Aku Tidak Akan Pernah Lagi Membatasi Gender Tuhan (Bagian 1)

16 Mei 2020

Oleh Saudara Xinming, Amerika Serikat

Pada bulan September 2015, aku datang ke AS untuk menempuh pendidikan. Baru saja aku berada di AS kurang dari sebulan, seorang saudari memberitakan Injil Tuhan Yesus kepadaku dan, karena penasaran tentang agama-agama Barat, aku pergi ke gereja dan mulai menghadiri ibadah setiap hari Minggu. Setelah aku mulai percaya kepada Tuhan, aku mulai belajar bagaimana menjadi seorang Kristen sejati, dan aku berangsur-angsur menarik diri dari kehidupan minum minuman keras dan bersenang-senang dengan teman sekelasku di bar. Sebaliknya, aku selalu membaca Alkitab di asramaku dan menghadiri ibadah di akhir pekan, dan hatiku terasa dipenuhi dengan kedamaian dan sukacita.

Perkataan Pendeta Tertanam Jauh di Lubuk Hatiku

Suatu malam, aku melihat seorang diaken dari gerejaku memposting pemberitahuan di grup WeChat kami: "Semua orang harus berhati-hati terhadap Kilat dari Timur. Jika kalian menemukan siapa pun yang mencurigakan, kalian harus melaporkan mereka pada gereja!" Aku berpikir dalam hati, "Aku akan berada dalam masalah besar jika aku tersesat dalam kepercayaanku kepada Tuhan. Aku harus berhati-hati. Namun gereja macam apa Kilat dari Timur itu sebenarnya?" Karena penasaran, aku menyelidiki Kilat dari Timur di Internet, dan membaca banyak pandangan yang disampaikan oleh para pendeta dan penatua dari berbagai denominasi yang mengutuk Kilat dari Timur. Aku melihat sebuah situs rohani yang mengatakan: "Kilat dari Timur bersaksi bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali, dan bahwa pada akhir zaman Dia telah berinkarnasi untuk menampakkan diri dan bekerja, dan dalam rupa seorang perempuan. Ini tidak mungkin!" Kemudian aku berpikir, "Tuhan Yesus berinkarnasi sebagai seorang laki-laki, dan ketika Dia datang kembali pada akhir zaman, Dia juga pasti datang dalam rupa seorang laki-laki. Namun Kilat dari Timur bersaksi bahwa Tuhan yang berinkarnasi pada akhir zaman adalah seorang perempuan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku harus berhati-hati dan waspada terhadap mereka, dan aku sama sekali tidak boleh berhubungan dengan mereka." Kemudian, aku teringat akan para pendeta dan penatua yang mengenal Alkitab dengan baik, dan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang dewasa. Aku merasa bahwa aku harus sering pergi ke gereja untuk menghadiri ibadah dan mendengarkan khotbah para pendeta dan penatua karena tingkat pertumbuhanku rendah dan ada banyak hal yang tidak mampu aku bedakan. Dengan cara ini, aku tidak akan tersesat.

Gerejaku Tandus, Aku Merasa Bingung dan Tak Berdaya

Perlahan-lahan aku mendapati bahwa khotbah para pendeta selalu adalah hal usang yang sama, selalu berbicara tentang pengetahuan alkitabiah dan teori teologis, tanpa terang baru sama sekali. Kehidupan rohaniku dan juga saudara-saudariku sama sekali tidak dibekali dengan mendengarkan khotbah mereka, dan kami sama sekali tidak tahu bagaimana melakukan penerapan agar sesuai dengan ajaran Tuhan ketika segala sesuatu terjadi kepada kami. Selain itu, aku menyadari bahwa banyak orang percaya pergi ke gereja bukan untuk menghadiri ibadah agar dapat menyembah Tuhan, tetapi setiap mereka memiliki tujuan pribadi masing-masing. Beberapa orang memanfaatkan hubungan untuk menjual produk-produk mereka, beberapa mencari mitra bisnis, dan beberapa datang untuk mendapatkan suami atau istri. Seorang saudara bahkan mencoba menjajakan barang dagangan keluarganya kepadaku di sebuah ibadah. Agar dapat menarik orang-orang Kristen kembali ke gereja untuk beribadah, beberapa pendeta dan penatua mengadakan sebuah acara bernama "Persekutuan Ramah-Tamah". Mereka berkata acara ini bertujuan untuk saling berbagi kasih Tuhan, tetapi kenyataannya, acara itu hanya makan, minum dan bersenang-senang. Mereka juga menyelenggarakan acara persekutuan para lajang, yang pada dasarnya adalah acara kencan buta. Yang kudapati bahkan lebih tidak masuk akal adalah bahwa, untuk mendorong orang-orang percaya yang masih muda menghadiri ibadah, gereja berjanji untuk memberikan sebuah iPhone kepada setiap orang yang terus-menerus menghadiri ibadah sampai akhir tahun. Melihat gerejaku dalam kekacauan total, begitu bejatnya, dan terlibat dalam perbuatan yang semakin jahat, aku bingung untuk mengungkapkan apa yang kurasakan. Aku berpikir: "Dengan melakukan hal-hal ini, bukankah para pendeta dan penatua sedang menjadikan gereja sama seperti masyarakat? Apakah ini cara gereja menyembah Tuhan, dengan menggunakan segala macam kenikmatan fisik untuk menarik orang ke dalam gereja? Ini sama seperti bait suci dalam Alkitab yang menjadi sarang penyamun—Tuhan sama sekali tidak hadir di dalamnya!" Aku merasa sangat tertekan, bingung, dan tidak berdaya. Aku tidak tahu mengapa gerejaku menjadi seperti ini.

Aku ingin pergi keluar dan mencari sebuah gereja yang memiliki pekerjaan Roh Kudus, tetapi karena aku khawatir akan tersesat, aku membuka Internet dan menemukan beberapa khotbah oleh para pendeta yang terkenal, dan aku membeli banyak buku rohani. Namun bahkan setelah aku menyaksikan khotbah-khotbah ini dan membaca buku-buku ini, rohku masih terasa kering. Aku tidak dapat merasakan kedamaian dan sukacita yang berasal dari Tuhan, dan aku merasa sangat tertekan. Aku tidak tahu bagaimana aku harus menempuh jalan kepercayaan kepada Tuhan yang ada di depanku. Karena itu, aku memilih untuk berpuasa agar dapat memperoleh bimbingan Tuhan dan untuk berada di hadirat Tuhan.

Aku Menemukan Alasan Ketandusan Gerejaku

Syukur kepada Tuhan karena Dia mendengar doa-doaku dan, pada hari ketiga berpuasa, aku berkenalan dengan beberapa saudara-saudari. Ketika kami bercakap-cakap, aku menceritakan kepada mereka tentang keadaan di gerejaku dan tentang kondisi kerohanianku saat itu, dan Saudara Lu berkata, "Fenomena yang kau sebutkan ini adalah masalah yang sudah meluas di seluruh dunia keagamaan. Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa dunia keagamaan menjadi seperti ini? Ingatlah pada Zaman Hukum Taurat ketika bait suci memiliki kemuliaan Tuhan Yahweh. Pada waktu itu, jika orang percaya berbuat dosa, mereka akan didisiplin atau dihukum oleh Tuhan Yahweh. Misalnya, ketika Uzia masuk ke bait suci untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan, imam menyuruhnya pergi. Namun Uzia menjadi marah kepada imam itu, dan dia langsung terkena kusta. Pada saat Zaman Hukum Taurat telah berakhir, bait suci yang dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan telah menjadi tempat perdagangan, dan sarang penyamun di mana uang dipertukarkan tanpa ada siapa pun yang didisiplinkan oleh Roh Kudus. Mengapa demikian? Sebenarnya, salah satu alasannya adalah karena para pemimpin Yahudi yang melayani Tuhan di bait suci tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka mengabaikan perintah-perintah Tuhan, hanya berpegang teguh pada tradisi manusia yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka tidak menaati hukum Tuhan Yahweh dan menyimpang sepenuhnya dari jalan Tuhan, dan dengan demikian mereka dibenci, ditolak, dan dikutuk oleh Tuhan. Alasan lainnya adalah karena Tuhan telah berinkarnasi dalam rupa Tuhan Yesus untuk melakukan pekerjaan penebusan pada Zaman Kasih Karunia. Karena itu, pekerjaan Roh Kudus berubah, dan Roh Kudus mulai menegakkan pekerjaan Tuhan Yesus, dan tidak lagi bekerja di dalam bait suci. Hanya mereka yang menerima pekerjaan penebusan Tuhan Yesus yang memiliki pekerjaan Roh Kudus dan dapat menikmati penyiraman dan pembekalan oleh firman Tuhan, dan mereka mulai memiliki jalan penerapan yang baru. Namun, mereka yang masih tinggal di dalam bait suci dan yang menolak serta menentang pekerjaan Tuhan Yesus karena berpegang teguh pada Hukum Taurat, mereka kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan disingkirkan oleh pekerjaan baru Tuhan, sehingga jatuh ke dalam kegelapan dan ketandusan. Sekarang, akhir zaman sudah tiba, dunia keagamaan telah menjadi tandus, dan semakin banyak perbuatan jahat yang dilakukan. Ini tepat seperti yang terjadi di bait suci pada akhir Zaman Hukum Taurat yang kehilangan pekerjaan Roh Kudus. Ini terutama disebabkan karena sebagian besar pendeta dan penatua di dunia keagamaan tidak menaati perintah-perintah Tuhan dan tidak menerapkan firman Tuhan. Mereka sama sekali tidak menjadi kesaksian bagi Tuhan atau meninggikan Tuhan, mereka juga tidak menuntun orang-orang percaya untuk memahami firman Tuhan, kehendak dan tuntutan Tuhan. Mereka hanya berfokus pada menjelaskan pengetahuan alkitabiah secara terperinci untuk pamer, untuk membuat orang-orang percaya memuja dan mengagumi mereka, dan untuk membawa orang-orang kepada diri mereka sendiri. Meskipun para pendeta dan penatua tahu betul bahwa gereja telah menjadi tandus dan tanpa kehadiran Tuhan, mereka tidak mencari kehendak Tuhan atau menuntun orang-orang percaya untuk mencari jejak langkah pekerjaan Roh Kudus. Sebaliknya, mereka mengadakan acara-acara seperti persekutuan para lajang, pesta makan malam, atau jalan-jalan dan darmawisata, memimpin orang-orang percaya ke jalan duniawi dan menyimpang sepenuhnya dari jalan Tuhan. Yang mereka pedulikan hanyalah mempertahankan kedudukan dan mata pencaharian mereka, sama sekali tidak memedulikan kehidupan rohani saudara-saudari. Gereja-gereja telah menjadi tempat untuk aktivitas keagamaan, gereja-gereja telah lama kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan dibenci, ditolak, dan disingkirkan oleh Tuhan. Alasan lainnya adalah bahwa Tuhan sedang melakukan pekerjaan baru pada akhir zaman, dan pekerjaan Roh Kudus sekarang telah berubah. Tuhan Yesus berkata: 'Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu' (Yohanes 16:12–13). Dan dikatakan dalam 1 Petrus 4:17, 'Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan.' Tuhan Yesus telah datang kembali pada akhir zaman untuk mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai di rumah Tuhan. Dia mengungkapkan firman-Nya untuk menyelamatkan dan mengubah manusia, memungkinkan kita untuk membebaskan diri dari ikatan dosa dan menerima keselamatan penuh Tuhan. Hanya apabila kita menerima pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman barulah kita dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus dan menikmati pembekalan dan penyiraman air kehidupan…." Ketika aku mendengar saudara itu mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali, aku tercengang dan terkejut. Namun setelah perenungan yang saksama, aku merasa bahwa persekutuannya memiliki dasar alkitabiah, dan itu juga sejalan dengan firman Tuhan. Dia telah dengan jelas menerangkan alasan mengapa gereja sekarang tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus—gereja benar-benar persis seperti bait suci pada akhir Zaman Hukum Taurat! Aku berpikir: "Mungkinkah Tuhan benar-benar telah datang kembali dan melakukan pekerjaan penghakiman?" Aku merasa sedikit bingung, tetapi setelah melakukan perenungan, aku memutuskan untuk terus mengadakan pertemuan dan persekutuan dengan Saudara Lu.

Gagasanku Diguncangkan—Adalah Bijaksana untuk Terus Menyelidiki

Saudara Lu kemudian mempersekutukan kepada kami tentang bagaimana Tuhan Yesus telah datang kembali pada akhir zaman: "Selama Zaman Hukum Taurat, Tuhan memakai Roh-Nya untuk membimbing kehidupan manusia, dan selama Zaman Kasih Karunia, Dia berinkarnasi untuk melakukan pekerjaan-Nya menebus umat manusia. Pada akhir zaman, Tuhan telah kembali berinkarnasi sebagai Anak manusia untuk menampakkan diri dan bekerja. Ini sepenuhnya menggenapi nubuat Tuhan Yesus, 'Karena sama seperti kilat yang memancar dari satu bagian di bawah langit, bersinar sampai ke bagian lain di bawah langit; demikian juga Anak Manusia saat hari kedatangan-Nya tiba. Tetapi pertama-tama Dia harus mengalami berbagai penderitaan dan ditolak oleh generasi ini' (Lukas 17:24–25). 'Karena Bapa tidak menghakimi siapa pun, tetapi telah menyerahkan seluruh penghakiman itu kepada Anak' (Yohanes 5:22). Ketika 'Anak' atau 'Anak Manusia' disebutkan, itu mengacu pada inkarnasi Tuhan. Tuhan mengubah rupa-Nya ketika Dia datang kembali untuk berinkarnasi pada akhir zaman. Bagaimanapun cara Tuhan bekerja, atau dalam rupa apa pun Dia bekerja, itu selalu didasarkan pada kebutuhan umat manusia dan pada kebutuhan pekerjaan Tuhan, dan itu semua dilakukan untuk menyelamatkan umat manusia." Mendengar ini, aku mau tak mau merenungkan, "Apakah Tuhan akan mengubah rupa-Nya ketika Dia datang kembali? Mungkinkah Saudara Lu bermaksud mengatakan bahwa Kristus yang berinkarnasi adalah seorang perempuan? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Mungkinkah Saudara Lu percaya kepada Kilat dari Timur?" Pada saat ini, Saudara Lu melanjutkan perkataannya, "Apa pun rupa yang Tuhan pakai untuk melaksanakan pekerjaan-Nya, itu selalu berhubungan dengan pekerjaan pengelolaan-Nya. Kita semua harus mencari dengan kerendahhatian. Bahkan jika itu tidak sesuai dengan gagasan kita sendiri, kita harus mengesampingkan gagasan kita dan mencari kebenaran dan kita tidak boleh membatasi Tuhan dengan mengandalkan gagasan kita sendiri, karena jika melakukannya, kita akan mengulangi kesalahan orang-orang Farisi dan menentang Tuhan." Setelah mendengar apa yang dia katakan, aku merasa sangat setuju, dan kecurigaanku semakin berkurang serta aku tidak lagi menutup diriku terhadap Saudara Lu. Aku berpikir, "Ya. Menyambut kedatangan Tuhan kembali adalah hal yang besar. Aku tidak boleh mengandalkan gagasan atau imajinasiku sendiri dan memperlakukan hal ini sesuka hatiku, sebaliknya aku harus tetap berpikiran terbuka dan mencari kebenaran." Karena hari sudah sangat larut, kami mengakhiri pertemuan itu.

Setelah pertemuan itu selesai, aku mengambil informasi yang telah Saudara Lu persekutukan kepadaku dan melakukan pencarian di Internet, dan aku akhirnya mengklik situs Gereja Tuhan Yang Mahakuasa—Injil Umat Kerajaan, dan aku melihat buku Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia. Aku merasa gelisah dan berpikir, "Jadi ternyata Saudara Lu adalah orang yang percaya kepada Kilat dari Timur. Meskipun semua yang dia persekutukan itu sangat bagus dan mengandung pencerahan dan penerangan Roh Kudus, Gereja Tuhan Yang Mahakuasa bersaksi bahwa Tuhan telah berinkarnasi sebagai seorang perempuan, dan aku masih belum dapat sepenuhnya menerima hal itu. Tuhan Yesus Kristus adalah seorang laki-laki, jadi tidakkah seharusnya Tuhan yang datang kembali itu juga seorang laki-laki? Bagaimana mungkin Dia datang menjadi seorang perempuan?" Pada saat itu, aku teringat satu bagian dari firman Tuhan yang telah dibacakan oleh Saudara Lu kepadaku: "Menyelidiki hal semacam ini tidaklah sulit, tetapi itu menuntut setiap kita untuk mengetahui satu kebenaran ini: Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki esensi Tuhan, dan Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki pengungkapan Tuhan. Karena Tuhan menjadi daging, Dia akan melaksanakan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan karena Tuhan menjadi daging, Dia akan mengungkapkan siapa Dia, dan akan dapat membawa kebenaran kepada manusia, menganugerahkan hidup kepadanya, dan menunjukkan jalan kepadanya. Daging yang tidak memiliki esensi Tuhan pasti bukan Tuhan yang berinkarnasi; ini tidak diragukan lagi. Jika manusia berniat untuk menyelidiki apakah daging itu adalah daging inkarnasi Tuhan, manusia harus menegaskannya dari watak yang Dia ungkapkan dan perkataan yang Dia ucapkan. Dengan kata lain, untuk menegaskan apakah itu adalah daging inkarnasi Tuhan atau bukan, dan apakah itu jalan yang benar atau bukan, orang harus membedakan berdasarkan esensi-Nya. Jadi, untuk menentukan apakah itu daging Tuhan yang berinkarnasi atau bukan, kuncinya terletak pada esensi-Nya (pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, watak-Nya, dan banyak aspek lainnya), bukan pada penampilan lahiriahnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Penutup"). "Benar," pikirku. "Tuhan adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Daging inkarnasi Tuhan pasti dapat mengungkapkan kebenaran, menunjukkan kepada kita cara untuk melakukan penerapan, dan menyelesaikan masalah dan kesulitan nyata kita." Contohnya, ketika Tuhan Yesus datang dalam rupa manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia menyebarkan Injil kerajaan surga, mengajar manusia untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri mereka sendiri, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran mereka, mengampuni orang lain tujuh puluh kali tujuh kali, mengasihi musuh-musuh mereka, dan sebagainya. Asalkan manusia melakukan penerapan sesuai dengan ajaran Tuhan, mereka pasti akan memiliki prinsip-prinsip untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, serta kebingungan dan kesulitan mereka dalam kehidupan juga akan terselesaikan. Murid-murid yang mengikuti Tuhan Yesus, seperti Petrus, Yohanes, Natanael, dan sebagainya, mengikuti Tuhan Yesus hanya setelah mendengar khotbah Tuhan dan menjadi yakin bahwa apa yang Dia sampaikan adalah kebenaran. Oleh karena itu, untuk menentukan apakah orang ini adalah Tuhan yang berinkarnasi atau bukan, yang terpenting adalah dengan melihat apakah Dia mampu atau tidak mengungkapkan kebenaran dan mengungkapkan apa yang Tuhan miliki dan siapa Dia, dan apakah Dia mampu atau tidak membekali kehidupan manusia dan menunjukkan kepada orang-orang cara untuk melakukan penerapan, alih-alih hanya berfokus pada penampilan luar-Nya. Hanya ini yang sesuai dengan kebenaran. Tampaknya aku tidak boleh bersikap waspada secara membabi buta, melainkan harus mengambil inisiatif untuk mencari dan menyelidiki. Jika aku melewatkan kesempatan untuk menyambut kedatangan Tuhan kembali, aku akan disingkirkan oleh Tuhan seperti para gadis bodoh. Setelah itu, aku sering berdoa kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk membimbing dan menuntunku. Setelah mencari dan merenungkan selama beberapa waktu, aku memutuskan untuk terus mengadakan pertemuan dengan Saudara Lu.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait