Aku Tidak Akan Mengejar Studi Ini

20 Juli 2022

Oleh Saudara Thivei, India

Aku lahir dalam keluarga Kristen. Orang tuaku petani. Keluarga kami mencari nafkah dengan menanam sayuran dan beras. Aku selalu berprestasi di sekolah, jadi orang tuaku sangat mendukung studiku dan ingin masa depanku cerah. Mereka berharap aku mendapat pekerjaan bagus dan mengentaskan keluargaku. Saat itu, karena kami miskin, orang tuaku sering meminjam uang untuk membayar sekolahku, kakekku juga menabung untukku dari biaya hidupnya, dan kakak perempuanku bekerja paruh waktu untuk membayar uang sekolahku. Seluruh keluargaku menggantungkan harapan kepadaku agar keluar dari kemiskinan. Aku melihat orang tuaku bekerja keras di ladang setiap hari dan kupikir sangat sulit untuk hidup seperti ini, jadi kuputuskan akan belajar keras, menonjol, agar keluargaku tak lagi miskin. Untuk mendapat nilai bagus dalam ujian, aku bekerja lebih keras dan sering bergadang untuk belajar. Kemudian, keinginanku tercapai, lalu aku berkuliah. Setelah itu, aku punya ambisi baru, ingin menjadi dosen dan punya masa depan lebih baik.

Setelah lulus, aku mengejar gelar PhD dan bekerja di bidang penelitian ilmiah di universitas. Saat itu, orang tuaku sering menelepon dan mengingatkan, "Lebih banyaklah berdoa kepada Tuhan dan fokus pada studimu." Ayahku juga bilang, "Apa kampusmu punya gereja? Kau harus pergi ke gereja." Namun, aku hanya ingin membaca Alkitab di rumah dan berdoa kepada Tuhan karena hampir seluruh waktuku habis untuk penelitian ilmiah, dan aku tak punya waktu luang untuk ikut pertemuan. Dalam proses penelitian, ada banyak perdebatan akademis. Saat orang memperdebatkan topik teori ilmiah serta kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan, sebagai peneliti ilmiah, aku selalu tanpa sadar memakai sudut pandang ilmiah untuk menjelaskan semuanya. Tanpa disadari, hatiku makin jauh dari Tuhan, lebih sedikit berdoa dan membaca Alkitab, serta sering merasa lelah dan hampa di dalam. Meski kadang aku pergi ke pantai, sanggraloka, atau taman bersama kolegaku di akhir pekan untuk bersantai, ingin menghilangkan tekanan dari pekerjaanku, pada akhirnya, aku tetap merasa hampa, tanpa kedamaian dan sukacita nyata. Tahun Baru 2020, aku berdoa kepada Tuhan dan memutuskan mendekatkan diri dengan-Nya, meminta Dia membimbing dan mengubah hidupku, karena hidup dalam keadaan hampa itu sangat melelahkan.

Tak lama, aku bertemu seorang saudari di Facebook yang mengundangku ke pertemuan daring. Saat itu dia mengatakan sesuatu yang sangat menyentuhku. Dia bilang membaca firman Tuhan dan membangun hubungan baik dengan Tuhan sangat penting. Aku setuju dengan perkataannya. Aku orang Kristen, tapi menghabiskan seluruh waktuku melakukan penelitian ilmiah, tak pernah ikut pertemuan menyembah Tuhan, jarang berdoa atau membaca Alkitab. Aku sadar hubunganku dengan Tuhan tak normal dan ingin dekat dengan Tuhan, jadi aku dengan senang hati setuju ikut pertemuan daring itu. Dengan membaca firman Tuhan dan mendengarkan persekutuan saudara-saudariku, aku mengerti pada akhir zaman, Tuhan mengungkapkan firman-Nya dengan nama Tuhan Yang Mahakuasa, bahwa Dia telah membuka gulungan itu bagi kita, dan Tuhan datang kembali kali ini untuk melakukan pekerjaan penghakiman dan penyucian demi sepenuhnya menyelamatkan manusia dari dosa. Setelah beberapa pertemuan, aku yakin Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Aku sangat gembira dan dengan senang hati menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Setelah sekitar dua bulan, aku memulai tugas di gereja. Saat membaca lebih banyak firman Tuhan, aku perlahan memahami kebenaran.

Suatu hari, aku membaca kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa yang masih segar di pikiran. Kutipan firman Tuhan ini menggerakkan hatiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apakah pengetahuan adalah sesuatu yang semua orang anggap sebagai hal yang positif? Paling tidak, orang berpikir bahwa konotasi dari kata 'pengetahuan' itu positif, bukan negatif. Jadi, mengapa kita menyebutkan di sini bahwa Iblis menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia? Bukankah teori evolusi merupakan sebuah aspek pengetahuan? Bukankah hukum ilmiah Newton adalah bagian dari pengetahuan? Tarikan gravitasi bumi adalah juga bagian dari pengetahuan, bukan? (Ya.) Jadi mengapa pengetahuan tercantum di antara cara yang digunakan Iblis untuk merusak manusia? Bagaimana pandanganmu mengenai hal ini? Apakah pengetahuan mengandung sedikit saja kebenaran di dalamnya? (Tidak.) Lalu apa esensi pengetahuan? Berdasarkan apa semua pengetahuan yang manusia pelajari? Apakah berdasarkan teori evolusi? Bukankah pengetahuan yang telah manusia dapatkan melalui eksplorasi dan rangkuman kesimpulan didasarkan pada ateisme? Apakah ada dari pengetahuan ini yang berhubungan dengan Tuhan? Apakah pengetahuan ada kaitannya dengan menyembah Tuhan? Apakah pengetahuan berkaitan dengan kebenaran? (Tidak.) Jadi, bagaimana Iblis menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia? Kukatakan dengan tegas bahwa tak satu pun dari pengetahuan ini berkaitan dengan menyembah Tuhan atau dengan kebenaran. Sebagian orang berpikir tentang pengetahuan seperti ini: 'Pengetahuan mungkin tidak ada hubungannya dengan kebenaran, tetapi pengetahuan juga tidak merusak manusia.' Bagaimana pandanganmu mengenai hal ini? Apakah engkau diajarkan oleh pengetahuan bahwa kebahagiaan manusia harus diciptakan oleh kedua tangan mereka sendiri? Apakah pengetahuan mengajarkan kepadamu bahwa nasib manusia ada di tangannya sendiri? (Ya.) Pembicaraan macam apa ini? (Ini adalah pembicaraan yang jahat.) Tepat sekali! Ini adalah pembicaraan yang jahat! Pengetahuan adalah topik yang rumit untuk dibahas. Secara sederhana, bisa kau katakan bahwa sebuah bidang pengetahuan tidak lebih dari pengetahuan. Itu merupakan bidang pengetahuan yang dipelajari atas dasar tidak menyembah Tuhan dan tidak memahami bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu. Ketika orang mempelajari jenis pengetahuan ini, mereka tidak melihat bahwa Tuhanlah yang berkuasa atas segala sesuatu; mereka tidak melihat Tuhan sebagai yang bertanggung jawab atau yang mengelola segala sesuatu. Sebaliknya, yang mereka lakukan hanyalah tanpa henti meneliti dan menyelidiki bidang pengetahuan tersebut, dan mencari jawaban berdasarkan pengetahuan. Namun, bukankah sesungguhnya jika orang tidak percaya kepada Tuhan dan sebaliknya hanya mengusahakan penelitian, mereka tidak akan pernah menemukan jawaban yang benar? Semua pengetahuan hanya dapat memberimu nafkah, pekerjaan, penghasilan sehingga engkau tidak menjadi lapar; tetapi pengetahuan tidak akan pernah membuatmu menyembah Tuhan, dan pengetahuan tidak akan pernah membuatmu jauh dari kejahatan. Semakin orang mempelajari pengetahuan, semakin mereka akan berhasrat untuk memberontak terhadap Tuhan, menjadikan Tuhan sesuatu untuk mereka pelajari, mencobai Tuhan, dan menentang Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"). Firman Tuhan menusuk hatiku. Selama ini, kupikir aku dilahirkan dalam keluarga Kristen. Percaya kepada Tuhan sejak kecil, meskipun mempelajari sains dan melakukan penelitian ilmiah, aku hanya ingin memakai penelitianku untuk mendapatkan pekerjaan bagus, mengubah hidupku, dan menonjol di masa depan. Aku tak pernah memikirkan apa aku menyangkal atau menentang Tuhan. Melalui penyingkapan firman Tuhan, aku sadar pemikiranku salah. Sains dan pengetahuan bukanlah kebenaran dan hal positif. Teori seperti ateisme, materialisme, dan evolusi, semua hal yang menyangkal Tuhan ini berasal dari Iblis. Iblis memakai pengetahuan ilmiah untuk merusak orang, memalingkan hati mereka dari Tuhan, dan mengingkari keberadaan Tuhan. Aku mempelajari pengetahuan ilmiah ini setiap hari, tapi itu hanya menyesatkanku, jauh dari Tuhan, dan aku tak akan pernah mendapatkan kebenaran darinya. Saat melakukan penelitian, pikiranku hanya diisi pandangan ateistik dan dipenuhi segala macam teori, hal-hal seperti hukum Newton, gravitasi, dan sebagainya. Bagaimana aku bisa menggambarkannya? Teori-teori inilah yang merusakku seperti racun. Setiap hari, aku memakai hukum dan formula ini untuk menghitung dan mempelajari apa yang terjadi di alam semesta. Makin banyak belajar, makin kupikir semuanya bisa dijelaskan dengan prinsip ilmiah. Tanpa sadar, aku mulai menyangkal ciptaan dan kedaulatan Tuhan, hatiku juga makin jauh dari Tuhan. Jika aku terus belajar seperti ini, teori-teori ini akan terus merusakku, aku juga akan selalu hidup di bawah kekuasaan Iblis dan menentang Tuhan. Saat sadar pengetahuan ilmiah meracuniku, kupikir aku harus berhenti melakukan penelitian ilmiah, tapi mengkhawatirkan masa depanku jika benar-benar melakukannya. Ada pertempuran dalam hatiku, apa aku harus melanjutkan penelitian atau melepaskannya dan melakukan hal lain. Aku memikirkan kerja kerasku untuk keluar dari kemiskinan. Aku menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mengejar status dan masa depan yang baik, tapi tak pernah punya kebahagiaan sejati. Justru sering merasa hampa dan tersiksa. Ini bukan kehidupan yang kuinginkan. Sejak menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku membaca firman Tuhan dan memenuhi tugasku sebagai makhluk ciptaan, kehidupan pun sangat berbeda dari sebelumnya. Makin banyak kubaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, makin kurasakan pelepasan rohani. Hubunganku dengan Tuhan juga makin dekat, aku merasa lebih damai dan aman, yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Dengan membaca firman Tuhan, aku juga mengerti Iblislah yang merusakku sangat dalam, dan aku tahu mengejar kebenaran dan kehidupan adalah hal paling bermakna. Memikirkan ini, kuputuskan lebih banyak mengejar kebenaran dan melakukan tugasku.

Setelah itu, aku mengabarkan Injil kepada orang tua, saudara, dan saudariku. Aku memberi tahu mereka bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali untuk melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman, dan Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan banyak kebenaran untuk menyucikan dan menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Aku juga bilang, "Aku menerima pekerjaan baru Tuhan, telah memahami banyak firman Tuhan, serta menemukan jalan untuk ditahirkan dan diselamatkan, tapi masih banyak orang percaya yang belum tahu kabar baik kedatangan Tuhan kembali. Aku ingin memberitakan Injil kepada mereka." Aku bilang kakekku pergi ke berbagai desa untuk memberitakan Injil Tuhan Yesus, jadi aku ingin ikuti teladannya dan menghabiskan lebih banyak waktu dan energi untuk menyebarkan Injil kerajaan Tuhan kepada lebih banyak orang. Kupikir orang tuaku pasti mendukungku, dan aku terkejut saat ibuku mulai menangis. Melihatnya menangis juga membuatku sedih. Tak mudah memikirkan uang yang dikeluarkan orang tuaku agar aku bisa bersekolah. Mereka ingin aku bisa mendapat pekerjaan bagus, lalu mengurus mereka dan keluargaku di masa depan. Jika aku menghabiskan seluruh waktuku memberitakan Injil, semua yang orang tuaku keluarkan untukku akan sia-sia, jadi mereka pasti sangat sedih. Saat menyadari ini, aku juga mulai menangis. Aku tak ingin membuat orang tuaku sedih, tapi ingin melakukan tugasku dan memberitakan Injil. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, meminta Dia menguatkan imanku agar bisa berdiri teguh dalam kesaksianku. Pada saat itu, aku teringat kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa, "Tuhan menciptakan dunia ini dan menghadirkan manusia, makhluk hidup yang ke dalam dirinya Dia anugerahkan kehidupan. Selanjutnya, manusia memiliki orang tua dan kerabat dan tidak sendirian lagi. Sejak pertama kali manusia melihat dunia lahiriah ini, dia telah ditakdirkan untuk berada dalam penentuan Tuhan dari semula. Napas kehidupan dari Tuhanlah yang menyokong setiap makhluk hidup sepanjang masa pertumbuhannya hingga dewasa. Selama proses ini, tak seorang pun merasa bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan Tuhan; melainkan, mereka meyakini bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan yang penuh kasih dari orang tuanya, dan bahwa naluri kehidupannya sendirilah yang mengatur proses pertumbuhannya. Anggapan ini ada karena manusia tidak memahami siapa yang menganugerahkan kehidupannya dan dari mana kehidupan itu berasal, apalagi cara naluri kehidupan menciptakan keajaiban. Manusia hanya tahu bahwa makanan adalah dasar keberlanjutan hidupnya, bahwa kegigihan adalah sumber keberadaannya, dan bahwa keyakinan dalam benaknya adalah modal yang menjadi sandaran kelangsungan hidupnya. Tentang kasih karunia dan perbekalan Tuhan, manusia sama sekali tidak menyadarinya, dan dengan demikian, manusia menyia-nyiakan kehidupan yang dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan .... Tak seorang pun di antara umat manusia yang dipelihara Tuhan siang dan malam mengambil inisiatif untuk menyembah-Nya. Tuhan hanya terus membentuk manusia tanpa mengharapkan apa pun darinya, sebagaimana yang telah direncanakan-Nya. Dia berbuat demikian dengan harapan bahwa, suatu hari, manusia akan terjaga dari mimpinya dan tiba-tiba memahami nilai dan makna kehidupan, harga yang Tuhan bayar untuk semua yang telah diberikan-Nya kepada manusia, dan perhatian penuh semangat yang dengannya Tuhan menantikan manusia berbalik kepada-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Firman Tuhan membuatku mengerti Tuhan yang memberiku hidup, orang tua dan keluarga tempatku dilahirkan diatur oleh Tuhan. Orang tuaku memberi begitu banyak untukku juga pengaturan Tuhan. Dahulu, aku selalu berpikir orang tuaku melakukannya untukku, serta yakin harus hidup untuk memenuhi keinginan orang tuaku dan cita-citaku, juga harus berjuang untuk mengejar martabat dan status. Namun, firman Tuhan membuatku sadar bukan orang tuaku yang membimbing hidupku. Apa yang kulakukan, kapan, atau peran yang kumainkan dalam hidupku—semua ini diatur oleh Tuhan. Dahulu aku ingin mengubah nasib dengan ilmu pengetahuan, agar keluargaku bisa hidup sejahtera. Saat itu, aku tak tahu tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan. Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan membaca firman Tuhan, aku sadar bahwa takdir manusia telah ditentukan oleh Tuhan. Seperti apa kehidupan orang tua dan keluargaku di masa depan, serta apakah mereka punya nasib baik juga di tangan Tuhan, ini adalah pengaturan Tuhan, dan aku tak bisa mengubahnya. Manusia harus menerima kedaulatan Tuhan serta menaati penataan dan pengaturan Tuhan. Setelah memahami ini, meskipun melihat orang tuaku menangisiku, aku jauh lebih tenang. Pada saat yang sama, aku juga sadar bisa datang ke hadapan Tuhan, melakukan tugas makhluk ciptaan, memberitakan Injil, dan bersaksi tentang Tuhan, adalah kehidupan paling bermakna dan berharga. Meski orang tuaku tak memahamiku sekarang, aku tak bisa melepaskan tugasku dengan mudah. Bagaimanapun, aku ingin memercayakan segalanya kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan untuk maju.

Jadi, kuputuskan sepenuh hati mengikuti Tuhan dan melakukan tugasku, serta meninggalkan studiku. Pertama, aku mengirim pesan kepada dosenku tentang keputusanku. Dia sangat terkejut dan bertanya, "Kenapa kau mengambil pilihan ini? Apa ini masalah uang?" Dia juga memberitahuku ada program pendanaan universitas, kesempatan yang sangat langka, dan dia ingin membantuku. Dia juga bilang ingin bertemu dan bicara, tapi aku sudah memutuskan, jadi aku tak menemui atau membalas teleponnya. Dia menyuratiku lagi. Ingin tahu alasan dari pilihanku. Melihat suratnya, aku meragu, tapi akhirnya, aku tak membalas. Aku teringat kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa, "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. ... Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan, dan bagaimana engkau harus berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi kepadamu adalah sebuah ujian besar dan merupakan saat ketika Tuhan membutuhkanmu untuk menjadi kesaksian" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Firman Tuhan membuatku mengerti ini adalah pencobaan Iblis. Saat memutuskan mengikuti Tuhan dan melakukan tugasku, Iblis tahu aku masih punya hasrat mengejar uang, martabat, dan harta, jadi dia memakai ini untuk memperdaya dan coba membuatku melepaskan tugasku. Aku teringat pencobaan Ayub oleh istrinya untuk menyangkal nama Tuhan. Dari luar, kelihatannya orang berbicara dengan Ayub, tapi di balik itu ada Iblis yang berperang melawan Tuhan. Lalu, kupikir dari luar, kelihatannya dosenku berusaha agar aku tak keluar dan memberitahuku sebuah proyek, tapi di baliknya adalah tipu daya Iblis. Tuhan ingin membawaku kembali ke jalur yang benar dalam hidup. Iblis mencobaiku agar memberontak melawan Tuhan dengan segala cara, tapi aku tak boleh tertipu. Aku harus andalkan Tuhan untuk menghadapi lingkungan ini. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Berilah aku iman dan singkirkan hasratku yang keliru. Pada saat kritis ini, aku ingin bersaksi untukmu." Setelah berdoa, aku merasa sangat aman. Dua hari kemudian, kukirim pesan kepada guruku untuk memberi tahu ini keputusan akhirku dan aku tak bisa melanjutkan penelitianku. Setelah mengirim pesan, aku merasakan kelegaan luar biasa dan merasa sangat santai. Setelah itu, aku berhenti memikirkan semua ini. Aku hanya memikirkan cara memberitakan Injil kepada saudara-saudariku dan melakukan tugas dengan baik.

Setelah beberapa bulan, kuberi tahu orang tuaku bahwa aku tak akan melanjutkan studi, dan pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, jadi aku harus bergegas menyebarkan Injil, agar lebih banyak orang bisa menerima penyelamatan Tuhan. Mereka tak mengerti, tapi saat melihatku telah memutuskan percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasku, mereka tak banyak bicara lagi. Dalam proses melakukan tugas, aku secara bertahap menyadari dengan melakukan tugas, kita bisa mendapat lebih banyak kebenaran, dan kebenaran adalah hal paling berharga dalam hidup. Setelah memahami ini, aku lebih rela untuk melakukan tugasku, kekhawatiranku tentang keluarga dan masa depanku berkurang, juga belajar menyerahkan segalanya di tangan Tuhan, membiarkan Tuhan menata dan mengatur segalanya. Kini aku hanya memikirkan cara menyebarkan Injil Tuhan pada akhir zaman kepada lebih banyak orang, agar mereka yang hidup di bawah kekuasaan iblis, yang terpedaya dan dirugikan Iblis bisa mendengar suara Tuhan, kembali kepada Tuhan, dan mendapatkan penyelamatan Tuhan pada akhir zaman.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Renungan Di Masa Sakit

Oleh Saudari Shi Ji, Amerika Aku lemah dan rentan terhadap penyakit sejak kecil. Ibuku bilang aku lahir prematur dan sakit-sakitan sejak...

Pilihan yang Benar

Oleh Saudara Shun Yi, Tiongkok Aku dilahirkan di desa pegunungan terpencil, dalam keluarga dari beberapa generasi petani. Ketika masih...

Keputusan yang Tak Terubahkan

Oleh Saudari Bai Yang, TiongkokSaat aku berusia 15 tahun, ayahku mendadak sakit dan meninggal dunia. Ibuku tak mampu menerima pukulan ini...