Ketika Keinginan akan Status Bertingkah

09 Februari 2023

Oleh Saudari Xin Yi, Tiongkok

Pada Juli 2020, Aku menangani pekerjaan penyiraman bersama Saudara Zhao Zhijian dan Saudari Li Muxin. Mereka baru mulai berlatih, jadi aku membantu mereka memahami prinsip serta membiasakan diri dengan pekerjaan secepat mungkin, dan mereka bertanya kepadaku ketika ada sesuatu yang mereka tidak mengerti. Setelah beberapa saat, aku perhatikan mereka berdua memiliki beberapa kekuatan. Zhijian memiliki kualitas yang bagus dan mempelajari prinsip-prinsip dengan cepat, dan Muxin sangat cakap—dia sangat teratur dan efisien. Setiap kali pekerjaan ditugaskan, mereka dapat dengan cepat menemukan firman Tuhan untuk menyelesaikan kesulitan orang percaya baru. Aku merasa kalah dibandingkan dengan mereka. Aku tidak bekerja seefisien dan tidak memahami secepat mereka. Aku harus merenungkan masalah orang percaya baru cukup lama. Aku merasa semuanya lebih lambat dan lebih berat bagiku daripada bagi mereka. Belakangan, ketika mereka makin akrab dengan pekerjaan itu, mereka secara perlahan mulai mengambil peran utama. Terkadang kami perlu menjawab pertanyaan para penyiram bersama-sama, karena aku belum menyelesaikan semua bagian tugasku, Muxin akan berkata, "Jangan khawatir, ada beberapa pertanyaan sederhana yang bisa langsung kami jawab." Mendengar ini membuatku merasa tidak nyaman. Bukankah mereka hanya takut berdiskusi denganku akan menunda semuanya karena aku lambat bekerja? Aku merasa tersisih dengan cara yang belum pernah aku alami sebelumnya. Aku bahkan merasa tidak puas: Mengapa kualitasku sangat kurang? Aku bukan pemikir yang fleksibel dan aku lambat bereaksi. Aku tidak semuda atau sepandai mereka—mereka efektif dalam segala hal. Bukankah aku akan menjadi yang paling tidak mampu sejak saat itu? Apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Mereka mungkin mengatakan bahwa bahkan setelah lama melakukan pekerjaan penyiraman, aku masih berada di level yang lebih rendah daripada mereka, padahal mereka baru saja berlatih. Itu akan sangat memalukan. Tidak ingin mereka berpikir bahwa aku tidak baik, aku mulai bekerja secara rahasia, meluangkan lebih banyak waktu untuk bertemu dengan petobat baru setiap hari, dan mencoba menemukan firman Tuhan dan memikirkan masalah orang percaya baru. Aku bahkan merasa mencuci pakaian dan makan adalah membuang waktu, dan aku banyak berdoa kepada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya agar aku bisa lebih efektif dalam tugasku. Namun, segalanya berjalan sebaliknya—sekeras apa pun aku bekerja, keefektifanku menurun. Tanpa sadar aku sudah tidak memiliki dorongan apa pun untuk tugasku dan aku menyerahkan banyak masalah untuk ditangani mitraku. Kupikir aku kurang berkualitas, jadi aku hanya mengambil apa yang aku bisa. Keadaanku makin buruk. Aku menjadi sangat pasif dalam tugasku, dan aku berhenti memperhatikan masalah dalam pekerjaanku. Melihat keadaanku tidak baik, kedua rekanku menawarkan persekutuan, tetapi aku tidak meladeni. Aku tidak pernah dapat mengubah keadaanku dan beberapa masalah tidak dapat diselesaikan tepat waktu, yang memengaruhi kinerja pekerjaan penyiramanku.

Pemimpin bersekutu denganku ketika mengetahui tentang keadaanku. Dia berkata, itu tidak ada hubungannya dengan kualitasku, tetapi aku terlalu menginginkan nama dan status dan aku harus mengubah keadaanku secepat mungkin agar tidak menghambat pekerjaan kami. Aku menyadari bahwa keadaanku tidak baik dan kurang memiliki rasa tanggung jawab akan tugasku, dan tidak dapat memecahkan masalah yang sebelumnya dapat aku pecahkan. Aku tidak bisa merasakan pencerahan Roh Kudus; aku mati rasa dan tumpul. Aku memikirkan firmanTuhan Yesus: "Karena barang siapa yang memiliki, kepada dia akan diberikan, dan dia akan memilikinya lebih melimpah; tetapi barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya" (Matius 13:12). Aku pasti melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka Dia menyembunyikan wajah-Nya dariku. Aku merasa agak takut, dan berdoa, "Tuhan, tugasku sangat berat dan aku tidak bisa merasakan bimbingan-Mu. Mohon cerahkan dan bimbing aku, dan izinkan aku untuk merenungi diri dan memahami masalahku, untuk mengubah keadaanku yang salah." Setelah itu, aku menemukan firman Tuhan untuk mengatasi keadaanku. Tuhan berfirman: "Tuhan Yesus pernah berkata: 'Karena barang siapa yang memiliki, kepada dia akan diberikan, dan dia akan memilikinya lebih melimpah; tetapi barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya' (Matius 13:12). Apa maksud dari perkataan ini? Maksudnya adalah jika engkau bahkan tidak melaksanakan atau mendedikasikan dirimu pada tugas atau pekerjaanmu sendiri, Tuhan akan mengambil apa yang pernah menjadi milikmu. Apa maksudnya 'mengambil'? Bagaimana rasanya, sebagai manusia? Mungkin engkau gagal mencapai apa yang bisa kaucapai dengan kualitas dan karuniamu, dan engkau tidak merasakan apa pun, dan sama seperti orang tidak percaya. Itulah artinya mengalami segalanya diambil oleh Tuhan. Jika dalam tugas, kau lalai, tak membayar harga, tak tulus, Tuhan akan mengambil apa yang pernah menjadi milikmu, Dia akan mengambil kembali hak untuk melaksanakan tugasmu, Dia tidak akan memberimu hak ini. ... Jika melakukan tugasmu selalu terasa tidak bermakna bagimu, jika engkau merasa sepertinya tidak ada yang harus dilakukan, dan engkau tidak mampu membuat dirimu berkontribusi, jika engkau tidak pernah dicerahkan, dan merasa dirimu tidak memiliki kecerdasan atau hikmat untuk melakukan tugas, ini adalah masalah: ini menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki motif yang benar atau jalan yang benar dalam melaksanakan tugasmu, dan Tuhan tidak berkenan, dan keadaanmu tidak normal. Engkau harus merenungkan: 'Mengapa tidak ada jalan bagiku dalam melaksanakan tugasku? Aku telah mempelajarinya, dan tugas itu termasuk dalam lingkup keahlianku—aku bahkan ahli dalam melakukannya. Mengapa ketika mencoba menerapkan pengetahuanku, aku tidak bisa? Mengapa aku tidak berhasil melakukannya? Apa yang terjadi?' Apakah ini hanya kebetulan? Ada masalah di sini. Ketika Tuhan memberkati seseorang, orang itu menjadi cerdas dan bijaksana, berpandangan jernih dalam segala hal, serta tajam, waspada dan terutama terampil; orang itu akan memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan mudah dan baik dan terinspirasi dengan semua yang dilakukannya, dan dia akan menganggap semua yang dilakukannya begitu mudah dan tidak ada kesulitan yang dapat menghalanginya—dia diberkati oleh Tuhan. Jika seseorang mendapati segalanya terasa sangat sulit, dan dia merasa canggung, tak masuk akal, dan tidak mengerti apa pun yang sedang dilakukannya, jika dia tidak memahami apa pun yang dikatakan kepadanya, lalu apa artinya ini? Artinya orang itu tidak memiliki bimbingan Tuhan dan tidak memiliki berkat Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, 'Aku telah berupaya sebaik mungkin, jadi mengapa aku tidak melihat berkat Tuhan?' Jika engkau hanya berusaha keras dan mengerahkan segenap kemampuanmu tetapi tidak berusaha untuk bertindak berdasarkan prinsip, berarti engkau sedang asal-asalan dalam tugasmu. Bagaimana mungkin engkau dapat melihat berkat Tuhan? Jika engkau selalu ceroboh dalam melaksanakan tugasmu dan tidak pernah teliti, engkau tidak akan dicerahkan atau diterangi oleh Roh Kudus, dan engkau tidak akan mendapatkan bimbingan Tuhan ataupun pekerjaan-Nya, dan pekerjaanmu itu tidak akan membuahkan hasil. Sangat sulit untuk melaksanakan tugas dengan baik atau menangani masalah dengan baik dengan mengandalkan kekuatan dan pengetahuan manusia. Semua orang mengira mereka memiliki beberapa pengetahuan, mengira mereka memiliki beberapa keterampilan, tetapi mereka melakukan segala sesuatu dengan buruk, dan segala sesuatunya selalu serba salah, menimbulkan komentar di mana-mana dan ditertawakan. Ini adalah masalah. Seseorang mungkin jelas tidak bisa apa-apa, tetapi menganggap dirinya memiliki keterampilan, dan tidak mau tunduk kepada siapa pun. Ini ada kaitannya dengan masalah dalam natur manusia" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Bersikap Jujur Orang Dapat Hidup sebagai Manusia Sejati"). Aku merasa sedikit panik setelah membaca firman Tuhan. Semuanya terasa sulit dan melelahkan bagiku akhir-akhir ini. Aku tidak memperhatikan masalah dalam pekerjaanku, dan aku merasa tidak berdaya menghadapi masalah yang sebelumnya bisa kutangani. Ini karena aku terjebak dalam pemberontakan dan Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dariku. Aku menjadi mati rasa dan bodoh, tolol dan lamban. Aku sudah cukup lama menyirami orang percaya baru dan aku memahami beberapa kebenaran penglihatan, dan memahami beberapa prinsip. Masuk akal kalau seiring berjalannya waktu aku seharusnya menjadi lebih baik dalam tugasku, tapi aku justru makin buruk dalam hal itu. Aku tak bisa merasakan bimbingan Roh Kudus sama sekali, dan sikapku terhadap tugas menjijikkan bagi Tuhan. Aku bisa melihat kebenaran dan kekudusan Tuhan dari firman-Nya. Jika Dia memberkati orang atau mengambil sesuatu, itu berdasarkan prinsip. Ketika orang mencurahkan hati pada tugas, ketika mereka mengerahkan segalanya untuk itu dan motivasi mereka adalah untuk memuaskan Tuhan, mudah bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus. Mereka memiliki wawasan dan dapat menemukan masalah dalam tugas, mereka tahu cara menyelesaikan masalah. Mereka menjadi-makin baik dalam tugas. Jika orang tidak tulus dalam tugas, mereka selalu memikirkan reputasi dan status, mereka akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus. Kemudian mereka menjadi mati rasa dan bodoh, dan tidak dapat menunjukkan kekuatan yang sebelumnya ada. Tidak mungkin bisa melakukan tugas dengan baik seperti itu. Aku merenungkan keadaanku pada waktu itu. Setelah mulai bekerja bersama dua mitraku, awalnya aku merasa terbeban dan bisa membantu mereka mempelajari pekerjaan itu secepat mungkin, tetapi ketika aku mengetahui bahwa mereka maju dengan cepat dan lebih terampil daripadaku dalam segala hal, aku merasa terancam—takut kehilangan peran utamaku, jadi aku mulai tersesat. Aku tidak ingin mereka melihat kekuranganku, jadi aku bekerja keras, lembur. Agar lebih efektif dalam menyiram, aku meluangkan lebih banyak waktu untuk berkumpul dengan orang percaya baru. Namun, sekeras apa pun aku bekerja, berapa pun harga yang kubayar, hasilnya tetap kurang dari mereka. Aku mengerahkan seluruh energi untuk bersaing dengan mitraku. Aku bahkan meminta pertolongan Tuhan agar lebih berhasil dalam pekerjaan dan menyelamatkan reputasiku. Aku sangat tidak masuk akal. Aku memanfaatkan Tuhan, menipu-Nya—apa itu bisa disebut melakukan tugas? Aku dipenuhi penyesalan dan berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku mengejar nama dan status, tidak melakukan tugas dengan baik. Aku telah menjadi penghalang untuk pekerjaan penyiraman. Aku ingin bertobat kepada-Mu."

Setelah itu, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan yang sangat membantuku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apakah engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan baik atau tidak, itu tidak tergantung pada bakatmu, tingginya kualitasmu, kemanusiaanmu, kemampuanmu, atau keterampilanmu; itu tergantung pada apakah engkau adalah orang yang menerima kebenaran atau tidak dan apakah engkau mampu menerapkan kebenaran atau tidak. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran dan memperlakukan orang lain dengan adil, engkau dapat mencapai kerja sama yang harmonis dengan orang lain. Kunci apakah orang mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik dan mencapai kerja sama yang harmonis dengan orang lain, tergantung pada apakah mereka mampu menerima dan menaati kebenaran atau tidak. Kualitas, bakat, kemampuan, usia orang, dll. bukanlah hal yang utama, semua itu adalah hal sekunder. Hal yang terpenting adalah lihatlah apakah orang itu mencintai kebenaran atau tidak, dan apakah orang itu mampu menerapkan kebenaran atau tidak. Setelah mendengarkan khotbah, mereka yang mencintai kebenaran dan mampu menerapkan kebenaran akan mengakui bahwa semua itu benar. Dalam kehidupan nyata, ketika mereka bertemu dengan orang-orang, peristiwa, dan berbagai hal, mereka akan menerapkan kebenaran ini. Mereka akan menerapkan kebenaran, itu akan menjadi kenyataan mereka sendiri, dan menjadi bagian dari hidup mereka sendiri. Itu akan menjadi pedoman dan prinsip yang mereka gunakan untuk berperilaku dan melakukan segala sesuatu; itu akan menjadi apa yang mereka jalani dan perlihatkan. Ketika mendengarkan khotbah, mereka yang tidak mencintai kebenaran juga akan mengakui bahwa semua itu benar, dan mengira mereka telah memahami semuanya. Mereka telah menyimpan doktrin itu di dalam hati mereka, tetapi prinsip dan pedoman apa yang mereka gunakan untuk mempertimbangkan sesuatu ketika melakukannya? Mereka selalu mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan kepentingan mereka sendiri; mereka tidak mempertimbangkan segala sesuatu dengan menggunakan kebenaran. Mereka takut bahwa menerapkan kebenaran akan menyebabkan mereka mengalami kerugian, dan takut dikritik dan dipandang rendah oleh orang lain—takut kehilangan muka. Mereka terus-menerus mempertimbangkan, lalu akhirnya berpikir, 'Aku hanya akan melindungi status, reputasi, dan kepentinganku, inilah yang utama. Jika hal-hal ini tercapai, aku akan puas. Jika hal-hal ini tidak tercapai, aku tidak akan suka menerapkan kebenaran, juga tidak akan menikmati jika harus menerapkannya.' Apakah orang ini orang yang mencintai kebenaran? Sama sekali tidak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Aku belajar dari firman Tuhan bahwa melakukan tugas yang memadai bukan hanya soal kualitas, bakat, atau usia seseorang. Kuncinya adalah apakah mereka mencintai dan menerapkan kebenaran. Jika mereka tidak mencintai atau menerapkan kebenaran, tetapi hanya memikirkan reputasi dan status dalam perkataan dan perbuatan, tidak menjunjung tinggi pekerjaan gereja, setinggi apa pun kualitas atau bakat mereka, akan kesulitan untuk melakukan tugas dengan baik. Namun aku selalu berpikir bahwa seseorang dengan kualitas yang baik dan pemikiran yang fleksibel akan baik dalam tugas, sementara mereka yang lebih tua dan kurang berkualitas tidak akan berhasil, sekeras apa pun mereka bekerja. Aku tidak memahami kebenaran, tetapi selalu memandang orang dan hal-hal melalui pemahamanku sendiri. Aku sangat tolol dan bodoh! Tuhan menganugerahkan setiap orang kualitas yang berbeda, bakat yang berbeda, dan Dia menuntut hal yang berbeda dari kita. Gereja mengatur kita untuk bekerja sama sehingga masing-masing kita dapat memainkan kekuatan dan menutupi kekurangan satu sama lain. Kemudian kita bisa melakukan tugas bersama-sama dengan baik. Memiliki dua mitra dengan kualitas yang baik dapat meningkatkan efisiensi kerja kami. Kami dapat menyelesaikan masalah lebih cepat, dan pekerjaan kami tidak akan tertahan. Jika aku bisa melepaskan egoku dan belajar dari kekuatan orang lain, bukankah aku akan berkembang lebih cepat? Aku tidak memiliki kualitas mitraku, tetapi aku tidak terlalu kekurangan sehingga tidak bisa menyelesaikan pekerjaan. Ketika aku memiliki sikap yang benar, ketika aku siap berusaha melakukan tugas dan memperlakukannya dengan serius, aku dapat melihat masalah dengan lebih jelas dan menyelesaikannya dengan lebih cepat. Aku harus berhenti memikirkan untung-rugi nama dan status pribadi. Setelah itu, aku berusaha melaksanakan tuntutan Tuhan, tidak lagi bersaing dengan mitraku, tetapi mencurahkan hatiku pada tugas. Keadaanku berangsur berubah seiring waktu, dan hasil pekerjaanku meningkat.

Aku terkejut ketika masalah yang sama muncul untukku tak lama kemudian. Beberapa orang percaya baru yang baru saja menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman dipindahkan ke gereja kami. Aku dan Zhijian bertugas menyirami mereka. Meskipun dia sudah lama tidak melakukan pekerjaan penyiraman, dia dapat menemukan firman Tuhan yang benar-benar cocok untuk menyelesaikan masalah mereka dan persekutuannya sangat jelas. Aku dapat menyelesaikan beberapa masalah mereka tetapi tidak dapat berkomunikasi sejelas dia. Para petobat baru lebih menikmati persekutuan Zhijian daripada persekutuanku. Aku sangat iri. Zhijian berkembang begitu cepat setelah sebentar bekerja, tetapi aku membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai level itu. Aku sungguh merasa lebih rendah darinya. Ketika aku melihat orang memiliki masalah yang tidak mereka mengerti, dan mereka menemui Zhijian untuk mengatasinya, aku sangat iri. Memiliki kualitas yang baik sungguh berbeda. Tidak hanya membuatnya dikagumi orang lain, tetapi dengan usaha yang kurang dalam tugas dia mendapatkan hasil yang lebih baik. Jika aku memiliki kualitas seperti Zhijian, mungkin semua orang akan mengagumiku juga. Tapi usiaku 50 tahun lebih dan kualitasku kurang. Aku akan terjebak di level itu sekeras apa pun aku bekerja. Aku sudah kehilangan motivasi untuk tugas sebelum menyadarinya. Setiap kali seorang percaya baru mengajukan pertanyaan dalam sebuah pertemuan, aku minta Zhijian menjawab dan aku hanya menambahkan beberapa komentar sederhana. Aku menjadi makin pasif dalam tugas, dan makin jauh dari Tuhan. Aku tidak tahu harus berkata apa dalam doa, dan terkadang malam hari aku bahkan tertidur saat berdoa. Menyadari aku dalam keadaan berbahaya, aku mencari dan berpikir. Ketika kulihat kualitasku kurang, aku menjadi negatif dan pasif dalam tugas: Watak rusak apa yang ada di balik itu?

Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan. "Janganlah ada orang yang menganggap diri mereka sempurna, atau terhormat dan mulia, atau berbeda dari orang lain; semua ini disebabkan oleh kebodohan dan watak manusia yang congkak. Selalu menganggap dirinya sendiri berbeda—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah bisa menerima kekurangan mereka, dan tidak pernah mampu menghadapi kesalahan dan kegagalan mereka—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain lebih tinggi atau lebih baik daripada dirinya sendiri—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain menjadi lebih unggul atau lebih kuat daripada mereka—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain untuk memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik daripada dirinya, dan, ketika orang lain memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik, dia menjadi negatif, tidak ingin berbicara, merasa tertekan dan sedih, serta menjadi kesal—semua ini disebabkan oleh watak yang congkak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Firman Tuhan mengungkapkan keadaanku yang sebenarnya. Aku membandingkan kualitasku dengan kualitas mitraku, dan menjadi negatif dan mundur ketika aku tidak selevel. Ini akibat watak congkak. Karena kecongkakanku, aku tidak bisa menghadapi kelemahan dan kekuranganku dengan baik, dan terutama aku tidak dapat menerima ketika orang lain lebih baik atau lebih mampu dariku. Melihat mitraku lebih kuat daripada aku dalam setiap aspek, menjadi pusat perhatian dalam kelompok, dikagumi dan mendapatkan perkenanan semua orang, aku merasa tidak nyaman, tidak seimbang, dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Meskipun aku mengakui kualitasku di bawah yang lain, dalam hati aku tidak mau mengakuinya. Diam-diam aku terus bersaing dengan mereka. Aku bertekad untuk bersaing dengan mereka, membandingkan diriku dengan mereka. Ketika tidak bisa mengalahkan mereka, aku menjadi negatif dan kekurangan energi dalam tugas. Bukankah itu watak congkakku yang sedang bertingkah? Aku sangat congkak dan bodoh!

Aku juga memikirkan satu bagian dari firman Tuhan di mana Dia menyebutkan watak antikristus. Tuhan berfirman: "Bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup dan tujuan mereka di sepanjang hidup. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Dan apa yang akan terjadi dengan gengsiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku kehormatan? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi para antikristus; mereka tak akan mempertimbangkan masalah ini dengan cara lain. Dapat dikatakan bahwa bagi antikristus, status dan gengsi bukanlah tuntutan tambahan, apalagi sesuatu yang tidak diperlukan oleh mereka. Status dan gengsi adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada dalam naluri mereka, tertanam dalam karakter mereka, status dan gengsi adalah hakikat mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki status dan gengsi atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Status dan gengsi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka perjuangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka perjuangkan, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan posisi yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka. Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan status dan gengsi. Engkau dapat menempatkan mereka di antara kelompok orang mana pun, dan satu-satunya yang mereka pikirkan tetaplah status dan gengsi. Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan status dan gengsi sama dengan pengejaran iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar status dan gengsi mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa iman kepada Tuhan dan pengejaran akan kebenaran adalah pengejaran status dan gengsi; pengejaran akan status dan gengsi juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan status dan gengsi berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka belum memiliki gengsi atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau memuja mereka, atau mengikuti mereka, mereka merasa sangat frustrasi, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah kepercayaan kepada Tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah itu sia-sia?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, reputasi, sehingga mereka menikmati keuntungan, dan memiliki status—mereka sering kali merenungkan hal-hal semacam itu. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan yang mengungkap watak antikristus benar-benar tajam, sangat sulit bagiku. Pengejaran mereka atas nama dan status bukan hal yang sementara, tapi mendarah daging—pengejaran seumur hidup. Bagi mereka, status di atas segalanya, bahkan sama pentingnya dengan hidup mereka. Antikristus selalu ingin mendapat meja dan tidak mau berada di bawah orang lain. Mereka butuh hormat dan kekaguman dari orang untuk memiliki dorongan dalam tugas. Tanpa itu, mereka menjadi negatif dan mengendur, dan bahkan sama sekali kehilangan minat pada iman. Perilakuku tidak berbeda dari perilaku antikristus. Aku termotivasi dalam tugas ketika orang lain menghormati dan menghargaiku, tetapi ketika mitraku unggul dan melampauiku dalam segala hal, dan keinginanku akan status tidak terpenuhi, aku tidak lagi merasa terbebani untuk tugas. Pekerjaan penyiraman sangat penting sekarang, dengan begitu banyak petobat baru yang sangat membutuhkan penyiraman. Aku seharusnya membantu mereka mempelajari kebenaran dan memahami pekerjaan Tuhan, untuk membentuk akar di jalan yang benar secepat mungkin. Tapi aku tidak mencurahkan hatiku. Yang ada di hatiku hanyalah nama dan statusku, dan aku menyerahkan semuanya kepada Zhijian. Aku tidak melakukan tugas yang seharusnya kulakukan. Aku tidak punya kemanusiaan sama sekali! Aku tidak merasa bersalah atau menyesal ketika tidak melakukan tugas dengan baik. Melihat reputasi atau statusku dirugikan sama menyakitkan dengan kehilangan nyawa. Aku menghitung untung-rugi, menjadi negatif dan lemah karenanya. Aku selalu berharap menjadi seperti mitraku, dengan kualitas yang lebih baik, bahwa setiap orang akan bertanya kepadaku tentang hal-hal yang tidak mereka mengerti dan mencariku untuk berdiskusi agar aku menjadi pusat perhatian dalam kelompok. Itulah yang selalu kukejar, apa yang ingin kudapatkan. Aku berfokus membuat orang lain menghormatiku, mengagumiku. Pengejaran dan perspektif semacam itu sama dengan pengejaran dan perspektif antikristus, bukan? Karena aku berada di jalan yang salah dan kehilangan bimbingan Roh Kudus, Aku tidak menyelesaikan tugas yang seharusnya kuselesaikan. Jadi, meskipun aku mendapatkan posisi yang lebih tinggi dan dikagumi semua orang, bukankah akhirnya aku akan diusir oleh Tuhan? Ketika menyadarinya, aku merasa agak takut. Aku melihat bahwa dengan mengejar status, aku berada di jalan yang melawan Tuhan! Aku ingin mengubah pengejaranku yang salah dan berhenti bersaing dengan orang lain. Aku ingin melakukan tugas yang seharusnya kulakukan.

Setelah itu, aku mencari jalan penerapan. Aku memikirkan firman Tuhan ini. "Apa yang harus orang lakukan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik? Orang harus mulai melaksanakannya dengan segenap hati dan segenap kekuatannya. Menggunakan segenap hati dan kekuatan berarti selalu mencurahkan segenap pikiran dalam melaksanakan tugas mereka dan tidak membiarkan hal-hal lain menguasai pikiran mereka, kemudian menggunakan kekuatan yang dia miliki, mengerahkan segenap kekuatannya itu, dan memanfaatkan kualitas, karunia, kelebihan mereka, dan hal-hal yang mereka pahami untuk mengemban tugas itu. Jika engkau memahami, menerima dan memiliki gagasan yang baik, engkau harus menyampaikannya kepada orang lain. Inilah yang dimaksud dengan bekerja sama secara harmonis. Dengan cara ini engkau akan melaksanakan tugasmu dengan baik, dan engkau akan mendapatkan hasil memuaskan dalam pelaksanaan tugasmu. Jika engkau ingin menanggung semuanya sendiri, jika engkau selalu ingin melakukan hal-hal hebat sendirian, jika engkau selalu ingin dirimu yang menjadi pusat perhatian dan bukan orang lain, apakah itu berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu? Yang sedang kaulakukan itu disebut kediktatoran; itu artinya pamer. Itu adalah perilaku jahat, bukan pelaksanaan tugas. Tak seorang pun, apa pun kelebihan, karunia, atau bakat khusus mereka, dapat melakukan semua pekerjaan sendiri; mereka harus belajar bekerja sama secara harmonis jika ingin melaksanakan pekerjaan gereja dengan baik. Itulah sebabnya, kerja sama yang harmonis adalah prinsip penerapan untuk orang gunakan dalam melaksanakan tugasnya. Asalkan engkau mencurahkan segenap hatimu, segenap kekuatanmu, dan seluruh kesetiaanmu, serta melakukan semua yang bisa kaulakukan, itu berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu dengan baik" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Kualitasku tidak penting. Selama aku bisa memiliki hati yang jujur dan bekerja dengan baik dengan orang lain, melakukan yang terbaik, dan melakukan semua yang harus kulakukan dengan baik tidak main-main, itu akan sejalan dengan kehendak Tuhan. Bahkan, Tuhan memberi kami bertiga kualitas dan kekuatan yang berbeda agar kami bisa saling melengkapi. Kedua mitraku memiliki kualitas yang baik dan efisien dalam bekerja; mereka dapat melihat kunci permasalahan. Mereka menutupi kekuranganku. Kualitasku sedikit kurang, tapi aku sedikit lebih tua dari mereka, jadi aku bisa memikirkan hal-hal dengan lebih berhati-hati, lebih lengkap. Kami semua memiliki kekuatan tersendiri, kami dapat bekerja sama, dan ini akan menguntungkan pekerjaan kami. Tapi bukannya mencari kebenaran, aku membandingkan kekuatan mitraku dengan kekuatanku, yang membuatku negatif dan pasif, dan tidak bisa melakukan tugas. Memikirkannya sekarang, aku sungguh terlalu bodoh. Dengan pemahaman ini, setelah itu saat mengerjakan tugas, aku bisa lebih proaktif. Apa pun kesulitan atau masalah yang kumiliki, aku akan mendiskusikannya dengan mitraku. Ketika aku tidak tertahan oleh kualitas atau usiaku, aku merasa jauh lebih santai dalam tugas. Saat kita bekerja sama untuk menonjolkan kekuatan tiap-tiap orang, kita bisa bekerja sama dengan harmonis. Kemudian semua orang bekerja sama dengan baik dan pekerjaan penyiraman kami lebih berhasil.

Mengingatkanku pada firman Tuhan: "Entah engkau melaksanakan tugasmu bersama banyak atau sedikit orang, bagaimanapun keadaannya, dan kapan pun itu, jangan lupakan satu hal ini—engkau harus sehati sepikiran. Dengan hidup dalam keadaan ini, engkau dapat memiliki pekerjaan Roh Kudus" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Ketika kita melepaskan nama dan status dan bekerja dengan baik dengan orang lain, kita akan mendapatkan bimbingan Roh Kudus dan mendapatkan hasil yang baik dalam tugas kita.

Selanjutnya: Aib dari Masa Laluku

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait