Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Memahami Kebenaran Sangatlah Penting
Hal terpenting bagi seseorang agar mampu melaksanakan tugas dengan memuaskan adalah berupaya keras demi kebenaran. Hanya dengan memahami prinsip-prinsip kebenaran, barulah orang mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip ini. Selain itu, orang perlu mempelajari berbagai bidang keahlian dan keterampilan khusus yang berkaitan dengan tugas mereka, juga sangat penting untuk mempelajari beberapa teknik sederhana dan nyata. Beberapa orang memiliki sedikit keahlian teknis, tetapi mereka tidak mengetahui cara menerapkan keahlian ini dalam tugas mereka. Ketika melakukan sesuatu, hati mereka tidak pernah yakin akan hal tersebut. Mereka tidak mengetahui cara mana yang benar untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan bermanfaat bagi orang lain, atau cara mana yang keliru dan melanggar prinsip-prinsip tersebut. Pikiran mereka kacau. Bagi mereka, sepertinya cara yang ini benar, tetapi cara-cara yang lain tampaknya juga dapat dilakukan. Mereka tidak pernah yakin bagaimana cara bertindak dengan benar dan tidak mengetahui cara menerapkannya agar mampu mengikuti jalan yang benar. Hal ini membuktikan apa? (Mereka tidak memahami kebenaran.) Orang-orang ini tidak memahami kebenaran. Mereka berada dalam kebingungan mengenai keadaan batinnya dan mengenai pemahaman serta standar penilaian mereka terhadap banyak hal. Ketika tidak sedang mengalami sesuatu, mereka merasa memahami berbagai hal dan segala sesuatunya mudah bagi mereka. Namun, saat benar-benar menghadapi situasi yang nyata, mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, bagaimana menanganinya, atau bagaimana tindakan yang tepat. Baru pada saat itulah mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki apa-apa dan tidak memahami kebenaran sama sekali. Doktrin-doktrin yang telah mereka ceramahkan sebelumnya tidak ada gunanya. Mereka tidak memiliki pilihan selain meminta nasihat dari orang lain dan mendiskusikan situasinya dengan orang-orang tersebut. Inilah yang terjadi ketika orang yang tidak memahami kebenaran menghadapi suatu situasi. Mereka bingung, penuh dengan kecemasan, mereka merasa bahwa melakukan hal ini salah dan melakukan hal itu juga tidak benar, serta tidak mampu menemukan jalan yang benar. Pada saat itu, barulah mereka menyadari bahwa tanpa kebenaran, mengambil satu langkah saja sudah sangat sulit! Apa yang paling dibutuhkan orang-orang semacam itu pada saat seperti ini? Apakah itu falsafah dan ilmu pengetahuan dari Iblis, atau pemahaman akan kebenaran? Hal yang terpenting adalah memahami kebenaran. Jika engkau tidak memahami kebenaran, sekalipun engkau telah menyelesaikan suatu pekerjaan, engkau tidak akan merasa yakin tentang hal itu. Engkau tidak akan mengetahui apakah engkau telah melakukannya dengan benar, atau akan seperti apa hasilnya setelah pekerjaan itu selesai. Engkau tidak mampu menilai hal tersebut. Mengapa engkau tidak mampu menilainya? Mengapa hatimu selalu penuh ketidakpastian? Penyebabnya adalah ketika engkau melakukan sesuatu, engkau tidak yakin apakah engkau melakukannya dengan cara yang sesungguhnya dan benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip, apakah yang sedang kauterapkan adalah prinsip-prinsip, dan apakah penerapanmu itu sesuai atau tidak dengan kebenaran. Engkau tidak mampu memastikannya. Ketika engkau mencapai sedikit hasil dalam melaksanakan tugasmu, engkau akan merasa sangat mampu dan telah mendapatkan modal sehingga engkau berpuas diri. Namun, ketika tugasmu tidak memberikan hasil yang jelas atau tidak memenuhi standar prinsip-prinsip, engkau akan langsung bersikap negatif dan berpikir, "Kapan Tuhan akan mencerahkan aku? Mengapa Tuhan selalu mencerahkan orang lain, sementara aku tidak menerima inspirasi, pencerahan, dan penerangan?" Terkadang, mungkin engkau merasa telah melakukan sesuatu dengan niat yang benar dan melakukan banyak upaya, jadi engkau berharap bahwa Tuhan akan menerima, memperkenan, dan mengakui upayamu dengan sukacita. Namun, pada saat yang sama, engkau juga merasa takut Tuhan akan berfirman bahwa engkau telah melakukan tindakan yang keliru dan Dia tidak berkenan akan hal itu. Bukankah ini menunjukkan kekhawatiran akan untung dan rugi? Ketika engkau menyadari bahwa tingkat pertumbuhanmu kecil, engkau terlalu memberontak congkak, dan berpuas diri setiap kali mencapai hal sekecil apa pun, engkau akan merasa dirimu sangat rusak, engkau adalah setan dan Iblis, serta tidak layak menerima keselamatan dari Tuhan. Kemudian, setelah memperoleh beberapa pencapaian kecil lagi, engkau akan berpikir bahwa sebenarnya engkau tidaklah seburuk itu, engkau memiliki kemampuan dan dapat mencapai beberapa hasil, jadi engkau seharusnya diberi upah. Bukankah hal ini menunjukkan kekhawatiran akan untung dan rugi? Apa yang menimbulkan kekhawatiran akan untung dan rugi ini? Hal ini secara langsung berkaitan dengan kurangnya pemahaman akan kebenaran. Ketika orang tidak memahami kebenaran, hal itu akan menimbulkan banyak keadaan dan perwujudan. Yang paling utama adalah orang sering kali hidup dalam kekhawatiran akan untung dan rugi. Inilah keadaan normal mereka. Karena engkau tidak memahami kebenaran, engkau tidak akan mampu menilai kemampuanmu sendiri; engkau tidak mengetahui apa yang mampu dan tidak mampu kaulakukan. Karena engkau tidak memahami kebenaran, engkau tidak mengetahui prinsip-prinsip dan standar yang harus kauikuti ketika melaksanakan tugasmu, atau hasil yang harus kaucapai. Engkau juga tidak mengetahui tujuan dan arah hidupmu. Engkau tidak tahu mengapa Tuhan marah kepadamu, mengapa Tuhan berkenan kepadamu, atau mengapa Tuhan bersikap toleran terhadapmu. Engkau tidak mengetahui satu pun dari semua ini. Engkau tidak tahu di mana engkau harus menempatkan diri, engkau tidak mampu menilai apakah hal-hal yang kaulakukan telah memenuhi tugasmu sebagai makhluk ciptaan, dan apakah engkau telah melaksanakannya secara memuaskan. Terkadang, engkau melakukan sesuatu dengan perasaan takut, dan di saat yang lain, engkau berani dan sembrono. Keadaanmu tidak pernah stabil. Bagaimana keadaanmu menjadi tidak stabil? Pada akhirnya, hal ini berkaitan dengan kurangnya pemahaman akan kebenaran. Jika orang tidak memahami kebenaran, mereka menangani segala hal tanpa menggunakan prinsip-prinsip. Mereka benar-benar tak menentu dalam melakukan sesuatu dan selalu menyimpang dalam satu cara atau lainnya. Ketika tidak melakukan apa pun, mereka tampaknya memahami segalanya dan berbicara tentang doktrin dengan baik, tetapi ketika terjadi sesuatu dan mereka diminta untuk menangani hal tersebut, untuk menerapkan semua kebenaran yang mereka pahami dalam kehidupan nyata, mereka tidak memiliki jalan, tidak tahu prinsip apa yang harus digunakan, dan mereka berkata dalam hati, "Aku mengerti bahwa aku harus melaksanakan tugasku dengan setia, aku harus jujur, aku tidak boleh memiliki gagasan atau kesalahpahaman tentang Tuhan, aku harus tunduk kepada Tuhan, tetapi sebenarnya bagaimana seharusnya aku menangani hal ini?" Mereka terus memikirkannya dan mencoba menerapkan peraturan, tetapi akhirnya mereka tidak tahu peraturan mana yang harus diterapkan. Apakah menurutmu orang yang harus memeriksa buku firman Tuhan ketika terjadi sesuatu padanya adalah orang yang memahami kebenaran? Ini bukanlah pemahaman yang sebenarnya tentang kebenaran. Orang-orang seperti itu hanya memahami beberapa doktrin, tetapi belum memahami kenyataan kebenaran itu. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang biasanya mereka katakan, dan apa yang mereka yakini telah mereka pahami, hanyalah doktrin. Jika engkau memahami kebenaran, jika engkau memiliki kenyataan kebenaran, ketika terjadi sesuatu pada dirimu, engkau akan mengetahui cara untuk bertindak berdasarkan maksud Tuhan, dan cara untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip. Jika yang kaupahami hanyalah doktrin—dan bukan kebenaran—ketika ada hal yang benar-benar terjadi pada dirimu, jika engkau mengandalkan doktrin dan mengikuti peraturan, engkau tidak akan memiliki jalan keluar. Engkau tidak akan mampu menemukan prinsipnya dan tidak akan mampu menemukan cara untuk menerapkannya. Dengan kata lain, engkau tampak seolah-olah memahami aspek kebenaran, seolah-olah memahami makna dari firman kebenaran tersebut, dan seolah-olah memahami sedikit maksud Tuhan dan apa yang Tuhan tuntut—seolah-olah engkau mengetahui semua ini—tetapi ketika terjadi sesuatu pada dirimu, engkau tidak mampu menerapkan kebenaran, engkau menerapkan peraturan secara membabi-buta dan membuat segalanya menjadi kacau. Bukankah ini memalukan? Ketika terjadi sesuatu pada orang yang benar-benar memahami kebenaran, mereka akan mampu menemukan prinsip-prinsip yang harus diterapkan, mereka memiliki jalan untuk menerapkannya, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip kebenaran. Adapun orang-orang yang hanya mampu melontarkan kata-kata dan doktrin, mereka tampak seolah-olah memahami kebenaran, tetapi ketika tiba saatnya untuk bertindak, mereka menjadi benar-benar bingung. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang yang hanya melontarkan kata-kata dan doktrin sama sekali tidak memahami kebenaran. Orang-orang yang hanya melontarkan kata-kata dan doktrin sedang berusaha untuk menyesatkan orang lain, mereka adalah penipu. Mereka sedang menipu diri mereka sendiri dan orang lain. Artinya, mereka merugikan diri mereka sendiri dan juga orang lain!
Apakah sekarang engkau semua memahami lebih banyak kebenaran, atau lebih banyak doktrin? (Lebih banyak doktrin.) Apa penyebabnya? (Penyebabnya adalah tidak mengejar kebenaran.) (Tidak adanya upaya untuk merenungkan kebenaran.) Penyebabnya ada kaitannya dengan semua hal ini, tetapi semua alasan yang engkau semua berikan bersifat subjektif. Selain itu, ada alasan objektif, yakni yang berkaitan dengan kualitas seseorang. Ada orang yang telah mendengarkan khotbah-khotbah selama lebih dari sepuluh tahun tetapi tidak mampu membedakan antara kebenaran dan doktrin, mereka juga tidak mampu membedakan antara mengikuti aturan dan menerapkan kebenaran. Mereka mendengarkan khotbah dengan sungguh-sungguh dan berusaha dengan cermat untuk membuat penilaian, tetapi mereka tidak mampu membedakan antara keduanya. Mereka merasa bahwa persekutuan yang semua orang lakukan hampir sama semuanya, yakni, semuanya sangat bagus, dan semuanya sangat nyata. Setelah mendengarkan khotbah-khotbah, mereka tidak mampu membedakan doktrin dan kebenaran. Apakah ini adalah masalah kualitas? (Ya.) Dapatkah kualitasmu naik sampai pada taraf kenyataan kebenaran? Setiap kali para pemimpin dan pekerja bersekutu dalam pertemuan atau bergaul dan berinteraksi denganmu di lain waktu, dapatkah engkau semua membedakan seberapa banyak dari apa yang mereka katakan yang merupakan kenyataan kebenaran dan seberapa banyak yang merupakan doktrin? (Ya.) Jika engkau dapat membedakannya, itu membuktikan bahwa engkau semua memiliki kemampuan penilaian, dan engkau bukannya sama sekali tidak mampu membedakan. Jika engkau mampu membedakan keduanya, hal itu membuktikan bahwa kualitasmu tidaklah buruk. Kualitas orang dibagi menjadi beberapa tingkatan: buruk, sedang, baik, dan sangat baik. Pada dasarnya, ada empat tingkatan ini. Orang-orang dengan kualitas yang bahkan lebih buruk daripada yang buruk tidak mampu memahami kebenaran; mereka sama sekali tidak berkualitas. Mereka tidak mampu memahami apa pun yang mereka dengar dan tidak bertindak berdasarkan pemikiran, logika, atau prinsip-prinsip dalam apa pun yang mereka lakukan. Dalam pikiran mereka, segalanya kacau dan kusut. Mereka adalah orang-orang yang bingung, yang dalam bahasa percakapan sehari-hari mungkin kita sebut sebagai orang brutal. Jika kualitas mereka sangat buruk, itu artinya mereka cacat intelektual. Mereka tidak memiliki nalar orang normal. Inilah orang-orang yang mungkin kita sebut bodoh, setengah gila, atau tolol.
Orang dengan kualitas yang sangat buruk adalah orang yang memiliki ketidakmampuan intelektual. Kita tidak perlu membahasnya lebih jauh. Mari kita bahas bagaimana perwujudan kualitas buruk itu. Ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tetapi tetap belum memahami kebenaran. Mereka bahkan tidak mampu melaksanakan tugas dasar mengabarkan Injil, mereka tidak mampu mempersekutukan kebenaran, dan mereka tidak mampu memberikan kesaksian. Semua ini adalah perwujudan dari kualitas yang buruk. Apa perwujudan lainnya dari kualitas yang buruk? Setelah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun, orang-orang dengan kualitas yang buruk merasa bahwa semua khotbah itu sama saja. Semuanya membicarakan hal yang sama. Mereka tidak mampu membedakan dengan jelas perincian dari berbagai kebenaran, terlebih lagi membedakan antara kebenaran dan doktrin. Mereka bahkan tidak mampu mengucapkan kata-kata dan doktrin yang paling sederhana sekalipun, apalagi memahami kebenaran. Apakah orang-orang seperti itu memiliki kualitas yang paling buruk dari semuanya? Bagi orang-orang seperti itu, entah bagaimana cara mereka mendengarkan khotbah atau entah sudah berapa tahun mereka mendengarkan khotbah, mereka tidak mampu memahami khotbah-khotbah itu, dan mereka tidak memahami apa itu kebenaran atau apa yang dimaksud dengan mengenal diri sendiri. Terlepas dari berapa lama mereka telah percaya kepada Tuhan atau berapa banyak khotbah yang telah mereka dengarkan, pada akhirnya, mereka tetap tidak mampu menerapkan kebenaran. Mereka hanya mampu mengikuti beberapa aturan dan mengingat beberapa hal yang mereka anggap penting. Jika lebih dari itu, mereka tidak mampu mengingatnya. Apa penyebabnya? Karena kualitas mereka buruk, mereka tidak mampu mencapai kebenaran, dan tidak mampu memahami terlalu banyak hal. Paling-paling, mereka hanya mampu memahami beberapa doktrin yang dangkal. Paling-paling inilah yang mampu mereka capai. Orang-orang seperti itu kerap kali sangat congkak dan bercakap besar. Ada yang berkata, "Aku sudah percaya kepada Tuhan saat aku masih berada dalam kandungan ibuku. Aku sudah dikuduskan sejak lama, dan sudah lama dibaptis dan ditahirkan." Beberapa di antara mereka telah menerima pekerjaan Tuhan yang baru selama tiga, lima, atau bahkan sepuluh tahun, tetapi mereka tetap mengulangi hal yang sama. Bukankah ini menandakan kualitas yang buruk? Ada orang-orang yang berkata, "Kau mengatakan bahwa aku tidak mengenal diriku sendiri, padahal kau sendirilah yang tidak mengenal dirimu. Aku sudah dikuduskan sejak lama." Orang yang berkata seperti ini adalah orang-orang yang pemahaman rohaninya paling kurang, orang-orang yang kualitasnya paling buruk. Dapatkah engkau mempersekutukan kebenaran dengan orang-orang seperti itu? Tidak. Sebanyak apa pun engkau berbicara, mereka tidak akan memahami apa itu kebenaran, apa yang dimaksud dengan menerapkan kebenaran, apa artinya tunduk kepada Tuhan, apa artinya jalan masuk kehidupan, dan apa artinya mengalami perubahan watak. Mereka tidak mampu memahami hal-hal ini atau mencapai taraf ini. Dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka mengikuti beberapa aturan dengan penuh perhatian, misalnya menarik diri dari urusan duniawi, melepaskan dunia, tidak berurusan dengan Iblis, tidak berbuat jahat, lebih sedikit berbuat dosa, berpegang teguh pada nama Tuhan, tidak mengkhianati Tuhan, serta berdoa dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Hanya hal-hal seperti ini. Pada dasarnya, mereka tetap dibatasi oleh formalitas dari kepercayaan agama. Setelah mendengar begitu banyak firman Tuhan dan khotbah tentang kebenaran, mereka tetap tidak memahami apa yang mereka dengar. Makin banyak mereka mendengarkan, mereka makin merasa bingung, sehingga mereka tidak dapat menyerapnya sama sekali. Jika engkau bertanya kepada mereka apa yang Tuhan tuntut dari manusia pada tahap pekerjaan ini, mereka tidak bisa memberitahukannya kepadamu. Mereka hanya bisa mengatakan beberapa hal yang sederhana mengenai doktrin. Ini berarti bahwa kualitas mereka sangat buruk dan mereka tidak mampu memahami firman Tuhan.
Apa saja perwujudan dari orang-orang yang memiliki kualitas sedang? Perwujudan yang utama adalah mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami firman Tuhan. Setelah mendengarkan khotbah, mereka hanya memahami beberapa kata-kata dan doktrin, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan terang yang baru. Ketika ada hal yang menimpa mereka, mereka tetap tidak mampu mengatasinya, dan mereka juga tidak mampu menerapkan kebenaran. Mereka hanya bisa melontarkan doktrin-doktrin kosong dan mengikuti aturan-aturan. Ketika mendengarkan khotbah, mereka terlihat memahaminya, tetapi ketika ada hal yang menimpa mereka, mereka akan tetap mengikuti aturan-aturan dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka selalu mencela orang lain dengan melontarkan kata-kata dan doktrin. Setelah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka memahami banyak doktrin, dan ketika bersekutu dengan orang lain, mereka bisa berbicara sedikit lebih banyak mengenai pengetahuan mereka. Mereka mampu mengungkapkan maknanya secara lengkap dan konkret serta mampu melakukan percakapan normal dengan orang lain. Namun, mereka tetap belum memahami apa itu kebenaran atau apa itu kenyataan. Mereka mengira bahwa doktrin-doktrin yang mereka bicarakan adalah kenyataan kebenaran, dan mereka tidak dapat memahami apa yang orang lain katakan tentang pengalaman yang berkaitan dengan kenyataan kebenaran, tentang pemahaman orang-orang itu sendiri, atau tentang jalan penerapan. Orang yang memiliki kualitas sedang ini merasa bahwa kebenaran dan doktrin itu tidak ada bedanya. Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengarkan, mereka tidak mampu memahami kebenaran yang seharusnya mereka terapkan dan kebenaran yang seharusnya mereka miliki agar dapat diselamatkan. Mereka juga tidak mengetahui cara untuk memahami diri mereka sendiri, dan tidak mengetahui kebenaran apa yang harus mereka terapkan untuk membuang watak rusak mereka. Dalam kehidupan nyata, mereka hanya mampu mengikuti aturan, mengikuti ritual keagamaan, selalu menghadiri pertemuan, selalu mengajarkan doktrin kepada orang lain, dan selalu mengerahkan upaya untuk melaksanakan tugas mereka. Namun, dalam hal kebenaran yang mencakup perubahan watak, pengetahuan tentang watak rusak mereka sendiri, atau jalan masuk kehidupan, mereka tidak memasuki atau lebih mendalami semua itu. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas sedang. Orang yang memiliki kualitas sedang hanya mampu mencapai taraf ini. Ada orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan selama 20 atau 30 tahun tetapi tetap berbicara tentang doktrin saja. Pernahkah engkau semua berhubungan dengan orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi yang mereka lakukan hanyalah melontarkan doktrin-doktrin? (Ya.) Orang seperti ini memiliki kualitas sedang.
Apa saja perwujudan dari orang yang berkualitas baik? Terlepas dari berapa lama mereka telah percaya kepada Tuhan, setelah mendengarkan sebuah khotbah, mereka akan dapat mengatakan bahwa khotbah itu berbeda dari apa yang Alkitab katakan dan sama sekali berbeda dari apa yang diajarkan dalam agama. Mereka tahu bahwa khotbah itu lebih mendalam, lebih terperinci, dan benar-benar nyata. Oleh sebab itu, setelah menerima pekerjaan Tuhan yang baru, mereka mulai fokus menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Dalam kehidupan nyata, mereka melatih diri mereka sendiri dalam menerapkan dan mengalami firman Tuhan. Sebagai contoh, Tuhan berfirman, "Engkau semua harus menjadi orang yang jujur." Pada awalnya, orang-orang ini hanya menaati hal tersebut sebagai sebuah aturan, dan mengatakan apa pun yang ada dalam pikiran mereka. Lambat laun, selama mendengarkan khotbah-khotbah dan melalui pengalaman yang nyata, mereka terus menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan, pada akhirnya, mereka mengalami serta memahami apa makna yang sebenarnya dari menjadi orang jujur dan apa sebenarnya hidup itu. Mereka memiliki kemampuan untuk menerapkan firman yang Tuhan ucapkan serta kebenaran yang mereka pahami dari khotbah-khotbah yang mereka dengarkan ke dalam kehidupan nyata mereka dan membuatnya sebagai kenyataan mereka sendiri. Dengan pengalaman yang nyata, pengalaman hidup mereka sedikit demi sedikit menjadi makin dalam. Ketika orang-orang ini mendengarkan khotbah atau membaca firman Tuhan, mereka mampu memahami kebenaran yang terkandung di dalamnya. Apa yang dimaksud dengan kebenaran dalam hal ini? Kebenaran ini bukanlah doktrin yang kosong, bukan cara mengungkapkan sesuatu secara khusus, bukan teori tentang suatu hal tertentu. Sebaliknya, hal ini mencakup kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam kehidupan nyata dan berbagai keadaan yang rusak yang orang perlihatkan. Orang dengan kualitas yang baik mampu mengenali keadaan-keadaan ini dan membandingkannya dengan apa yang Tuhan firmankan dan ungkapkan. Selanjutnya, mereka akan mengetahui cara menerapkannya berdasarkan firman Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan kualitas yang baik. Kualitas yang baik terutama tampak dalam hal apa? Kemampuan untuk memahami apa yang sedang dibicarakan dalam khotbah, memahami hubungan antara perkataan tersebut dengan keadaan diri yang sebenarnya, memahami pengaruh perkataan ini terhadap diri sendiri, dan mengaitkan perkataan ini dengan diri sendiri. Inilah kualitas yang baik. Selain mampu memahami perkataan tersebut dan mengaitkannya dengan diri sendiri, orang yang berkualitas baik juga mampu memahami prinsip-prinsip penerapan dalam kehidupan nyata serta menerapkan prinsip-prinsip ini pada setiap kesulitan atau situasi yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka yang nyata. Inilah arti dari memiliki wawasan. Hanya orang-orang dengan wawasan seperti itulah yang benar-benar memiliki kualitas yang baik.
Ketika orang-orang yang kualitasnya biasa saja memperlihatkan sebagian dari watak mereka yang rusak, mereka tidak mampu memahami keadaan mereka sendiri atau esensi masalahnya dengan jelas. Mereka hanya menilai hal tersebut dengan mencocokkannya dengan doktrin-doktrin yang mereka pahami. Mereka tidak mampu memahami esensi dari masalahnya atau mengenali sumber esensi tersebut dan aspek yang melibatkan kebenaran. Ketika diperhadapkan dengan situasi tertentu, setelah mereka dipangkas, setelah menelaah dan menganalisis situasinya, mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan pemahaman tentang situasi itu sendiri. Namun, ketika diperhadapkan dengan keadaan atau situasi yang berbeda, lagi-lagi mereka tidak akan memahaminya, tidak akan mengetahui apa yang harus dilakukan, dan tidak akan menemukan prinsip-prinsip yang harus diikuti. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang biasa saja. Adapun orang-orang yang kualitasnya baik, mengapa kita mengatakan bahwa mereka memiliki kualitas yang baik? Ketika diperhadapkan dengan situasi tertentu, orang-orang yang berkualitas baik mungkin tidak langsung memiliki jalan penerapan, tetapi mereka mampu menemukan sebuah jalan dengan mendengarkan khotbah atau mencari firman Tuhan. Lalu, mereka akan mengetahui cara menghadapi situasi tersebut. Akankah mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan jika lain kali mereka menghadapi situasi serupa? (Ya.) Mengapa demikian? (Mereka bukan hanya mengikuti aturan. Mereka mampu merenungkan situasi untuk menemukan jalan, dan kemudian menerapkan pelajaran yang telah mereka petik pada situasi serupa.) Benar, mereka telah menemukan prinsipnya dan mereka memahami aspek kebenaran ini. Begitu mereka memahami kebenaran, mereka akan mengetahui keadaan, penyingkapan, dan watak rusak dari orang-orang yang dimaksudkan oleh aspek kebenaran ini, serta hal-hal dan keadaan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka, dan berbagai persoalan yang berkaitan dengannya. Mereka mengetahui dengan jelas prinsip-prinsip untuk melakukan hal seperti itu, dan ketika menghadapi situasi serupa di masa mendatang, mereka mengetahui cara menerapkannya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Inilah artinya memahami kebenaran dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, karena ada orang-orang yang mampu memahami kebenaran, karena mereka memiliki kualitas untuk memahami kebenaran, mereka mampu menjadi pemimpin tim atau pemimpin gereja. Namun, ada pula orang-orang yang hanya mampu memahami hingga taraf doktrin, sehingga mereka tidak mampu menjadi pemimpin kelompok karena tidak mampu memahami prinsip-prinsip atau menangani pekerjaan pengawasan. Memintamu untuk melayani sebagai pemimpin tim berarti memintamu untuk memikul tanggung jawab kepemimpinan dan menangani pekerjaaan pengawasan. Apa yang harus kaugunakan dalam pekerjaan pengawasan? Bukan doktrin, slogan, pengetahuan, ataupun gagasan. Pekerjaan pengawasan menuntutmu untuk menggunakan prinsip-prinsip kebenaran. Inilah prinsip tertinggi dan paling mendasar yang digunakan dalam melakukan segala sesuatu di rumah Tuhan. Jika kualitasmu biasa saja atau buruk dan engkau tidak mampu memahami kebenaran, bagaimana engkau mampu menangani pekerjaan pengawasan? Bagaimana engkau mampu memikul tanggung jawab ini? Engkau tidak memenuhi syarat untuk pekerjaan ini, tugas ini. Ada orang-orang yang dipilih sebagai pemimpin tim, tetapi mereka tidak memahami kebenaran dan tidak mampu mencapai hasil apa pun. Mereka tidak layak disebut sebagai pemimpin tim dan harus digantikan. Ada orang-orang yang dipilih sebagai pemimpin tim, dan karena mereka dapat memahami sejumlah prinsip kebenaran, mereka mampu bertanggung jawab atas pekerjaan itu dan memecahkan sejumlah masalah yang nyata. Inilah yang membuat seseorang memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut dan cocok menjadi pemimpin tim. Ada orang-orang yang tidak mampu melakukan pekerjaan atau melaksanakan tugas mereka dengan baik. Apa alasan utamanya? Bagi sebagian kecil dari orang-orang seperti itu, penyebabnya adalah mereka memiliki kemanusiaan yang buruk. Namun, bagi sebagian besar dari mereka, alasannya adalah kualitas mereka yang rendah. Inilah yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan pekerjaan mereka atau melaksanakan tugas mereka dengan baik. Entah itu memahami kebenaran, atau mempelajari suatu profesi atau keterampilan khusus, orang-orang dengan kualitas yang baik mampu memahami prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, mencapai sumber permasalahannya, dan mengenali kenyataan serta esensinya. Dengan cara ini, dalam segala hal yang mereka lakukan, dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan, mereka membuat penilaian yang tepat serta menentukan standar dan prinsip-prinsip yang benar. Inilah yang dimaksud dengan kualitas yang baik. Orang-orang yang berkualitas baik mampu melakukan pengawasan terhadap berbagai pekerjaan di rumah Tuhan. Orang-orang yang berkualitas sedang atau buruk tidak mampu melakukan pekerjaan seperti itu. Ini sama sekali bukan berarti bahwa rumah Tuhan lebih menyukai atau memandang rendah orang-orang tertentu, atau memperlakukan orang secara berbeda, hanya saja banyak orang tidak mampu melakukan pengawasan karena kualitas mereka. Mengapa mereka tidak mampu melakukan pengawasan? Apa sumber masalahnya? Sumber masalahnya adalah karena mereka tidak memahami kebenaran. Mengapa mereka tidak memahami kebenaran? Karena kualitas mereka biasa saja, atau bahkan sangat buruk. Inilah sebabnya mereka tidak memiliki pemahaman akan kebenaran, dan mereka tidak mampu memahami kebenaran ketika mereka mendengarnya. Ada orang-orang yang mungkin tidak memahami kebenaran karena mereka tidak mendengarkan dengan saksama, atau mungkin saja karena mereka masih muda dan belum memiliki konsep iman kepada Tuhan, dan kebenaran tidak terlalu menarik bagi mereka. Namun, semua ini bukanlah alasan utamanya. Alasan utamanya adalah karena kualitas mereka tidak cukup baik. Bagi orang-orang yang kualitasnya rendah, apa pun tugas mereka atau berapa lama pun mereka telah melakukan pekerjaan itu, sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar atau seperti apa pun caramu mempersekutukan kebenaran dengan mereka, mereka tetap tidak akan mampu memahaminya. Mereka mengulur pelaksanaan tugas mereka, membuat kekacauan besar atas banyak hal, dan tidak mencapai apa pun. Bagi sebagian orang yang melayani sebagai pemimpin tim dan mengawasi beberapa pekerjaan, ketika mereka pertama kali mengemban tanggung jawab atas pekerjaan tersebut, mereka tidak memahami prinsip-prinsipnya. Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, mereka mulai memahami kebenaran dan prinsip-prinsip dengan mencari tahu dan mengajukan pertanyaan. Kemudian, berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, mereka mampu melakukan pengawasan dan mengerjakannya sendiri. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas. Bagi orang-orang lainnya, engkau bisa memberitahukan kepada mereka semua prinsipnya dan bahkan menjelaskan secara terperinci bagaimana cara untuk melaksanakan pekerjaan itu, dan mereka akan tampak memahami apa yang kausampaikan kepada mereka, tetapi mereka tetap tidak mampu memahami prinsip-prinsip tersebut ketika mereka mengerjakan sesuatu. Sebaliknya, mereka mengandalkan pemikiran dan imajinasi mereka sendiri, bahkan meyakini bahwa itu benar. Namun, mereka tidak mampu mengatakannya dengan jelas dan tidak benar-benar mengetahui apakah mereka melakukan hal tersebut berdasarkan prinsip. Jika ditanyai oleh Yang di Atas, mereka menjadi bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Mereka baru merasa tenteram ketika Yang di Atas yang melakukan pengawasan dan memberikan bimbingan. Ini memperlihatkan bahwa kualitas mereka sangat buruk. Dengan kualitas yang seburuk itu, mereka tidak mampu memenuhi tuntutan Tuhan atau memenuhi prinsip-prinsip kebenaran, apalagi melaksanakan tugas mereka dengan memuaskan.
Aku baru saja menyebutkan bahwa ada taraf lain di atas kualitas yang baik, yakni kualitas yang sangat baik. Setelah orang-orang dengan kualitas yang sangat baik mulai percaya kepada Tuhan, mereka membaca firman Tuhan dan, sedikit demi sedikit, mereka mulai mengalami, merasakan, serta memahami apa yang dimaksud dengan berbagai keadaan yang disebutkan dalam firman Tuhan. Sekalipun mereka menerima sangat sedikit perbekalan atau bantuan, mereka mampu menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan, menuntut diri mereka sendiri berdasarkan prinsip-prinsip, arahan, dan standar seperti yang diberitahukan dalam firman Tuhan, serta menghindari penyimpangan dan kekeliruan. Dengan makan dan minum firman Tuhan, mereka mampu memahami kebenaran dan mulai mengenal diri mereka sendiri serta Tuhan. Ini adalah kualitas tertinggi, dan orang-orang seperti itu memiliki wawasan yang paling luas. Katakan kepada-Ku, adakah orang-orang seperti ini di antara manusia? Mungkin engkau semua tidak dapat menemukan orang-orang seperti ini di antara manusia zaman sekarang, tetapi dapatkah engkau semua mengingat orang yang seperti ini di dalam Alkitab? (Ya, Ayub dan Petrus.) Keduanya, Ayub dan Petrus, termasuk dalam golongan ini. Mereka termasuk di antara manusia dengan kualitas tertinggi. Terlepas dari kemanusiaan, karakter, dan iman mereka kepada Tuhan, dari segi kualitas, mereka adalah dua orang dengan kualitas tertinggi. Apa dasar untuk mengatakan hal ini? (Ayub tidak pernah membaca firman Tuhan, tetapi dia mengenal Tuhan, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.) Tuhan tidak pernah berfirman kepada Ayub, jadi dari mana asalnya pengalaman dan pengetahuannya? Ayub melakukan pengamatan dan penemuan dalam hidupnya, kemudian mencernanya dengan cermat. Hal itu menimbulkan kesan tertentu dalam hatinya dan memberinya pencerahan serta penerangan. Dia memahami kebenaran sedikit demi sedikit, dan setelah memahami kebenaran, dia menerapkan hal tersebut berdasarkan pemahamannya akan kebenaran, dan secara berangsur-angsur dia menjadi takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. "Takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan" adalah ungkapan yang seharusnya orang taati dan terapkan. Ini adalah jalan tertinggi yang seharusnya orang ikuti. Dalam pandangan generasi-generasi selanjutnya, Ayub tampak menerapkan ungkapan ini dengan cukup mudah. Engkau menganggapnya sederhana dan mudah karena engkau tidak mengetahui atau belum pernah mengalami ungkapan ini secara nyata. Bagaimana Ayub mendapatkan ungkapan ini? Dia mendapatkan ungkapan ini melalui pengalamannya sendiri yang nyata. Dalam pandangan orang, ungkapan "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan" seharusnya menjadi semboyan; mereka harus mengikuti dan menerapkannya sebagai prinsip kebenaran. Ini memang benar. Namun, Ayub tidak berfokus pada cara mengatakannya; dia hanya berfokus pada cara bertindak. Jadi, bagaimana dia sampai pada prinsip yang dia terapkan? (Melalui pengalaman hidupnya sehari-hari.) Bagaimana dia mampu mengikuti prinsip ini dalam tindakannya? (Melalui pengalaman hidupnya, dia mulai mengenal Tuhan.) Dia melihat perbuatan Tuhan dan pekerjaan yang Tuhan lakukan pada diri manusia dalam kehidupan normalnya. Melalui pengalaman-pengalaman ini, dia memiliki rasa takut akan Tuhan, iman kepada Tuhan, rasa hormat, serta ketundukan dan kepercayaan yang sejati. Seperti itulah timbulnya rasa takut akan Tuhan dalam diri Ayub. Dia tidak dilahirkan dengan mengetahui bagaimana takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan inti sari dari penerapan dan perilakunya setelah dia percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa hal itu merupakan esensi dari perilaku, pengetahuan, dan prinsip-prinsip tindakannya. Sikapnya, apa yang telah diperlihatkannya, dan caranya berperilaku di hadapan Tuhan, serta niatnya yang terdalam dan prinsip-prinsip tindakannya, esensi dari semua perwujudan ini adalah bahwa Ayub takut akan Tuhan. Seperti inilah Tuhan menggambarkan Ayub. Ayub mampu melakukan hal-hal ini, tetapi itu bukan karena Tuhan mengucapkan banyak firman kepadanya atau membekalinya dengan banyak kebenaran, di mana setelah itu dia berangsur-angsur memiliki rasa takut akan Tuhan melalui pemahamannya sendiri. Pada zaman itu, Tuhan tidak berfirman kepadanya dengan jelas. Yang dapat Ayub lihat paling-paling adalah para utusan Tuhan; dan yang dapat dia dengar paling-paling adalah legenda atau cerita tentang Tuhan yang diturunkan dari nenek moyangnya. Hanya inilah yang dapat dia ketahui. Namun, dengan mengandalkan informasi ini saja, Ayub lambat laun mempelajari lebih banyak hal dan mempelajari hal-hal yang lebih nyata dari kehidupan yang dijalaninya. Lambat laun, imannya kepada Tuhan menjadi makin kuat, dan rasa takut yang sejati akan Tuhan juga timbul dalam dirinya. Setelah kedua hal ini timbul dalam dirinya, tingkat pertumbuhan dan kualitas Ayub yang sebenarnya menjadi jelas. Apa yang dapat kita pelajari dari Ayub? Kita dapat mempelajari bahwa ada banyak kebenaran—kebenaran yang berkaitan dengan maksud Tuhan, yang berkaitan dengan mengenal Tuhan, yang berkaitan dengan tuntutan Tuhan bagi manusia, dan keselamatan manusia—yang sebenarnya dapat dipahami sedikit demi sedikit oleh orang-orang dalam kehidupan mereka sehari-hari, asalkan mereka memiliki pemikiran manusia yang normal dan kualitas. Ayub merupakan contoh dari hal ini. Dia mampu memahami beberapa hal yang nyata. Apa yang dia pahami? Semboyannya yang tertinggi, yang menjadi makin teguh saat dia mengalami ujian-ujiannya; ini juga merupakan pemahamannya yang tertinggi. Apa semboyan atau pemahaman yang tertinggi ini? ("Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21).) Dalam umat manusia pada zaman ini, adakah orang yang memiliki pemahaman yang benar mengenai masalah ini, sama seperti Ayub? Adakah orang yang mampu mencapai pemahaman seperti Ayub? (Tidak ada.) Yang orang pahami sekarang hanyalah doktrin. Perkataan ini muncul dari pengalaman Ayub. Generasi-generasi selanjutnya mampu mengucapkan perkataan ini, tetapi mereka tidak memiliki pemahaman akan perkataan tersebut dalam hati mereka. Pada awalnya, Ayub juga tidak memiliki pemahaman ini, tetapi perkataan ini berasal dari dirinya dan timbul dari pengalamannya secara langsung. Ayub mengalami kenyataan ini. Sebanyak apa pun generasi selanjutnya telah mencontoh dan meniru Ayub, mereka sebenarnya hanya memahami sebuah doktrin. Mengapa Kukatakan bahwa itu hanyalah sebuah doktrin? Pertama, karena orang tidak mampu menerapkannya. Kedua, orang sama sekali tidak memiliki pengalaman yang Ayub alami, dan tidak memiliki pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman ini, sehingga pengetahuan mereka kosong. Sesering apa pun engkau mengucapkannya atau sekeras apa pun engkau berteriak—"Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh. Aku rela untuk tunduk pada semua pengaturan dan penataan Tuhan"—ketika ada hal-hal yang menimpamu dalam hidup ini, mampukah engkau mengakui di dalam hatimu bahwa itu adalah pekerjaan Tuhan? Jika Tuhan mengambil dan memusnahkan, masihkah engkau mampu memuji nama Tuhan di dalam hatimu? Ini sulit bagimu. Mengapa sangat berat bagimu untuk melakukan hal ini? Itu karena engkau tidak mengetahui maksud awal Tuhan dalam melakukan hal ini, dan engkau juga tidak mengenali kedaulatan-Nya. Engkau tidak bisa memahami kedua hal ini. Engkau tidak mampu memahami maksud Tuhan, engkau juga tidak mampu memahami kedudukan yang seharusnya ditempati oleh makhluk ciptaan, ketundukan yang harus dimiliki oleh makhluk ciptaan, atau tindakan yang harus diambil oleh makhluk ciptaan. Engkau tidak mampu melakukan satu pun dari semua ini. Jadi, ketika engkau mengucapkan perkataan Ayub, tanpa kausadari perkataan itu menjadi hampa, tak lebih dari kata-kata hiasan yang elegan. Oleh karena itu, meskipun engkau maupun Ayub mengucapkan perkataan yang sama, pengertian dan pemahaman Ayub akan perkataan ini di dalam hatinya berbeda denganmu, dan dia mengucapkan perkataan ini dengan perasaan yang berbeda denganmu. Ini merupakan dua kondisi pikiran yang sangat berbeda. Biasanya Ayub tidak mengucapkan perkataan seperti ini. Namun, ketika Tuhan mengambil segalanya dari dirinya, Ayub bersujud di tanah dan memuji perbuatan Tuhan. Sementara itu, engkau sering mengkhotbahkan perkataan ini, tetapi bagaimana engkau akan bersikap jika Tuhan mengambil segalanya darimu? Akankah engkau mampu berlutut dan berdoa? Engkau tidak akan mampu tunduk. Sekalipun di luarnya engkau berkata, "Aku harus tunduk. Tuhan-lah yang telah melakukan hal ini, dan kita manusia tidak memiliki kemampuan serta tidak mampu menentang, jadi aku akan membiarkan semua ini terjadi," apakah ini ketundukan sejati? Terlepas dari natur emosimu yang negatif, suka memberontak, dan suka menentang, adakah perbedaan antara sikapmu dan Ayub? (Ya.) Ada perbedaan yang sangat besar, yaitu perbedaan antara memiliki dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Ini adalah perbedaan yang jelas antara hal-hal yang telah dialami dan dipahami seseorang yang menjadi perwujudan yang wajar dalam hidupnya, dan sekadar memahami doktrin tanpa memiliki kenyataan. Saat tidak diperhadapkan pada masalah apa pun, orang akan mengkhotbahkan perkataan Ayub, tetapi ketika ada hal yang terjadi pada diri mereka, banyak orang tidak mampu mengucapkannya. Ini menunjukkan bahwa mereka hanya memahami doktrin. Perkataan ini belum menjadi hidup mereka dan tidak membimbing pemikiran serta sikap mereka ketika terjadi sesuatu pada diri mereka. Namun, ketika masalah menimpa orang-orang yang menghayati perkataan ini sebagai hidup mereka, jelas terlihat bahwa perkataan tersebut bukan sekadar semboyan yang mereka khotbahkan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga merupakan sikap mereka yang sesungguhnya terhadap orang, peristiwa, dan hal-hal. Bahkan, ini adalah sikap mereka yang sesungguhnya terhadap Tuhan. Perkataan ini merupakan perwujudan dari hidup mereka, bukan sekadar slogan yang mereka teriakkan. Inilah yang menekankan perbedaan antara memahami kebenaran dan tidak memahami kebenaran.
Sekarang, mari kita pertimbangkan Petrus. Mengapa kita mengatakan bahwa Petrus memiliki kualitas yang baik? Itu karena Petrus mampu memahami kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus dan memahami firman dari Tuhan Yesus. Zaman di mana Petrus hidup adalah Zaman Kasih Karunia. Jalan penebusan yang diajarkan Tuhan Yesus di Zaman Kasih Karunia lebih tinggi dibandingkan di Zaman Hukum Taurat. Jalan penebusan ini meliputi beberapa kebenaran mendasar tentang jalan masuk kehidupan manusia dan juga beberapa kebenaran yang semula mengenai perubahan watak manusia. Sebagai contoh, hal tersebut meliputi tunduk kepada Tuhan, tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, serta bagaimana seharusnya tanggapan orang ketika sebagian watak rusak mereka tersingkap. Meskipun tidak dibahas secara luas dan sistematis, hal tersebut tetap disebutkan. Tentu saja, hal tersebut jauh lebih banyak dibicarakan dibanding pada zaman Ayub, tetapi jauh lebih sedikit dibicarakan dibanding pada zaman sekarang. Meskipun tidak ada firman yang tercatat dalam Alkitab mengenai aspek-aspek kebenaran seperti perubahan watak manusia, sikap manusia terhadap Tuhan, esensi kerusakan yang terdapat jauh di lubuk hati manusia, atau perwujudan watak rusak orang, Tuhan Yesus pasti telah berbicara tentang hal tersebut hingga taraf tertentu. Hanya saja, orang tidak mampu mencapai taraf ini, sehingga firman ini tidak dicatat. Sebagai contoh, Tuhan Yesus mengatakan ini kepada Petrus: "Sesungguhnya Kukatakan kepadamu, malam ini juga, sebelum ayam jantan berkokok, engkau akan menyangkali-Ku sebanyak tiga kali" (Matius 26:34). Petrus menjawab perkataan itu: "Sekalipun harus mati bersama-Mu, aku tidak akan menyangkal-Mu" (Matius 26:35). Perkataan macam apa ini? (Ini adalah perkataan congkak yang menunjukkan tidak adanya pengenalan diri.) Ini adalah perkataan congkak yang diucapkan oleh orang yang tidak mengenal dirinya sendiri. Jadi, hal ini berkaitan dengan mengenal diri sendiri. Apa yang Petrus sadari setelah ayam berkokok? (Bahwa dia telah menyombongkan dirinya sendiri.) Ketika dia menyadari hal ini, apakah dia merasakan sesuatu di dalam hatinya? (Ya.) Setelah hal ini terjadi, apa reaksi pertamanya? (Penyesalan, hatinya dipenuhi dengan rasa bersalah.) Reaksi pertama Petrus adalah rasa bersalah dan penyesalan. Dia berkata, "Yang Tuhan firmankan itu benar. Apa yang kuucapkan tentang mengasihi Tuhan hanyalah suatu keinginan, cita-cita, dan semacam slogan. Aku tidak memiliki tingkat pertumbuhan seperti itu." Ketika diperhadapkan pada situasi penangkapan Tuhan Yesus, Petrus menjadi pengecut dan takut. Seseorang bertanya kepadanya, "Apakah itu Tuhanmu? Bukankah engkau mengenal-Nya?" Apa yang Petrus pikirkan dalam benaknya pada saat itu? "Ya, aku mengenal Dia, tetapi jika aku mengakui hal itu, mereka akan menangkapku juga." Karena sikapnya yang pengecut serta rasa takutnya akan penderitaan, dan karena dia takut akan ditangkap bersama Tuhan Yesus, dia tidak mengakui mengenal-Nya. Rasa takutnya mengalahkan imannya. Kalau begitu, apakah imannya sejati atau palsu? (Palsu.) Pada saat itulah dia menyadari bahwa apa yang sebelumnya dia katakan, "Tuhan, aku siap untuk dipenjara ataupun mati bersama-Mu," semuanya hanyalah angan-angan. Itu bukanlah imannya yang sejati, melainkan hanya perkataan yang kosong, slogan, dan doktrin. Dia tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang sebenarnya. Kapan dia menyadari bahwa dia tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang sebenarnya? (Ketika fakta-faktanya tersingkap.) Ketika diperhadapkan dengan fakta-fakta dan saat dia merasa bersalah serta menyesal, barulah dia menyadari, "Ternyata, iman dan tingkat pertumbuhanku sangat kecil, persis seperti yang Tuhan firmankan. Yang Tuhan firmankan itu benar. Apa yang kuucapkan kepada Tuhan pada saat itu hanyalah kecongkakan. Itu bukanlah iman sejati, melainkan dorongan sesaat. Ketika diperhadapkan dengan masalah, aku bersikap pengecut, tidak mau menanggung penderitaan, memiliki pemikiran yang egois, membuat pilihanku sendiri, tidak tunduk, dan tidak memiliki hati yang benar-benar mengasihi Tuhan. Sekecil itulah imanku, sekecil itulah tingkat pertumbuhanku." Penyesalannya membuat pemikiran-pemikiran ini muncul di dalam benaknya, bukan? Penyesalannya menunjukkan bahwa dia telah memiliki pengenalan akan dirinya sendiri dan penilaian yang tepat mengenai tingkat pertumbuhan, keadaan, dan imannya. Perjanjian Baru hanya mencatat bahwa Petrus menyangkal Tuhan tiga kali, tetapi tidak mencatat kesaksian pengalaman Petrus mengenai betapa dia sangat menyesal, kemudian berbalik arah, dan berubah. Sebenarnya, Petrus menulis surat-surat tentang hal ini, tetapi para penyunting Alkitab memutuskan untuk tidak menyertakan surat-surat tersebut. Ini jelas merupakan masalah, yang menunjukkan bahwa semua pemimpin gereja pada saat itu memperhatikan cara berkhotbah dan bersaksi, tetapi tak seorang pun dari mereka memahami pengalaman hidup. Mereka semua berfokus pada bagaimana para rasul itu berkhotbah dan bekerja, dan bagaimana mereka menanggung penderitaan, tetapi tidak mengetahui bahwa hal yang terpenting adalah jalan masuk kehidupan manusia, serta pemahaman orang akan kebenaran dan pengenalan akan Tuhan. Para penyunting Alkitab pada saat itu mencatat apa yang telah terjadi pada Petrus dalam istilah yang terlalu disederhanakan dan umum; sebaliknya, mereka mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Paulus secara dengan sangat terperinci dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut berat sebelah. Mereka tidak memahami apa itu kebenaran, dan apa artinya menjadi saksi bagi Tuhan. Mereka memuja Paulus, sehingga mereka memilih lebih banyak surat Paulus, sedangkan surat Petrus yang mereka pilih hanya sedikit. Dengan menyunting Alkitab seperti ini, mereka melakukan kesalahan prinsip, yang menyebabkan orang-orang yang percaya kepada Tuhan memuja dan mencontoh Paulus selama dua ribu tahun. Hal ini menyebabkan seluruh dunia agamawi menempuh jalan menentang Tuhan, dan menjadi kerajaan agama di bawah kendali antikristus. Mereka mengabaikan kesaksian Petrus yang sangat baik, dan hanya mencatat dua dari surat-surat Petrus, yakni surat Petrus yang pertama dan kedua. Namun, mengenai bagaimana sebenarnya pengalaman Petrus, bagaimana Tuhan mencerahkannya, apa yang Yesus katakan ketika menampakkan diri kepadanya, bagaimana Petrus menerima penghakiman, hajaran, pemangkasan, ujian, dan pemurnian dari Tuhan, bagaimana dia akhirnya rela untuk disalibkan terbalik, bagaimana Petrus sampai pada titik ini, bagaimana dia mencapai perubahan seperti itu dalam watak hidupnya, dan bagaimana dia mencapai iman serta ketundukan yang seperti itu, tidak ada catatan mengenai proses pengalaman ini. Seharusnya tidak seperti ini. Sungguh disayangkan bahwa hal-hal yang paling berharga ini tidak dicatat!
Mulai dari penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali terhadap Tuhan sebagaimana dicatat dalam keempat Injil hingga pada akhirnya Petrus disalibkan terbalik demi Tuhan, apa yang orang pahami ketika menggabungkan kedua peristiwa ini? Petrus berproses dari menyangkal Tuhan sebanyak tiga kali hingga akhirnya disalibkan terbalik demi Tuhan. Bukankah ada sebuah proses yang sulit di sini, sebuah proses yang layak untuk ditelusuri? Proses apa itu? (Proses jalan masuk kehidupan manusia dan perubahan wataknya.) Benar, perubahan watak manusia adalah sebuah perjalanan hidup di mana orang mampu meninggalkan serta mengorbankan diri demi Tuhan dan rela tunduk pada semua pengaturan Tuhan. Pengalaman hidup tepatnya adalah proses ini. Ini sama sekali bukan dramatisasi. Sejak awal ketika Petrus tidak berani mengakui bahwa dirinya adalah pengikut Tuhan Yesus, sampai pada akhirnya ketika dia memiliki keberanian dan iman, rela disalibkan terbalik demi Tuhan, dan mencapai taraf ini. Sungguh proses transformasi yang luar biasa yang dia alami dalam imannya, wataknya, dan ketundukannya! Tentu saja ada proses pertumbuhan di sini. Manusia zaman modern tidak perlu mengetahui secara persis proses pertumbuhan seperti apa ini karena firman yang diucapkan pada zaman sekarang adalah kebenaran yang harus dipahami oleh orang-orang yang mengalami pekerjaan Tuhan. Sekarang, Tuhan telah menjelaskannya kepada manusia dan memperlengkapi mereka dengan kebenaran ini. Jadi, seperti apa pengalaman Petrus? Setelah Tuhan Yesus pergi, tidak seorang pun memberitahukan kepadanya dengan jelas apa yang harus dia alami untuk mencapai ketundukan kepada Tuhan. Pada zaman di mana tidak ada firman Tuhan yang jelas baginya, dia akhirnya mencapai tingkat pertumbuhan dan iman yang rela untuk tunduk tanpa mengeluh atau membuat pilihannya sendiri. Katakan pada-Ku, kebenaran apa yang dia dapatkan pada akhirnya? Bagaimana dia mendapatkannya? Dia mendapatkan kebenaran itu dengan berdoa, mencari, dan kemudian sedikit demi sedikit mulai mengalami dan meraba-raba. Tentu saja, selama waktu itu, Petrus menerima pencerahan dan penerangan Tuhan, serta kasih karunia dan bimbingan khusus dari Tuhan. Terlepas dari semua itu, dia baru bisa mendapatkan wawasan melalui usahanya sendiri. Selama proses ini, pengenalan Petrus akan dirinya sendiri, akan maksud Tuhan, dan akan semua aspek kebenaran yang harus dimasuki orang secara berangsur-angsur berubah dari suram menjadi jelas, kemudian menjadi akurat, dan selanjutnya menjadi jalan penerapan yang nyata dan pasti. Proses ini terus berlangsung hingga akhir, ketika dia mampu untuk tunduk secara mutlak tanpa menyimpang sedikit pun. Dia baru berani menerapkan jalan ini setelah mendapatkan peneguhan di dalam hatinya. Dari mana asalnya peneguhan ini? Dengan meraba-raba serta dengan berdoa dan mencari. Dia telah mengizinkan Roh Kudus dan Tuhan untuk bertindak. Semuanya terjadi tanpa hambatan atau pendisiplinan. Dia mendapatkan pencerahan Roh Kudus, kedamaian, serta sukacita, sekaligus mendapatkan dukungan, berkat, dan bimbingan Tuhan. Beginilah cara Petrus menerima peneguhan. Setelah menerima peneguhan, dia terus maju dengan berani untuk mencari, meraba-raba, dan melakukan penerapan. Seusai melewati proses yang begitu rumit, Petrus secara berangsur-angsur memiliki pemahaman yang tepat akan aspek-aspek natur manusia, pengenalan akan diri sendiri, dan watak, serta berbagai keadaan yang diakibatkan oleh watak rusak manusia di berbagai keadaan. Setelah memahami keadaan tersebut, dia mulai mengerjakan hal-hal ini untuk mencari jalan penerapan yang sesuai. Pada akhirnya, dia membereskan masing-masing keadaan yang diakibatkan oleh berbagai watak rusak dalam situasi yang berbeda-beda. Bagaimana dia menyelesaikannya? Dia menyelesaikannya sedikit demi sedikit dengan menggunakan kebenaran dan prinsip-prinsip yang telah dicerahkan oleh Tuhan. Tentu saja, dia telah mengalami banyak ujian dan pemurnian selama waktu itu. Sampai sejauh mana Tuhan menguji dan memurnikan dirinya? Pada akhirnya, dia memahami maksud Tuhan dan mengerti bahwa Tuhan ingin agar orang memetik pelajaran tentang ketundukan. Jadi, sampai sejauh mana Tuhan bekerja dalam diri Petrus untuk membuatnya menyadari bahwa orang harus menerapkan ketundukan? Sebelumnya, kami sudah menyebutkan perkataan Petrus. Ingatkah engkau apa yang dikatakannya? ("Jika Tuhan memperlakukan aku seperti mainan, bagaimana mungkin aku tidak bersedia dan rela?") Benar, itulah perkataannya. Dalam proses mengalami dan menjalani pekerjaan atau bimbingan Tuhan, tanpa disadari perasaan ini bertumbuh dalam diri Petrus. "Bukankah Tuhan memperlakukan manusia seperti mainan?" Namun, tentu saja bukan hal ini yang mendorong tindakan Tuhan. Orang mengandalkan sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan mereka untuk menilai hal ini dan merasa bahwa Tuhan mempermainkan manusia begitu saja, seolah-olah mereka adalah mainan. Hari ini Dia menyuruh mereka melakukan satu hal, dan besok Dia menyuruh mereka melakukan hal yang lain. Tanpa disadari, engkau mulai merasa, "Oh, Tuhan sudah mengucapkan begitu banyak firman. Sebenarnya apa tujuan-Nya?" Orang merasa bingung dan agak kewalahan. Mereka tidak tahu pilihan apa yang harus diambil. Tuhan telah menggunakan cara ini untuk menguji Petrus. Apa hasil akhir dari ujian ini? (Petrus tunduk sampai mati.) Dia mencapai ketundukan. Inilah hasil yang Tuhan inginkan, dan Tuhan melihat hal itu. Perkataan apa yang Petrus ucapkan yang menunjukkan kepada kita bahwa dia telah menjadi tunduk dan memiliki tingkat pertumbuhan? Apa yang Petrus katakan? Bagaimana penerimaan dan pandangan Petrus terhadap semua yang telah Tuhan lakukan dan sikap Tuhan yang memperlakukan manusia seperti mainan? Bagaimana sikap Petrus? (Dia berkata: "Bagaimana mungkin aku tidak bersedia dan rela?") Ya, seperti itulah sikap Petrus. Tepat seperti itulah perkataannya. Orang yang tidak memiliki pengalaman tentang ujian dan pemurnian dari Tuhan tidak akan pernah mengucapkan perkataan ini karena mereka tidak memahami jalan ceritanya dan belum pernah mengalaminya. Karena belum pernah mengalaminya, mereka pasti tidak memahami masalah ini dengan jelas. Jika mereka tidak memahami masalah ini dengan jelas, bagaimana mungkin mereka mengucapkan perkataan itu dengan begitu santai? Ini adalah perkataan yang tak akan pernah terpikirkan oleh manusia. Petrus mampu mengucapkan itu karena dia telah mengalami begitu banyak ujian dan pemurnian. Tuhan mengambil banyak hal darinya, tetapi pada saat yang sama juga memberikan banyak hal kepadanya. Setelah memberi, Dia mengambil sekali lagi. Setelah mengambil beberapa hal darinya, Tuhan membuat Petrus belajar untuk tunduk dan kemudian memberikan sesuatu kepadanya sekali lagi. Dari sudut pandang manusia, banyak dari hal-hal yang Tuhan lakukan tampaknya berubah-ubah, sehingga membuat manusia beranggapan bahwa Tuhan memperlakukan mereka seperti mainan, tidak menghargai mereka, dan tidak memperlakukan mereka sebagai manusia. Manusia berpikir bahwa mereka hidup tanpa martabat, seperti mainan; mereka berpikir bahwa Tuhan tidak memberikan hak kepada mereka untuk menentukan pilihan dengan bebas, dan bahwa Tuhan dapat mengucapkan firman apa pun yang Dia inginkan. Ketika Dia memberikan sesuatu kepadamu, Dia berfirman, "Kau layak mendapatkan upah ini atas apa yang telah kaulakukan. Ini adalah berkat dari Tuhan." Ketika Dia mengambil sesuatu darimu, Dia mengucapkan firman yang lain. Dalam proses ini, apa yang seharusnya orang lakukan? Bukan hakmu untuk menilai apakah Tuhan itu benar atau salah, bukan hakmu untuk mengidentifikasi natur dari tindakan Tuhan, dan tentu saja bukan hakmu untuk memberikan martabat yang lebih besar pada hidupmu dalam proses ini. Bukan engkau yang seharusnya membuat pilihan ini. Ini bukanlah peranmu. Kalau begitu, apa peranmu? Melalui pengalaman, engkau harus belajar memahami maksud Tuhan. Jika engkau tidak mampu memahami maksud Tuhan dan tidak mampu memenuhi tuntutan Tuhan, satu-satunya pilihanmu adalah tunduk. Dalam keadaan seperti itu, akankah mudah bagimu untuk tunduk? (Tidak.) Tidak mudah untuk tunduk. Ini adalah pelajaran yang harus kaupetik. Jika mudah bagimu untuk tunduk, engkau tidak perlu memetik pelajaran, engkau tidak perlu dipangkas, dan tidak perlu mengalami ujian serta pemurnian. Karena sulit bagimu untuk tunduk kepada Tuhan, Dia terus-menerus mengujimu dan dengan sengaja mempermainkanmu seolah-olah engkau adalah mainan. Ketika tunduk kepada Tuhan sudah menjadi hal yang mudah bagimu, ketika engkau tidak mengalami kesulitan atau hambatan untuk tunduk kepada Tuhan, ketika engkau mampu untuk tunduk dengan rela dan bersukacita, tanpa bergantung pada pilihan, maksud, atau keinginanmu sendiri, Tuhan tidak akan memperlakukanmu seperti mainan, dan engkau akan bertindak persis seperti yang seharusnya. Jika pada suatu hari engkau berkata, "Tuhan memperlakukan aku seperti mainan, dan aku hidup tanpa martabat. Aku tidak bisa menerima hal ini dan aku tidak akan tunduk," mungkin itu adalah hari ketika Tuhan meninggalkanmu. Bagaimana jika engkau telah mencapai tingkat pertumbuhan di mana engkau dapat berkata, "Meskipun maksud Tuhan tidak mudah untuk dipahami dan Tuhan selalu bersembunyi dariku, semua yang Tuhan lakukan itu benar. Apa pun yang Tuhan lakukan, aku akan tunduk kepada-Nya dengan rela. Sekalipun aku tidak mampu untuk tunduk, aku tetap harus bersikap seperti ini dan tidak mengeluh ataupun membuat pilihanku sendiri. Karena aku adalah makhluk ciptaan. Tugasku adalah untuk tunduk, dan ini jelas merupakan kewajiban yang tak dapat kuhindari. Tuhan adalah Sang Pencipta, dan apa pun yang Tuhan lakukan itu benar. Aku tidak boleh memiliki gagasan atau imajinasi apa pun tentang apa yang Tuhan lakukan. Itu tidak pantas bagi makhluk ciptaan. Atas apa yang telah Tuhan berikan kepadaku, aku bersyukur kepada Tuhan. Atas apa yang tidak Tuhan berikan kepadaku atau yang Dia berikan kepadaku lalu Dia mengambilnya kembali, aku juga bersyukur kepada Tuhan. Semua tindakan Tuhan bermanfaat bagiku; bahkan sekalipun aku tidak mampu melihat manfaatnya, hal yang harus kulakukan tetaplah tunduk"? Bukankah perkataan ini memiliki kesan yang sama dengan ucapan Petrus ketika dia berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak bersedia dan rela"? Hanya orang-orang yang memiliki tingkat pertumbuhan seperti itulah yang benar-benar memahami kebenaran.
Selanjutnya, mari kita bersekutu tentang kualitas orang. Dalam menilai apakah seseorang memiliki kualitas atau tidak, lihatlah apakah dia mampu memahami maksud dan sikap Tuhan ketika terjadi sesuatu kepadanya dalam kehidupan sehari-hari, kedudukan yang seharusnya dia ambil, prinsip-prinsip yang seharusnya dia ikuti, serta sikap yang seharusnya dia miliki. Jika engkau mampu memahami semua ini, artinya engkau memiliki kualitas. Jika apa yang engkau pahami tidak ada hubungannya dengan semua yang Tuhan atur bagimu dalam kehidupan nyatamu, artinya engkau antara tidak memiliki kualitas atau berkualitas rendah. Bagaimanakah terbentuknya tingkat pertumbuhan sejati Petrus dan Ayub, dan bagaimanakah mereka akhirnya mendapatkan apa yang mereka peroleh dan menuai apa yang mereka tuai dari kepercayaan mereka kepada Tuhan? Mereka tidak menikmati apa yang engkau semua nikmati pada zaman sekarang. Engkau selalu memiliki seseorang untuk mempersekutukan kebenaran, membekalimu, mendukungmu, membantumu. Selalu ada seseorang yang melakukan pemeriksaan akhir untukmu. Mereka tidak memiliki hal itu. Sebagian besar kebenaran yang Petrus dan Ayub pahami didapatkan dari apa yang telah mereka sadari, apa yang telah mereka alami, apa yang secara berangsur-angsur mereka pahami dan lalui dalam kehidupan mereka sehari-hari. Inilah arti berkualitas tinggi. Ketika orang tidak memiliki kualitas tersebut, dan tidak memiliki sikap seperti ini terhadap kebenaran dan keselamatan, mereka tidak akan mencari kebenaran, juga tidak memperhatikan penerapan kebenaran dalam segala hal. Akibatnya, mereka tidak mampu mendapatkan kebenaran. Setelah mendengar kisah Ayub dan Petrus, kebanyakan orang merasa iri kepada mereka. Namun, setelah beberapa saat merasa iri, mereka tidak menganggap serius hal tersebut. Mereka merasa juga mampu mengucapkan perkataan klasik dari Ayub dan Petrus ketika terjadi sesuatu pada diri mereka, sehingga mereka menganggapnya gampang. Sekarang setelah kita merenungkannya, ternyata hal-hal itu tidaklah gampang.
Selain keempat Injil, surat-surat Paulus adalah yang mengisi tempat paling banyak dalam Perjanjian Baru. Selama rentang waktu yang sama, Paulus dan Petrus mungkin melakukan pekerjaan yang kurang lebih sama, tetapi reputasi Paulus jauh lebih unggul daripada Petrus. Apa yang dapat kita pelajari dari kedua situasi ini? Kita dapat melihat jalan yang ditempuh kedua pria ini. Banyak kalimat dari surat-surat Paulus digunakan sebagai semboyan oleh generasi-generasi selanjutnya, dan semua orang menggunakan perkataan Paulus yang terkenal untuk memotivasi diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka semua pada akhirnya menempuh jalan yang salah, dan bahkan banyak yang menempuh jalan antikristus. Sebaliknya, Petrus jarang menampilkan diri di depan umum. Pada dasarnya, dia tidak menulis buku, tidak mengemukakan doktrin yang mendalam dan membingungkan, serta tidak menyampaikan slogan atau teori yang muluk-muluk untuk mengajar dan menolong saudara-saudari pada masa itu; dia juga tidak memberikan teori yang muluk-muluk untuk mempengaruhi generasi mendatang. Dia hanya berusaha untuk mengasihi dan memuaskan Tuhan dengan cara yang nyata dan bersahaja. Inilah perbedaan antara jalan yang ditempuh mereka berdua. Pada akhirnya, Paulus menempuh jalan antikristus dan binasa, sedangkan Petrus menempuh jalan mengejar kebenaran serta mengasihi Tuhan, dan dia disempurnakan. Dengan mempertimbangkan jalan yang mereka tempuh, engkau dapat melihat orang seperti apa yang Tuhan inginkan, orang seperti apa yang tidak disukai Tuhan, penyingkapan dan perwujudan orang-orang yang tidak disukai Tuhan, jalan seperti apa yang mereka tempuh, hubungan seperti apa yang mereka miliki dengan Tuhan, dan hal-hal apa yang mereka perhatikan. Apakah menurutmu Paulus memiliki kualitas? Termasuk dalam golongan manakah kualitas Paulus? (Sangat baik.) Engkau semua telah mendengar begitu banyak khotbah tetapi masih belum memahaminya. Dapatkah kualitas Paulus dianggap sangat baik? (Tidak, kualitasnya buruk.) Mengapa kualitas Paulus buruk? (Dia tidak mengenal dirinya sendiri dan tidak mampu memahami firman Tuhan.) Itu karena dia tidak memahami kebenaran. Dia juga telah mendengar khotbah-khotbah yang Tuhan Yesus sampaikan, dan sementara dia bekerja, tentu saja, ada pekerjaan Roh Kudus. Jadi, setelah dia melakukan semua pekerjaan itu, menulis semua surat tersebut, dan melakukan perjalanan ke semua gereja itu, bagaimana mungkin dia tetap tidak memahami apa pun tentang kebenaran dan tidak mengkhotbahkan apa pun kecuali doktrin? Kualitas macam apa itu? Kualitas yang buruk. Terlebih lagi, Paulus menganiaya Tuhan Yesus dan menangkap murid-murid-Nya, kemudian Tuhan Yesus menjatuhkannya dengan cahaya terang dari surga. Bagaimana Paulus menyikapi dan memahami peristiwa besar yang menimpa dirinya ini? Cara pemahamannya berbeda dengan Petrus. Dia berpikir, "Tuhan Yesus telah menjatuhkanku, aku telah berdosa, jadi aku harus bekerja lebih keras untuk menebusnya, dan ketika perbuatanku yang baik telah mengimbangi kesalahanku, aku akan diberi upah." Apakah dia mengenal dirinya sendiri? Tidak. Dia tidak berkata, "Aku menentang Tuhan Yesus karena naturku yang jahat, naturku yang antikristus. Aku menentang Tuhan Yesus. Tidak ada hal yang baik dalam diriku!" Apakah dia memiliki pengenalan seperti itu tentang dirinya sendiri? (Tidak.) Lalu bagaimana dia mencatat peristiwa ini dalam surat-suratnya? Apa pandangannya tentang hal itu? (Dia merasa bahwa Tuhan memanggilnya untuk melakukan pekerjaan.) Dia yakin bahwa Tuhan telah memanggilnya dengan memancarkan cahaya yang sangat terang pada dirinya, dan bahwa Tuhan akan mulai memakainya secara luar biasa. Karena tidak memiliki sedikit pun pengenalan akan dirinya sendiri, dia yakin bahwa ini adalah bukti yang paling kuat bahwa dia akan diberi upah dan mahkota; ini juga merupakan aset terbesar yang dapat digunakannya untuk mendapatkan upah dan mahkota. Selain itu, jauh di lubuk hatinya, dia merasakan tusukan duri. Duri apakah itu? Duri itu adalah penyakit yang telah Tuhan berikan kepadanya sebagai hukuman atas penentangannya yang sengit terhadap Tuhan Yesus. Bagaimana dia menangani masalah ini? Dia selalu merasakan tekanan batin dan berpikir, "Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Aku tidak tahu apakah tuhan dapat mengampuni kesalahan itu atau tidak. Untunglah, tuhan Yesus telah menyelamatkan hidupku dan memberiku kepercayaan untuk mengabarkan Injil. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menebus kesalahanku. Aku harus mengabarkan Injil dengan segenap kekuatanku, dan mungkin bukan hanya dosa-dosaku akan diampuni, melainkan aku juga dapat menerima mahkota dan upah. Itu luar biasa!" Namun, dia tidak pernah mampu menyingkirkan duri ini, yang menyebabkan kekhawatiran di dalam hatinya. Dia selalu merasa tidak nyaman dengan hal itu. "Bagaimana aku dapat menebus kesalahan yang berat ini? Bagaimana aku dapat menghapusnya agar tidak mempengaruhi prospekku atau mahkota yang ingin kudapatkan? Aku harus melakukan lebih banyak pekerjaan bagi tuhan, membayar harga yang lebih mahal, menulis lebih banyak surat, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkeliling, melawan Iblis, dan memberikan kesaksian yang indah." Begitulah cara Paulus menyikapinya. Apakah dia merasakan penyesalan? (Tidak.) Dia tidak merasakan penyesalan sedikit pun, apalagi memiliki pengenalan akan dirinya sendiri. Dia tidak mengalami satu pun dari hal-hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa ada masalah dengan kualitas Paulus dan bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran. Dia tidak mampu memahami hal itu antara lain karena kemanusiaannya serta apa yang dikejarnya, dan sebagian lagi karena kualitasnya, dan dia juga tidak menyadari, "Manusia telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis. Natur manusia itu terlalu buruk, terlalu jahat. Natur manusia adalah natur Iblis dan antikristus. Inilah yang menjadi dasar dari penebusan Tuhan atas manusia. Manusia membutuhkan penebusan dari Tuhan. Jadi, bagaimana manusia harus datang ke hadapan Tuhan untuk menerima penebusan-Nya?" Paulus tidak pernah mengucapkan hal seperti itu. Dia sama sekali tidak memahami mengapa dia menentang dan mengutuk Yesus. Meskipun dia mengakui bahwa dialah pelaku utamanya, dia sama sekali tidak merenungkan masalah tersebut. Dia hanya memikirkan cara agar dia dapat menghapus dosa-dosa yang serius itu, bagaimana dia dapat menebusnya, membayarnya dengan perbuatan baik, dan pada akhirnya tetap mendapatkan mahkota dan upah yang dia harapkan. Apa pun yang terjadi kepadanya, dia tidak mampu memahami kebenaran ataupun maksud Tuhan dari hal-hal yang telah terjadi pada dirinya. Dia sama sekali tidak memahami maksud Tuhan. Paulus adalah orang yang terburuk dalam hal memahami kebenaran, jadi dapat kita katakan bahwa Paulus memiliki kualitas yang terburuk.
Mampukah orang-orang dengan kualitas yang sangat buruk memahami kebenaran? (Tidak.) Dapatkah orang-orang yang tidak mampu memahami kebenaran diselamatkan? (Tidak.) Orang-orang yang ingin diselamatkan harus memiliki kualitas yang memuaskan. Mereka setidaknya harus memiliki kualitas sedang, dan kualitasnya tidak boleh terlalu buruk. Mereka harus mencapai pemahaman akan kebenaran. Terlepas dari sejauh mana mereka mampu memahami kebenaran, mereka setidaknya harus mulai mengenal diri mereka sendiri berdasarkan pemahaman mereka akan kebenaran serta mengetahui cara menerapkan kebenaran. Dengan cara ini, mereka dapat diselamatkan. Mengapa Kukatakan bahwa dengan cara ini mereka dapat diselamatkan? Ketika engkau mampu mengaitkan hal-hal yang terjadi dalam kehidupanmu sehari-hari dengan kebenaran dan mampu memandang serta menyikapi segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan, engkau akan mampu mewujudkan firman Tuhan di kehidupan nyatamu dan, atas dasar ini, engkau akan mampu menerima penghakiman dari firman Tuhan, dipangkas oleh firman-Nya, serta mampu menerima ujian dan pemurnian dalam firman-Nya. Sebaliknya, jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau bahkan tidak memenuhi syarat untuk menerima penghakiman, ujian, dan pemurnian dari firman-Nya. Sebelum menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, setidaknya engkau harus memahami beberapa kebenaran, bersikap tunduk kepada Tuhan, dan telah mengalami perubahan dalam beberapa hal. Engkau juga harus mengetahui dengan sikap, mentalitas, dan sudut pandang seperti apa engkau harus menghadapi tindakan Tuhan. Semua hal ini berkaitan dengan kebenaran. Memang tidak benar bahwa menggunakan slogan-slogan agama yang sederhana, ritual-ritual keagamaan, dan aturan-aturan untuk menangani hal tersebut secara sembarangan ada kaitannya dengan kebenaran, dan juga tidak benar bahwa sekadar melakukan beberapa perbuatan baik melibatkan penerapan kebenaran. Tidak sesederhana itu. Berkenaan dengan apa yang kauketahui, apa yang kaualami, dan apa yang terjadi di sekitarmu, engkau harus mengetahui di dalam hatimu prinsip-prinsip apa yang harus kautaati. Hanya dengan cara inilah engkau dapat berkaitan dengan kebenaran. Selain itu, caramu menyikapi hal-hal yang Tuhan minta untuk kaulakukan, caramu menyikapi cara dan sikap Tuhan dalam memperlakukan dirimu, serta sikap dan sudut pandang yang kauambil, haruslah melibatkan kebenaran. Hanya dengan cara inilah engkau dapat memiliki jalan masuk kehidupan. Jika tidak, Tuhan tidak akan mampu melakukan pekerjaan apa pun pada dirimu. Apakah engkau memahaminya? (Kami paham.) Lihatlah para penganut agama yang taat pada aturan, berbicara tentang doktrin, dan berpura-pura baik. Perbuatan mereka terlihat baik di luarnya, tetapi mengapa Tuhan tidak pernah bekerja pada diri mereka? Itu karena hal-hal yang mereka lakukan dan semua perbuatan baik mereka tidak melibatkan kebenaran. Hanya perilaku mereka yang berubah, tetapi itu tidak mengubah watak mereka. Itu karena mereka tidak memenuhi tuntutan dan standar Tuhan. Ibarat seorang anak yang baru lulus SD ingin langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mungkinkah itu terjadi? Itu sama sekali tidak mungkin karena mereka tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, entah kita sedang berbicara mengenai jalan yang orang tempuh ataupun mengenai kemanusiaan dan kualitas mereka, orang setidaknya harus memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk diselamatkan. Yang paling utama, mereka harus memahami kebenaran, membuang watak rusak mereka, dan mampu untuk benar-benar tunduk kepada Tuhan.
Bagaimana kita menilai kualitas orang? Cara yang tepat untuk menilai orang adalah dengan melihat sikap mereka terhadap kebenaran dan apakah mereka mampu memahami kebenaran atau tidak. Ada orang-orang yang mampu mempelajari beberapa keahlian khusus dengan sangat cepat, tetapi ketika mendengar kebenaran, mereka menjadi bingung dan tertidur. Hati mereka menjadi kacau, apa pun yang mereka dengar tidak masuk ke dalam hati, dan mereka juga tidak memahami apa yang sedang mereka dengar. Itulah yang dimaksud dengan kualitas yang buruk. Ada sebagian orang yang tidak sependapat ketika engkau memberi tahu bahwa mereka berkualitas buruk. Mereka beranggapan bahwa berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas berarti bahwa mereka memiliki kualitas yang baik. Apakah pendidikan yang baik menunjukkan kualitas yang tinggi? Tidak. Bagaimana seharusnya kita menilai kualitas orang? Kualitas orang seharusnya dinilai berdasarkan sejauh mana mereka memahami firman Tuhan dan kebenaran. Inilah cara yang paling akurat untuk menilai kualitas orang. Ada orang-orang yang fasih dalam berbicara, cepat tanggap, dan sangat terampil dalam menghadapi orang lain, tetapi ketika mendengarkan khotbah, mereka tidak pernah mampu memahami apa pun, dan ketika membaca firman Tuhan, mereka juga tidak memahaminya. Ketika berbicara mengenai pengalaman kesaksiannya, mereka selalu mengucapkan kata-kata dan doktrin, yang menunjukkan bahwa mereka hanyalah amatir, dan memberikan kesan kepada orang lain bahwa mereka tidak memiliki pemahaman rohani. Mereka adalah orang-orang yang berkualitas buruk. Jadi, apakah orang-orang seperti itu mampu melakukan pekerjaan bagi rumah Tuhan? (Tidak.) Mengapa? (Mereka tidak memiliki prinsip-prinsip kebenaran.) Benar, ini adalah hal yang harus engkau semua pahami sekarang. Istilah lain untuk melakukan pekerjaan bagi rumah Tuhan adalah melaksanakan tugas. Melaksanakan tugas berkaitan dengan kebenaran, pekerjaan Tuhan, prinsip-prinsip perilaku, serta cara dan metode dalam memperlakukan semua jenis orang. Semua itu berpengaruh pada apakah orang mampu melaksanakan tugas mereka dengan cara yang efektif dan memuaskan atau tidak. Apakah hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan tugas itu berkaitan dengan kebenaran? Jika hal-hal itu berkaitan dengan kebenaran, tetapi engkau tidak memahami kebenaran dan hanya mengandalkan sedikit kepandaianmu, akankah engkau mampu menyelesaikan masalah dan melaksanakan tugasmu dengan benar? (Tidak.) Tidak. Sekalipun tidak ada yang berjalan di luar rencana dalam hal tertentu, mungkin saja hal-hal tersebut tidak ada hubungannya dengan kebenaran, dan semata-mata merupakan hal-hal eksternal. Namun, ketika melakukan hal-hal eksternal, engkau tetap harus memiliki prinsip dan menanganinya dengan cara yang dianggap tepat oleh semua orang. Misalkan engkau diminta untuk menangani sesuatu berdasarkan prinsip tanpa bantuan siapa pun, dan sementara engkau sedang mengerjakan hal itu, muncul situasi yang tak terduga, dan engkau tidak mengetahui cara menanganinya. Menurutmu, engkau harus melanjutkan pekerjaan itu berdasarkan pengalamanmu, tetapi bertindak persis seperti yang diajarkan oleh pengalamanmu hanya mengganggu dan mengacaukan hal yang sedang kaulakukan, membuat semuanya berantakan. Bukankah ini sebuah kesalahan? Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah karena engkau tidak memiliki pemahaman yang murni, engkau tidak memahami kebenaran, dan engkau tidak memahami prinsip-prinsipnya. Setiap kali engkau menjumpai masalah yang berkaitan dengan kebenaran dan prinsip-prinsipnya, engkau tidak mampu menanganinya, dan kehendakmu sendiri meluap-luap. Akibatnya, engkau merugikan pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan, serta mempermalukan dirimu sendiri. Apakah efektif menangani masalah berdasarkan pengalaman dan metode manusia? (Tidak.) Mengapa hal ini tidak efektif? Karena pengalaman dan metode manusia bukanlah kebenaran, dan umat pilihan Tuhan tidak akan menerimanya. Jika engkau selalu menangani masalah dengan menggunakan pengalaman dan metode manusia, bukankah itu berarti bahwa engkau menganggap dirimu lebih pintar daripada yang sebenarnya? Bukankah itu sikap yang congkak dan merasa diri benar? Bahkan ada orang-orang yang membantah, "Bukannya aku tidak memahami kebenaran mengenai masalah ini, aku memahaminya di dalam hatiku. Hanya saja, aku tidak terlalu memikirkannya. Jika aku berusaha lebih keras dan memikirkan masalah ini dengan lebih teliti, aku mampu menanganinya dengan baik. Dahulu, dalam menangani masalah dan berinteraksi dengan orang-orang tidak percaya, aku harus menggunakan metode dan cara tertentu. Namun, rumah Tuhan tidak mengizinkan pendekatan ini, jadi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku hanya menangani masalah ini dengan caraku sendiri, jadi tidak mengherankan jika aku membuat sedikit kesalahan." Apakah orang-orang ini mengenal diri mereka sendiri? (Tidak.) Mengapa mereka tidak mengenal diri mereka sendiri? Bukankah ini ada kaitannya dengan kebenaran? Mereka tidak mencari kebenaran dalam hal ini, tetapi memikirkan cara untuk menutupi kesalahan mereka. Mereka mengira bahwa mereka hanya membuat kesalahan dan lalai dalam berperilaku. Mereka tidak beranggapan bahwa kesalahan mereka itu ada kaitannya dengan kebenaran, atau kesalahan itu muncul karena kurangnya pemahaman mereka akan kebenaran dan karena mereka bertindak berdasarkan watak rusak mereka. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang buruk. Ketika terjadi sesuatu, orang-orang ini selalu mencari-cari dalih dan alasan. Mereka mengira bahwa mereka hanya melakukan sebuah kesalahan. Pertama-tama, mereka tidak mengetahui bahwa mereka harus mencari kebenaran. Kedua, mereka masih belum mengetahui bahwa mereka harus mencari kebenaran. Ketiga, mereka tetap tidak mengetahui bahwa mereka harus mencari kebenaran dan mengenal diri mereka sendiri. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang sangat buruk. Seperti apa pun caramu membimbing mereka, menyingkapkan mereka, dan bersekutu dengan mereka, mereka tetap tidak akan menyadari prinsip-prinsip kebenaran apa yang telah mereka langgar dan kebenaran apa yang harus mereka terapkan. Seperti apa pun caramu membimbing mereka, mereka tidak akan pernah menyadari hal-hal ini. Mereka bahkan tidak memiliki kemampuan sedikit pun untuk memahami kebenaran. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang buruk. Sejelas apa pun engkau mempersekutukan kebenaran, mereka tidak akan menyadari bahwa itu adalah kebenaran Mereka akan menggunakan dalih dan alasan mereka sendiri, atau mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah kesalahan atau kekeliruan, demi menutupi fakta. Mereka sama sekali tidak akan mengakui bahwa mereka telah melanggar kebenaran atau bahwa mereka telah memperlihatkan watak rusak mereka. Apa pun kesalahan yang telah mereka perbuat, apa pun watak rusak yang telah mereka perlihatkan, atau sebanyak apa pun watak rusak yang telah mereka timbulkan, mereka tidak akan pernah menyadari apa sebenarnya watak rusak yang telah mereka perlihatkan, terlebih lagi apa esensi mereka yang rusak. Mereka juga tidak mengetahui cara mencari kebenaran atau cara mengenal diri mereka sendiri dalam hal ini. Mereka tidak mengetahui apa pun tentang hal-hal ini. Mereka mati rasa secara rohani dan tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap hal-hal ini. Inilah perwujudan dari kualitas yang buruk.
Mari kita kemukakan beberapa contoh untuk sedikit mempersekutukan cara menilai kualitas orang. Sebagai contoh, aku telah berkata bahwa ada orang-orang yang suka menunda-nunda dan bersikap asal-asalan dalam melakukan sesuatu. Setelah mendengar hal ini, orang-orang yang berkualitas baik akan langsung menyadari bahwa ini adalah keadaan yang juga mereka alami, dan bahwa mereka sering mengalami keadaan serta bersikap seperti itu ketika sedang merasa kurang sehat atau ketika mereka merasa negatif atau malas. Selain itu, akan ada beberapa gambaran yang terlintas di benak mereka tentang saat-saat ketika mereka menunda-nunda atau bertindak asal-asalan dalam melaksanakan beberapa tugas. Mereka akan menilai diri mereka berdasarkan firman Tuhan serta mengakui bahwa apa yang Tuhan singkapkan adalah kenyataan tentang kerusakan manusia, dan hal ini berkaitan dengan watak rusak manusia. Mereka juga akan mengakui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran dan memahaminya secara murni, tanpa kesalahpahaman atau gagasan mereka sendiri. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang baik. Setelah mendengar firman tersebut, reaksi pertama mereka adalah menilai diri mereka sendiri berdasarkannya. Mereka akan menyadari bahwa mereka pun mengalami keadaan ini, dan mereka akan mengaitkan firman Tuhan ini dengan keadaan serta kehidupan mereka sehari-hari. Kemudian, mereka akan merenungkan diri mereka sendiri, melihat keadaan mereka dengan jelas, dan menerima bahwa firman Tuhan adalah kebenaran. Beginilah reaksi orang-orang yang berkualitas baik ketika mendengar firman Tuhan. Kepada orang yang berkualitas sedang, engkau tidak dapat berkata "menunda-nunda pekerjaan" dan "bersikap asal-asalan" saja. Engkau harus langsung menunjukkan masalah mereka dengan menyingkapkan perilaku yang mereka perlihatkan, mengaitkannya dengan apa yang mereka lakukan, dan berkata, "Kau sering kali bingung dan tidak menganggap serius segala sesuatu. Dengan melaksanakan tugasmu seperti ini, kau hanya bersikap asal-asalan. Bagaimana mungkin kau tidak menyadarinya? Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini kepadamu? Inilah yang disebut dengan bersikap asal-asalan dan menunda-nunda pekerjaan." Tunjukkanlah masalah mereka dengan cara seperti ini. Setelah mendengar hal ini, mereka akan merenungkan bagaimana mereka telah menunda-nunda pekerjaan dan bertindak asal-asalan. Setelah mereka benar-benar merenungkan hal ini dan mulai menyadarinya, mereka akan mengakui kesalahan mereka dan mampu memperbaikinya. Namun, kesalahan yang mereka akui adalah hal dan keadaan yang bersifat tetap. Mereka hanya dapat menerima dan mengakui apa yang kaukatakan jika itu sesuai dengan imajinasi mereka sendiri. Inilah yang kita sebut dengan kualitas sedang. Bekerja pada diri orang-orang yang berkualitas sedang memerlukan upaya, dan hanya dengan berbicara berdasarkan fakta, engkau akan mampu meyakinkan mereka sepenuhnya. Bagaimana keadaan orang-orang yang berkualitas buruk? Bagaimana sebaiknya kita mendekati mereka? Orang-orang yang berkualitas buruk pikirannya dangkal dan tidak terlalu pintar. Mereka tidak mampu memahami situasi apa pun yang mereka hadapi, dan mereka tidak mencari kebenaran. Jika orang lain tidak memberi tahu mereka berbagai hal secara jelas dan langsung, mereka tidak akan mampu memikirkannya sendiri. Jadi, ketika berbicara dengan orang yang berkualitas buruk, engkau harus berbicara secara lebih jelas dan langsung, dan engkau juga harus memberikan contoh. Engkau harus berbicara berdasarkan fakta dan mengulanginya berkali-kali. Ini adalah satu-satunya cara agar perkataanmu dapat berpengaruh. Engkau harus berkata seperti ini: "Dengan melaksanakan tugasmu seperti ini, kau hanya menunda-nunda pekerjaan dan bersikap asal-asalan!" Bagaimana reaksi pertama mereka? "Oh, ya? Aku sudah menunda-nunda tugasku? Begitu aku bangun di pagi hari, aku mulai memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan tugasku, dan aku menyelesaikannya terlebih dahulu. Ketika pergi keluar rumah, aku juga memikirkan cara untuk melakukannya dengan baik. Aku tidak menunda-nunda pekerjaan atau bertindak asal-asalan. Aku mencurahkan banyak upaya untuk melakukannya!" Reaksi pertama mereka adalah menyangkal apa yang telah kaukatakan. Mereka tidak memiliki kesadaran dan, pada dasarnya, tidak menyadari bahwa mereka menunda-nunda tugas mereka dan melaksanakannya secara asal-asalan. Jadi, engkau harus menjelaskan kepada mereka apa saja perwujudan dari menunda-nunda pekerjaan dan bersikap asal-asalan. Engkau juga harus berbicara dengan cara yang benar-benar meyakinkan mereka agar mereka mau menerima perkataanmu. Tidak mudah bagi mereka untuk mengakui bahwa mereka belum melaksanakan tugas dengan baik atau bahwa mereka telah melakukan kesalahan dalam hal-hal eksternal. Jika itu terkait dengan kebenaran, prinsip-prinsip penerapan, atau watak Tuhan, hal itu bahkan akan menjadi lebih sulit bagi orang-orang yang berkualitas buruk. Mereka tidak akan memahami apa pun yang kaukatakan, dan makin banyak engkau berbicara, mereka akan merasa makin bingung dan tidak tahu apa-apa, dan mereka tidak akan mau mendengarkan lagi. Mereka adalah orang-orang yang kualitasnya sangat rendah; ini adalah perwujudan dari ketidakmampuan mereka untuk mencapai kebenaran. Bagi orang-orang yang berkualitas buruk, seperti apa pun caramu mempersekutukan kebenaran, itu tidak ada gunanya. Seperti apa pun engkau berusaha untuk berbicara kepada mereka, mereka tidak mampu memahaminya. Paling-paling mereka hanya mampu memahami beberapa doktrin dan aturan. Oleh sebab itu, engkau tidak perlu mempersekutukan kebenaran secara sangat terperinci dengan orang-orang yang kualitasnya sangat buruk. Cukup beritahukan dengan cara yang sederhana kepada mereka apa yang harus mereka lakukan, dan jika mereka mampu untuk terus melakukannya, itu sudah cukup bagus. Orang-orang yang berkualitas sangat buruk sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami, sehingga mereka tidak akan mungkin mampu memahami kebenaran, dan tentu saja mereka tidak dapat dituntut untuk bertindak berdasarkan prinsip. Jika terjadi sesuatu tepat di hadapan orang-orang ini dan engkau menjelaskan semuanya dengan terperinci kepada mereka, mereka tetap tidak akan mampu mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Inilah yang kita sebut kualitas yang buruk. Sebagai contoh, dalam hal berbohong, lihatlah bagaimana reaksi orang-orang yang berkualitas baik. Ketika mendengar orang lain berbicara tentang cara mereka menangani dan menyelesaikan masalah kebohongan dan penipuan, berbicara tentang kebohongan mereka sendiri dan memberikan contoh, orang-orang yang berkualitas baik akan merenungkan diri mereka sendiri dan membandingkan apa yang mereka dengar dengan keadaan mereka sendiri. Setelah itu, mereka akan mampu mengenali situasi di mana mereka telah berbohong dan apa maksud mereka ketika bertindak seperti itu. Berdasarkan penyingkapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan memeriksa maksud, motif, dan pemikiran mereka, orang-orang yang berkualitas baik akan mampu mengetahui mana di antara perkataan mereka yang merupakan kebohongan dan mana yang mengandung kelicikan. Ketika mendengarkan kesaksian pengalaman orang lain, mereka mampu mengambil manfaat dan mendapatkan keuntungan. Sekalipun engkau hanya berbicara tentang beberapa prinsip, mereka akan memahaminya dan belajar untuk menerapkannya. Kemudian, mereka akan menganggap perkataan ini sebagai prinsip-prinsip kebenaran, menjadikannya sebagai kenyataan bagi diri mereka sendiri, dan mereka berubah sedikit demi sedikit. Setelah mendengar kesaksian pengalaman orang lain, orang yang berkualitas sedang akan mampu memahami bagaimana kasus-kasus yang jelas kaitannya dengan diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak akan mampu mengaitkan diri mereka sendiri dengan hal-hal yang kurang jelas atau hal-hal yang ada di lubuk hati orang-orang itu yang belum diungkapkan dalam kata-kata mereka. Selain itu, pemahaman mereka akan prinsip-prinsip kebenaran juga sedikit lebih dangkal, seperti doktrin. Taraf pemahaman mereka jauh lebih buruk dibandingkan orang-orang yang berkualitas baik. Adapun orang-orang yang berkualitas buruk, ketika mendengarkan kesaksian orang lain, seperti apa pun cara orang lain itu menganalisis dengan saksama hal mana yang merupakan kebohongan serta omong kosong dan hal mana yang merupakan kelicikan, mereka tidak akan mampu mengaitkannya dengan diri mereka sendiri, dan mereka tidak akan mampu merenungkan ataupun mengenal diri mereka sendiri. Orang-orang ini tidak hanya gagal dalam mengenali keadaan mereka yang penuh dengan kebohongan dan kelicikan, mereka bahkan menganggap diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang sangat jujur yang tidak dapat berbohong. Sekalipun dibohongi dan ditipu orang lain, mereka tidak mengetahuinya dan mudah diperdaya. Mereka bahkan lebih tidak mampu lagi untuk memahami prinsip-prinsip kebenaran yang dipersekutukan oleh orang lain. Mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Inilah perwujudan dari kualitas yang buruk.
Dari antara orang-orang dengan tiga jenis kualitas yang baru saja kita sebutkan, manakah yang mampu mencapai perubahan watak? Orang seperti apa yang mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Orang-orang yang berkualitas baik.) Orang-orang yang berkualitas baik mampu memasuki kenyataan kebenaran dengan sedikit lebih cepat dan lebih dalam. Orang-orang yang berkualitas sedang memasukinya secara lebih lambat dan dangkal. Orang-orang yang berkualitas buruk sama sekali tidak mampu memasukinya. Inilah perbedaannya. Dapatkah engkau melihat bagaimana perbedaan orang satu sama lain? (Ya.) Di mana letak perbedaan mereka? Perbedaan mereka terletak pada kualitas dan sikap mereka terhadap kebenaran. Orang-orang yang mencintai kebenaran dan yang berkualitas baik memasuki kenyataan kebenaran dengan cepat dan mampu memperoleh kehidupan. Orang-orang yang berkualitas sedang keras kepala dan tidak peka. Jalan masuk mereka ke dalam kebenaran lambat, begitu pun kemajuan hidup mereka. Orang-orang yang berkualitas buruk tidak hanya bebal dan congkak, tetapi mereka juga bodoh; wajah mereka kosong dan kusam; roh mereka mati, mereka lambat dalam bereaksi, dan lambat dalam memahami kebenaran. Orang-orang seperti itu tidak memiliki kehidupan, karena mereka tidak memahami kebenaran, dan tidak melakukan apa pun selain berbicara tentang doktrin, meneriakkan slogan, dan mengikuti aturan. Karena tidak memahami kebenaran, mereka tidak mampu memasuki kenyataan kebenaran. Adakah kehidupan dalam diri orang-orang yang tidak mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Tidak ada kehidupan dalam diri mereka. Ketika terjadi sesuatu pada orang-orang yang tidak memiliki kehidupan, mereka mengikuti kehendak mereka sendiri dan bertindak secara membabi buta, terkadang mengambil jalan memutar ke satu arah, dan di lain waktu ke arah yang lain, mereka tidak memiliki jalan penerapan yang pasti, dan selalu merasa bimbang serta tak berdaya. Mereka tampak menyedihkan. Selama bertahun-tahun, aku terus mendengar beberapa orang berkata bahwa mereka tidak tahu harus berbuat apa ketika ada hal yang terjadi pada diri mereka. Padahal mereka telah mendengarkan begitu banyak khotbah, bagaimana mungkin hal itu masih terjadi? Ekspresi wajah mereka memperlihatkan bahwa mereka benar-benar bingung. Wajah mereka kosong dan kusam. Ada orang-orang yang berkata, "Bagaimana mungkin aku disebut bodoh? Aku sangat peka terhadap hal-hal yang populer di dunia. Aku tahu cara menggunakan semua jenis komputer, ponsel, dan konsol game, sedangkan engkau semua bodoh dan tidak tahu cara menggunakan alat-alat itu. Bagaimana kualitasmu bisa begitu buruk?" Namun, sedikit kepandaian mereka itu hanyalah sebuah keterampilan, sedikit kecerdasan. Itu tidak dianggap sebagai kualitas. Jika engkau menyuruh orang-orang ini mendengarkan khotbah atau bersekutu tentang kebenaran, watak mereka akan tersingkap: Dalam hal roh, mereka benar-benar mati. Seberapa parah keadaan mereka? Mereka telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi mereka masih belum yakin apakah mereka akan diselamatkan, dan tidak mampu memperkirakannya, mereka juga tidak mengetahui dengan jelas orang jenis apakah mereka. Jika engkau menanyakan pendapat mereka tentang kualitas mereka sendiri, mereka akan berkata, "Kualitasku sedikit lebih buruk daripada kualitas baik, tetapi jauh lebih baik daripada kualitas sedang." Itu menunjukkan betapa buruknya kualitas mereka. Bukankah ini agak konyol? Orang yang memiliki kualitas sangat buruk memperlihatkan kebodohan seperti ini. Jika berkenaan dengan sesuatu yang menyangkut kebenaran atau prinsip-prinsipnya, hal apa pun itu, mereka tidak akan memahami apa pun darinya dan tidak mampu naik ke taraf tersebut. Inilah yang dimaksud dengan berkualitas buruk.
Setelah kita mempersekutukan hal-hal ini, akankah engkau semua mampu menilai seperti apa kualitas yang baik dan seperti apa kualitas yang buruk? Jika engkau mampu memahami seperti apa kualitas yang baik dan seperti apa kualitas yang buruk, serta mampu melihat kualitasmu sendiri dan esensi naturmu dengan jelas, itu akan membantumu untuk mengenal dirimu sendiri. Begitu memiliki gambaran yang jelas mengenai posisimu sendiri, engkau akan memiliki sedikit nalar dan mampu menilai dirimu sendiri. Engkau tidak akan cenderung menjadi congkak dan engkau akan menjadi lebih mantap dan tenang dalam melaksanakan tugasmu. Engkau tidak akan menetapkan tujuan yang terlalu tinggi dan engkau akan mampu mengurus pekerjaanmu dengan benar. Jika orang tidak mengenal diri mereka sendiri, akan timbul banyak masalah. Masalah seperti apa? Meskipun mereka jelas-jelas berkualitas sedang, mereka selalu beranggapan bahwa mereka berkualitas baik, lebih baik dari yang lainnya. Mereka selalu memiliki dorongan di dalam hati mereka dan selalu ingin melayani sebagai pemimpin serta membimbing orang lain. Mereka selalu memiliki dorongan seperti itu di dalam hati mereka, jadi akankah itu memengaruhi pelaksanaan tugas mereka? Mereka terus terganggu oleh hal-hal ini, hati mereka tidak tenteram, dan mereka tidak bisa tenang. Mereka bukan hanya tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, melainkan juga melakukan hal-hal yang bodoh, memalukan, dan hal-hal tak bernalar yang dibenci oleh Tuhan. Mereka memiliki masalah yang sangat serius. Bolehkah jika masalah tersebut tidak diselesaikan? Tentu saja tidak, orang-orang ini harus mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Pertama-tama, mereka harus berdoa kepada Tuhan dan merenungkan mengapa mereka memiliki pemikiran seperti itu, mengapa mereka sangat berambisi, dan dari mana asalnya hal-hal ini. Jika mereka hanya memikirkannya sekilas, akankah mereka mampu memahami esensi permasalahannya? Sama sekali tidak. Mereka harus berdoa kepada Tuhan dan membaca firman Tuhan untuk menemukan sumber masalahnya. Setelah itu, barulah mereka akan mampu menyelesaikannya dengan mudah. Ambisi dan hasrat mereka hanya dapat dilenyapkan ketika mereka telah membereskan watak rusak mereka. Dengan cara ini, mereka akan mampu melaksanakan tugas mereka dengan cara yang bersahaja, dan menjadi jauh lebih taat; mereka tidak akan lagi terlalu menyombongkan diri, merasa yakin bahwa mereka lebih baik daripada siapa pun, atau bersikap seperti bos, dan mereka tidak akan merasa berbeda dari orang lain. Watak rusak ini tidak akan lagi mengganggu mereka, dan mereka akan menjadi jauh lebih dewasa. Paling tidak, mereka akan memiliki kepatutan yang jujur dan bermartabat seperti orang kudus. Hanya dengan cara inilah mereka mampu hidup di hadapan Tuhan dengan penuh keyakinan. Ketika orang percaya kepada Tuhan dan datang ke rumah Tuhan, setidaknya mereka harus memiliki hati nurani dan nalar agar mereka mampu menerima kebenaran. Jika mereka seperti orang-orang tidak percaya, seperti binatang buas yang liar, mereka tidak akan mampu datang ke hadapan Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Apa susahnya datang ke hadapan Tuhan? Aku sering datang ke hadapan Tuhan." Datang ke hadapan Tuhan bukanlah hal yang gampang. Engkau harus memiliki sikap yang benar dan hati yang tunduk kepada Tuhan agar engkau dapat diterima oleh-Nya. Jika orang-orang yang seperti binatang buas datang ke hadapan Tuhan, Tuhan pasti akan membenci mereka dan jijik terhadap mereka. Oleh sebab itu, datang ke hadapan Tuhan bukanlah hal yang dapat dicapai dengan angan-angan manusia, bukan seolah-olah Tuhan mengakui kedatanganmu ke hadapan-Nya semata-mata karena engkau menginginkan hal itu. Hak untuk membuat keputusan dalam hal ini ada di tangan Tuhan. Engkau hanya akan datang ke hadapan Tuhan jika Tuhan mengakuimu. Hanya ketika engkau memiliki maksud yang benar, mencari kebenaran, dan sering berdoa kepada Tuhan, barulah engkau mampu menerima pencerahan dari Roh Kudus. Setelah itu, barulah engkau benar-benar bisa datang ke hadapan Tuhan. Jika Tuhan berfirman bahwa engkau adalah orang biasa yang tidak tahu apa-apa, seekor binatang buas yang liar, akankah Dia memedulikanmu? (Tidak.) Tuhan tidak akan memedulikanmu, Dia hanya akan memberimu hal-hal yang biasa, seperti sedikit kasih karunia dan berkat. Dalam pengertian yang sesungguhnya, engkau sama sekali tidak akan mampu untuk benar-benar dekat dengan Tuhan atau datang ke hadapan-Nya. Jadi, sebelum Tuhan mengakuimu sebagai pengikut-Nya, engkau harus melakukan beberapa perubahan untuk mencapai titik di mana Tuhan mengakuimu sebagai anggota rumah-Nya. Baru pada saat itulah Tuhan akan mulai menguji pelaksanaan tugasmu, setiap perkataan dan perbuatanmu, setiap pemikiran serta gagasanmu, dan baru pada saat itulah Tuhan akan mulai bekerja pada dirimu. Sebelum melangkah melewati pintu rumah Tuhan, sebagian dari perilaku orang dan perwujudannya, kemanusiaan yang mereka perlihatkan, penerapan mereka, pemikiran dan ide mereka, serta sikap mereka terhadap Tuhan itu menjijikkan dan memuakkan bagi Tuhan. Maukah Tuhan memegang tangan orang-orang yang Dia anggap menjijikkan serta memuakkan dan menuntun mereka melewati pintu rumah-Nya? (Tidak.) Lalu mengapa ada orang-orang seperti ini yang merasa sangat senang dan bahagia? Dari mana asalnya perasaan ini? Dari kepura-puraan. Bukankah ini agak tidak masuk akal? (Ya.) Tuhan—Sang Pencipta—pastinya memiliki standar dalam memilih para pengikut-Nya. Tidaklah cukup jika orang hanya percaya. Tuhan menyukai orang-orang yang jujur, dan Tuhan memberkati orang-orang yang dengan tulus mengorbankan diri mereka sendiri bagi-Nya. Tuhan memakai orang-orang yang dapat meninggikan-Nya dan bersaksi bagi-Nya. Standar Tuhan bagi manusia berbeda dengan standar manusia. Ketika memilih teman bergaul, engkau harus mempertimbangkan karakternya, apakah dia sesuai dengan minatmu, seperti apa kepribadiannya, apakah dia memiliki hobi yang sama denganmu, serta penampilannya. Engkau saja memiliki standar dalam memilih orang, lalu bagaimana dengan Tuhan? Ada orang-orang yang berkata, "Standar apa yang Tuhan gunakan dalam memilih orang? Apakah sesulit itu untuk mendekati Tuhan? Apakah begitu sulit bagi manusia untuk datang ke hadapan Tuhan dan memasuki pintu rumah Tuhan?" Sebenarnya itu tidak sulit, palangnya tidak tinggi, tetapi ada standarnya. Pertama-tama, orang setidaknya harus memiliki sikap yang saleh dan mengerti posisi mereka. Selain itu, mereka harus mendekati Tuhan dengan hati yang jujur dan murni. Juga, mereka harus berperilaku dengan baik seperti orang kudus dalam segala hal yang mereka lakukan dan katakan, dan paling tidak, mereka harus memiliki perkataan, perbuatan, tata krama, dan didikan yang baik. Jika persyaratan dasar ini saja tidak mampu kaupenuhi, sejujurnya, Tuhan sama sekali tidak akan memedulikanmu. Tahukah engkau apa yang sedang terjadi dalam hal ini? Mengenai sebagian orang yang percaya kepada Tuhan, lihatlah apa yang mereka lakukan, apa yang mereka tunjukkan, dan apa yang mereka perlihatkan. Mengapa mereka begitu menjijikkan dan memuakkan bagi Tuhan? Karena orang-orang itu tidak memiliki kemanusiaan, tidak memiliki hati nurani serta nalar, dan mereka bahkan tidak memiliki kepatutan yang paling pokok dan mendasar seperti orang kudus. Orang-orang seperti ini ingin agar Tuhan menuntun mereka melewati pintu rumah-Nya, tetapi itu mustahil. Hanya orang-orang bodoh yang mau mengabarkan Injil kepada orang-orang yang tidak memiliki kemanusiaan seperti ini. Ada orang-orang yang memakai riasan tebal dan pakaian terbuka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Cara mereka berpakaian bahkan lebih memikat daripada gadis-gadis penari di antara orang-orang tidak percaya. Dalam kehidupan pribadi serta perilaku mereka, engkau tidak dapat melihat perbedaan antara mereka dengan orang-orang tidak percaya. Ketika berada di antara saudara-saudari, mereka jelas terlihat seperti orang-orang tidak percaya dan pengikut yang bukan orang percaya. Dari luar, orang-orang semacam itu mungkin tampak seperti orang percaya yang sejati; mereka mungkin telah melepaskan berbagai hal, mereka mungkin mampu melaksanakan tugas mereka, dan beberapa di antara mereka mungkin tidak mundur ketika diperhadapkan dengan penganiayaan dan kesengsaraan, tetapi mampukah orang-orang seperti itu menerima kebenaran? Mampukah mereka menerima penghakiman dan hajaran Tuhan? Berdasarkan hal-hal yang mereka jalani, apakah mereka orang-orang yang bermartabat dan jujur? Apakah mereka orang-orang yang jujur? Apakah mereka orang-orang yang mencintai kebenaran? Apakah mereka orang-orang yang dengan tulus mengorbankan diri mereka sendiri demi Tuhan? Apakah Tuhan menginginkan orang-orang seperti ini? Sama sekali tidak. Mereka adalah orang-orang tidak percaya yang telah menyelinap masuk ke dalam rumah Tuhan. Mereka berada di luar pintu rumah Tuhan dan belum melewatinya. Yang mereka lakukan untuk rumah Tuhan adalah membantu dan bekerja keras. Mereka adalah teman-teman dari gereja, tetapi bukan bagian dari rumah Tuhan. Tuhan tidak menginginkan orang-orang tidak percaya atau binatang buas. Ada juga orang-orang yang, atas dasar kepercayaan mereka kepada Tuhan selama bertahun-tahun, sedikit modal yang mereka miliki, dan tugas-tugas penting yang telah mereka laksanakan di masa lalu, bersikap sewenang-wenang di rumah Tuhan, dan ingin mengendalikan gereja serta memegang seluruh kekuasaan. Tuhan membenci sikap orang-orang ini terhadap-Nya dan terhadap kebenaran. Berdasarkan esensi mereka dan apa yang ada di lubuk hati mereka, Tuhan tidak mengakui orang-orang seperti itu sebagai anggota rumah-Nya. Jika Tuhan tidak mengakui orang-orang seperti itu sebagai anggota rumah-Nya, mengapa Tuhan mengizinkan mereka untuk bekerja di rumah-Nya? Tuhan mengizinkan mereka untuk membantu atau melakukan pekerjaan yang sifatnya sementara. Dalam proses membantu dan melakukan pekerjaan sementara, jika mereka benar-benar memiliki hati nurani dan nalar, jika mereka dapat mendengarkan, tunduk, dan menerima kebenaran, jika mereka memiliki kepatutan seperti orang kudus dan hati yang takut akan Tuhan, serta melakukan segala hal dengan hati yang tulus, jika mereka mampu melewati ujian-ujian ini, Tuhan akan menuntun mereka masuk ke dalam rumah-Nya, dan mereka akan menjadi anggota rumah Tuhan. Pada saat itu, pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang Tuhan percayakan kepada mereka akan menjadi tugas mereka. Apa yang orang lakukan di luar pintu rumah Tuhan bukanlah melaksanakan tugas, melainkan bekerja untuk rumah Tuhan serta membantu rumah Tuhan, dan mereka ini adalah orang-orang yang berjerih payah.
Sekarang, dapatkah engkau semua menilai apakah engkau adalah anggota rumah Tuhan atau bukan? Jika engkau menilai dari lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, engkau seharusnya adalah anggota rumah Tuhan, tetapi apakah ini cara yang akurat untuk menilainya? (Tidak.) Apakah dasar yang harus kaugunakan untuk menilai? Penilaian ini didasarkan pada apakah ada reaksi dalam batinmu ketika engkau mendengar kebenaran, apakah di lubuk hatimu engkau merasa bersalah, ditegur, dan didisiplinkan ketika melanggar kebenaran atau menentang dan memberontak terhadap Tuhan. Ada orang-orang yang didisiplinkan dengan mengalami sariawan setelah mengucapkan perkataan yang menghakimi; yang lainnya bertindak asal-asalan, tidak menganggap serius segala sesuatunya, sehingga Tuhan membuat mereka menderita penyakit. Ketika hal-hal itu disebutkan, jika orang-orang ini merasakan penyesalan di lubuk hati mereka dan dapat bertobat, jika mereka memperlihatkan sikap seperti ini, berarti mereka adalah anggota rumah Tuhan. Tuhan memperlakukan orang-orang ini sebagai anggota rumah Tuhan, keluarga-Nya sendiri. Dia mendidik, mendisiplinkan, menegur, dan memangkas mereka. Inilah yang dimaksud dengan menjadi anggota rumah Tuhan. Ketika sikapmu terhadap Tuhan berubah dan engkau dapat bertobat, sikap Tuhan terhadapmu juga akan berubah. Ketika engkau telah masuk ke dalam kehidupan, dan pandanganmu terhadap berbagai hal serta arah hidupmu telah mengalami beberapa perubahan, dan iman serta rasa takut akan Tuhan yang ada di lubuk hatimu telah perlahan-lahan bertumbuh dan berubah, berarti engkau telah menjadi bagian dari rumah Tuhan. Ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi mereka belum melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi rumah Tuhan. Kenyataannya mereka telah melakukan banyak hal yang buruk. Mereka telah berbohong dan menipu, melakukan berbagai hal dengan asal-asalan, bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang, mencuri persembahan, menabur perselisihan, menimbulkan gangguan dan kekacauan, serta merusak pekerjaan gereja. Mereka telah melakukan banyak kesalahan, tetapi tidak pernah merasakan teguran. Hati mereka tidak merasa menyesal dan bersalah sedikit pun. Mereka adalah orang-orang yang berdiri di luar pintu rumah Tuhan. Orang-orang seperti ini selalu tinggal di luar pintu rumah Tuhan. Mereka tidak mengikuti prinsip dalam hal yang mereka lakukan dan tidak tertarik pada firman Tuhan ataupun kebenaran. Mereka hanya fokus melaksanakan tugas, sibuk melakukan banyak hal, mengerahkan upaya, memamerkan diri, dan mengumpulkan modal pribadi. Mereka bertindak asal-asalan dalam pekerjaan gereja dan tugas mereka; mereka berbohong kepada Tuhan dan menipu-Nya, bahkan menyesatkan dan mengendalikan saudara-saudari. Mereka tidak merasakan teguran atau penyesalan sedikit pun, dan mereka juga tidak merasakan pendisiplinan Tuhan. Orang-orang ini bukanlah anggota rumah Tuhan. Dari luar, jenis orang seperti ini menunjukkan semangat yang tinggi untuk menyibukkan diri dan mengorbankan diri mereka sendiri; mereka memiliki iman yang besar dan rela mengorbankan diri. Mereka tampak sangat mencintai kebenaran, mengasihi Tuhan, dan bersedia menerapkan kebenaran. Namun, begitu mendengarkan khotbah, mereka tertidur, tidak dapat duduk dengan tenang, dan merasa jijik. Dalam hati, mereka berpikir, "Bukankah bersekutu tentang hal-hal ini hanya menunjukkan keadaan orang, memberi tahu mereka untuk mengenal diri sendiri, kemudian membuat mereka memahami sedikit kebenaran dan pada akhirnya mencapai ketundukan? Aku sudah memahami semua ini, lantas mengapa ini harus dipersekutukan lagi?" Orang-orang ini sama sekali tidak mencintai kebenaran, dan bahkan dengan cara seperti ini, mereka tidak merasakan teguran dan tidak mendapatkan pendisiplinan, seolah-olah mereka tidak memiliki hati sama sekali. Semua orang ini berada di luar rumah Tuhan. Mereka adalah orang-orang tidak percaya. Sejak pertama kali menerima pekerjaan Tuhan hingga hari ini, mereka tidak pernah sungguh-sungguh mengakui bahwa mereka adalah makhluk ciptaan dan bahwa Tuhan adalah Pencipta mereka. Mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun dan tidak melaksanakan tugas mereka dengan sukarela. Akan tetapi, karena mereka agak lihai, bersemangat, serta berambisi, mereka berfokus untuk menyibukkan diri dan melaksanakan pekerjaan agar orang lain mengagumi mereka, semua itu mereka lakukan agar mereka mampu mendapatkan kedudukan bagi diri mereka sendiri di rumah Tuhan. Mereka berpikir, "Dengan melaksanakan tugas-tugas ini dan sibuk melakukan berbagai hal seperti ini, aku telah membangun prestise dan memperoleh kredibilitas di berbagai tempat. Aku telah mengamankan kedudukan di gereja, dan di mana pun aku berada, saudara-saudari selalu menghormatiku. Memiliki reputasi seperti itu di antara saudara-saudari sudah cukup; ini artinya aku memiliki kehidupan. Adapun bagaimana Tuhan mendefinisikannya, aku tidak perlu memahaminya dengan saksama." Orang macam apakah mereka ini? Sesungguhnya, mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya. Apa dasar untuk mengatakan hal ini? Dasarnya adalah sikap mereka terhadap kebenaran dan Tuhan. Mereka tidak pernah bertobat, tidak pernah mengenal diri mereka sendiri, dan tidak pernah mengetahui apa artinya tunduk kepada Tuhan. Sebaliknya, mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan, menangani urusan mereka sendiri dengan berkedok melaksanakan tugas, dan memuaskan hasrat serta kesukaan mereka sendiri. Mereka telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan mendengarkan begitu banyak khotbah, tetapi mereka tidak memiliki konsep tentang kebenaran, dan tidak memiliki konsep bahwa percaya kepada Tuhan menuntut orang untuk menerapkan kebenaran. Setelah mendengarkan begitu banyak khotbah, mereka masih belum memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan jalan kebenaran. Di lubuk hatinya, mereka tidak merasa bahwa manusia itu sangat rusak dan memerlukan keselamatan dari Tuhan. Mereka juga tidak memiliki hasrat dan sungguh-sungguh mendambakan kebenaran serta Tuhan di lubuk hati mereka. Bukankah ini bermasalah? (Ya.) Ini sangat bermasalah. Bagi mereka, Tuhan, kebenaran, dan keselamatan hanyalah retorika, hanya semacam argumen atau slogan. Itu sangat bermasalah.
Menurutmu, apa perbedaan yang paling jelas antara Paulus dan Petrus? Paulus bekerja selama bertahun-tahun, bepergian, mengorbankan dirinya sendiri, memberikan kontribusi, dan menanggung banyak penderitaan, tetapi jalan yang ditempuhnya tidak berkaitan dengan kebenaran, ketundukan kepada Tuhan, perubahan watak, dan tentu saja tidak ada kaitannya dengan diselamatkan. Oleh sebab itu, setinggi apa pun reputasi Paulus, sebesar apa pun pengaruh tulisan-tulisannya terhadap generasi mendatang, dia bukanlah orang yang benar-benar mengasihi Tuhan Yesus. Dia tidak memiliki pemahaman yang sejati tentang Tuhan Yesus, dia tidak mengakui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan yang benar, tetapi hanya mengakui Tuhan Yesus sebagai Anak Tuhan, dan sebagai manusia biasa. Akibatnya, dia tidak memiliki ketundukan yang sejati kepada Tuhan Yesus; dia hanya melakukan semua yang dia bisa untuk mengabarkan Injil dan memenangkan hati orang lain, mendirikan gereja-gereja, dan secara pribadi menggembalakan mereka dengan harapan mendapatkan perkenanan Tuhan, tetapi Tuhan telah memeriksa hati Paulus dan tidak berkenan kepadanya. Sebaliknya, Petrus melakukan segala hal dengan tenang, dan hatinya selalu dipenuhi dengan apa yang telah Tuhan Yesus firmankan kepadanya. Dia mengejar kasih dan pemahaman Tuhan sesuai dengan tuntutan Tuhan Yesus. Selama waktu itu, dia telah bersedia ditegur, dipangkas, dan bahkan dikecam oleh Tuhan. Firman apa yang Tuhan gunakan untuk mengecam Petrus? ("Enyahlah kau, Iblis" (Matius 16:23).) Benar, "Enyahlah kau, Iblis." Tuhan berfirman demikian, tetapi firman itu tidak menentukan kesudahan Petrus. Itu hanyalah sebuah kecaman. Apakah Tuhan mengecam Paulus selama dia melakukan pekerjaannya? (Tidak.) Di satu sisi, dari sudut pandang subjektif, Tuhan tidak mengecamnya. Di sisi lain, dari sudut pandang objektif, Paulus tidak menerima kebenaran, tidak mencari kebenaran, dan sama sekali tidak mencari cara agar dapat menerima keselamatan, sehingga dia tidak dapat menerima ataupun mengalami hal-hal ini. Pekerjaan yang Tuhan lakukan pada dirinya adalah menggunakan pelayanannya. Jika dia dapat berjerih payah sampai akhir tanpa melakukan kejahatan besar sama sekali, dia dapat tetap menjadi orang yang berjerih payah, tetapi jika dia melakukan kejahatan besar, kesudahannya akan berbeda. Itulah perbedaannya. Sebaliknya, Petrus menerima banyak pendisiplinan, didikan, dan kecaman dari Tuhan. Dari luar, sikap Petrus tampak tidak sesuai dengan maksud Tuhan, membuat Tuhan tidak senang, tetapi dari sudut pandang maksud Tuhan, justru orang seperti itulah yang Dia inginkan dan yang menyenangkan-Nya. Itulah sebabnya Tuhan terus-menerus mendidik serta memangkasnya, sehingga sedikit demi sedikit dia bertumbuh, masuk ke dalam kebenaran, mulai memahami maksud Tuhan, dan pada akhirnya mencapai ketundukan serta perubahan yang sejati. Inilah kasih dan keselamatan dari Tuhan.
Sekarang, sudahkah jelas di dalam hatimu apakah engkau semua adalah anggota rumah Tuhan atau bukan? Sudahkah engkau benar-benar memasuki rumah Tuhan? Berdasarkan apa yang baru saja Kupersekutukan, mampukah engkau semua menilainya? Dapatkah engkau yakin telah memasuki pintu rumah Tuhan dan menjadi anggota rumah Tuhan? (Kami yakin.) Baguslah jika engkau yakin. Ini adalah bukti bahwa kepercayaanmu kepada Tuhan telah memiliki landasan, dan bahwa engkau telah menempatkan dirimu dengan kokoh di rumah Tuhan. Orang-orang yang tidak memiliki landasan berada di luar rumah Tuhan, dan Tuhan tidak mengakui mereka. Bagaimana jika engkau bersaksi bagi Tuhan dan memberitahu orang lain bahwa engkau adalah pengikut Tuhan dan anggota Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi Tuhan berfirman bahwa Dia tidak mengenalmu? Itu akan menjadi masalah, bukan? Apakah itu akan menjadi berkat atau kutukan bagi manusia? Itu bukanlah pertanda yang baik. Oleh sebab itu, jika engkau ingin mendapatkan perkenanan Tuhan dan mengaku sebagai orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, engkau harus melakukan beberapa hal yang bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan, mempersiapkan beberapa perbuatan baik, mengarahkan hatimu kepada Tuhan, dan memiliki hati yang menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya. Hanya dengan cara itu, barulah Tuhan akan mengakuimu. Pertama, engkau harus mengubah kesalahan dalam pandangan, sikap, dan penerapanmu sehubungan dengan Tuhan dan kebenaran, serta jalan yang salah yang telah kautempuh. Hal-hal ini harus diubah. Inilah landasannya. Kemudian, engkau harus menerima semua kebenaran yang Tuhan ungkapkan serta melaksanakan tugasmu seperti yang Tuhan tuntut. Ketika hal-hal ini tercapai, Tuhan akan merasa puas, dan Dia akan mengakuimu sebagai pengikut-Nya. Kedua, perlahan-lahan engkau harus membuat Tuhan mengakuimu sebagai makhluk ciptaan yang benar, yang memenuhi standar. Jika engkau masih berada di luar rumah Tuhan, dan Tuhan belum mengakuimu sebagai anggota rumah-Nya, tetapi engkau mengatakan bahwa engkau ingin diselamatkan, bukankah itu hanya mimpi? Sekarang engkau semua telah mengalami sedikit didikan dan pendisiplinan, memiliki kasih karunia serta berkat Tuhan, dan imanmu kepada Tuhan memiliki landasan. Ini adalah hal yang baik. Langkah selanjutnya adalah mampu mencapai jalan masuk kehidupan berdasarkan pemahaman akan kebenaran, menjadikan kebenaran ini sebagai kehidupanmu sendiri dan hidup di dalamnya, menerapkannya dalam pelaksanaan tugasmu serta dalam semua hal yang telah Tuhan percayakan kepadamu. Dengan demikian, engkau akan memiliki harapan untuk diselamatkan. Kebanyakan di antaramu tidak berkualitas buruk, engkau semua dapat dianggap berkualitas sedang. Ada harapan untuk diselamatkan, tetapi engkau semua memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan dalam kemanusiaanmu. Di antaramu ada orang-orang yang malas, ada yang suka membual, ada yang congkak, dan ada pula yang agak bodoh, mati rasa, dan keras kepala. Ini adalah masalah watak. Untuk beberapa masalah kemanusiaan dan watak, engkau harus mencari kebenaran melalui pengalaman, merenungkan diri sendiri, dan bersedia dipangkas untuk mewujudkan perubahan secara bertahap serta mencapai pengalaman dan kedalaman tentang pengertian dan pemahamanmu akan kebenaran. Dengan cara ini, sedikit demi sedikit engkau akan bertumbuh dalam hidup. Dengan memiliki hidup, orang memiliki harapan. Tanpa memiliki hidup, tidak ada harapan. Apakah sekarang engkau semua memiliki hidup? Apakah engkau memiliki pemahaman dan pengalaman tentang kebenaran di dalam hatimu? Sebesar apa dan sejauh mana engkau tunduk kepada Tuhan? Engkau semua harus memahami hal-hal ini dengan jelas di dalam hatimu. Jika engkau bingung, tidak memahaminya dengan jelas, akan sulit bagimu untuk mengalami pertumbuhan hidup.
Di gereja, ada orang-orang yang beranggapan bahwa berupaya keras atau melakukan beberapa hal yang berisiko berarti bahwa mereka telah mengumpulkan prestasi. Sebenarnya, berdasarkan tindakannya, mereka memang layak mendapatkan pujian, tetapi watak dan sikap mereka terhadap kebenaran itu memuakkan dan menjijikkan. Mereka tidak mencintai kebenaran, tetapi muak akan kebenaran. Itu saja sudah sangat menjijikkan. Orang-orang semacam itu tidak berharga. Ketika Tuhan melihat bahwa manusia memiliki kualitas yang buruk, bahwa mereka memiliki kelemahan tertentu, dan memiliki watak yang rusak atau esensi yang menentang diri-Nya, Dia tidak merasa jijik dengan mereka, dan tidak menjauhkan mereka dari-Nya. Itu bukanlah maksud Tuhan, dan itu bukan sikap-Nya terhadap manusia. Tuhan tidak membenci kualitas buruk manusia, Dia tidak membenci kebodohan mereka, dan Dia tidak membenci bahwa mereka memiliki watak yang rusak. Apa yang paling Tuhan benci dalam diri manusia? Tuhan paling benci ketika orang muak akan kebenaran. Jika engkau muak akan kebenaran, maka karena hal itu saja, Tuhan tidak akan pernah berkenan akan engkau. Ini tidak dapat diubah. Jika engkau muak akan kebenaran, jika engkau tidak mencintai kebenaran, jika sikapmu terhadap kebenaran adalah sikap yang tidak peduli, menghina, dan congkak, atau bahkan merasa jijik, menentang dan menolaknya—jika perilakumu seperti ini, Tuhan benar-benar jijik terhadapmu, dan engkau pasti tidak akan diselamatkan. Jika engkau benar-benar mencintai kebenaran di dalam hatimu, tetapi memiliki kualitas yang sedikit buruk dan kurang wawasan, dan sedikit bodoh; jika engkau sering melakukan kesalahan, tetapi tidak berniat melakukan kejahatan, dan hanya melakukan beberapa hal bodoh; jika di dalam hatimu, engkau mau mendengarkan apa yang Tuhan persekutukan tentang kebenaran, dan di dalam hatimu, engkau rindu akan kebenaran; jika sikapmu dalam memperlakukan kebenaran dan firman Tuhan adalah sikap yang tulus dan penuh kerinduan, dan engkau dapat menghargai dan menghormati firman Tuhan—ini sudah cukup. Tuhan menyukai orang semacam itu. Meskipun terkadang engkau mungkin sedikit bodoh, Tuhan tetap menyukaimu. Tuhan menyukai hatimu yang merindukan kebenaran, dan Dia menyukai sikapmu yang tulus terhadap kebenaran. Jadi, Tuhan berbelas kasihan terhadapmu dan selalu menunjukkan kebaikan kepadamu. Dia tidak memandang kualitasmu yang buruk atau kebodohanmu, juga tidak memandang pelanggaranmu. Karena sikapmu terhadap kebenaran adalah tulus dan berhasrat, dan hatimu benar; maka karena mempertimbangkan ketulusan hati dan sikapmu ini, Dia akan selalu berbelas kasihan terhadapmu, dan Roh Kudus akan bekerja dalam dirimu, dan engkau memiliki harapan untuk diselamatkan. Di sisi lain, jika engkau keras kepala di dalam hati dan memanjakan diri sendiri, jika engkau muak akan kebenaran, dan tak pernah mengindahkan firman Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran, dan jika engkau bersikap memusuhi dan menghina dari lubuk hatimu, maka seperti apakah sikap Tuhan terhadapmu? Benci, muak, dan murka yang tak henti-hentinya. Apa dua ciri yang jelas dalam watak benar Tuhan? Belas kasihan yang melimpah dan murka yang mendalam. "Melimpah" dalam kalimat "belas kasihan yang melimpah" berarti belas kasihan Tuhan itu toleran, sabar, mudah mengampuni, dan bahwa itu adalah kasih yang terbesar—itulah yang dimaksud dengan "melimpah". Karena orang-orang bodoh dan berkualitas rendah, harus dengan cara inilah Tuhan bertindak. Jika engkau bodoh dan berkualitas buruk tetapi mencintai kebenaran, Tuhan akan bersikap penuh belas kasihan terhadapmu. Apa saja yang termasuk dalam belas kasihan? Kesabaran dan toleransi: Tuhan itu bertoleransi dan sabar terhadap ketidaktahuanmu, Dia memberimu cukup iman dan bertoleransi untuk mendukungmu, membekalimu dan menolongmu, sehingga sedikit demi sedikit engkau akan mampu memahami kebenaran dan perlahan-lahan menjadi dewasa. Atas dasar apa hal ini dibangun? Hal ini dibangun atas dasar kecintaan dan keinginan orang akan kebenaran, serta sikapnya yang tulus terhadap Tuhan, firman-Nya, dan kebenaran. Inilah perilaku mendasar yang harus orang perlihatkan. Namun, jika orang muak akan kebenaran di dalam hatinya, jijik terhadap kebenaran, atau bahkan membenci kebenaran, jika mereka tidak pernah menganggap serius kebenaran, dan selalu berbicara tentang pencapaian mereka, cara kerja mereka, berapa banyak pengalaman yang mereka miliki, apa saja yang telah mereka lewati, bagaimana Tuhan menghargai mereka dan telah mempercayakan tugas-tugas besar kepada mereka, jika mereka hanya berbicara tentang hal-hal ini, kecakapan, pencapaian, serta bakat mereka, selalu pamer, dan tidak pernah bersekutu tentang kebenaran, bersaksi bagi Tuhan, atau mempersekutukan pemahaman yang didapatkan dari pengalaman mengenai pekerjaan Tuhan atau mengenai pengenalan mereka akan Tuhan, bukankah berarti mereka muak akan kebenaran? Seperti inilah perwujudan dari rasa muak akan kebenaran dan tidak mencintai kebenaran. Ada orang-orang yang berkata, "Bagaimana bisa mereka mendengarkan khotbah jika tidak mencintai kebenaran?" Apakah setiap orang yang mendengarkan khotbah mencintai kebenaran? Ada orang-orang yang hanya menjalani rutinitas. Mereka terpaksa berpura-pura di depan orang lain, karena takut jika mereka tidak berpartisipasi dalam kehidupan bergereja, rumah Tuhan tidak akan mengakui iman mereka. Bagaimana Tuhan mendefinisikan sikap mereka ini terhadap kebenaran? Tuhan berfirman bahwa mereka tidak mencintai kebenaran dan muak akan kebenaran. Dalam watak mereka, ada satu hal yang paling fatal, bahkan lebih fatal dari kecongkakan dan kelicikan, yakni rasa muak akan kebenaran. Tuhan melihat hal ini. Mengingat bahwa Tuhan memiliki watak yang benar, bagaimana sikap-Nya terhadap orang-orang seperti itu? Dia murka kepada mereka. Jika Tuhan murka kepada seseorang, terkadang Dia mengecam orang itu, atau mendisiplinkan dan menghukumnya. Jika orang itu tidak dengan sengaja menentang Tuhan, Dia akan bertoleransi, menunggu, dan mengamati. Karena situasi atau alasan-alasan objektif lainnya, Tuhan bisa saja menggunakan pengikut yang bukan orang percaya ini untuk melakukan pelayanan bagi-Nya. Namun, begitu keadaannya memungkinkan, dan waktunya tepat, orang-orang seperti itu akan diusir dari rumah Tuhan, karena mereka bahkan tidak layak untuk melakukan pelayanan. Seperti itulah kemurkaan Tuhan. Mengapa kemurkaaan Tuhan begitu mendalam? Ini mengungkapkan kebencian Tuhan yang begitu besar terhadap orang-orang yang muak akan kebenaran. Kemurkaan Tuhan yang sangat mendalam memperlihatkan bahwa Dia telah menentukan kesudahan dan tempat tujuan dari orang-orang yang muak akan kebenaran. Di mana Tuhan mengelompokkan orang-orang ini? Tuhan mengelompokkan mereka di kelompok Iblis. Karena Dia murka dan muak terhadap mereka, Tuhan menutup pintu bagi mereka, tidak mengizinkan mereka untuk menginjakkan kaki di rumah Tuhan, dan tidak memberi mereka kesempatan untuk diselamatkan. Inilah salah satu perwujudan dari kemurkaan Tuhan. Tuhan juga menempatkan mereka pada tingkatan yang sama dengan Iblis, setan-setan yang najis, roh-roh jahat, serta para pengikut yang bukan orang percaya, dan ketika waktunya tiba, Dia akan menyingkirkan mereka. Bukankah ini salah satu cara untuk menangani mereka? (Ya.) Seperti itulah kemurkaan Tuhan. Apa yang akan terjadi pada mereka setelah disingkirkan? Dapatkah mereka kembali menikmati kasih karunia, berkat, dan keselamatan dari Tuhan? (Tidak.) Orang-orang di Zaman Kasih Karunia sering mengatakan hal seperti ini: "Tuhan ingin setiap orang diselamatkan dan tidak ingin seorang pun mengalami kebinasaan." Kebanyakan orang mampu memahami makna dari perkataan ini. Inilah perasaan dan sikap Tuhan dalam menyelamatkan manusia yang rusak. Namun, bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia? Apakah Dia menyelamatkan semua manusia atau sebagian saja? Orang-orang mana yang Tuhan selamatkan dan orang-orang mana yang Dia tinggalkan? Kebanyakan orang tidak mampu mendalami masalah ini sampai ke sumbernya. Mereka hanya mampu berbicara kepada orang lain tentang doktrin. "Tuhan ingin setiap orang diselamatkan dan tidak ingin seorang pun mengalami kebinasaan." Ada begitu banyak orang yang mengucapkannya, tetapi mereka sama sekali tidak memahami maksud Tuhan. Sesungguhnya, maksud Tuhan adalah untuk menyelamatkan hanya orang-orang yang mencintai kebenaran dan mampu menerima keselamatan dari-Nya. Orang-orang yang muak akan kebenaran serta tidak mau menerima keselamatan dari Tuhan adalah orang-orang yang menyangkal serta menentang Tuhan. Tuhan bukan hanya tidak akan menyelamatkan mereka, melainkan pada akhirnya Dia juga akan memusnahkan orang-orang ini. Meskipun orang-orang yang percaya kepada Tuhan mengetahui bahwa kasih-Nya tak terbatas, luas tiada tanding, dan sangat kuat, Tuhan tidak mau memberikan anugerah dan kasih ini kepada orang-orang yang muak akan kebenaran. Tuhan tidak akan memberikan keselamatan dan kasih-Nya kepada orang-orang ini secara cuma-cuma. Inilah sikap Tuhan. Orang yang muak akan kebenaran dan tidak menerima keselamatan dari Tuhan itu seperti pengemis yang sedang mencari makanan. Kepada siapa pun dia meminta makanan, di dalam hatinya, dia bukan hanya tidak menghormati para pendermanya, melainkan juga mencemooh dan membenci mereka. Bahkan dia lebih suka merampas barang milik mereka untuk dirinya sendiri. Akankah para penderma rela memberikan makanan kepada pengemis seperti itu? Tentu saja tidak, karena para pengemis itu tidak benar-benar patut dikasihani, tetapi sangat menjijikkan. Bagaimana sikap penderma terhadap orang seperti itu? Mereka lebih suka memberikan makanan kepada anjing daripada pengemis seperti ini. Seperti inilah perasaan mereka yang sesungguhnya. Menurutmu, orang macam apa yang muak akan kebenaran? Apakah mereka adalah orang-orang yang menentang dan melawan Tuhan? Mereka mungkin tidak menentang Tuhan secara terang-terangan, tetapi mereka memiliki esensi natur yang menolak dan menentang Tuhan, yang sama saja dengan berkata kepada Tuhan secara terang-terangan, "Aku tidak suka mendengar apa yang engkau firmankan, aku tidak menerimanya, dan karena aku tidak menerima bahwa firmanmu adalah kebenaran, aku tidak percaya kepadamu. Aku percaya kepada siapa pun yang menguntungkan dan bermanfaat bagiku." Apakah ini sikap orang tidak percaya? Jika inilah sikapmu terhadap kebenaran, bukankah itu berarti engkau sedang secara terang-terangan memusuhi Tuhan? Dan jika engkau secara terang-terangan memusuhi Tuhan, akankah Tuhan menyelamatkanmu? Tidak. Itulah alasan Tuhan murka terhadap semua orang yang menolak dan menentang Tuhan. Esensi dari orang seperti ini, yakni orang yang muak akan kebenaran, adalah memusuhi Tuhan. Tuhan tidak memperlakukan orang-orang yang memiliki esensi seperti itu sebagai manusia. Di mata-Nya, mereka adalah musuh dan setan. Dia tidak akan pernah menyelamatkan mereka. Pada akhirnya, mereka akan terjerumus ke dalam bencana dan binasa. Jika seorang pengemis menyantap makanan dari pendermanya lalu mencaci-maki, mengolok-olok, mengejek, dan bahkan menyerang si penderma, apakah menurutmu si penderma akan membencinya? Pasti. Apa alasannya? (Karena si pengemis bukan hanya tidak berterima kasih kepada si penderma karena telah memberinya makanan, tetapi dia malah mengolok-olok, mengejek, dan menyerang si penderma. Orang seperti itu sama sekali tidak memiliki hati nurani atau nalar, juga tidak memiliki kemanusiaan.) Bagaimana seharusnya sikap si penderma terhadap pengemis ini? Si penderma seharusnya mengambil kembali apa yang tadinya dia berikan kepada pengemis tersebut, lalu mengusirnya. Mereka lebih baik memberikan makanan itu kepada anjing ataupun binatang buas daripada pengemis ini. Inilah akibat yang harus ditanggung oleh pengemis itu sendiri. Ada sebuah alasan mengapa kemurkaan Tuhan terhadap seseorang atau jenis orang tertentu sangat mendalam. Alasan ini bukan ditentukan oleh kesukaan Tuhan, melainkan oleh sikap orang tersebut terhadap kebenaran. Ketika orang muak akan kebenaran, tentu saja ini berakibat fatal pada kesempatan mereka untuk mendapatkan keselamatan. Ini bukan masalah sikap tersebut dapat diampuni atau tidak, ini bukan suatu bentuk perilaku, atau hal yang tersingkap sekilas pada diri mereka. Ini adalah esensi natur seseorang, dan Tuhan paling muak terhadap orang-orang seperti itu. Jika engkau sesekali memperlihatkan watak rusakmu yang muak akan kebenaran, engkau harus memeriksa, berdasarkan firman Tuhan, apakah perwujudan ini disebabkan oleh sikapmu yang antipati terhadap kebenaran atau karena kurangnya pemahaman akan kebenaran. Hal ini memerlukan pencarian dan pencerahan serta pertolongan Tuhan. Jika esensi naturmu membuatmu muak akan kebenaran, tidak pernah menerima kebenaran, dan sangat jijik terhadap kebenaran serta memusuhi kebenaran, berarti ada masalah. Engkau pastilah orang jahat, dan Tuhan tidak akan menyelamatkanmu.
Apa perbedaan antara orang yang tidak percaya dan orang yang percaya kepada Tuhan? Apakah itu hanya perbedaan dalam keyakinan agama? Tidak. Orang-orang tidak percaya tidak mengakui Tuhan, dan terutama, mereka tidak dapat menerima kebenaran yang Tuhan ungkapkan. Ini membuktikan bahwa semua orang tidak percaya muak akan kebenaran dan membenci kebenaran. Sebagai contoh, apakah manusia diciptakan oleh Tuhan adalah fakta? Apakah itu kebenarannya? (Ya.) Lalu, bagaimana sikap orang-orang yang percaya kepada Tuhan ketika mereka mendengar pernyataan ini? Mereka mengakui dan meyakini hal ini sepenuhnya. Mereka menerima kenyataan ini, kebenaran ini, sebagai dasar iman mereka kepada Tuhan—inilah arti menerima kebenaran. Itu berarti menerima, jauh di lubuk hati kita, fakta bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, dengan senang hati menjadi makhluk ciptaan, dengan rela menerima bimbingan dan kedaulatan Tuhan, dan mengakui bahwa Tuhan adalah Tuhan kita. Dan apa sikap mereka yang tidak percaya kepada Tuhan ketika mereka mendengar pernyataan "Manusia diciptakan oleh Tuhan"? (Mereka tidak menerima ataupun mengakuinya.) Selain tidak mengakuinya, apa reaksi mereka? Mereka bahkan akan mengejekmu, mencoba segala cara yang bisa mereka lakukan untuk menggunakan perkataan ini untuk melawanmu, mengejek dan mengolok-olokmu, memandang hina dirimu, dan melontarkan cibiran demi cibiran terhadap pernyataan dan fakta ini. Mereka bahkan mungkin akan bersikap mengejek, menyindir, menghina, dan memusuhi semua orang yang mengakui perkataan ini. Bukankah ini berarti muak akan kebenaran? (Ya.) Ketika melihat orang-orang seperti itu, apakah engkau membenci mereka? Bagaimana pendapatmu? Engkau berpikir, "Manusia diciptakan oleh Tuhan. Itu memang fakta. Tak bisa dipungkiri, itu memang benar. Engkau tidak menerimanya, engkau tidak mengakui asal-usulmu, engkau benar-benar tak tahu berterima kasih, engkau pengkhianat dan tak berhati nurani. Engkau benar-benar sejenis Iblis!" Itukah pendapatmu? (Ya.) Mengapa engkau berpendapat demikian? Apakah engkau berpendapat demikian hanya karena mereka tidak menyukai pernyataan ini? (Tidak.) Apa yang menyebabkan timbulnya perasaan muak itu dalam dirimu? (Penyebabnya adalah sikap mereka terhadap kebenaran.) Kemarahanmu tidak akan sebesar itu jika mereka menghargai perkataan ini sebagai perkataan yang lazim, sebagai teori atau keyakinan agama. Namun, ketika melihat perasaan jijik, kebencian, dan cemoohan timbul dalam diri mereka, ketika engkau melihat mereka melontarkan perkataan dan menunjukkan sikap serta watak yang merendahkan pernyataan kebenaran ini, engkau menjadi marah. Apakah benar demikian? Meskipun sebagian orang tidak percaya kepada Tuhan, mereka menghormati iman orang lain, dan tidak berusaha menjelek-jelekkan masalah iman yang dibicarakan orang lain. Engkau tidak memiliki perasaan muak atau benci terhadap mereka, engkau tetap dapat berteman dengan mereka dan hidup damai bersama mereka. Engkau semua tidak akan bermusuhan. Sebenarnya, ada sejumlah kecil orang tidak percaya yang dapat bergaul denganmu. Meskipun mereka tidak dapat menerima jalan yang benar dan menjadi anggota rumah Tuhan, engkau tetap dapat bergaul dan berinteraksi dengan mereka. Setidaknya, mereka memiliki hati nurani dan nalar. Mereka tidak bersekongkol melawanmu dan tidak akan menusukmu dari belakang, jadi engkau dapat bergaul dengan mereka. Terhadap orang-orang yang berusaha menjelek-jelekkan kebenaran—yang muak akan kebenaran—engkau merasakan kemarahan di dalam hatimu. Bisakah engkau berteman dengan mereka? (Tidak.) Selain tidak berteman dengan mereka, apa lagi pendapatmu tentang mereka? Jika engkau diminta untuk memilih tentang bagaimana engkau akan memperlakukan mereka, bagaimana engkau akan memperlakukan mereka? Engkau akan berkata, "Manusia diciptakan oleh Tuhan. Itu adalah fakta. Itulah kebenarannya. Betapa agung dan kudusnya hal itu! Engkau bukan saja tidak menerima ini, engkau juga berusaha menjelek-jelekkannya—engkau benar-benar tidak memiliki hati nurani. Jika Tuhan memberiku kuasa, aku akan mengutukmu, aku akan menghancurkanmu, aku akan mengubahmu menjadi abu!" Seperti itukah perasaanmu? (Ya.) Ini adalah rasa keadilan. Namun ketika engkau melihat bahwa mereka adalah setan, tindakan yang masuk akal adalah mengabaikan mereka, menjauh dari mereka. Ketika mereka berbicara kepadamu, tidak apa-apa jika engkau berpura-pura setuju saja. Ini adalah tindakan yang bijaksana untuk dilakukan. Namun, di lubuk hatimu, engkau mengetahui bahwa engkau menempuh jalan yang berbeda dari orang-orang seperti itu. Mereka tidak pernah bisa beriman kepada Tuhan, mereka sama sekali tidak akan pernah menerima kebenaran. Sekalipun mereka percaya kepada Tuhan, Dia tidak menginginkan mereka. Mereka menyangkal serta menentang Tuhan, mereka adalah binatang buas, mereka adalah setan, dan mereka tidak mengikuti jalan yang sama seperti kita. Orang-orang yang memiliki iman yang sejati kepada Tuhan tidak mau berhubungan dengan setan. Keadaan mereka baik-baik saja ketika tidak bertemu dengan setan, tetapi ketika bertemu dengan setan, mereka langsung menentangnya. Hati mereka hanya akan merasa damai jika mereka tidak bertemu dengan setan sama sekali. Ada orang-orang yang selalu berbicara tentang urusan rumah Tuhan kepada setan yang tidak percaya. Mereka ini adalah orang-orang yang paling bodoh. Mereka tidak mampu membedakan antara orang dalam dan orang luar, mereka adalah orang-orang bodoh yang ceroboh dan tidak memahami apa pun. Akankah Tuhan menyelamatkan orang-orang yang mampu melakukan hal-hal konyol seperti itu? Sama sekali tidak. Orang-orang yang selalu berurusan dengan setan adalah para pengikut yang bukan orang percaya. Mereka pasti bukan bagian dari rumah Tuhan, dan cepat atau lambat, mereka harus kembali kepada Iblis. Ada orang-orang yang tidak mampu membedakan siapa yang merupakan saudara-saudari dan siapa yang merupakan orang tidak percaya. Mereka adalah orang-orang yang paling bingung. Mereka memberitahukan urusan rumah Tuhan kepada setan-setan dan para pengikut yang bukan orang percaya. Ini seperti melemparkan mutiara pada babi dan memberikan apa yang kudus pada anjing. Setan-setan dan para pengikut yang bukan orang percaya itu seperti babi dan anjing, mereka termasuk di antara orang-orang yang biadab. Jika engkau membahas urusan rumah Tuhan dengan mereka, engkau akan terlihat bodoh. Setelah mendengarnya, mereka akan memfitnah rumah Tuhan dan kebenaran dengan santainya. Jika engkau melakukan hal ini, engkau akan mengecewakan Tuhan dan berutang kepada Tuhan. Urusan rumah Tuhan sama sekali tidak boleh didiskusikan dengan setan-setan dan para pengikut yang bukan orang percaya. Manusia saja merasa jengkel, menentang, dan tidak mau berhubungan dengan orang-orang yang tidak menyukai kebenaran, muak akan kebenaran, atau memfitnah kebenaran, lantas menurutmu bagaimana perasaan Tuhan? Watak Tuhan, esensi Tuhan, apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu, kehidupan Tuhan, serta esensi Tuhan sebagaimana diungkapkan oleh-Nya, semuanya adalah kebenaran. Tidak diragukan lagi, orang yang muak akan kebenaran adalah orang yang menentang Tuhan dan merupakan musuh Tuhan. Ini lebih dari sekadar masalah ketidaksesuaian dengan Tuhan. Terhadap orang-orang seperti ini, kemurkaan Tuhan sangatlah besar.
Sekarang engkau semua memiliki landasan, dan engkau dapat dianggap sebagai anggota rumah Tuhan. Engkau harus mengejar kebenaran dengan tekun, dan dalam proses melaksanakan tugasmu, selalu periksa perkataan dan perbuatanmu sendiri, periksa berbagai keadaanmu, dan berjuanglah untuk membuat beberapa perubahan dalam watakmu. Ini adalah hal yang berharga. Dengan demikian, engkau akan benar-benar mampu untuk datang ke hadapan Tuhan. Setidaknya, engkau harus membuat Tuhan menerima dirimu. Jika engkau tidak mampu mencapai tingkatan seperti Ayub dan tidak memiliki kualifikasi yang akan membuat Tuhan bertaruh dengan Iblis secara pribadi untuk mengujimu, setidaknya engkau dapat hidup dalam terang Tuhan melalui tindakan serta perilakumu, dan Tuhan akan memelihara dan melindungimu, serta mengakuimu sebagai salah seorang pengikut-Nya dan anggota rumah-Nya. Mengapa demikian? Karena semenjak engkau mengakui Tuhan dan percaya kepada Tuhan, engkau terus mencari cara untuk mengikuti jalan Tuhan. Karena Tuhan merasa puas dengan perilaku dan ketulusanmu, Dia telah menuntunmu ke dalam rumah-Nya untuk menerima pelatihan, untuk dipangkas, dan untuk menerima keselamatan dari-Nya. Berkat yang luar biasa! Bermula dari seseorang di luar rumah Tuhan yang tidak tahu apa-apa tentang Tuhan ataupun kebenaran, engkau menerima ujian pertama dari Tuhan, dan setelah engkau lulus ujian itu, Tuhan secara pribadi menuntunmu ke dalam rumah-Nya, membawamu ke hadapan-Nya, memercayakan suatu amanat kepadamu, mengatur tugas untuk kaulaksanakan, dan mengizinkanmu untuk melaksanakan beberapa tugas manusia dalam rencana pengelolaan Tuhan. Meskipun pekerjaan ini tidak mencolok, engkau mendapatkan pemeliharaan dan perlindungan dari Tuhan, dan engkau telah menerima janji dari-Nya. Berkat ini cukup besar. Kita akan mengesampingkan pembicaraan tentang dimahkotai dan diberi upah di dunia yang akan datang, dan hanya berbicara tentang apa yang dapat orang nikmati di kehidupan ini—kebenaran yang kaudengar, kasih karunia, belas kasihan, pemeliharaan, dan perlindungan Tuhan yang kaunikmati, bahkan berbagai macam pendisiplinan dan didikan yang Tuhan berikan kepadamu, serta semua kebenaran yang dibekalkan oleh Tuhan kepada manusia—katakan pada-Ku, seberapa banyak yang kauterima? Pada akhirnya, selain engkau memahami kebenaran ini, Tuhan juga akan menyelamatkanmu sepenuhnya dari kelompok Iblis, agar engkau berubah menjadi orang yang mengenal Tuhan, memiliki kebenaran sebagai hidupmu, serta berguna di rumah Tuhan. Bukankah ini merupakan berkat yang besar? (Ini adalah berkat yang besar.) Inilah janji Tuhan. Setelah membawamu masuk ke dalam rumah-Nya, Tuhan memberitahumu, "Engkau diberkati. Dengan memasuki gereja, engkau memiliki harapan untuk diselamatkan." Mungkin engkau tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, tetapi sebenarnya, janji Tuhan telah diberikan kepadamu. Pada saat yang sama, Tuhan melakukan semua itu untuk menggenapi janji ini—memberikan kebenaran, memangkasmu, memberimu tugas, dan memercayakan amanat kepadamu—sehingga hidupmu akan bertumbuh sedikit demi sedikit, dan engkau akan menjadi orang yang tunduk dan menyembah Tuhan. Sudahkah manusia menerima janji ini sekarang? Masih ada jalan yang harus ditempuh sebelum datangnya hari di mana janji itu diwujudkan dan digenapi. Sebenarnya, sebagian di antaramu telah menerima janji itu, dan sebagian di antaramu memiliki tekad tetapi belum menerimanya. Itu tergantung pada apakah engkau semua memiliki tekad untuk meraih janji ini dan mampu memenuhinya. Semua yang Tuhan lakukan diberikan kepada setiap orang selangkah demi selangkah, pada waktu yang tepat, dan dalam takaran yang tepat. Tidak pernah ada kesalahan, jadi engkau tidak perlu khawatir karena engkau bodoh, berkualitas buruk, masih muda, atau belum lama percaya kepada Tuhan. Jangan biarkan alasan-alasan objektif ini memengaruhi jalan masuk kehidupanmu. Apa pun yang Tuhan firmankan, pertama-tama, itu memungkinkan manusia untuk mengetahui dan menilai secara akurat tingkat pertumbuhan dan kualitas mereka yang sebenarnya serta mengetahui keadaan mereka sendiri. Kedua, dari sisi positifnya, firman Tuhan memberikan pemahaman yang lebih dalam akan kebenaran kepada orang dan memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran serta melaksanakan tugas mereka dengan baik agar mampu memenuhi maksud Tuhan. Inilah tujuan dari firman Tuhan. Sebenarnya, mencapai hal-hal ini sangatlah mudah. Asalkan engkau memiliki hati yang mencintai kebenaran, tidak akan ada kesulitan. Apa kesulitan terbesar bagi manusia? Kesulitan terbesarnya adalah karena engkau muak akan kebenaran dan tidak mencintai kebenaran sama sekali. Inilah kesulitan terbesarnya. Ini menyangkut masalah natur. Jika engkau tidak benar-benar bertobat, bisa timbul masalah. Jika engkau muak akan kebenaran, selalu memfitnah kebenaran dan menghinanya, jika engkau memiliki natur seperti ini, engkau tidak akan mudah berubah. Sekalipun engkau berubah, masih harus dilihat apakah sikap Tuhan juga telah berubah atau belum. Jika apa yang kaulakukan mampu mengubah sikap Tuhan, engkau masih memiliki harapan untuk diselamatkan. Jika engkau tidak mampu mengubah sikap Tuhan, dan di lubuk hati Tuhan, Dia telah lama muak akan esensimu, berarti engkau tidak memiliki harapan untuk diselamatkan. Oleh sebab itu, engkau semua harus memeriksa dirimu sendiri. Jika engkau berada dalam keadaan di mana engkau muak akan kebenaran dan menentang kebenaran, ini sangat berbahaya. Jika engkau sering menimbulkan keadaan semacam itu, sering terjatuh ke dalam keadaan semacam itu, atau jika engkau pada dasarnya adalah jenis orang seperti itu, berarti ini adalah masalah yang lebih besar lagi. Jika engkau terkadang berada dalam keadaan yang muak akan kebenaran, pertama, itu mungkin disebabkan oleh tingkat pertumbuhanmu yang kecil; kedua, watak rusak manusia itu sendiri mengandung esensi semacam ini, yang mau tak mau akan menimbulkan keadaan ini. Namun, keadaan ini tidak menggambarkan esensimu. Terkadang, emosi sesaat dapat menimbulkan keadaan yang membuatmu muak akan kebenaran. Ini hanya bersifat sementara dan bukan disebabkan oleh esensi watakmu yang muak akan kebenaran. Jika bersifat sementara, keadaan ini dapat diubah, tetapi bagaimana engkau mengubahnya? Engkau harus segera datang ke hadapan Tuhan untuk mencari kebenaran dalam hal ini dan mampu mengakui kebenaran, serta tunduk kepada Tuhan dan kebenaran. Dengan demikian, keadaan ini akan terselesaikan. Jika engkau tidak menyelesaikannya dan membiarkannya terus berlanjut, engkau berada dalam bahaya. Sebagai contoh, ada orang-orang yang berkata: "Lagi pula, aku berkualitas buruk dan tidak mampu memahami kebenaran, jadi aku akan berhenti mengejar kebenaran, dan aku juga tidak perlu tunduk kepada Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan memberiku kualitas seperti ini? Tuhan tidak adil!" Engkau menyangkal keadilan Tuhan. Bukankah ini sikap muak akan kebenaran? Ini adalah sikap dan perwujudan muak akan kebenaran. Ada konteks di balik terjadinya perwujudan ini, jadi kita perlu mencari tahu konteks dan sumber masalahnya. Begitu sumber masalahnya terselesaikan, keadaan yang kauhadapi juga akan lenyap bersama dengan sumber masalah tersebut. Beberapa keadaan itu seperti gejala, misalnya batuk, yang mungkin disebabkan oleh masuk angin atau radang paru-paru. Jika engkau menyembuhkan masuk angin atau radang paru-paru tersebut, batuknya juga akan membaik. Ketika sumber masalahnya terselesaikan, gejalanya pun menghilang. Namun, sebagian keadaan muak akan kebenaran bukanlah gejala, melainkan tumor. Penyebab utama dari penyakit ini ada di dalam dirimu. Engkau mungkin tidak dapat menemukan gejala apa pun jika melihatnya dari luar, tetapi begitu penyakit ini muncul, akibatnya fatal. Ini adalah masalah yang sangat serius. Orang-orang seperti itu tidak pernah menerima atau mengakui kebenaran, atau bahkan terus-menerus memfitnah kebenaran seperti orang-orang tidak percaya. Sekalipun kata-kata itu tidak pernah keluar dari bibirnya, mereka terus-menerus memfitnah, menolak, serta menyangkal kebenaran dalam hati mereka. Kebenaran tentang apa pun itu—entah itu tentang mengenal diri sendiri, mengakui watak rusak, menerima kebenaran, tunduk kepada Tuhan, tidak melakukan berbagai hal secara asal-asalan, atau menjadi orang yang jujur—mereka tidak menerima, mengakui, atau memerhatikan aspek kebenaran apa pun, atau bahkan menyangkal dan memfitnah seluruh aspek kebenaran. Ini adalah watak yang muak akan kebenaran, ini adalah semacam esensi. Esensi semacam ini membawa pada hasil akhir yang seperti apa? Dibenci, ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan, lalu binasa. Akibatnya sangatlah serius.
Apakah persekutuan kita hari ini mengenai hal-hal ini bermanfaat bagimu? (Ya. Aku mengetahui seperti apa kualitas yang baik dan seperti apa kualitas yang buruk, aku memiliki pemahaman yang nyata tentang kualitasku sendiri, dan aku mampu menilai diriku sendiri dengan akurat ketika ada sesuatu yang terjadi padaku. Aku tidak akan bersikap congkak dan merasa diri benar, tetapi melaksanakan tugasku dengan cara yang bersahaja.) Apa pun aspek kebenaran yang kita persekutukan, itu akan bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanmu. Jika engkau semua mampu menerima perkataan ini dan menerapkannya dalam kehidupanmu sehari-hari, berarti apa yang telah Kufirmankan tidaklah sia-sia. Setiap kali engkau semua mulai memahami sedikit kebenaran, engkau semua akan melakukan berbagai hal dengan lebih tepat, dan jalanmu akan terbuka sedikit lebih lebar. Jika engkau hanya mengetahui sedikit kebenaran dan tidak memiliki pemahaman yang jelas mengenai tingkat pertumbuhan dan kualitasmu yang sebenarnya, engkau akan selalu melakukan berbagai hal dengan tidak tepat, selalu melebih-lebihkan dirimu sendiri dan memberikan penilaian yang terlalu tinggi pada dirimu sendiri, serta melakukan berbagai hal berdasarkan gagasan dan imajinasi tanpa menyadarinya, dan justru mengira bahwa engkau bertindak berdasarkan kebenaran. Engkau akan menganggap gagasan dan imajinasi ini sebagai prinsip-prinsip kebenaran. Engkau akan melakukan penyimpangan yang sangat besar dalam hal-hal yang kaulakukan. Jika gagasan, imajinasi, pengetahuan, dan pembelajaran dari manusia ini mendominasi hati orang-orang, mereka tidak akan mencari kebenaran. Jika kebenaran menjadi hal yang kedua, ketiga, atau bahkan yang terakhir dalam hatimu, lalu apa yang berkuasa atasmu? Yang berkuasa atasmu adalah watak Iblismu serta gagasan, falsafah, pengetahuan, dan pembelajaran dari manusia. Hal-hal ini berdaulat atas dirimu, jadi pekerjaan yang Tuhan lakukan pada dirimu tidak akan efektif. Jika firman Tuhan dan kebenaran belum menjadi hidup di dalam dirimu, berarti engkau masih jauh dari diselamatkan. Engkau belum melangkah di jalan keselamatan. Apakah menurutmu hati Tuhan tidak gelisah? Sebesar apa belas kasihan yang harus Tuhan perlihatkan kepadamu untuk menempatkanmu di jalan keselamatan? Jika engkau semua mampu melepaskan diri dari budaya dan pengetahuan tradisional serta falsafah Iblis, belajar untuk menilai semua hal ini dengan kebenaran berdasarkan firman Tuhan, menggunakan prinsip-prinsip kebenaran sebagai standar untuk mengamati berbagai hal, dan melaksanakan tugasmu dengan baik, engkau semua akan benar-benar menjadi orang yang memiliki kenyataan kebenaran, orang yang memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Sekarang ini, engkau semua belum berada pada taraf ini, masih ada jalan yang harus kautempuh. Engkau hanya memiliki sedikit kehidupan, dan engkau masih harus hidup berdasarkan belas kasihan, kasih, dan toleransi dari Tuhan. Artinya, tingkat pertumbuhanmu masih terlalu kecil. Jika engkau diberi tugas, akankah engkau mampu menyelesaikannya secara mandiri? Mampukah engkau melakukan pekerjaan itu dengan baik? Jika engkau membuat kekacauan, berarti engkau menentang Tuhan dan tidak menghormati-Nya. Jika engkau baru menyelesaikan separuh dari pekerjaanmu, tetapi kemudian engkau pergi untuk bersenang-senang, bukankah itu memperlihatkan bahwa engkau kurang stabil? Itu menunjukkan bahwa engkau bukanlah pekerja yang dapat diandalkan dan engkau tidak melakukan pekerjaanmu dengan benar. Ketika melaksanakan tugasmu, engkau selalu membutuhkan orang untuk mengawasi dan memantaumu. Ada orang-orang berusia tiga puluh dan empat puluhan yang masih memiliki karakter seperti ini. Semuanya sudah berakhir bagi mereka. Mereka tidak akan mencapai hasil apa pun dalam hidup mereka. Jika engkau berusia dua puluhan dan baru percaya kepada Tuhan selama dua atau tiga tahun, engkau masih dapat diampuni jika tingkat pertumbuhanmu rendah. Tidak stabil, tidak dapat diandalkan, selalu harus dijaga, dilindungi, diingatkan, dinasihati, dan dibimbing oleh Tuhan, selalu merasa perlu menikmati kasih karunia Tuhan ini, hidup dengan mengandalkan kasih karunia ini, dan tidak mampu melakukan apa pun tanpa hal tersebut, inilah yang dimaksud dengan memiliki tingkat pertumbuhan yang terlalu rendah. Engkau semua berada dalam keadaan ini sekarang. Jika segala sesuatunya tidak dijabarkan secara jelas dan terperinci kepadamu, terkadang engkau semua akan melakukan kesalahan dan membuat pekerjaanmu berantakan. Jika ada hal kecil yang tidak dijelaskan kepadamu, engkau akan tersesat, sehingga membuat orang lain terus merasa khawatir. Dari luarnya, engkau semua adalah orang dewasa, tetapi pada kenyataannya, engkau tidak memiliki banyak kehidupan dalam rohmu. Meskipun engkau memiliki kehendak dan ketulusan untuk melaksanakan tugasmu, dan engkau juga memiliki iman yang sejati, pemahamanmu tentang kebenaran terlalu sedikit. Dalam melaksanakan tugasmu, engkau sepenuhnya bergantung pada kasih karunia, berkat, bimbingan, dan pengingat dari Tuhan untuk bergerak maju. Jika kurang dari itu, semuanya tidak akan berjalan dengan benar. Jadi, aspek manakah dari watak Tuhan yang benar yang tampak dalam dirimu? Belas kasihan-Nya yang berlimpah. Tentu saja, ini adalah prinsip pekerjaan Tuhan. Mengapa engkau semua masih belum mengalami ujian dan pemurnian dari Tuhan? Karena engkau semua tidak memiliki tingkat pertumbuhan seperti itu. Engkau semua memiliki tingkat pertumbuhan yang terlalu rendah, engkau memahami terlalu sedikit kebenaran, engkau tidak mampu menyelami sumber permasalahan apa pun, engkau menjadi bingung ketika menemui kesulitan, engkau tidak tahu harus mulai dari mana, engkau selalu menyebabkan orang lain merasa khawatir, dan apa pun tugas yang kaulaksanakan, engkau harus diajarkan oleh orang lain cara melakukannya selangkah demi selangkah, yang membutuhkan terlalu banyak upaya dari pihak lain. Semuanya harus dijabarkan kepadamu secara terperinci dan diulangi lebih dari sekali, jika tidak, itu tidak akan berjalan dengan baik. Hal-hal biasa harus dikatakan dua atau tiga kali, tetapi setelah beberapa saat, engkau akan lupa, dan penjelasannya harus diulangi beberapa kali lagi. Orang macam apakah ini? Ini adalah orang bingung yang tidak mencurahkan segenap hati atau pikiran mereka dalam apa yang mereka lakukan, dan tidak memenuhi syarat untuk berjerih payah. Mampukah orang-orang seperti itu memahami kebenaran? Pasti tidak mudah bagi mereka untuk memahami kebenaran karena kualitas mereka begitu buruk dan mereka tidak mampu mencapai taraf kebenaran. Ada orang-orang yang rendah tingkat pertumbuhannya, tetapi mereka mampu mempelajari sesuatu setelah mengalaminya satu kali, dua kali, atau tiga kali. Jika mereka mampu mengerti dan memahami kebenaran setelah mendengar persekutuan tentang kebenaran, mereka adalah orang-orang yang berkualitas. Bukan masalah besar jika orang memiliki kualitas tetapi tingkat pertumbuhannya rendah. Ini hanya berkaitan dengan dalamnya pengalaman orang tersebut, dan secara langsung berkaitan dengan dalamnya pemahaman mereka akan kebenaran. Setelah memiliki lebih banyak pengalaman dan pemahaman yang lebih dalam akan kebenaran, tingkat pertumbuhan mereka akan meningkat secara alami.
2 Maret 2019