58. Mengungkap Pemimpin Palsu: Sebuah Perjuangan Pribadi

Oleh Saudari Zheng Yi, Korea

Tahun lalu, aku bertugas di sebuah gereja di luar kota, tetapi aku kembali pulang setelah digantikan karena tidak melakukan pekerjaan praktis. Setelah itu, aku menemukan bahwa pemimpin kami, Saudari Li, tidak memiliki pencerahan apa pun untuk disampaikan mengenai firman Tuhan, tetapi hanya mengkhotbahkan doktrin harfiah. Dia tak pernah berbicara tentang mengenal diri sendiri atau berbagi pengalaman sendiri. Dia bersikap angkuh saat membantu masalah orang lain, seperti seorang guru mengajari muridnya, dan dia tak bisa menyelesaikan masalah praktis siapa pun. Dia selalu berbicara soal bagaimana dia bekerja dan menderita dalam tugasnya agar dia dipandang tinggi dan dikagumi. Dia menjadi hukum bagi dirinya sendiri. Ketika itu ada seorang saudari, masih baru dalam iman, yang ketakutan melihat Partai Komunis menahan orang-orang Kristen. Saudari Li tidak mempersekutukan kebenaran untuk mendukungnya tetapi justru memberhentikan dia dari tugasnya. Aku dan beberapa diaken sudah berkali-kali memberinya saran, tetapi dia justru berdalih dan berdebat dengan kami. Berdasarkan prinsip, pemimpin yang tidak bertindak berdasarkan prinsip kebenaran dan tidak mau menerima kesalahan dan pemangkasan saudara-saudarinya, bukanlah seseorang yang menerima dan mematuhi kebenaran. Saudari Li tidak mengenal dirinya sendiri, dia tidak memiliki jalan masuk kehidupan, dan tidak bisa menyelesaikan masalah nyata orang lain. Pemimpin gereja seperti itu hanya bisa merugikan pekerjaan gereja dan kehidupan saudara-saudari. Aku yakin Saudari Li adalah pemimpin palsu dan tidak cocok untuk pekerjaan gereja dan aku ingin melaporkan dia. Namun, aku merasa takut ketika menulis surat untuk melaporkannya. Aku baru saja diberhentikan. Aku tidak melakukan tugasku. Jika aku melaporkan Saudari Li dan yang lain tak bisa melihat apa yang aku lihat, mereka bisa berbalik menyalahkanku: "Oh lihat Zheng Yi. Dia baru saja diberhentikan, tetapi tidak bisa bersikap rendah hati. Seharusnya dia melihat dirinya sendiri, bukan orang lain. Sepertinya dia tidak memiliki pengetahuan diri atau pertobatan yang nyata." Jika mereka sampai berkata begitu, aku benar-benar tidak akan punya harga diri di antara mereka. Sebagai pemimpin palsu yang sudah diberhentikan, aku merasa tidak pantas untuk bicara. Aku sangat memikirkan bagaimana laporan itu mungkin akan menyinggung Saudari Li, dan karena berada di gereja yang sama, kami akan selalu bertemu. Bagaimana mungkin kami bisa akur setelah itu? Bagaimana jika dia tetap mempertahankan jabatannya dan mempersulitku? Makin aku pikirkan, makin aku merasa tersudut. Aku berpikir laporan itu bisa menyinggungnya dan aku tidak boleh menonjolkan diri seperti itu. Aku tidak mampu memikirkan keadaanku sendiri, dan pemimpin palsu di gereja bukanlah masalahku sendiri. Biar orang lain yang melaporkannya. Aku hanya ingin terus ikut pertemuan dan menjaga perdamaian.

Aku putuskan untuk melupakan masalah itu, tetapi tetap merasa tidak nyaman. Saat berbaring pada malam hari, kepalaku dipenuhi dengan pikiran Saudari Li membual dalam pertemuan dan mengkhotbahkan hafalan. Jika terus berlanjut, hal itu bisa berbahaya bagi saudara-saudari. Aku merasa tidak enak karena tidak berani angkat bicara. Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Katakanlah, misalnya, ada sekelompok orang dengan seseorang yang memimpin mereka; jika orang ini disebut sebagai 'pemimpin' atau sebagai 'pekerja,' apa fungsi mereka dalam kelompok tersebut? (Fungsi kepemimpinan.) Apa pengaruh kepemimpinan orang ini terhadap orang-orang yang dipimpinnya dan pada kelompok itu secara keseluruhan? Kepemimpinannya memengaruhi arah dan jalan tim tersebut. Ini berarti jika orang yang berada dalam posisi kepemimpinan ini berjalan di jalan yang salah, maka, setidaknya, itu akan menyebabkan orang-orang di bawah mereka dan seluruh kelompok itu menyimpang dari jalan yang benar; lebih dari itu, itu dapat mengganggu atau menghancurkan arah seluruh kelompok saat mereka bergerak maju, serta mengganggu kecepatan dan langkah mereka. Jadi, mengenai pengaruhnya terhadap kelompok orang ini, arah jalan yang mereka pilih, sejauh mana mereka memahami kebenaran serta kepercayaan mereka kepada Tuhan, memengaruhi tidak hanya diri mereka sendiri, tetapi juga memengaruhi semua saudara-saudari yang berada dalam lingkup kepemimpinan mereka. Jika seorang pemimpin adalah orang yang tepat, orang yang sedang berjalan di jalan yang benar dan mengejar serta menerapkan kebenaran, orang-orang yang dipimpinnya akan makan dan minum dengan benar dan mencari dengan benar, dan, pada saat yang sama, kemajuan pribadi pemimpin tersebut akan selalu terlihat oleh orang lain. Jadi, jalan yang benar seperti apa yang harus ditempuh seorang pemimpin? Pemimpin harus mampu menuntun orang lain untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kebenaran, dan memimpin orang lain ke hadapan Tuhan. Seperti apa jalan yang salah itu? Jalan yang salah adalah sering kali meninggikan diri sendiri dan memberi kesaksian tentang diri sendiri, mengejar status, ketenaran, dan keuntungan, serta tidak pernah memberi kesaksian tentang Tuhan. Apa dampaknya pada orang-orang di bawah mereka? (Ini membawa orang-orang tersebut ke hadapan mereka.) Orang akan menyimpang jauh dari Tuhan dan berada di bawah kendali pemimpin ini. Bukankah jelas bahwa orang yang dibawa ke hadapan pemimpin mereka akan dikendalikan oleh pemimpin tersebut? Dan, tentu saja, ini membawa mereka jauh dari Tuhan. Jika engkau memimpin orang untuk datang ke hadapanmu, artinya engkau sedang memimpin mereka untuk datang ke hadapan manusia yang rusak, dan engkau sedang memimpin mereka untuk datang ke hadapan Iblis, bukan ke hadapan Tuhan. Hanya memimpin orang untuk datang ke hadapan kebenaranlah yang berarti memimpin mereka untuk datang ke hadapan Tuhan. Semua ini adalah pengaruh yang dihasilkan oleh dua jenis orang ini terhadap orang-orang yang dipimpinnya—mereka yang berjalan di jalan yang benar dan mereka yang berjalan di jalan yang salah" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (1)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku sadar dalam firman Tuhan bahwa jalan seorang pemimpin tidak hanya memengaruhi diri mereka sendiri, tetapi juga berpengaruh langsung pada jalan masuk kehidupan orang lain dan seluruh pekerjaan gereja. Saudari Li hanya menyampaikan kata-kata kosong dan tak bisa menyelesaikan kesulitan hidup saudara-saudari. Dia selalu pamer dan menyesatkan orang dan saudara-saudari memandang tinggi kepadanya. Terlebih, dia congkak dan diktator dan menentukan keputusan akhir pada banyak pekerjaan gereja. Dia tidak mencari prinsip kebenaran ataupun menerima saran orang lain, tetapi hanya mengatasi segalanya berdasarkan gagasannya sendiri. Tak mungkin dia menjunjung tinggi pekerjaan gereja—dia justru menghalanginya. Dengan adanya pemimpin palsu seperti itu di gereja, saudara-saudari bisa terpengaruh olehnya. Melihat banyak orang percaya yang tertipu oleh pemimpin palsu dan hidup mereka menderita karenanya sangat menyedihkan bagi Tuhan. Aku sudah paham bahwa Saudari Li adalah pemimpin palsu dan aku telah melihat kerugian yang terjadi pada kehidupan saudara-saudari dan gereja dengan adanya pemimpin palsu berkuasa. Namun, hanya karena aku takut menyinggung perasaannya, aku menyaksikan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan yang lain tertahan dengan mata terbuka. Aku tidak berani menyingkap dan melaporkannya. Aku sama sekali tidak benar dan tidak memikirkan kehendak Tuhan. Aku sangat tidak berperasaan! Aku sudah merusak pekerjaan gereja dengan tidak melakukan kerja nyata pada tugasku sebelumnya. Kini melihat seorang pemimpin palsu menipu umat pilihan Tuhan, tetapi tidak berani melaporkannya atau menjunjung kepentingan gereja, aku sungguh tidak masuk akal! Aku makin merasa berutang kepada Tuhan, dan sebagai makhluk ciptaan, seharusnya aku mengambil sikap, memikirkan kehendak Tuhan dan menjunjung pekerjaan gereja. Itulah tugasku dan itu tanggung jawab yang harus kupenuhi! Pikiran ini memberiku kekuatan dan aku berkata kepada diri sendiri, "Demi kepentingan gereja dan agar umat pilihan Tuhan bisa menjalani kehidupan gereja yang otentik, aku harus menerapkan kebenaran dan angkat bicara soal masalah Saudari Li. Aku tak bisa lagi membiarkan pemimpin palsu menyesatkan saudara-saudari!" Begitu aku bersiap untuk menulis laporan, aku dengar baru-baru ini, setelah seorang saudari menunjukkan beberapa masalah Saudari Li, dia berhenti melakukan pertemuan dengannya. Mendengar ini membuatku sangat marah. Ya. Aku merasa dia benar-benar menolak menerima kebenaran. Namun, pada saat yang sama, kecemasanku tumbuh lagi. Dia mengucilkan saudari itu hanya karena mengungkapkan pandangan. Jika dia tahu aku melaporkannya, apa dia akan menaruh dendam kepadaku dan menyulitkanku? Jika dia mulai menghakimi dan menuduhku menyerang pemimpin dan pekerja, apa yang akan orang lain pikirkan? Dengan dia menekanku, aku tak akan punya kesempatan melakukan tugasku dan itu akan terasa jauh lebih berat. Namun, aku akan merasa sangat bersalah jika tidak melaporkannya. Ada tarik-menarik dalam diriku—aku benar-benar galau.

Sehingga, aku membawanya ke hadapan Tuhan dalam doa dan pencarian. Setelah itu aku membaca firman Tuhan ini: "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan emosimu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Aku merasa setiap kata-katanya berhasil mengetuk hati nuraniku Terutama "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan?" Seolah Tuhan berada di sampingku, menanyakan ini kepadaku. Aku tahu bahwa Saudari Li seorang pemimpin palsu dan aku tahu itu akan membahayakan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan jika tidak diselesaikan tepat waktu, tetapi aku takut dia akan tersinggung dan menyimpan dendam kepadaku, atau aku akan dikucilkan dan dikeluarkan dari Gereja. Aku hanya mengutamakan kepentingan sendiri di setiap kesempatan, tidak berani menegakkan prinsip dan melaporkannya. Pertarungan rohani ini mengharuskan aku menjadi saksi pada saat yang penting, tetapi aku justru melindungi kepentingan sendiri dan menjadi orang yang menyenangkan orang lain, membuat Tuhan jijik. Aku sungguh membenci diriku. Aku tak ingin menjadi orang yang menyenangkan orang lain lagi. Setelah itu, aku menenangkan diri dan merenung. Aku sangat sadar dia seorang pemimpin palsu dan aku ingin melaporkannya sesuai dengan prinsip. Namun, ketika aku dengar dia mengucilkan seseorang karena memberinya saran, kenapa aku lebih memilih melindungi diri sendiri dibanding membela pekerjaan gereja? Kenapa aku selalu melindungi kepentingan pribadiku? Aku mulai berdoa dan mencari mengenai masalah ini.

Ada beberapa firman Tuhan yang aku baca dalam salah satu waktu teduhku. "Kebanyakan orang ingin mengejar dan menerapkan kebenaran, tetapi seringkali mereka hanya memiliki tekad dan keinginan untuk melakukannya; mereka tidak memiliki kehidupan kebenaran di dalam diri mereka. Akibatnya, saat mereka bertemu kekuatan jahat atau menghadapi orang-orang keji dan jahat yang melakukan perbuatan jahat, atau para pemimpin palsu dan antikristus melakukan sesuatu dengan cara yang melanggar prinsip—sehingga menyebabkan pekerjaan rumah Tuhan mengalami kerugian, dan membahayakan umat pilihan Tuhan—mereka kehilangan keberanian untuk berdiri dan angkat bicara. Apa artinya saat engkau tidak punya keberanian? Apakah itu berarti bahwa engkau malu atau sukar berbicara? Atau apakah engkau tidak memahami hal itu sepenuhnya, dan karenanya tidak memiliki kepercayaan diri untuk berbicara? Tidak satu pun dari hal-hal ini; ini berarti bahwa engkau sedang dikendalikan oleh beberapa jenis watak yang rusak. Salah satu watak ini adalah kelicikan. Engkau memikirkan dirimu sendiri terlebih dahulu, berpikir, 'Jika aku berbicara, apa manfaatnya bagiku? Jika aku berbicara dan membuat seseorang tidak senang, bagaimana kami bisa rukun di masa depan?' Ini adalah mentalitas yang licik, bukan? Bukankah ini adalah hasil dari watak yang licik? Yang lainnya adalah watak yang jahat dan egois. Engkau berpikir, 'Apa hubungan antara kehilangan minat akan kepentingan rumah Tuhan dengan diriku? Mengapa aku harus peduli? Itu tidak ada hubungannya denganku. Bahkan jika aku melihatnya dan mendengar hal itu terjadi, aku tidak perlu melakukan apa pun. Itu bukan tanggung jawabku—aku bukanlah pemimpin.' Hal-hal semacam itu ada di dalam dirimu, seolah-olah hal itu telah muncul dari pikiran bawah sadarmu, dan seolah-olah hal itu menempati posisi permanen di dalam hatimu—semua itu adalah watak manusia yang rusak dan jahat. Watak yang rusak tersebut mengendalikan pikiran-pikiranmu dan menguasai, serta mengendalikan mulutmu. Ketika engkau mau mengucapkan sesuatu di dalam hatimu, kata-kata itu sudah mencapai bibirmu tetapi engkau tidak mengucapkannya, atau, jika engkau mengucapkannya, perkataanmu berputar-putar, memberi ruang bagimu untuk mengatur siasat—engkau sama sekali tidak berbicara dengan jelas. Orang lain tidak merasakan apa pun setelah mendengarmu, dan apa yang telah kauucapkan tidak menyelesaikan masalah. Dalam hati engkau berpikir: 'Yang penting aku sudah berbicara. Hati nuraniku sudah tenang. Aku telah memenuhi tanggung jawabku.' Sebenarnya, di dalam hatimu engkau tahu bahwa engkau belum mengatakan apa yang seharusnya, bahwa apa yang telah kaukatakan tidak berdampak, dan bahwa kerusakan pada pekerjaan rumah Tuhan tetap berlangsung. Engkau belum memenuhi tanggung jawabmu, tetapi engkau berkata secara terang-terangan bahwa engkau telah memenuhi tanggung jawabmu, atau bahwa apa yang sedang terjadi tidak jelas bagimu. Maka bukankah engkau sepenuhnya berada di bawah kendali watak rusakmu yang jahat?" ("Hanya Mereka yang Menerapkan Kebenaran yang Takut akan Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Melalui firman Tuhan ini, aku sadar bahwa aku hanya memikirkan diri sendiri di hadapan masalah. Aku egois dan curang. Aku mengikuti falsafah Iblis seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan," "Ketika kau tahu sesuatu itu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya," dan "Jangan pernah bangun pagi kecuali ada untungnya." Itu semua sudah tertanam dalam naturku, membuatku terbelenggu hingga menerapkan kebenaran sangatlah sulit. Aku tahu seharusnya kulaporkan dia sesuai dengan prinsip demi pekerjaan gereja, tetapi ketika akan kulakukan, aku takut menyinggungnya dan dihakimi serta diperlakukan tidak adil olehnya. Dengan pikiran itu, rasa kewajiban, tanggung jawab dan tugasku menghilang begitu saja dan aku merasa bahwa pemimpin palsu di dalam gereja bukanlah masalah pribadiku. Aku tak ingin membuat kekacauan sehingga aku tidak menyinggungnya dan melindungi diriku sendiri. Aku berulang kali menentang pencerahan Roh Kudus hingga aku bahkan tidak merasa bersalah lagi. Aku benar-benar terbelenggu oleh kerusakan Iblis. Aku melakukan pelanggaran serupa dalam tugasku sebelumnya, hidup dengan falsafah hidup Iblis. Aku menemukan pemimpin palsu yang congkak dengan pemahaman kebenaran yang salah yang harus disingkirkan. Namun, kemudian aku melihat dia memiliki kualitas dan hebat dalam mengkhotbahkan doktrin harfiah serta menipu orang. Melihat banyak saudara-saudari tidak cukup mengenal dia, aku takut mereka akan menghakimiku dan berkata aku tak berperasaan jika dia sampai digantikan. Jadi, aku menundanya hingga lebih dari dua bulan sebelum membuatnya diberhentikan. Ini sangat mengganggu pekerjaan gereja. Aku melihat ada pemimpin palsu di gereja, tetapi aku melakukan kesalahan lama yang sama. Aku tidak ingin ikut campur. Caraku melakukan tugas menunjukkan bahwa aku benar-benar egois dan curang dan aku tak bisa menerapkan kebenaran ketika itu berpengaruh pada kepentinganku sendiri. Berulang kali aku melanggar kebenaran dan kehilangan kesaksian. Itu adalah tanda keaiban. Menyadari ini, aku bersujud di hadapan Tuhan dan berdoa: "Ya Tuhan! Kini aku telah melihat betapa dalam Iblis telah merusakku. Aku orang yang suka menyenangkan orang lain yang egois dan hina. Aku rendah dan kotor. Tuhan, tolong selamatkan aku dari ikatan watak rusakku."

Kemudian aku membaca dalam sebuah persekutuan bahwa Iblis menguasai dunia, tetapi Tuhan dan kebenaran berkuasa di dalam gereja, itu adalah dua dunia yang berbeda, dan di dalam rumah Tuhan, meskipun orang jahat atau orang dengan kemanusiaan yang rendah terpilih sebagai pemimpin, mereka tak akan bertahan lama tanpa realitas kebenaran. Ini membuktikan bahwa kebenaran berkuasa di rumah Tuhan. Iblis menguasai dunia dalam kegelapan dan manusia harus bicara dan bertindak berdasarkan falsafahnya. Sanjungan adalah satu-satunya cara untuk maju. Bersikap jujur dan menyinggung orang lain mengarah pada hukuman. Baik di antara orang biasa ataupun orang berkuasa, bersikap jujur membuatmu dirundung dan dikucilkan, dan bahkan banyak orang kehilangan nyawa karena itu. Namun, kebenaran dan keadilan berkuasa di dalam rumah Tuhan. Tuhan memberkati dan menyukai mereka yang mengejar kebenaran, dan orang-orang jujur dengan rasa keadilan. Mereka yang melindungi kepentingan gereja dan umat pilihan Tuhan yang berani menyingkap pemimpin palsu dan antikristus, bisa diterima, diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Mereka juga mendapat persetujuan dan dukungan dari orang lain. Mereka yang tidak tunduk pada kebenaran, melainkan menentangnya, tak peduli seberapa tinggi nama atau status mereka, akan ditinggalkan dan disingkirkan oleh Roh Kudus, sama seperti antikristus Yang, yang diusir dari gereja tahun lalu. Dia menekan dan mengucilkan orang yang berlawanan ketika dia menjadi pemimpin dan menempatkan keluarga dan temannya di posisi penting. Dia mencoba membangun kerajaan sendiri melawan Tuhan dan bahkan mencuri sumbangan. Dia pikir dirinya sudah dikelilingi keluarga dan teman sehingga perbuatan jahatnya tak akan terungkap. Namun, Tuhan melihat segalanya dan dalam hikmat-Nya, Dia manfaatkan trik Iblis untuk keuntungan-Nya. Dia mengatur keadaan untuk membuat mereka yang memiliki rasa keadilan, melaporkan dan mengungkap kejahatannya. Setelah penyelidikan dan pembuktian dari gereja, tidak hanya dia harus kembalikan semua yang dia curi, tetapi dia juga diusir secara permanen dari Gereja. Ini menunjukkan bahwa apa pun tugas atau status seseorang, tak satu pun yang melakukan kejahatan atau tidak mengejar kebenaran bisa lolos dari penghakiman kebenaran Tuhan! Rumah Tuhan tidak seperti dunia. Tak ada hal yang berlawanan kebenaran bisa berkembang di rumah Tuhan. Siapa pun yang menemukan sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran bisa bangkit untuk mengungkapkan dan menghentikannya. Ini menunjukkan bahwa kebenaran berkuasa di dalam rumah Tuhan. Adapun mengenai melaporkan Saudari Li, aku tidak mengerti kebenaran Tuhan atau menyadari bahwa dia melihat dan menguasai segala hal. Pemimpin palsu dan antikristus tidak bisa mendapat pijakan di rumah Tuhan. Apakah aku memiliki kewajiban tugas dan seperti apa takdir dan hasilnya, semua berada di tangan Tuhan, bukan pemimpin mana pun. Aku tidak bisa lagi ditahan olehnya. Jadi, aku membuat laporan faktual tentang masalah Saudari Li. Tak lama kemudian, seorang pemimpin datang ke gereja kami untuk menyelidiki. Diputuskan bahwa Saudari Li seorang pemimpin palsu berdasarkan prinsip dan dia diberhentikan. Setelah itu, Saudari Li memperoleh pengetahuan diri melalui waktu teduh dan perenungan, lalu dia ingin bertobat dan berubah. Pemimpin berikutnya yang terpilih adalah seorang saudari yang mengejar kebenaran dan semua pekerjaan gereja berangsur-angsur membaik. Aku juga melihat kebenaran Tuhan dan bahwa kebenaran berkuasa di rumah Tuhan. Tuhan mengungkap keegoisan dan tipu daya kita serta mentahirkan kerusakan kita lewat kita melaporkan pemimpin palsu. Ini benar-benar Tuhan telah menyelamatkan dan menyempurnakan kita!

Sebelumnya: 57. Melaporkan atau Tidak

Selanjutnya: 59. Buah dari Laporan yang Jujur

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini