masuk kehidupan, menjadi orang yang normal, dan setia terhadap tugasmu sebagai bentuk penghinaan, dan karena itu mereka memperlakukanmu sebagai orang yang lebih rendah dan menghakimimu. Jika engkau tidak sanggup menanggungnya, engkau akan langsung terjerumus ke dalam kenegatifan dan menganggap bahwa tugas ini selalu membuatmu kehilangan muka di hadapan orang lain, dan membuat orang memperlakukanmu sebagai orang yang lebih rendah dan suka main perintah terhadapmu. Lalu engkau tidak akan tunduk lagi, bukan? Jika tak ada seorang pun yang memperlakukanmu sebagai orang yang lebih rendah atau menghakimimu, engkau menganggap bahwa engkau sudah mampu untuk tunduk, telah memiliki jalan masuk kehidupan, memiliki kenyataan kebenaran, dan memiliki tingkat pertumbuhan tertentu. Apakah cara berpikir seperti ini benar? Lalu mengapa engkau menjadi negatif ketika seseorang menghakimimu dan tingkat pertumbuhanmu menghadapi tantangan, dan berpikir, "Berapa lama lagi aku harus terus memasak sebelum ini berakhir? Orang ini selalu memandang rendah diriku. Dia tidak boleh memandang rendah diriku, dan aku tidak dapat menerimanya!"? Masalah telah kembali muncul. Ketika engkau tidak dapat menerimanya, apakah engkau juga sekaligus mengeluh, dan berkata, "Bagaimana bisa pemimpin menugaskan tugas seperti ini kepadaku? Mengapa dia memilihku secara khusus dan bukan memilih orang lain? Apakah aku terlihat mudah ditindas? Orang-orang menindasku, pemimpin memandang rendah diriku, dan Tuhan tidak melindungiku"? Watak pemberontakmu sedang kembali memunculkan dirinya. Apa masalahnya di sini? Mungkinkah itu karena tingkat pertumbuhanmu terlalu rendah? Engkau bahkan tidak mampu menahan penghinaan sekecil ini, dan itu membuatmu menjadi negatif dan mengeluh. Apakah ini yang dimaksud dengan memiliki kenyataan kebenaran? Engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran apa pun. Ada cara yang sangat sederhana untuk mengatasi masalah ini: dalam hatimu, engkau harus berpikir, "Siapa pun yang memandang rendah diriku atau meremehkanku, aku harus melaksanakan tugasku. Aku tidak boleh meninggalkan amanat Tuhan. Aku tidak melakukannya untuk orang lain, aku juga tidak melakukannya agar orang lain menghormatiku. Apa gunanya orang lain menghormatiku? Aku harus melaksanakan tugasku agar dapat memuaskan Tuhan." Beginilah seharusnya engkau berpikir dalam hatimu. Sekarang, ketika engkau memasak, bukankah engkau merasa percaya diri? Jadi, apakah masalahnya sudah terselesaikan? Sebenarnya, itu belum sepenuhnya terselesaikan. Pada akhirnya, engkau terus-menerus berada dalam keadaan konflik, terus-menerus terjerumus ke dalam kelemahan dan kenegatifan, lalu kemudian engkau bangkit kembali; engkau terus-menerus diasah. Engkau telah memeriksa setiap keadaan, dan engkau tidak ingin selalu hidup dengan cara yang membebani seperti itu. Engkau tidak ingin kesulitan-kesulitan ini selalu menjeratmu, mengganggumu, atau mengendalikanmu. Engkau ingin melaksanakan tugasmu dengan mudah dan sederhana. Jadi, bagaimana engkau mencapai hal ini? Engkau harus terus-menerus mencari kebenaran, terus-menerus berpegang pada keyakinanmu, dan melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan selalu merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Engkau berkata, "Tak seorang pun boleh menggangguku. Ini adalah tugasku; ini adalah amanat yang Tuhan berikan kepadaku; ini adalah tanggung jawab dan kewajibanku. Siapa pun yang mengolok-olokku, memprovokasiku, atau mencobaiku, itu tidak ada gunanya. Suatu kehormatan bagiku untuk mampu melaksanakan tugasku, dan jika aku dapat mengatasinya, segala kemuliaan bagi Tuhan. Jika aku tidak dapat mengatasinya, maka aku telah mempermalukan diriku sendiri. Siapa pun yang mengolok-olokku dan memandang rendah tugas ini bukanlah orang yang mengejar kebenaran." Bukankah ini fakta? (Ya.) Ini adalah fakta. Ketika Ayub diuji, Iblis mengganggu dan mencobainya, tetapi apakah Ayub ragu? (Tidak.) Karena kebenaran, firman Tuhan, dan jalan Tuhan ada di dalam hatinya. Ketika dihadapkan dengan keadaan dan ujian, entah engkau mampu menjunjung tinggi kebenaran dan menjunjung tinggi amanat yang Tuhan berikan kepadamu atau tidak, bergantung pada sejauh mana engkau mengetahui, memahami, dan menerima kebenaran. Ada orang-orang yang selalu meragukan kebenaran, dan tidak pernah bisa yakin tentang hal itu, atau mengenai tugasnya, dia tidak pernah yakin bagaimana dia harus melakukan sesuatu, dan apakah itu cara yang benar untuk melakukannya atau tidak. Dia tidak pernah mampu bertahan pada hal-hal yang benar; dia selalu diganggu oleh orang-orang, peristiwa, atau hal-hal, dan ketika orang jahat, setan, atau Iblis mendekatinya secara diam-diam dan mengatakan hal-hal yang mencobai atau mengganggunya, dia menjadi lemah dan disesatkan. Bukankah ini berarti tingkat pertumbuhannya rendah? (Ya.) Apakah tingkat pertumbuhan yang rendah mudah diperbaiki? Secara teori, memang mudah. Hal ini bergantung pada apakah engkau dapat yakin atau tidak bahwa jalan yang sedang kautempuh adalah jalan yang dipimpin oleh Tuhan. Ketika engkau melaksanakan tugasmu, engkau harus menerapkan kebenaran dan menerima amanat Tuhan. Ini sangat penting. Satu-satunya hal yang perlu ditakutkan adalah bahwa di dalam hatimu, engkau memiliki prasangka terhadap tugasmu, dan menganggap bahwa tugasmu membuatmu kehilangan muka dan membuatmu tidak berarti apa-apa. Ketika engkau memiliki prasangka dan orang lain juga mengganggumu, itu akan menjadi makin menyusahkan. Ketika hatimu kacau, engkau tidak dapat melaksanakan tugasmu dengan baik. Ketika Ayub diuji, ada banyak orang di sekitarnya yang mengganggunya. Apa yang istrinya katakan? ("Kutuklah tuhan dan matilah" (Ayub 2:9).) Maksudnya, "Jangan percaya. Jika yang kaupercayai benar-benar tuhan, mengapa hal ini terjadi padamu?" Apa yang Ayub katakan? ("Engkau berbicara seperti perempuan bodoh" (Ayub 2:10).) Ayub mengutuk istrinya, karena dia sudah yakin bahwa Tuhan adalah Tuhan yang benar, bahwa Tuhan-lah yang melakukan hal ini, bahwa itu adalah kedaulatan-Nya, dan bahwa itu adalah pekerjaan tangan Tuhan. Ayub sangat yakin, jadi setelah orang-orang zaman sekarang memahami kebenaran, mengapa mereka tidak dapat berpaut pada jalan yang benar dan tetap teguh dalam kesaksian mereka? Itu karena hati manusia terlalu ternoda; mereka bukan saja tidak memahami kebenaran, tetapi mereka juga bukan orang-orang yang mencintai kebenaran atau mencari kebenaran. Oleh karena itu, sebanyak apa pun kata-kata dan doktrin yang dapat orang bicarakan atau sebanyak apa pun slogan yang dapat mereka ucapkan, pada akhirnya, mereka tidak dapat tetap teguh. Begitu seseorang di gereja mengatakan sesuatu yang sedikit berbeda, atau seseorang mengatakan hal-hal yang mengganggu atau menyesatkan, atau yang mengutuk dan mempermalukan, mereka merasa diri mereka sedang diejek dan dipermalukan, serta dihancurkan sepenuhnya. Jika orang memiliki perwujudan seperti ini, terus-menerus merasakan pergumulan dalam batin, dan terus-menerus menyesuaikan pandangan mereka, tetapi pada saat yang sama, mereka juga terus-menerus menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan, terus-menerus memahami kebenaran, perlahan-lahan masuk ke dalam berbagai aspek kebenaran, masuk ke dalam seluruh kebenaran, dan pada akhirnya mampu menghindarkan diri mereka diganggu, dipengaruhi, atau dikendalikan oleh orang, peristiwa, atau hal-hal apa pun, dan dengan tegas meyakini bahwa prinsip-prinsip kebenaran yang mereka terapkan adalah benar, maka mereka telah mengubah watak mereka.
Saat ini, ketika engkau semua melaksanakan tugas-tugasmu, apakah masih mungkin bagimu untuk dikekang oleh segala macam orang, peristiwa, atau hal-hal? Apakah engkau mampu berpaut pada kebenaran dan melakukan segala sesuatunya berdasarkan prinsip? (Tidak.) Lalu, kesulitan apa yang biasanya kaumiliki? (Terkadang, ketika aku melihat orang lain melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan rumah Tuhan, aku menunjukkannya, tetapi ketika aku melihat mereka tidak menerimanya, atau mereka memiliki sikap yang buruk, aku takut akan memulai perdebatan, jadi aku berkompromi.) Apakah berkompromi benar atau salah? (Itu salah, tetapi aku takut jika aku memaksakan hal ini, maka akan terjadi perdebatan dan menghancurkan kedamaian, dan orang-orang tidak akan memiliki kesan yang baik tentangku.) Jika engkau ingin menghindari perdebatan, apakah berkompromi adalah satu-satunya cara? Dalam situasi apa engkau bisa berkompromi? Jika ada kaitannya dengan hal-hal kecil, seperti kepentingan dirimu sendiri atau harga dirimu, maka tidak perlu memperdebatkannya. Engkau dapat memilih untuk menoleransinya atau berkompromi. Namun, untuk hal-hal yang dapat memengaruhi pekerjaan gereja dan merugikan kepentingan rumah Tuhan, engkau harus berpegang pada prinsip. Jika engkau tidak mematuhi prinsip ini, artinya engkau tidak setia kepada Tuhan. Jika engkau memilih untuk berkompromi dan meninggalkan prinsip-prinsip kebenaran demi menjaga reputasimu atau mempertahankan hubungan antarpribadimu, bukankah ini egois dan hina? Bukankah itu tandanya engkau tidak bertanggung jawab dalam tugasmu dan tidak setia kepada Tuhan? (Ya.) Jadi, jika suatu waktu selama tugasmu, semua orang berselisih paham, bagaimana engkau harus melakukan penerapan? Apakah memperdebatkan hal itu dengan sekuat tenaga akan menyelesaikan masalah? (Tidak.) Lalu, bagaimana engkau harus menyelesaikan masalah tersebut? Dalam situasi ini, orang yang memahami kebenaran harus maju untuk menyelesaikan masalah, dengan terlebih dahulu mengemukakan masalahnya dan membiarkan kedua belah pihak mengutarakan pendapat mereka. Kemudian, semua orang harus mencari kebenaran bersama-sama, dan setelah berdoa kepada Tuhan, kebenaran yang relevan dalam firman Tuhan harus dikemukakan untuk dipersekutukan. Setelah mereka mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran dan memperoleh kejelasan, kedua belah pihak akan mampu tunduk. Mereka harus belajar untuk tunduk pada kebenaran. Jika sebagian besar orang mampu tunduk pada kebenaran, tetapi ada segelintir orang yang tidak tunduk pada kebenaran, atau tidak bernalar, itu berarti mereka adalah orang-orang yang tidak menerima kebenaran, dan natur mereka adalah natur orang-orang jahat, dan umat pilihan Tuhan akan dengan mudah mengenali mereka. Ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah perdebatan di gereja. Menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah adalah prinsip yang penting, dan orang tidak boleh berkompromi tanpa prinsip. Jika, demi menjaga hubungan pribadimu, harga diri, dan kepentingan dirimu sendiri, engkau mampu mengorbankan kepentingan rumah Tuhan, itu berarti engkau sedang berkompromi dengan Iblis. Ini tidak berprinsip dan tidak setia kepada Tuhan. Jika setiap orang berjuang untuk menyelamatkan mukanya sendiri dan menekankan alasan mereka sendiri, apakah ini sikap yang mencari kebenaran? Apakah ini sikap yang harus orang miliki ketika melaksanakan tugas mereka? (Tidak.) Agar orang mencapai kesetiaan dalam tugasnya, mereka tidak boleh memperebutkan reputasi atau kepentingan diri mereka, mereka harus membiarkan Tuhan memiliki otoritas, dan membiarkan kebenaran menjadi tuan mereka; kepentingan rumah Tuhan adalah yang terpenting, dan pekerjaan yang efektif adalah yang terpenting. Bukankah prinsip ini benar? (Ya.) Jika engkau semua mampu mematuhi prinsip ini, apa lagi yang perlu diperdebatkan dengan orang-orang? Tidak akan ada perdebatan. Mereka yang selalu melindungi kepentingannya sendiri dan tidak menerapkan kebenaran sama sekali bukanlah orang yang baik, dan mereka yang selalu mengkhianati kepentingan rumah Tuhan demi mendapatkan persetujuan orang lain bahkan jauh lebih buruk. Semua orang ini adalah pengikut yang bukan orang percaya dan orang-orang yang mengkhianati Tuhan. Jika seseorang terlibat dalam konflik dan perdebatan dengan orang lain untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan dan efektivitas pekerjaan gereja, dan sikapnya sedikit keras dan tegas, apakah menurutmu itu adalah masalah? (Bukan.) Karena niatnya benar; tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan. Ini adalah orang yang berdiri di pihak Tuhan dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran, orang yang diperkenan Tuhan. Memiliki sikap keras dan tegas dalam menjaga kepentingan rumah Tuhan merupakan tanda berpendirian teguh dan berpegang teguh pada prinsip, dan Tuhan memperkenan hal itu. Orang mungkin merasa ada masalah dengan sikap ini, tetapi itu bukan masalah besar; ini tidak ada kaitannya dengan penyingkapan watak yang rusak. Ingatlah, berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran adalah yang terpenting.
Jalan masuk kehidupan adalah hal yang paling penting. Apa yang terutama berkaitan dengan jalan masuk kehidupan? (Mengejar kebenaran.) Benar. Hal ini terutama berkaitan dengan mengejar kebenaran. Hanya orang yang mengejar kebenaran yang memiliki jalan masuk kehidupan. Jika orang ingin memiliki jalan masuk kehidupan, maka itu berkaitan dengan menerapkan kebenaran. Bagaimana cara membedakan apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak? Jenis orang seperti apa yang tidak mengejar kebenaran? Tahukah engkau? Jenis pertama yang Kubahas adalah orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Apa esensi orang yang tidak memiliki pemahaman rohani? (Setelah membaca firman Tuhan yang menyingkapkan watak rusak manusia, mereka tidak mampu membandingkan firman Tuhan terhadap keadaan dan perwujudan mereka sendiri; mereka menganggap Tuhan sedang berbicara tentang orang lain.) Hal ini terutama karena mereka tidak mampu membandingkan diri mereka sendiri terhadap firman Tuhan. Namun, apakah mereka mengetahui hal ini? (Tidak.) Orang yang tidak memiliki pemahaman rohani tidak mampu menyadari hal-hal ini. Hati mereka masih senang; mereka menganggap bahwa mereka memahami banyak firman Tuhan, tetapi sebenarnya bagi mereka, setiap firman hanyalah sebuah aturan. Mereka berpikir, "Jika Tuhan memintaku melakukan sesuatu, aku akan melakukannya. Jika Dia memintaku meninggalkan sesuatu, aku akan meninggalkannya; jika Dia memintaku mengorbankan diriku sendiri, aku akan melakukannya. Dengan tunduk kepada Tuhan seperti ini, aku diselamatkan." Setelah percaya seperti ini selama beberapa tahun, mereka mengira mereka memiliki modal, seperti yang Paulus katakan, "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Seperti apa pun engkau mengatakannya, Paulus tidak memiliki pemahaman rohani. Sangat disayangkan. Tidak memiliki pemahaman rohani sudah menyusahkan, tetapi terlebih lagi, dia tidak mengejar kebenaran. Dia memperlakukan semua doktrin, slogan, imajinasi, gagasan, pengetahuan, dan falsafahnya seolah-olah itu adalah kebenaran, dan menggunakannya sebagai landasan untuk memperluas pengejarannya. Akibatnya, apa pun yang dia lakukan, dia tidak hidup dalam kenyataan kebenaran, dan apa pun yang dia lakukan, itu tidak sesuai dengan maksud Tuhan. Masalahnya ini sangat parah! Paulus adalah orang nomor satu dalam hal tidak memiliki pemahaman rohani, bukan? (Ya.) Apakah orang yang tidak memiliki pemahaman rohani mencintai kebenaran? Sama sekali tidak, karena orang yang tidak memiliki pemahaman rohani tidak mampu memahami kebenaran, dan jika mereka tidak memahami kebenaran, tidak mungkin mereka dapat mencintai kebenaran. Apa perwujudan dari orang yang tidak memiliki pemahaman rohani? Perwujudan utamanya adalah seperti apa pun orang-orang mempersekutukan firman Tuhan kepada mereka, mereka tetap tidak memahaminya, dan sejelas apa pun orang-orang menyampaikan persekutuan kepada mereka tentang kebenaran, mereka tetap tidak mampu memahaminya. Hal ini berhubungan langsung dengan kualitas yang terlalu rendah. Dapatkah orang yang tidak memiliki pemahaman rohani mengejar kebenaran? Mereka tidak mampu melakukannya sekalipun mereka menginginkannya. Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani tidak mampu memahami apa yang sedang Tuhan bicarakan, tidak mengetahui keadaan apa yang Tuhan singkapkan, dan tidak mampu membandingkannya terhadap diri mereka sendiri. Mereka memperlakukan semua firman Tuhan sebagai aturan, ungkapan, slogan, dan doktrin, serta tidak pernah tahu bahwa firman Tuhan adalah kebenaran. Apa masalahnya di sini? Ini disebabkan karena kualitas mereka terlalu rendah, mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami, dan sedang mewujudkan tidak adanya pemahaman rohani.
Jenis kedua adalah orang yang memiliki pemahaman rohani. Orang yang memiliki pemahaman rohani mampu memahami kebenaran, membandingkannya terhadap diri mereka sendiri ketika mereka makan dan minum firman Tuhan, serta memahami apa yang firman Tuhan sedang singkapkan, kebenaran apa yang ada dalam firman Tuhan, dan apa yang Tuhan tuntut. Apakah kemampuan untuk memahami setara dengan memiliki jalan masuk? (Tidak.) Lalu, ketika Kukatakan mereka mampu memahami, apa maksudnya? Mengacu pada apa? (Mereka mampu membandingkan firman Tuhan terhadap diri mereka sendiri.) Kemampuan untuk membandingkan diri mereka sendiri terhadap firman Tuhan adalah salah satu aspeknya. Mereka mengakui watak manusia yang rusak dan segala macam keadaan yang Tuhan singkapkan. Jadi, mampukah mereka mengetahui apa yang Tuhan tuntut? Mereka harus mengetahui hingga taraf tertentu: mengetahui tuntutan Tuhan, mengetahui prinsip-prinsip apa saja yang dibicarakan dalam firman Tuhan, dan apa maksud-Nya. Mereka jelas akan semua hal ini dan memahaminya; itulah sebabnya mereka disebut orang-orang yang memiliki pemahaman rohani. Ketika orang yang memiliki pemahaman rohani makan dan minum firman Tuhan, mereka mampu membandingkan diri mereka sendiri terhadap firman Tuhan, memahami apa maksud firman Tuhan dan apa tuntutan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa jenis orang seperti ini memiliki kualitas dan kemampuan untuk memahami kebenaran. Jadi, apakah memiliki kualitas dan kemampuan ini berarti mereka memiliki jalan masuk kehidupan? (Tidak.) Ada beberapa situasi yang berbeda. Ada orang-orang yang mampu memahami firman Tuhan, dan memiliki kualitas serta kemampuan untuk memahami firman-Nya, tetapi tidak pernah membandingkannya terhadap dirinya sendiri. Dia hanya membandingkan firman Tuhan terhadap orang lain, mencari kekurangan orang lain, mencari-cari kelemahan orang lain, menanyakan keadaan mereka, dan berusaha membaca pikiran mereka, seolah-olah mereka adalah alat pendeteksi. Ketika tidak ada hal lain yang harus dilakukan, mereka merenungkan apa yang dipikirkan orang lain, berusaha mendeteksi apa yang orang pikirkan dalam hati mereka, apa pemikiran dan gagasan yang ada dalam hati mereka, apa niat, tujuan, dan motivasi mereka, apa yang mereka harapkan, serta watak rusak apa yang mereka perlihatkan saat melakukan segala sesuatu. Apa tujuan dia mendeteksi hal-hal ini? Untuk membandingkan firman Tuhan terhadap orang lain, lalu menyelesaikan masalah mereka. Contohnya, lingkungan tempat tinggal "Tn. Smith", seperti apa latar belakang keluarganya, sudah berapa tahun dia percaya kepada Tuhan, masalah apa yang biasanya dia hadapi, kelemahan apa yang dia miliki ketika mengejar perubahan wataknya, kesulitan apa yang sering dia alami ketika sesuatu terjadi, situasi apa yang membuatnya mudah menjadi negatif, seberapa baik dia melaksanakan tugasnya, bagaimana dia memperlakukan firman Tuhan, dan apakah kehidupan rohaninya normal atau tidak, dia memiliki pemahaman yang jelas tentang semua hal ini. Dia sangat cerdas, tetapi sayangnya dia tidak menerapkan kecerdasannya pada tempat yang tepat. Dia menyelesaikan masalah orang lain, tetapi dia sendiri tidak menerapkan kebenaran. Jenis orang semacam ini sering kali adalah seorang pemimpin atau pekerja, atau seseorang yang memiliki tanggung jawab tertentu. Apakah metode pengejaran yang dimiliki jenis orang seperti ini bermasalah? (Ya.) Metode pengejaran ini bermasalah dan masalahnya sangat serius. Seberapa serius? Kita harus mempersekutukan hal ini. Jenis orang seperti ini memiliki pemahaman rohani, mampu memahami firman Tuhan, dan tahu bagaimana membandingkan dirinya sendiri terhadap firman Tuhan, tetapi dia tidak pernah membandingkan firman Tuhan terhadap dirinya sendiri; sebaliknya, dia membandingkan firman Tuhan terhadap orang lain. Apa tujuan mereka membandingkan firman Tuhan terhadap orang lain? (Untuk pamer.) Benar. Dia pamer untuk memuaskan hasrat dan ambisinya, agar statusnya lebih terjamin, dan untuk membuatnya lebih mampu memikat hati orang. Fakta bahwa dia mampu melakukan hal ini berhubungan dengan natur mereka, dan berhubungan langsung dengan apa yang mereka kejar ketika percaya kepada Tuhan. Jika kita menilai berdasarkan fakta bahwa dia berusaha dengan sepenuh hatinya pada berbagai hal dan melakukan pekerjaan mereka dengan maksimal, dan fakta bahwa mereka mampu memahami semua beragam keadaan yang orang miliki dengan sangat baik, dapatkah kita mengatakan bahwa dia adalah orang yang mengejar kebenaran? Belum tentu. Lalu bagaimana kita mengetahui apakah seseorang adalah orang yang mengejar kebenaran atau bukan? Jika dia sangat bertanggung jawab dalam hal jalan masuk kehidupan saudara-saudari, benar-benar telah bekerja keras dengan segenap hati dalam berbagai hal, melakukan pekerjaannya dengan sangat baik, sering mencari kebenaran sehubungan dengan keadaan apa pun yang dimiliki saudara-saudari, dan kemudian menyelesaikan masalah, dengan mampu melaksanakan tugasnya seperti ini, apakah dia adalah pemimpin yang memenuhi syarat? Berdasarkan perwujudan dan penyingkapannya, dapatkah kita yakin bahwa dia adalah orang yang mengejar kebenaran? (Belum tentu.) Mengapa? (Dia mampu menyelesaikan masalah orang lain, tetapi tidak pernah membandingkan firman Tuhan terhadap dirinya sendiri.) Jika dia tidak pernah menyelesaikan masalahnya sendiri, lalu bagaimana mungkin dia menyelesaikan masalah orang lain? (Dia mengandalkan kata-kata dan doktrin untuk menyelesaikannya.) Dia memahami beberapa kata dan doktrin, memiliki sedikit kecerdasan, memiliki daya ingat yang baik, bereaksi dengan cepat terhadap berbagai hal, dan segera setelah dia mendengar khotbah, dia dapat dengan segera pergi dan memamerkannya kepada orang lain. Berdasarkan hal-hal ini, apakah dia memiliki jalan masuk? (Tidak.) Menyelesaikan kesulitan orang lain tetapi tidak pernah menyelesaikan kesulitannya sendiri bukanlah perwujudan dari mengejar kebenaran. Dia hanya menggunakan doktrin dan firman Tuhan, atau segala macam taktik dan metode, untuk membujuk dan meyakinkan orang lain; dia menggunakan kata-kata dan doktrin yang dia pahami, atau meniru dan menyalin kata-kata dari pengalaman hidup untuk membantu orang keluar dari kesukaran. Dia menggunakan metode-metode ini untuk menyelesaikan kesulitan orang lain daripada menggunakan apa yang telah dia lewati secara pribadi dan pengalaman nyatanya untuk menyelesaikannya. Ini membuktikan bahwa orang tersebut bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Apa yang dia berikan kepada orang lain? (Doktrin.) Mengapa kita menyebutnya doktrin? Karena hal itu bukan berasal dari pengalamannya sendiri, bukan sesuatu yang benar-benar dia lewati, dan bukan pula pemahamannya yang sebenarnya. Dengan apa sebenarnya dia menyirami orang lain? Dengan doktrin, ungkapan, dan kata-kata yang membujuk dan menghibur orang. Dia juga menggunakan metode, taktik, dan kecerdasan manusia, dan apa pun yang terjadi, dia menganggap bahwa menjawab pertanyaan orang berarti menyelesaikan masalah, dan bahwa ini berarti melakukan pekerjaan. Berdasarkan perwujudannya, dari hal-hal yang dia berikan kepada orang lain, cara kerjanya, dan jalan yang dia kejar, apakah orang ini adalah orang yang mengejar kebenaran? (Bukan.) Dia bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Bukankah menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah padahal dia sendiri tidak memiliki jalan masuk merupakan tindakan yang agak tidak jujur? (Ya.) Itu tidak jujur; itu munafik dan menipu orang lain. Jadi, mampukah orang semacam ini melaksanakan tugasnya dengan baik? (Tidak.) Mengapa tidak? Karena dia tidak mengejar kebenaran, dan ada hubungan langsung antara melaksanakan tugas dengan baik dan memahami kebenaran. Contohnya, orang harus memahami kebenaran untuk menyirami gereja; orang harus memahami kebenaran untuk menyelesaikan masalah; orang juga harus memahami kebenaran untuk menangani masalah; memahami kebenaran bahkan lebih diperlukan agar bisa memiliki kemampuan untuk mengenali orang. Setiap aspek pekerjaan gereja ada hubungannya dengan kebenaran; jika orang tidak memahami kebenaran, dia tidak akan melakukan pekerjaan penting gereja dengan baik, dan hanya akan melakukan pekerjaan umum secara lumayan. Oleh karena itu, jika seorang pemimpin tidak mengejar kebenaran, sesibuk apa pun dia, sebanyak apa pun dia sibuk ke sana kemari, atau seberapa besar dia menderita, dia tidak akan melakukan pekerjaan dengan baik, dan tidak akan mampu melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawabnya secara maksimal. Ketika dia bekerja, dia berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa alasan, mencari di mana ada masalah dan kemudian menyelesaikannya dengan cara yang sederhana. Ketika seseorang mengalami kesulitan, dia mempersekutukan sedikit doktrin, dan ketika seseorang sedang negatif dan lemah, dia menyemangati dan menasihati mereka; inilah hal-hal yang dia lakukan. Dia menganggap bahwa jika dia mengawasi orang-orang yang dia pimpin, selama semua orang sibuk dan tidak menganggur, maka dia sedang melakukan pekerjaannya dengan baik, dan jika dia dapat berkeliling ke mana pun untuk memeriksa dan mengarahkan pekerjaan, tidak ada yang melaporkan atau menyingkapkannya, dapat berkhotbah dan berbicara di mana pun dia berada, serta segala sesuatunya berjalan lancar tanpa hambatan apa pun, maka dia sedang memenuhi tanggung jawab dan tugasnya. Ini berarti melakukan pekerjaan berdasarkan status, bukan menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah secara nyata. Dia berfokus pada melakukan pekerjaan, dan meskipun berfokus pada pekerjaan, dia mungkin tidak melakukan apa pun demi statusnya. Yang dia lakukan hanyalah menggunakan doktrin dan slogan-slogan untuk menasihati atau menyemangati orang ini dan itu, hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan ini. Dia beranggapan bahwa asalkan dia tidak menganggur, itu tidak menjadi masalah. Yang pertama adalah dia tidak boleh bermalas-malasan, yang kedua adalah dia harus rajin, dan yang ketiga adalah dia harus mampu menanggung penderitaan. Dia menyibukkan diri sepanjang hari. Jika ada masalah di suatu tempat, masalah itu harus diselesaikan sedini mungkin, dan dia harus selalu bertanya kepada orang-orang apakah ada yang memiliki masalah. Dia beranggapan bahwa melakukan hal ini berarti mengejar kebenaran. Sebenarnya, apakah memiliki perwujudan ini berarti dia mengejar kebenaran? Apakah itu berarti dia memiliki jalan masuk kehidupan? Hal ini masih dipertanyakan. Inilah perwujudan pertama dari orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran.
Perwujudan kedua dari orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran adalah mampu memahami firman Tuhan, memahami sisi nyata dari apa yang dikatakan firman-Nya, dan mampu membandingkan dirinya sendiri terhadap firman-Nya, tetapi tidak pernah menerapkannya. Jenis orang seperti ini tidak melakukan segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan, atau berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan dia juga tidak mengendalikan dirinya sendiri. Ketika sesuatu terjadi, dia hanya ingin membuat orang tunduk kepadanya dan mendengarkannya, tetapi dia sendiri tidak ingin tunduk pada kebenaran. Dia memperlakukan penerapan kebenaran dan ketundukan pada kebenaran sebagai tanggung jawab, kewajiban, dan tugas orang lain, serta sebagai sesuatu yang orang lain harus lakukan. Dia memperlakukan dirinya sendiri seolah-olah dia berbeda. Sebanyak apa pun dia memahami firman, atau sebanyak apa pun firman Tuhan yang dapat dia kaitkan dengan dirinya sendiri, dia menganggap semua yang Tuhan firmankan ditujukan kepada orang lain dan tidak ada hubungannya dengan dirinya sendiri. Jadi, apa yang dia lakukan? Dia juga sangat sibuk. Dia pergi ke gereja dan melihat siapa yang mengkritik dia, lalu mencatatnya. Kemudian, dia memutar otak untuk memikirkan cara untuk "memperbaikinya". Dia berkata, "Mari kita membuka diri dan bersekutu. Apa pun yang kaupikirkan di dalam hati, apa pun pendapat yang kaumiliki tentangku, dan apa pun kritik yang kaumiliki terhadapku, katakan saja kepadaku dan aku akan berupaya sebaik mungkin untuk berubah dan melakukan segala sesuatunya secara berbeda." Apa tujuan dari perubahannya? Untuk membuat orang lain menyukainya. Selain itu, dia melihat siapa yang memiliki kritik terhadapnya, dan siapa yang tidak tunduk kepadanya, lalu mencari bagian-bagian firman Tuhan yang relevan untuk "memperbaikinya". Dia berkata, "Tuhan adalah Sang Tuan ketika rumah Tuhan memilih para pemimpin dan pekerja. Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa. Siapa pun yang dipilih oleh saudara-saudari sebagai pemimpin, itulah yang Tuhan kehendaki, dan kalian semua harus tunduk padanya. Kau tidak sedang tunduk kepadaku, tetapi tunduk pada bimbingan Roh Kudus dan pada kebenaran. Jika kau tidak tunduk, kau akan dihukum!" Setelah mendengarkan perkataan pemimpin tersebut, beberapa orang mengetahui bahwa dia salah menafsirkan firman Tuhan, dan memutarbalikkan fakta untuk menyesatkan orang, jadi mereka mengabaikan perkataannya. Ketika pemimpin tersebut melihat orang-orang ini tidak begitu tunduk kepadanya, dia berpikir, "Kau tidak mau tunduk kepadaku, ya? Aku punya cara lain untuk menanganimu. Akan kuberikan dosis yang lebih kuat." Pemimpin tersebut berkata kepada orang-orang yang tidak tunduk kepadanya, "Apakah kau sudah menyelesaikan tugas yang kuberikan kepadamu?" Dan orang-orang itu berkata, "Masih ada sedikit lagi yang harus dikerjakan sebelum tugas itu selesai. Itu tidak akan menyebabkan penundaan." Pemimpin itu berkata, "Bagaimana mungkin masih ada sedikit lagi tidak menyebabkan penundaan? Di mata Tuhan, sedikit itu banyak. Ini adalah perwujudan dari ketidaksetiaan. Kau menyebut ini melaksanakan tugasmu?" Sebenarnya, apakah ini yang benar-benar ingin disampaikan oleh pemimpin tersebut? Apa tujuan di dalam hatinya? Dia ingin memaksa orang lain untuk tunduk, mengalahkan mereka, dan menjatuhkan mereka, tetapi dia tidak dapat mengatakannya secara terang-terangan. Jika dia mengatakannya secara terang-terangan, saudara-saudari akan mengetahui dirinya yang sebenarnya dan menyingkapkannya, jadi dia harus menemukan alasan dan dalih yang kuat untuk melakukan segala sesuatu; dia harus menindas orang dengan cara yang "terhormat dan masuk akal", sehingga setelah dia melakukan penindasan, hal tersebut tidak terlihat jelas oleh orang lain, membuat orang yang bersangkutan tunduk, dan mencapai tujuan pemimpin tersebut untuk memperkuat dan memantapkan statusnya. Watak apakah ini? (Ini adalah watak yang berbahaya dan licik.) Dia berbahaya, licik, jahat, dan melakukan berbagai hal demi status. Dia mengabaikan hal-hal yang tidak berkaitan dengan statusnya, dan tidak memperhatikan hal-hal tersebut, tetapi jika menyangkut hal-hal yang memengaruhi ketenaran, keuntungan, status, harga diri, dan kedudukannya dalam gereja, dia memegangnya erat-erat dan tidak melepaskannya, serta mulai menjadi serius. Ketika mempersekutukan kebenaran dalam pertemuannya yang biasa, terkadang dia akan mengenal dirinya sendiri, membandingkan dirinya sendiri terhadap firman Tuhan, dan menyingkapkan watak rusaknya sendiri, tetapi ada tujuan dan niat di baliknya: semua itu untuk membuat orang lain menghormatinya, iri terhadapnya, dan memujanya, serta untuk memperkuat statusnya. Dia memiliki ambisi dan tujuan. Jika bukan demi statusnya, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun; jika bukan demi mengamankan statusnya, dia tidak melakukan apa pun. Segala sesuatunya dia lakukan hanyalah demi statusnya. Dia akan berjuang keras demi statusnya, tetapi jika itu demi pekerjaan gereja, ketika dia menemukan masalah, dia tidak akan menyelesaikannya. Ketika orang lain melaporkan masalah, dia tidak akan menanganinya, dan dia tidak akan melakukan apa pun untuk membantu; dia melihat orang lain sibuk melaksanakan tugas mereka, tetapi dia tidak melakukan apa pun. Orang macam apa ini? (Orang yang hina dan keji yang hidup hanya untuk ketenaran, keuntungan, dan status.) Apakah seseorang yang hanya hidup untuk status adalah orang yang mengejar kebenaran? Apakah dia mampu mengejar kebenaran? (Tidak.) Sulit untuk dikatakan. Jika dia memiliki sedikit kesadaran hati nurani, memiliki rasa malu, memiliki martabat dan integritas, serta mampu menerima kebenaran setelah mengalami beberapa hajaran dan penghakiman, mengalami dirinya dipangkas, atau diuji dan dimurnikan, maka mungkin saja dia dapat membalikkan keadaan. Namun, jika dia mati rasa, bodoh, keras kepala, dan sama sekali tidak menerima kebenaran, sebanyak apa pun dia memahami kebenaran, apakah ada gunanya? (Tidak.) Sebanyak apa pun dia memahami kebenaran, itu tidak akan mampu menggerakkan hatinya. Sesibuk apa pun dia terlihat di luarnya, sebanyak apa pun waktu yang dia habiskan untuk menyibukkan diri, sebanyak apa pun dia memberi, melepaskan, dan berkorban, dapatkah jenis orang yang hanya berbicara dan bertindak demi status dianggap sebagai orang yang mengejar kebenaran? Sama sekali tidak. Demi status, dia akan membayar berapa pun harganya. Demi status, dia akan menderita kesulitan apa pun. Demi status, dia akan bersedia melakukan apa pun. Dia berusaha mencari-cari keburukan orang lain, menjebak mereka, atau menyulitkan mereka, menginjak-injak orang lain. Dia bahkan tidak takut menanggung risiko hukuman dan ganjaran; dia bertindak demi status tanpa memikirkan konsekuensinya. Apa yang dikejar oleh orang semacam ini? (Status.) Di mana persamaannya dengan Paulus? (Pengejaran akan mahkota.) Dia mengejar mahkota kebenaran, dia mengejar status, ketenaran dan keuntungan, dan memperlakukan pengejaran status, ketenaran dan keuntungan sebagai pengejaran yang dapat dibenarkan, dan bukannya mengejar kebenaran. Apa ciri utama dari orang semacam itu? Dalam segala hal, dia bertindak demi status, ketenaran dan keuntungan. Jenis orang seperti ini, yang melakukan segala sesuatu demi ketenaran, keuntungan, dan status, adalah yang paling mahir dalam menyesatkan orang lain. Ketika engkau pertama kali bertemu dengannya, engkau tidak bisa mengetahui dirinya yang sebenarnya. Engkau dapat melihat bahwa doktrin yang dia sampaikan kedengarannya bagus, apa yang dia katakan tampaknya nyata, pekerjaan yang dia atur sangat sesuai, dan dia tampaknya memiliki kualitas tertentu, serta engkau sangat mengaguminya. Jenis orang ini juga bersedia membayar harga ketika melaksanakan tugasnya. Dia bekerja keras setiap hari tetapi tidak pernah mengeluh karena kelelahan. Dia tidak memiliki sedikit pun kerapuhan. Ketika orang lain lemah, dia tidak lemah. Dia juga tidak menginginkan kenyamanan daging dan tidak pilih-pilih makanan. Ketika keluarga yang menerimanya di rumah mereka menyiapkan hidangan yang istimewa untuknya, dia menolaknya dan tidak memakannya. Dia hanya memakan makanan sehari-hari. Siapa pun yang melihat orang seperti ini akan mengaguminya. Jadi, bagaimana kita dapat mengenali apakah dia sedang melakukan segala sesuatu demi status atau bukan? Pertama, kita harus melihat apakah dia adalah orang yang mengejar kebenaran atau tidak. Di manakah hal ini akan terlihat jelas? (Niat dan titik awalnya ketika melakukan segala sesuatu.) Ini adalah salah satu aspeknya. Hal ini terutama akan terlihat pada tujuan yang sedang dia kejar. Jika tujuannya demi memperoleh kebenaran, dia akan sering berfokus untuk membaca firman Tuhan, memahami kebenaran dan mengenal dirinya sendiri melalui firman Tuhan. Jika dia sering bersekutu tentang mengenal dirinya sendiri, dia akan dapat melihat bahwa dia memiliki banyak kekurangan, tidak memiliki kebenaran, dan dengan sendirinya akan berjuang mengejar kebenaran. Makin orang mengenal dirinya sendiri, makin dia mampu mengejar kebenaran. Orang yang selalu berkata dan melakukan segala sesuatu demi status jelas bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Ketika dia dipangkas, dia tidak menerimanya. Dia sangat takut reputasinya rusak. Jadi, mampukah dia menerima firman penghakiman dan hajaran Tuhan serta merenungkan dirinya sendiri? Mampukah dia benar-benar memahami penyimpangan dalam pengalamannya sendiri? Jika dia tidak memiliki salah satu perwujudan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa dia bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Katakan kepada-Ku, perwujudan apa lagi yang dimiliki orang-orang yang tidak mencintai kebenaran dan mengejar status? (Ketika orang lain mengkritiknya, dia tidak menerimanya, justru bersikap defensif, membenarkan diri sendiri, dan memberikan alasan. Dia berbicara agar dapat menjaga harga diri dan mempertahankan statusnya. Jika seseorang tidak mendukungnya, dia menyerang dan menghakiminya.) Ketika orang menyerang dan menghakimi orang lain, serta berbicara dan membela dirinya sendiri demi harga diri dan statusnya sendiri, maksud dan tujuan di balik tindakannya jelas salah, dan dia hidup sepenuhnya untuk status. Dapatkah orang yang mengatakan dan melakukan apa pun demi status memiliki pertimbangan akan maksud Tuhan? Dapatkah dia menerima kebenaran? Sama sekali tidak. Dia beranggapan bahwa jika dia mempertimbangkan maksud Tuhan, dia harus menerapkan kebenaran, dan jika dia menerapkan kebenaran, dia harus menderita dan membayar harga. Lalu, dia akan kehilangan kenikmatan yang diperoleh dari status, dan tidak akan mampu menikmati manfaat status. Oleh karena itu, dia memilih untuk hanya mengejar ketenaran, keuntungan dan status, serta mengejar upah. Apa lagi perwujudan dari orang yang mengejar status? Hal apa lagi yang dia lakukan? (Jika dia melihat beberapa orang berbakat di sekitarnya yang lebih berdedikasi dalam mengejar kebenaran, dan yang layak untuk dibina, serta yang lebih cenderung didukung oleh saudara-saudari, maka karena takut orang-orang ini akan berdiri dan menggantikannya, dan mengancam statusnya, dia memikirkan cara untuk menekan orang-orang berbakat ini, dan menemukan segala macam alasan dan dalih untuk meremehkan mereka. Cara yang paling lazim adalah dengan menyebut mereka sebagai orang yang sangat congkak, merasa diri benar, dan selalu mengekang orang lain, serta membuat orang percaya bahwa hal-hal ini benar, dan tidak membiarkan rumah Tuhan mempromosikan atau membina orang-orang ini.) Ini adalah perwujudan yang paling lazim. Adakah yang ingin kautambahkan? (Dia selalu suka bersaksi tentang dirinya sendiri dan pamer. Dia selalu berbicara mengenai hal-hal indah tentang dirinya sendiri; dia tidak pernah berbicara tentang sisi buruk dirinya, dan jika dia melakukan sesuatu yang buruk, dia tidak merenungkan atau menelaah tindakannya.) Dia selalu berbicara tentang bagaimana dia menderita dan membayar harga, bagaimana Tuhan membimbingnya, dan memperlihatkan pekerjaan yang telah dia lakukan. Ini juga merupakan bagian dari perwujudan untuk melindungi dan memperkuat status. Orang yang mengejar status dan melakukan segala sesuatu demi status memiliki sifat lain yang paling menonjol yaitu, apa pun yang terjadi, dia harus menjadi penentu keputusan. Dia mengejar status karena dia ingin menjadi penentu keputusan. Dia ingin menjadi orang yang menjadi penentu keputusan, dan satu-satunya orang yang memiliki otoritas. Apa pun situasinya, semua orang harus mendengarkannya, dan siapa pun yang memiliki masalah, mereka harus datang kepadanya untuk mencari dan meminta arahan. Apa yang ingin dia nikmati adalah manfaat status ini. Apa pun situasinya, dialah yang harus menjadi penentu keputusan. Entah apa yang dia katakan benar atau salah, sekalipun itu salah, dia tetap harus menjadi penentu keputusan, dan harus membuat orang lain mendengarkan dan mematuhinya. Ini adalah masalah yang serius. Apa pun situasinya, dia harus menjadi penentu keputusan; entah itu adalah situasi yang dia pahami atau tidak, dia harus ikut campur dan menjadi penentu keputusan. Apa pun masalah yang dipersekutukan oleh para pemimpin dan pekerja, dialah yang harus mengambil keputusan, dan tidak ada ruang bagi orang lain untuk berbicara. Apa pun solusi yang dia usulkan, dia harus membuat semua orang menerimanya, dan jika orang lain tidak menerimanya, dia akan marah dan memangkas mereka. Jika ada yang memiliki kritik atau pendapat, meskipun itu benar dan sesuai dengan kebenaran, dia harus memikirkan segala macam cara untuk menolaknya. Dia sangat pandai dalam menyesatkan, akan membujuk orang lain dengan kata-kata yang meyakinkan, dan pada akhirnya membuat mereka melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Dia harus menjadi penentu keputusan dalam segala hal. Dia tidak pernah bernegosiasi dengan rekan kerja atau mitranya; dia tidak demokratis. Ini cukup untuk membuktikan bahwa dia sangat congkak dan merasa diri benar, sama sekali tidak dapat menerima kebenaran, dan sama sekali tidak tunduk pada kebenaran. Jika sesuatu yang besar terjadi, atau sesuatu yang sangat penting, dan dia mampu membiarkan semua orang membuat penilaian dan menyuarakan pendapat mereka, dan pada akhirnya menentukan metode penerapan yang sesuai dengan pendapat mayoritas, serta memastikan bahwa hal tersebut tidak akan merugikan pekerjaan rumah Tuhan dan bermanfaat bagi pekerjaan secara keseluruhan. Jika inilah sikapnya, maka dia adalah orang yang melindungi pekerjaan rumah Tuhan, dan orang yang dapat menerima kebenaran, karena ada prinsip-prinsip di balik melakukan segala sesuatu cara ini. Namun, apakah orang yang mengejar status akan melakukan hal-hal seperti ini? (Tidak.) Bagaimana dia akan melakukan segala sesuatu? Jika sesuatu terjadi, dia tidak akan peduli dengan nasihat orang lain. Dia sudah memiliki solusi atau keputusan di dalam pikirannya jauh sebelum orang-orang menyampaikan nasihat mereka. Dalam hatinya, dia pasti sudah memutuskan bahwa itulah yang akan dia lakukan. Pada saat ini, apa pun yang orang katakan, dia akan mengabaikannya. Sekalipun ada yang menegurnya, dia sama sekali tidak akan memedulikannya. Dia tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip kebenaran, apakah itu bermanfaat bagi pekerjaan gereja atau tidak, atau apakah saudara-saudari dapat menerimanya atau tidak. Hal-hal ini tidak termasuk dalam pertimbangannya. Apa yang dia pertimbangkan? Dialah yang harus menjadi penentu keputusan; dia ingin menjadi penentu keputusan dalam hal ini; hal ini harus dilakukan dengan caranya; dia harus melihat apakah hal ini bermanfaat bagi statusnya atau tidak. Ini adalah perspektif yang berdasarkannya dia memandang semua hal. Apakah ini orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Ketika orang yang tidak mengejar kebenaran melakukan segala sesuatu, dia selalu mempertimbangkan status, ketenaran dan keuntungan; dia selalu mempertimbangkan bagaimana itu bermanfaat baginya. Inilah titik awal dalam melakukan segala sesuatu.
Ada orang-orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran. Memang ada orang yang seperti ini. Mengenai perwujudan utamanya, jenis yang pertama adalah melakukan sesuatu karena dia suka melakukannya; dia suka bekerja dan tidak bisa berdiam diri. Selama dia sibuk melakukan sesuatu, dia merasa senang, merasakan rasa pencapaian, dan merasa nyata. Perwujudan jenis kedua adalah melakukan sesuatu demi status. Orang jenis ini memiliki ambisi dan keinginan yang sangat kuat. Dia selalu ingin mengendalikan dan memenangkan hati manusia, serta selalu ingin menggantikan Tuhan. Dalam hal ingin menggantikan Tuhan, ini berkaitan dengan pengejaran Paulus yang mana? (Pengejarannya untuk menjadi Kristus.) Tujuannya dalam mengejar status bukan hanya menjadi orang yang lebih unggul daripada orang lain, tetapi menjadi orang dengan status yang dipuja orang lain. Tujuan utamanya adalah untuk mampu memenangkan hati dan mengendalikan orang, membuat orang lain memuja dan memperlakukannya seperti Tuhan, serta membuat semua orang mengikuti, tunduk, dan percaya kepadanya. Apa maksudnya? Bahwa dia akan menjadi Tuhan di hati orang. Ini bukanlah mengejar kebenaran, melainkan mengejar Iblis. Jelas sekali, mengejar status bukanlah mengejar kebenaran, dan mengejar pekerjaan atau reputasi juga bukan mengejar kebenaran. Apa lagi perwujudan lainnya? (Dia mengejar berkat.) Benar. Dia membayar harga, mengorbankan dirinya sendiri, menderita, dan mampu meninggalkan kepentingan pribadinya dalam segala hal, tetapi dia melakukan ini agar dapat diberkati. Dia hanya bertindak dengan cara seperti ini demi diberkati dan mendapatkan tempat tujuan yang baik. Ini pun bukan mengejar kebenaran. Inilah perwujudan ketiga dari orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran. Sama seperti Paulus, dia melakukan banyak hal dan menderita agar dapat diberkati dan demi tempat tujuannya, bersedia membayar berapa pun harganya. Tujuannya dalam melakukan semua hal sudah jelas: apa pun yang paling penting dan esensial untuk menerima berkat, itulah yang dia fokuskan secara khusus untuk dilakukan. Selama dia mendapatkan persetujuan dan dukungan dari saudara-saudari, itu tidak menjadi masalah. Dia hanya berfokus pada bagaimana semua orang memandangnya, bagaimana Yang di Atas memandangnya, dan apakah dia ada di dalam hati Tuhan. Asalkan sudah pasti bahwa dia akan diberkati dan diberi upah, itu tidak menjadi masalah. Namun, dia tidak pernah menggunakan kebenaran untuk mengevaluasi apa yang dia lakukan, dan tidak pernah menyerah pada keinginan untuk diberkati; dia tidak tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Jika dia melakukan sesuatu dengan buruk dan dipangkas, jika Yang di Atas tidak berkenan kepadanya, dan dia melihat tidak ada harapan untuk diberkati atau mungkin mendapat tempat tujuan yang baik, dia akan menjadi negatif dan menyerah, tidak ingin melaksanakan tugasnya. Bahkan ada orang-orang yang tidak ingin percaya; mereka menganggap tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan. Ketiga cara pengejaran di atas semuanya adalah jalan yang ditempuh orang yang tidak mengejar kebenaran. Ada banyak jenis orang yang seperti ini di setiap gereja, dan semuanya adalah orang-orang yang tidak mencintai kebenaran. Apa pun tugas yang mereka laksanakan, mereka selalu mengaitkannya dengan kepentingan diri mereka sendiri, menerima berkat, dan diberi upah, serta tidak pernah mengaitkannya dengan jalan masuk kehidupannya, memahami kebenaran, atau mengubah watak mereka. Seberapa pun lamanya mereka percaya kepada Tuhan, atau berapa tahun pun mereka telah melaksanakan tugas, mereka tidak pernah mengejar pengenalan diri sendiri, tidak pernah mengejar jalan masuk kehidupan, dan tidak pernah mengejar untuk mengasihi Tuhan atau ketundukan kepada Tuhan. Apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak mencari kebenaran. Entah seperti apa pun kerusakan yang mereka perlihatkan, mereka tidak menghubungkannya dengan kebenaran dalam firman Tuhan. Apa pun yang mereka lakukan, niat mereka egois dan hina, semuanya bertujuan untuk memperoleh berkat dan keuntungan pribadi. Seperti apa pun cara mereka dipangkas, mereka tidak merenungkan dirinya sendiri, dan terus menganggap bahwa mereka benar. Jenis orang seperti ini jarang bersikap negatif. Dia tidak takut dengan penderitaan sebesar apa pun jika itu berarti dia akan diberkati dan masuk ke dalam kerajaan. Dia memang memiliki ketekunan, tetapi sangat sulit baginya untuk menerima kebenaran. Dia lebih memilih mati daripada merenungkan diri dan mengenal dirinya sendiri, serta menganggap dirinya cukup baik. Orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran memiliki perwujudan lain: ada orang-orang yang telah mendengar banyak khotbah, tetapi tidak tertarik akan kebenaran yang Tuhan ungkapkan, atau firman-Nya yang menyingkapkan berbagai keadaan manusia. Sekalipun dia memahami hal-hal ini, dia tidak tertarik. Jadi, mengapa dia masih percaya kepada Tuhan jika dia tidak tertarik? Dia pasti memiliki pemikiran yang samar dan tidak realistis di dalam hatinya. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa yang mampu dilakukan oleh Tuhan yang di bumi. Aku tidak tahu. Sepertinya Dia hanya mampu mempersekutukan kebenaran. Aku tidak begitu memahami apa yang disebut kebenaran ini, tetapi bagaimanapun juga, hal-hal yang Dia ucapkan sangat baik, dan membuat orang mengikuti jalan yang benar. Namun, aku tidak tahu apakah Dia benar-benar Tuhan atau bukan." Mengapa dia tetap tinggal di rumah Tuhan jika dia sangat meragukan Tuhan, dan bukannya pergi? Itu karena dia memiliki pandangan dan khayalan yang samar di dalam hatinya. Dia berpikir, "Jika aku terus berada di sini, aku mungkin bisa lolos dari kematian, dan pada akhirnya masuk Surga dan menerima berkat yang besar." Jadi, sementara orang lain mengejar perubahan watak dan menerima diri mereka dipangkas, dia ada di sana untuk berdoa kepada Tuhan yang di Surga, dengan berkata, "Ya Tuhan, tuntunlah aku melewati kesulitan ini, dan buatlah agar aku mampu menerima diriku dipangkas. Aku bersedia tunduk pada pengaturan dan penataan-Mu." Engkau mendengar bahwa kata-kata doa yang dia panjatkan tidak salah, tetapi dia tidak pernah mengakui bahwa dia memiliki watak yang rusak atau salah. Dalam hatinya, dia hanya mengakui Tuhan yang di Surga. Sedangkan Tuhan yang di Bumi, Tuhan yang berinkarnasi, dan firman penghakiman Tuhan, dia tidak mengindahkannya, seolah-olah semua hal ini tidak ada hubungannya dengan dia. Kepercayaannya kepada Tuhan begitu sederhana dan kosong. Seperti apa pun cara orang lain berbicara tentang watak manusia yang rusak dan perlunya mengejar perubahan watak, dia merenung, "Mengapa engkau semua begitu rusak sedangkan aku tidak?" Dia mengira dirinya sempurna dan tanpa cela, serta tidak memiliki watak yang rusak. Terkadang, dia berprasangka buruk atau memandang rendah orang lain, tetapi dia menganggap hal ini normal, menganggap itu hanyalah pemikiran yang buruk dan akan hilang jika dia menekannya. Atau, ketika dia melihat orang lain memberontak terhadap Tuhan, dia berpikir, "Aku tidak pernah memberontak terhadap Tuhan. Kasih yang kumiliki kepada-Nya di dalam hatiku tidak pernah goyah." Dia hanya mengucapkan beberapa kalimat ini dan tidak merenungkan dirinya sendiri atau tahu bagaimana bertindak sesuai dengan prinsip. Apakah orang seperti ini adalah orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Lalu mengapa dia masih menganggap dirinya sangat baik, dan menganggap bahwa cara percaya kepada Tuhan seperti ini tidak buruk? Apa yang terjadi di sini? Ini memperlihatkan bahwa dia tidak mencintai kebenaran. Menurut gagasan orang-orang, orang macam apa dia? Dengan cara apa dia mewujudkan dirinya? Dia fasih bicara, cerdas, cepat belajar, dan memiliki kemampuan yang kuat untuk memahami berbagai hal. Dia memahami apa yang kaukatakan segera setelah perkataan itu keluar dari mulutmu, dan dia sangat cepat memahami doktrin. Namun, apa pun yang dia pahami, arah dan tujuan dari pengejarannya untuk menerima berkat tetap tidak berubah. Selain itu, dia memperlakukan kebenaran yang dia pahami sebagai teori teologis, atau sebagai semacam dogma atau pengajaran. Dia tidak menganggapnya sebagai kebenaran, dan oleh karena itu, dia tidak menerapkan atau mengalaminya, apalagi menerapkannya dalam kehidupannya. Dia hanya menerima dan mengkhotbahkan doktrin yang dia sukai dan yang sesuai dengan gagasan dan imajinasinya, serta menganggap bahwa dia telah memperoleh sesuatu. Mampu mengkhotbahkan doktrin dan mengesankan banyak orang adalah hal terbesar yang dia peroleh dari percaya kepada Tuhan. Mengenai apakah dia menerapkan kebenaran atau mengenal dirinya sendiri, dia menganggap semua ini adalah masalah sepele yang tidak terlalu penting, dan bahwa kemampuan untuk mengkhotbahkan doktrin-doktrin rohani, menjawab pertanyaan, dan membuat orang lain mengaguminya adalah hal terpenting dan apa yang membuatnya memenuhi syarat untuk menikmati manfaat status. Oleh karena itu, dia tidak memperhatikan penerapan kebenaran, dia tidak merenungkan dirinya sendiri, dan hanya puas dengan kemampuan menyampaikan khotbah yang tinggi. Masalah ini relatif parah, bahkan lebih parah daripada masalah dengan orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani, karena dia tahu betul bahwa ini adalah kebenaran tetapi tidak menerapkan atau mengalaminya. Ini adalah orang yang muak akan kebenaran dan mempermainkan kebenaran. Bukankah natur masalah ini sangat serius?
Sekarang, engkau semua mampu mengenali orang-orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran, bukan? Apakah engkau semua memiliki perwujudan seperti jenis orang ini dalam keadaan apa pun? (Ya, terutama karena aku melakukan segala sesuatu demi status.) Mengatakan sesuatu demi status dan melakukan segala sesuatu demi status, semuanya berkisar pada status; ini menyusahkan. Mungkinkah mengejar kebenaran dengan cara seperti ini? Apa sajakah perwujudan dari orang yang melakukan segala sesuatu demi status? Dia terutama berfokus pada reputasi, citra, dan martabatnya sendiri, serta statusnya di hati orang lain—apakah orang lain menghormati dan memujanya. Apa pun yang dia lakukan, dia hanya memperhatikan aspek-aspek ini, tidak pernah meninggikan atau bersaksi tentang Tuhan. Sebagai contoh, ketika seseorang yang tidak mengejar kebenaran bertemu dengan seorang petobat baru, dia berpikir dalam hatinya, "Kau baru percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, kau tidak memahami apa pun," dan memandang rendah dirinya. Jika petobat baru tersebut ingin mencari kebenaran, dia akan terlebih dahulu mempertimbangkan penampilan petobat baru tersebut, caranya berbicara, dan apakah dia menyukainya atau tidak. Jika petobat baru itu berkualitas buruk, dia tidak akan ingin mempersekutukan kebenaran; dia hanya akan memberikan beberapa kata dorongan dan berhenti di situ. Apa masalahnya di sini? (Dia menganggap bahwa dia sudah bertahun-tahun menjadi orang percaya dan memiliki modal, jadi dia memamerkan senioritasnya.) Modal ini merupakan perwujudan dari menegaskan statusnya. Dia merasa berhak berbicara dari kedudukan status karena memiliki modal, status yang diakuinya sendiri, bukan diberikan oleh orang lain. Apakah orang yang bekerja dan berbicara dengan cara seperti ini adalah orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Apakah engkau semua memiliki perwujudan seperti ini? Engkau berkata, "Aku sudah percaya kepada Tuhan selama sepuluh tahun. Bukankah memasangkanku dengan orang yang baru percaya selama dua tahun merupakan penghinaan bagiku? Aku bahkan tidak ingin berbicara dengannya. Bahkan mengucapkan sepatah kata pun akan membuatku kelelahan. Dia tidak memahami apa pun!" Hal ini bersumber dari dirinya dikuasai oleh watak yang congkak. Jika engkau tidak memiliki hati yang menghargai status, tidak memberi peringkat pada orang berdasarkan pengalaman atau senioritas, dan tidak menganggap bahwa engkau memiliki modal, akankah engkau memperlakukan seseorang dengan cara seperti itu? Jelas sekali, karena watak rusak di dalam dirimu, perwujudan dari caramu memperlakukan orang lain tidak memberi manfaat bagi orang lain, yang menyingkapkan watak rusakmu, pengejaranmu, dan apa yang tersembunyi di lubuk hatimu. Ada perwujudan lain dari bertindak demi status. Sebagai contoh, ada orang-orang yang telah memperoleh pengetahuan profesional atau ahli dalam bidang tertentu. Namun, ketika mendiskusikan bidang ini, jika orang lain berbicara terlebih dahulu, dia menjadi kesal dan berpikir, "Mengapa perkataanmu tidak bernalar? Kau tidak dapat melihat orang hebat sekalipun dia ada di hadapanmu!" Dia berkata, "Aku mengambil jurusan ini di universitas dan mendedikasikan semua penelitianku untuk masalah-masalah ini. Setelah lulus, aku bekerja di bidang ini selama beberapa tahun. Aku sudah meninggalkan profesi ini selama lebih dari sepuluh tahun sejak percaya kepada Tuhan, tetapi aku dapat mengingat semuanya dengan mudah. Aku tak suka membicarakannya karena akan terlihat seperti sedang pamer." Apa pendapatmu tentang perkataan ini? Perkataan ini berasal dari akademisi orang tidak percaya, dan diucapkan berdasarkan falsafah Iblis, membuatnya tampak berpengetahuan luas dan mendapatkan persetujuan semua orang. Dia berkata tidak ingin pamer, tetapi justru itulah yang sedang dia lakukan, hanya saja dengan cara yang lebih terampil. Dia menyebutkan modal yang dimilikinya, seperti berapa tahun dia telah mempelajari profesi ini dan apa yang dia peroleh, menggunakan cara ini untuk menyampaikan pesan bahwa dia adalah seorang ahli di bidang tersebut. Apakah menjadi ahli di suatu bidang berarti engkau harus memahami bidang tersebut? Inikah pendekatan yang harus kauambil jika engkau adalah ahli dalam melakukan pekerjaan di rumah Tuhan? (Tidak.) Lalu apa yang harus kaulakukan? (Mencari kebenaran; berdiskusi dan mencari bersama-sama dengan saudara-saudari.) Setiap orang harus mencari bersama-sama. Engkau berkata, "Sejujurnya, aku telah bekerja dalam profesi ini selama beberapa tahun dan mengetahui sedikit tentangnya, tetapi aku tidak mengetahui prinsip-prinsip di balik bagaimana rumah Tuhan memanfaatkan profesi ini. Aku tidak tahu apakah pengetahuan yang kumiliki ini berguna bagi rumah Tuhan atau tidak, kita dapat mendiskusikannya bersama-sama. Aku akan memberi tahu kalian sedikit tentang dasar-dasar bidang ini." Inilah cara berbicara yang rasional. Meskipun dia memiliki pengetahuan yang luas tentang profesinya, dia rendah hati dan tidak sombong. Dia tidak berpura-pura; dia benar-benar ingin melakukan pekerjaan dengan baik, dan membagikan apa yang telah dia pelajari dan ketahui kepada semua orang, tanpa menahan apa pun. Dia melakukan ini sepenuhnya demi melaksanakan tugasnya dengan baik, seperti apa pun orang lain memandang atau memperlakukan dirinya. Dia melaksanakan tugasnya sepenuhnya demi memuaskan Tuhan, dan demi memperoleh kebenaran dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Oleh karena itu, dalam setiap aspek pelaksanaan tugasnya, dia mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan dan memperhatikan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Apa pun yang dia lakukan, dia terlebih dahulu bersekutu dengan semua orang, kemudian mendiskusikannya bersama-sama untuk mencapai mufakat, membiarkan saudara-saudari memberikan ide dan upaya, semuanya bersatu untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Apa pendapatmu tentang pendekatan ini? Hanya orang-orang yang mengejar kebenaran yang akan melakukan hal seperti ini. Meskipun mereka sama-sama percaya kepada Tuhan, orang yang mengejar kebenaran dan orang yang tidak mengejar kebenaran berperilaku secara berbeda. Orang macam apa yang menjijikkan? (Orang yang tidak mengejar kebenaran itu menjijikkan.) Tidak perlu pamer jika engkau tahu sedikit tentang profesi tertentu, dan juga tidak perlu meremehkan atau mengekang orang lain jika engkau tahu sedikit tentang profesi tersebut. Ada orang-orang yang memiliki sikap yang sombong ketika dia menjadi pemimpin atau pekerja, dia berjalan dan berbicara dengan sikap yang sombong, bahkan bersikap seolah-olah dia lebih baik daripada orang lain. Cara berperilaku seperti ini jauh lebih menjijikkan. Sekalipun engkau memiliki status tertentu, tidak perlu memamerkannya atau bersikap angkuh. Engkau harus bertindak secara bertanggung jawab untuk memimpin saudara-saudari agar dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik. Ini adalah tanggung jawabmu dan apa yang harus kaucapai. Selain itu, jika engkau memiliki kemanusiaan dan setia, engkau harus memikul tanggung jawab ketika melakukan berbagai hal. Bagaimana seharusnya engkau memikul tanggung jawab? Dengan mempersekutukan secara jelas mengenai area-area yang tidak orang pahami, area-area di mana orang cenderung melakukan kesalahan atau disesatkan, serta memperbaiki kesalahan dan penyimpangan apa pun yang muncul, engkau memastikan bahwa setiap orang dapat melakukan berbagai hal dengan cara yang benar, sehingga mereka tidak lagi melakukan kesalahan atau dikekang oleh orang lain. Dengan demikian, engkau telah memenuhi tanggung jawabmu. Inilah yang dimaksud dengan engkau bertanggung jawab dan setia dalam tugasmu. Setelah engkau mencapai hal ini, mungkinkah orang lain masih berkata bahwa engkau mengejar status? Tidak. Prinsip-prinsip yang kauterapkan sudah benar, begitu pun dengan jalanmu. Inilah perwujudan dari orang-orang yang mengejar kebenaran; inilah seharusnya yang diterapkan oleh orang-orang yang mengejar kebenaran. Yang sebaliknya tak lain hanyalah segudang perilaku yang tercela. Ingin pamer dan dihormati, tetapi juga ingin menahan diri dan menyembunyikan apa yang dia ketahui, takut bahwa jika orang lain mengetahui hal-hal ini, dia tidak akan bisa lagi memamerkan dirinya atau dihormati. Itu sangat memberontak! Dia mengabaikan kepentingan rumah Tuhan, dan bahkan berdiri dan menonton, sambil terkekeh dalam hatinya, "Jika aku tidak bicara, kita lihat saja apakah ada yang dapat menjelaskan hal ini dengan gamblang! Sekalipun aku mengatakan sesuatu, aku tidak akan mengatakan semuanya. Aku akan mengungkapkannya sedikit hari ini, dan sedikit besok, serta tetap tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada kalian. Aku akan membiarkan kalian merenungkannya sendiri. Tidak mudah mendapatkan sesuatu dariku! Jika aku memberi tahu kalian semua yang kupahami, membuat kalian memahaminya, maka aku tidak memiliki apa-apa lagi, dan kalian akan lebih baik dariku. Bagaimana kalian akan memandangku nantinya?" Makhluk macam apa yang berpikiran seperti ini? Orang ini berbisa! Dia bukan orang yang baik. Apakah dia orang yang jujur? (Tidak.) Adakah di antaramu yang pernah melakukannya? (Aku pernah. Terutama setelah aku memberitakan Injil dalam jangka waktu yang lebih lama dan memperoleh beberapa hasil, aku merasa memiliki aset dan modal. Ketika orang lain bertanya apakah aku mengetahui metode yang baik atau memiliki pengalaman yang baik untuk dibagikan, aku menolak. Aku hidup berdasarkan pepatah beracun Iblis, "Begitu murid mengetahui semua yang diketahui gurunya, guru itu pun akan kehilangan mata pencahariannya." Aku takut orang lain akan melampauiku, dan kemudian aku akan kehilangan statusku.) Takut orang lain membuatmu tidak lagi menjadi pusat perhatian bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Reputasi dan kepentingan pribadi adalah tujuan yang diperjuangkan orang sepanjang hidupnya, tetapi keduanya juga bagaikan dua belati yang menghunjam hati. Semua ini akan mengakhiri hidupmu!
Ada orang yang telah melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan saudara-saudari menganggap bahwa dia telah memberikan kontribusi dan memiliki status tertentu di dalam gereja. Setiap kali dia berada di depan orang lain, dia menyebutkan hal-hal baik yang dia lakukan, sehingga semua orang memiliki persepsi dan pemahaman yang benar-benar baru tentang dirinya, yaitu pemahaman tentang modal dan statusnya, serta pemahaman tentang reputasi dan kedudukannya di dalam gereja. Mengapa dia melakukan hal itu? (Untuk memamerkannya.) Dan apa tujuan dia memamerkannya? Untuk memiliki kedudukan yang kokoh. Dan apa yang dapat dia lakukan dengan memiliki kedudukan yang kokoh? (Membuat orang lain mengaguminya.) Membuat orang-orang mengaguminya, memujinya, dan memujanya. Setelah memperoleh hal-hal ini, apa yang dia rasakan di hatinya? (Dia menikmatinya.) Dia menikmati manfaat status. Apakah engkau semua juga mengejar hal-hal ini? Apa yang menyebabkan pemikiran, gagasan, dan cara berpikir orang-orang ini? Apa yang menyebabkan semua hal tersebut muncul? Apa sumbernya? Sumbernya adalah watak rusak manusia. Watak rusak manusialah yang menyebabkan orang-orang memperlihatkan diri mereka dengan cara seperti ini, dan memunculkan pengejaran semacam ini. Ada orang yang sering merasa lebih unggul di rumah Tuhan. Dalam hal apa? Apa yang menyebabkan dia merasa lebih unggul dalam hal ini? Sebagai contoh, ada orang yang tahu bagaimana berbicara bahasa asing, dan dia menganggap bahwa itu berarti dia memiliki karunia dan cakap, serta menganggap bahwa jika rumah Tuhan tidak memiliki orang seperti dirinya, mungkin akan sangat sulit untuk memperluas pekerjaannya. Akibatnya, dia ingin membuat orang-orang menghormatinya di mana pun dia berada. Metode apa yang digunakan orang semacam ini ketika dia bertemu orang lain? Di dalam hatinya, dia menetapkan berbagai macam peringkat yang berbeda pada orang-orang yang melaksanakan berbagai tugas di rumah Tuhan. Para pemimpin berada di urutan pertama, orang-orang yang memiliki bakat khusus berada di urutan kedua, selanjutnya ada orang-orang yang memiliki bakat biasa, dan urutan yang terbawah adalah orang yang melaksanakan segala macam tugas pendukung. Ada orang yang memperlakukan kemampuan untuk melaksanakan tugas penting dan tugas khusus sebagai modal, dan memperlakukannya sebagai memiliki kenyataan kebenaran. Apa masalahnya di sini? Bukankah ini tidak masuk akal? Melaksanakan beberapa tugas khusus membuatnya congkak dan angkuh, serta memandang rendah semua orang. Ketika dia bertemu seseorang, hal pertama yang selalu dia lakukan adalah menanyakan tugas apa yang dia laksanakan. Jika orang tersebut melaksanakan tugas biasa, dia akan memandang rendah orang tersebut, dan menganggap orang tersebut tidak layak mendapatkan perhatiannya. Ketika orang ini ingin bersekutu dengannya, dia menyetujuinya di luarnya, tetapi di dalam hati dia berpikir, "Kau ingin bersekutu denganku? Kau bukan siapa-siapa. Lihatlah tugas yang kaulaksanakan, bagaimana kau layak berbicara denganku?" Jika tugas yang orang tersebut laksanakan lebih penting daripada tugasnya, dia akan menyanjung orang tersebut dan merasa iri terhadapnya. Ketika dia melihat para pemimpin atau pekerja, dia akan patuh dan menyanjung mereka. Apakah caranya memperlakukan orang memiliki prinsip? (Tidak. Dia memperlakukan orang berdasarkan tugas yang mereka laksanakan, dan berdasarkan berbagai ragam peringkat yang dia tetapkan.) Dia memberi peringkat pada orang berdasarkan pengalaman dan senioritas mereka, serta berdasarkan bakat dan karunia mereka. Fakta apa yang tersingkap dari caranya memberi peringkat pada orang-orang seperti ini? Ini menyingkapkan pengejaran seseorang, jalan masuk kehidupan seseorang, esensi natur seseorang, dan kualitas kemanusiaannya. Ada orang yang ketika melihat pemimpin yang lebih tinggi, dia menganggukkan kepalanya dan membungkuk sedikit, serta bersikap sopan. Ketika dia melihat seseorang yang memiliki kemampuan tertentu, yang berkarunia, yang cakap dalam berbicara, yang telah melaksanakan tugas penting di rumah Tuhan, atau yang telah dipromosikan dan dianggap penting oleh Yang di Atas, dia berbicara dengan sopan santun. Ketika dia melihat seseorang yang berkualitas rendah atau yang melaksanakan tugas biasa, dia memandang rendah dan memperlakukan orang tersebut seolah-olah dia tidak terlihat. Cara dia memperlakukan orang tersebut berbeda. Apa yang dia pikirkan di dalam hatinya? "Orang sepertimu masih kelas bawah meskipun kau percaya kepada Tuhan, tetapi engkau masih ingin berbicara seolah-olah kau setingkat denganku, dan bersekutu denganku tentang jalan masuk kehidupan dan menjadi orang yang jujur. Kau tidak layak melakukannya!" Watak macam apa ini? Watak yang congkak, kejam, dan jahat. Apakah ada banyak tipe orang seperti ini di gereja? (Ya.) Apakah engkau semua adalah tipe orang seperti ini? (Ya.) Memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan siapa mereka. Tak satu pun dari hal-hal ini yang merupakan perwujudan dari orang yang mengejar kebenaran. Apa yang dia kejar? (Dia mengejar status.) Perilaku, penyingkapan, dan perwujudan sehari-hari orang dapat memperlihatkan semua pemikiran, pandangan, niat, dan pengejaran yang dia miliki, serta jalan yang dia tempuh. Apa yang kausingkapkan, dan apa yang sering kauperlihatkan, adalah apa yang kaukejar. Pengejaranmu tersingkap. Meskipun orang jenis ini memiliki pemahaman rohani, mampu memahami firman Tuhan, menghubungkan firman-Nya, dan membandingkan firman-Nya terhadap keadaannya sendiri, apa pun yang terjadi, dia tidak mencari kebenaran, dan tidak memperlakukannya dengan menggunakan kebenaran firman Tuhan sebagai prinsipnya. Sebaliknya, dia memperlakukannya dan bertindak berdasarkan gagasan, imajinasi, niat, tujuan, dan keinginan, serta preferensinya sendiri. Dapatkah orang seperti ini masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Tidak.) Hatinya masih menyimpan prinsip-prinsip dan cara-cara yang dimiliki oleh orang-orang tidak percaya dalam berurusan dengan dunia; dia masih memberi peringkat pada orang-orang berdasarkan pengalaman dan senioritas mereka, dan menetapkan berbagai peringkat berbeda pada orang-orang di rumah Tuhan. Dia tidak menggunakan kebenaran untuk menilai orang, tetapi menilai orang dengan menggunakan pandangan dan standar orang tidak percaya. Apakah ini adalah mengejar kebenaran? (Bukan.) Meskipun dia tampak seperti orang yang memahami kebenaran ketika dia berbicara dan berkhotbah, dapatkah sedikit pun kenyataan kebenaran dilihat dari caranya melaksanakan tugasnya? (Tidak.) Lalu, apakah orang ini memiliki jalan masuk kehidupan? (Tidak.) Ada terlalu banyak hal-hal rusak di dalam dirinya, dan dia terlalu jauh dari memenuhi persyaratan untuk diselamatkan. Jika dia selalu memperlakukan hal-hal tersebut sebagai modal, lalu berapa banyak firman Tuhan yang dia pahami yang mampu dia terapkan? Apakah hatinya benar-benar memiliki kebenaran atau firman Tuhan? Baginya, seberapa pentingkah jalan masuk kehidupan dan perubahan wataknya? Apa sebenarnya yang telah mengakar di dalam hatinya? Tentu saja semua falsafah Iblis dan hal-hal yang diwarisi dari manusia, serta gagasan dan imajinasinya tentang kepercayaan kepada Tuhan. Jika semua hal ini berakar terlalu dalam di hati orang, akan sangat sulit baginya untuk menerima kebenaran. Dia selalu mempertimbangkan bagaimana Yang di Atas memandang dirinya, apakah Yang di Atas menghargainya, apakah dia ada di hati Tuhan, dan apakah Tuhan mengenal dia. Dia memandang orang lain dengan cara yang sama: dia melihat apakah Yang di Atas menghargainya, dan apakah Tuhan berkenan kepadanya. Dia memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan siapa mereka. Ketika hatinya selalu mementingkan hal-hal ini, seberapa besar pengaruh kebenaran terhadapnya? Apa yang sebenarnya dikejar oleh orang-orang yang selalu hidup dalam keadaan-keadaan ini dan hidup dalam falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain? Dapatkah dia masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Tidak.) Lalu, berdasarkan apakah dia menjalani kehidupannya? (Dia hidup berdasarkan falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain.) Dia hidup berdasarkan falsafah Iblis, tetapi menganggap bahwa dia memiliki pengetahuan, terpelajar dan bijaksana, serta merasakan banyak kenikmatan di dalam hatinya. Dia memandang rumah Tuhan sebagai apa? (Dia memandangnya sebagai masyarakat.) Dia memandangnya sebagai masyarakat. Dia belum meninggalkan pandangan ini. Jadi, bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah ini? Ini bukan hanya masalah tentang orang membaca firman Tuhan dan mampu mengakui fakta yang Tuhan singkapkan. Dia juga harus mengalami pemangkasan, ujian dan pemurnian. Dia juga perlu mengetahui esensi naturnya, memahami dengan jelas tentang esensi modal, karunia, pengetahuan, dan kualifikasinya, melepaskan semua hal ini, menerima kebenaran dalam firman Tuhan, dan hidup berdasarkan kebenaran. Hanya dengan cara demikianlah masalah natur yang rusak dapat dibereskan.
Mengejar kebenaran bukanlah hal yang mudah. Manusia harus belajar melihat segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan. Di masa lalu, orang memiliki banyak pandangan keliru. Jika mereka tidak mencari kebenaran, mereka tidak akan menyadarinya, dan akan terus melanjutkan seperti sebelumnya, menganggap bahwa mereka benar, serta bersikap congkak dan merasa diri benar. Sekalipun engkau memangkas mereka, mereka tetap tidak akan mengakui kesalahan mereka. Sangat sulit untuk mengubah perspektif yang digunakan orang yang tidak mengejar kebenaran dalam memandang sesuatu. Sebagai contoh, ketika beberapa orang melihat ada seseorang di gereja yang pernah memimpin sebuah perusahaan, perasaan hormat dan kekaguman muncul di hati mereka. Mereka merasa iri, mengagumi, menghormati, dan bahkan memuja orang-orang seperti ini. Orang ini memiliki status di hati mereka. Apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini? Engkau harus mengenali orang ini dan memperlakukannya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan melihat apakah dia adalah orang yang mencintai kebenaran dan mengejar kebenaran atau tidak, dan apakah dia adalah orang yang patut dihormati atau tidak. Jika, setelah berinteraksi dengan mereka dan mengenali mereka, engkau mendapati bahwa dia bukan orang semacam itu, engkau tidak akan lagi menghormati orang tersebut di dalam hatimu, dan tidak akan memujanya. Engkau harus memperlakukannya dan berinteraksi dengannya secara normal. Apa yang dimaksud dengan memperlakukannya secara normal? Itu berarti mampu memperlakukannya dengan benar. Hati manusia penuh dengan preferensi, keinginan, dan pengejaran mereka sendiri, serta nilai-nilai mereka terlihat dalam banyak detail perilaku mereka. Jika ada seseorang yang mereka hormati, ketika mereka membicarakannya, perkataan mereka akan sangat bijaksana dan sopan, dan mereka akan menyapa orang tersebut dengan penuh hormat. Hal ini menunjukkan apa? Bahwa orang ini memiliki status di hati mereka, dan mereka menghormati orang ini. Selain itu, ada hal lain yang mereka katakan. Mereka sering berkata, "Orang ini dulunya adalah seorang pejabat. Jika dia datang ke rumah Tuhan dan diperlakukan sebagai orang biasa, itu tidak pantas." Dalam pikirannya, mereka menganggap rumah Tuhan tidak mementingkan orang-orang yang berbakat. Tokoh terkemuka seperti itu mampu merendahkan dirinya sendiri dan masuk ke dalam rumah Tuhan, menjadi orang percaya dan melaksanakan tugas, tetapi tak ada seorang pun yang menghormati atau mempromosikannya, dan Yang di Atas tidak secara khusus memperkenalkannya kepada saudara-saudari. Engkau bertanya kepada mereka bagaimana pelaksanaan tugas orang ini, dan mereka berkata, "Orang ini dulunya memiliki sebuah perusahaan, dan memiliki beberapa ribu pegawai. Melakukan pekerjaan kecil seperti ini tidaklah sulit baginya. Tak ada seorang pun di rumah tuhan yang berkualitas lebih baik daripada dia. Dia adalah orang terkemuka. Tidak ada orang terkemuka di rumah tuhan." Perkataan macam apa ini? Mereka menganggap dunia sekuler memiliki orang terkemuka, tetapi rumah Tuhan tidak. Orang-orang di rumah Tuhan memiliki kebenaran. Apakah orang-orang di dunia sekuler memiliki kebenaran? Engkau berkata dunia sekuler memiliki orang terkemuka, lalu mengapa engkau tidak percaya kepada orang terkemuka? Mengapa engkau datang ke sini untuk percaya kepada Tuhan? Engkau memiliki gagasan tentang Tuhan, dan harus segera kembali ke dunia sekuler. Bukankah fakta bahwa mereka mampu mengatakan hal seperti ini berarti itu adalah suara Iblis? Itu adalah suara Iblis. Mereka percaya kepada Tuhan dan masuk ke dalam rumah Tuhan, tetapi meninggikan Iblis. Mereka hampir berkata, "Jika orang terkenal tertentu percaya kepada tuhan, dia akan menjadi orang yang memiliki kualitas tertinggi. Jika dia tidak dapat disempurnakan, maka tidak ada harapan bagi kita semua. Di matanya, kita bukan siapa-siapa." Di dalam hati dan di mata mereka, orang yang percaya kepada Tuhan tidaklah sebaik orang-orang terkenal, pengusaha dan pejabat di dunia sekuler. Hanya orang-orang itulah yang terkemuka dan orang yang memiliki pengaruh. Ketika engkau memahami makna tersirat dari apa yang mereka katakan, apakah mereka adalah orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengarkan, pandangan dan pemikiran mereka, opini mereka tentang dunia, dan pendapat serta pandangan mereka terhadap orang-orang terkenal dan terkemuka tidak berubah. Sudahkah mereka memperoleh kebenaran? Apakah mereka memiliki jalan masuk kehidupan? (Tidak.) Siapakah orang ini? (Pengikut yang bukan orang percaya.) Mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya. Mereka adalah Yudas dan pengkhianat! Dalam pikiran mereka, Tuhan bukanlah yang maha tinggi dan kebenaran bukanlah yang maha tinggi. Sebaliknya, kekuasaan duniawi, gengsi, ketenaran, dan keuntungan adalah yang paling tinggi. Orang ini adalah pengkhianat. Ini adalah pemikiran dan pandangan Yudas. Itu adalah pemikiran dan logika Iblis. Meskipun orang-orang ini mampu memahami kebenaran, pemikiran dan pandangan mereka tidak akan berubah. Yang mereka kejar adalah reputasi, status, dan kekuasaan. Ketika engkau berada di sekitar seseorang yang seperti ini, ungkapan yang dia miliki ketika berbicara denganmu tidaklah benar, dan itu memberimu perasaan tertentu: bahwa orang ini sulit untuk didekati dan orang biasa tidak terlihat olehnya. Itu sebabnya dia mampu memiliki begitu banyak gagasan tentang Tuhan. Sebanyak apa pun kebenaran yang Tuhan ungkapkan, selalu ada penghalang di hatinya di antara dirinya dan Tuhan. Dia menganggap kemanusiaan normal dari Tuhan yang berinkarnasi adalah hal yang biasa, dan sama sekali tidak hebat atau berkuasa. Itulah sebabnya dia dapat memuja pengetahuan dan karunia, serta mengidolakan tokoh-tokoh besar. Jika orang yang congkak, merasa diri penting, dan sombong seperti ini yang dipenuhi dengan watak Iblis melihat Kristus yang memiliki kemanusiaan yang normal dan penuh dengan kebenaran, bagaimana mungkin dia dapat sujud dan menyembah Dia? Di dalam hatinya, dia berpikir, "Engkau adalah tuhan. Engkau hanya memiliki kebenaran. Engkau tidak memiliki pengetahuan. Aku memiliki karunia; pengetahuanku lebih maju daripada pengetahuanmu; bakatku lebih baik daripada bakatmu; kemampuanku untuk menangani berbagai hal lebih kuat daripada kemampuanmu, dan aku lebih baik dalam berbicara dengan dunia luar daripada engkau." Ketika dia melakukan pekerjaan tertentu di gereja, memiliki beberapa modal, atau memberi beberapa kontribusi, dia bahkan tidak lagi memikirkan Tuhan. Apakah ini adalah orang yang mengejar kebenaran? (Tidak.) Orang yang tidak mengejar kebenaran memperlihatkan banyak sekali perilaku buruk, dan tidak memiliki nalar sedikit pun. Jadi, orang ini sering terjebak dalam fenomena lahiriah dari orang, peristiwa, dan hal-hal. Terkadang dia menganggap Tuhan benar, terkadang dia menganggap Dia salah; terkadang dia menganggap Tuhan itu ada, terkadang dia menganggap Tuhan itu tidak ada; terkadang dia menganggap Tuhanlah yang berdaulat atas langit dan bumi serta segala sesuatu, terkadang dia ragu bahwa Tuhan berdaulat atas langit dan bumi serta segala sesuatu. Hatinya selalu bertentangan dan berkecamuk. Meskipun tipe orang yang kedua ini memiliki pemahaman rohani dan memahami kebenaran dalam arti yang paling dangkal, yaitu sekadar kata-kata dan doktrin, dia masih dianggap memiliki beberapa kemampuan pemahaman. Meskipun mereka mampu memahami beberapa kebenaran, mereka tidak pernah menerapkannya. Apa saja perwujudannya? Dia mengejar pekerjaan, mengejar untuk diberkati, mengejar untuk memuaskan iman mereka yang samar, mengejar makanan rohani, serta mengejar reputasi dan status. Inilah tipe orang yang kedua.
Tipe orang yang ketiga adalah orang yang memiliki pemahaman rohani dan mengejar kebenaran. Orang yang memiliki pemahaman rohani mampu memahami apa yang firman Tuhan katakan, mengambil berbagai keadaan yang disingkapkan dalam firman Tuhan dan membandingkannya terhadap dirinya sendiri, serta mengenali apa yang bermasalah dengan keadaannya. Namun, mampu membandingkan dirimu sendiri terhadap firman Tuhan bukan berarti engkau adalah orang yang mengejar kebenaran. Jika setelah membandingkan firman Tuhan terhadap dirimu sendiri, engkau melakukan penerapan dan masuk ke dalamnya, barulah engkau disebut orang yang mengejar kebenaran. Jika orang mampu memahami firman Tuhan, dan menggunakan prinsip-prinsip firman Tuhan yang mereka pahami sebagai landasan untuk benar-benar masuk, apa yang diwujudkan dari orang-orang seperti ini dalam mengejar kebenaran? Di satu sisi, mereka mampu menerima amanat Tuhan dan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Di sisi lain, mereka mampu mencari kebenaran ketika menghadapi keadaan yang Tuhan atur dan mencapai ketundukan. Aspek lainnya adalah, mereka mementingkan pemeriksaan setiap aspek dari keadaan dan penyingkapan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dan kemudian mampu membandingkan diri mereka sendiri berdasarkan firman Tuhan, menyelesaikan masalah, dan mampu mencapai titik di mana mereka memiliki prinsip dalam cara mereka memperlakukan berbagai hal, dan memiliki jalan penerapan dalam berbagai hal. Sebagai contoh, terakhir kali Aku mempersekutukan dan menelaah ketujuh dosa besar Paulus, engkau semua harus mampu membandingkannya terhadap dirimu sendiri, benar-benar memahaminya, lalu menerapkan dan masuk ke dalamnya. Membandingkan diri sendiri dan jalan masuk kehidupan berkaitan erat satu sama lain. Mampu membandingkan dirimu sendiri terhadap firman Tuhan adalah pintu gerbang menuju jalan masuk kehidupan. Caramu masuk setelah melewati pintu gerbang akan bergantung pada apakah engkau memahami aspek kebenaran ini atau tidak. Ketika engkau memahami satu aspek kebenaran, engkau dapat masuk ke dalam satu aspek kenyataan, dan jika engkau memahami dua aspek kebenaran, engkau dapat masuk ke dalam dua aspek kenyataan. Jika engkau hanya memahami doktrin dan tidak memiliki prinsip-prinsip jalan masuk, engkau tidak akan mampu masuk ke dalam kenyataan. Oleh karena itu, penting bagimu untuk terlebih dahulu memahami banyak kebenaran. Bagaimana engkau dapat memahami kebenaran? Engkau harus membaca banyak firman Tuhan, merenungkan firman-Nya, menghubungkan antara firman Tuhan dan kehidupan nyatamu dan tugas-tugas yang kaulaksanakan, mencari prinsip-prinsip untuk kauterapkan, dan mencari jalan penerapan. Setelah itu, akan mudah untuk masuk ke dalam kenyataan. Jika ada beberapa masalah nyata, engkau harus membandingkannya terhadap bagian-bagian firman Tuhan yang relevan dan menyelesaikannya. Jika engkau memiliki gagasan atau kesalahpahaman tentang Tuhan, maka engkau terlebih lagi harus membandingkannya terhadap firman Tuhan, mampu mengenali di mana sebenarnya letak kesalahan gagasan atau kesalahpahaman tersebut, dan apa natur masalahnya. Engkau harus mampu menelaah masalah-masalah tersebut, lalu mencari kebenaran yang relevan untuk menyelesaikannya. Inilah jalan masuk menuju jalan masuk kehidupan. Paulus melakukan begitu banyak pekerjaan, tetapi apakah dia memiliki jalan masuk menuju jalan masuk kehidupan? Sama sekali tidak. Apa dosa pertama dari ketujuh dosa besar Paulus? Dia memperlakukan pengejaran akan mahkota dan mengejar berkat sebagai tujuan yang benar. Dalam hal apakah memperlakukan pengejaran berkat sebagai tujuan itu salah? Ini sepenuhnya bertentangan dengan kebenaran dan tidak sesuai dengan maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Karena diberkati bukan tujuan yang tepat untuk dikejar orang, lalu apa tujuan yang tepat? Mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan mampu tunduk pada semua pengaturan dan penataan Tuhan: inilah tujuan yang harus orang kejar. Katakanlah, sebagai contoh, dipangkas menyebabkanmu memiliki gagasan dan kesalahpahaman, dan engkau menjadi tidak mampu tunduk. Mengapa engkau tidak mampu tunduk? Karena engkau merasa bahwa tempat tujuan atau impianmu untuk diberkati telah ditantang. Engkau menjadi negatif dan kesal, dan mencoba berhenti melaksanakan tugasmu. Apa penyebab hal ini? Ada masalah dengan pengejaranmu. Jadi bagaimana memecahkan masalah ini? Sangatlah penting untuk engkau segera meninggalkan pemikiran yang salah ini, dan segera mencari kebenaran untuk memecahkan masalah watak rusakmu. Engkau harus berkata kepada diri sendiri, "Aku tidak boleh berhenti, aku harus tetap melaksanakan dengan baik tugas yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan Tuhan, dan mengesampingkan keinginanku untuk diberkati." Ketika engkau melepaskan keinginan untuk diberkati dan engkau menempuh jalan mengejar kebenaran, beban akan terangkat dari pundakmu. Akankah engkau masih negatif? Meski ada kalanya engkau masih bersikap negatif, jangan biarkan hal ini mengekangmu, dan dalam hatimu, engkau tetap berdoa dan berjuang, mengubah tujuan pengejaranmu, dari mengejar berkat dan memiliki tempat tujuan, menjadi pengejaran akan kebenaran, dan engkau harus menganggap dalam hatimu, "Mengejar kebenaran adalah tugas makhluk ciptaan Tuhan. Bisa memahami kebenaran tertentu pada zaman sekarang—tidak ada tuaian yang lebih besar daripada itu, ini adalah berkat yang paling luar biasa. Bahkan seandainya Tuhan tidak menginginkan aku, dan aku tidak memiliki tempat tujuan yang baik, dan harapanku untuk diberkati musnah, aku akan tetap melaksanakan tugasku dengan benar, aku wajib melakukannya. Apa pun alasannya, itu tidak akan memengaruhi pelaksanaan tugasku, tidak akan memengaruhi pencapaianku dalam melaksanakan amanat Tuhan; ini adalah prinsip hidupku." Dan dalam hal ini, bukankah engkau sudah melepaskan dirimu dari kekangan daging? Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Bagaimana jika aku tetap saja negatif?" Maka carilah lagi kebenaran untuk mengatasinya. Berapa kali pun engkau jatuh ke dalam kenegatifan, jika engkau terus mencari kebenaran untuk mengatasinya, dan terus berjuang untuk kebenaran, engkau akan perlahan-lahan keluar dari kenegatifanmu. Dan suatu hari nanti, engkau akan merasa bahwa engkau tidak memiliki keinginan untuk mendapatkan berkat dan tidak dikekang oleh tempat tujuan dan kesudahanmu, karena engkau lebih mudah dan lebih bebas hidup tanpa hal-hal itu. Engkau akan merasa bahwa kehidupan yang kaumiliki sebelumnya, yang setiap hari kaujalani dengan tujuan untuk mendapatkan berkat dan tempat tujuan, sangatlah melelahkan. Setiap hari, berbicara, bekerja, dan memeras otak demi mendapatkan berkat—dan pada akhirnya, apa yang akan kauperoleh? Bernilaikah kehidupan seperti itu? Engkau tidak mengejar kebenaran, tetapi menyia-nyiakan hari-hari terbaikmu untuk hal-hal yang tidak penting. Pada akhirnya, engkau tidak memperoleh kebenaran apa pun, dan engkau tak mampu berbicara tentang kesaksian pengalaman apa pun. Engkau membodohi dirimu sendiri, benar-benar dipermalukan dan gagal. Apa sebenarnya penyebabnya? Itu karena niatmu untuk mendapatkan berkat terlalu kuat, karena kesudahan dan tempat tujuanmu menguasai hatimu dan mengikatmu terlalu erat. Namun, ketika saatnya tiba engkau keluar dari belenggu prospek dan nasibmu, engkau akan mampu meninggalkan segalanya dan mengikuti Tuhan. Kapan engkau bisa melepaskan prospek dan nasibmu sepenuhnya? Saat jalan masuk kehidupanmu makin dalam, engkau akan mencapai perubahan dalam watakmu, dan pada saat itulah, engkau akan dapat melepaskan hal-hal itu sepenuhnya. Ada orang-orang yang berkata, "Aku dapat melepaskan hal-hal itu kapan pun aku mau." Apakah ini sesuai dengan hukum alam? (Tidak.) Orang lain akan berkata, "Aku memahami semua ini dalam semalam. Aku adalah orang yang sederhana, tidak rumit atau rapuh seperti engkau semua. Ambisi dan keinginan engkau semua terlalu besar, dan itu menunjukkan bahwa engkau lebih rusak daripadaku." Begitukah keadaannya? Tidak. Semua manusia memiliki natur rusak yang sama, tidak berbeda kedalamannya. Satu-satunya perbedaan di antara mereka terletak pada apakah mereka memiliki kemanusiaan atau tidak, dan orang seperti apakah mereka. Mereka yang mencintai dan menerima kebenaran mampu memiliki pengetahuan yang relatif dalam dan jelas tentang watak rusak mereka sendiri, dan orang lain secara keliru mengira orang-orang seperti itu sangatlah rusak. Mereka yang tidak mencintai atau menerima kebenaran selalu menganggap bahwa mereka tidak memiliki kerusakan, bahwa dengan sedikit lagi berperilaku baik, mereka akan menjadi orang suci. Sudut pandang ini jelas tak bisa dibenarkan—sebenarnya, bukan karena kerusakan mereka dangkal, tetapi karena mereka tidak memahami kebenaran dan tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang esensi dan kebenaran tentang kerusakan mereka. Singkatnya, untuk percaya kepada Tuhan, orang haruslah menerima kebenaran, menerapkan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan, dan mencapai perubahan dalam watak hidupnya sebelum mereka dapat mengubah arah dan jalan pengejaran mereka yang salah, dan sebelum mereka dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah mengejar berkat dan menempuh jalan antikristus. Dengan cara inilah, orang dapat diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Semua kebenaran yang diungkapkan Tuhan untuk menghakimi dan menyucikan manusia bekerja untuk tujuan ini.
Sekarang, adakah di antara engkau semua yang masih memiliki keinginan untuk menjadi Tuhan? (Tidak.) Apakah alasanmu tidak memiliki keinginan ini karena engkau tidak berani atau karena engkau tidak memiliki harapan atau latar belakang dan lingkungan yang sesuai? Sulit untuk dikatakan. Pertama, sudah pasti bahwa tak ada seorang pun yang ingin secara aktif mengejar untuk menjadi Tuhan. Namun, jika dalam situasi khusus, ada orang-orang yang memujamu, meninggikanmu, sering memujimu, engkau memiliki status di hati mereka, dan tanpa sadar mereka menganggapmu sebagai sosok yang sempurna dan kuat. Meskipun mereka tidak bersaksi bahwa engkau adalah Tuhan, dan mereka tahu bahwa engkau adalah manusia, mereka tetap memujamu, menaatimu, dan memperlakukanmu seolah-olah engkau adalah Tuhan, bagaimana perasaanmu di dalam hati? Tidakkah engkau akan merasakan kenikmatan dan kepuasan yang luar biasa? (Ya.) Ini cukup untuk membuktikan bahwa engkau masih memiliki keinginan ini. Setiap orang yang memiliki watak rusak memiliki keinginan untuk menjadi Tuhan. Hanya saja, ketika tidak ada seorang pun yang memperlakukanmu seperti Tuhan, engkau merasa bahwa engkau tidak memenuhi syarat. Ketika engkau merasa bahwa engkau memenuhi syarat, lingkungannya tepat, dan kondisinya memadai, engkau akan meninggikan dirimu ke posisi tersebut. Atau, mungkin engkau tidak akan meninggikan dirimu sendiri, tetapi ketika orang lain bersikeras meninggikanmu, akankah engkau tetap rendah hati? Engkau akan menerima peninggian tersebut "tanpa keberatan". Apa yang sedang terjadi di sini? Natur Iblis telah berakar begitu dalam di dalam diri manusia dan masih belum dibereskan. Manusia tidak pernah ingin menjadi manusia, mereka selalu ingin menjadi Tuhan. Dapatkah seseorang menjadi Tuhan hanya dengan menginginkannya? Iblis selalu ingin menjadi Tuhan dan apa yang terjadi kepadanya? Dia dilemparkan dari Surga ke Bumi. Begitulah nasib Iblis karena ingin menjadi Tuhan. Katakan kepada-Ku, bagaimana perasaan-Ku terhadap identitas, status, dan esensi-Ku sendiri? Engkau semua tentu saja tidak tahu. Aku tidak merasakan apa pun; semuanya sangat normal. Tuhan yang berinkarnasi sangatlah nyata dan normal. Tak ada apa pun yang supernatural tentang diri-Nya, Dia tidak memiliki perasaan tertentu. Engkau tahu apa yang kaupikirkan; engkau tahu apa yang kausukai; engkau tahu di keluarga mana engkau dilahirkan, berapa usiamu, dan berapa banyak pendidikan yang kauterima; engkau tahu bagaimana penampilanmu. Namun, apakah normal jika mengetahui apa esensi batinmu, atau normalkah jika tidak mengetahuinya? (Adalah normal jika kami tidak mengetahuinya.) Adalah normal jika kita tidak memiliki perasaan apa pun mengenai hal ini. Memiliki perasaan tentang hal itu akan menjadi supernatural. Itu bukan berasal dari daging dan bukan dari kemanusiaan yang normal. Hal-hal yang supernatural tidaklah normal. Mereka yang selalu berperilaku dengan cara yang tidak normal dan memiliki perasaan yang tidak normal adalah roh-roh jahat, bukan makhluk fana. Ada orang-orang yang bertanya kepada-Ku apakah Aku tahu siapa diri-Ku. Katakan kepada-Ku, akankah Aku tahu? Haruskah Aku tahu? Aku memiliki logika dan cara berpikir kemanusiaan yang normal. Aku memiliki pemikiran yang normal dan kehidupan rutin daging yang normal. Aku memiliki hati nurani, rasionalitas, dan penilaian kemanusiaan yang normal, serta memiliki prinsip-prinsip berperilaku, menangani hal-hal, dan berinteraksi dengan orang lain dari kemanusiaan yang normal. Semua hal ini sudah jelas. Mengenai bagaimana melakukan segala sesuatu, bagaimana memperlakukan orang yang berbeda, bagaimana membantu orang, dan orang mana yang harus ditolong, Aku memiliki semua prinsip ini. Hidup dalam kemanusiaan yang normal dan melakukan hal-hal yang seharusnya Kulakukan adalah kemanusiaan yang normal. Tidak ada yang supernatural tentang hal itu. Tuhan tidak melakukan hal-hal supernatural. Adalah normal jika Aku tidak tahu. Jika Aku tahu, itu akan menimbulkan masalah. Mengapa hal itu akan menimbulkan masalah? Jika Aku mengetahuinya, Aku akan memiliki beban, ada terlalu banyak hal yang akan terlibat, dan semuanya akan bertentangan satu sama lain, karena bagian yang Kuketahui bukanlah bagian dari daging atau dunia materiel, itu bersifat supernatural dan akan bertentangan dengan hal-hal dari dunia ini. Sama seperti bagaimana beberapa orang dapat melihat hal-hal yang terjadi di alam roh. Mereka hidup dalam daging dan dalam dunia materiel, tetapi melihat dunia non-manusia yang non-materiel. Mereka dapat melihat dua dunia dan dapat mengatakan beberapa hal aneh. Ini tidak normal. Ini akan memengaruhi pemikiran dan pekerjaan orang lain. Selain itu, bagi orang yang percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, mereka tetap perlu mengetahui sesuatu tentang hal-hal dari alam roh. Ada banyak hal yang tidak mungkin orang ketahui, tetapi sebenarnya tidak ada ruginya jika tidak mengetahuinya; mengetahui atau tidak, itu tidak menjadi masalah. Tuhan telah membatasi berbagai hal yang dapat dipahami, diketahui, dan dirasakan oleh makhluk fana. Tuhan tidak mengurangi satu kalimat pun dari apa yang perlu kauketahui. Dia memberitahumu segalanya dan tidak membiarkan pengetahuanmu kurang. Namun, Dia menutup rapat sepenuhnya apa yang tidak perlu kauketahui. Dia tidak akan memberitahumu dan tidak akan mengganggu pemikiran dan pikiranmu. Di sisi lain, bagi makhluk fana, hal-hal dari alam roh adalah semacam misteri, fenomena yang aneh, atau hal-hal dari dunia yang berbeda. Dalam hati mereka, orang-orang ingin mengetahui sedikit tentang semua itu, tetapi apa yang dapat kaulakukan dengan pengetahuan seperti itu? Dapatkah engkau memverifikasinya? Dapatkah engkau menjadi bagian darinya? Banyak hal di alam roh yang bersifat rahasia dan tidak dapat disingkapkan sebelum waktunya. Ini adalah sesuatu yang tak seorang pun dapat ambil bagian di dalamnya. Mengetahui sejumlah hal saja sudah cukup. Tuhan berdaulat atas dunia ini dan manusia, dan ada terlalu banyak misteri. Yang harus kita pahami adalah firman Tuhan dan kebenaran, serta maksud-Nya; kita harus masuk ke dalam kenyataan kebenaran, mencapai ketundukan pada seluruh kedaulatan Tuhan yang dapat manusia akses, memahami dan mengenalinya, dan kemudian mampu takut akan Tuhan, mengakui Tuhan sebagai Penciptamu, mengakui fakta bahwa Tuhan berdaulat atas segalanya, dan akhirnya mampu mengucapkan perkataan yang Ayub ucapkan: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Apa yang harus orang alami untuk mencapai hasil ini? Mereka harus mengalami penghakiman dan hajaran, dipangkas, diuji, dan dimurnikan, serta mengalami segala macam keadaan yang Tuhan atur, dan melaluinya, mereka dapat mengetahui perbuatan Tuhan, mengetahui watak-Nya, memahami esensi Sang Pencipta, dan mampu membandingkan diri mereka terhadap firman Tuhan yang telah mereka baca atau khotbah yang telah mereka dengar. Pada akhirnya, seperti apa pun cara Tuhan memperlakukan mereka, entah Dia mengambil atau memberi, mereka memperoleh pemahaman yang cukup dan akurat tentang perbuatan Tuhan, dan tunduk serta menerimanya dengan cara yang sesuai dengan rasionalitas makhluk ciptaan. Inilah yang ingin Tuhan capai.
Mari kita kembali ke topik persekutuan untuk hari ini. Perwujudan orang yang mengejar kebenaran dan perwujudan orang yang tidak mengejar kebenaran pada dasarnya adalah ketiga tipe tersebut. Aku telah membuat perbedaan yang terperinci di antara ketiga tipe orang ini: tipe yang pertama adalah orang yang tidak memiliki pemahaman rohani; tipe yang kedua adalah orang yang memiliki pemahaman rohani tetapi tidak mengejar kebenaran; dan tipe yang ketiga adalah orang yang memiliki pemahaman rohani dan mengejar kebenaran. Dari ketiga tipe orang tersebut, manakah yang memiliki harapan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan dapat memperoleh keselamatan? (Tipe yang ketiga.) Tipe orang yang manakah yang memiliki harapan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, artinya mereka dapat berkembang dan berubah menjadi orang yang memiliki kenyataan kebenaran? (Tipe yang kedua.) Dalam hal ini, apakah tipe orang yang pertama telah secara efektif dijatuhi hukuman mati? Dapatkah orang yang tidak memiliki pemahaman rohani berubah menjadi orang yang memiliki pemahaman rohani, atau yang memiliki setengah pemahaman? Ada sedikit harapan bagi mereka yang tidak memiliki pemahaman rohani untuk menjadi orang yang memiliki setengah pemahaman; ini lebih baik daripada tidak memiliki pemahaman rohani sama sekali. Dari ketiga tipe orang ini, manakah yang memiliki harapan yang lebih besar untuk diselamatkan? (Tipe yang ketiga.) Bagaimana dengan tipe orang yang kedua? (Itu tergantung pada pengejaran pribadi mereka. Jika mereka mampu sungguh-sungguh berbalik, bertobat, dan mengejar kebenaran, mereka dapat memiliki harapan untuk diselamatkan.) Biar Kukatakan sejujurnya kepada engkau semua. Engkau semua masih belum sepenuhnya memahami tipe orang yang kedua. Meskipun tipe orang yang kedua memiliki pemahaman rohani, mereka semua adalah orang-orang yang tidak mengejar kebenaran, dan ini sangat penting. Entah mereka memiliki pemahaman rohani atau tidak, selama mereka tidak mengejar kebenaran, mereka sama sekali tidak dapat memperoleh keselamatan. Hal yang ingin Kutekankan di sini adalah tipe orang yang pertama, yaitu mereka yang tidak memiliki pemahaman rohani. Misalkan saja mereka tidak memiliki pemahaman rohani tetapi mereka memiliki kemanusiaan yang baik, dan mereka mengorbankan diri mereka untuk Tuhan dengan sukarela, mengindahkan apa pun yang Tuhan katakan, dan memiliki hati yang tunduk, hanya saja mereka tidak memiliki kemampuan memahami dalam hal kebenaran, tetapi mereka dapat memahami beberapa firman Tuhan dan memeriksa diri mereka sendiri dengan firman Tuhan, lalu menerapkan dan masuk ke dalamnya. Orang-orang semacam itu memiliki harapan untuk diselamatkan. Perlahan-lahan mereka dapat memiliki pemahaman rohani dengan menjalani pengalaman seperti itu selama beberapa waktu. Makin dengan sungguh-sungguh mereka membaca firman Tuhan, makin Roh Kudus mencerahkan mereka; mereka mampu membandingkan apa pun yang mereka pahami tentang firman Tuhan dengan keadaan mereka sendiri, menerima pemangkasan Tuhan, penghakiman, hajaran, ujian dan pemurnian Tuhan, membayar harga untuk hal ini, dan pada akhirnya, mencapai beberapa perubahan yang sesuai dalam watak mereka. Orang-orang semacam itu juga terhitung sebagai orang-orang yang mengejar kebenaran. Jika mereka dianggap sebagai orang yang mengejar kebenaran, apakah mereka memiliki harapan untuk diselamatkan? (Ya.) Tentu saja, maka orang-orang semacam itu tidak dapat diserahkan kepada kematian. Sebaliknya, sulit untuk mengatakan apa kesudahan orang-orang yang mampu memahami kebenaran dan membandingkan diri mereka terhadap kebenaran, tetapi tidak pernah masuk ke dalamnya. Apa sumber masalah ini? (Sikap mereka terhadap kebenaran.) Sikap mereka terhadap kebenaran adalah sikap tidak hormat dan menghina. Apa yang dimaksud dengan "menghina"? Itu berarti tidak menerima kebenaran; itu berarti memandang rendah kebenaran. Itu berarti tidak mengakui firman Tuhan sebagai kebenaran dan tidak menganggapnya serius. Sebanyak apa pun mereka memahami apa yang mereka dengar, mereka tidak menerapkan kebenaran; dan sejauh mana pun mereka membandingkan diri mereka sendiri terhadap kebenaran, sekalipun mereka mengetahui orang macam apa mereka, mereka tetap tidak bertobat. Meskipun mereka tahu bahwa aspek terpenting dalam percaya kepada Tuhan adalah menerapkan kebenaran, kata "menerapkan" tidak relevan bagi orang-orang semacam itu. Orang-orang semacam itu tidak mudah untuk diselamatkan.
Sekarang, bagaimana kita mendefinisikan mengejar kebenaran? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengejar kebenaran? Siapa yang bisa memberitahu-Ku? (Mampu menerima firman Tuhan, menggunakan firman Tuhan untuk merenungkan diri sendiri dan membandingkannya dengan diri sendiri, serta memiliki jalan masuk kehidupan. Hanya ini yang terhitung sebagai mengejar kebenaran.) Benar. Hanya dengan mampu menerima kebenaran dan menerapkan kebenaran, barulah seseorang menjadi orang yang mengejar kebenaran. Jika dia tidak menerima firman Tuhan dan tidak mampu merenungkan dirinya sendiri, dia tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan, dan bukan orang yang mengejar kebenaran. Oleh karena itu, ada hubungan langsung antara mengejar kebenaran dan jalan masuk kehidupan. Jika seseorang mampu mengucapkan banyak kata-kata dan doktrin, tetapi tidak pernah menerapkan kebenaran, tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, dan sekalipun dia tahu betul bahwa sesuatu adalah kedaulatan dan pengaturan Tuhan serta berasal dari Tuhan, dia tidak tunduk, dan dia menentang, menghakimi, dan terus memberontak, serta tetap hidup berdasarkan falsafah Iblis, dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan preferensinya sendiri, itu berarti dia bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Ada orang yang memiliki pemahaman rohani dan mampu memahami firman Tuhan, tetapi tidak mencintai kebenaran, sehingga dia tidak menerapkan kebenaran. Orang semacam itu bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Ada orang yang mau mengejar kebenaran, tetapi kualitasnya terlalu buruk, dan dia tidak mampu mencapai kebenaran. Akibatnya, dia percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tetapi tidak mampu memahami kebenaran. Apakah orang semacam ini adalah orang yang mengejar kebenaran? Tidak. Apa perwujudan utama dari orang yang tidak mengejar kebenaran? Perwujudan utamanya adalah dia tidak membaca firman Tuhan dan tidak mau berdoa kepada Tuhan, apalagi mempersekutukan kebenaran, dan bahkan tidak mau menghadiri pertemuan atau mendengarkan khotbah. Ketika dia mendengarkan khotbah, dia merasa seolah-olah setiap kata ditujukan kepadanya, dan menyingkapkannya, sehingga membuatnya merasa terhimpit dan tidak nyaman. Jadi, setiap kali tiba waktunya untuk mendengarkan khotbah, dia hanya ingin tidur atau mengobrol ke sana kemari. Ada banyak orang seperti ini. Mereka hanya percaya kepada Tuhan agar diberkati, bukan untuk menerima kebenaran, memperoleh kebenaran, membuang kerusakan mereka, hidup dalam keserupaan dengan manusia, atau memperoleh keselamatan dari Tuhan. Sumber permasalahannya terutama adalah karena mereka tidak mencintai kebenaran dan tidak tertarik akan kebenaran. Mereka percaya kepada Tuhan hanya untuk memperoleh berkat. Inilah satu-satunya fokus kerinduan mereka. Demi memperoleh berkat, mereka dapat melakukan pelayanan dan menyerahkan segalanya, tetapi mereka tidak mampu menerima kebenaran dan tidak tertarik akan kebenaran. Mereka menganggap bahwa memahami doktrin saja sudah cukup, bahwa mengurangi perbuatan jahat berarti mereka telah berubah, dan bahwa berjerih payah, menyerahkan segalanya, dan terlebih lagi, menderita, membuat mereka memenuhi syarat untuk diberkati. Inilah pandangan mereka tentang kepercayaan kepada Tuhan. Oleh karena itu, seberapa pun lamanya mereka percaya, sebanyak apa pun doktrin yang mereka pahami dan mampu khotbahkan, dan sebanyak apa pun perkataan yang selaras dengan kebenaran yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak pernah mampu menerapkan kebenaran, watak yang mereka perlihatkan tetap keras kepala, menuruti keinginannya sendiri, dan tak terkendali, mereka melindungi harga diri dan kepentingan mereka di setiap kesempatan, mereka sangat egois dan hina, dan bahkan ketika mereka ditegur atau dipangkas, mereka tidak dapat menerimanya, dan tidak memiliki sedikit pun ketundukan. Orang-orang semacam itu berbuat sekehendak hati mereka; mereka tidak berunding dengan orang lain sebelum mengambil tindakan, dan sekalipun mereka berunding dengan orang lain, itu hanya jika mereka tidak memiliki pilihan lain dan hanya sekadar formalitas. Mereka berbicara berputar-putar, bertele-tele, dan pada akhirnya tetap membuat orang lain melakukan apa yang mereka katakan. Watak apakah yang tersingkap ketika bertindak dengan cara seperti ini? (Watak yang licik dan suka menipu.) Ini bukan hanya watak yang licik dan suka menipu; ada sesuatu yang jauh lebih parah. Betapapun menyenangkannya perkataan mereka saat menasihati orang lain, menjelaskan bahwa ini adalah pengaturan rumah Tuhan dan membuat orang lain tunduk, jika menyangkut diri mereka sendiri, ini bukanlah cara mereka melakukannya. Sebaliknya, mereka keras kepala dan memberontak, tidak tunduk, dan tidak mampu tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Selain itu, bagaimana perwujudan mereka ketika berinteraksi dengan orang lain? Mereka bertindak berdasarkan falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain, mencari keuntungan di setiap kesempatan dan melindungi hubungan pribadi mereka. Orang tipe ini memiliki watak yang sangat berbahaya dan licik. Apa hasil akhir dari watak yang sangat berbahaya dan licik ini? Hasil akhirnya adalah kejahatan. Biasanya tidak mudah bagi orang untuk mengenali watak yang jahat. Ketika orang dengan watak yang jahat berbicara dengan orang lain, selalu ada unsur pencobaan dan menggali informasi. Dia tidak mengatakan apa pun secara langsung, dan meskipun dia membuka diri, tujuannya hanya untuk membuatmu mengutarakan isi hatimu. Dia tidak pernah mengungkapkan apa pun yang nyata tentang dirinya sendiri. Ada orang-orang yang berkata, "Bagaimana mungkin Engkau bisa berkata bahwa dia tidak pernah mengungkapkan apa pun yang nyata tentang dirinya? Dia selalu bersekutu dengan orang-orang mengenai watak rusak yang dia perlihatkan." Apa gunanya sedikit persekutuan itu? Dia tidak memberi tahu siapa pun tentang apa yang sebenarnya dia pikirkan di dalam hatinya. Selain itu, dia menggunakan segala macam taktik dan metode, atau segala macam ungkapan untuk menutupi dan menyamarkan siapa dirinya, serta menampilkan citra palsu kepada orang-orang. Jika ada orang-orang yang mengetahui seperti apa dirinya sebenarnya, dan mengetahui hal-hal buruk yang dia lakukan, dia hanya berpura-pura dan mengucapkan beberapa kata penyesalan, menggunakan metode yang menyesatkan untuk membuat orang percaya bahwa dia telah bertobat dan berubah. Jika dia kembali melakukan sesuatu yang buruk dan perbuatan buruknya tersingkap, membiarkan orang lain melihat bahwa dia sebenarnya adalah orang yang jahat, dia akan memutar otak dan memikirkan segala cara untuk menutupi perbuatan buruknya dan membuat orang tetap memperlakukannya sebagai saudara atau saudari. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang jahat. Orang-orang yang memiliki watak yang jahat seperti ini bukan saja tidak menerima kebenaran dengan cara apa pun, tetapi mereka juga ahli dalam berpura-pura, dan selalu pandai berdalih atau membenarkan diri mereka sendiri. Mereka adalah orang Farisi yang munafik. Yang paling ditakuti oleh tipe orang seperti ini adalah orang-orang yang mempersekutukan kebenaran, orang-orang membuka hati mereka untuk mengetahui dan menelaah diri mereka sendiri, atau orang-orang yang menyingkapkan fakta yang sebenarnya dari suatu hal dan dengan demikian menyingkapkan dirinya. Setiap kali seseorang mempersekutukan kebenaran, dia menjadi sangat terganggu dan tidak ingin mendengarkan; hatinya menentangnya dan merasa jijik terhadapnya. Ini sepenuhnya menyingkapkan aspek buruk mereka yang muak akan kebenaran. Selain memahami kebenaran tetapi tidak menerapkannya, tipe orang seperti ini juga memiliki masalah lain, yaitu mereka memiliki sikap yang menentang dan memandang rendah hal-hal positif dan pandangan yang benar, khususnya terhadap perkataan yang sesuai dengan kebenaran. Jika menyangkut hal positif apa pun atau perkataan apa pun yang sesuai dengan kebenaran, selama itu bukan hal yang dia anggap baik atau tidak diucapkan olehnya, melainkan oleh orang lain, dia tidak akan menerimanya. Watak apakah ini? Watak yang bodoh, keras kepala, dan bebal. Bagaimana seharusnya engkau menilai apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak? Hal utama yang harus dilihat adalah apa yang mereka singkapkan dan wujudkan dalam pelaksanaan tugas dan tindakan mereka sehari-hari. Berdasarkan hal ini, engkau dapat melihat watak seseorang. Dari wataknya, engkau dapat melihat apakah dia telah mencapai perubahan apa pun atau memperoleh jalan masuk kehidupan. Jika seseorang tidak memperlihatkan apa pun kecuali watak rusaknya ketika bertindak dan sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, dia pasti bukan orang yang mengejar kebenaran. Apakah orang yang tidak mengejar kebenaran memiliki jalan masuk kehidupan? Tidak, tentu saja tidak. Hal-hal yang dia lakukan setiap hari, kesibukannya, pengorbanan, penderitaan, harga yang dia bayar, apa pun yang dia lakukan, semua hanyalah berjerih payah dan dia adalah orang yang berjerih payah. Seberapa pun lamanya seseorang telah percaya kepada Tuhan, yang terpenting adalah apakah dia mencintai kebenaran atau tidak. Apa yang dicintai dan dikejar seseorang dapat dilihat dari apa yang paling dia suka lakukan. Jika sebagian besar hal yang seseorang lakukan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan tuntutan Tuhan, dia adalah orang yang mencintai dan mengejar kebenaran. Jika dia mampu menerapkan kebenaran, dan hal-hal yang dia lakukan setiap hari adalah melaksanakan tugasnya, itu berarti dia memiliki jalan masuk kehidupan, dan memiliki kenyataan kebenaran. Tindakannya mungkin tidak tepat dalam hal-hal tertentu, atau dia mungkin tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran secara akurat atau dia mungkin sedikit prasangka yang keras kepala dalam hal ini, atau terkadang dia mungkin congkak dan merasa diri benar, bersikeras dengan caranya sendiri, dan tidak mau menerima kebenaran, tetapi jika kemudian dia mampu bertobat dan menerapkan kebenaran, ini membuktikan tanpa keraguan bahwa dia memiliki jalan masuk kehidupan dan mengejar kebenaran. Jika apa yang seseorang perlihatkan dalam pelaksanaan tugasnya tak lain hanyalah watak rusaknya, mulut yang penuh kebohongan, kesombongan, memuaskan keinginannya sendiri, keangkuhan yang berlebihan, bertindak sekehendak hatinya, dan melakukan apa pun yang dia sukai, dan sebagainya. Seberapa pun lamanya dia telah percaya kepada Tuhan atau sebanyak apa pun khotbah yang telah dia dengar, pada akhirnya tidak ada perubahan sedikit pun dalam watak rusak tersebut, maka orang ini pasti bukan orang yang mengejar kebenaran. Ada banyak orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, yang secara lahiriah bukanlah orang yang jahat dan bahkan memiliki beberapa perilaku yang baik. Mereka percaya kepada Tuhan dengan sangat penuh semangat, tetapi watak hidup mereka tidak berubah sama sekali, dan mereka bahkan tidak memiliki sedikit pun kesaksian pengalaman untuk dibagikan. Bukankah orang-orang semacam itu menyedihkan? Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, mereka tidak mampu menyampaikan bahkan sedikit pun kesaksian pengalaman mereka. Ini murni orang yang berjerih payah. Mereka sungguh menyedihkan! Singkatnya, untuk menilai apakah seseorang mengejar kebenaran dan memiliki jalan masuk kehidupan atau tidak, engkau harus melihat watak dan esensinya sebagaimana yang diperlihatkan dan disingkapkan oleh mereka, dan melihat apakah ada perubahan dalam wataknya. Selalu mengucapkan kata-kata dan doktrin, serta terlibat dalam penyamaran dan penipuan, tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Dia hanya merugikan dirinya sendiri, tanpa menipu orang lain. Mereka yang tidak menerima kebenaran dan tidak mengejar kebenaran cepat atau lambat akan disingkapkan dan disingkirkan. Hanya mereka yang menerima dan menerapkan kebenaran yang dapat memperoleh jalan masuk kehidupan dan mengalami perubahan watak.
Aku telah selesai bersekutu tentang apa yang dimaksud dengan jalan masuk kehidupan, apa yang dimaksud dengan mengejar kebenaran, dan berbagai perwujudan dari orang yang mengejar kebenaran. Orang-orang harus memeriksa diri mereka berdasarkan hal-hal ini, dan ketika mereka memahami kebenaran, mereka harus menerapkannya. Apa kesulitan terbesar bagi sebagian besar orang yang percaya kepada Tuhan? Mereka memahami kebenaran, tetapi tidak menerapkannya. Meskipun mereka mampu membandingkan diri mereka sendiri terhadap firman Tuhan setelah membacanya dan mampu memperoleh sedikit pengenalan akan diri mereka sendiri, mengapa mereka tidak mampu menerapkan kebenaran? Sebagian besar orang tidak dapat menemukan alasannya. Sebagai contoh, semua orang memiliki watak yang congkak, mereka semua sangat congkak dan merasa diri benar. Sebagian besar orang mampu mengenali hal ini, tetapi dapatkah mereka menghindarkan diri mereka memperlihatkan kecongkakan mereka? Hal ini tidak mudah untuk dicapai. Meskipun mereka mampu membandingkan diri mereka sendiri terhadap firman Tuhan setelah membacanya, mereka mengakui bahwa mereka memiliki watak yang congkak, dan mereka memiliki jalan untuk penerapan, hal yang sulit adalah bahwa setiap kali mereka melakukan sesuatu, mereka sering kali memiliki preferensi, niat, dan tujuan mereka sendiri, serta tidak dapat melihat bahwa semua ini ada kaitannya dengan watak rusak mereka. Mereka harus belajar untuk mengenali yang sebenarnya mengenai hal-hal ini, dan harus memahami kebenaran, memperbaiki apa yang harus diperbaiki, dan melepaskan apa yang harus dilepaskan. Artinya, mereka tidak boleh lagi melakukan segala sesuatu demi niat, keinginan, harga diri, status, dan kepentingan mereka. Mereka harus menghentikan perbuatan jahat mereka, dan menahan diri agar tidak mengucapkan kalimat lain atau melakukan perbuatan lain untuk kepentingan mereka sendiri. Jika engkau melakukannya, engkau sudah memperoleh hati yang bertobat dan mulai mengubah sisi negatifmu. Jika engkau lebih berinisiatif, dan selain tidak berbicara demi kepentinganmu sendiri, engkau juga mampu menelaah dirimu sendiri, membiarkan saudara-saudari melihat perwujudan watak congkakmu agar mereka dapat belajar darinya, memetik beberapa pelajaran, mengambil manfaat darinya, dan menemukan jalan penerapan, itu akan jauh lebih baik. Apa hal yang sulit? Hal yang sulit adalah melepaskan semua niat, tujuan, ambisi, keinginan dan kepentingan, tidak melakukan segala sesuatu demi kepentingan dirimu sendiri, dan tidak menyibukkan diri atau terburu-buru demi kepentingan dirimu sendiri. Paulus berkata bahwa dia telah menyelesaikan perlombaannya. Untuk siapa dia menjalankan perlombaan ini? (Dia menjalankannya agar dia dapat diberkati dan memperoleh mahkota.) Namun, Paulus tidak memiliki pemahaman ini. Sangatlah mungkin dia masih menganggap bahwa dia menjalankan perlombaan untuk Tuhan dan menyelesaikan amanat Tuhan, tentu saja bukan demi kepentingan dirinya sendiri. Itu sebabnya dia berani pamer dan bersaksi tentang dirinya sendiri dengan cara yang sombong dan tidak tahu malu. Jelas sekali, dia membela dan membenarkan dirinya sendiri. Ini juga sekaligus merupakan bukti terbaik bahwa dia bersaksi bahwa baginya hidup adalah kristus. Dia secara terang-terangan bersaksi tentang dirinya sendiri dan menentang kebenaran; dia menghujat kebenaran. Kini ada banyak orang yang memuja Paulus, yang hatinya dipenuhi dengan ambisi dan keinginan, yang semuanya ingin bersaksi tentang diri mereka sendiri: "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Dengan melakukannya, bukankah mereka memberikan kebebasan pada keinginan dan ambisi mereka, membiarkannya terus berkembang, memperlihatkannya dalam setiap situasi agar dapat diwujudkan? Jika engkau tidak dapat mengatasi keinginanmu, maka semuanya sudah berakhir bagimu; engkau tidak akan dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Apa inti dari masalah ini? (Kami harus memberontak terhadap niat kami.) Memberontak terhadap niatmu adalah cara penerapan yang negatif. Engkau juga harus mampu secara aktif menyingkapkannya, sama seperti menyingkapkan orang lain. Jika engkau mengatakan sesuatu seperti, "Aku akan memberitahukan kepada kalian tentang diriku yang sebenarnya: aku memiliki ambisi yang sangat berlebihan dan aku ingin memenangkan hati kalian. Saat ini aku membuka diriku untuk kalian semua. Aku bersedia memberontak terhadap daging; aku tidak akan menjadi kaki tangan Iblis. Tujuanku menyingkapkan diriku dengan cara ini adalah agar kalian dapat melihat diriku yang sebenarnya dengan jelas, jadi kau tidak akan memujaku." Apa dampak dari melakukan penerapan seperti ini? Semua orang pasti akan mengagumimu. Bukankah ini jauh lebih baik daripada pemujaan dan penghormatan yang kauperoleh sebagai ganti karena menggunakan segala macam taktik yang tercela? (Ya.) Setidaknya ini positif. Meskipun semua orang akan sedikit mengagumimu, akankah mereka menghormatimu? Mungkin ada beberapa orang yang akan menghormatimu, tetapi engkau harus menemukan cara untuk membuat mereka meninggalkan perilaku ini. Selalu menyingkapkan dirimu, dengan berkata, "Aku pun pemberontak dan pemberontakanku lebih parah daripada pemberontakan kalian. Aku juga licik dan jahat. Ketika aku berbicara pada waktu itu, aku memiliki tujuan dalam pikiranku, yaitu membuat kalian menghormatiku dan tidak memandang rendah diriku." Setelah semua orang mendengar perkataanmu, mereka bukan saja tidak akan memandang rendah dirimu di dalam hati mereka, tetapi mereka juga akan makin menghormatimu. Ini adalah cara penerapan yang tulus. Hanya orang yang mencintai kebenaran yang akan melakukannya; orang yang tidak mencintai kebenaran tidak mampu melakukannya apa pun yang terjadi. Jika, di dalam hatimu, engkau menganggap bahwa melakukannya benar-benar baik dan merupakan hak istimewa yang luar biasa, bahwa itu menyenangkan hati Tuhan, dan engkau bercita-cita untuk bertindak seperti itu; jika engkau memiliki keinginan yang kuat di dalam hatimu, meyakini bahwa engkau harus melakukannya dan bahwa engkau harus menjadi orang yang semacam ini, yaitu orang yang tulus, jujur, dan di mana tidak ada kebohongan dalam perkataannya, orang yang benar-benar memberontak terhadap watak rusaknya dan Iblis, baru setelah itulah engkau akan menjadi jenis orang yang benar-benar hidup dalam terang. Dan jika engkau tertarik dan suka menjadi orang semacam ini, engkau akan mampu mencintai kebenaran, masuk ke dalam kebenaran, dan melepaskan hal-hal yang berasal dari Iblis. Namun, jika engkau masih tertarik pada niat, tujuan, ambisi, keinginan, dan kepentinganmu, serta masih terikat dengan kegemaran mengejar pengetahuan, ketenaran, keuntungan, dan status, maka hal-hal tersebut masih memiliki tempat di hatimu. Engkau berkata, "Bersabarlah. Lihat saja nanti sampai aku memiliki tingkat pertumbuhan yang benar." Ini disebut memuaskan keinginanmu sendiri dan tidak mampu memberontak terhadap dirimu sendiri. Dengan memuaskan keinginanmu sendiri seperti ini, jalan masuk kehidupanmu melambat, dan bukan hanya masalah nafsu keinginan daging dan keinginan akan manfaat status yang tidak dibereskan, tetapi semua hal ini telah menjadi makin keras kepala. Jadi, dapatkah hal-hal yang ada di hatimu yang merupakan milik Iblis ditahirkan sepenuhnya? Masih dapatkah pengalaman hidupmu diperdalam dan hidupmu terus bertumbuh? Masih dapatkah engkau mencapai penyempurnaan oleh Tuhan? Engkau telah terjerumus ke dalam kesenangan daging, dan manfaat status telah mengikatmu erat-erat, masih dapatkah engkau melepaskan diri dari semua hal tersebut? Engkau tidak ingin melepaskan dirimu; perlahan-lahan, engkau menjadi seseorang yang menyesatkan orang. Itu akan menyusahkan dan dosamu akan serius. Mengapa semuanya berakhir seperti itu bagi Paulus? Itu karena dia sama sekali tidak mengejar kebenaran. Dia selalu mengejar cita-cita dan kerinduannya, serta ingin mengendalikan umat pilihan Tuhan agar mereka semua mengikutinya dan melakukan apa yang dia lakukan. Dia juga ingin menggunakan kerja keras dan membayar harga sebagai pengaruh untuk bertransaksi dengan Tuhan, dan memperoleh upah serta mahkota. Pada akhirnya, dia dihukum oleh Tuhan. Jika jalan yang seseorang tempuh sama persis dengan jalan yang Paulus tempuh, maka dia sudah tidak dapat ditolong dan sudah tamat riwayatnya. Siapa pun yang sejenis dengan Paulus adalah antikristus yang tidak akan bertobat apa pun yang terjadi. Jika engkau hanya memiliki beberapa keadaan yang Paulus miliki, tetapi tujuan yang kaukejar sedikit berbeda dengan tujuan Paulus, maka engkau harus segera bertobat, dan mungkin engkau belum terlambat. Jika engkau melakukan seperti yang Paulus lakukan, memuja Paulus, dan sama persis seperti Paulus, maka engkau bukan saja pengikut yang bukan orang percaya, tetapi engkau juga ingin menjadi Tuhan dan menjadi Kristus. Bukankah ini ingin menjadi setara dengan Tuhan? Di dalam hatimu, engkau menyembah tuhan yang samar di Surga; engkau ingin menjadi setara dengan Kristus, dan bahkan memperlakukan karunia dan pengetahuanmu sebagai kehidupan, serta memperlakukan pengejaran yang tidak benar sebagai pengejaran yang benar. Tujuan yang kaukejar, dan cara pengejaranmu makin lama makin dekat dengan cara pengejaran Paulus, serta makin sempurna menyamai pengejaran Paulus. Ini akan menjadi masalah bagimu; engkau benar-benar tidak ada harapan dan engkau tidak dapat diselamatkan. Engkau harus melakukan seperti yang Petrus lakukan dan mengikuti jalan mengejar kebenaran, sepenuhnya memberontak terhadap daging, dan memberontak terhadap hal-hal yang berasal dari Iblis, dan hanya dengan cara demikianlah engkau akan memiliki harapan untuk diselamatkan. Apakah sekarang engkau semua memiliki jalan untuk menerima keselamatan? (Terus-menerus menyingkapkan diri kami sendiri dan melepaskan diri kami sendiri.) Pertama, engkau harus melepaskan niat, tujuan, ambisi, dan keinginan pribadimu. Baik engkau mengejar secara aktif, maupun mengejar secara negatif dan pasif, engkau harus melepaskan hal-hal ini dan belajar untuk tunduk. Ini adalah hal yang terpenting. Jika engkau memutuskan untuk bertindak dengan cara tertentu ketika sesuatu menimpamu, engkau harus terlebih dahulu mengevaluasi untuk apa engkau bertindak seperti itu. Jika itu demi harga diri dan status, maka berhentilah di sana, dan perlambatlah langkah yang kauambil untuk bertindak. Engkau harus berdoa: "Tuhan, aku tidak bersedia melakukannya. Aku ingin memberontak terhadapnya, tetapi aku tidak memiliki kekuatan. Kumohon berilah aku kekuatan, lindungilah aku, dan hentikanlah perbuatan jahatku." Lalu, tanpa sadar, engkau akan memiliki kekuatan. Terkadang kemampuan manusia untuk mengalahkan dosa, memberontak terhadap daging, dan memberontak terhadap watak rusak mereka berasal dari keinginan dan tekad mereka, serta hasrat mereka untuk mencintai kebenaran. Terkadang, hal ini membutuhkan pekerjaan Tuhan, dan mengandalkan Tuhan. Manusia tidak dapat meninggalkan Tuhan. Terkadang engkau memahami kebenaran, engkau memiliki jalan untuk ditempuh, dan engkau menganggap bahwa engkau dapat hidup secara mandiri, tetapi ketika engkau dihadapkan dengan keadaan yang baru, engkau tidak tahu bagaimana melakukan penerapan. Engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Kehidupan manusia penuh dengan pasang surut. Dapat dikatakan bahwa manusia tidak akan pernah dapat hidup tanpa Tuhan. Sebanyak apa pun kebenaran yang mereka pahami, mereka tidak dapat meninggalkan-Nya. Sebanyak apa pun momen kenegatifan yang mereka miliki, atau sebanyak apa pun momen kepasifan yang mereka miliki, pada akhirnya mereka tidak dapat meninggalkan kepemimpinan dan bimbingan Tuhan. Makin sering engkau tunduk kepada Tuhan, makin kenyataan kebenaranmu akan meningkat. Ketika kenyataan kebenaranmu meningkat, ini menyiratkan bahwa jalan masuk kehidupanmu menjadi makin dalam. Ketika jalan masuk kehidupanmu menjadi makin dalam, ini berarti watakmu makin berubah. Ketika watakmu telah banyak berubah, itu berarti engkau telah memperoleh tingkat pertumbuhan. Tingkat pertumbuhanmu merepresentasikan jalan masuk kehidupanmu. Ketika engkau memiliki tingkat pertumbuhan, engkau dapat mengatasi kendali dan belenggu dari watakmu yang rusak terhadap dirimu, kemampuanmu untuk mengatasi dosa akan bertumbuh makin kuat, dan hatimu akan memiliki kekuatan. Engkau tidak hanya akan memiliki keinginan, harapan, dan cita-cita yang afektif; engkau tidak akan berlama-lama di tingkat ini. Sebaliknya, engkau akan naik, dan tumbuh menjadi dewasa, menjadi seseorang yang memiliki kebenaran dan kemanusiaan. Inilah jalan mengejar kebenaran dan juga merupakan hasil dari mengejar kebenaran. Dapatkah engkau semua melihat arahnya? Dapatkah engkau melihat harapan? (Ya.) Itu adalah hal yang baik.
Jalan masuk kehidupan adalah proses yang tidak pernah berakhir. Engkau harus mengalaminya seumur hidup untuk memperoleh manfaat darinya dan mengalami perubahan. Sekalipun engkau menempuh jalan mengejar kebenaran, jika engkau masih mendambakan kesenangan daging dan manfaat status, engkau tetap akan tersandung dan gagal. Sekarang jalanmu benar dan engkau telah menemukan arahmu. Engkau telah membedakan dengan jelas hal-hal yang tidak benar, pasif, bertentangan, dan negatif. Ada batasan antara dirimu dan semua hal ini. Mengenai hal-hal positif, engkau juga telah memahami dan memperoleh sangat banyak darinya, serta telah mampu memahami dan menerima sangat banyak. Yang tersisa setelah memperoleh kemampuan membedakan hal-hal dan tindakan yang salah, jahat, dan negatif ini, adalah membuang sepenuhnya hal-hal ini dari hatimu, sepenuhnya meninggalkan dan memberontak terhadapnya, serta kemudian menerapkannya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Dengan demikian, engkau akan memiliki jalan masuk kehidupan. Jalan masuk kehidupan sebenarnya tidaklah sulit; itu hanya tergantung pada apakah engkau benar-benar mencintai kebenaran atau tidak. Jika engkau benar-benar mencintai kebenaran, semua hal negatif ini tidak akan mampu mengalahkanmu. Engkau mungkin pasif dan lemah selama beberapa waktu, tetapi tetap mampu terus bergerak maju. Jika engkau tidak mencintai kebenaran, atau engkau tidak begitu mencintai kebenaran, hanya berfokus pada formalitas lahiriah, mengorbankan sedikit dari dirimu dan memberikan sedikit dari dirimu, mampu bangun pagi-pagi dan tidur larut malam untuk melaksanakan tugasmu; jika engkau hanya berlama-lama pada tahap berjerih payah, tidak ingin memperoleh pemahaman tentang kebenaran atau masuk ke dalam kenyataan, hanya puas dengan mengorbankan dirimu untuk Tuhan dan tidak melakukan pelanggaran besar, dan engkau terhenti serta tidak bergerak maju, apa yang akan menjadi konsekuensi dari semua ini? Engkau pasti tidak akan menerima perkenanan Tuhan. Jika engkau ingin pengejaranmu akan kebenaran berhasil, dan benar-benar ingin memperoleh hidup, itu bukanlah hal yang mudah. Engkau harus melepaskan kepentinganmu sendiri dan meninggalkan semua pengejaran yang tidak benar, seperti mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, mengejar berkat, atau mengejar mahkota atau upah. Semua ini harus dilepaskan. Jika engkau benar-benar mencintai kebenaran dan suka merenungkan firman Tuhan, jalan masuk kehidupan tidak akan menjadi hal yang sulit bagimu. Asalkan engkau memahami kebenaran, engkau akan dengan sendirinya memiliki jalan dan tidak akan mengalami banyak kesulitan.
21 Juni 2018