Adalah baik untuk percaya kepada Tuhan, tetapi menurutku semua agama mengajarkan manusia untuk menjadi orang yang baik. Jadi, agama apa pun yang orang percayai, asalkan mereka tulus dan tidak melakukan kejahatan, mereka pasti akan diselamatkan oleh Tuhan, bukan?

24 Agustus 2021

Firman Tuhan yang Relevan:

Lalu, pengetahuan dan pemahaman apa yang engkau semua miliki tentang konsep kepercayaan kepada Tuhan? Apa perbedaannya dengan pemahamanmu tentang kepercayaan kepada Tuhan ketika engkau masih menganut agama? Sejauh ini, apakah engkau semua benar-benar memahami apa sebenarnya arti menganut agama dan arti percaya kepada Tuhan? Adakah perbedaan antara menganut agama dan percaya kepada Tuhan? Di manakah letak perbedaannya? Sudahkah engkau memperoleh jawaban yang tepat atas pertanyaan ini? Orang seperti apakah yang biasanya merupakan para penganut agama? Apa fokus mereka? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan menganut agama? Menganut agama berarti orang mengakui bahwa Tuhan itu ada, dan para penganut agama melakukan perubahan tertentu pada perilaku mereka: mereka tidak memukul atau memaki orang, tidak melakukan hal-hal buruk yang merugikan orang, dan tidak melakukan berbagai kejahatan atau melanggar hukum. Pada hari Minggu, mereka pergi ke gereja. Seperti inilah para penganut agama. Ini artinya berperilaku baik dan sering menghadiri ibadah merupakan bukti bahwa seseorang adalah orang yang menganut agama. Jika orang menganut agama, itu berarti mereka mengakui bahwa Tuhan itu ada, dan mereka menganggap percaya kepada Tuhan itu berarti menjadi orang yang baik; asalkan mereka tidak berbuat dosa atau melakukan hal-hal yang buruk, mereka akan dapat masuk surga setelah mereka mati dan mereka akan memiliki kesudahan yang baik. Dengan menganut agama mereka mendapatkan makanan rohani. Dengan demikian, menganut agama juga dapat didefinisikan sebagai berikut: menganut agama berarti orang mengakui di dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada; percaya bahwa mereka akan dapat masuk ke surga setelah mereka mati; memiliki penopang rohani di dalam hati mereka; berubah sedikit dalam perilaku mereka; dan menjadi orang yang baik. Hanya itu saja. Sedangkan tentang apakah Tuhan yang mereka percayai itu ada atau tidak, apakah Dia mampu mengungkapkan kebenaran, apa yang Dia tuntut dari mereka—mereka sama sekali tidak tahu. Mereka menyimpulkan dan membayangkan semua ini berdasarkan ajaran dari Alkitab. Inilah yang dimaksud dengan menganut agama. Menganut agama terutama berarti berusaha mengalami perubahan perilaku dan berusaha mendapatkan makanan rohani. Namun, jalan yang ditempuh orang-orang seperti itu—jalan mengejar berkat—belum berubah. Pandangan, gagasan, dan imajinasi mereka yang keliru tentang kepercayaan kepada Tuhan belum berubah. Dasar keberadaan mereka, serta tujuan dan arah yang mereka kejar dalam hidup mereka, didasarkan pada gagasan dan pendapat budaya tradisional, dan sama sekali belum berubah. Seperti itulah keadaan semua orang yang menganut agama. Lalu, apa yang dimaksud dengan percaya kepada Tuhan? Apa definisi Tuhan tentang percaya kepada Tuhan? (Percaya pada kedaulatan Tuhan.) Percaya kepada Tuhan berarti percaya akan keberadaan Tuhan dan kedaulatan-Nya—Itulah yang paling mendasar. Percaya kepada Tuhan berarti memperhatikan firman Tuhan, berarti orang itu ada, hidup, melaksanakan tugasnya, dan terlibat dalam semua aktivitas manusia normal sebagaimana yang dituntut oleh firman Tuhan. Ini berarti percaya kepada Tuhan adalah mengikuti Tuhan, melakukan apa yang Tuhan tuntut, hidup seperti yang Dia kehendaki; percaya kepada Tuhan berarti mengikuti jalan Tuhan. Bukankah tujuan dan arah hidup orang-orang yang percaya kepada Tuhan sama sekali berbeda dengan tujuan dan arah hidup orang-orang yang menganut agama? Apa yang tercakup dalam kepercayaan kepada Tuhan? Percaya kepada Tuhan mencakup apakah orang mampu mendengarkan firman Tuhan, menerima kebenaran, menyingkirkan watak yang rusak, meninggalkan segalanya demi mengikuti Tuhan, dan setia dalam tugas mereka atau tidak. Semua hal ini berkaitan langsung dengan apakah mereka akan dapat diselamatkan atau tidak. Sekarang engkau telah mengetahui definisi percaya kepada Tuhan; selanjutnya, bagaimana menerapkan kepercayaanmu kepada Tuhan? Apa yang Tuhan tuntut dari orang-orang yang percaya kepada-Nya? (Tuhan menuntut mereka untuk menjadi orang jujur, dan untuk mengejar kebenaran, perubahan watak, dan pengenalan akan Tuhan.) Apa yang Tuhan tuntut dalam hal perilaku orang secara lahiriah? (Dia menuntut agar orang hidup dalam kesalehan, tidak cabul, dan agar mereka hidup dalam kemanusiaan yang normal.) Orang harus memiliki kesopanan dasar sebagaimana yang sepatutnya orang kudus lakukan dan hidup dalam kemanusiaan yang normal. Lalu, apa yang harus orang miliki untuk dapat hidup dalam kemanusiaan yang normal? Hal ini berkaitan dengan banyak kebenaran yang harus orang terapkan sebagai orang percaya. Hanya dengan memiliki semua kenyataan kebenaran ini, barulah orang dapat hidup dalam kemanusiaan yang normal. Apakah seseorang dapat dianggap percaya kepada Tuhan jika dia tidak menerapkan kebenaran? Apa akibatnya jika orang tidak menerapkan kebenaran? Dengan cara bagaimana orang seharusnya percaya kepada Tuhan agar mereka dapat memperoleh keselamatan, mampu tunduk kepada Tuhan dan menyembah-Nya? Semua hal ini berkaitan dengan menerapkan firman Tuhan dan menerapkan banyak kebenaran. Jadi, orang harus percaya kepada Tuhan berdasarkan firman Tuhan dan tuntutan-Nya, dan mereka harus menerapkan firman Tuhan berdasarkan tuntutan-Nya; hanya inilah yang berarti benar-benar percaya kepada Tuhan. Inilah pokok persoalannya. Menerapkan kebenaran, mengikuti firman Tuhan, dan hidup berdasarkan firman Tuhan: inilah jalan hidup manusia yang benar; percaya kepada Tuhan berkaitan dengan jalan hidup manusia. Percaya kepada Tuhan berkaitan dengan begitu banyak kebenaran, dan para pengikut Tuhan harus memahami semua kebenaran ini. Bagaimana mungkin mereka mengikut Tuhan jika mereka tidak memahami dan menerima kebenaran? Orang yang menganut agama hanya mengakui bahwa Tuhan itu ada dan percaya akan adanya Tuhan—tetapi mereka tidak memahami kebenaran ini dan juga tidak menerimanya, jadi, orang yang menganut agama bukanlah pengikut Tuhan. Untuk menganut agama, orang cukup hanya berperilaku baik secara lahiriah, mengekang diri dan mematuhi aturan, dan memiliki makanan rohani. Jika orang berperilaku baik dan memiliki penopang dan makanan bagi roh mereka, apakah jalan mereka dalam hidup ini berubah? (Tidak.) Ada orang-orang yang mengira menganut agama itu sama dengan percaya kepada Tuhan. Jadi, apakah orang-orang seperti itu mengikut Tuhan? Apakah mereka percaya kepada Tuhan sesuai dengan tuntutan-Nya? Sudahkah mereka menerima kebenaran? Jika orang tidak melakukan satu pun dari hal-hal ini, maka mereka bukanlah orang-orang yang percaya kepada Tuhan atau para pengikut-Nya. Wujud paling jelas yang diperlihatkan orang yang menganut agama adalah mereka tidak menerima pekerjaan Tuhan pada zaman sekarang dan tidak menerima kebenaran yang diungkapkan-Nya. Ini adalah ciri khas para penganut agama; mereka sama sekali bukan pengikut Tuhan. Menganut agama semata-mata berarti orang berusaha mengalami perubahan dalam perilakunya dan berusaha mendapatkan makanan rohani; itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Oleh karena itu, para penganut agama tidak akan mengalami perubahan dalam watak hidupnya, mereka juga tidak akan menerapkan kebenaran dan tidak akan mampu mendengarkan firman Tuhan serta tunduk kepada-Nya. Dapat dipastikan bahwa mereka juga tidak akan memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan. Ketika orang menganut agama, sebaik apa pun perilaku mereka, seteguh apa pun mereka mengakui Tuhan, dan setinggi apa pun teori mereka tentang iman kepada Dia, mereka bukanlah pengikut Tuhan. Lalu siapa yang mereka ikuti? Yang mereka ikuti tetaplah Iblis. Berdasarkan apakah semua yang mereka jalani, kejar, dambakan, dan terapkan? Berdasarkan apakah keberadaan mereka? Tentu saja bukan berdasarkan kebenaran dalam firman Tuhan. Mereka terus menjalani hidup berdasarkan watak rusak Iblis dalam diri mereka, berperilaku berdasarkan falsafah dan cara berpikir Iblis. Semua yang mereka katakan adalah kebohongan, bahkan tanpa sedikit pun kebenaran. Watak Iblis dalam diri mereka tidak mengalami perubahan apa pun, dan tetap Iblis-lah yang mereka ikuti. Pandangan mereka tentang kehidupan, nilai-nilai mereka, cara mereka berurusan dengan dunia, serta prinsip-prinsip perilaku mereka semuanya adalah perwujudan dari natur Iblis. Hanya perilaku lahiriah mereka yang sedikit berubah, tetapi jalan hidup, cara hidup, serta sudut pandang mereka terhadap berbagai hal sama sekali tidak berubah. Jika seseorang adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, apa yang akan berubah dalam dirinya setelah beberapa tahun? (Pandangannya tentang kehidupan dan nilai-nilainya akan berubah.) Landasan keberadaan orang itu akan berubah. Jika landasan keberadaannya berubah, apa yang akan menjadi dasar bagi hidupnya? (Hidupnya akan didasarkan pada firman Tuhan dan kebenaran.) Jadi, apakah sekarang engkau semua hidup setiap hari berdasarkan firman Tuhan dalam perkataan dan perbuatanmu? Sebagai contohnya, engkau tidak lagi berbohong. Mengapa? Apa yang menjadi dasar bagimu untuk tidak berbohong? (Tuntutan Tuhan adalah agar kami menjadi orang yang jujur.) Ketika engkau tidak lagi berbohong dan tidak lagi melakukan tipu daya, engkau melakukan itu berdasarkan firman Tuhan, berdasarkan tuntutan untuk menjadi orang yang jujur, dan berdasarkan kebenaran. Dengan demikian, bukankah jalan yang kautempuh dalam hidupmu adalah jalan yang berbeda?

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Orang Tidak Dapat Diselamatkan karena Menganut Agama atau karena Melakukan Upacara Keagamaan"

Meskipun banyak orang percaya kepada Tuhan, hanya sedikit yang memahami apa arti beriman kepada Tuhan, dan apa yang harus mereka lakukan agar sesuai dengan maksud-maksud Tuhan. Hal ini terjadi karena, walaupun orang terbiasa mendengar kata "Tuhan" dan frasa seperti "pekerjaan Tuhan", mereka tidak mengenal Tuhan, apalagi mengetahui pekerjaan-Nya. Maka tak heran jika semua orang yang tidak mengenal Tuhan karut-marut dalam kepercayaan mereka kepadanya. Orang tidak menganggap serius kepercayaan kepada Tuhan, dan ini sepenuhnya karena percaya kepada Tuhan terlalu asing, terlalu aneh bagi mereka. Dengan demikian, mereka gagal memenuhi tuntutan Tuhan. Dengan kata lain, jika orang tidak mengenal Tuhan, dan tidak mengetahui pekerjaan-Nya, mereka tidak layak untuk dipakai Tuhan, apalagi memenuhi maksud-maksud Tuhan. "Percaya kepada Tuhan" berarti percaya bahwa Tuhan itu ada; ini adalah konsep paling sederhana tentang percaya kepada Tuhan. Selain itu, percaya bahwa Tuhan itu ada tidak sama dengan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan; sebaliknya, ini adalah sejenis keyakinan sederhana dengan nuansa agamawi yang kuat. Iman yang sejati kepada Tuhan berarti sebagai berikut: orang mengalami firman dan pekerjaan-Nya atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan memegang kedaulatan atas segala sesuatu, membersihkan watak rusak orang, memenuhi maksud-maksud Tuhan, dan akhirnya mengenal Tuhan. Hanya perjalanan semacam inilah yang disebut "iman kepada Tuhan". Namun orang sering menganggap kepercayaan kepada Tuhan sebagai hal yang sederhana dan tidak penting. Orang-orang yang memercayai Tuhan dengan cara seperti ini telah kehilangan makna percaya kepada Tuhan, dan meskipun mereka mungkin terus percaya sampai akhir, mereka tidak akan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan, karena mereka menempuh jalan yang salah. Saat ini, masih ada orang yang percaya kepada Tuhan berdasarkan kata-kata dan doktrin yang kosong. Mereka tidak tahu bahwa mereka tidak memiliki esensi kepercayaan kepada Tuhan, dan mereka tidak dapat menerima perkenanan Tuhan. Mereka tetap berdoa kepada Tuhan meminta berkat keamanan dan anugerah yang cukup. Marilah kita berhenti, menenangkan hati kita, dan bertanya kepada diri kita sendiri: mungkinkah percaya kepada Tuhan benar-benar adalah hal yang termudah di bumi? Mungkinkah percaya kepada Tuhan semata-mata berarti menerima banyak anugerah dari Tuhan? Apakah orang yang percaya kepada Tuhan tanpa mengenal-Nya atau yang percaya kepada Tuhan tetapi menentang-Nya benar-benar bisa memenuhi maksud-maksud Tuhan?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Pengantar"

Ada orang-orang yang memandang kepercayaan kepada Tuhan sebagai hal yang sangat sederhana. Mereka berpikir, "Percaya kepada Tuhan itu berarti menghadiri persekutuan, berdoa, mendengarkan khotbah, bersekutu, menyanyi dan memuji Tuhan, serta melaksanakan beberapa tugas. Bukankah hanya inilah yang dimaksud dengan percaya kepada Tuhan?" Saat ini, sekalipun engkau telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, engkau masih belum sepenuhnya memahami apa makna penting percaya kepada Tuhan. Sebenarnya, makna percaya kepada Tuhan sangatlah mendalam sehingga jika pengalaman orang terlalu dangkal, mereka tidak akan mampu memahaminya. Jika mereka mau mengalaminya hingga akhir, watak Iblis dan racun Iblis dalam diri mereka harus ditahirkan dan diubah. Orang harus memperlengkapi diri mereka dengan banyak kebenaran, memenuhi standar yang Tuhan tuntut terhadap manusia, dan mampu benar-benar tunduk kepada Tuhan dan menyembah Dia. Hanya dengan cara demikian, mereka akan benar-benar memperoleh keselamatan. Jika engkau tetap sama seperti sebelumnya saat engkau masih seorang penganut agama, hanya mengucapkan beberapa kata dan doktrin dan melantunkan beberapa slogan, melakukan sedikit perilaku dan perbuatan baik, dan menahan diri untuk tidak melakukan dosa-dosa tertentu—setidaknya dosa-dosa yang terlihat jelas—ini tidak merepresentasikan bahwa engkau telah memasuki jalan yang benar dalam kepercayaanmu kepada Tuhan. Apakah mengikuti peraturan berarti engkau menempuh jalan yang benar? Apakah itu berarti engkau telah membuat pilihan yang benar? Jika hal-hal dalam naturmu tidak berubah, engkau masih bisa menentang Tuhan dan menyinggung Dia pada akhirnya. Ini adalah masalah yang terbesar. Jika engkau tidak menyelesaikan masalah ini dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, dapatkah engkau dianggap sudah benar-benar memperoleh keselamatan?

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Memilih Jalan yang Benar adalah Bagian Terpenting dalam Kepercayaan kepada Tuhan"

Sekadar perubahan pada perilaku tidak akan bertahan; jika tidak ada perubahan dalam watak hidup orang, maka cepat atau lambat, mereka akan memperlihatkan diri mereka yang sebenarnya. Ini karena perubahan perilaku muncul karena mereka bersemangat, dan dengan adanya sedikit pekerjaan Roh Kudus pada waktu itu, menjadi sangat mudah bagi mereka untuk menjadi bersemangat, atau memiliki niat yang baik untuk waktu yang singkat. Sebagaimana dikatakan orang-orang tidak percaya, "Melakukan satu perbuatan baik itu mudah, yang sulit adalah melakukan perbuatan baik seumur hidup." Mengapa manusia tidak mampu melakukan perbuatan baik seumur hidup mereka? Karena pada dasarnya, manusia itu jahat, egois, dan rusak. Perilaku manusia diarahkan oleh natur mereka; apa pun natur mereka, seperti itulah perilaku yang mereka perlihatkan dan hanya apa yang orang perlihatkan secara alamilah yang merepresentasikan natur orang tersebut. Hal-hal yang palsu tidak akan bertahan. Ketika Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia, itu bukanlah untuk menghiasi manusia dengan perilaku yang baik—pekerjaan Tuhan adalah untuk mengubah watak manusia, membuat mereka lahir kembali menjadi manusia baru. Penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian Tuhan terhadap manusia semuanya bertujuan untuk mengubah watak mereka sehingga mereka mencapai ketundukan dan kesetiaan mutlak kepada Tuhan, dan menyembah Tuhan secara normal. Inilah tujuan pekerjaan Tuhan. Memiliki perilaku yang baik tidak sama dengan menaati Tuhan, apalagi menjadi serupa dengan Kristus. Perubahan dalam perilaku didasarkan pada doktrin dan lahir dari semangat—bukan didasarkan pada pengenalan yang benar akan Tuhan, atau kebenaran, dan perubahan itu tidak didasarkan pada bimbingan Roh Kudus. Walaupun ada waktu-waktu di mana sebagian dari apa yang manusia lakukan dicerahkan atau dibimbing oleh Roh Kudus, ini bukanlah penyingkapan hidup mereka. Mereka belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan watak hidup mereka sama sekali belum berubah. Sebaik apa pun perilaku seseorang, itu tidak membuktikan mereka tunduk kepada Tuhan atau mereka menerapkan kebenaran. Perubahan perilaku tidak merepresentasikan perubahan dalam watak hidup dan itu tidak bisa dianggap sebagai penyingkapan hidup.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"

Ada beberapa agama besar di dunia, dan masing-masing memiliki pemuka, atau pemimpinnya sendiri, dan para pengikutnya tersebar di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia; hampir setiap negara, baik besar maupun kecil, memiliki berbagai agama di dalamnya. Namun, sebanyak apa pun agama di dunia, semua orang di alam semesta pada akhirnya akan berada di bawah tuntunan satu Tuhan, dan keberadaan mereka tidak dituntun oleh pemuka atau pemimpin agama. Ini berarti, umat manusia tidak dituntun oleh pemuka atau pemimpin agama tertentu; sebaliknya, seluruh umat manusia dipimpin oleh Sang Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, dan juga yang menciptakan umat manusia—ini adalah fakta. Meskipun dunia memiliki beberapa agama besar, sebesar apa pun agama itu, semuanya berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta, dan tidak satu pun dapat melampaui cakupan kekuasaan ini. Perkembangan manusia, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan alam—masing-masing tak terpisahkan dari pengaturan Sang Pencipta, dan pekerjaan ini bukan sesuatu yang dapat dilakukan oleh pemimpin agama tertentu. Seorang pemimpin agama hanyalah pemimpin agama tertentu, dan tidak dapat merepresentasikan Tuhan, mereka juga tidak dapat merepresentasikan Dia yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Seorang pemimpin agama dapat memimpin semua orang yang berada dalam agama itu, tetapi tidak dapat memerintah semua makhluk ciptaan di kolong langit—ini adalah fakta yang diakui secara universal. Seorang pemimpin agama hanyalah sekadar seorang pemimpin dan tidak dapat disetarakan dengan Tuhan (Sang Pencipta). Segala sesuatu berada di tangan Sang Pencipta, dan pada akhirnya segalanya akan kembali ke tangan Sang Pencipta. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan apa pun agamanya, semua orang akan kembali di bawah kekuasaan Tuhan—ini tak terelakkan. Hanya Tuhan-lah yang Mahatinggi di antara segala sesuatu, dan para penguasa tertinggi di antara semua makhluk ciptaan pun harus kembali di bawah kekuasaan-Nya. Setinggi apa pun status seorang manusia, manusia tersebut tidak dapat membawa umat manusia ke tempat tujuan yang sesuai, dan tak seorang pun mampu mengelompokkan segala sesuatu menurut jenisnya. Yahweh itu sendiri yang menciptakan umat manusia dan mengelompokkan masing-masing menurut jenisnya, dan ketika akhir zaman tiba, Dia tetap akan melakukan pekerjaan-Nya sendiri, mengelompokkan segala sesuatu menurut jenisnya—pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh siapa pun selain Tuhan. Ketiga tahap pekerjaan yang telah dilaksanakan sejak awal hingga kini semuanya dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, dan dilakukan oleh satu Tuhan. Fakta dari ketiga tahap pekerjaan ini merupakan fakta kepemimpinan Tuhan atas seluruh umat manusia, sebuah fakta yang tak dapat disangkal oleh siapa pun. Di akhir ketiga tahap pekerjaan ini, segala sesuatu akan dikelompokkan menurut jenisnya dan kembali ke bawah kekuasaan Tuhan, karena di seluruh alam semesta hanya ada satu Tuhan ini, dan tidak ada agama lain. Orang yang tidak mampu menciptakan dunia, tidak akan mampu mengakhirinya, sedangkan Dia yang menciptakan dunia, pasti akan mampu mengakhirinya. Oleh karena itu, jika orang tidak mampu mengakhiri zaman dan hanya mampu membantu manusia membina pikirannya, dia pasti bukan Tuhan dan pasti bukan Tuhan atas umat manusia. Dia tidak akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar seperti itu; hanya ada satu yang dapat melakukan pekerjaan seperti itu, dan semua orang yang tidak mampu melakukan pekerjaan ini pasti merupakan musuh, dan pasti bukan Tuhan. Semua agama yang jahat tidak sesuai dengan Tuhan, dan karena tidak sesuai dengan Tuhan, semua itu adalah musuh Tuhan. Semua pekerjaan dilakukan oleh satu-satunya Tuhan yang benar ini, dan seluruh alam semesta diperintah oleh satu Tuhan ini. Entah itu adalah pekerjaan-Nya yang di Israel atau di Tiongkok, entah pekerjaan itu dilakukan oleh Roh atau oleh daging, semuanya dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, dan tidak dapat dilakukan oleh siapa pun yang lain. Justru karena Dia adalah Tuhan atas semua manusia, maka Dia bekerja dengan bebas, tidak terikat oleh kondisi apa pun—inilah yang terbesar dari semua visi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengenal Tiga Tahap Pekerjaan Tuhan adalah Jalan untuk Mengenal Tuhan"

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait