Mengapa manusia harus percaya kepada Tuhan?

09 Januari 2020

Ayat Alkitab untuk Referensi:

"Aku datang ke dalam dunia sebagai terang, sehingga siapa pun yang percaya kepada-Ku tidak tinggal dalam kegelapan" (Yohanes 12:46).

"Dan Yesus berkata kepada mereka: Aku adalah roti hidup: ia yang datang kepada-Ku tidak akan pernah kelaparan lagi; dan ia yang percaya kepada-Ku tidak akan pernah haus lagi" (Yohanes 6:35).

Firman Tuhan yang Relevan:

Tuhan adalah Pribadi yang berkuasa atas segala sesuatu dan memerintah segala sesuatu. Dia menciptakan segala sesuatu yang ada, Dia memerintah segala sesuatu yang ada, Dia berkuasa atas segala sesuatu yang ada, dan Dia menyediakan bagi segala sesuatu yang ada. Inilah status Tuhan, dan identitas Tuhan. Bagi segala sesuatu dan semua yang ada, identitas sejati dari Tuhan adalah Sang Pencipta dan Penguasa atas segala sesuatu. Demikianlah identitas yang dimiliki oleh Tuhan, dan Dia unik di antara segala sesuatu. Tidak satu pun dari makhluk ciptaan Tuhan—apakah mereka berada di antara umat manusia atau di dunia roh—dapat menggunakan cara atau alasan apa pun untuk menirukan atau menggantikan identitas dan status Tuhan, karena hanya ada Satu di antara segala sesuatu yang memiliki identitas, kekuasaan, otoritas, dan kemampuan untuk berkuasa atas segala sesuatu: Tuhan kita yang unik itu sendiri. Dia hidup dan bergerak di antara segala sesuatu; Dia bisa naik ke tempat tertinggi, di atas segalanya; Dia dapat merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia, menjadi salah satu di antara manusia yang terdiri dari daging dan darah, berhadapan muka dengan orang-orang dan berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersama mereka. Pada saat yang bersamaan, Dia memerintah segala sesuatu yang ada, menentukan nasib dari segala sesuatu yang ada, dan menentukan ke arah mana segala sesuatu bergerak. Selain itu, Dia membimbing nasib seluruh umat manusia, dan mengendalikan arah tujuan umat manusia. Tuhan seperti ini harus disembah, ditaati, dan dikenal oleh semua makhluk hidup. Jadi, tidak peduli dari kelompok dan tipe mana engkau berasal, percaya kepada Tuhan, mengikuti Tuhan, menghormati Tuhan, menerima kekuasaan-Nya, dan menerima pengaturan Tuhan atas nasibmu merupakan satu-satunya pilihanmu—dan pilihan yang perlu—bagi siapa pun dan bagi makhluk hidup manapun.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X"

Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan dengan demikian, Dia membuat semua ciptaan berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk pada kekuasaan-Nya; Dia akan memerintah segala sesuatu, sehingga segala sesuatu berada di tangan-Nya. Semua ciptaan Tuhan, termasuk binatang, tumbuhan, umat manusia, gunung-gunung dan sungai-sungai, serta danau-danau—semua harus berada di bawah kekuasaan-Nya. Semua benda di angkasa dan di atas tanah harus berada di bawah kekuasaan-Nya. Semua ciptaan itu tak bisa punya pilihan lain dan harus tunduk pada pengaturan-Nya. Hal ini ditetapkan oleh Tuhan, dan merupakan otoritas Tuhan. Tuhan memerintah segala sesuatu, dan mengatur serta mengurutkan segalanya, masing-masing dikelompokkan berdasarkan jenisnya, dan diberikan posisinya sendiri, sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebesar apa pun sesuatu, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat melampaui Tuhan, segala sesuatu melayani manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dan tidak ada sesuatu pun yang berani untuk tidak menaati Tuhan atau mengajukan tuntutan kepada Tuhan. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, juga harus melaksanakan tugasnya sebagai manusia. Entah ia tuan ataukah pengurus segala sesuatu, setinggi apa pun status manusia di antara segala sesuatu, ia tetap hanyalah manusia kecil yang berada di bawah kekuasaan Tuhan, dan tak lebih dari manusia yang tak penting, makhluk ciptaan Tuhan, dan ia tidak akan pernah berada di atas Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"

Dalam luasnya alam semesta dan cakrawala, makhluk ciptaan, yang tak terhitung jumlahnya, hidup dan berkembang biak, mengikuti hukum siklus kehidupan, dan mengikuti satu aturan yang konstan. Orang-orang yang meninggal membawa bersama mereka kisah-kisah orang yang masih hidup, dan orang-orang yang masih hidup mengulangi riwayat yang sama menyedihkannya dengan mereka yang telah binasa. Demikianlah, umat manusia mau tak mau bertanya kepada dirinya sendiri: Untuk apa kita hidup? Dan mengapa kita harus mati? Siapa yang memerintah dunia ini? Siapa yang menciptakan umat manusia? Apakah umat manusia benar-benar diciptakan oleh alam? Apakah umat manusia benar-benar mengendalikan nasibnya sendiri? ... Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan umat manusia tanpa henti selama ribuan tahun. Sayangnya, semakin manusia telah menjadi terobsesi dengan pertanyaan-pertanyaan ini, semakin bertambah kehausan yang dimilikinya akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menawarkan kepuasan sekejap dan kenikmatan daging yang bersifat sementara, tetapi jauh dari cukup untuk membebaskan manusia dari kesendirian, kesepian, serta kengerian dan ketidakberdayaan yang nyaris tersembunyi jauh di dalam jiwanya. Manusia hanya menggunakan pengetahuan ilmiah yang dapat dilihatnya dengan mata telanjang dan dipahami dengan otaknya untuk membius hatinya. Namun, pengetahuan ilmiah semacam itu tidak cukup untuk menghentikan manusia dari menyelidiki misteri. Manusia sama sekali tidak tahu siapa Yang Berdaulat atas alam semesta dan atas segala sesuatu, apalagi asal mula dan masa depan umat manusia. Umat manusia sekadar hidup, mau tak mau, di tengah hukum ini. Tak seorang pun yang dapat melepaskan diri dan tak seorang pun yang dapat mengubahnya, karena di antara segala sesuatu dan di langit hanya ada satu Pribadi dari selama-lamanya sampai selama-lamanya yang memegang kedaulatan atas segalanya. Dialah Pribadi yang tidak pernah dilihat manusia, Pribadi yang tidak pernah dikenal umat manusia, yang keberadaan-Nya tidak pernah dipercayai umat manusia—tetapi Dialah yang mengembuskan napas ke dalam nenek moyang manusia dan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Dialah yang menyediakan dan memelihara umat manusia, membiarkan mereka ada; dan Dialah yang telah membimbing umat manusia sampai pada saat ini. Selain itu, Dia dan Dia sajalah Pribadi tempat umat manusia bergantung demi kelangsungan hidupnya. Dia memegang kedaulatan atas segala sesuatu dan mengatur semua makhluk hidup dalam alam semesta. Dia mengendalikan keempat musim, dan Dialah yang mendatangkan angin, embun beku, salju, dan hujan. Dia memberikan sinar matahari kepada umat manusia dan mendatangkan malam. Dialah yang membentangkan langit dan bumi, menyediakan gunung-gunung, danau, dan sungai serta semua makhluk hidup di dalamnya bagi manusia. Perbuatan-Nya ada di mana-mana, kuasa-Nya ada di mana-mana, hikmat-Nya ada di mana-mana, dan otoritas-Nya ada di mana-mana. Setiap hukum dan peraturan ini merupakan wujud perbuatan-Nya, dan masing-masing menyatakan hikmat dan otoritas-Nya. Siapakah yang dapat meloloskan dirinya sendiri dari kedaulatan-Nya? Siapakah yang dapat melepaskan dirinya sendiri dari rancangan-Nya? Segala sesuatu ada di bawah pandangan-Nya, dan terlebih lagi, segala sesuatu hidup di bawah kedaulatan-Nya. Perbuatan-Nya dan kuasa-Nya tidak memberikan pilihan bagi umat manusia selain mengakui bahwa Dia memang ada dan memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Tidak ada yang lain selain Dia yang dapat memerintah alam semesta, apalagi membekali umat manusia tanpa henti. Terlepas dari apakah engkau dapat mengenali perbuatan Tuhan, dan terlepas dari apakah engkau percaya pada keberadaan Tuhan, tidak ada keraguan bahwa nasibmu terletak ditentukan oleh Tuhan, dan tidak ada keraguan bahwa Tuhan akan selalu memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Keberadaan dan otoritas-Nya tidak didasarkan pada apakah kedua hal tersebut diakui dan dipahami oleh manusia atau tidak. Hanya Dialah yang mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan manusia, dan hanya Dialah yang dapat menentukan nasib umat manusia. Terlepas dari apakah engkau dapat menerima fakta ini, tidak lama lagi, manusia akan menyaksikan semua ini dengan matanya sendiri, dan inilah fakta yang akan segera dinyatakan oleh Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"

Tuhan menciptakan dunia ini. Dialah yang menciptakan umat manusia, dan bahkan Dialah perancang kebudayaan Yunani kuno dan peradaban manusia. Hanya Tuhan yang menghibur umat manusia, dan hanya Tuhan yang peduli pada umat manusia ini siang dan malam. Perkembangan dan kemajuan manusia tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan Tuhan, dan sejarah serta masa depan umat manusia berkaitan erat dengan rancangan-rancangan Tuhan. Apabila engkau adalah seorang Kristen sejati, engkau tentu akan percaya bahwa kebangkitan dan kejatuhan suatu negara atau bangsa terjadi sesuai dengan rancangan Tuhan. Hanya Tuhan sendiri yang mengetahui nasib suatu negara atau bangsa, dan hanya Tuhan sendiri yang mengendalikan perjalanan umat manusia ini. Jika umat manusia ingin mendapatkan nasib yang baik, jika suatu negara ingin mendapatkan nasib yang baik, manusia harus sujud menyembah kepada Tuhan, bertobat dan mengaku di hadapan Tuhan. Jika tidak, nasib dan tempat tujuan manusia akan menjadi malapetaka yang tidak terhindarkan.

Lihatlah kembali ke zaman ketika Nuh membangun bahtera: umat manusia sudah sangat rusak, manusia menyimpang dari berkat Tuhan, tidak lagi dipedulikan oleh Tuhan, dan telah kehilangan janji-janji Tuhan. Mereka hidup dalam kegelapan, tanpa terang Tuhan. Kemudian mereka menjadi bejat dan membiarkan diri mereka terperosok dalam kerusakan yang mengerikan. Orang-orang semacam ini tidak bisa lagi menerima janji Tuhan; mereka tidak layak untuk melihat wajah Tuhan atau mendengar suara Tuhan, karena mereka telah meninggalkan Tuhan, mencampakkan segala yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka, dan melupakan ajaran-ajaran Tuhan. Hati mereka semakin lama semakin menjauh dari Tuhan, dan, bersamaan dengan itu, mereka menjadi sangat bobrok melampaui segala nalar dan kemanusiaan, dan mereka menjadi semakin jahat. Kemudian mereka berjalan semakin dekat dengan kematian, dan jatuh ke dalam murka dan hukuman Tuhan. Hanya Nuh yang menyembah Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan karena itu dia dapat mendengar suara Tuhan, dan mendengar petunjuk-petunjuk-Nya. Dia membangun bahtera berdasarkan petunjuk firman Tuhan, dan di sana mengumpulkan segala macam makhluk hidup. Lalu, setelah semuanya siap, Tuhan melepaskan pemusnahan-Nya atas dunia. Hanya Nuh dan tujuh anggota keluarganya yang selamat dari pemusnahan ini, karena Nuh menyembah Yahweh dan menjauhi kejahatan.

Sekarang lihatlah ke zaman sekarang ini: orang benar seperti Nuh, yang dapat menyembah Tuhan dan menjauhi kejahatan, tidak ada lagi. Namun, Tuhan masih bermurah hati terhadap umat manusia ini, dan masih meluputkan mereka selama akhir zaman ini. Tuhan mencari orang-orang yang merindukan penampakan-Nya. Dia mencari orang-orang yang dapat mendengar firman-Nya, orang-orang yang tidak melupakan amanat-Nya, dan mempersembahkan hati dan tubuh mereka kepada-Nya. Dia mencari orang-orang yang taat seperti orang yang lugu di hadapan-Nya, dan tidak menentang-Nya. Jika engkau dapat mengabdikan dirimu kepada Tuhan tanpa dihalangi oleh kuasa atau kekuatan apa pun, Tuhan akan memandangmu dengan kemurahan, dan akan melimpahkan berkat-Nya kepadamu. Jika engkau termasuk orang yang terkemuka, bereputasi tinggi, mempunyai banyak pengetahuan, memiliki harta yang melimpah, dan didukung oleh banyak orang, tetapi semuanya ini tidak menghalangimu untuk datang ke hadapan Tuhan untuk menerima panggilan-Nya dan amanat-Nya serta melakukan apa yang diminta-Nya darimu, maka semua yang kaulakukan akan menjadi tujuan yang paling bermakna di bumi dan upaya umat manusia yang paling benar. Jika engkau menolak panggilan Tuhan demi status dan tujuanmu sendiri, semua yang kaulakukan itu akan dikutuk dan bahkan dibenci oleh Tuhan. Mungkin engkau adalah seorang presiden, ilmuwan, pendeta, atau penatua, tetapi setinggi apa pun jabatanmu, jika engkau mengandalkan pengetahuan dan kemampuanmu dalam usahamu, engkau akan selalu menjadi orang yang gagal dan akan selalu kehilangan berkat-berkat Tuhan karena Tuhan tidak menerima apa pun yang kaulakukan, dan Dia tidak mengakui usahamu sebagai pekerjaan yang benar, atau menerima bahwa engkau bekerja untuk kepentingan umat manusia. Dia akan berkata bahwa segala sesuatu yang kaulakukan itu menggunakan pengetahuan dan kekuatan umat manusia untuk melepaskan manusia dari perlindungan Tuhan dan untuk menyangkal berkat-berkat Tuhan. Dia akan berkata bahwa engkau sedang membimbing umat manusia menuju kegelapan, menuju kematian, dan menuju awal keberadaan tanpa batas di mana manusia telah kehilangan Tuhan dan berkat-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"

Sejak manusia menemukan ilmu-ilmu sosial, pikiran manusia telah menjadi disibukkan dengan ilmu dan pengetahuan. Kemudian ilmu dan pengetahuan telah menjadi alat yang digunakan untuk memerintah umat manusia, dan tidak ada lagi ruang yang cukup bagi manusia untuk menyembah Tuhan, dan tidak ada lagi suasana yang mendukung penyembahan kepada Tuhan. Kedudukan Tuhan telah turun semakin rendah di hati manusia. Tanpa Tuhan di dalam hatinya, dunia batin manusia gelap, tanpa pengharapan dan hampa. Selanjutnya banyak ilmuwan sosial, ahli sejarah, dan politisi telah bermunculan untuk mengungkapkan teori-teori ilmu sosial, teori evolusi manusia, serta teori-teori lainnya yang bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan menciptakan manusia, untuk memenuhi hati dan pikiran manusia. Dan dengan demikian, mereka yang percaya bahwa Tuhan yang menciptakan segalanya telah menjadi semakin sedikit, dan mereka yang percaya pada teori evolusi menjadi semakin banyak jumlahnya. Semakin lama semakin banyak orang yang memperlakukan catatan tentang pekerjaan Tuhan dan firman-Nya pada zaman Perjanjian Lama sebagai mitos dan legenda. Di dalam hati mereka, orang menjadi acuh tak acuh pada martabat dan kebesaran Tuhan, pada prinsip bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa atas segala sesuatu. Kelangsungan hidup umat manusia dan nasib negara-negara serta bangsa-bangsa tidak penting lagi bagi mereka, dan manusia hidup dalam dunia hampa yang hanya mengurusi makan, minum, dan mengejar kesenangan. ... Hanya sedikit orang yang menyadari kewajibannya untuk mencari tempat di mana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya saat ini, atau mencari tahu bagaimana Dia mengendalikan dan mengatur tempat tujuan manusia. Dengan demikian, tanpa sepengetahuan manusia, peradaban manusia menjadi semakin tidak mampu memenuhi keinginan manusia, dan bahkan banyak orang yang merasa bahwa, dengan hidup di dunia seperti itu, mereka merasa tidak lebih berbahagia dibandingkan orang-orang yang sudah meninggal. Bahkan orang-orang yang berasal dari negara-negara yang tadinya berperadaban tinggi pun mengutarakan keluhan seperti ini. Karena tanpa tuntunan Tuhan, berapa banyak pun penguasa dan ahli sosiologi yang memeras otak mereka untuk melestarikan peradaban manusia, semuanya sia-sia saja. Tak seorang pun dapat mengisi kehampaan dalam hati manusia, karena tak seorang pun dapat menjadi hidup manusia, dan tidak ada teori sosial yang dapat membebaskan manusia dari kehampaan yang dideritanya. Ilmu, pengetahuan, kebebasan, demokrasi, kesenangan, hiburan: semua ini hanya memberikan penghiburan yang sementara bagi manusia. Bahkan dengan hal-hal ini, manusia pasti akan berbuat dosa dan meratapi ketidakadilan yang ada di masyarakat. Hal-hal ini tidak dapat mengekang keinginan dan hasrat manusia untuk mencari. Ini karena manusia diciptakan oleh Tuhan dan pengorbanan serta pencarian manusia yang sia-sia hanya dapat membawa manusia pada semakin banyak kesedihan dan hanya dapat menyebabkan manusia berada dalam keadaan ketakutan, tidak akan tahu cara menghadapi masa depan umat manusia, atau cara menghadapi perjalanan yang terbentang di depan. Manusia bahkan akan menjadi takut terhadap ilmu dan pengetahuan, dan bahkan lebih takut lagi terhadap perasaan hampa. Di dunia ini, terlepas dari apakah engkau tinggal di negara yang menganut kebebasan atau di negara yang tidak mengakui hak asasi manusia, engkau sama sekali tak dapat meluputkan diri dari nasib umat manusia. Apakah engkau adalah yang memerintah atau yang diperintah, engkau sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari keinginan untuk menyelidiki nasib, misteri, dan tempat tujuan umat manusia, apalagi melepaskan dirimu dari perasaan hampa yang membingungkan. Fenomena seperti ini, yang lazim dialami oleh semua umat manusia, disebut fenomena sosial oleh para ahli sosiologi, tetapi belum ada satu pun orang hebat yang mampu memecahkan masalah tersebut. Manusia, bagaimanapun juga, hanyalah manusia, dan kedudukan serta kehidupan Tuhan tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Umat manusia tidak hanya membutuhkan masyarakat yang adil, tempat di mana setiap orang mendapat cukup makanan dan diperlakukan dengan setara serta mendapat kebebasan, yang dibutuhkan umat manusia adalah keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka. Ketika manusia menerima keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka, barulah kerinduan untuk mencari, dan kehampaan rohani manusia dapat terpenuhi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"

Dalam bentangan dunia yang luas ini, perubahan yang tak terhitung banyaknya telah terjadi, lautan mengendap menjadi dataran, dataran membanjir menjadi lautan, berulang-ulang. Selain Dia yang memerintah atas segalanya di alam semesta, tak seorang pun dapat memimpin dan menuntun umat manusia ini. Tidak ada orang perkasa yang dapat mengupayakan atau melakukan persiapan bagi umat manusia ini, apalagi ada orang yang dapat memimpin umat manusia ini menuju tempat tujuan terang dan membebaskan mereka dari ketidakadilan dunia. Tuhan meratapi masa depan manusia, bersedih atas kejatuhan umat manusia, dan merasakan kepedihan karena umat manusia selangkah demi selangkah berjalan menuju kerusakan dan jalur tanpa jalan kembali. Umat manusia yang telah menghancurkan hati Tuhan dan meninggalkan-Nya untuk mencari si jahat: adakah yang pernah memikirkan arah mana yang akan dituju oleh umat manusia semacam ini? Justru karena alasan inilah mengapa tak seorang pun yang merasakan murka Tuhan, mengapa tak seorang pun berusaha mencari cara untuk menyenangkan Tuhan atau mencoba untuk lebih mendekat kepada Tuhan, dan terlebih lagi, mengapa tak seorang pun berusaha untuk memahami kesedihan dan kepedihan Tuhan. Bahkan setelah mendengar suara Tuhan, manusia terus saja berjalan di jalannya sendiri, bersikeras menyimpang dari Tuhan, menghindar dari kasih karunia dan pemeliharaan Tuhan, dan menjauhi kebenaran-Nya, lebih memilih menjual dirinya kepada Iblis, musuh Tuhan. Dan adakah yang pernah memikirkan—jika manusia terus membandel—bagaimana Tuhan akan bertindak terhadap umat manusia yang telah menolak-Nya tanpa menoleh ke belakang? Tak seorang pun mengetahui bahwa alasan Tuhan memberi peringatan dan nasihat berulang-ulang adalah karena Dia telah mempersiapkan di tangan-Nya malapetaka yang belum pernah ada sebelumnya, yang tidak akan tertahankan bagi daging dan jiwa manusia. Malapetaka ini bukan sekadar hukuman untuk daging, tetapi juga untuk jiwa. Engkau perlu tahu ini: saat rencana Tuhan gagal, dan saat peringatan serta nasihat-Nya tidak mendapat tanggapan, kemarahan seperti apakah yang akan ditumpahkan-Nya? Ini tidak akan seperti sesuatu yang pernah dialami atau didengar sebelumnya oleh makhluk ciptaan mana pun. Oleh karena itu Kukatakan, malapetaka ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan tidak akan pernah terulang. Karena rencana Tuhan adalah menciptakan umat manusia hanya satu kali ini, dan menyelamatkannya hanya satu kali ini. Inilah yang pertama, dan juga yang terakhir. Oleh karena itu, tak seorang pun mampu memahami niat serius dan antisipasi yang sungguh-sungguh Tuhan lakukan untuk menyelamatkan umat manusia kali ini.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"

Tuhan menciptakan dunia ini dan menghadirkan manusia, makhluk hidup yang ke dalam dirinya Dia anugerahkan kehidupan. Selanjutnya, manusia memiliki orang tua dan kerabat dan tidak sendirian lagi. Sejak pertama kali manusia melihat dunia lahiriah ini, dia telah ditakdirkan untuk berada dalam penentuan Tuhan dari semula. Napas kehidupan dari Tuhanlah yang menyokong setiap makhluk hidup sepanjang masa pertumbuhannya hingga dewasa. Selama proses ini, tak seorang pun merasa bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan Tuhan; melainkan, mereka meyakini bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan yang penuh kasih dari orang tuanya, dan bahwa naluri kehidupannya sendirilah yang mengatur proses pertumbuhannya. Anggapan ini ada karena manusia tidak memahami siapa yang menganugerahkan kehidupannya dan dari mana kehidupan itu berasal, apalagi cara naluri kehidupan menciptakan keajaiban. Manusia hanya tahu bahwa makanan adalah dasar keberlanjutan hidupnya, bahwa kegigihan adalah sumber keberadaannya, dan bahwa keyakinan dalam benaknya adalah modal yang menjadi sandaran kelangsungan hidupnya. Tentang kasih karunia dan perbekalan Tuhan Tuhan, manusia sama sekali tidak menyadarinya, dan dengan demikian, manusia menyia-nyiakan kehidupan yang dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan .... Tak seorang pun di antara umat manusia yang dipelihara Tuhan siang dan malam mengambil inisiatif untuk menyembah-Nya. Tuhan hanya terus membentuk manusia tanpa mengharapkan apa pun darinya, sebagaimana yang telah direncanakan-Nya. Dia berbuat demikian dengan harapan bahwa, suatu hari, manusia akan terjaga dari mimpinya dan tiba-tiba memahami nilai dan makna kehidupan, harga yang Tuhan bayar untuk semua yang telah diberikan-Nya kepada manusia, dan perhatian penuh semangat yang dengannya Tuhan menantikan manusia berbalik kepada-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"

Umat manusia, setelah meninggalkan perbekalan kehidupan Yang Mahakuasa, tidak mengetahui tujuan keberadaan mereka, tetapi tetap takut akan kematian. Mereka tanpa bantuan atau dukungan, tetapi tetap enggan menutup mata mereka, dan mereka menguatkan diri untuk menjalani keberadaan mereka yang hina di dunia ini, sekarung daging tanpa kesadaran pada jiwa mereka sendiri. Engkau hidup dengan cara ini, tanpa harapan, seperti halnya dengan orang lain, tanpa tujuan. Hanya Yang Mahakudus dari legenda yang akan menyelamatkan mereka yang mengerang di tengah penderitaan dan sangat mendambakan kedatangan-Nya. Sejauh ini, keyakinan seperti itu belum terwujud dalam diri mereka yang kurang memiliki kesadaran. Kendati demikian, orang-orang tetap merindukannya. Yang Mahakuasa berbelas kasihan kepada orang-orang yang sudah sangat menderita ini; pada saat yang sama, Dia muak dengan orang-orang yang tidak memiliki kesadaran ini, karena Dia harus menunggu terlalu lama untuk mendapatkan jawaban dari umat manusia. Dia ingin mencari, mencari hati dan rohmu, untuk membawakanmu air dan makanan, serta membangunkanmu, agar engkau tidak akan haus dan lapar lagi. Ketika engkau letih dan ketika engkau mulai merasakan adanya ketandusan yang suram di dunia ini, jangan kebingungan, jangan menangis. Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Penjaga, akan menyambut kedatanganmu setiap saat. Dia berjaga di sisimu, menantikanmu untuk berbalik. Dia menantikan hari ketika engkau tiba-tiba memperoleh kembali ingatanmu: ketika engkau menyadari bahwa engkau berasal dari Tuhan, bahwa, entah kapan, engkau kehilangan arah, entah kapan, engkau kehilangan kesadaran di jalan, dan entah kapan, engkau mendapatkan seorang "bapa"; selanjutnya, ketika engkau menyadari bahwa Yang Mahakuasa selama ini selalu mengamati, menantikan di sana sangat lama untuk kedatanganmu kembali. Dia telah mengamati dengan kerinduan yang memilukan, menunggu respons tanpa jawaban. Penjagaan-Nya begitu tidak ternilai dan dilakukan demi hati dan roh manusia. Mungkin penjagaan ini tidak berbatas waktu, dan mungkin penjagaan ini sudah berakhir. Namun, engkau harus tahu persis di mana hati dan rohmu berada saat ini.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keluhan Yang Mahakuasa"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait