Sekarang Aku Bisa Berbicara dari Hati

21 Januari 2022

Oleh Saudara Matius, Prancis

Saat aku sedang melakukan tugasku bersama saudara atau saudari lainnya, jika aku melihat kekurangan pribadi atau mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran, aku tahu betul bahwa aku harus mengingatkan atau membantu, tetapi aku biasanya menghindari masalah semacam ini agar tidak menyinggung siapa pun. Belum lama ini, ada beberapa kejadian yang telah membuatku menyadari bahaya dan konsekuensi dari perilaku semacam itu dan membantuku berbalik.

Kau tahu, baru-baru ini, di akhir pertemuan suatu hari, saudari yang memimpin memberi tahu kami bahwa kami harus bersiap untuk memilih beberapa orang di antara kami yang melakukan tugas penyiraman yang akan pergi memberitakan Injil, dan dia menekankan pentingnya pekerjaan penyiraman dan penginjilan. Dia meminta kami untuk mempertimbangkannya secara serius berdasarkan prinsip-prinsip dan kemudian mendiskusikannya dalam kelompok dan mengambil keputusan. Di luar dugaanku, Saudara James, yang bekerja bersamaku dalam tugasku, meneleponku keesokan harinya dan memberitahuku bahwa dia telah memilih beberapa saudara-saudari dan telah mengatur agar mereka berkumpul. Dia memintaku untuk bergabung bersamanya dalam persekutuan dengan mereka tentang perubahan tugas mereka. Mendengar dia mengatakan ini, dalam hati aku berpikir, "Bukankah keputusanmu terlalu terburu-buru dan impulsif? Kita belum membicarakan hal ini bersama-sama, dan selain itu, semua orang sedang melakukan tugasnya masing-masing sekarang. Jika kau hanya dengan membabi buta membuat perubahan ini dan ternyata bukan pilihan yang tepat, bukankah itu akan memengaruhi pekerjaan gereja?" Aku ingin memberi tahu Saudara James apa yang sebenarnya kupikirkan, tetapi aku mulai mengalami konflik batin ketika mendengar betapa bersemangatnya dia melalui telepon. Mungkin akan membuatnya sedih jika aku mengatakan kepadanya bahwa dia sedang membuat keputusan yang terlalu gegabah dan bahwa dia seharusnya tidak melakukan segala sesuatu dengan membabi buta. Jika aku menolak undangannya, akankah dia merasa bahwa aku sedang menjatuhkan idenya dan berpikir bahwa aku bersikap congkak? Ragu oleh pemikiran semacam itu, aku tidak mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun ada kekhawatiran tentang apa yang dia usulkan, aku tetap menerima undangannya dan setuju untuk mengadakan pertemuan dengannya untuk bersekutu dengan saudara-saudari.

Setelah menutup telepon, aku melihat bagian firman Tuhan yang telah dibagikan di grup WhatsApp ini: Jadi, Tuhan Yang Mahakuasa berkata, "Engkau tidak boleh bingung, menyetujui orang-orang secara membabi buta tanpa memiliki gagasanmu sendiri; tetapi sebaliknya, engkau harus memiliki keberanian untuk berdiri dan menolak hal-hal yang tidak berasal dari-Ku. Jika engkau tahu dengan jelas bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi engkau tetap diam, engkau bukan seseorang yang melakukan kebenaran" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 12"). Kau tahu, aku merasa firman itu ditujukan langsung kepadaku. Itu adalah pengalaman yang sangat mendalam tentang bagaimana Tuhan benar-benar dapat melihat ke dalam lubuk hati kita. Bukankah aku tepatnya jenis orang yang disingkapkan dalam firman Tuhan, yang tahu betul bahwa ada sesuatu yang salah tetapi diam saja? Tidak, aku seharusnya tidak menjadi orang semacam itu lagi. Jadi, aku memberanikan diri dan berniat angkat bicara. Namun, ketika teringat betapa antusiasnya Saudara James, aku takut dia akan merasa sepertinya aku sedang menentangnya jika menghalangi jalannya. Setelah beberapa saat mengalami konflik batin, aku menenangkan diriku, berpikir bahwa aku tidak begitu yakin bahwa aku benar. Mungkin ada sesuatu yang tidak kulihat. Jadi, aku melepaskan kebenaran, mengabaikan teguran dari Tuhan, dan tidak mengatakan apa pun kepada Saudara James. Kemudian, aku mengikuti rencana Saudara James dan mulai mengatur pekerjaan itu.

Sementara itu, aku memberi tahu saudari yang bertanggung jawab tentang hal itu. Setelah mendengarnya, dia langsung mengadakan pertemuan online bersama James dan aku, dan dengan tegas menegur kami, berkata, "Ada persyaratan khusus untuk merencanakan dan mengatur perubahan staf. Orang harus dipilih untuk tugas memberitakan Injil atau penyiraman sesuai dengan kelebihan pribadi mereka agar pekerjaan gereja tidak terhambat. Dengan kalian sembarangan menyuruh sekelompok orang untuk pergi memberitakan Injil akan membuat pekerjaan gereja menjadi kacau, bukan? Kalian tidak mencari prinsip kebenaran atau mendiskusikannya dengan semua orang. Pada dasarnya, ini sikap sembrono." Kau tahu, aku merasa sangat sedih dan bersalah ketika mendengar dia mengatakan hal ini. Aku tahu itu adalah Tuhan yang memangkas dan menanganiku, dan dia benar sekali. Kami bersikap sembrono dan tidak mengikuti prinsip. Melalui perenungan diri, aku akhirnya menyadari bahwa aku seharusnya menolak dan menghentikan apa pun yang tidak menguntungkan gereja, dan meskipuntidak sepenuhnya memahami sesuatu, aku tetap harus mengutarakan pendapatku dan melakukan pencarian dan bersekutu bersama semua orang lainnya. Aku tidak boleh begitu saja mengikuti secara membabi buta, karena itu bisa mengganggu pekerjaan gereja. Namun, dalam upayaku untuk melindungi hubunganku dengan Saudara James dan memastikan dia tidak berpikir buruk tentang diriku, aku lebih suka menghalangi pekerjaan gereja daripada menunjukkan masalah Saudara James, bahkan berpaling dari pencerahan dan bimbingan Roh Kudus. Aku melihat betapa licik, egois, dan hinanya diriku. Makin kupikirkan, makin aku merasa bodoh, dan aku dipenuhi dengan rasa jijik dan benci pada diriku sendiri.

Belakangan, dalam perenunganku tentang hal ini, aku heran mengapa aku selalu melindungi kepentingan diriku sendiri daripada menerapkan kebenaran. Dalam kesedihanku, aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa: "Ya Tuhan, aku melakukan segala sesuatu dengan watak jahatku. Aku tidak menerapkan kebenaran meskipun itu sangat jelas bagiku. Aku menyadari betapa aku telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis. Ya Tuhan, kumohon selamatkan diriku." Dan kemudian, aku melihat bagian firman Tuhan ini: "Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan adalah mereka yang bersedia menerapkan firman Tuhan dan bersedia melakukan kebenaran. Orang-orang yang sungguh-sungguh dapat berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan adalah mereka yang bersedia menerapkan firman-Nya dan dapat dengan sungguh-sungguh berdiri di pihak kebenaran. Orang-orang yang menggunakan tipu daya dan melakukan ketidakadilan semuanya tidak memiliki kebenaran, dan mereka semua mempermalukan Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). "Keluarga Tuhan tidak mengizinkan orang-orang yang tidak melakukan kebenaran untuk tetap tinggal, juga tidak membiarkan mereka yang dengan sengaja mengacaukan gereja untuk tetap tinggal. Namun, saat ini belum waktunya untuk melakukan pekerjaan pengusiran; orang-orang semacam itu hanya akan disingkapkan dan disingkirkan pada akhirnya. Tidak ada lagi pekerjaan sia-sia yang perlu dilakukan atas orang-orang ini; mereka yang adalah milik Iblis tidak dapat berdiri di pihak kebenaran, sedangkan orang-orang yang mencari kebenaran dapat berdiri di pihak kebenaran. Orang-orang yang tidak melakukan kebenaran tidak layak mendengarkan jalan kebenaran dan tidak layak menjadi saksi kebenaran. Kebenaran sama sekali tidak diperuntukkan bagi telinga mereka; melainkan ditujukan kepada mereka yang melakukannya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Kau tahu, firman Tuhan sangat menyentuhku. Orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan bersedia untuk menerapkan firman Tuhan, dan dalam menghadapi suatu masalah, mereka mampu mencari kebenaran dan menerapkannya, berdiri di pihak Tuhan. Mereka yang tidak menerapkan kebenaran mengikuti watak jahat mereka yang rusak, berdiri di pihak Iblis dan merugikan gereja. Aku menyadari bahwa dengan menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang dan tidak menerapkan kebenaran, aku sedang berdiri di pihak Iblis. Setiap kali menghadapi keadaan yang mengharuskanku untuk berdiri membela kepentingan gereja, aku menolak untuk menerapkan kebenaran karena takut menyinggung orang atau kehilangan tempatku di hati mereka. Aku tahu bahwa jika aku terus seperti itu, akhirnya aku akan ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Kau tahu, pada saat itu, aku hanya menyadari natur dari segala sesuatu yang dilakukan oleh orang yang suka menyenangkan semua orang, tetapi tetap sama sekali tidak memahami sumber kerusakanku, jadi Tuhan menunjukkan kekuranganku sekali lagi melalui seorang saudara untuk membantuku mengenal diriku dengan lebih baik.

Aku teringat, pernah ketika Saudara Michael dan aku sedang melakukan tugas penyiraman bersama-sama, dia membuka diri dan berkata, "Saudara Matthew, kerja sama kita makin berkurang akhir-akhir ini. Kau hampir tidak pernah menunjukkan kekuranganku, dan kau tidak mengatakan apa pun saat kau melihatku melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran. Bagaimana aku bisa mengalami pertumbuhan dengan cara seperti itu? Aku butuh bantuan untuk melihat masalah serta perlu dipangkas dan ditangani agar mengalami kemajuan." Kau tahu, aku merasa tidak enak ketika dia mengatakan itu, dan aku teringat dengan semua interaksi kami di benakku. Aku telah memperhatikan baru-baru ini bahwa dia melakukan segala sesuatu menurut aturan dalam tugasnya, hanya menjalankan kebiasaan dalam pertemuan untuk para petobat baru. Dia hanya langsung mempersekutukan topik apa pun yang telah kami rencanakan untuk dibahas tanpa membuat penyesuaian yang diperlukan berdasarkan masalah dan kesulitan nyata mereka, berdasarkan prinsip-prinsip menyelesaikan masalah dan mencapai hasil. Hasil dari pertemuan tersebut tidak baik dan beberapa dari antara pendatang baru itu tidak mampu menyelesaikan masalah mereka tepat waktu. Aku tidak menyebutkan semua masalah itu kepada Saudara Michael, takut menyinggung dan membuatnya marah kepadaku. Aku berusaha tidak membahas masalah itu. Dan kau tahu, Saudara Michael benar—aku telah melihat masalah dia, tetapi tidak pernah memberitahukan kepadanya. Aku menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang, berperilaku seperti sahabat semua orang. Aku tahu bahwa berpikir seperti orang yang suka menyenangkan semua orang terus mengendalikanku, menghalangiku untuk menerapkan kebenaran. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, aku menaikkan doa ini kepada Tuhan: "Ya Tuhan, kumohon bimbing aku untuk mengetahui naturku yang rusak dan lepaskan belenggu watak jahatku yang rusak."

Setelah itu, aku membaca sebuah bagian firman Tuhan. Firman Tuhan berkata: "Dalam hal mengenali natur manusia, hal yang terpenting adalah memahaminya dari persepektif pandangan dunia, pandangan hidup, dan nilai-nilai manusia. Mereka yang berasal dari iblis semuanya hidup bagi diri mereka sendiri. Pandangan dan prinsip-prinsip hidup mereka sebagian besar berasal dari pepatah Iblis, seperti 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'. Perkataan yang diucapkan oleh raja-raja setan, orang-orang hebat, dan para filsuf dunia telah menjadi kehidupan manusia. ... Iblis merusak manusia melalui pendidikan dan pengaruh pemerintah nasional serta melalui orang-orang terkenal dan hebat. Perkataan jahat mereka telah menjadi natur kehidupan manusia. 'Setiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri' adalah pepatah iblis terkenal yang telah ditanamkan dalam diri semua orang, dan itu telah menjadi kehidupan manusia. Ada beberapa perkataan falsafah hidup lainnya yang juga seperti ini. Iblis menggunakan budaya tradisional setiap negara untuk mendidik, menipu, dan merusak manusia, menyebabkan manusia jatuh dan ditelan oleh jurang kebinasaan yang tak berdasar, dan pada akhirnya manusia dimusnahkan oleh Tuhan karena mereka melayani Iblis dan menentang Tuhan. Bayangkan menanyakan pertanyaan berikut ini kepada seseorang yang telah aktif hidup bermasyarakat selama puluhan tahun, 'Berhubung engkau telah hidup di dunia begitu lama dan mencapai begitu banyak, pepatah utama apa yang engkau pegang?' Dia mungkin berkata, 'Pepatah yang paling penting adalah "Para pejabat tidak akan mempersulit orang yang banyak memberi hadiah; orang tidak akan mencapai apa pun tanpa menjilat dan merayu"'. Bukankah kata-kata ini merepresentasikan natur orang itu? Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan telah menjadi naturnya, menjadi pejabat dan kesuksesan karier adalah hidupnya. Masih ada banyak racun iblis dalam hidup manusia, dalam perilaku dan perbuatannya; mereka sama sekali tidak memiliki kebenaran. Sebagai contoh, falsafah hidup mereka, cara-cara mereka melakukan segala sesuatu, dan pepatah keberhasilan mereka semuanya dipenuhi dengan racun si naga merah yang sangat besar, dan semuanya berasal dari Iblis. Dengan demikian, segala sesuatu yang mengalir dalam tulang dan darah manusia adalah hal-hal yang berasal dari Iblis" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Kau tahu, firman Tuhan ini menunjukkan kepadaku sumber masalahnya. Aku selalu menjadi "orang yang baik" karena Iblis menggunakan masyarakat dan pendidikan formal kita untuk membenamku dalam kekeliruan dan falsafah hidup, seperti "tiap orang memperjuangkan kepentingan sendiri." "Ucapkan kata-kata baik yang sesuai dengan perasaan dan nalar orang lain karena berkata jujur mengganggu sesama", dan masih banyak lagi. Semua itu telah menjadi prinsip perilakuku. Sebenarnya, saat masih kecil, aku cukup jujur dalam perkataan dan perbuatan; aku selalu angkat bicara tentang apa pun yang kulihat. Jika melihat teman sekelas dirundung di sekolah, aku akan berdiri dan membela mereka, menjadikanku target gangguan. Ketika melihat kekurangan pribadi pada teman atau kerabat atau melihat mereka melakukan sesuatu yang buruk, aku selalu angkat bicara. Mereka biasanya tidak terlalu senang dan akan marah denganku, atau bahkan mengabaikanku. Aku akan meminta maaf dan meminta pengampunan mereka dalam upaya untuk memulihkan segala sesuatu. Akibat dari pengalaman-pengalaman ini, aku mulai merasa, untuk bertahan hidup di dunia ini, mengatakan yang sebenarnya tidak selalu merupakan hal yang baik, dan selalu membawa masalah yang tidak perlu pada diriku sendiri. Sejak saat itu, aku menjadi licik dan suka mengelak dan tutup mulut untuk melindungi hubungan kami jika aku melihat orang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan. Dengan melakukan itu, aku mendapati hubunganku dengan orang lain menjadi jauh lebih "harmonis" dan bisa hidup rukun dengan hampir semua orang. Beberapa orang bahkan memujiku karena hal itu. Secara berangsur-angsur, aku mulai menerima falsafah iblis, seperti "Ketika kau tahu sesuatu itu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya", "Diam itu emas", "Ucapkan kata-kata baik yang sesuai dengan perasaan dan nalar orang lain karena berkata jujur mengganggu sesama", dan "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan". Dan aku menganggap semua ini sebagai perkataan yang harus dihidupi, sebagai prinsip yang menuntun perilakuku. Kau tahu, di dunia ini, orang yang menggunakan sanjungan dan menjilat, yang selalu berusaha mencari informasi tentang suatu keadaan, yang memakai siasat bermuka dua, cukup berhasil. Mereka sering kali dianggap mewakili orang yang memiliki IQ dan EQ tinggi. Namun, para jurnalis yang mengatakan yang sebenarnya atau mereka yang mengungkap ketidakadilan sosial sering kali berakhir secara mengerikan. Minimal, mereka kehilangan pekerjaan, paling buruk, orang membalas dendam terhadap mereka dan hidup mereka bahkan bisa berada dalam bahaya. Semua masyarakat mengagumi pemikiran dan perkataan iblis, dan ini membuatku makin yakin bahwa sangatlah penting untuk mengikuti falsafah kehidupan ini. Jadi, begitu kita memercayai serta menerima ajaran sesat dan kekeliruan atau falsafah duniawi ini, pandangan kita tentang kehidupan dan dunia menjadi menyimpang. Setelah percaya kepada Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan menuntut kejujuran dari kita, tetapi karena masih dikendalikan oleh falsafah iblis ini, aku tetap tidak menerapkan kebenaran yang kupahami dengan jelas. Aku tidak mau angkat bicara dan melindungi kehidupan bergereja saat melihat Saudara Michael melakukan segala sesuatu sesuai aturan dan memengaruhi hasil pertemuan. Aku tahu bahwa Saudara James mengambil tindakan sepihak dan itu akan mengganggu pekerjaan gereja, tetapi aku tidak menghentikannya. Aku bahkan tanpa perasaan berpaling dari pencerahan Tuhan, dan bukan membantunya agar aku tidak menyinggungnya atau membuatnya berpikir buruk tentang diriku. Aku menyadari bahwa aku sedang hidup menurut prinsip Iblis untuk bertahan hidup, menjadi makin egois, hina, licin, dan licik. Aku sama sekali tidak mampu melindungi kepentingan gereja dan sama sekali tidak memiliki rasa tanggung jawab atau akuntabilitas. Cara hidupku keji. Kemudian aku berdoa kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk membantuku melepaskan diri dari belenggu Iblis dan menerapkan firman-Nya, karena terlalu sulit bagiku untuk melakukannya sendiri.

Setelah berdoa, hatiku merasa jauh lebih tenang, kemudian aku membuka diri kepada saudara-saudari tentang pengalamanku. Dan kau tahu, beberapa bagian firman Tuhan muncul di benakku: "Kerajaan-Ku memerlukan orang-orang yang jujur, orang-orang yang tidak munafik atau curang. Bukankah orang-orang yang tulus dan jujur tidak disenangi di dunia? Aku justru sebaliknya. Orang-orang jujur boleh datang kepada-Ku; Aku menyenangi orang-orang seperti ini, dan Aku juga membutuhkan orang-orang seperti ini. Inilah kebenaran-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 33"). "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat, Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya; tindakan-tindakan-Nya, terlebih lagi, tidak mengandung kesalahan dan tidak dapat disangkal, inilah sebabnya Tuhan menyukai mereka yang sepenuhnya jujur kepada-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). Kau tahu, esensi Tuhan adalah kudus dan adil, jadi semua yang Dia katakan dan lakukan dapat dipercaya. Tidak ada yang pernah dipalsukan oleh falsafah iblis. Bagi Tuhan, hitam adalah hitam dan putih adalah putih—tidak ada jalan tengah! Ini mengingatkanku pada sesuatu yang Tuhan Yesus katakan: "Tetapi hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak: Karena semua yang di luar itu datangnya dari si jahat" (Matius 5:37). Tuhan selalu menuntut kita untuk menjadi orang yang jujur, dan ini adalah kebenaran. Di dunia Iblis, orang jujur tidak diterima dengan baik dan mereka sulit bertahan hidup. Namun, tidak demikian dalam rumah Tuhan. Tuhan membutuhkan orang-orang yang jujur, lurus, yang memiliki rasa keadilan, cukup berani untuk menyingkapkan kebenaran, dan yang mampu menerapkan kebenaran. Hanya mereka yang dapat memperoleh perkenanan Tuhan, dan hanya merekalah yang dikasihi dan diterima Tuhan. Itu mengingatkanku pada ayat dalam kitab Wahyu tentang para pemenang: "Dan di dalam mulut mereka tidak ditemukan kelicikan: karena mereka tidak bercacat di hadapan takhta Tuhan" (Wahyu 14:5). Dari firman ini kita dapat memahami bahwa Tuhan mengasihi orang yang jujur dan membenci orang yang tidak jujur, licin, dan hanya tahu cara menyanjung orang lain. Orang-orang semacam itu pada akhirnya pasti akan disingkirkan oleh Tuhan. Inilah perbedaan antara dunia dan rumah Tuhan. Aku akhirnya memahami bahwa kebenaranlah yang memegang kendali atas segala sesuatu di rumah Tuhan, jadi aku tidak boleh gagal untuk menerapkan kebenaran karena takut menyinggung seseorang. Sebaliknya, aku harus takut menyinggung Tuhan dengan mengikut Iblis dan tidak menerapkan kebenaran. Ditolak atau dikutuk oleh orang lain bukanlah hal yang menakutkan. Apa yang orang pikirkan tentang diriku tidak akan menentukan kesudahan akhirku; hanya Tuhan yang bisa menentukan kesudahanku, dan yang harus kufokuskan hanyalah apa yang Tuhan pikirkan tentangku dan hubunganku dengan Tuhan, bukan hubunganku dengan orang lain. Dahulu aku selalu melindungi hubunganku dengan orang lain, berpaling dari kebenaran dari waktu ke waktu. Namun, akhirnya aku sadar bahwa yang harus kukejar adalah perkenanan Tuhan, serta menerapkan firman Tuhan, menjadi orang yang jujur, serta bersikap jujur dan terbuka dengan saudara-saudari. Bahkan, dari pengalaman saudara-saudari, kita dapat melihat bahwa mengingatkan atau memberi umpan balik kepada orang lain tidak akan menyinggung mereka, seperti yang kita bayangkan. Jika orang lain tersebut adalah pencari kebenaran, sekalipun itu mungkin langsung melukai harga diri mereka, setelah itu mereka dapat memetik pelajaran dengan mencari kebenaran dan saudara-saudari menjadi lebih dekat satu sama lain. Hanya inilah hubungan antarpribadi yang normal.

Kau tahu, setelah itu, aku mulai berlatih mengatakan yang sebenarnya dan menjadi orang jujur. Belakangan, aku mengetahui bahwa seorang saudara bernama Tom tidak menganggap serius pertemuannya dengan para pendatang baru, tetapi hanya bersikap asal-asalan. Aku ingin berbicara dengan dia dalam persekutuan mengenai masalahnya, tetapi aku mulai mengalami konflik batin. Jika aku memberitahukan masalah dia, mungkin dia berpikir aku berharap terlalu banyak terhadapnya dan tidak akan menyukaiku lagi. Aku bertanya-tanya apakah itu dapat memengaruhi interaksi kami kelak. Ketika pemikiran itu muncul, aku segera teringat dengan kegagalan masa laluku, jadi aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia untuk memimpinku melakukan kebenaran. Suatu hari setelah pertemuan, aku mencari Saudara Tom dan menunjukkan kurangnya tanggung jawab dalam tugas serta pendekatan dia yang sembarangan terhadap pertemuan. Kemudian kami bersekutu tentang prinsip kehidupan bergereja untuk lebih memahami kehendak Tuhan tentang tugas kami. Aku sedikit terkejut karena bukan saja dia tidak marah, tetapi justru berterima kasih kepadaku karena telah membantu dia melihat kekurangannya sendiri. Dia juga dapat menemukan jalan penerapan. Kemudian dalam sebuah pertemuan dia berkata, "Seorang saudara atau saudari yang memberikan saran, menunjukkan kekurangan atau kesalahan kita benar-benar dapat membantu kita." Setelah itu, aku perhatikan bahwa dia mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam pertemuan. Aku sangat senang. Aku menyadari bahwa mereka yang benar-benar mengejar kebenaran tidak akan membenciku karena mengatakan yang sebenarnya—selama ini aku terlalu licik, selalu meragukan orang lain dan berpikiran buruk tentang orang lain. Aku juga mendapatkan pemahaman yang benar bahwa menjadi orang yang jujur dan mengatakan yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan saudara-saudari dan bagi pekerjaan rumah Tuhan.

Pengalaman itu membantuku memahami kehendak Tuhan dan tidak lagi merasa takut ditolak karena bersikap jujur. Aku merasa bersyukur untuk pencerahan dan bimbingan firman Tuhan karena memberiku pemahaman tentang naturku yang licik dan sedikit kepekaan atas falsafah Iblis. Itu juga sedikit membuka mataku terhadap esensi Tuhan yang adil dan kudus. Tuhan Yang Mahakuasa berkata, "Di dalam Tuhan tidak ada tipu muslihat, tidak ada kejahatan, tidak ada iri hati, dan tidak ada perselisihan, melainkan hanya ada kebenaran dan autentisitas, dan segala sesuatu yang Tuhan miliki dan siapa diri-Nya haruslah didambakan oleh manusia. Manusia harus memperjuangkan dan mencita-citakan hal itu. Atas dasar apakah kemampuan manusia untuk mencapai hal itu dibangun? Itu dibangun di atas dasar pemahaman mereka akan watak Tuhan, dan pemahaman mereka akan esensi Tuhan. Jadi, memahami watak Tuhan dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya, adalah pelajaran seumur hidup bagi setiap orang; ini adalah tujuan seumur hidup yang harus dikejar oleh setiap orang yang berusaha untuk mengubah watak mereka, dan berusaha mengenal Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III"). Kita dapat merasakan kekudusan dan kebaikan Tuhan melalui firman-Nya—tidak ada kecurangan atau kelicikan di dalam Tuhan. Sebaliknya, hanya ada iman dan kebenaran. Keindahan melingkupi semua yang Tuhan miliki dan siapa Dia Aku bersyukur kepada Tuhan dari hatiku dan mau berusaha menjadi orang jujur yang dikasihi oleh Tuhan, tidak lagi mencoba untuk menipu Tuhan atau manusia! Amin, syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Sebelumnya: Melepaskan Topeng
Selanjutnya: Imbas Rekomendasiku

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Mengapa Aku Takut Kalah?

Oleh Saudari Rena, Filipina Juni 2019, aku menerima pekerjaan baru Tuhan, lalu aku mulai menyirami petobat baru. Beberapa petobat baru...