1. Arti dari umat Tuhan dan arti dari para pelaku pelayanan
Firman Tuhan yang Relevan:
Situasi sekarang ini tidak seperti situasi di masa lalu, dan pekerjaan-Ku telah memasuki titik awal yang baru. Dengan demikian, akan ada pendekatan yang baru: semua orang yang membaca firman-Ku dan menerimanya sebagai hidup mereka adalah umat di kerajaan-Ku, dan karena berada di kerajaan-Ku, mereka adalah umat kerajaan-Ku. Karena mereka menerima bimbingan firman-Ku, meskipun mereka disebut umat-Ku, sebutan ini sama sekali tidak lebih rendah dari sebutan sebagai "anak-anak"-Ku. Setelah dijadikan umat Tuhan, semua harus melayani dengan penuh pengabdian di dalam kerajaan-Ku dan melaksanakan tugas mereka di dalam kerajaan-Ku. Siapa pun yang melanggar ketetapan administratif-Ku harus menerima hukuman-Ku. Ini adalah nasihat-Ku kepada semua orang.
Dikutip dari "Bab 1, Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Karena engkau semua disebut sebagai umat-Ku, engkau harus dapat memuliakan nama-Ku; yakni menjadi kesaksian di tengah ujian. Jika ada yang mencoba untuk menipu-Ku dan menyembunyikan kebenaran dari-Ku, atau terlibat dalam urusan-urusan yang tidak terpuji di belakang-Ku, orang-orang semacam itu, tanpa terkecuali, akan diusir dan disingkirkan dari rumah-Ku untuk menunggu-Ku menangani mereka. Orang-orang yang telah bersikap tidak setia dan tidak berbakti kepada-Ku di masa lalu, dan yang bangkit lagi saat ini untuk menghakimi-Ku secara terbuka—mereka juga akan diusir dari rumah-Ku. Orang-orang yang adalah umat-Ku harus senantiasa menunjukkan perhatian terhadap beban-Ku serta berusaha mengenal firman-Ku. Hanya orang-orang semacam inilah yang akan Kuberi pencerahan, dan mereka pasti akan hidup di bawah bimbingan dan pencerahan-Ku, tidak pernah mengalami hajaran. Orang-orang yang gagal menunjukkan perhatian terhadap beban-Ku, memusatkan perhatian untuk merencanakan masa depan mereka sendiri—yakni, orang-orang yang perbuatannya tidak bertujuan untuk memuaskan hati-Ku, tetapi malah terus meminta—Aku sama sekali menolak untuk memakai makhluk-makhluk seperti pengemis ini, karena sejak dilahirkan, mereka tidak mengetahui apa arti menunjukkan perhatian terhadap beban-Ku. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki akal sehat; orang-orang semacam ini menderita "kekurangan gizi" pada otak, dan harus pulang untuk mendapatkan "makanan". Aku tidak membutuhkan orang-orang semacam itu. Di antara umat-Ku, setiap orang akan dituntut untuk menganggap mengenal-Ku sebagai tugas wajib yang harus dipenuhi sampai akhir, seperti makan, berpakaian, dan tidur, sesuatu yang tidak pernah dilupakan orang meski hanya sesaat, sehingga pada akhirnya, mengenal-Ku akan menjadi sama familiernya dengan makan—sesuatu yang kaulakukan dengan mudah, dengan terampil. Mengenai firman yang Kuucapkan, setiap kata harus diterima dengan keyakinan penuh dan dicerna sepenuhnya; tidak boleh ada tindakan setengah-setengah yang asal-asalan. Siapa pun yang tidak memperhatikan firman-Ku akan dianggap menentang-Ku secara langsung; siapa pun yang tidak makan firman-Ku, atau tidak berusaha untuk mengetahuinya, akan dianggap tidak memperhatikan-Ku, dan akan langsung diusir dari pintu rumah-Ku. Ini karena, sebagaimana telah Kukatakan dahulu, yang Kuinginkan bukanlah sejumlah besar orang, melainkan keunggulan. Dari antara seratus orang, jika hanya satu orang saja yang dapat mengenal-Ku melalui firman-Ku, maka Aku akan rela membuang semua yang lainnya untuk berfokus mencerahkan dan menerangi yang satu ini. Dari sini engkau dapat memahami bahwa tidak selalu benar bahwa jumlah yang besar saja yang dapat mewujudkan-Ku dan hidup di dalam-Ku. Yang Kuinginkan adalah gandum (meskipun bijinya mungkin tidak penuh) dan bukan lalang (meskipun bijinya cukup penuh untuk dikagumi). Adapun orang-orang yang tidak peduli pada pencarian, tetapi yang malah bersikap malas, mereka harus pergi atas kemauan mereka sendiri; Aku tidak ingin melihat mereka lagi, jangan sampai mereka terus mendatangkan aib bagi nama-Ku. Mengenai apa yang Kutuntut dari umat-Ku, Aku akan berhenti pada aturan-aturan ini untuk saat ini, dan akan menunggu untuk memberikan persetujuan lebih lanjut, tergantung pada perubahan keadaan.
Dikutip dari "Bab 5, Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Seseorang yang benar-benar dapat tenang di hadirat Tuhan mampu membebaskan dirinya dari semua ikatan duniawi, dan dapat dimiliki oleh Tuhan. Semua orang yang tidak mampu untuk tenang di hadirat Tuhan pasti tak bermoral dan tidak terkendali. Semua orang yang dapat tenang di hadapan Tuhan adalah mereka yang saleh di hadapan Tuhan, dan yang merindukan Tuhan. Hanya mereka yang tenang di hadapan Tuhanlah yang menghargai kehidupan, menghargai persekutuan dalam roh, haus akan firman Tuhan, dan mengejar kebenaran. Siapa pun yang tidak menghargai ketenangan di hadapan Tuhan dan tidak berlatih menjadi tenang di hadapan Tuhan adalah orang yang sombong dan dangkal, yang melekat pada dunia dan tidak memiliki kehidupan; seandainya pun mereka mengatakan bahwa mereka percaya kepada Tuhan, mereka mengucapkannya di bibir saja. Orang-orang yang pada akhirnya Tuhan sempurnakan dan lengkapi adalah mereka yang mampu untuk tenang di hadirat-Nya. Karena itu, mereka yang tenang di hadapan Tuhan dikaruniai berkat-berkat yang besar. Orang-orang yang jarang meluangkan waktu untuk makan dan minum firman Tuhan sepanjang hari, yang disibukkan dengan urusan lahiriah dan tidak menganggap penting jalan masuk menuju kehidupan—mereka semua adalah orang-orang munafik tanpa prospek pertumbuhan di masa depan. Hanya mereka yang bisa tenang di hadapan Tuhan dan benar-benar dapat bersekutu dengan Tuhanlah yang merupakan umat Tuhan.
Dikutip dari "Tentang Menenangkan Hatimu di Hadapan Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Seorang anggota keluarga dan kerajaan Tuhan—dari mana asalnya sebutan ini? Bagaimana orang mendapatkannya? Itu berasal dari telah membayar harga dan, melalui pemahaman akan kebenaran, engkau telah mengejar kebenaran dan sampai pada tingkat perubahan tertentu dalam watakmu; engkau sekarang dapat tunduk kepada Tuhan dan menghormati Dia, dan engkau telah menjadi anggota keluarga-Nya. Seperti Ayub dan Petrus, engkau tidak lagi harus mengalami penganiayaan dan perusakan Iblis. Engkau dapat hidup bebas dalam rumah Tuhan dan dalam kerajaan-Nya, dan engkau tidak perlu lagi melawan watakmu yang rusak; di mata Tuhan, engkau adalah objek ciptaan sejati dan manusia sejati. Ini berarti bahwa hari-hari kesusahan yang diderita oleh orang yang sudah dirusak oleh Iblis telah sepenuhnya berakhir; sekarang adalah waktu kedamaian, sukacita, dan kebahagiaan, di mana orang dapat hidup dalam terang wajah Sang Pencipta dan hidup berdampingan dengan Tuhan.
Dikutip dari "Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Sembilan)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"
Manusia akan dilengkapi sepenuhnya pada Zaman Kerajaan. Setelah pekerjaan penaklukan, manusia akan menjalani pemurnian dan kesengsaraan. Mereka yang menang dan menjadi kesaksian selama kesengsaraan ini adalah orang-orang yang pada akhirnya akan dilengkapi; merekalah para pemenang itu. Selama masa kesengsaraan ini, manusia harus menerima pemurnian ini, dan pemurnian ini adalah pemurnian yang terakhir dalam pekerjaan Tuhan. Inilah terakhir kalinya manusia akan dimurnikan sebelum penuntasan seluruh pekerjaan pengelolaan Tuhan, dan semua orang yang mengikut Tuhan harus menerima ujian terakhir ini, dan mereka harus menerima pemurnian yang terakhir ini. Mereka yang dilanda kesengsaraan tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus dan tuntunan Tuhan, tetapi mereka yang telah benar-benar ditaklukkan dan yang sungguh-sungguh mencari Tuhan pada akhirnya akan berdiri teguh; mereka inilah orang-orang yang memiliki kemanusiaan, dan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Apa pun yang Tuhan lakukan, para pemenang ini tidak akan kehilangan visi dan akan tetap melakukan kebenaran tanpa gagal dalam kesaksian mereka. Merekalah yang pada akhirnya akan keluar dari kesengsaraan besar.
Dikutip dari "Pekerjaan Tuhan dan Penerapan Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika kita memperhatikan frasa "pelaku pelayanan" dari sudut pandang harfiah, memahaminya menurut istilah ilmu bahasa manusia, frasa tersebut berarti tenaga kerja sementara yang memberikan pelayanan sementara dalam suatu industri atau pekerjaan tertentu, dan mereka diperlukan secara khusus untuk suatu maksud tertentu. Di rumah Tuhan, dalam rencana pengelolaan-Nya dan dalam pekerjaan-Nya, kelompok orang yang disebut pelaku pelayanan mutlak diperlukan. Ketika orang-orang semacam itu tiba di rumah Tuhan, dan datang ke tempat kerja Tuhan, mereka tidak tahu apa-apa tentang Tuhan ataupun tentang iman, dan mereka pun sama sekali tidak tahu tentang pekerjaan-Nya atau rencana pengelolaan-Nya. Mereka tidak mengerti apa-apa; mereka hanyalah orang awam. Disebut apakah orang awam di dalam rumah Tuhan? Orang tidak percaya. Ketika orang-orang yang adalah orang tidak percaya di mata Tuhan datang ke rumah Tuhan, apa yang dapat mereka lakukan? Apa tepatnya yang Tuhan butuhkan dari mereka? Karena orang memiliki watak yang rusak, dan karena esensi alamiah mereka, apa yang dapat mereka lakukan adalah melakukan apa yang diberitahukan kepada mereka, menjalankan perintah apa pun yang Tuhan berikan kepada mereka, pergi ke mana pun pekerjaan-Nya membawa mereka, dan mengetahui apa pun yang diizinkan firman-Nya untuk mereka ketahui. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan hanyalah mengetahui; mereka tidak dapat mencapai pemahaman. Dalam setiap bagian dari pekerjaan Tuhan yang Dia tuntut, orang hanya bekerja sama secara pasif; mereka tidak mengambil inisiatif apa pun. Jika engkau benar-benar mengambil inisiatif, tentu engkau telah memahami kebenaran dan kehendak Tuhan! "Secara pasif" di sini berarti engkau tidak tahu apa yang ingin Tuhan lakukan, engkau tidak tahu makna dari apa yang Dia minta untuk engkau lakukan atau di mana terletak nilainya, dan engkau tidak tahu jalan seperti apa yang harus kautempuh. Ketika engkau datang ke rumah Tuhan, engkau seperti sebuah mesin; dengan cara apa pun Tuhan mengoperasikan dirimu, dengan cara itulah engkau berfungsi. Sebagai apa Tuhan membutuhkanmu? (Sebagai objek yang digunakan Tuhan untuk mengungkapkan kebenaran demi menghakimi manusia.) Betul; engkau adalah objek yang digunakan Tuhan untuk mengutarakan firman-Nya. Apa lagi? Karuniamu, bukan? Apakah pemikiran manusia yang normal termasuk di dalamnya? Tuhan hanya akan menggunakanmu jika engkau memiliki pemikiran manusia yang normal. Jika keadaan jiwamu tidak normal, engkau tidak memenuhi syarat bahkan untuk menjadi pelaku pelayanan. Apa lagi? (Ketrampilan dan kekuatan seseorang.) Dengan kata lain, segala jenis ketrampilan yang orang miliki. Apa lagi? (Tekad untuk bekerja sama dengan Tuhan.) Ini juga, adalah sesuatu yang Dia tuntut; ini adalah sejenis aspirasi dalam diri manusia untuk mendengar dan tunduk, dan itu dapat juga dikatakan sebagai keinginan untuk mencintai hal-hal positif dan mencintai terang. Jika kita menyebutnya ketetapan hati, mungkin sedikit terlalu sempit untuk mencakup hal itu. Aspirasi mencakup jangkauan yang lebih luas, tetapi aspirasi jauh lebih kecil dibandingkan ketetapan hati dalam hal jangkauannya. Artinya, engkau memulai dengan sebuah aspirasi, dan hanya setelah engkau memiliki sebuah aspirasi, barulah engkau akan berangsur-angsur mengembangkan berbagai ketetapan hati. Ketetapan hati lebih konkret, sementara aspirasi mencakup jangkauan yang lebih luas. Dalam hal manusia yang rusak, dari sudut pandang Sang Pencipta, inilah hal-hal yang Tuhan butuhkan darimu. Artinya, ketika seorang awam yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang Tuhan, tentang pengelolaan-Nya, tentang esensi-Nya, tentang perkataan-Nya, atau tentang watak-Nya datang ke rumah-Nya, orang itu seperti sebuah mesin. Apa yang dapat orang tersebut lakukan bagi Tuhan dan bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan standar yang Tuhan tuntut (kebenaran). Hal-hal dari orang tersebut yang dapat Tuhan gunakan adalah hal-hal yang baru saja disebutkan: pertama, orang tersebut menjadi sebuah objek untuk Tuhan berbicara; kedua, berbagai karunia yang orang tersebut miliki; ketiga, ia memiliki pemikiran manusia yang normal; keempat, berbagai ketrampilan yang orang tersebut miliki; dan kelima—yang terpenting—adalah ia memiliki aspirasi untuk mendengarkan dan tunduk pada firman Tuhan. Hal-hal ini adalah kuncinya. Ketika seseorang memiliki kualitas ini, mereka mulai bekerja dalam pelayanan untuk pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Maka mereka pun telah secara resmi memulai pada jalur yang benar, artinya, mereka secara resmi telah menjadi seorang pelaku pelayanan di rumah Tuhan.
Sebelum memahami firman Tuhan, kebenaran, dan kehendak Tuhan, dan sebelum mengembangkan sedikit saja rasa hormat kepada Tuhan, peran yang setiap orang mainkan hanyalah sebagai pelaku pelayanan, dan tidak lebih dari itu. Artinya, engkau menjadi pelaku pelayanan apakah engkau menginginkannya atau tidak; engkau tidak dapat melarikan diri dari sebutan tersebut. Ada orang-orang yang berkata, "Tetapi aku sudah percaya kepada Tuhan seumur hidupku; sudah puluhan tahun sejak aku pertama kali percaya kepada Yesus. Apakah aku benar-benar hanya seorang pelaku pelayanan?" Apa pendapatmu mengenai pertanyaan ini? Siapa yang sedang kautanyai? Engkau perlu menanyakan ini kepada dirimu sendiri: apakah engkau sudah memahami kehendak Tuhan? Apakah pada saat ini engkau hanya mengusahakan sedikit upaya, atau apakah engkau sedang menerapkan kebenaran? Sudahkah engkau menjejakkan kakimu di jalan untuk mengejar dan memahami kebenaran? Sudahkah engkau masuk ke dalam kebenaran kenyataan? Apakah engkau menghormati Tuhan di dalam hatimu? Jika engkau memiliki kualitas-kualitas ini, mampu berdiri teguh ketika menghadapi ujian Tuhan, dan mampu untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, maka tentu saja engkau tidak lagi sebagai seorang pelaku pelayanan. Namun, jika engkau tidak memiliki kualitas-kualitas ini, maka tidak diragukan lagi engkau masih seorang pelaku pelayanan. Ini tak dapat dihindari, dan juga tak dapat dielakkan.
Dikutip dari "Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Sembilan)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"
Ketika orang memasuki rumah Tuhan dan mereka tidak memahami kebenaran, tetapi hanya memiliki berbagai keinginan atau membangun sedikit tekad untuk bekerja sama, peran yang dapat mereka penuhi selama periode ini hanyalah peran sebagai pelaku pelayanan. "Memberikan pelayanan" tentu saja bukanlah frasa yang terdengar sangat bagus. Dengan kata lain, itu berarti orang melayani dan bekerja keras untuk pekerjaan rencana pengelolaan Tuhan, yang berarti bahwa mereka mengerahkan diri mereka sendiri untuk pekerjaan itu. Mereka tidak memahami atau mengerti apa pun, tetapi memiliki sedikit keterampilan dan bakat, dan mampu belajar dan menyampaikan apa yang orang lain katakan dan mulai menangani beberapa pekerjaan umum, tetapi ketika itu menyangkut berbagai aspek dari pekerjaan khusus penyelamatan Tuhan dan pengelolaan manusia, serta berbagai aspek pekerjaan yang berkaitan dengan kebenaran, mereka sama sekali tidak dapat memberikan upaya atau bekerja sama; mereka hanya memberikan sedikit upaya dan mengatakan beberapa hal saat melakukan beberapa pekerjaan umum, dan melakukan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan layanan periferal. Kalau beginilah esensi dari tugas orang, atau peran yang mereka mainkan dan pekerjaan yang mereka lakukan di rumah Tuhan, mereka akan kesulitan menyingkirkan sebutan "pelaku pelayanan". Mengapa mereka akan kesulitan menyingkirkannya? Bukankah itu ada hubungannya dengan apa yang Tuhan definisikan sebagai arti sebutan ini? Sangat mudah bagi orang untuk mengerahkan upaya dan melakukan segala sesuatu dengan kemampuan, bakat, dan kecerdasan bawaan mereka. Namun, hidup menurut kebenaran, memasuki kebenaran kenyataan, bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan—hal-hal ini sangat berat; semua ini membutuhkan waktu, semua ini membutuhkan orang untuk memimpin, semua ini membutuhkan pencerahan dari Tuhan, dan semua ini membutuhkan pendisiplinan Tuhan. Selain itu, semua ini membutuhkan datangnya firman penghakiman dan hajaran Tuhan. Jadi, selama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini, apa yang kebanyakan orang mampu lakukan dan sediakan terbatas pada beberapa hal tersebut: memenuhi peran objek untuk diajak bicara oleh Tuhan; memiliki karunia tertentu dan berguna di rumah Tuhan; berpikir seperti cara berpikir kemanusiaan yang normal, dan mampu memahami dan melaksanakan pekerjaan apa pun yang diberikan kepadamu; diperlengkapi dengan keterampilan tertentu dan mampu menggunakan kekuatanmu dalam pekerjaan apa pun yang diberikan kepadamu untuk dilakukan di rumah Tuhan; dan, yang terpenting, memiliki keinginan untuk mendengarkan dan tunduk. Ketika melakukan pelayanan di rumah Tuhan, dan ketika mengerahkan upaya untuk pekerjaan Tuhan, jika engkau memiliki sedikit kecenderungan untuk mendengarkan dan tunduk, engkau tidak akan mampu melarikan diri atau menimbulkan masalah; sebaliknya, engkau akan melakukan yang terbaik untuk mengekang dirimu sendiri serta semakin sedikit melakukan perbuatan buruk dan semakin banyak melakukan perbuatan baik. Ini adalah keadaan dan kondisi kebanyakan orang, bukan?
Dikutip dari "Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Sembilan)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"
"Pelayanan" bukanlah sebuah kata yang terdengar sangat elok, juga bukan sesuatu yang sejalan dengan keinginan semua orang, tetapi kita harus melihat kepada siapa pelayanan itu ditujukan. Ada makna keberadaan para pelaku pelayanan Tuhan. Tidak ada orang lain yang bisa memainkan peran mereka, karena mereka dipilih oleh Tuhan. Apa peran para pelaku pelayanan ini? Untuk melayani umat pilihan Tuhan. Yang terutama, peran mereka adalah melayani pekerjaan Tuhan, bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan, dan mengakomodasi penyelesaian Tuhan atas umat pilihan-Nya. Terlepas dari apakah mereka sedang bersusah payah, melakukan beberapa pekerjaan, atau melakukan tugas-tugas tertentu, apa tuntutan Tuhan terhadap orang-orang ini? Apakah Dia sangat menuntut agar semua persyaratan-Nya mereka penuhi? (Tidak, Tuhan hanya meminta agar mereka setia.) Para pelaku pelayanan juga harus setia. Terlepas dari asal-usulmu, atau mengapa Tuhan memilihmu, engkau harus setia kepada Tuhan, kepada amanat yang Tuhan percayakan kepadamu, serta kepada pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu dan tugas yang engkau laksanakan. Bagi para pelaku pelayanan mampu bersikap setia dan memuaskan Tuhan, hasil apa yang akan mereka peroleh? Mereka akan bisa tinggal. Apakah menjadi pelaku pelayanan yang tetap tinggal adalah sebuah berkat? Apa artinya tinggal? Apa artinya berkat ini? Secara status; mereka tampaknya tidak seperti umat pilihan Tuhan, mereka tampak berbeda. Namun, pada kenyataannya, Apakah yang mereka nikmati dalam kehidupan ini tidak sama dengan yang dinikmati oleh umat pilihan Tuhan? Setidaknya, dalam kehidupan ini hal tersebut sama saja. Engkau semua tidak menyangkal hal ini, bukan? Perkataan Tuhan, kasih karunia Tuhan, penyediaan Tuhan, berkat Tuhan—siapa yang tidak menikmati hal-hal ini? Semua orang menikmati kelimpahan seperti itu. Identitas seorang pelaku pelayanan adalah seorang yang melakukan pelayanan, tapi bagi Tuhan, mereka adalah salah satu dari antara segala sesuatu yang diciptakan-Nya; hanya saja peran mereka adalah sebagai pelaku pelayanan. Baik pelaku pelayanan maupun umat pilihan Tuhan adalah makhluk Tuhan, tetapi adakah perbedaan antara keduanya? Sebenarnya tidak ada. Secara nama, ada perbedaan, secara substansi dan dalam hal peran yang mereka mainkan, ada perbedaan—tetapi Tuhan tidak memperlakukan kelompok orang-orang ini dengan tidak adil. Jadi, mengapa orang-orang ini ditetapkan sebagai pelaku pelayanan? Engkau semua harus memahami hal ini. Para pelaku pelayanan berasal dari orang-orang tidak percaya. Sebutan sebagai orang-orang tidak percaya memberitahu kita bahwa masa lalu mereka buruk: Mereka semua ateis, di masa lalu mereka adalah ateis; mereka tidak percaya kepada Tuhan, mereka memusuhi Tuhan, kebenaran, dan hal-hal yang positif. Mereka tidak percaya kepada Tuhan dan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Jadi, apakah mereka mampu memahami firman Tuhan? Dapat dikatakan bahwa, secara umum, mereka tidak mampu. Sama seperti binatang tidak mampu memahami perkataan manusia, para pelaku pelayanan tidak mengerti apa yang dikatakan Tuhan, apa yang Dia perlukan, mengapa Dia membuat tuntutan seperti itu. Mereka tidak mengerti; hal-hal ini tidak dapat dipahami oleh mereka, dan mereka tetap tidak tercerahkan. Karena alasan ini, orang-orang ini tidak memiliki kehidupan yang kita bicarakan. Tanpa kehidupan, bisakah orang memahami kebenaran? Apakah mereka diperlengkapi dengan kebenaran? Apakah mereka mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang firman Tuhan? (Tidak.) Demikianlah asal-usul para pelaku pelayanan.
Dikutip dari "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Apakah "pelaku pelayanan" merupakan cara yang diskriminatif bagi Tuhan untuk menyebut manusia? Apakah Dia dengan sengaja menggunakan sebutan ini untuk merendahkan manusia atau untuk menyingkapkan manusia dan menguji mereka? (Tidak.) Jadi, apakah Tuhan ingin menggunakan sebutan ini untuk membuat manusia memahami siapa diri mereka yang sebenarnya? Apakah Tuhan memberikan isyarat sedikit pun bahwa Dia memiliki niat ini? Sebenarnya Tuhan tidak punya niat seperti itu. Bukan niat-Nya untuk menyingkapkan manusia atau merendahkan atau mengejek mereka, juga bukan niat-Nya untuk menggunakan istilah ini untuk menguji manusia. Makna satu-satunya adalah ini: sebutan ini muncul dan ditentukan oleh Tuhan berdasarkan pada perilaku dan esensi manusia, serta pada peran yang dijalankan manusia dalam tahap pekerjaan-Nya ini, apa yang mampu mereka lakukan, dan bagaimana mereka dapat bekerja sama. Dilihat dari makna ini, setiap anggota keluarga Tuhan melakukan pelayanan untuk rencana pengelolaan Tuhan dan sebelumnya telah memenuhi peran semacam ini. Apakah itu bisa dikatakan seperti ini? (Ya.) Tentu saja bisa! Tuhan tidak ingin menggunakan sebutan ini untuk menyerang kepositifan siapa pun atau untuk menguji iman atau kepercayaan sejatimu kepada Tuhan, apalagi menggunakan sebutan ini untuk merendahkanmu, membuatmu berperilaku lebih baik, membuatmu lebih taat, atau membuatmu sadar akan identitas dan statusmu; terlebih lagi, Dia sama sekali tidak berniat menggunakan sebutan "pelaku pelayanan" untuk merampas hak orang untuk memenuhi tugasnya sebagai objek ciptaan. Sebutan ini sepenuhnya merupakan hasil dari keadaan dan esensi manusia, dan semacam kondisi mereka melalui proses pekerjaan Tuhan saat mereka mengikut Tuhan. Oleh karena itu, sebutan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan identitas, status, kedudukan, atau tempat tujuan yang akan dimiliki manusia setelah pekerjaan pengelolaan Tuhan selesai. Sumber sebutan ini sepenuhnya berasal dari tuntutan rencana pengelolaan Tuhan dan pekerjaan pengelolaan-Nya, dan ini adalah semacam kondisi manusia saat pekerjaan itu berlangsung. Tentang apakah kondisi ini—di mana seseorang adalah pelaku pelayanan yang memberikan pelayanan untuk rumah Tuhan dan dipakai seperti mesin—akan berlanjut sampai akhir atau dapat ditingkatkan di sepanjang jalan, itu tergantung pada pengejaran orang. Jika orang mengejar kebenaran, dapat mencapai perubahan dalam watak mereka, dan mulai dapat menghormati dan tunduk kepada Tuhan, maka orang itu akan benar-benar telah menyingkirkan sebutan "pelaku pelayanan". Setelah menyingkirkan sebutan itu, menjadi apakah manusia? Mereka menjadi pengikut Tuhan yang sejati, umat-Nya, warga kerajaan—yaitu orang-orang dalam kerajaan Tuhan. Jika, dalam prosesnya, engkau hanya puas membayar harga, menderita, dan mengerahkan upaya, tetapi tidak mengejar kebenaran atau menerapkannya, dan jika watakmu tidak berubah sedikit pun dan engkau tidak bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip rumah Tuhan dalam apa pun yang kaulakukan, dan akhirnya engkau tidak mampu mencapai ketundukan kepada Tuhan dan rasa hormat akan Dia, maka sebutan "pelaku pelayanan"—"mahkota kemenangan" ini—akan tetap berada di kepalamu, dan engkau selamanya tidak akan mampu melepaskannya. Jika engkau masih berada dalam keadaan seperti ini segera setelah pekerjaan Tuhan selesai, dan watakmu masih belum berubah, engkau tidak akan mendapat bagian apa pun dalam sebutan "warga kerajaan Tuhan". Bagaimana perkataan ini bisa dipahami? Sebagian orang mungkin bertanya, "Apa arti 'tidak akan mendapat bagian apa pun dalam sebutan "warga kerajaan Tuhan"' dan bahwa kita akan selamanya menjadi para pelaku pelayanan?" Apakah engkau semua memahaminya atau tidak? Segera setelah pekerjaan Tuhan selesai, yaitu, ketika semua orang yang akan Dia selamatkan telah diselamatkan, ketika pekerjaan yang Tuhan lakukan selesai; ketika Dia tidak lagi berbicara atau membimbing manusia atau melakukan pekerjaan penyelamatan lebih lanjut untuk manusia, ketika semuanya sudah selesai, dan pada saat itu, pekerjaan Tuhan selesai, katakan kepadaku, apakah itu berarti jalan iman kepada Tuhan yang semua orang tempuh juga akan selesai? Ada firman yang berbunyi, "Ia yang berbuat lalim, biarkan dia tetap berbuat lalim: dan ia yang kotor, biarkan ia tetap kotor: dan ia yang benar, biarlah ia tetap benar: dan ia yang kudus, biarlah ia tetap kudus" (Wahyu 22:11). Apa arti firman ini? Itu berarti pada saat Tuhan berkata bahwa pekerjaan-Nya telah selesai, itu berarti Dia tidak akan lagi melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, atau menghajar dan menghakimi manusia; Dia tidak akan lagi mencerahkanmu, membimbingmu, atau mengucapkan lagi firman nasihat yang penuh perhatian kepadamu, atau firman yang memangkas dan menanganimu. Dia tidak akan melakukan hal-hal ini lagi. Apa artinya ini? Ini berarti kesudahan segala sesuatu akan terungkap, dan akhir umat manusia akan disudahi. Tak seorang pun yang mampu mengubah hal ini; engkau tidak akan memiliki kesempatan lagi. Itulah artinya.
Dikutip dari "Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Sembilan)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"
Ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka dapat mengenali masalah, tetapi meskipun mereka merasakannya di dalam hati mereka, mereka tidak mau menyinggung orang lain atau memperlakukan masalah itu dengan serius. Mereka merasa itu terlalu merepotkan—mereka puas dengan "cukup baik", lalu tidak mengindahkan masalah itu lagi. Apakah ini pantas? Jika engkau akan melaksanakan tugasmu, engkau harus bersedia mengambil tanggung jawab. Mengapa engkau menolak untuk memperlakukan masalah ini secara serius? Bukankah ini kelalaian dalam tugas? ... Sikapmu terhadap tugasmu ialah, aku akan melihat seberapa sedikit yang bisa aku lakukan, apa yang bisa aku hindari; engkau menyeret kakimu, tanpa memedulikan berapa lama penundaan yang engkau akibatkan. Tetapi jika engkau menanggapi dengan sungguh-sungguh, engkau akan menyelesaikannya dalam waktu singkat. Ada beberapa hal yang engkau tidak tahu bagaimana melakukannya, jadi Aku memberimu petunjuk-petunjuk yang tepat. Engkau tidak perlu berpikir, engkau hanya perlu mendengarkan dan mulai melakukannya—tetapi bahkan itu kamu tidak bisa melakukannya. Di manakah kesetiaanmu? Tidak kelihatan sama sekali! Engkau hanya berbicara dan tidak punya hati. Bahkan ketika hatimu mengerti, engkau tidak melakukan apa pun. Ini adalah seorang yang tidak mencintai kebenaran! Jika engkau bisa melihatnya dengan matamu dan merasakannya dalam hatimu, tetapi masih tidak melakukan apa pun, lalu mengapa bahkan punya hati? Hati nuranimu yang secuil itu tidak mengendalikan tindakan-tindakanmu, tidak mengarahkan pikiran-pikiranmu—jadi apalah gunanya? Tidak ada gunanya sama sekali; sekedar hiasan. Iman manusia benar-benar menyedihkan! Dan apakah yang menyedihkan tentangnya? Bahkan ketika dia mengerti kebenaran, dia tidak melakukannya. Bahkan ketika dia melihat masalah, dia tidak berupaya dan tidak mengambil tanggung jawab untuknya; dia tahu bahwa itu adalah tanggung jawabnya, tetapi dia tidak melakukannya dengan segenap hati. Jika engkau tidak mengemban tanggung jawab yang ada dalam tanganmu, apakah nilai dari tanggung jawab remeh yang engkau lakukan? Apakah dampaknya? Engkau hanya melakukan upaya sepele, dengan mengatakan bahwa engkau mau melakukannya. Engkau tidak melakukannya dengan segenap hati, apalagi segenap kekuatanmu. Ini bukan melakukan tugasmu dengan standar yang dapat diterima, tidak ada kesetiaan di dalamnya; engkau hanya berpeluh mencari makananmu, dengan diterima sebagai seorang pengikut Tuhan. Apakah makna iman seperti ini? Iman seperti itu begitu tidak berharga—apakah nilainya? Ketika engkau melaksanakan tugasmu, engkau harus membayar harga. Engkau harus menanggapinya dengan sungguh-sungguh. Apakah arti menanggapinya dengan sungguh-sungguh? Melakukannya dengan sungguh-sungguh bukan berarti memberikan sedikit upaya atau menderita suatu siksaan fisik. Kuncinya adalah bahwa ada Tuhan dalam hatimu, dan beban. Dalam hatimu, engkau harus menimbang pentingnya tugasmu, dan kemudian memikul beban dan tanggung jawab ini dalam semua yang engkau lakukan dan melakukannya dengan segenap hati. Engkau harus menjadikan dirimu layak bagi misi yang telah Tuhan berikan kepadamu, serta segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan untukmu, dan harapan-Nya untukmu. Hanya melakukan yang demikian berarti bersungguh-sungguh. Tidak ada gunanya engkau melakukannya asal-asalan; engkau mungkin bisa menipu orang, tetapi engkau tidak bisa membodohi Tuhan. Jika tidak ada harga yang riil dan tidak ada kesetiaan ketika engkau melakukan tugasmu, maka itu tidak memenuhi standar. Jika Engkau tidak menanggapi imanmu kepada Tuhan dan pelaksanakan tugasmu dengan sungguh-sungguh; jika engkau selalu melakukan dengan asal-asalan dan seenaknya dalam tindakan-tindakanmu, seperti seorang tidak percaya bekerja untuk bosnya; jika engkau hanya melakukan upaya sepele, melakukannya sembarangan setiap hari, mengabaikan masalah-masalah ketika engkau melihatnya, melihat tumpahan tercecer dan tidak membersihkannya, dan tanpa pandang bulu menepis segala sesuatu yang tidak menguntungkan engkau sendiri—maka bukankah ini masalah? Bagaimana seseorang seperti ini bisa menjadi anggota keluarga Tuhan? Orang-orang seperti itu adalah orang luar; mereka bukan dari rumah Tuhan. Dalam hatimu, engkau jelas tentang apakah engkau benar, bersungguh-sungguh, ketika engkau melakukan tugasmu, dan Tuhan memperhatikannya juga. Jadi, pernahkah engkau menanggapi pelaksanaan tugasmu dengan sungguh-sungguh? Pernahkah engkau menanggapinya dengan sepenuh hati? Sudahkah engkau memperlakukannya sebagai tanggung jawabmu, kewajibanmu? Sudahkah engkau mengesampingkan kepentinganmu sendiri untuknya? Pernahkah engkau angkat bicara ketika engkau mendapati suatu masalah ketika melakukan tugasmu? Jika engkau tidak pernah angkat bicara setelah mendapati masalah, atau bahkan tidak berpikir untuk itu, jika engkau segan merepotkan dirimu sendiri dengan hal-hal seperti itu, dan berpikir semakin sedikit masalah semakin baik—jika itulah prinsip yang engkau ambil terhadapnya, maka engkau tidak melakukan tugasmu; engkau berpeluh mencari makananmu, engkau melakukan pelayanan. Para pelaku pelayanan tidak termasuk dalam rumah Tuhan. Mereka adalah pekerja; sesudah menyelesaikan pekerjaannya, mereka mengambil uang mereka dan pergi, masing-masing pergi menurut jalannya sendiri dan menjadi seorang asing bagi yang lain. Itulah hubungan mereka dengan rumah Tuhan. Para anggota rumah Tuhan berbeda: mereka berusaha keras dalam segala sesuatu, mereka mengambil tanggung jawab, mata mereka melihat apa yang perlu dilakukan di rumah Tuhan dan mereka mengingat tugas-tugas itu dalam benak, mereka mengingat segala sesuatu yang mereka pikirkan dan lihat, mereka terbeban, mereka memiliki rasa tanggung jawab—inilah para anggota rumah Tuhan. Sudahkah engkau mencapai tahap ini? (Belum.) Maka engkau masih memiliki jalan yang panjang untuk ditempuh, jadi engkau harus terus mengejar! Jika engkau tidak menganggap dirimu sebagai anggota rumah Tuhan—jika engkau menganggap dirimu sebagai di luar rumah-Nya—maka bagaimana Tuhan memandangmu? Tuhan tidak memperlakukanmu sebagai orang luar; engkaulah yang menempatkan dirimu sendiri di luar pintu-Nya. Jadi, berbicara secara objektif, engkau tidak berada dalam rumah-Nya. Apakah ini ada hubungannya dengan apa yang Tuhan katakan atau tetapkan? Engkaulah yang sudah menempatkan akhir dan posisimu di luar rumah Tuhan—siapa lagi yang harus dipersalahkan?
Dikutip dari "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Saat ini, kebanyakan manusia (artinya semua orang kecuali anak-anak sulung) berada dalam keadaan ini. Aku telah menunjukkan hal-hal ini dengan sangat jelas, tetapi orang-orang ini tidak bereaksi dan masih peduli dengan kenikmatan kedagingan mereka. Mereka makan dan kemudian mereka tidur; mereka tidur dan kemudian mereka makan. Mereka tidak merenungkan firman-Ku. Bahkan ketika mereka berenergi, itu hanya sesaat; setelah itu, mereka masih sama seperti sebelumnya, sama sekali tidak berubah, seolah-olah mereka tidak mendengarkan Aku sama sekali. Ini adalah manusia tipikal, tidak berguna yang tidak punya beban; tukang bonceng yang paling kentara. Kelak, Aku akan meninggalkan mereka satu per satu; jangan khawatir! Satu per satu akan Kukirim mereka kembali ke jurang maut. Roh Kudus belum pernah bekerja dalam diri orang-orang semacam itu, dan apa pun yang mereka kerjakan mengalir dari karunia-karunia yang telah mereka terima. Ketika Aku berbicara tentang karunia, yang Kumaksudkan ini adalah orang-orang yang tidak memiliki hidup, yang adalah para pelaku pelayanan-Ku; Aku tidak menginginkan seorang pun dari antara mereka, dan Aku akan menyingkirkan mereka (tetapi saat ini, mereka masih sedikit berguna). Engkau yang adalah para pelaku pelayanan, dengarlah! Jangan pikir bahwa Aku memakaimu berarti Aku menyukaimu; tidak sesederhana itu. Kalau engkau mau Aku menyukaimu, engkau harus menjadi orang yang Kuperkenan dan yang Kusempurnakan sendiri. Inilah jenis orang yang Kukasihi. Bahkan seandainya orang mengatakan bahwa Aku telah melakukan kesalahan, Aku tidak akan pernah memungkirinya. Tahukah engkau akan hal ini? Mereka yang melakukan pelayanan hanyalah ternak dan kuda; bagaimana mungkin mereka menjadi anak-anak sulung-Ku? Bukankah hal itu tidak masuk akal? Bukankah hal itu akan menjadi sebuah pelanggaran terhadap hukum alam? Barang siapa memiliki hidup-Ku dan kualitas-Ku, mereka itulah anak-anak sulung-Ku. Ini adalah hal yang masuk akal; tak seorang pun dapat menyangkalnya. Itu harus terjadi demikian; karena kalau tidak, tidak akan ada seorang pun yang dapat menjalankan peran ini, dan tak seorang pun dapat menggantikannya. Hal ini bukanlah perkara yang dilakukan berdasarkan emosi, karena Akulah Tuhan yang benar itu sendiri; Akulah Tuhan yang kudus itu sendiri. Akulah Tuhan yang megah dan tak dapat disinggungitu sendiri!
Dikutip dari "Bab 102, Perkataan Kristus pada Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"