1. Yang dimaksud dengan kasih sejati bagi Tuhan dan makna penting kasih bagi Tuhan
Firman Tuhan yang Relevan:
Hakikat Tuhan tidak hanya untuk manusia percaya kepada-Nya; terlebih dari itu, untuk manusia mengasihi-Nya. Namun, banyak orang yang percaya kepada Tuhan tidak mampu menemukan "rahasia" ini. Manusia tidak berani mengasihi Tuhan, mereka juga tidak berusaha untuk mengasihi Dia. Mereka tidak pernah menemukan bahwa ada begitu banyak hal yang patut dicintai tentang Tuhan; mereka tidak pernah mengetahui bahwa Tuhan adalah Tuhan yang mengasihi manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan untuk dikasihi oleh manusia. Keindahan Tuhan dinyatakan dalam pekerjaan-Nya: hanya ketika manusia mengalami pekerjaan-Nya, mereka dapat menemukan keindahan-Nya; hanya dalam pengalaman mereka yang nyata, mereka dapat menghargai keindahan Tuhan; dan tanpa mengamatinya dalam kehidupan nyata, tak seorang pun dapat menemukan keindahan Tuhan. Begitu banyak hal yang patut dikasihi tentang Tuhan, tetapi tanpa benar-benar terlibat dengan-Nya, manusia tidak mampu menemukan hal itu. Dengan kata lain, jika Tuhan tidak menjadi daging, manusia tidak akan mampu benar-benar berhubungan dengan-Nya, dan jika mereka tidak dapat betul-betul terlibat dengan-Nya, mereka juga tidak akan dapat mengalami pekerjaan-Nya—dan karenanya kasih mereka kepada Tuhan pun akan tercemar oleh banyak dusta dan imajinasi. Kasih kepada Tuhan yang di surga tidak senyata seperti kasih kepada Tuhan yang di bumi, karena pengetahuan manusia tentang Tuhan yang di surga dibangun di atas imajinasi mereka, bukan pada apa yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri, dan apa yang telah mereka alami secara pribadi. Ketika Tuhan datang ke bumi, orang-orang dapat menyaksikan perbuatan-Nya yang nyata dan keindahan-Nya, dan mereka dapat menyaksikan segala sesuatu tentang watak-Nya yang nyata dan normal, yang ribuan kali lebih nyata daripada pengetahuan tentang Tuhan yang di surga. Sebesar apa pun orang mengasihi Tuhan yang di surga, tidak ada yang nyata tentang kasih ini, dan kasih ini penuh dengan gagasan manusia. Sekecil apa pun kasih mereka kepada Tuhan yang di bumi, kasih ini nyata; bahkan sekalipun hanya sedikit, kasih itu tetap saja nyata. Tuhan menyebabkan manusia mengenal Dia melalui pekerjaan nyata, dan melalui pengetahuan inilah Dia mendapatkan kasih mereka. Seperti halnya Petrus: jika dia tidak hidup bersama Yesus, mustahil baginya untuk memuja Yesus. Demikian juga, kesetiaannya terhadap Yesus dibangun di atas keterlibatannya dengan Yesus. Untuk membuat manusia mengasihi diri-Nya, Tuhan telah datang di antara manusia dan hidup bersama manusia, dan satu-satunya yang Dia inginkan agar manusia lihat dan alami adalah kenyataan diri Tuhan.
Dikutip dari "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika orang ingin mengasihi Tuhan, mereka harus merasakan keindahan Tuhan dan menyaksikan keindahan Tuhan; hanya setelah itulah, di dalam diri mereka dapat dibangkitkan hati yang mengasihi Tuhan, hati yang menginspirasi orang-orang untuk menyerahkan diri mereka dengan setia kepada Tuhan. Tuhan tidak membuat manusia mengasihi Dia melalui perkataan, ungkapan, atau imajinasi mereka, dan Dia tidak memaksa orang untuk mengasihi diri-Nya. Sebaliknya, Dia membiarkan manusia mengasihi diri-Nya atas kemauan mereka sendiri, dan Dia membiarkan mereka menyaksikan keindahan-Nya dalam pekerjaan dan perkataan-Nya, dimana setelah itu, kasih kepada Tuhan terlahir di dalam diri mereka. Hanya dengan cara demikianlah, orang dapat benar-benar menjadi kesaksian bagi Tuhan. Manusia tidak mengasihi Tuhan karena mereka telah didesak oleh orang lain untuk tidak mengasihi-Nya, dan itu juga bukan dorongan emosional sesaat. Manusia mengasihi Tuhan karena mereka telah menyaksikan keindahan-Nya, karena mereka telah melihat bahwa ada begitu banyak hal tentang Dia yang layak menerima kasih manusia, karena mereka telah menyaksikan keselamatan, hikmat, dan segala perbuatan ajaib Tuhan—dan sebagai akibatnya, mereka benar-benar memuji Tuhan, dan sungguh-sungguh merindukan-Nya, dan di dalam diri mereka pun bangkitlah gairah sehingga mereka tidak mampu bertahan tanpa memperoleh Tuhan. Alasan mengapa mereka yang sungguh-sungguh bersaksi bagi Tuhan mampu memberikan kesaksian yang berkumandang tentang Dia adalah karena kesaksian mereka di bangun di atas fondasi pengetahuan yang benar dan kerinduan sesungguhnya akan Tuhan. Kesaksian seperti itu tidak disampaikan menurut dorongan emosional sesaat, tetapi berdasarkan pada pengetahuan mereka tentang Tuhan dan watak-Nya. Karena mereka telah mengenal Tuhan, mereka merasa bahwa mereka tentu saja harus bersaksi bagi Tuhan dan membuat semua orang yang merindukan Tuhan mengenal Tuhan, dan menyadari akan keindahan Tuhan serta kenyataan diri-Nya. Sebagaimana kasih orang kepada Tuhan, kesaksian mereka pun bersifat spontan; kesaksian mereka nyata, dan memiliki makna serta nilai yang nyata. Kesaksian mereka tidak pasif atau hampa ataupun tanpa arti. Alasan mengapa hanya orang yang benar-benar mengasihi Tuhan yang paling memiliki nilai dan makna dalam hidup mereka, alasan mengapa mereka hanya sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, adalah karena orang-orang ini mampu hidup dalam terang Tuhan dan mampu hidup bagi pekerjaan dan pengelolaan Tuhan. Itu karena mereka tidak hidup dalam kegelapan, melainkan hidup dalam terang; mereka tidak menjalani kehidupan yang tanpa makna, melainkan kehidupan yang telah diberkati oleh Tuhan. Hanya mereka yang mengasihi Tuhan yang mampu bersaksi bagi Tuhan, hanya merekalah saksi-saksi Tuhan, hanya merekalah yang diberkati oleh Tuhan, dan hanya merekalah yang dapat menerima janji-janji Tuhan. Mereka yang mengasihi Tuhan adalah sahabat karib Tuhan; mereka adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan, dan mereka dapat menikmati berkat bersama dengan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan hidup sampai kekekalan, dan hanya merekalah yang akan selamanya hidup di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Tuhan adalah untuk dikasihi oleh manusia, dan Dia layak menerima kasih semua orang, tetapi tidak semua orang mampu mengasihi Tuhan, dan tidak semua orang dapat bersaksi bagi Tuhan dan memegang kuasa dengan Tuhan. Karena mereka mampu bersaksi bagi Tuhan, dan mencurahkan segenap upaya mereka bagi pekerjaan Tuhan, mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dapat berjalan ke mana pun di bawah langit tanpa ada yang berani menentang mereka, dan mereka dapat memegang kuasa di bumi dan memerintah semua umat Tuhan. Orang-orang ini telah datang bergabung dari seluruh dunia. Mereka berbicara bahasa yang berbeda dan memiliki warna kulit yang berbeda, tetapi keberadaan mereka memiliki arti yang sama; mereka semua memiliki hati yang mengasihi Tuhan, mereka semua memiliki kesaksian yang sama, memiliki tekad yang sama serta keinginan yang sama. Mereka yang mengasihi Tuhan dapat berjalan bebas di seluruh dunia, dan mereka yang bersaksi bagi Tuhan dapat melakukan perjalanan melintasi alam semesta. Orang-orang ini dikasihi oleh Tuhan, mereka diberkati oleh Tuhan, dan mereka akan selamanya hidup dalam terang-Nya.
Dikutip dari "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Tidak ada pelajaran yang lebih mendalam dibandingkan dengan pelajaran mengasihi Tuhan, dan dapat dikatakan bahwa pelajaran yang manusia petik dari kepercayaan seumur hidupnya adalah bagaimana mengasihi Tuhan. Artinya, jika engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus mengasihi Tuhan. Jika engkau hanya percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengasihi-Nya dan belum mendapatkan pengenalan akan Tuhan, dan tidak pernah mengasihi Tuhan dengan kasih sejati yang berasal dari hatimu, maka kepercayaanmu kepada Tuhan adalah sia-sia; apabila, dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, engkau tidak mengasihi Tuhan, maka engkau hidup dalam kesia-siaan, dan seluruh hidupmu adalah yang paling hina dari semua kehidupan. Jika di sepanjang hidupmu, engkau tidak pernah mengasihi atau memuaskan Tuhan, lalu apa gunanya engkau hidup? Apa gunanya kepercayaanmu kepada Tuhan? Bukankah itu adalah upaya yang sia-sia?
Dikutip dari "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
"Kasih," sebagaimana disebut, mengacu kepada emosi yang murni dan tanpa cela, di mana engkau menggunakan hatimu untuk mengasihi, merasakan, dan berlaku bijak. Dalam kasih tidak ada syarat, tidak adabatasan, dan tidak ada jarak. Dalam kasih tidak ada kecurigaan, tidak ada tipu daya, dan tidak ada kelicikan. Dalam kasih tidak ada pertukaran dan tidak ada suatu pun yang tidak murni. Jika engkau mengasihi, maka engkau tidak akan menipu, mengeluh, mengkhianati, memberontak, memeras, atau berusaha mendapatkan sesuatu atau mendapatkan suatu jumlah tertentu. Jika engkau mengasihi, maka engkau akan dengan senang hati membaktikan dirimu, dengan senang hati menderita kesukaran, dan engkau akan menjadi selaras dengan-Ku, engkau akan merelakan semua yang engkau miliki demi Aku, engkau akan merelakan keluargamu, masa depanmu, masa mudamu, dan perkawinanmu. Jika tidak, kasihmu bukanlah kasih sama sekali, melainkan dusta dan pengkhianatan! Seperti apakah kasihmu? Apakah kasih yang sejati? Ataukah palsu? Seberapa banyak yang sudahengkau relakan? Seberapa banyak yang sudah engkau persembahkan? Seberapa banyak kasih yang sudah Kuterima darimu? Tahukah kau? Hatimu penuh dengan kejahatan, pengkhianatan, dan dusta—dan jika demikian, berapa banyak kasihmu yang tidak murni? Engkau semua berpikir bahwa engkau sudah cukup berkorban untuk-Ku; engkau semua berpikir bahwa kasihmu bagi-Ku sudah cukup. Lalu mengapa perkataan dan tindakanmu selalu mengandung pemberontakan dandusta? Engkau mengikut-Ku, tetapi engkau tidak mengakui firman-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau mengikut-Ku, tetapi lalu mengesampingkan-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau semua mengikut-Ku, tetapi engkau tidak percaya kepada-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau semua mengikut-Ku, tetapi engkau tidak bisa menerima keberadaan-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau mengikut-Ku, tetapi engkau tidak memperlakukan-Ku sepadan dengan siapa Aku, dan engkau selalu mempersulit hal-hal bagi-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau mengikut-Ku, tetapi engkau berusaha membodohi-Ku dan menipu-Ku dalamsetiap perkara. Apakah ini disebut kasih? Engkau melayani-Ku, tetapi engkau tidak takut akan Aku. Apakah ini disebut kasih? Engkau semua menentang-Ku dalam segala hal dan segalasesuatu. Apakah semua ini disebut kasih? Engkau sudah banyak membaktikan diri, itu benar, tetapi engkau tidak pernah melakukan apa yang Aku kehendaki darimu. Bisakah ini disebut kasih? Pertimbangan yang saksama menunjukkan bahwa tidak ada sedikit pun tanda kasih bagi-Ku dalam dirimu. Setelah pekerjaan bertahun-tahun dan semua firman yang Aku sampaikan, berapa banyak yang sesungguhnya sudah engkau dapatkan? Tidak patutkah ini direnungkan kembali dengan saksama?
Dikutip dari "Banyak yang Dipanggil, Tetapi Sedikit yang Dipilih" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Hari ini, untuk percaya kepada Tuhan yang praktis, engkau harus menginjakkan kaki di jalan yang benar. Jika engkau percaya kepada Tuhan, engkau tidak semestinya hanya mencari berkat, tetapi berusahalah mengasihi dan mengenal Tuhan. Melalui pencerahan-Nya, melalui pencarian pribadimu sendiri, engkau dapat makan dan minum firman-Nya, mengembangkan pemahaman sejati akan Tuhan, dan memiliki kasih sejati akan Tuhan yang bersumber dari hatimu yang paling dalam. Dengan kata lain, ketika kasihmu kepada Tuhan paling tulus, dan tidak ada yang bisa menghancurkan atau menghalangi kasihmu kepada-Nya, saat inilah engkau berada di jalan yang benar dalam kepercayaanmu kepada Tuhan. Ini membuktikan bahwa engkau adalah milik Tuhan, karena hatimu sudah menjadi milik Tuhan dan tidak ada hal lain yang bisa memilikimu. Melalui pengalamanmu, melalui harga yang telah kaubayar, dan melalui pekerjaan Tuhan, engkau dapat mengembangkan kasih kepada Tuhan tanpa diminta—dan ketika engkau melakukannya, engkau akan menjadi bebas dari pengaruh Iblis dan akan hidup dalam terang firman Tuhan. Hanya ketika engkau telah terbebas dari pengaruh kegelapan, barulah dapat dikatakan engkau telah memperoleh Tuhan. Dalam imanmu kepada Tuhan, engkau harus berusaha mencari tujuan ini. Ini adalah tugasmu masing-masing. Tak satu pun darimu yang boleh puas dengan keadaan saat ini. Pemikiranmu tidak boleh bercabang terhadap pekerjaan Tuhan, maupun menganggapnya enteng. Engkau harus memikirkan Tuhan dalam segala hal dan setiap saat, dan melakukan semua hal demi Dia. Dan setiap kali engkau berbicara atau bertindak, engkau harus mengutamakan kepentingan rumah Tuhan. Hanya dengan demikian, engkau dapat memperkenan hati Tuhan.
Dikutip dari "Engkau Harus Hidup untuk Kebenaran karena Engkau Percaya kepada Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Mereka yang melayani Tuhan harus menjadi sahabat karib Tuhan, mereka harus berkenan kepada Tuhan, dan mampu menunjukkan loyalitas tertinggi kepada Tuhan. Apakah engkau melakukannya di belakang atau di depan umum, engkau dapat memperoleh sukacita Tuhan di hadapan Tuhan, engkau mampu berdiri teguh di hadapan Tuhan, dan terlepas dari bagaimana orang lain memperlakukanmu, engkau senantiasa menapaki jalan yang harus kaujalani, dan memberi perhatian penuh pada beban Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang adalah sahabat karib Tuhan. Sahabat karib Tuhan mampu melayani-Nya secara langsung karena mereka telah diberikan amanat agung Tuhan dan beban Tuhan, mereka mampu menjadikan hati Tuhan menjadi hati mereka, dan menjadikan beban Tuhan sebagai beban mereka sendiri, dan mereka tidak memikirkan prospek masa depan mereka: meskipun mereka tidak akan mendapatkan apa pun, mereka akan selalu percaya kepada Tuhan dengan hati yang mengasihi Dia. Karena itu, orang semacam ini adalah sahabat karib Tuhan. Sahabat karib Tuhan adalah orang kepercayaan-Nya juga; hanya orang kepercayaan Tuhan yang bisa ikut merasakan keresahan-Nya, dan pemikiran-Nya, dan meskipun daging mereka sakit dan lemah, mereka mampu menanggung rasa sakit dan meninggalkan apa yang mereka cintai demi memuaskan Tuhan. Tuhan memberi beban lebih banyak kepada orang-orang semacam itu, dan apa yang ingin Tuhan lakukan dipersaksikan dalam kesaksian orang-orang semacam itu. Dengan demikian, orang-orang ini memperkenan Tuhan, mereka adalah pelayan Tuhan yang berkenan di hati-Nya, dan hanya orang semacam ini yang bisa memerintah bersama Tuhan. Saat engkau telah benar-benar menjadi sahabat karib Tuhan adalah saat engkau benar-benar akan memerintah bersama dengan Tuhan.
Dikutip dari "Bagaimana Melayani dalam Keselarasan dengan Kehendak Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi kepadamu adalah sebuah ujian besar dan merupakan saat ketika Tuhan membutuhkanmu untuk menjadi kesaksian. Meskipun dari luar semua itu kelihatannya tidak penting, ketika hal-hal ini terjadi, semua ini menunjukkan apakah engkau mengasihi Tuhan atau tidak. Jika engkau mengasihi-Nya, engkau akan mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya, dan jika engkau belum menerapkan kasih kepada-Nya, ini menunjukkan bahwa engkau bukan orang yang melakukan kebenaran, bahwa engkau tidak memiliki kebenaran, dan tidak memiliki hidup. Engkau hanyalah sekam! Segala sesuatu yang terjadi kepada orang-orang terlaksana saat Tuhan mengharuskan mereka untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Dia. Meskipun tidak ada hal besar yang terjadi kepadamu saat ini dan engkau tidak menjadi kesaksian yang besar, setiap detail kehidupanmu sehari-hari adalah kesaksian bagi Tuhan. Jika engkau dapat membuat saudara-saudari, anggota keluarga, dan semua orang di sekitarmu kagum; jika pada suatu hari orang tidak percaya datang, dan mengagumi semua hal yang kaulakukan, dan melihat bahwa semua yang Tuhan lakukan menakjubkan, berarti engkau telah menjadi kesaksian. Walaupun engkau tidak memiliki pengertian dan kualitasmu rendah, melalui penyempurnaan Tuhan atas dirimu, engkau akan mampu memuaskan Dia dan memperhatikan kehendak-Nya, menunjukkan kepada orang lain pekerjaan besar apa yang telah Dia lakukan dalam diri orang-orang dengan kualitas terburuk. Ketika orang mulai mengenal Tuhan dan menjadi para pemenang di hadapan Iblis, luar biasa setia kepada Tuhan, maka tidak ada yang lebih pemberani daripada sekelompok orang ini, dan inilah kesaksian yang terbesar. Walaupun engkau tidak mampu melakukan pekerjaan yang besar, engkau mampu memuaskan Tuhan. Orang lain tidak mampu mengesampingkan gagasan mereka, tetapi engkau mampu; orang lain tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan melalui pengalaman nyata mereka, tetapi engkau mampu menggunakan tingkat pertumbuhan dan tindakan nyatamu untuk membalas kasih Tuhan dan menjadi kesaksian yang meyakinkan bagi-Nya. Hanya inilah yang bisa dianggap benar-benar mengasihi Tuhan.
Dikutip dari "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Bagaimana pun cara Tuhan bekerja, dan dalam lingkungan seperti apa pun engkau, engkau mampu mengejar kehidupan, dan mencari kebenaran, serta mencari pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan, dan memiliki pemahaman tentang tindakan-tindakan-Nya, dan engkau mampu bertindak sesuai kebenaran. Melakukan semua itu menunjukkan bahwa engkau belum kehilangan iman kepada Tuhan. Engkau hanya dapat memiliki iman yang sejati kepada Tuhan jika engkau mampu untuk teguh mengejar kebenaran melalui pemurnian, jika engkau mampu benar-benar mengasihi Tuhan dan tidak mengembangkan keraguan tentang Dia, jika apa pun yang Dia lakukan, engkau tetap melakukan kebenaran untuk memuaskan-Nya, dan jika engkau mampu mencari kehendak-Nya secara mendalam dan memikirkan kehendak-Nya. Di masa lalu, ketika Tuhan berkata engkau akan memerintah sebagai raja, engkau mengasihi Dia, dan ketika Dia secara terbuka menunjukkan diri-Nya kepadamu, engkau mengejar-Nya. Namun sekarang Tuhan tersembunyi, engkau tidak bisa melihat-Nya, dan masalah telah datang menimpamu—sekarang di saat seperti ini, apakah engkau kehilangan harapan kepada Tuhan? Jadi, setiap saat engkau harus mengejar kehidupan dan berusaha memuaskan kehendak Tuhan. Inilah yang disebut iman sejati, dan ini adalah kasih yang paling sejati dan jenis kasih yang paling indah.
Dikutip dari "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Orang sering berbicara mengenai membiarkan Tuhan menjadi hidup mereka, tetapi pengalaman mereka belum mencapai taraf tersebut. Engkau sekadar berkata bahwa Tuhan adalah hidupmu, bahwa Dia menuntunmu setiap hari, bahwa engkau makan dan minum firman-Nya setiap hari, dan bahwa engkau berdoa kepada-Nya setiap hari, dan karenanya Dia telah menjadi hidupmu. Pengetahuan orang-orang yang berkata seperti ini sangatlah dangkal. Dalam diri banyak orang tidak ada dasar; firman Tuhan telah tertanam di dalam diri mereka, tetapi firman Tuhan itu belum bertunas, apalagi menghasilkan buah apa pun. Sekarang ini, sudah sejauh manakah engkau mengalami? Baru sekarang, setelah Tuhan memaksamu sampai sejauh ini, engkau merasa bahwa engkau tidak dapat meninggalkan Tuhan. Suatu hari, ketika engkau telah mencapai titik tertentu, jika Tuhan memintamu pergi, engkau tidak akan sanggup melakukannya. Engkau akan selalu merasa bahwa engkau tidak sanggup tanpa Tuhan di dalam dirimu; engkau bisa bertahan tanpa suami, istri, atau anak-anak, tanpa keluarga, tanpa ibu atau ayah, tanpa kenikmatan daging, tetapi engkau tidak sanggup tanpa Tuhan. Tanpa Tuhan akan terasa seperti engkau kehilangan hidupmu; engkau tidak akan sanggup hidup tanpa Tuhan. Pada saat engkau telah mengalami sampai titik ini, engkau telah mencapai sasaran dalam imanmu kepada Tuhan, dan dengan cara demikian Tuhan telah menjadi hidupmu, Dia telah menjadi dasar keberadaanmu. Engkau tidak akan pernah lagi mampu meninggalkan Tuhan. Ketika engkau telah mengalami sampai taraf ini, engkau telah sungguh-sungguh menikmati kasih Tuhan, dan ketika engkau memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Tuhan, Dia akan menjadi hidupmu, kasihmu, dan saat itulah engkau akan berdoa kepada Tuhan dan berkata: "Ya Tuhan! Aku tidak sanggup meninggalkan-Mu. Engkau adalah hidupku. Aku dapat bertahan tanpa semua yang lain—tetapi tanpa-Mu aku tidak sanggup terus hidup." Inilah tingkat pertumbuhan manusia yang sesungguhnya; inilah kehidupan yang nyata. Beberapa orang telah dipaksa untuk mencapai sejauh yang telah mereka capai saat ini: mereka harus terus maju entah mereka menginginkannya atau tidak, dan mereka selalu merasa seakan-akan diperhadapkan dengan situasi yang sangat sulit. Engkau harus mengalami sampai sedemikian rupa hingga Tuhan menjadi hidupmu, sedemikian rupa hingga jika Tuhan direnggut dari hatimu, rasanya akan seperti kehilangan hidupmu; Tuhan harus menjadi hidupmu, dan engkau haruslah tidak sanggup meninggalkan Dia. Dengan cara demikian, engkau akan benar-benar mengalami Tuhan, dan pada saat inilah, ketika engkau mengasihi Tuhan, engkau akan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, dan kasih itu akan menjadi kasih yang murni yang satu-satunya. Suatu hari ketika pengalamanmu sampai sedemikian rupa hingga hidupmu telah mencapai titik tertentu, saat engkau berdoa kepada Tuhan, serta makan dan minum firman Tuhan, engkau tidak akan sanggup meninggalkan Tuhan di dalam hatimu, dan engkau tidak akan mampu melupakan-Nya, bahkan sekalipun ingin. Tuhan akan menjadi hidupmu; engkau sanggup melupakan dunia, engkau sanggup melupakan istrimu, suamimu, atau anak-anakmu, tetapi engkau akan mengalami kesulitan melupakan Tuhan—melakukannya tidak mungkin bagimu, inilah kehidupan sejatimu, dan kasih sejatimu kepada Tuhan. Ketika kasih manusia kepada Tuhan telah mencapai titik tertentu, kasih mereka akan hal-hal lain tidak dapat menyamai kasih mereka kepada Tuhan; kasih mereka kepada Tuhan menjadi yang utama. Dengan demikian engkau sanggup menyerahkan segalanya, dan rela menerima semua penanganan dan pemangkasan dari Tuhan. Pada saat engkau telah mencapai kasih kepada Tuhan yang melampaui segalanya, engkau akan hidup dalam kenyataan, dan dalam cinta Tuhan.
Dikutip dari "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Mereka yang telah disempurnakan bukan hanya memiliki kemanusiaan yang normal, tetapi memiliki kebenaran yang melampaui kedalaman hati nurani, yang lebih tinggi dari standar hati nurani; mereka bukan saja menggunakan hati nurani mereka untuk membalas kasih Tuhan, tetapi terlebih lagi, mereka telah mengenal Tuhan, dan telah menyaksikan bahwa Tuhan itu indah, dan layak untuk dikasihi manusia, dan ada begitu banyak hal yang patut dikasihidalam diri Tuhan; manusia tidak mampu untuk tidak mengasihi Dia! Kasih akan Tuhan dari orang-orang yang telah disempurnakan adalah untuk memenuhi cita-cita pribadi mereka sendiri. Kasih mereka bersifat spontan, kasih yang tidak meminta imbalan apa pun, dan bukan merupakan transaksi. Mereka mengasihi Tuhan semata-mata karena pengetahuan mereka tentang Dia. Orang-orang seperti itu tidak peduli apakah Tuhan menganugerahkan kasih karunia kepada mereka, dan mereka merasa puas semata-mata dengan memuaskan Tuhan. Mereka tidak melakukan tawar-menawar dengan Tuhan, maupun mengukur kasih mereka kepada Tuhan dengan hati nurani: "Engkau telah memberi kepadaku, maka aku mengasihi-Mu sebagai balasannya; jika Engkau tidak memberi kepadaku, aku pun tidak memiliki apa pun yang dapat kuberikan kepada-Mu sebagai balasannya." Mereka yang telah disempurnakan selalu percaya bahwa: "Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia melaksanakan pekerjaan-Nya atas diri kita. Karena aku memiliki kesempatan, kondisi, dan kualifikasi ini untuk disempurnakan, maka pengejaranku seharusnya adalah untuk hidup dalam kehidupan yang bermakna, dan aku harus memuaskan Dia." Sama seperti yang dialami Petrus: ketika berada di titik terlemah, dia berdoa kepada Tuhan dan katanya, "Ya Tuhan! Terlepas dari waktu atau tempat, Engkau tahu bahwa aku selalu mengingat-Mu. Tidak peduli waktu atau tempat, Engkau tahu bahwa aku ingin mengasihi-Mu, tetapi tingkat pertumbuhanku terlalu kecil, aku terlampau lemah dan tidak berdaya, kasihku terlalu terbatas, dan ketulusanku terhadap-Mu terlalu kurang. Dibandingkan dengan kasih-Mu, aku sangat tidak layak untuk hidup. Aku hanya berharap supaya hidupku tidak akan sia-sia, bahwa aku bukan saja dapat membalas kasih-Mu, tetapi terlebih lagi, aku dapat mencurahkan segala yang kumiliki untuk-Mu. Jika aku dapat memuaskan Engkau, sebagai makhluk ciptaan, aku akan memiliki kedamaian pikiran, dan tidak akan meminta apa pun lagi. Sekalipun aku lemah dan tidak berdaya sekarang, aku tidak akan melupakan nasihat, dan aku tidak akan melupakan kasih-Mu. Sekarang, aku tidak melakukan apa pun selain membalas kasih-Mu. Ya Tuhan, aku merasa tidak layak! Bagaimana mungkin aku dapat memberikan kembali kasih dalam hatiku kepada-Mu, bagaimana aku dapat melakukan segala yang bisa kuperbuat, memenuhi segenap keinginan-Mu, dan dapat mempersembahkan semua yang kumiliki kepada-Mu? Engkau tahu kelemahan manusia; bagaimana aku bisa layak menerima kasih-Mu? Ya Tuhan! Engkau tahu tingkat pertumbuhanku sangat kecil, kasihku amat kurang. Bagaimana mungkin aku bisa sekuat tenaga mengupayakan yang terbaik dalam lingkungan seperti ini? Aku tahu aku harus membalas kasih-Mu, dan aku harus memberikan segala yang kumiliki kepada-Mu, tetapi sekarang ini tingkat pertumbuhanku terlalu kecil. Aku memohon agar Engkau mengaruniakan kekuatan dan memberiku keberanian percaya, sehingga aku akan lebih mampu memiliki kasih yang murni untuk kupersembahkan bagi-Mu, dan lebih mampu mencurahkan segala yang kumiliki kepada-Mu; Aku bukan saja akan mampu membalas kasih-Mu, tetapi aku juga akan lebih sanggup mengalami hajaran, penghakiman, dan ujian, dan bahkan kutuk yang lebih keras. Engkau telah mengizinkan aku untuk memandang kasih-Mu, tetapi aku tidak mampu untuk tidak mengasihi-Mu, dan meskipun aku lemah dan tidak berdaya hari ini, bagaimana mungkin aku bisa melupakan-Mu? Kasih, hajaran, dan penghakiman-Mu semuanya telah menyebabkan aku mengenal Engkau, tetapi aku juga merasa tidak mampu memenuhi kasih-Mu, karena Engkau begitu agung. Bagaimana mungkin aku bisa mencurahkan segala yang kumiliki kepada Sang Pencipta?"
Dikutip dari "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Menjelang akhir hidupnya, setelah dia dijadikan sempurna, Petrus berkata, "Ya Tuhan! Andai saja aku hidup beberapa tahun lagi, aku ingin memperoleh kasih yang lebih murni dan lebih dalam dari-Mu." Ketika hendak disalibkan, di dalam hatinya dia berdoa, "Ya, Tuhan! Waktu-Mu telah tiba; waktu yang Engkau persiapkan bagiku telah tiba. Aku harus disalibkan bagi-Mu, aku harus menjadi kesaksian untuk Engkau, dan aku berharap agar kasihku dapat memenuhi tuntutan-Mu, sehingga menjadi lebih murni. Hari ini, bisa mati untuk-Mu dan disalibkan bagi-Mu, sangat menghibur dan meyakinkan aku, karena tidak ada yang lebih memuaskan bagiku selain dapat disalibkan bagi-Mu dan memenuhi kehendak-Mu, dan mampu menyerahkan diriku, mempersembahkan hidupku bagi-Mu. Ya, Tuhan! Engkau sangat indah! Seandainya Engkau mengizinkan aku tetap hidup, aku bahkan akan lebih rela mengasihi-Mu. Selama aku hidup, aku akan mengasihi-Mu. Aku ingin mengasihi-Mu lebih dalam lagi. Engkau menghakimi, menghajar, serta mengujiku karena aku tidak benar, sebab aku telah berdosa. Watak-Mu yang benar pun menjadi lebih jelas bagiku. Ini berkat bagiku, sebab aku dapat mengasihi-Mu lebih dalam lagi, dan aku rela mengasihi-Mu dengan cara demikian bahkan seandainya Engkau tidak mengasihiku. Aku bersedia melihat watak-Mu yang benar, karena ini membuat aku lebih mampu hidup dalam kehidupan yang bermakna. Aku merasa bahwa hidupku sekarang lebih berarti, sebab aku disalibkan demi Engkau, dan mati bagi-Mu sungguh bermakna. Namun tetap saja aku tidak merasa puas, karena aku terlalu sedikit mengenal tentang Engkau. Aku tahu bahwa aku tidak dapat sepenuhnya memenuhi kehendak-Mu dan terlalu sedikit membalas Engkau. Dalam hidupku, aku tidak mampu mengembalikan diriku seluruhnya kepada-Mu; aku masih jauh dari taraf itu. Saat merenungkan kembali pada saat ini, aku merasa berutang budi kepada-Mu, dan yang kumiliki hanyalah momen ini untuk menebus seluruh kesalahanku dan segenap kasih yang belum kubalaskan kepada-Mu."
Dikutip dari "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika orang tidak mengejar tujuan apa pun ketika mereka percaya kepada Tuhan, hidup mereka tidak bermakna, dan ketika saatnya tiba bagi mereka untuk berpulang, mereka hanya akan melihat langit biru dan bumi yang berdebu. Apakah itu kehidupan yang bermakna? Jika engkau dapat memenuhi persyaratan Tuhan saat engkau hidup, bukankah ini hal yang indah? Mengapa engkau selalu mendatangkan masalah ke atas dirimu sendiri dan mengapa engkau selalu begitu putus asa? Apakah engkau telah mendapatkan sesuatu dari Tuhan dengan bertindak seperti itu? Dan bisakah Tuhan mendapatkan sesuatu darimu? Dalam sumpah-Ku kepada Tuhan, yang ada hanya janji dari hati-Ku; Aku tidak berusaha membodohi-Nya dengan kata-kata-Ku. Aku tidak akan melakukan sesuatu seperti itu—Aku hanya ingin menghibur Tuhan yang Aku kasihi dengan hati-Ku sehingga Roh-Nya di surga dapat terhibur. Hati mungkin berharga, tetapi kasih lebih berharga. Aku akan memberikan kasih yang paling berharga dalam hati-Ku kepada Tuhan sehingga Dia dapat menikmati hal terindah yang Aku miliki, dan agar Dia dapat dipuaskan dengan kasih yang Aku persembahkan kepada-Nya. Apakah engkau bersedia memberikan kasihmu kepada Tuhan agar Dia dapat menikmatinya? Apakah engkau bersedia menjadikan ini modal keberadaanmu? Dalam pengalaman-Ku, Aku telah melihat bahwa semakin banyak kasih yang Aku berikan kepada Tuhan, semakin banyak sukacita yang Aku temukan dalam hidup; terlebih lagi, kekuatan tidak terbatas, dan Aku dengan senang hati mempersembahkan seluruh tubuh dan pikiran-Ku, dan selalu merasa bahwa Aku tidak mungkin dapat cukup mengasihi Tuhan. Jadi, apakah kasihmu adalah kasih yang remeh ataukah kasih yang tak terbatas, tidak terukur? Jika engkau benar-benar ingin mengasihi Tuhan, engkau akan selalu memiliki lebih banyak kasih untuk diberikan kembali kepada-Nya—dan jika itu yang terjadi, orang dan hal apa yang mungkin menghalangi kasihmu kepada Tuhan?
Tuhan menghargai kasih setiap manusia. Kepada semua orang yang mengasihi-Nya, berkat-Nya berlipat kali ganda, karena kasih manusia begitu sulit didapat, dan hanya ada sedikit, hampir tidak terlihat. Di seluruh alam semesta, Tuhan telah mencoba meminta orang-orang membalas mengasihi-Nya, tetapi selama berabad-abad sampai sekarang, hanya sedikit—sejumlah kecil—yang pernah membalas mengasihi-Nya dengan kasih sejati. Sejauh yang Aku ingat, Petrus adalah salah satunya, tetapi dia secara pribadi dibimbing oleh Yesus dan hanya pada saat kematiannyalah dia memberikan kasihnya yang penuh kepada Tuhan, dan kemudian hidupnya berakhir. Jadi, di bawah kondisi yang mengerikan ini, Tuhan mempersempit ruang lingkup pekerjaan-Nya di alam semesta, serta menggunakan negeri si naga merah yang sangat besar sebagai zona demonstrasi, memusatkan semua energi dan upaya-Nya di satu tempat, untuk membuat pekerjaan-Nya lebih efektif dan lebih bermanfaat bagi kesaksian-Nya. Di bawah dua kondisi inilah Tuhan memindahkan pekerjaan-Nya atas seluruh alam semesta kepada orang-orang Tiongkok daratan ini, yang memiliki kualitas terendah dari semua orang, dan memulai pekerjaan penaklukan-Nya yang penuh kasih. Dan setelah Dia membuat mereka semua mengasihi-Nya, Dia akan melaksanakan langkah berikutnya dari pekerjaan-Nya, yaitu rencana Tuhan. Demikianlah pekerjaan-Nya mencapai efek yang terbesar. Ruang lingkup pekerjaan-Nya memiliki inti dan batasan. Jelas betapa besar harga yang telah Tuhan bayar dan seberapa banyak usaha yang telah Dia keluarkan ketika melaksanakan pekerjaan-Nya di dalam kita, untuk hari kita yang akan datang. Inilah berkat bagi kita.
Dikutip dari "Jalan ... (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Engkau semua harus berusaha sekuat tenaga untuk mengasihi Tuhan dalam lingkungan yang damai ini. Di masa depan, engkau tidak akan punya kesempatan lagi untuk mengasihi Tuhan, karena manusia hanya punya kesempatan mengasihi Tuhan di dalam daging; ketika mereka hidup di dunia lain, tidak ada orang yang akan berbicara tentang mengasihi Tuhan. Bukankah ini adalah tanggung jawab makhluk ciptaan? Jadi, bagaimana seharusnya engkau semua mengasihi Tuhan selama hari-hari hidupmu? Pernahkah engkau memikirkannya? Apakah engkau menunggu sampai engkau meninggal untuk mengasihi Tuhan? Bukankah ini omong kosong? Hari ini, mengapa engkau tidak berusaha mengasihi Tuhan? Bisakah mengasihi Tuhan sementara sibuk menjadi kasih yang sejati bagi Tuhan? Alasan mengapa dikatakan bahwa langkah pekerjaan Tuhan ini akan segera berakhir adalah karena Tuhan sudah memiliki kesaksian di hadapan Iblis. Jadi, tidak perlu manusia melakukan apa pun; manusia hanya diminta untuk berusaha mengasihi Tuhan di tahun-tahun kehidupannya—inilah kuncinya. Karena tuntutan Tuhan tidak tinggi, dan terlebih lagi, karena ada kecemasan yang membara di hati-Nya, Dia telah menyatakan ringkasan langkah berikut dari pekerjaan-Nya sebelum langkah pekerjaan ini selesai, yang jelas menunjukkan berapa banyak waktu yang ada; jika hati Tuhan tidak cemas, akankah Dia menyampaikan firman ini sedemikian awalnya? Oleh karena waktunya singkat, maka Tuhan bekerja dengan cara seperti ini. Diharapkan, engkau semua dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu, segenap pikiranmu, dan segenap kekuatanmu, sama seperti engkau semua menghargai hidupmu sendiri. Bukankah inilah hidup yang paling bermakna? Di mana lagi engkau bisa menemukan makna hidup? Bukankah engkau sangat buta? Apakah engkau mau mengasihi Tuhan? Apakah Tuhan layak mendapat kasih manusia? Apakah manusia layak mendapat pengagungan dari manusia? Jadi, apa yang harus engkau lakukan? Kasihilah Tuhan dengan berani, tanpa keraguan, dan lihat apa yang akan Tuhan lakukan kepadamu. Lihatlah apakah Dia akan membinasakanmu. Singkat kata, tugas mengasihi Tuhan lebih penting daripada menyalin dan menulis bagi Tuhan. Engkau harus memberikan tempat utama bagi yang terpenting, sehingga hidupmu bisa menjadi lebih bernilai dan dipenuhi dengan kebahagiaan, dan setelah itu, engkau harus menantikan "putusan" Tuhan bagimu. Aku ingin tahu apakah rencanamu termasuk mengasihi Tuhan. Aku ingin rencana semua orang menjadi rencana yang akan disempurnakan oleh Tuhan, dan semua rencana itu menjadi kenyataan.
Dikutip dari "Bab 42, Penafsiran Rahasia Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"